sin drom
DESCRIPTION
SINDROM ADLTRANSCRIPT
KONSEP DASAR IMUNISASI
2.1.1 PengertianImunisasi adalah suatu proses untuk membuat sistem pertahanan tubuh kebal terhadap invasi mikroorganisme (bakteri dan virus) yang dapat menyebabkan infeksi sebelum mikroorganisme tersebut memiliki kesempatan untuk menyerang tubuh kita. Dengan imunisasi, tubuh kita akan terlindung dari infeksi begitu pula orang lain karena tidak tertular dari kita.
Oleh karena itu, imunisasi harus dilakukan oleh semua orang (pengecualian pada kelompok orang dengan keadaan-keadaan tertentu, red) agar pada akhirnya nanti infeksi dapat musnah dari muka bumi.
Imunisasi ada dua macam, yaitu imunisasi aktif dan pasif. Imunisasi aktif adalah pemberian kuman atau racun kuman yang sudah dilemahkan atau dimatikan dengan tujuan untuk merangsang tubuh memproduksi antibodi sendiri. Contohnya adalah imunisasi polio atau campak. Sedangkan imunisasi pasif adalah penyuntikan sejumlah antibodi, sehingga kadar antibodi dalam tubuh meningkat. Contohnya adalah penyuntikan ATS (Anti Tetanus Serum) pada orang yang mengalami luka kecelakaan. Contoh lain adalah yang terdapat pada bayi yang baru lahir dimana bayi tersebut menerima berbagai jenis antibodi dari ibunya melalui darah placenta selama masa kandungan, misalnya antibodi terhadap campak.
2.1.2 Mekanisme Imunisasi Dalam Proses Pencegahan PenyakitImunisasi bekerja dengan cara merangsang pembentukan antibodi terhadap mikroorganisme tertentu tanpa menyebabkan seseorang sakit terlebih dahulu. Vaksin, zat yang digunakan untuk membentuk imunitas tubuh, terbuat dari mikroorganisme ataupun bagian dari mikroorganisme penyebab infeksi yang telah dimatikan atau dilemahkan, sehingga tidak akan membuat penderita jatuh sakit. Vaksin kemudian dimasukkan ke dalam tubuh yang biasanya melalui suntikan.Sistem pertahanan tubuh kemudian akan bereaksi terhadap vaksin yang dimasukan ke dalam tubuh tersebut sama seperti apabila mikroorganisme menyerang tubuh dengan cara membentuk antibodi. Antibodi kemudian akan membunuh vaksin tersebut layaknya membunuh mikroorganisme yang menyerang tubuh.
Kemudian antibodi akan terus berada di peredaran darah membentuk imunitas. Ketika suatu saat tubuh diserang oleh mikororganisme yang sama dengan yang terdapat di dalam vaksin, maka antibodi akan melindungi tubuh dan mencegah terjadinya infeksi.
2.1.3 Penyakit yang Dapat Dicegah dengan ImunisasiHingga saat ini terdapat 10 jenis vaksinasi yang dapat mencegah terjadinya infeksi pada anak, yaitu; polio, campak, gondongan, rubella (campak Jerman), difteria, tetanus, batuk rejan (pertusis), meningitis, cacar air, dan hepatitis B.Sedangkan terdapat 3 jenis vaksinasi yang dapat diberikan pada kelompok anak-anak ataupun dewasa dengan risiko tinggi menderita infeksi, yaitu; hepatitis A, flu (influenza), pneumonia.
2.1.4 Akibat Tidak Di Imunisasi
Secara garis besar, ada 2 kemungkinan;Pertama, jika anak tidak pernah terpapar dengan mikroorganisme penyebab infeksi, maka tidak akan terjadi apa-apa, anak akan tumbuh sehat. Kedua, jika anak terpapar dengan mikroorganisme penyebab infeksi, kemungkinan anak akan menderita penyakit atau tidak, tergantung bagaimana kekebalan tubuhnya apakah dapat melawan mikroorganisme tersebut atau tidak.Anak dapat sakit ringan saja dan hanya perlu beristirahat di rumah, ataupun gejalanya cukup berat hingga harus dirawat di rumah sakit, ataupun dapat berakibat fatal hingga menyebabkan kematian.Selain itu, dengan “membawa” mikrooragisme dalam tubuhnya, ia dapat menularkan penyakit ke orang lain di sekitarnya yang juga tidak memiliki perlindungan terhadap mikroorganisme tersebut dan pada akhirnya dapat menimbulkan epidemi dengan begitu banyak penderita yang sakit hingga meninggal.
2.1.5 Pentingnya Vaksinasi Dini pada AnakVaksin diberikan pada usia sangat dini karena penyakit-penyakit yang dapat dicegah dengan pemberian vaksinasi biasanya menyerang anak pada awal kehidupannya ataupun memberikan gejala yang berat, menimbulkan berbagai komplikasi, hingga mengancam jiwa jika diderita anak-anak tersebut.Waktu pemberian vaksinasi juga disesuaikan dengan pola penyakit yang biasanya menyerang anak pada usia tertentu, sehingga imunisasi akan melindungi anak lebih awal sebelum penyakit tersebut memiliki kesempatan menyerang tubuh anak.
2.1.6 Bukti keberhasilan ImunisasiPada tahun 1977, setelah berkampanye selama 1 dekade, melibatkan 33 negara, cacar berhasil dieradikasi di seluruh dunia. Polio yang disebabkan oleh virus liar telah berhasil dieradikasi di belahan dunia Barat; tingkat vaksinasi anak-anak di Amerika Serikat selalu tinggi; dan penyakit serta kematian akibat difteri, pertusis, tetanus, campak, gondongan (mumps), rubela, dan HiB rendah.Organisasi Kesehatan Sedunia atau World Health Organization (WHO) mengumumkan keberhasilan 10 tahun program pemberantasan cacar pada tahun 1979. Cacar merupakan penyakit yang cepat berkembang selama berabad-abad, yang telah menyebabkan kematian dari 30% penderitanya. Penderita yang sembuh mengalami bekas luka yang merusak wajah dan kebutaan diakibatkan adanya kerusakan kornea.
2.1.7 Pemahaman yang Salah Terhadap ImunisasiSaat ini banyak orangtua yang enggan melakukankan imunisasi karena berbagai informasi yang beredar di masyarakat mengenai efek samping vaksinasi yang dapat terjadi, misalnya vaksinasi MMR menyebabkan autisme, beberapa vaksinasi menyebabkan sindroma kematian bayi mendadak (sudden infant death syndrome), kadar thimerosal (zat pengawet) yang terdapat dalam vaksin begitu tinggi sehingga bisa menyebabkan keracunan merkuri, dan lain sebagainya.Informasi-informasi tersebut menyebabkan terjadinya penurunan drastis dalam jumlah bayi-bayi yang mendapatkan imunisasi dan secara langsung menyebabkan jumlah penderita infeksi kembali meningkat. Ternyata pendapat-pendapat tersebut tidak didasarkan pada bukti-bukti ilmiah, hanya berupa dugaan belaka.
Berbagai penelitian yang telah dilakukan tidak menemukan hubungan secara langsung kejadian-kejadian tersebut dengan pemberian vaksinasi. Selain itu, berbagai teknologi terus dikembangkan untuk membuat vaksin yang lebih aman dan tidak menimbulkan efek samping.Sekali lagi harus diingat bahwa setiap tindakan yang dilakukan manusia selalu ada risikonya namun janganlah hanya mengkhawatirkankan risiko yang mungkin terjadi dari suatu tindakan yang akan dilakukan tanpa mempertimbangkan manfaat yang akan didapat. Jelas-jelas manfaat pemberian imunisasi jauh lebih besar dari kemungkinan komplikasi yang dapat terjadi.Ternyata, begitu banyak manfaat yang didapat dari pemberian imunisasi. Imunisasi merupakan tanda cinta dan perwujudan rasa tanggung jawab untuk melindungi anak. Karena itu, tidak ada lagi keragu-raguan untuk tidak memberikan imunisasi.Imunisasi tidak hanya melindungi individu dari serangan penyakit, tapi juga melindungi komunitas! Untuk itu ajaklah anak tetangga, anak tukang kebun, anak pak hansip, dan semua anak-anak yang belum mendapatkan vaksinasi untuk segera melakukan imunisasi.Vaksinasi, atau imunisasi, adalah suntikan yang merangsang ketahanan tubuh kita terhadap infeksi tertentu. Misalnya, sebagian besar orang diimunisasi terhadap beberapa infeksi waktu bayi. Dibutuhkan beberapa minggu setelah disuntik sehingga sistem kekebalan tubuh bereaksi pada vaksin yang disuntikkan.Sebagian besar vaksin dipakai unjtuk mencegah infeksi. Tetapi, beberapa yang lain membantu tubuh kita untuk melawan infeksi yang sudah ada. Vaksin ini disebut ‘vaksin terapeutik.’ Ada beberapa vaksin terapeutik sedang ditelitikan dan diuji coba terhadap HIV.Vaksin ‘hidup’ memakai bentuk kuman yang dilemahkan. Vaksin jenis ini dapat menimbulkan penyakit yang ringan, kemudian sistem kekebalan mengambil alih untuk mencegah terhadap penyakit yang parah. Vaksin lain yang ‘dinonaktifkan’ (inactivated) tidak memakai kuman yang hidup. Dengan vaksin jenis ini, kita tidak mengalami penyakit, tetapi tubuh kita masih dapat membentuk keamanannya.Vaksin dapat menimbulkan efek samping. Dengan vaksin hidup, kita mungkin mengalami penyakit yang ringan. Bahkan dengan vaksin yang dinonaktifkan, sistem kekebalan kita akan bereaksi. Kita mungkin mengalami kesakitan, kemerahan, dan bengkak di tempat yang disuntik. Kita juga mungkin merasa lemas, kelelahan, atau mual selama satu-dua hari
2.1.8 Keamanan VaksinasiSuntikan vaksinasi sangat aman, tapi tidak selalu 100%. Seperti obat-obatan lainnya vaksinasi dapat menyebabkan beberapa reaksi yang biasanya ringan seperti nyeri lengan pada tempat suntikan dan demam dengan suhu tidak terlalu tinggi.Namun, reaksi yang berat dapat terjadi, tapi sangat jarang sekali (1 diantara 1 juta suntikan), misalnya reaksi alergi yang begitu hebat terhadap komponen zat-zat yang terdapat dalam vaksin.Meskipun begitu, yang harus selalu diingat adalah menderita penyakit-penyakit yang dapat dicegah jauh lebih berbahaya daripada kemungkinan komplikasi yang dapat terjadi akibat suntikan vaksinasi.
2.1.9 Benarkah Timerosal akibatkan autisme?Telah beredar kabar dengan luas bahwa zat pengawet yang mengandung merkuri dalam vaksin yaitu timerosal dapat menyebabkan penyakit autisme. Situasi ini semakin berkembang karena sampai
sekarang beberapa vaksin masih mengandung timerosal, zat pengawet yang mengandung merkuri yang tidak digunakan lagi.Ada beberapa alasan mengapa kecemasan mengenai timerosal dalam vaksin sebenarnya merupakan informasi yang menyesatkan:· Jumlah merkuri yang terkandung sangat kecil.· Tidak ada hubungan merkuri dan autisme yang terbukti.· Tidak ada alasan yang masuk akal untuk mempercayai bahwa autisme terjadi karena sebab keracunan.Timerosal telah digunakan sebagai pengawet pada makhluk hidup dan vaksin sejak tahun 1930 karena dapat mencegah kontaminasi bakteri dan jamur, terutama pada tabung yang digunakan untuk beberapa kali pemakaian.
Pada tahun 1999, FDA (Food and Drug Administration) memeriksa catatan bahwa dengan bertambahnya jumlah vaksin yang dianjurkan pada bayi, jumlah total merkuri pada vaksin yang mengandung timerosal dapat melebihi batas yang dianjurkan oleh badan pengawas lain.
Jumlah merkuri yang ditentukan oleh FDA memiliki batas aman yang lebar, dan belum ada informasi mengenai bayi yang sakit akibatnya. Meski demikian untuk berhati-hati, US Public Health Service dan The American Academy of Pediatrics meminta dokter untuk meminimalkan paparan terhadap vaksin yang mengandung timerosal dan kepada perusahaan pembuat vaksin untuk menghilangkan timerosal dari vaksin sesegera mungkin.
Pada pertengahan 2000 vaksin hepatitis B dan meningitis bakterial yang bebas timerosal tersedia luas. Kombinasi vaksin difteri, pertusis, dan tetanus sekarang juga tersedia tanpa timerosal. Vaksin MMR, cacar air, polio inaktif, dan konjugasi pneumokok tidak pernah mengandung timerosal.
Pusat pengawasan dan pencegahan penyakit (CDC) telah membandingkan angka kejadian autisme dengan jumlah timerosal yang ada dalam vaksin. Hasil menunjukkan bahwa tidak ada perubahan relatif angka kejadian antara autisme dengan jumlah timerosal yang diterima anak dalam 6 bulan pertama kehidupan (dari 0-160 mikrogram).
Hubungan yang lemah ditemukan antara asupan timerosal dan beberapa kelainan pertumbuhan saraf (seperti gangguan pemusatan perhatian) pada satu penelitian saja, namun tidak terbukti pada penelitian selanjutnya (4). Penelitian lain yang direncanakan sepertinya juga tidak akan menunjukkan hubungan bermakna.Komite Intitute of Medicine (IOM) yang telah menyebarkan luaskan laporannya pada bulan Oktober 2001 menemukan tidak ada bukti hubungan antara vaksin yang mengandung timerosal dan autisme, gangguan pemusatan perhatian, keterlambatan bicara dan bahasa, atau kelainan perkembangan saraf lainnya.
2.1.10 Bagaimana mendapat hasil yang terbaik imunisasi?Imunisasi anak sedini mungkin. Setelah anak lahir, segera tanyakan atau mintalah jadwal imunisasi dari Rumah Sakit, dokter atau bidan. Jangan tunggu anak bisa jalan, sudah bisa makan, atau sudah umur
setahun untuk diimunisasi.Imunisasi tepat waktu. Supaya anak bisa diimunisasi tepat pada waktunyamintalah jadwal imunisasi tanyakan dan catat jenisnya imunisasi setelah anak diimunisasi, tanyakan jadwal dan jenis imunisasi berikutnya.
2.1.11 Kontraindikasi ImunisasiSeperti dikatakan di atas, vaksinasi pada umumnya adalah aman dan manfaat imunisasi jauh lebih banyak bila dibandingkan dengan komplikasi yang mungkin terjadi, namun ada beberapa keadaan khusus yang membuat anak-anak atau dewasa tidak boleh atau menunda diimunisasi.Keadaan ini kita sebut kontra indikasi. Kontra indikasi imunisasi adalah: Secara umum (berlaku untuk semua vaksin):alergi terhadap vaksin (setelah vaksinasi pertama timbul reaksi alergi, bahkan sampai syok),alergi terhadap zat lain yang terdapat di dalam vaksin (antibiotika yang terdapat di dalam vaksin, pengawet, dll),sakit sedang atau berat, dengan atau tanpa demam (sakit akut ringan dengan atau tanpa demam bukan indikasi kontra imunisasi)Secara khusus (untuk beberapa vaksin)Imunodefisiensi (keganasan darah atau tumor padat, imunodefisiensi kongenital, terapi dengan obat-obatan yang menurunkan daya tahan tubuh seperti kortikosteroid (prednisone, metal prednisolon) jangka panjang.--> imunisasi polio oral, MMR, variselaInfeksi HIV (polio oral dan varisela) atau kontak HIV serumah (polio oral)Imunodefisiensi (gangguan kekebalan tubuh) penghuni rumah à polio oralKehamilan -> MMR, Varisela (tapi bila ibunya yang hamil, tidak apa-apa bila anaknya diimunisasi)
2.1.12 Kapan Imunisasi Harus Dilakukan?Seorang anak harus mendapatkan suntikan pertama sebelum berumur 2 bulan dan kemudian mendapatkan 4 atau lebih suntikan berikutnya sebelum berusia 2 tahun. Beberapa vaksinasi harus dilakukan suntikan booster (suntikan penguat) pada tahun- tahun berikutnya hingga anak belajar di sekolah dasar.
2.1.13 Apa yang harus dilakukan jika seorang anak terlambat mendapatkan imunisasi?Jika anak belum mendapatkan imunisasi sama sekali, segeralah rencanakan untuk memulai pemberian imunisasi. Tenaga medis akan memberikan vaksinasi sesuai umur anak saat ini, yang jadwalnya biasanya berbeda dengan jadwal anak yang mendapat imunisasi sesuai dengan ketentuan umur.Pemberian yang terlambat tidak akan mengurangi efektivitas vaksinasi untuk membentuk imunitas tubuh, hanya saja anak tidak mendapatkan perlindungan terhadap penyakit infeksi sedini mungkin.Begitu pula apabila anak tidak lengkap mendapatkan vaksinasi, segeralah lengkapi sesuai jadwal tanpa harus memulainya dari awal lagi.Sebenarnya, imunisasi di Indonesia secara teratur dimulai sejak tahun 1956 sehingga Indonesia dinyatakan bebas cacar oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pada tahun 1974. Tahun 1977 WHO memulai program imunisasi yang di Indonesia disebut Program Pengembangan Imunisasi (PPI).Pemerintah sebenarnya tidak mewajibkan berbagai jenis imunisasi harus dilakukan semua. Hanya lima
jenis imunisasi pada anak di bawah satu tahun yang harus dilakukan, yakni BCG (bacillus calmette-guerin), DPT (difteri pertusis tetanus), polio, campak, dan hepatitis B.
2.2 JENIS IMUNISASI DASAR, CARA, TEMPAT DAN JADWAL PEMBERIAN.Imunisasi BCG dilakukan sekali pada bayi usia 0-11 bulan, lalu DPT diberikan tiga kali pada bayi usia 2-11 bulan dengan interval minimal empat minggu. Imunisasi polio diberikan empat kali pada bayi 0-11 bulan dengan interval minimal empat minggu.Sedangkan campak diberikan satu kali pada bayi usai 9-11 bulan. Terakhir, imunisasi hepatitis B harus diberikan tiga kali pada bayi usia 1-11 bulan, dengan interval minimal empat minggu.Jika ingin lebih teliti lagi, masih ada imunisasi yang harus dilakukan, yakni imunisasi tetanus toxoid (TT). Jenis imunisasi ini minimal dilakukan lima kali seumur hidup untuk mendapatkan kekebalan penuh. Imunisasi TT yang pertama bisa dilakukan kapan saja, misalnya sewaktu remaja. Lalu TT2 dilakukan sebulan setelah TT1 (dengan perlindungan tiga tahun).Tahap berikutnya adalah TT3, dilakukan enam bulan setelah TT2 (perlindungan enam tahun), kemudian TT4 diberikan satu tahun setelah TT3 (perlindungan 10 tahun), dan TT5 diberikan setahun setelah TT4 (perlindungan 25 tahun).Oleh karena imunisasi TT ini kerap diabaikan, pemerintah biasanya menganjurkan imunisasi TT dilakukan pada calon suami-istri sebagai kelengkapan mendapatkan surat nikah. Imunisasi ini sangat berguna untuk melindungi bayi yang nantinya akan dilahirkan. Setelah mendapatkan suntikan pertama menjelang pernikahan, imunisasi TT tetap dilanjutkan hingga lima kali.Inilah 5 jenis imunisasi yang wajib diperoleh bayi sebelum usia setahun. Penyakit-penyakit yang hendak dicekalnya memiliki angka kesakitan dan kematian yang tinggi, selain bisa menimbulkan kecacatan.
1. IMUNISASI BCG
Ketahanan terhadap penyakit TB (Tuberkulosis) berkaitan dengan keberadaan virus tubercle bacili yang hidup di dalam darah. Itulah mengapa, agar memiliki kekebalan aktif, dimasukkanlah jenis basil tak berbahaya ini ke dalam tubuh, yaitu vaksinasi BCG (Bacillus Calmette-Guerin).Seperti diketahui, Indonesia termasuk negara endemis TB (penyakit TB terus-menerus ada sepanjang tahun) dan merupakan salah satu negara dengan penderita TB tertinggi di dunia. TB disebabkan kuman Mycrobacterium tuberculosis, dan mudah sekali menular melalui droplet, yaitu butiran air di udara yang terbawa keluar saat penderita batuk, bernapas ataupun bersin. Gejalanya antara lain: berat badan anak susah bertambah, sulit makan, mudah sakit, batuk berulang, demam dan berkeringat di malam hari, juga diare persisten. Masa inkubasi TB rata-rata berlangsung antara 8-12 minggu.Untuk mendiagnosis anak terkena TB atau tidak, perlu dilakukan tes rontgen untuk mengetahui adanya vlek, tes Mantoux untuk mendeteksi peningkatan kadar sel darah putih, dan tes darah untuk mengetahui ada-tidak gangguan laju endap darah. Bahkan, dokter pun perlu melakukan wawancara untuk mengetahui, apakah si kecil pernah atau tidak, berkontak dengan penderita TB.Jika anak positif terkena TB, dokter akan memberikan obat antibiotik khusus TB yang harus diminum dalam jangka panjang, minimal 6 bulan. Lama pengobatan tak bisa diperpendek karena bakteri TB tergolong sulit mati dan sebagian ada yang "tidur". Karenanya, mencegah lebih baik daripada mengobati. Selain menghindari anak berkontak dengan penderita TB, juga meningkatkan daya tahan
tubuhnya yang salah satunya melalui pemberian imunisasi BCG.
* Jumlah Pemberian:Cukup 1 kali saja, tak perlu diulang (booster). Sebab, vaksin BCG berisi kuman hidup sehingga antibodi yang dihasilkannya tinggi terus. Berbeda dengan vaksin berisi kuman mati, hingga memerlukan pengulangan. Jumlah pemberian Intradermal 0,05 mL dan 0,1 mL
* Usia Pemberian:Di bawah 2 bulan. Jika baru diberikan setelah usia 2 bulan, disarankan tes Mantoux (tuberkulin) dahulu untuk mengetahui apakah si bayi sudah kemasukan kuman Mycobacterium tuberculosis atau belum. Vaksinasi dilakukan bila hasil tesnya negatif. Jika ada penderita TB yang tinggal serumah atau sering bertandang ke rumah, segera setelah lahir si kecil diimunisasi BCG
* Lokasi Penyuntikan:Lengan kanan atas, sesuai anjuran WHO. Meski ada juga petugas medis yang melakukan penyuntikan di paha.
* Efek Samping:Umumnya tidak ada. Namun pada beberapa anak timbul pembengkakan kelenjar getah bening di ketiak atau leher bagian bawah (atau di selangkangan bila penyuntikan dilakukan di paha). Biasanya akan sembuh sendiri.
* Tanda Keberhasilan:Muncul bisul kecil dan bernanah di daerah bekas suntikan setelah 4-6 minggu. Tidak menimbulkan nyeri dan tak diiringi panas. Bisul akan sembuh sendiri dan meninggalkan luka parut.
Jikapun bisul tak muncul, tak usah cemas. Bisa saja dikarenakan cara penyuntikan yang salah, mengingat cara menyuntikkannya perlu keahlian khusus karena vaksin harus masuk ke dalam kulit. Apalagi bila dilakukan di paha, proses menyuntikkannya lebih sulit karena lapisan lemak di bawah kulit paha umumnya lebih tebal.
Jadi, meski bisul tak muncul, antibodi tetap terbentuk, hanya saja dalam kadar rendah. Imunisasi pun tak perlu diulang, karena di daerah endemis TB, infeksi alamiah akan selalu ada. Dengan kata lain, anak akan mendapat vaksinasi alamiah.
* Indikasi Kontra:Tak dapat diberikan pada anak yang berpenyakit TB atau menunjukkan Mantoux positif.
2. IMUNISASI HEPATITIS BLebih dari 100 negara memasukkan vaksinasi ini dalam program nasionalnya. Apalagi Indonesia yang termasuk negara endemis tinggi penyakit hepatitis. Jika menyerang anak, penyakit yang disebabkan virus ini sulit disembuhkan. Bila sejak lahir telah terinfeksi virus hepatitis B (VHB), dapat menyebabkan kelainan-kelainan yang dibawanya terus hingga dewasa. Sangat mungkin terjadi sirosis atau pengerutan hati (kerusakan sel hati yang berat). Bahkan yang lebih buruk bisa mengakibatkan kanker hati.
Banyak jalan masuknya VHB ke tubuh si kecil. Yang potensial melalui jalan lahir. Bisa sejak dalam kandungan sudah tertular dari ibu yang mengidap hepatitis B atau saat proses kelahiran. Cara lain melalui kontak dengan darah penderita, semisal transfusi darah. Bisa juga melalui alat-alat medis yang sebelumnya telah terkontaminasi darah dari penderita hepatitis B, seperti jarum suntik yang tidak steril atau peralatan yang ada di klinik gigi. Bahkan juga lewat sikat gigi atau sisir rambut yang digunakan antar anggota keluarga.
Malangnya, tak ada gejala khas yang tampak secara kasat mata. Bahkan oleh dokter sekalipun. Fungsi hati kadang tak terganggu meski sudah mengalami sirosis. Tidak cuma itu. Anak juga terlihat sehat, nafsu makannya baik, berat tubuhnya pun naik dengan bagus pula. Penyakitnya baru ketahuan setelah dilakukan pemeriksaan darah. Gejala baru tampak begitu hati si penderita tak mampu lagi mempertahankan metabolisme tubuhnya.
Upaya pencegahan adalah langkah terbaik. Jika ada salah satu anggota keluarga dicurigai kena VHB, biasanya dilakukan screening terhadap anak-anaknya untuk mengetahui apakah membawa virus atau tidak. Pemeriksaan harus dilakukan kendati anak tak menunjukkan gejala sakit apa pun. Selain itu, imunisasi merupakan langkah efektif untuk mencegah masuknya VHB.
* Jumlah Pemberian:Sebanyak 3 kali, dengan interval 1 bulan antara suntikan pertama dan kedua, kemudian 5 bulan antara suntikan kedua dan ketiga. Jumlah pemberian : Hevac B = 2,5 ug, Hepaccin = 1,5 ug, B-Hepavac = 10 ug, Engerix-B = 10ug. Lokasi pemberian di deltoid atau paha anterolateral.
* Usia Pemberian:Sekurang-kurangnya 12 jam setelah lahir. Dengan syarat, kondisi bayi stabil, tak ada gangguan pada paru-paru dan jantung. Dilanjutkan pada usia 1 bulan, dan usia antara 3-6 bulan. Khusus bayi yang lahir dari ibu pengidap VHB, selain imunisasi yang dilakukan kurang dari 12 jam setelah lahir, juga diberikan imunisasi tambahan dengan imunoglobulin antihepatitis B dalam waktu sebelum berusia 24 jam.
* Lokasi Penyuntikan:Pada anak di lengan dengan cara intramuskuler. Sedangkan pada bayi di paha lewat anterolateral
(antero = otot-otot di bagian depan; lateral = otot bagian luar). Penyuntikan di bokong tak dianjurkan karena bisa mengurangi efektivitas vaksin.
* Efek Samping:Umumnya tak terjadi. Jikapun ada (kasusnya sangat jarang), berupa keluhan nyeri pada bekas suntikan, yang disusul demam ringan dan pembengkakan. Namun reaksi ini akan menghilang dalam waktu dua hari
* Tanda Keberhasilan:Tak ada tanda klinis yang dapat dijadikan patokan. Namun dapat dilakukan pengukuran keberhasilan melalui pemeriksaan darah dengan mengecek kadar hepatitis B-nya setelah anak berusia setahun. Bila kadarnya di atas 1000, berarti daya tahannya 8 tahun; di atas 500, tahan 5 tahun; di atas 200, tahan 3 tahun. Tetapi kalau angkanya cuma 100, maka dalam setahun akan hilang. Sementara bila angkanya nol berarti si bayi harus disuntik ulang 3 kali lagi.
* Tingkat Kekebalan:Cukup tinggi, antara 94-96%. Umumnya, setelah 3 kali suntikan, lebih dari 95% bayi mengalami respons imun yang cukup.
* Indikasi Kontra:Tak dapat diberikan pada anak yang menderita sakit berat
3. IMUNISASI POLIOBelum ada pengobatan efektif untuk membasmi polio. Penyakit yang dapat menyebabkan kelumpuhan ini, disebabkan virus poliomyelitis yang sangat menular. Penularannya bisa lewat makanan/minuman yang tercemar virus polio. Bisa juga lewat percikan ludah/air liur penderita polio yang masuk ke mulut orang sehat.
Virus polio berkembang biak dalam tenggorokan dan saluran pencernaan atau usus, lalu masuk ke aliran darah dan akhirnya ke sumsum tulang belakang hingga bisa menyebabkan kelumpuhan otot tangan dan kaki. Bila mengenai otot pernapasan, penderita akan kesulitan bernapas dan bisa meninggal.
Masa inkubasi virus antara 6-10 hari. Setelah demam 2-5 hari, umumnya akan mengalami kelumpuhan
mendadak pada salah satu anggota gerak. Namun tak semua orang yang terkena virus polio akan mengalami kelumpuhan, tergantung keganasan virus polio yang menyerang dan daya tahan tubuh si anak. Nah, imunisasi polio akan memberikan kekebalan terhadap serangan virus polio.
* Jumlah Pemberian:Bisa lebih dari jadwal yang telah ditentukan, mengingat adanya imunisasi polio massal. Namun jumlah yang berlebihan ini tak akan berdampak buruk. Ingat, tak ada istilah overdosis dalam imunisasi. Jumlah pemberian 0,5 mL subkutan.
* Usia Pemberian:Saat lahir (0 bulan), dan berikutnya di usia 2, 4, 6 bulan. Dilanjutkan pada usia 18 bulan dan 5 tahun. Kecuali saat lahir, pemberian vaksin polio selalu dibarengi dengan vaksin DTP.
* Cara Pemberian:Bisa lewat suntikan (Inactivated Poliomyelitis Vaccine/IPV), atau lewat mulut (Oral Poliomyelitis Vaccine/OPV). Di tanah air, yang digunakan adalah OPV.
* Efek Samping:Hampir tak ada. Hanya sebagian kecil saja yang mengalami pusing, diare ringan, dan sakit otot. Kasusnya pun sangat jarang.
* Tingkat Kekebalan:Dapat mencekal hingga 90%.
* Indikasi Kontra:Tak dapat diberikan pada anak yang menderita penyakit akut atau demam tinggi (di atas 380C); muntah atau diare; penyakit kanker atau keganasan; HIV/AIDS; sedang menjalani pengobatan steroid dan pengobatan radiasi umum; serta anak dengan mekanisme kekebalan terganggu
4. IMUNISASI DTP
Dengan pemberian imunisasi DTP, diharapkan penyakit difteri, tetanus, dan pertusis, menyingkir jauh dari tubuh si kecil. Kekebalan segera muncul seusai diimunisasi.
* Usia & Jumlah Pemberian:Sebanyak 5 kali; 3 kali di usia bayi (2, 4, 6 bulan), 1 kali di usia 18 bulan, dan 1 kali di usia 5 tahun.
Selanjutnya di usia 12 tahun, diberikan imunisasi TT.
* Efek Samping:Umumnya muncul demam yang dapat diatasi dengan obat penurun panas. Jika demamnya tinggi dan tak kunjung reda setelah 2 hari, segera bawa si kecil ke dokter. Namun jika demam tak muncul, bukan berarti imunisasinya gagal, bisa saja karena kualitas vaksinnya jelek, misal.
Untuk anak yang memiliki riwayat kejang demam, imunisasi DTP tetap aman. Kejang demam tak membahayakan, karena si kecil mengalami kejang hanya ketika demam dan tak akan mengalami kejang lagi setelah demamnya hilang. Jikapun orangtua tetap khawatir, si kecil dapat diberikan vaksin DTP asesular yang tak menimbulkan demam. Kalaupun terjadi demam, umumnya sangat ringan, hanya sekadar sumeng.
* Indikasi Kontra:Tak dapat diberikan kepada mereka yang kejangnya disebabkan suatu penyakit seperti epilepsi, menderita kelainan saraf yang betul-betul berat atau habis dirawat karena infeksi otak, dan yang alergi terhadap DTP. Mereka hanya boleh menerima vaksin DT tanpa P karena antigen P inilah yang menyebabkan panasPenyakit DTP yang BERBAHAYA1. DifteriPenyakit yang disebabkan kuman Corynebacterium diphtheriae ini, gejalanya mirip radang tenggorokan, yaitu batuk, suara serak, dan tenggorokan sakit. Namun, difteri tak disertai panas sebagaimana yang terjadi pada radang tenggorokan. Gejala lain difteri adalah kesulitan bernapas (leher seperti tercekik dan napas berbunyi), sehingga wajah dan tubuh membiru, serta adanya lapisan putih pada lidah dan bibir.Bakteri penyebab difteri ditularkan saat batuk, bersin, atau kala berbicara. Masa inkubasinya 1-6 hari. Penderita harus mendapatkan perawatan di rumah sakit dalam waktu cukup lama, sekitar 2-3 minggu, dan baru boleh pulang setelah penyakitnya benar-benar hilang 100%. Soalnya, difteri bisa kambuh lagi kalau belum betul-betul sembuh.
2. TetanusDisebabkan oleh bakteri Clostridium Tetani, penyakit ini berisiko menyebabkan kematian. Infeksi tetanus bisa terjadi karena luka, sekecil apa pun luka itu. Tetanus rawan menyerang bayi baru lahir, biasanya karena tindakan atau perawatan yang tidak steril.Gejala-gejala yang tampak antara lain kejang otot rahang, rasa sakit dan kaku di leher, bahu atau punggung. Kejang-kejang secara cepat merambat ke otot perut, lengan atas dan paha. Pengobatan dilakukan dengan pemberian antibiotik untuk mematikan kuman, antikejang untuk merilekskan otot-otot, dan antitetanus untuk menetralisir toksinnya.
3. PertusisDisebut juga kinghoest, batuk rejan, atau batuk 100 hari lantaran batuknya memang berlangsung lama, bisa sampai 3 bulan. Penyakit ini mudah sekali menular melalui udara yang mengandung bakteri Bordetella pertussis. Masa inkubasinya 6-20 hari.
Gejala awalnya seperti flu biasa, yaitu demam ringan, batuk, dan pilek, yang berlangsung selama 1-2 minggu. Kemudian, gejala batuknya mulai nyata dan kuat, batuk panjang secara terus-menerus yang berbeda dengan batuk biasa. Tak jarang, karena kuatnya batuk ini, anak bisa sampai menungging-nungging, muntah-muntah, mata merah, berair, dan napasnya susah. Gejalanya sangat berat. Bahkan beberapa penderita bisa mengalami perdarahan. Setelah 2-4 minggu berlalu, batuk mulai berkurang dan kondisi anak mulai pulih.Penderita akan diberi obat antibiotik untuk mematikan kuman, dan obat untuk mengurangi/menghentikan batuknya. Istirahat yang cukup, banyak minum, dan konsumsi makanan bergizi akan membantu mempercepat kesembuhan
5. IMUNISASI CAMPAKSebenarnya, bayi sudah mendapat kekebalan campak dari ibunya. Namun seiring bertambahnya usia, antibodi dari ibunya semakin menurun sehingga butuh antibodi tambahan lewat pemberian vaksin campak. Apalagi penyakit campak mudah menular, dan mereka yang daya tahan tubuhnya lemah gampang sekali terserang penyakit yang disebabkan virus Morbili ini. Untungnya, campak hanya diderita sekali seumur hidup. Jadi, sekali terkena campak, setelah itu biasanya tak akan terkena lagi.
Penularan campak terjadi lewat udara atau butiran halus air ludah (droplet) penderita yang terhirup melalui hidung atau mulut. Pada masa inkubasi yang berlangsung sekitar 10-12 hari, gejalanya sulit dideteksi. Setelah itu barulah muncul gejala flu (batuk, pilek, demam), mata kemerah-merahan dan berair, si kecil pun merasa silau saat melihat cahaya. Kemudian, di sebelah dalam mulut muncul bintik-bintik putih yang akan bertahan 3-4 hari. Beberapa anak juga mengalami diare. Satu-dua hari kemudian timbul demam tinggi yang turun naik, berkisar 38-40,5°C. Seiring dengan itu, barulah keluar bercak-bercak merah yang merupakan ciri khas penyakit ini. Ukurannya tidak terlalu besar, tapi juga tak terlalu kecil. Awalnya hanya muncul di beberapa bagian tubuh saja seperti kuping, leher, dada, muka, tangan dan kaki. Dalam waktu 1 minggu, bercak-bercak merah ini akan memenuhi seluruh tubuh. Namun bila daya tahan tubuhnya baik, bercak-bercak merah ini hanya di beberapa bagian tubuh saja dan tidak banyak.
Jika bercak merah sudah keluar, umumnya demam akan turun dengan sendirinya. Bercak merah pun akan berubah jadi kehitaman dan bersisik, disebut hiperpigmentasi. Pada akhirnya bercak akan mengelupas atau rontok atau sembuh dengan sendirinya. Umumnya, dibutuhkan waktu hingga 2 minggu sampai anak sembuh benar dari sisa-sisa campak. Dalam kondisi ini, tetaplah meminum obat yang sudah diberikan dokter. Jaga stamina dan konsumsi makanan bergizi. Pengobatannya bersifat simptomatis, yaitu mengobati berdasarkan gejala yang muncul. Hingga saat ini, belum ditemukan obat yang efektif mengatasi virus campak.
Jika tak ditangani dengan baik campak bisa sangat berbahaya. Bisa terjadi komplikasi, terutama pada campak yang berat. Ciri-ciri campak berat, selain bercaknya di sekujur tubuh, gejalanya tidak membaik setelah diobati 1-2 hari. Komplikasi yang terjadi biasanya berupa radang paru-paru (broncho pneumonia) dan radang otak (ensefalitis). Komplikasi inilah yang umumnya paling sering menimbulkan kematian pada anak.
* Usia & Jumlah Pemberian:Sebanyak 2 kali; 1 kali di usia 9 bulan, 1 kali di usia 6 tahun. Dianjurkan, pemberian campak ke-1 sesuai jadwal. Selain karena antibodi dari ibu sudah menurun di usia 9 bulan, penyakit campak umumnya menyerang anak usia balita. Jika sampai 12 bulan belum mendapatkan imunisasi campak, maka pada usia 12 bulan harus diimunisasi MMR (Measles Mumps Rubella).
* Efek Samping:Umumnya tidak ada. Pada beberapa anak, bisa menyebabkan demam dan diare, namun kasusnya sangat kecil. Biasanya demam berlangsung seminggu. Kadang juga terdapat efek kemerahan mirip campak selama 3 hari
2.3 PENYIMPANAN VAKSINPenyelenggaraan program imunisasi di Indonesia telah terbukti efektif antara lain dengan terbasminya penyakit cacar, dimana Indonesia dinyatakan bebas cacar sejak tahun 1974. Dalam penyelenggaraan program imunisasi dibutuhkan dukungan vaksin, alat suntik dan rantai dingin (cold chain) agar kualitas vaksinasi sesuai dengan standar guna menumbuhkan imunitas yang optimal bagi sasaran imunisasi.
Vaksin adalah suatu produk biologis yang terbuat dari kuman, komponen kuman, atau racun kuman yang telah dilemahkan atau dimatikan yang berguna untuk merangsang timbulnya kekebalan tubuh seseorang. Bila vaksin diberikan kepada seseorang, akan menimbulkan kekebalan spesifik secara aktif terhadap penyakit tertentu.
Sebagai produk biologis, vaksin memiliki karakteristik tertentu dan memerlukan penanganan yang khusus sejak diproduksi di pabrik hingga dipakai di unit pelayanan. Suhu yang baik untuk semua jenis vaksin adalah + 2 ºC s/d + 8 ºC.
Penyimpangan dari ketentuan yang ada dapat mengakibatkan kerusakan vaksin sehingga menurunkan atau menghilangkan potensinya bahkan bila diberikan kepada sasaran dapat menimbulkan kejadian ikutan pasca imunisasi (KIPI) yang tidak diinginkan. Kerusakan vaksin dapat mengakibatkan kerugian sumber daya yang tidak sedikit, baik dalam bentuk biaya vaksin, maupun biaya-biaya lain yang terpaksa dikeluarkan guna menanggulangi masalah KIPI atau kejadian luar biasa.
Selama ini masih banyak petugas kesehatan yang beranggapan bahwa bila ada pendingin maka vaksin sudah aman, malahan ada yang berfikir kalau makin dingin maka vaksin makin baik. Pendapat itu perlu diluruskan! Semua vaksin akan rusak bila terpapar panas atau terkena sinar matahari langsung. Tetapi beberapa vaksin juga tidak tahan terhadap pembekuan, bahkan dapat rusak secara permanen dalam waktu yang lebih singkat dibandingkan bila vaksin terpapar panas.Berdasarkan sensitivitas terhadap suhu, penggolongan vaksin adalah sebagai berikut :a. Vaksin sensitive beku (Freeze sensitive = FS), adalah golongan vaksin yang akan rusak terhadap suhu dingin dibawah 0ºC (beku) yaitu: Hepatitis B, DPT, DPT-HB, DT, TTb. Vaksin sensitive panas (Heat Sensitive = HS), adalah golongan vaksin yang akan rusak terhadap
paparan panas yang berlebih yaitu: BCG, Polio, Campak
Pemantauan suhu vaksin sangat penting dalam menetapkan secara cepat apakah vaksin masih layak digunakan atau tidak. Untuk membantu petugas dalam memantau suhu penyimpanan dan pengiriman vaksin ini, ada berbagai alat dengan indikator yang sangat peka seperti Vaccine Vial Monitor (VVM), Freeze watch atau Freezetag serta Time Temperatur Monitor (TTM).Dengan menggunakan alat pantau ini, dalam berbagai studi diketahui bahwa telah terjadi berbagai kasus paparan terhadap suhu beku pada vaksin yang peka terhadap pembekuan seperti Hepatitis B, DPT dan TT. Dengan adanya temuan ini maka telah dilakukan penyesuaian pengelolaan vaksin untuk mencegah pembekuan vaksin.
Kerusakan Vaksin Terhadap SuhuSuhu tempat penyimpanan yang tidak tepat akan menimbulkan kerusakan vaksin. Hal ini dapat dilihat dari keterangan di bawah ini:1. Vaksin Sensitif Bekua. Suhu terlalu dinginPada vaksin Hepatitis B, DPT-HB di suhu - 0,5 ºC dapat bertahan selama maksimum ½ jam dan DPT, DT, TT pada suhu - 5 ºC S/D -10 ºC dapat bertahan selama maksimum 1,5 – 2 jam.b. Suhu terlalu panasSedangkan vaksin DPT, DPT-HB, DT pada suhu beberapa ºC diatas suhu udara luar (ambient temperature < 34 ºC) dapat bertahan 14 hari sedangkan Hepatitis B dan TT dapat bertahan 30 hari.
Vaksin Sensitif PanasSementara Polio beberapa ºC diatas suhu udara luar (ambient temperature < 34 ºC) dapat bertahan selama 2 hari sedangkan Campak dan BCG beberapa ºC diatas suhu udara luar dapat bertahan 7 hariTerlihat bahwa rusaknya vaksin sensitif beku akibat terpapar suhu terlalu dingin, jauh lebih cepat daripada rusaknya vaksin sensitif panas akibat terpapar suhu terlalu panas. Oleh karena itu tidak mengherankan bila lebih banyak vaksin yang rusak akibat terpapar suhu terlalu dingin dibandingkan terpapar suhu terlalu panas.* Beberapa Catatan PentingPaparan panas secara kumulatif akan mengurangi umur dan potensi semua jenis vaksin. Untuk memantau hal tersebut dipergunakan alat pemantau suhu panas Vaccine Vial Monitor (VVM) dimana untuk vaksin dari Departeman Kesehatan RI sudah ditempelkan pada semua kemasan vaksin kecuali BCG. Alat ini berupa gambar lingkaran berwarna ungu dengan segi empat didalamnya yang berwarna putih pada VVM A.
Dengan pengaruh panas akan berubah menjadi VVM B dimana segi empat sudah berwarna ungu muda, VVM C dimana segi empat sudah berwarna ungu sama seperti lingkaran diluarnya dan VVM D dimana segi empat sudah berwarna lebih ungu dari pada lingkaran diluarnya. Vaksin dengan VVM C dan D pertanda sudah terpapar panas dan tidak boleh digunakan lagi.
Vaksin DPT, TT, DT, HB dan DPT-HB akan rusak bila terpapar suhu beku. Masing-masing vaksin tersebut memiliki titik beku tersediri, yaitu vaksin Hepatitis B beku pada suhu -0,5 ºC, sedang vaksin DPT, DT Dan
TT akan beku pada suhu -5 ºCVaksin yang tidak rusak oleh paparan suhu beku adalah Polio, Campak dan BCG. Untuk memantau suhu beku dapat dilakukan dengan menggunakan Freeze Watch dan Freeze tag yaitu alat yang sensitif terhadap suhu beku dimana bila alat ini terpapar suhu dibawah -0 ºC akan terlihat pada monitor berupa warna biru untuk Freeze Watch atau tanda silang untuk Freeze tag.Ditingkat puskesmas semua vaksin disimpan pada suhu +2 s/d +8 ºC sedang freezer yang ada hanya diperuntukkan bagi pembuatan cold pack (es batu).Untuk pendistribusian vaksin ke lapangan seperti posyandu sebaiknya menggunakan air dingin (cool pack) dan bila situasinya mengharuskan menggunakan cold pack, karena tempat yang panas atau jauh, sebaiknya vaksin diatur berdasarkan sensitifitasnya terhadap suhu dan diberi pelapis untuk jenis vaksin yang berbeda.
2.4 JADWAL PEMBERIAN IMUNISASI
BAB IIIPENUTUP
3.1 KESIMPULANImunisasi telah diketahui oleh dunia sebagai salah satu faktor yang dapat menurunkan infeksi berbagai penyakit. Sepanjang proses tumbuh kembang anak, anak memerlukan upaya pencegahan terhadap serangan penyakit yang dapat dilakukan melalui imunisasi. Imunisasi adalah salah satu cara untuk memberi kekebalan bagi tubuh terhadap serangan mikroorganisme sebelum mikroorganisme tersebut memiliki kesempatan untuk menyerang tubuh.Pemberian vaksinasi secara dini sangat penting karena penyakit-penyakit yang dapat dicegah dengan pemberian vaksinasi biasanya menyerang anak pada awal kehidupannya sehingga dapat mengancam jiwa jika diderita anak-anak tersebut.
3.2 SARANSecara global imunisasi telah menjadi hal yang sangat esensial, sehingga pengetahuan tentang imunisasi penting sekali diketahui masyarakat untuk menjaga agar bayi dan balitanya tetap dalam kondisi sehat dan terlindungi dari berbagai penyakit.DAFTAR PUSTAKA
Angka kematian bayi masih tinggi. www.penyakitmenular.infoImunisasi anak. majalah sehat anak.www.sehatanak.comImunisasi cegah campak dan tingkatkan kekebalan anak. www.dinkes-sulsel.go.idImunisasi perlu tidak, ya? Www.harian-global.comImunisasi wajib.www.tabloid-nakita.comImunisasi. Www.e-smartschool.comInfo imunisasi terkini!. Www.parenting.co.idInformasi perihal imunisasi. Www.rssa.ppimk.or.idJadwal imunisasi anak.www.biomed.ee.itb.ac.idJadwal imunisasi. Www.infobunda.comJangan mengabaikan jadwal imunisasi !.www.depkes.go.idPerlukah anak sehat diimunisasi?. Www.republika.or.idSatrio widianto hib dan ancaman kematian bayi. Www.pikiran-rakyat.comSeluk-beluk imunisasi. Www.sumeks.co.idSri rezeki s. Hadinegoro. Sepatah kata dari satgas imunisasi ikatan dokter anak indonesia.www.idai.or.idTanya jawab sebelum imunisasi anak anda.www.medicastore.comVaksinasi dan hiv. Www.spiritia.or.idVaksinasi sebabkan anak autis, betulkah?. Www.tabloid-nakita.comWaspada online. Penyimpanan vaksin. Www.waspada.co.idWong, Donna. L. 2004. Pedoman Klinis Keperawatan Pediatrik. EGC: JakartaYang salah dan benar tentang imunisasi. Www.tabloidnova.comKONSEP DASAR IMUNISASI
2.1.1 PengertianImunisasi adalah suatu proses untuk membuat sistem pertahanan tubuh kebal terhadap invasi mikroorganisme (bakteri dan virus) yang dapat menyebabkan infeksi sebelum mikroorganisme tersebut memiliki kesempatan untuk menyerang tubuh kita. Dengan imunisasi, tubuh kita akan terlindung dari infeksi begitu pula orang lain karena tidak tertular dari kita.
Oleh karena itu, imunisasi harus dilakukan oleh semua orang (pengecualian pada kelompok orang dengan keadaan-keadaan tertentu, red) agar pada akhirnya nanti infeksi dapat musnah dari muka bumi.
Imunisasi ada dua macam, yaitu imunisasi aktif dan pasif. Imunisasi aktif adalah pemberian kuman atau racun kuman yang sudah dilemahkan atau dimatikan dengan tujuan untuk merangsang tubuh memproduksi antibodi sendiri. Contohnya adalah imunisasi polio atau campak. Sedangkan imunisasi pasif adalah penyuntikan sejumlah antibodi, sehingga kadar antibodi dalam tubuh meningkat. Contohnya adalah penyuntikan ATS (Anti Tetanus Serum) pada orang yang mengalami luka kecelakaan. Contoh lain adalah yang terdapat pada bayi yang baru lahir dimana bayi tersebut menerima berbagai
jenis antibodi dari ibunya melalui darah placenta selama masa kandungan, misalnya antibodi terhadap campak.
2.1.2 Mekanisme Imunisasi Dalam Proses Pencegahan PenyakitImunisasi bekerja dengan cara merangsang pembentukan antibodi terhadap mikroorganisme tertentu tanpa menyebabkan seseorang sakit terlebih dahulu. Vaksin, zat yang digunakan untuk membentuk imunitas tubuh, terbuat dari mikroorganisme ataupun bagian dari mikroorganisme penyebab infeksi yang telah dimatikan atau dilemahkan, sehingga tidak akan membuat penderita jatuh sakit. Vaksin kemudian dimasukkan ke dalam tubuh yang biasanya melalui suntikan.Sistem pertahanan tubuh kemudian akan bereaksi terhadap vaksin yang dimasukan ke dalam tubuh tersebut sama seperti apabila mikroorganisme menyerang tubuh dengan cara membentuk antibodi. Antibodi kemudian akan membunuh vaksin tersebut layaknya membunuh mikroorganisme yang menyerang tubuh.
Kemudian antibodi akan terus berada di peredaran darah membentuk imunitas. Ketika suatu saat tubuh diserang oleh mikororganisme yang sama dengan yang terdapat di dalam vaksin, maka antibodi akan melindungi tubuh dan mencegah terjadinya infeksi.
2.1.3 Penyakit yang Dapat Dicegah dengan ImunisasiHingga saat ini terdapat 10 jenis vaksinasi yang dapat mencegah terjadinya infeksi pada anak, yaitu; polio, campak, gondongan, rubella (campak Jerman), difteria, tetanus, batuk rejan (pertusis), meningitis, cacar air, dan hepatitis B.Sedangkan terdapat 3 jenis vaksinasi yang dapat diberikan pada kelompok anak-anak ataupun dewasa dengan risiko tinggi menderita infeksi, yaitu; hepatitis A, flu (influenza), pneumonia.
2.1.4 Akibat Tidak Di Imunisasi
Secara garis besar, ada 2 kemungkinan;Pertama, jika anak tidak pernah terpapar dengan mikroorganisme penyebab infeksi, maka tidak akan terjadi apa-apa, anak akan tumbuh sehat. Kedua, jika anak terpapar dengan mikroorganisme penyebab infeksi, kemungkinan anak akan menderita penyakit atau tidak, tergantung bagaimana kekebalan tubuhnya apakah dapat melawan mikroorganisme tersebut atau tidak.Anak dapat sakit ringan saja dan hanya perlu beristirahat di rumah, ataupun gejalanya cukup berat hingga harus dirawat di rumah sakit, ataupun dapat berakibat fatal hingga menyebabkan kematian.Selain itu, dengan “membawa” mikrooragisme dalam tubuhnya, ia dapat menularkan penyakit ke orang lain di sekitarnya yang juga tidak memiliki perlindungan terhadap mikroorganisme tersebut dan pada akhirnya dapat menimbulkan epidemi dengan begitu banyak penderita yang sakit hingga meninggal.
2.1.5 Pentingnya Vaksinasi Dini pada AnakVaksin diberikan pada usia sangat dini karena penyakit-penyakit yang dapat dicegah dengan pemberian vaksinasi biasanya menyerang anak pada awal kehidupannya ataupun memberikan gejala yang berat, menimbulkan berbagai komplikasi, hingga mengancam jiwa jika diderita anak-anak tersebut.
Waktu pemberian vaksinasi juga disesuaikan dengan pola penyakit yang biasanya menyerang anak pada usia tertentu, sehingga imunisasi akan melindungi anak lebih awal sebelum penyakit tersebut memiliki kesempatan menyerang tubuh anak.
2.1.6 Bukti keberhasilan ImunisasiPada tahun 1977, setelah berkampanye selama 1 dekade, melibatkan 33 negara, cacar berhasil dieradikasi di seluruh dunia. Polio yang disebabkan oleh virus liar telah berhasil dieradikasi di belahan dunia Barat; tingkat vaksinasi anak-anak di Amerika Serikat selalu tinggi; dan penyakit serta kematian akibat difteri, pertusis, tetanus, campak, gondongan (mumps), rubela, dan HiB rendah.Organisasi Kesehatan Sedunia atau World Health Organization (WHO) mengumumkan keberhasilan 10 tahun program pemberantasan cacar pada tahun 1979. Cacar merupakan penyakit yang cepat berkembang selama berabad-abad, yang telah menyebabkan kematian dari 30% penderitanya. Penderita yang sembuh mengalami bekas luka yang merusak wajah dan kebutaan diakibatkan adanya kerusakan kornea.
2.1.7 Pemahaman yang Salah Terhadap ImunisasiSaat ini banyak orangtua yang enggan melakukankan imunisasi karena berbagai informasi yang beredar di masyarakat mengenai efek samping vaksinasi yang dapat terjadi, misalnya vaksinasi MMR menyebabkan autisme, beberapa vaksinasi menyebabkan sindroma kematian bayi mendadak (sudden infant death syndrome), kadar thimerosal (zat pengawet) yang terdapat dalam vaksin begitu tinggi sehingga bisa menyebabkan keracunan merkuri, dan lain sebagainya.Informasi-informasi tersebut menyebabkan terjadinya penurunan drastis dalam jumlah bayi-bayi yang mendapatkan imunisasi dan secara langsung menyebabkan jumlah penderita infeksi kembali meningkat. Ternyata pendapat-pendapat tersebut tidak didasarkan pada bukti-bukti ilmiah, hanya berupa dugaan belaka.
Berbagai penelitian yang telah dilakukan tidak menemukan hubungan secara langsung kejadian-kejadian tersebut dengan pemberian vaksinasi. Selain itu, berbagai teknologi terus dikembangkan untuk membuat vaksin yang lebih aman dan tidak menimbulkan efek samping.Sekali lagi harus diingat bahwa setiap tindakan yang dilakukan manusia selalu ada risikonya namun janganlah hanya mengkhawatirkankan risiko yang mungkin terjadi dari suatu tindakan yang akan dilakukan tanpa mempertimbangkan manfaat yang akan didapat. Jelas-jelas manfaat pemberian imunisasi jauh lebih besar dari kemungkinan komplikasi yang dapat terjadi.Ternyata, begitu banyak manfaat yang didapat dari pemberian imunisasi. Imunisasi merupakan tanda cinta dan perwujudan rasa tanggung jawab untuk melindungi anak. Karena itu, tidak ada lagi keragu-raguan untuk tidak memberikan imunisasi.Imunisasi tidak hanya melindungi individu dari serangan penyakit, tapi juga melindungi komunitas! Untuk itu ajaklah anak tetangga, anak tukang kebun, anak pak hansip, dan semua anak-anak yang belum mendapatkan vaksinasi untuk segera melakukan imunisasi.Vaksinasi, atau imunisasi, adalah suntikan yang merangsang ketahanan tubuh kita terhadap infeksi tertentu. Misalnya, sebagian besar orang diimunisasi terhadap beberapa infeksi waktu bayi. Dibutuhkan beberapa minggu setelah disuntik sehingga sistem kekebalan tubuh bereaksi pada vaksin yang
disuntikkan.Sebagian besar vaksin dipakai unjtuk mencegah infeksi. Tetapi, beberapa yang lain membantu tubuh kita untuk melawan infeksi yang sudah ada. Vaksin ini disebut ‘vaksin terapeutik.’ Ada beberapa vaksin terapeutik sedang ditelitikan dan diuji coba terhadap HIV.Vaksin ‘hidup’ memakai bentuk kuman yang dilemahkan. Vaksin jenis ini dapat menimbulkan penyakit yang ringan, kemudian sistem kekebalan mengambil alih untuk mencegah terhadap penyakit yang parah. Vaksin lain yang ‘dinonaktifkan’ (inactivated) tidak memakai kuman yang hidup. Dengan vaksin jenis ini, kita tidak mengalami penyakit, tetapi tubuh kita masih dapat membentuk keamanannya.Vaksin dapat menimbulkan efek samping. Dengan vaksin hidup, kita mungkin mengalami penyakit yang ringan. Bahkan dengan vaksin yang dinonaktifkan, sistem kekebalan kita akan bereaksi. Kita mungkin mengalami kesakitan, kemerahan, dan bengkak di tempat yang disuntik. Kita juga mungkin merasa lemas, kelelahan, atau mual selama satu-dua hari
2.1.8 Keamanan VaksinasiSuntikan vaksinasi sangat aman, tapi tidak selalu 100%. Seperti obat-obatan lainnya vaksinasi dapat menyebabkan beberapa reaksi yang biasanya ringan seperti nyeri lengan pada tempat suntikan dan demam dengan suhu tidak terlalu tinggi.Namun, reaksi yang berat dapat terjadi, tapi sangat jarang sekali (1 diantara 1 juta suntikan), misalnya reaksi alergi yang begitu hebat terhadap komponen zat-zat yang terdapat dalam vaksin.Meskipun begitu, yang harus selalu diingat adalah menderita penyakit-penyakit yang dapat dicegah jauh lebih berbahaya daripada kemungkinan komplikasi yang dapat terjadi akibat suntikan vaksinasi.
2.1.9 Benarkah Timerosal akibatkan autisme?Telah beredar kabar dengan luas bahwa zat pengawet yang mengandung merkuri dalam vaksin yaitu timerosal dapat menyebabkan penyakit autisme. Situasi ini semakin berkembang karena sampai sekarang beberapa vaksin masih mengandung timerosal, zat pengawet yang mengandung merkuri yang tidak digunakan lagi.Ada beberapa alasan mengapa kecemasan mengenai timerosal dalam vaksin sebenarnya merupakan informasi yang menyesatkan:· Jumlah merkuri yang terkandung sangat kecil.· Tidak ada hubungan merkuri dan autisme yang terbukti.· Tidak ada alasan yang masuk akal untuk mempercayai bahwa autisme terjadi karena sebab keracunan.Timerosal telah digunakan sebagai pengawet pada makhluk hidup dan vaksin sejak tahun 1930 karena dapat mencegah kontaminasi bakteri dan jamur, terutama pada tabung yang digunakan untuk beberapa kali pemakaian.
Pada tahun 1999, FDA (Food and Drug Administration) memeriksa catatan bahwa dengan bertambahnya jumlah vaksin yang dianjurkan pada bayi, jumlah total merkuri pada vaksin yang mengandung timerosal dapat melebihi batas yang dianjurkan oleh badan pengawas lain.
Jumlah merkuri yang ditentukan oleh FDA memiliki batas aman yang lebar, dan belum ada informasi mengenai bayi yang sakit akibatnya. Meski demikian untuk berhati-hati, US Public Health Service dan
The American Academy of Pediatrics meminta dokter untuk meminimalkan paparan terhadap vaksin yang mengandung timerosal dan kepada perusahaan pembuat vaksin untuk menghilangkan timerosal dari vaksin sesegera mungkin.
Pada pertengahan 2000 vaksin hepatitis B dan meningitis bakterial yang bebas timerosal tersedia luas. Kombinasi vaksin difteri, pertusis, dan tetanus sekarang juga tersedia tanpa timerosal. Vaksin MMR, cacar air, polio inaktif, dan konjugasi pneumokok tidak pernah mengandung timerosal.
Pusat pengawasan dan pencegahan penyakit (CDC) telah membandingkan angka kejadian autisme dengan jumlah timerosal yang ada dalam vaksin. Hasil menunjukkan bahwa tidak ada perubahan relatif angka kejadian antara autisme dengan jumlah timerosal yang diterima anak dalam 6 bulan pertama kehidupan (dari 0-160 mikrogram).
Hubungan yang lemah ditemukan antara asupan timerosal dan beberapa kelainan pertumbuhan saraf (seperti gangguan pemusatan perhatian) pada satu penelitian saja, namun tidak terbukti pada penelitian selanjutnya (4). Penelitian lain yang direncanakan sepertinya juga tidak akan menunjukkan hubungan bermakna.Komite Intitute of Medicine (IOM) yang telah menyebarkan luaskan laporannya pada bulan Oktober 2001 menemukan tidak ada bukti hubungan antara vaksin yang mengandung timerosal dan autisme, gangguan pemusatan perhatian, keterlambatan bicara dan bahasa, atau kelainan perkembangan saraf lainnya.
2.1.10 Bagaimana mendapat hasil yang terbaik imunisasi?Imunisasi anak sedini mungkin. Setelah anak lahir, segera tanyakan atau mintalah jadwal imunisasi dari Rumah Sakit, dokter atau bidan. Jangan tunggu anak bisa jalan, sudah bisa makan, atau sudah umur setahun untuk diimunisasi.Imunisasi tepat waktu. Supaya anak bisa diimunisasi tepat pada waktunyamintalah jadwal imunisasi tanyakan dan catat jenisnya imunisasi setelah anak diimunisasi, tanyakan jadwal dan jenis imunisasi berikutnya.
2.1.11 Kontraindikasi ImunisasiSeperti dikatakan di atas, vaksinasi pada umumnya adalah aman dan manfaat imunisasi jauh lebih banyak bila dibandingkan dengan komplikasi yang mungkin terjadi, namun ada beberapa keadaan khusus yang membuat anak-anak atau dewasa tidak boleh atau menunda diimunisasi.Keadaan ini kita sebut kontra indikasi. Kontra indikasi imunisasi adalah: Secara umum (berlaku untuk semua vaksin):alergi terhadap vaksin (setelah vaksinasi pertama timbul reaksi alergi, bahkan sampai syok),alergi terhadap zat lain yang terdapat di dalam vaksin (antibiotika yang terdapat di dalam vaksin, pengawet, dll),sakit sedang atau berat, dengan atau tanpa demam (sakit akut ringan dengan atau tanpa demam bukan indikasi kontra imunisasi)Secara khusus (untuk beberapa vaksin)
Imunodefisiensi (keganasan darah atau tumor padat, imunodefisiensi kongenital, terapi dengan obat-obatan yang menurunkan daya tahan tubuh seperti kortikosteroid (prednisone, metal prednisolon) jangka panjang.--> imunisasi polio oral, MMR, variselaInfeksi HIV (polio oral dan varisela) atau kontak HIV serumah (polio oral)Imunodefisiensi (gangguan kekebalan tubuh) penghuni rumah à polio oralKehamilan -> MMR, Varisela (tapi bila ibunya yang hamil, tidak apa-apa bila anaknya diimunisasi)
2.1.12 Kapan Imunisasi Harus Dilakukan?Seorang anak harus mendapatkan suntikan pertama sebelum berumur 2 bulan dan kemudian mendapatkan 4 atau lebih suntikan berikutnya sebelum berusia 2 tahun. Beberapa vaksinasi harus dilakukan suntikan booster (suntikan penguat) pada tahun- tahun berikutnya hingga anak belajar di sekolah dasar.
2.1.13 Apa yang harus dilakukan jika seorang anak terlambat mendapatkan imunisasi?Jika anak belum mendapatkan imunisasi sama sekali, segeralah rencanakan untuk memulai pemberian imunisasi. Tenaga medis akan memberikan vaksinasi sesuai umur anak saat ini, yang jadwalnya biasanya berbeda dengan jadwal anak yang mendapat imunisasi sesuai dengan ketentuan umur.Pemberian yang terlambat tidak akan mengurangi efektivitas vaksinasi untuk membentuk imunitas tubuh, hanya saja anak tidak mendapatkan perlindungan terhadap penyakit infeksi sedini mungkin.Begitu pula apabila anak tidak lengkap mendapatkan vaksinasi, segeralah lengkapi sesuai jadwal tanpa harus memulainya dari awal lagi.Sebenarnya, imunisasi di Indonesia secara teratur dimulai sejak tahun 1956 sehingga Indonesia dinyatakan bebas cacar oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pada tahun 1974. Tahun 1977 WHO memulai program imunisasi yang di Indonesia disebut Program Pengembangan Imunisasi (PPI).Pemerintah sebenarnya tidak mewajibkan berbagai jenis imunisasi harus dilakukan semua. Hanya lima jenis imunisasi pada anak di bawah satu tahun yang harus dilakukan, yakni BCG (bacillus calmette-guerin), DPT (difteri pertusis tetanus), polio, campak, dan hepatitis B.
2.2 JENIS IMUNISASI DASAR, CARA, TEMPAT DAN JADWAL PEMBERIAN.Imunisasi BCG dilakukan sekali pada bayi usia 0-11 bulan, lalu DPT diberikan tiga kali pada bayi usia 2-11 bulan dengan interval minimal empat minggu. Imunisasi polio diberikan empat kali pada bayi 0-11 bulan dengan interval minimal empat minggu.Sedangkan campak diberikan satu kali pada bayi usai 9-11 bulan. Terakhir, imunisasi hepatitis B harus diberikan tiga kali pada bayi usia 1-11 bulan, dengan interval minimal empat minggu.Jika ingin lebih teliti lagi, masih ada imunisasi yang harus dilakukan, yakni imunisasi tetanus toxoid (TT). Jenis imunisasi ini minimal dilakukan lima kali seumur hidup untuk mendapatkan kekebalan penuh. Imunisasi TT yang pertama bisa dilakukan kapan saja, misalnya sewaktu remaja. Lalu TT2 dilakukan sebulan setelah TT1 (dengan perlindungan tiga tahun).Tahap berikutnya adalah TT3, dilakukan enam bulan setelah TT2 (perlindungan enam tahun), kemudian TT4 diberikan satu tahun setelah TT3 (perlindungan 10 tahun), dan TT5 diberikan setahun setelah TT4 (perlindungan 25 tahun).Oleh karena imunisasi TT ini kerap diabaikan, pemerintah biasanya menganjurkan imunisasi TT dilakukan
pada calon suami-istri sebagai kelengkapan mendapatkan surat nikah. Imunisasi ini sangat berguna untuk melindungi bayi yang nantinya akan dilahirkan. Setelah mendapatkan suntikan pertama menjelang pernikahan, imunisasi TT tetap dilanjutkan hingga lima kali.Inilah 5 jenis imunisasi yang wajib diperoleh bayi sebelum usia setahun. Penyakit-penyakit yang hendak dicekalnya memiliki angka kesakitan dan kematian yang tinggi, selain bisa menimbulkan kecacatan.
1. IMUNISASI BCG
Ketahanan terhadap penyakit TB (Tuberkulosis) berkaitan dengan keberadaan virus tubercle bacili yang hidup di dalam darah. Itulah mengapa, agar memiliki kekebalan aktif, dimasukkanlah jenis basil tak berbahaya ini ke dalam tubuh, yaitu vaksinasi BCG (Bacillus Calmette-Guerin).Seperti diketahui, Indonesia termasuk negara endemis TB (penyakit TB terus-menerus ada sepanjang tahun) dan merupakan salah satu negara dengan penderita TB tertinggi di dunia. TB disebabkan kuman Mycrobacterium tuberculosis, dan mudah sekali menular melalui droplet, yaitu butiran air di udara yang terbawa keluar saat penderita batuk, bernapas ataupun bersin. Gejalanya antara lain: berat badan anak susah bertambah, sulit makan, mudah sakit, batuk berulang, demam dan berkeringat di malam hari, juga diare persisten. Masa inkubasi TB rata-rata berlangsung antara 8-12 minggu.Untuk mendiagnosis anak terkena TB atau tidak, perlu dilakukan tes rontgen untuk mengetahui adanya vlek, tes Mantoux untuk mendeteksi peningkatan kadar sel darah putih, dan tes darah untuk mengetahui ada-tidak gangguan laju endap darah. Bahkan, dokter pun perlu melakukan wawancara untuk mengetahui, apakah si kecil pernah atau tidak, berkontak dengan penderita TB.Jika anak positif terkena TB, dokter akan memberikan obat antibiotik khusus TB yang harus diminum dalam jangka panjang, minimal 6 bulan. Lama pengobatan tak bisa diperpendek karena bakteri TB tergolong sulit mati dan sebagian ada yang "tidur". Karenanya, mencegah lebih baik daripada mengobati. Selain menghindari anak berkontak dengan penderita TB, juga meningkatkan daya tahan tubuhnya yang salah satunya melalui pemberian imunisasi BCG.
* Jumlah Pemberian:Cukup 1 kali saja, tak perlu diulang (booster). Sebab, vaksin BCG berisi kuman hidup sehingga antibodi yang dihasilkannya tinggi terus. Berbeda dengan vaksin berisi kuman mati, hingga memerlukan pengulangan. Jumlah pemberian Intradermal 0,05 mL dan 0,1 mL
* Usia Pemberian:Di bawah 2 bulan. Jika baru diberikan setelah usia 2 bulan, disarankan tes Mantoux (tuberkulin) dahulu untuk mengetahui apakah si bayi sudah kemasukan kuman Mycobacterium tuberculosis atau belum. Vaksinasi dilakukan bila hasil tesnya negatif. Jika ada penderita TB yang tinggal serumah atau sering bertandang ke rumah, segera setelah lahir si kecil diimunisasi BCG
* Lokasi Penyuntikan:Lengan kanan atas, sesuai anjuran WHO. Meski ada juga petugas medis yang melakukan penyuntikan di paha.
* Efek Samping:Umumnya tidak ada. Namun pada beberapa anak timbul pembengkakan kelenjar getah bening di ketiak atau leher bagian bawah (atau di selangkangan bila penyuntikan dilakukan di paha). Biasanya akan sembuh sendiri.
* Tanda Keberhasilan:Muncul bisul kecil dan bernanah di daerah bekas suntikan setelah 4-6 minggu. Tidak menimbulkan nyeri dan tak diiringi panas. Bisul akan sembuh sendiri dan meninggalkan luka parut.
Jikapun bisul tak muncul, tak usah cemas. Bisa saja dikarenakan cara penyuntikan yang salah, mengingat cara menyuntikkannya perlu keahlian khusus karena vaksin harus masuk ke dalam kulit. Apalagi bila dilakukan di paha, proses menyuntikkannya lebih sulit karena lapisan lemak di bawah kulit paha umumnya lebih tebal.
Jadi, meski bisul tak muncul, antibodi tetap terbentuk, hanya saja dalam kadar rendah. Imunisasi pun tak perlu diulang, karena di daerah endemis TB, infeksi alamiah akan selalu ada. Dengan kata lain, anak akan mendapat vaksinasi alamiah.
* Indikasi Kontra:Tak dapat diberikan pada anak yang berpenyakit TB atau menunjukkan Mantoux positif.
2. IMUNISASI HEPATITIS BLebih dari 100 negara memasukkan vaksinasi ini dalam program nasionalnya. Apalagi Indonesia yang termasuk negara endemis tinggi penyakit hepatitis. Jika menyerang anak, penyakit yang disebabkan virus ini sulit disembuhkan. Bila sejak lahir telah terinfeksi virus hepatitis B (VHB), dapat menyebabkan kelainan-kelainan yang dibawanya terus hingga dewasa. Sangat mungkin terjadi sirosis atau pengerutan hati (kerusakan sel hati yang berat). Bahkan yang lebih buruk bisa mengakibatkan kanker hati.
Banyak jalan masuknya VHB ke tubuh si kecil. Yang potensial melalui jalan lahir. Bisa sejak dalam kandungan sudah tertular dari ibu yang mengidap hepatitis B atau saat proses kelahiran. Cara lain melalui kontak dengan darah penderita, semisal transfusi darah. Bisa juga melalui alat-alat medis yang sebelumnya telah terkontaminasi darah dari penderita hepatitis B, seperti jarum suntik yang tidak steril atau peralatan yang ada di klinik gigi. Bahkan juga lewat sikat gigi atau sisir rambut yang digunakan antar anggota keluarga.
Malangnya, tak ada gejala khas yang tampak secara kasat mata. Bahkan oleh dokter sekalipun. Fungsi hati kadang tak terganggu meski sudah mengalami sirosis. Tidak cuma itu. Anak juga terlihat sehat, nafsu makannya baik, berat tubuhnya pun naik dengan bagus pula. Penyakitnya baru ketahuan setelah dilakukan pemeriksaan darah. Gejala baru tampak begitu hati si penderita tak mampu lagi mempertahankan metabolisme tubuhnya.
Upaya pencegahan adalah langkah terbaik. Jika ada salah satu anggota keluarga dicurigai kena VHB, biasanya dilakukan screening terhadap anak-anaknya untuk mengetahui apakah membawa virus atau tidak. Pemeriksaan harus dilakukan kendati anak tak menunjukkan gejala sakit apa pun. Selain itu, imunisasi merupakan langkah efektif untuk mencegah masuknya VHB.
* Jumlah Pemberian:Sebanyak 3 kali, dengan interval 1 bulan antara suntikan pertama dan kedua, kemudian 5 bulan antara suntikan kedua dan ketiga. Jumlah pemberian : Hevac B = 2,5 ug, Hepaccin = 1,5 ug, B-Hepavac = 10 ug, Engerix-B = 10ug. Lokasi pemberian di deltoid atau paha anterolateral.
* Usia Pemberian:Sekurang-kurangnya 12 jam setelah lahir. Dengan syarat, kondisi bayi stabil, tak ada gangguan pada paru-paru dan jantung. Dilanjutkan pada usia 1 bulan, dan usia antara 3-6 bulan. Khusus bayi yang lahir dari ibu pengidap VHB, selain imunisasi yang dilakukan kurang dari 12 jam setelah lahir, juga diberikan imunisasi tambahan dengan imunoglobulin antihepatitis B dalam waktu sebelum berusia 24 jam.
* Lokasi Penyuntikan:Pada anak di lengan dengan cara intramuskuler. Sedangkan pada bayi di paha lewat anterolateral (antero = otot-otot di bagian depan; lateral = otot bagian luar). Penyuntikan di bokong tak dianjurkan karena bisa mengurangi efektivitas vaksin.
* Efek Samping:Umumnya tak terjadi. Jikapun ada (kasusnya sangat jarang), berupa keluhan nyeri pada bekas suntikan, yang disusul demam ringan dan pembengkakan. Namun reaksi ini akan menghilang dalam waktu dua hari
* Tanda Keberhasilan:Tak ada tanda klinis yang dapat dijadikan patokan. Namun dapat dilakukan pengukuran keberhasilan
melalui pemeriksaan darah dengan mengecek kadar hepatitis B-nya setelah anak berusia setahun. Bila kadarnya di atas 1000, berarti daya tahannya 8 tahun; di atas 500, tahan 5 tahun; di atas 200, tahan 3 tahun. Tetapi kalau angkanya cuma 100, maka dalam setahun akan hilang. Sementara bila angkanya nol berarti si bayi harus disuntik ulang 3 kali lagi.
* Tingkat Kekebalan:Cukup tinggi, antara 94-96%. Umumnya, setelah 3 kali suntikan, lebih dari 95% bayi mengalami respons imun yang cukup.
* Indikasi Kontra:Tak dapat diberikan pada anak yang menderita sakit berat
3. IMUNISASI POLIOBelum ada pengobatan efektif untuk membasmi polio. Penyakit yang dapat menyebabkan kelumpuhan ini, disebabkan virus poliomyelitis yang sangat menular. Penularannya bisa lewat makanan/minuman yang tercemar virus polio. Bisa juga lewat percikan ludah/air liur penderita polio yang masuk ke mulut orang sehat.
Virus polio berkembang biak dalam tenggorokan dan saluran pencernaan atau usus, lalu masuk ke aliran darah dan akhirnya ke sumsum tulang belakang hingga bisa menyebabkan kelumpuhan otot tangan dan kaki. Bila mengenai otot pernapasan, penderita akan kesulitan bernapas dan bisa meninggal.
Masa inkubasi virus antara 6-10 hari. Setelah demam 2-5 hari, umumnya akan mengalami kelumpuhan mendadak pada salah satu anggota gerak. Namun tak semua orang yang terkena virus polio akan mengalami kelumpuhan, tergantung keganasan virus polio yang menyerang dan daya tahan tubuh si anak. Nah, imunisasi polio akan memberikan kekebalan terhadap serangan virus polio.
* Jumlah Pemberian:Bisa lebih dari jadwal yang telah ditentukan, mengingat adanya imunisasi polio massal. Namun jumlah yang berlebihan ini tak akan berdampak buruk. Ingat, tak ada istilah overdosis dalam imunisasi. Jumlah pemberian 0,5 mL subkutan.
* Usia Pemberian:Saat lahir (0 bulan), dan berikutnya di usia 2, 4, 6 bulan. Dilanjutkan pada usia 18 bulan dan 5 tahun. Kecuali saat lahir, pemberian vaksin polio selalu dibarengi dengan vaksin DTP.
* Cara Pemberian:Bisa lewat suntikan (Inactivated Poliomyelitis Vaccine/IPV), atau lewat mulut (Oral Poliomyelitis Vaccine/OPV). Di tanah air, yang digunakan adalah OPV.
* Efek Samping:Hampir tak ada. Hanya sebagian kecil saja yang mengalami pusing, diare ringan, dan sakit otot. Kasusnya pun sangat jarang.
* Tingkat Kekebalan:Dapat mencekal hingga 90%.
* Indikasi Kontra:Tak dapat diberikan pada anak yang menderita penyakit akut atau demam tinggi (di atas 380C); muntah atau diare; penyakit kanker atau keganasan; HIV/AIDS; sedang menjalani pengobatan steroid dan pengobatan radiasi umum; serta anak dengan mekanisme kekebalan terganggu
4. IMUNISASI DTP
Dengan pemberian imunisasi DTP, diharapkan penyakit difteri, tetanus, dan pertusis, menyingkir jauh dari tubuh si kecil. Kekebalan segera muncul seusai diimunisasi.
* Usia & Jumlah Pemberian:Sebanyak 5 kali; 3 kali di usia bayi (2, 4, 6 bulan), 1 kali di usia 18 bulan, dan 1 kali di usia 5 tahun. Selanjutnya di usia 12 tahun, diberikan imunisasi TT.
* Efek Samping:Umumnya muncul demam yang dapat diatasi dengan obat penurun panas. Jika demamnya tinggi dan tak kunjung reda setelah 2 hari, segera bawa si kecil ke dokter. Namun jika demam tak muncul, bukan berarti imunisasinya gagal, bisa saja karena kualitas vaksinnya jelek, misal.
Untuk anak yang memiliki riwayat kejang demam, imunisasi DTP tetap aman. Kejang demam tak membahayakan, karena si kecil mengalami kejang hanya ketika demam dan tak akan mengalami kejang lagi setelah demamnya hilang. Jikapun orangtua tetap khawatir, si kecil dapat diberikan vaksin DTP asesular yang tak menimbulkan demam. Kalaupun terjadi demam, umumnya sangat ringan, hanya sekadar sumeng.
* Indikasi Kontra:Tak dapat diberikan kepada mereka yang kejangnya disebabkan suatu penyakit seperti epilepsi, menderita kelainan saraf yang betul-betul berat atau habis dirawat karena infeksi otak, dan yang alergi terhadap DTP. Mereka hanya boleh menerima vaksin DT tanpa P karena antigen P inilah yang
menyebabkan panasPenyakit DTP yang BERBAHAYA1. DifteriPenyakit yang disebabkan kuman Corynebacterium diphtheriae ini, gejalanya mirip radang tenggorokan, yaitu batuk, suara serak, dan tenggorokan sakit. Namun, difteri tak disertai panas sebagaimana yang terjadi pada radang tenggorokan. Gejala lain difteri adalah kesulitan bernapas (leher seperti tercekik dan napas berbunyi), sehingga wajah dan tubuh membiru, serta adanya lapisan putih pada lidah dan bibir.Bakteri penyebab difteri ditularkan saat batuk, bersin, atau kala berbicara. Masa inkubasinya 1-6 hari. Penderita harus mendapatkan perawatan di rumah sakit dalam waktu cukup lama, sekitar 2-3 minggu, dan baru boleh pulang setelah penyakitnya benar-benar hilang 100%. Soalnya, difteri bisa kambuh lagi kalau belum betul-betul sembuh.
2. TetanusDisebabkan oleh bakteri Clostridium Tetani, penyakit ini berisiko menyebabkan kematian. Infeksi tetanus bisa terjadi karena luka, sekecil apa pun luka itu. Tetanus rawan menyerang bayi baru lahir, biasanya karena tindakan atau perawatan yang tidak steril.Gejala-gejala yang tampak antara lain kejang otot rahang, rasa sakit dan kaku di leher, bahu atau punggung. Kejang-kejang secara cepat merambat ke otot perut, lengan atas dan paha. Pengobatan dilakukan dengan pemberian antibiotik untuk mematikan kuman, antikejang untuk merilekskan otot-otot, dan antitetanus untuk menetralisir toksinnya.
3. PertusisDisebut juga kinghoest, batuk rejan, atau batuk 100 hari lantaran batuknya memang berlangsung lama, bisa sampai 3 bulan. Penyakit ini mudah sekali menular melalui udara yang mengandung bakteri Bordetella pertussis. Masa inkubasinya 6-20 hari.Gejala awalnya seperti flu biasa, yaitu demam ringan, batuk, dan pilek, yang berlangsung selama 1-2 minggu. Kemudian, gejala batuknya mulai nyata dan kuat, batuk panjang secara terus-menerus yang berbeda dengan batuk biasa. Tak jarang, karena kuatnya batuk ini, anak bisa sampai menungging-nungging, muntah-muntah, mata merah, berair, dan napasnya susah. Gejalanya sangat berat. Bahkan beberapa penderita bisa mengalami perdarahan. Setelah 2-4 minggu berlalu, batuk mulai berkurang dan kondisi anak mulai pulih.Penderita akan diberi obat antibiotik untuk mematikan kuman, dan obat untuk mengurangi/menghentikan batuknya. Istirahat yang cukup, banyak minum, dan konsumsi makanan bergizi akan membantu mempercepat kesembuhan
5. IMUNISASI CAMPAKSebenarnya, bayi sudah mendapat kekebalan campak dari ibunya. Namun seiring bertambahnya usia, antibodi dari ibunya semakin menurun sehingga butuh antibodi tambahan lewat pemberian vaksin campak. Apalagi penyakit campak mudah menular, dan mereka yang daya tahan tubuhnya lemah gampang sekali terserang penyakit yang disebabkan virus Morbili ini. Untungnya, campak hanya diderita sekali seumur hidup. Jadi, sekali terkena campak, setelah itu biasanya tak akan terkena lagi.
Penularan campak terjadi lewat udara atau butiran halus air ludah (droplet) penderita yang terhirup melalui hidung atau mulut. Pada masa inkubasi yang berlangsung sekitar 10-12 hari, gejalanya sulit dideteksi. Setelah itu barulah muncul gejala flu (batuk, pilek, demam), mata kemerah-merahan dan berair, si kecil pun merasa silau saat melihat cahaya. Kemudian, di sebelah dalam mulut muncul bintik-bintik putih yang akan bertahan 3-4 hari. Beberapa anak juga mengalami diare. Satu-dua hari kemudian timbul demam tinggi yang turun naik, berkisar 38-40,5°C. Seiring dengan itu, barulah keluar bercak-bercak merah yang merupakan ciri khas penyakit ini. Ukurannya tidak terlalu besar, tapi juga tak terlalu kecil. Awalnya hanya muncul di beberapa bagian tubuh saja seperti kuping, leher, dada, muka, tangan dan kaki. Dalam waktu 1 minggu, bercak-bercak merah ini akan memenuhi seluruh tubuh. Namun bila daya tahan tubuhnya baik, bercak-bercak merah ini hanya di beberapa bagian tubuh saja dan tidak banyak.
Jika bercak merah sudah keluar, umumnya demam akan turun dengan sendirinya. Bercak merah pun akan berubah jadi kehitaman dan bersisik, disebut hiperpigmentasi. Pada akhirnya bercak akan mengelupas atau rontok atau sembuh dengan sendirinya. Umumnya, dibutuhkan waktu hingga 2 minggu sampai anak sembuh benar dari sisa-sisa campak. Dalam kondisi ini, tetaplah meminum obat yang sudah diberikan dokter. Jaga stamina dan konsumsi makanan bergizi. Pengobatannya bersifat simptomatis, yaitu mengobati berdasarkan gejala yang muncul. Hingga saat ini, belum ditemukan obat yang efektif mengatasi virus campak.
Jika tak ditangani dengan baik campak bisa sangat berbahaya. Bisa terjadi komplikasi, terutama pada campak yang berat. Ciri-ciri campak berat, selain bercaknya di sekujur tubuh, gejalanya tidak membaik setelah diobati 1-2 hari. Komplikasi yang terjadi biasanya berupa radang paru-paru (broncho pneumonia) dan radang otak (ensefalitis). Komplikasi inilah yang umumnya paling sering menimbulkan kematian pada anak.
* Usia & Jumlah Pemberian:Sebanyak 2 kali; 1 kali di usia 9 bulan, 1 kali di usia 6 tahun. Dianjurkan, pemberian campak ke-1 sesuai jadwal. Selain karena antibodi dari ibu sudah menurun di usia 9 bulan, penyakit campak umumnya menyerang anak usia balita. Jika sampai 12 bulan belum mendapatkan imunisasi campak, maka pada usia 12 bulan harus diimunisasi MMR (Measles Mumps Rubella).
* Efek Samping:Umumnya tidak ada. Pada beberapa anak, bisa menyebabkan demam dan diare, namun kasusnya sangat kecil. Biasanya demam berlangsung seminggu. Kadang juga terdapat efek kemerahan mirip campak selama 3 hari
2.3 PENYIMPANAN VAKSINPenyelenggaraan program imunisasi di Indonesia telah terbukti efektif antara lain dengan terbasminya penyakit cacar, dimana Indonesia dinyatakan bebas cacar sejak tahun 1974. Dalam penyelenggaraan program imunisasi dibutuhkan dukungan vaksin, alat suntik dan rantai dingin (cold chain) agar kualitas vaksinasi sesuai dengan standar guna menumbuhkan imunitas yang optimal bagi sasaran imunisasi.
Vaksin adalah suatu produk biologis yang terbuat dari kuman, komponen kuman, atau racun kuman yang telah dilemahkan atau dimatikan yang berguna untuk merangsang timbulnya kekebalan tubuh seseorang. Bila vaksin diberikan kepada seseorang, akan menimbulkan kekebalan spesifik secara aktif terhadap penyakit tertentu.
Sebagai produk biologis, vaksin memiliki karakteristik tertentu dan memerlukan penanganan yang khusus sejak diproduksi di pabrik hingga dipakai di unit pelayanan. Suhu yang baik untuk semua jenis vaksin adalah + 2 ºC s/d + 8 ºC.
Penyimpangan dari ketentuan yang ada dapat mengakibatkan kerusakan vaksin sehingga menurunkan atau menghilangkan potensinya bahkan bila diberikan kepada sasaran dapat menimbulkan kejadian ikutan pasca imunisasi (KIPI) yang tidak diinginkan. Kerusakan vaksin dapat mengakibatkan kerugian sumber daya yang tidak sedikit, baik dalam bentuk biaya vaksin, maupun biaya-biaya lain yang terpaksa dikeluarkan guna menanggulangi masalah KIPI atau kejadian luar biasa.
Selama ini masih banyak petugas kesehatan yang beranggapan bahwa bila ada pendingin maka vaksin sudah aman, malahan ada yang berfikir kalau makin dingin maka vaksin makin baik. Pendapat itu perlu diluruskan! Semua vaksin akan rusak bila terpapar panas atau terkena sinar matahari langsung. Tetapi beberapa vaksin juga tidak tahan terhadap pembekuan, bahkan dapat rusak secara permanen dalam waktu yang lebih singkat dibandingkan bila vaksin terpapar panas.Berdasarkan sensitivitas terhadap suhu, penggolongan vaksin adalah sebagai berikut :a. Vaksin sensitive beku (Freeze sensitive = FS), adalah golongan vaksin yang akan rusak terhadap suhu dingin dibawah 0ºC (beku) yaitu: Hepatitis B, DPT, DPT-HB, DT, TTb. Vaksin sensitive panas (Heat Sensitive = HS), adalah golongan vaksin yang akan rusak terhadap paparan panas yang berlebih yaitu: BCG, Polio, Campak
Pemantauan suhu vaksin sangat penting dalam menetapkan secara cepat apakah vaksin masih layak digunakan atau tidak. Untuk membantu petugas dalam memantau suhu penyimpanan dan pengiriman vaksin ini, ada berbagai alat dengan indikator yang sangat peka seperti Vaccine Vial Monitor (VVM), Freeze watch atau Freezetag serta Time Temperatur Monitor (TTM).Dengan menggunakan alat pantau ini, dalam berbagai studi diketahui bahwa telah terjadi berbagai kasus paparan terhadap suhu beku pada vaksin yang peka terhadap pembekuan seperti Hepatitis B, DPT dan TT. Dengan adanya temuan ini maka telah dilakukan penyesuaian pengelolaan vaksin untuk mencegah pembekuan vaksin.
Kerusakan Vaksin Terhadap SuhuSuhu tempat penyimpanan yang tidak tepat akan menimbulkan kerusakan vaksin. Hal ini dapat dilihat dari keterangan di bawah ini:1. Vaksin Sensitif Bekua. Suhu terlalu dinginPada vaksin Hepatitis B, DPT-HB di suhu - 0,5 ºC dapat bertahan selama maksimum ½ jam dan DPT, DT,
TT pada suhu - 5 ºC S/D -10 ºC dapat bertahan selama maksimum 1,5 – 2 jam.b. Suhu terlalu panasSedangkan vaksin DPT, DPT-HB, DT pada suhu beberapa ºC diatas suhu udara luar (ambient temperature < 34 ºC) dapat bertahan 14 hari sedangkan Hepatitis B dan TT dapat bertahan 30 hari.
Vaksin Sensitif PanasSementara Polio beberapa ºC diatas suhu udara luar (ambient temperature < 34 ºC) dapat bertahan selama 2 hari sedangkan Campak dan BCG beberapa ºC diatas suhu udara luar dapat bertahan 7 hariTerlihat bahwa rusaknya vaksin sensitif beku akibat terpapar suhu terlalu dingin, jauh lebih cepat daripada rusaknya vaksin sensitif panas akibat terpapar suhu terlalu panas. Oleh karena itu tidak mengherankan bila lebih banyak vaksin yang rusak akibat terpapar suhu terlalu dingin dibandingkan terpapar suhu terlalu panas.* Beberapa Catatan PentingPaparan panas secara kumulatif akan mengurangi umur dan potensi semua jenis vaksin. Untuk memantau hal tersebut dipergunakan alat pemantau suhu panas Vaccine Vial Monitor (VVM) dimana untuk vaksin dari Departeman Kesehatan RI sudah ditempelkan pada semua kemasan vaksin kecuali BCG. Alat ini berupa gambar lingkaran berwarna ungu dengan segi empat didalamnya yang berwarna putih pada VVM A.
Dengan pengaruh panas akan berubah menjadi VVM B dimana segi empat sudah berwarna ungu muda, VVM C dimana segi empat sudah berwarna ungu sama seperti lingkaran diluarnya dan VVM D dimana segi empat sudah berwarna lebih ungu dari pada lingkaran diluarnya. Vaksin dengan VVM C dan D pertanda sudah terpapar panas dan tidak boleh digunakan lagi.
Vaksin DPT, TT, DT, HB dan DPT-HB akan rusak bila terpapar suhu beku. Masing-masing vaksin tersebut memiliki titik beku tersediri, yaitu vaksin Hepatitis B beku pada suhu -0,5 ºC, sedang vaksin DPT, DT Dan TT akan beku pada suhu -5 ºCVaksin yang tidak rusak oleh paparan suhu beku adalah Polio, Campak dan BCG. Untuk memantau suhu beku dapat dilakukan dengan menggunakan Freeze Watch dan Freeze tag yaitu alat yang sensitif terhadap suhu beku dimana bila alat ini terpapar suhu dibawah -0 ºC akan terlihat pada monitor berupa warna biru untuk Freeze Watch atau tanda silang untuk Freeze tag.Ditingkat puskesmas semua vaksin disimpan pada suhu +2 s/d +8 ºC sedang freezer yang ada hanya diperuntukkan bagi pembuatan cold pack (es batu).Untuk pendistribusian vaksin ke lapangan seperti posyandu sebaiknya menggunakan air dingin (cool pack) dan bila situasinya mengharuskan menggunakan cold pack, karena tempat yang panas atau jauh, sebaiknya vaksin diatur berdasarkan sensitifitasnya terhadap suhu dan diberi pelapis untuk jenis vaksin yang berbeda.
2.4 JADWAL PEMBERIAN IMUNISASI
BAB IIIPENUTUP
3.1 KESIMPULANImunisasi telah diketahui oleh dunia sebagai salah satu faktor yang dapat menurunkan infeksi berbagai penyakit. Sepanjang proses tumbuh kembang anak, anak memerlukan upaya pencegahan terhadap serangan penyakit yang dapat dilakukan melalui imunisasi. Imunisasi adalah salah satu cara untuk memberi kekebalan bagi tubuh terhadap serangan mikroorganisme sebelum mikroorganisme tersebut memiliki kesempatan untuk menyerang tubuh.Pemberian vaksinasi secara dini sangat penting karena penyakit-penyakit yang dapat dicegah dengan pemberian vaksinasi biasanya menyerang anak pada awal kehidupannya sehingga dapat mengancam jiwa jika diderita anak-anak tersebut.
3.2 SARANSecara global imunisasi telah menjadi hal yang sangat esensial, sehingga pengetahuan tentang imunisasi penting sekali diketahui masyarakat untuk menjaga agar bayi dan balitanya tetap dalam kondisi sehat dan terlindungi dari berbagai penyakit.DAFTAR PUSTAKA
Angka kematian bayi masih tinggi. www.penyakitmenular.infoImunisasi anak. majalah sehat anak.www.sehatanak.comImunisasi cegah campak dan tingkatkan kekebalan anak. www.dinkes-sulsel.go.idImunisasi perlu tidak, ya? Www.harian-global.comImunisasi wajib.www.tabloid-nakita.comImunisasi. Www.e-smartschool.comInfo imunisasi terkini!. Www.parenting.co.idInformasi perihal imunisasi. Www.rssa.ppimk.or.idJadwal imunisasi anak.www.biomed.ee.itb.ac.idJadwal imunisasi. Www.infobunda.comJangan mengabaikan jadwal imunisasi !.www.depkes.go.idPerlukah anak sehat diimunisasi?. Www.republika.or.id
Satrio widianto hib dan ancaman kematian bayi. Www.pikiran-rakyat.comSeluk-beluk imunisasi. Www.sumeks.co.idSri rezeki s. Hadinegoro. Sepatah kata dari satgas imunisasi ikatan dokter anak indonesia.www.idai.or.idTanya jawab sebelum imunisasi anak anda.www.medicastore.comVaksinasi dan hiv. Www.spiritia.or.idVaksinasi sebabkan anak autis, betulkah?. Www.tabloid-nakita.comWaspada online. Penyimpanan vaksin. Www.waspada.co.idWong, Donna. L. 2004. Pedoman Klinis Keperawatan Pediatrik. EGC: JakartaYang salah dan benar tentang imunisasi. Www.tabloidnova.comv
KONSEP DASAR IMUNISASI
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kesehatan sebagai salah satu unsur kesejahteraan umum perlu diwujudkan sesuai dengan cita-cita
bangsa Indonesia sebagaimana dimaksud dalam UUD 1945 melalui Pembangunan Nasional yang
berkesinambungan berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.Keberhasilan pembangunan kesehatan sangat
dipengaruhi oleh tersedianya sumber daya manusia yang sehat, terampil dan ahli, serta disusun dalam
satu program kesehatan dengan perencanaan terpadu yang didukung oleh data dan informasi
epidemiologi yang valid.
Pembangunan bidang kesehatan di Indonesia saat ini mempunyai beban ganda (double burden).
Penyakit menular masih merupakan masalah, sementara penyakit degeneratif juga muncul sebagai
masalah. Penyakit menular tidak mengenal batas wilayah administrasi, sehingga menyulitkan
pemberantasannya. Dengan tersedianya vaksin yang dapat mencegah penyakit menular tertentu, maka
tindakan pencegahan untuk mencegah berpindahnya penyakit dari satu daerah atau negara ke negara
lain dapat dilakukan dalam waktu relatif singkat dan dengan hasil yang efektif.
Dengan upaya imunisasi terbukti bahwa penyakit cacar telah terbasmi dan Indonesia dinyatakan
bebas dari penyakit cacar sejak tahun 1974. Mulai tahun 1977, upaya imunisasi diperluas menjadi
Program Pengembangan Imunisasi dalam rangka pencegahan penularan terhadap Penyakit yang Dapat
Dicegah Dengan Imunisasi (PD3I) yaitu, tuberculosis, difteri, pertusis, campak, polio, tetanus serta
hepatitis B.
Walaupun PD3I sudah dapat ditekan, cakupan imunisasi harus dipertahankan tinggi dan merata.
Kegagalan untuk menjaga tingkat perlindungan yang tinggi dan merata dapat menimbulkan letusan
(KLB) PD3I. Untuk itu, upaya imunisasi perlu disertai dengan upaya surveilans epidemiologi agar setiap
peningkatan kasus penyakit atau terjadinya KLB dapat terdeteksi dan segera diatasi. Dalam PP Nomor 25
Tahun 2000 kewenangan surveilans epidemiologi, termasuk penanggulangan KLB merupakan
kewenangan bersama antara pemerintah pusat dan pemerintah provinsi. Selama beberapa tahun
terakhir ini, kekawatiran akan kembalinya beberapa penyakit menular dan timbulnya penyakit-penyakit
menular baru kian meningkat.
Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi membawa program imunisasi kedalam
penyelenggaraan yang bermutu dan efisien. Upaya tersebut didukung dengan kemajuan yang pesat
dalam bidang penemuan vaksin baru (Rotavirus, Japanese encephalitis, dan lain-lain). Beberapa jenis
vaksin dapat digabung sebagai vaksin kombinasi yang terbukti dapat meningkatkan cakupan imunisasi,
mengurangi jumlah suntikan dan kontak dengan petugas imunisasi.
Dari uraian diatas jelaslah bahwa upaya imunisasi perlu terus ditingkatkan untuk mencapai tingkat
population imunity (kekebalan masyarakat) yang tinggi sehingga dapat memutuskan rantai penularan
PD3I. Dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan tehnologi, upaya imunisasi dapat semakin efektif dan
efisien dengan harapan dapat memberikan sumbangan yang nyata bagi kesejahteraan anak, ibu serta
masyarakat lainnya.
SEJARAH IMUNISASI
Imunisasi di Indonesia secara teratur dimulai sejak th 1956
Tahun 1974 WHO menyatakan Indonesia bebas cacar
Tahun 1978 seluruh dunia dinyatakan bebas cacar
1977 WHO memulai pelaksanaan program imunisasi sebagai upaya global secara resmi disebut “
Expanded Program on Immunization (EPI) yg dikenal di Indonesia PPI (Program Pengembangan Imunisasi
)
Pada tahun 1977 PPI di Indonesia secara resmi dimulai di 55 Pkm
Pada tahun 1981 imunisasi polio baru masuk EPI / PPI
Pada tahun 1982 imunisasi Campak baru masuk EPI/ PPI
Sejak tahun 1982 Program imunisasi di Ind mencakup 6 jenis antigen ( TBC, Polio, Difteri, Pertusis,
Tetanus, Campak)
Sejak tahun 1997 program imunisasi mencakup 7 jenis antigen yaitu ditambah dg hepatitis B
Defenisi
Imunisasi berasl dari kata imun,kebal atau resisiten.Anak di iminisasi berarti di berikan kekebalan
terhadap suatu penyakit tertentu.Anak kebal atau resisiten terhadap suatu penyakit,tetapi belum tentu
kebal terhadap penyakit yang lain.
(Notoadinojo,1997:37)
Kata imun berasal dari kata latin(imunitas)Romawi selama masa jabatan mereka terhadap kewajiban
sebagai warganegara biasa dan terhadap dakwaan.Dalam sejarah istilah ini kemudian berkembang
sehingga pengertiannya berubah menjadi perlindungan terhadap penyakit
menular(THEOPHILVS,2000,meni dan madrona,2001)
Indonesia telah melaksanakan pengembangan program iminisasi(PPI)sejak tahun 1977, yang bertujuan
antara lain
Eradikasi Polro(Erapo)
Eliminasi tetanus neonatal(ETN)dan maternal
Reduksi campak,dll.
Pekan iminisasi nasional telah dilaksanakan Indonesia dan berlangsung dengan baik,merupakan pekan
di mana setiap anak balita umur 0-59 bulan yang tinggal di Indonesia pada saat tersebut mendapat 2
tetes faksin polio/oral tanpa melihat setatus imunisasi dan kewarganegaraanya .Vaksin Polio di berikan 2
kali dengan selang waktu sekitar 4 minggu yang telah dilakukan berturut-turut pada tahun
1995,1996,1997,dan 2002.
Tujuan imunisasi
a. Tujuan/manfaat imunisasi adalah untuk mencegah terjadinya penyakit tertentu pada seseorang dan
menghilangkan penyakit tertentu di dunia.
b. Untuk melindungi dan mencegah penyakit-penyakit menular yang sangat berbahaya bagi bayi dan anak.
c. Diharapkan anak menjadi kebal terhadap penyakit sehingga dapat menurunkan angka morbinitas dan
mortalitas serta dapat menggurangi kecacatan akibat penyakit.
d. Untuk menurunkan morbiditas,mortalitas dan cacat serta bila munggkin di dapat eradikasi suatu
penyakit dari suatu daerah atau negeri.
e. Untuk mengurangi anggka penderita suatu penyakit yang sangat membahayakan bagi kesehatan
bahkan bisa menyebabkan kematian,penyakit yang dapat dihindari
yaitu:campak,polio,dipteri,tetanus,batuk,rejan-hepatitis B,gondongan,cacar air,TBC,dll.
Sasaran
Program imunisasi di Indonesia mewrupakan program unggulan untuk mencegah anggka kematian pada
bayi,anak bawah 3 tahun,bawah 5 tahun,program ini akan mencakub berapa jenis imunisasi,sementara
sasaran dari program itu sendiri antara lain mencakup:bayi dibawah umur 1 tahun(0-11 bulan),ibu
hamil(awal kehamilan 8 bulan ).Wanita usia subur(calon mempelai wanita),anak sekolah dasar(kelas I-
VI).
Indikasi
Bayi dan anak balita, anak sekolah, remaja
Orang tua, manula
Top management / Executive perusahaan
Calon jemaah haji/umroh
Orang yang akan bepergian ke luar negeri
Jenis kekebalan
Kekebalan terhadap suatu penyakit menular dapat di golongkan menjadi 2,yakni:
1) Kekebalan tidak spesifik(non spesifik resistence).
Artinya pertahanan tubuh pada manusia yang secara alamia dapat melindungi badan dari suatu
penyakit.Misalnya kulit air mata,cairan-cairan khusus yang keluar dari perut(Usus),adanya refleks-refleks
tertentu,biasnya batuk,bersin dsb.
2) Kekebalan spesifik(spesific resisitence),dapat di peroleh oleh 2 sumber,yakni:
Genetik,kekebalan yang berasal dari sumber genetik ini buasanya berhubungan denagn ras(warna kulit
dan kelompok-kelompok etnis,misalnya orang kulit hitam(NEGRO)cenderung lebih resisten terhadap
penyakit malaria jenis vivak.Contoh lain,orang yang mempunyai Hb 5 resisiten terhadap penyakit
plasmodium flaciparum dari pada orang yang mempunyai Hb AA.
3) Kekebalan yang di peroleh(Acquird Imuniti).
Kekebalan ini di peroleh dari luar tubuh anak atau orang yang bersangkutan.Kekebalan dapa bersifat
aktif dan dapat bersifat pasif.Kekebalan aktif dapat di peroleh setelah orang sembuh dari penyait
tertentu.Misalya anak yang telah sembuh dari penyakitnya campak ia akan kebal terhadap penyakit-
penyakit campak.
4) Kekebalan masyarakat(Heart imuniti)kekebalan yang terjadi pada tinggkat komunitas di sebut herat
iminiti.Apabila heart imuniti di masyarakat rendah,masyarakat akan mudah terjadi wabah.Sebaiknya
apabila heart iminiti tinggi maka wabah jarang terjadi pada masyarakat tersebut.
Faktor-faktor yang mempengaruhi kekebalan
Banyak faktor yang mempengaruhi kekebalan antara lain umur,seks,kehamilasn,gizi dan trauma.
Umur
Untuk beberapa penyakit tersebut pada bayi(anak balita)dan orang tua dan mudah terserang dengan
lain orang pada usia sangat mudah terserang.Dengan kata lain pada usia sangat mudah atau usia tua
lebih rentan,kurang kebal terhadap penyakit-penyakit menular tertentu.
Hal ini mungkin disebabkan karena kedua kelompok umur tersebut daya tahan tubuhnya rendah.
1. Seks
Untuk penyalit-penyakit menullar tertentu seperti polio dan bifeleria lebih parah terjadi pada wanita
dari pada peria.
2. Kehamilan
Wanita sedang hamil pada umumnya lebih rentan terhadap penyaki-penyakit menular tertentu misalnya
penyakit polio,friemonia,malaria,serta amubiasis.Sebaikya untuk penyakit tipoit dan menginitis jarasng
terjadi pada wanita hamil.
3. Gizi
Gizi yang baik pada umumnya akan meningkatkan resistensi tubuh terhadap penyakit-penyait infeksi
tetapi sebaiknya kjekurangan gizi berakibat kerentananterhadap penyakit infeksi.
4. Tauma.
Stres salah satu bentuk trauma adalah merupakan penyebab kerentanan seseorang terhadap suatu
penyakit infeksi tertentu.
5. Masa inkubasi
Yakni jarak waktu dari mulai terjadinya infeksi didalam diri orang sampai dengan munculnya gejala-
gejala atau tanda-tanda penyakit pada orang tersebut.
Tiap-tiap penyakit infeksi mempuyai masa inkubasi berbeda-beda,mulai dari beberapa jam sampai
beberapa tahun.
Macam-Macam Imunisasi
Imunisasi atau kekebalan asal misalnya dibagi dalam 2[dua] hal yaiyu aktif dan pasif.
Aktif adalah bila tubuh anak ikut menyelenggarakan terbentuknya imunitas,sedangkan pasif adalah tiba
tubuh anak tidak berkerja membentuk kekebalan,tetapi hanya menerimanya saja.
Imunisasi terbagi dua macam,yaitu imunisasi aktif dan pasif
Imunisasi Aktif
Pemberian kuman atau racun kuman yang sudah dilemahkan atau dimatikan denagn tujuan
untukmerangsang tubuh memperoduksi anti bodi sendiri.
Contoh:Imunisasi polio atau campak
Imunisasi aktif ini dilakukan dengan paksin yang mengadung:
kuman-kuman mati (misalnya :vaksin cholera-thypoid/typus abdominalis-paratypus ABC,vaksin pertusis
batuk rejan)
Kuman-kuman hidup diperlemah (misalnya:vaksin BCG terhadap tuberclosis)
Virus-virus hidup diperlemah(miasalnya bibit cacar,vaksin poliomyelitis)
Toxoid(=toksin=racun dari pada kuman yang dinetrilisasi=toxoid diferi,toxoid tetanus)
Vaksin diberikan dengan cara disuntikan atau peroral melalui mulut.Terhadap vaksin tersebut,maka
tubuh membuat zat-zat terhadap penyakit bersangkutan (oleh karna itu dinamakan imunisasi aktif),oleh
zat-zat dapat di ukur denagan pemeriksaan darah,oleh karna itu imun (kebal)tehadap penyakit tertentu.
Dalam imunisasi aktif ini terdapat 4 macam kandungan terdapatterdapat setiap vaksinnya antara lain:
o Antigen merupakan bagian dari vaksin yanrbagaig berfungsi sebagai zat atau mikroba guna terjadinya
semacam infeksi buatan
o pelarut dapat berupa air steril atau berupa cairan kultur jaringan
o Preservatif,stbilizer dan antibiotika untuk menghindari tumbuhnya mikroba dan sekaligus untuk stabilisasi
antigen
o Adjuvan yang terdiri dari garam almunium untuk meningkatkan imunogenitas antigen.
Keperluan imunisasi aktif antara lain:
o Vaksin BCG(Basilus Celmette-Guerin untuk tubercolosis)
o Vaksin DPT
o Vaksin poliomielitis
o Vaksin Campak
o Vaksin Typa
o Toxoid tetanus
o Dll
Namun,pemerintah tidak mewajibkan berbagai jenis imunisasi tersebut harus dilakukan semua.Hanya
5(lima) jenis imunisasi pada anak dibawah 5 tahun yang harus di lakukan:
o BCG
o DPT
o Polio
o Campak
o Hepatitis B
B.Imunisasi Aktif
Imunisasi aktif adalah zat anti yang didapat dari luar tubuh,misalnya dengan suntikan bahan atau serum
yang mengandung zat anti atau zay anti yang terdapat dari ibunya selama dalam kandungan.Kekebalan
diperoleh dengan imunisasi pasif tidak bertahan lama.
Imunisasi pasif adalah penyuntikan sejumlah antibodi ,sehingga kadar antibodi dalam tubuh meningkat.
Imunisasi pasif terdiri dari dua macam yaitu
Imunisasi pasif bawaan
Merupakan imunisasi pasif dimana zat antinya berasal dari ibunya selama dalam kandungan.Misalnya
terdapat pada neonatus(BBL) samapai bayi berumur 5 bulan.Neonatus mendapatkan imunitas sewaktu
dalam kandungan yang berupa zatb antibodi yang melalui jalan darah membus plasenta.
Imunisasi Pasif
Zat antinya didapat dari tubuh,misalnya dengan suntik bahan atau serum yang mengandung zat
anti.Serum anti tetanus ini biasanya dibuat dari darah seekor kuda yang lebih dulu di imunisasi terhadap
tetanus.Imunisasi aktif melindungi anak 2-3 minggu.
Jenis-Jenis Imunisasi
1.Imunisasi Dasar
Adalah imunisasi pertama yang perlu diberikan pada semua orang,terutama bayi dan anak sejak lahir
untuk melindungi tubuhnya dari penyakit-penyakit yang berbahaya.
Lima jenis imunisasi dasr yang wajib diperoleh bayi sebelum usia setahun:
o Imunusasi BCG yang dilakukan 1xpada bayi usia 0-11 bulan
o Imunisasi DPT yang dilakukan 3x pada bayi usia 2-11 bulan dengan interval minimal 4minggu
o Imunisasi Polio yang dilakukan 4x pada bayi 0-11 bulan dengan inerval minimal 4minggu
o Imunisasi campak yang dilakukan 1x pada bya usia 9-11bulan
o Imunisasi hepatitis B yang diberikan 3x pada bayi usia 1-11bulan denagan interval 4minggu
Imunisai BCG
Adalah imunisasi BCG yang diberikan untuk menimbulkan kekebalan aktif terhadap penyakit
tubercolosis (TBC) yaitu penyakit paru-paru yang sangat menular.
Pemberian Imunisasi
Frekuensi pemberian imunisasi BCG adalah satu kalidan tak perlu diulang(Booster) sebab vaksin BCG
berisi kuman hidup sehingga anti bodi yg dihasilkan tinggi terus.
Usia pemberian Imunisasi
Sedini mungkin atau secepatnya,tetapi pada umumnya dibawah dua bulan,disarankan dilakukan tes
Mantoux(tuberkulin),terlebih dahulu untuk mengetahui apakah bayi sudah kemasukkan mycobacterium
tubercolosis atau belum.Vaksinasi dilakukan hasil tesnya (-) jika penderita yang tinggal serumah atau
sering bertandang kerumah,segera setelah lahir bayi di imunisasi BCG.
Cara pemberian imunisasi
Cara pemberian imunisasi BCG adalah melalui intradermal dengan lokasi penyuntikan pada lengan
kanan atas (sesuai anjuran WHO)atau penyuntikan pada paha.
Tanda kebersihan
Timbul Indurasi (benjolan)kecil dan eritema (merah) didaerah bekas suntikan setelah satu atau dua
minggu kemudian,yang berubah menjadi pustula,kemudian pecah menjadi ulkus (luka).Tidak
menimbulkan nyeri dan tidak di iringi panas (demam).Luka ini sembuh sendiri dan meninggalkan
parut .Jika benjolan tidak timbul,hal ini tidak perlu di khawatirkan.Karena kemunkinan cara penyuntikan
yang salah dan antibodi akan tetap terbentuk.
Efek sampaing Imunisasi
Umumnya tidak ada namun,beberapa anak timbul pembengkakan kelenjar getah beninng di ketiak atau
leher bagian bawah (diselangkakangan bila penyuntikan dilakukan di paha) biasanya akan timbul sendiri.
Kontra indikasi
Imunisasi BCG tidak dapat diberikan pada anak yang berpenyakit TB atau menunjukkan uji Mantoux
posif atau pada anak yang mempunyai penyakit kulit yang berat/menahun.
KEMASAN
- Khusus bayi £ 1 tahun ampul vaksin disertai 4 cc pelarut (Na Cl 0,9%)
Catatan:
Vaksin yang sudah dilarutkan hrs dipakai dlm waktu 3 jam dan hrs selalu di suhu 2 – 8 0C, bila ada
sissanya jgn dipakai lagi.
Gambar vaksin BCG
Gambar parut imunisasi BCG
Imunisasi DPT
Def:Imunisasi yang digunakan untuk mencegah terjadinya penyakit diferi,pertusis dan tetanus.
Penyakit diferi :radang tenggorokkan yang berbahaya karena menimbulkan tenggorokkan tersumbat
dan kerusakkan jantung yang menyebabkan kematian dalam beberapa hari saja.
Penyakit pertusis :yaitu radang paru (pernafasan) ,yang disebut juga batuk rejan atau batuk 100 hari
karena penyakitnya bisa mencapai 100 hari atau 3 bulan lebih gejala penyakit ini sangat khas,yaitu batuk
yang bertahap,panjang dan lama disertai bunyi “whoop” atau berbunyi dan diakhiri dengan
muntah,mata dapat bengkak atau penderita dapat meninggal karena bernafas.
Penyakit tetanus :Penyakit kejang otot seluruh tubuh dengan mulut terkunci/terkencing hingga mulut
tidak bisa dibuka atau membuka.
Penberian:yaitu 3x (pling sering dilakukan) yaitu pada usia 2 bulan,4 bulan dan 6 bulan.Namun bisa juga
ditambahkan 2 kali lagi yaitu 1 kali di usia 18 bulan dan 1 kali di usia 12 tahun diberikan imunisasi TT
Cara pemberian imunisasi
Cara pemberian imunisasi melalui IM
Efek samping imunasasi
Biasanya,hanya gejala-gejala ringan seperti demam (sumeng)saja dan rewel selama 1-2
hari,kemerahan,pembengkakan,agak nyari atau pegal-pegal pada tempat suntikan ,yang akan hilang
sendiri dalam beberapa hari atau bila masi demam dapat diberikan obat penurun panas bayi atau bisa
juga dengan memberikan minum cairan yang lebih banyak dan tidak memakai pakaian yang terlalu
banyak.
Kontra Indikasi Imunisasi
Imunisasi DPT tidak dapat di berikan pada anank-anak yang mempunyai penyakit atau kelainan saraf
baik bersifat keturunan atau bukan seperti epilepsy.Menderita kelainan saraf yang betul-betul berat
atau habis dirawat karena infeksi otak,anak-anak yang sedang demam/sakit keras yang mudah
mendapat kejang dan mempunyai sifat elergi,seperti eksim atau asma.
PENYIMPANAN
(pada suhu 2 – 8 0C)
DALUWARSA ( 2 tahun)
DOSIS & CARA
- Imunisasi dasar 0,5 cc diberikan 3 kali / IM dgn interval waktu 4 – 6 minggu
- Booster 12 bulan kemudian 0,5 cc/IM
Gambar vaksin DPT
Imunisasi Polio
Def:Imunisasi yang digunakan untuk mencegah terjadinya penyakit Poliomelitis yang dapat
menyebabkan kelumpuhan pada anak .(kandunagan vaksin polio adalah virus yang dilemahkan)
Pemberian
Bisa lebih dari jadwal yang ditentukan ,mengingat adanya imunisasi polio Masal atau PiN.Tetapi jumlah
dosis yang berlebihan tidak ada istilah overdosis dalam imunisasi.
Usia Pemberian
Waktu pemberian polio adalah umur bayi 0-11 bulan atau saat lahir (0 bulan),dan berikutnya pafda usia
2 bulan,bayi 4 bulan dan 6 bulan kecuali saat lahir ,pemberian vaksin polio selalu dibarengi dengan
vaksin DPT.
Cara Pemberian
Caranya melalui oral/mulut(oral polio Myliitis Vaccine/Opv)Diluar negeri cara pemberian imunisasi polio
ada melalui suntikan.
Efek Samping
Hamper tidak ada efek samping hanya sebagian kecil saja yang mengalami pusing,diare ringan dan sakit
otot.Kasusnya pun sangat jarang.
Kontra Indikasi
Sebaiknya pada anak dengan diare berat atau sedang sakit parah,seperti demam tinggi(diatas 80
c)ditangguhkan.Pada anak yang menderita penyakit gangguan kekebalan tidak diberikan imunisasi
polio.Demikian juga penyakit HIV/AIDS,penyakit kanker atau keganasan sedang menjalani pengobatan
steroid dan pengobatan radiasi umum,untuk tidak diberikan imunisasi polio.
KEMASAN
Vial berisi 1 CC (10 dosis) dan 2 cc ( 20 dosis)
DALUWARSA
- tgntg dari penyimpanan, disimpan di – 20 oC tahan sampai 2 tahun, suhu 2 – 8 0C tahan spi 6 bulan
DOSIS & CARA
- Satu dosis 2 tts (0,1 cc) utk imunisasi dasar diberikan 3- 4 kali /dosis dg masa 4 – 6 mg , imunisasi
ulangan 1 & 3 th kemudian 1 dosis
Gambar vaksin polio
Cara pemberian polio
Imunisasi Campak
Def:Imunisasi yang diberikan untuk menimbulkan kekebalan aktif terhadap penyakit campak
(morbili/measles).(kandunagan vaksin campak ini adalah virus yang dilemahkan).
Pemberian Imunisasi
Frekuensi pemberian imunisasi campak adalah 1kali
Usia Peberian Imunisasi
Imunisasi campak diberikan 1kali pada usia 9bulan dianjurkan pemberiannya sesuai jadwal.Selain karena
antibody dari ibu sudah menurun diusia bayi 9 bulan,penyakit campak pada umumnya menyerang pada
anak usia balita jika sampai usia 12 bulan anak belum mendapatkan imunisasi campak,maka pada usia 9
bulan ini anak harus imunisasi MMR (Measles Mumps Rubella).
Cara pemberian
Melalui subkutan
Efek Samping
Biasa tidak terjadi reaksi akibat imunisasi.Mungkin terjadi demam ringan dan terdapat efek
kemerahaan/bercak merah pada pipi bawah telinga pada hari ke 7-8 hari setelah
penyuntikan.Kemungkinan juga terdapat pembengkakan pada tempat penyuntikan.
Kontra indikasi
o Dengan penyakit akut yang disertai demam
o Dengan penyakit gangguan kekebalan
o Dengan penyakit kekebalan
o Denagan penyakit TBC tanpa kekebalan
o Denagan kekurangan gizi berat
o Dengan penyakit keganasan
o Dengan kerentahan tinggi terhadap protein telur,kenamisin dan eritromisin(antibiotik)
PENYIMPANAN (Dlm lemari es 2 – 8 0C lebih baik di suhu - 200C vaksin harus dihindari dari sinar
matahari
DALUWARSA ( 2 tahun)
DOSIS DAN CARA (diberikan pada anak mulai umur 9 bulan dg dosis 0,5 cc / SC setelah dilarutkan, Pada
keadaan wabah imunisasi dapat diberikan mulai umur 6 bulan dan diulang 6 bln kemudian dg dosis 0,5
cc/S
REAKSI SAMPING
Diare, Ruam, Konjungtivitis, walaupun jarang mungkin timbul kejang demam, ensefalitis,
KONTRA INDIKASI
-Infeksi akut yg disertai demam
-Defisiensi imunologi
-Mdpt pengobatan intensif yg bersifat imunosupresif
KEMASAN
(berisi 10 dosis dg pelarut 5 ml)
Gambar vaksin campak
Cara penyuntikan imunisasi campak
Hepatitis B
SUSUNAN
Setiap I ml mgd Hept B antigen (HBsAg) DNA rekombinan 10,0mcg, Alumunium Hidroksida gel 0,5 mcg,
thiomersal/pengawet 0,01%, lar natrium Klorida isotonik 1 ml
DOSIS & CARA
Imunisasi dasar Bln ke 0, 1 dan 6 atau 0,1 dan 2 dosis 0,5 ml (0-10 thn) dan 1 ml( > 10 thn) jarak HB 2 ke
3 minimal 1 bulan. Penyuntikan I M
Imunisasi ulangan : setiap tahun .
Kontra indikasi
Secara umum (berlaku untuk semua vaksin):
alergi terhadap vaksin (setelah vaksinasi pertama timbul reaksi alergi, bahkan sampai syok),
alergi terhadap zat lain yang terdapat di dalam vaksin (antibiotika yang terdapat di dalamvaksin,
pengawet , dll),
sakit sedang atau berat, dengan atau tanpa demam (sakit akut ringan dengan atau tanpa demam bukan
indikasi kontra imunisasi)
Gambar Vaksin hepatitis B
MMR
Diberikan umur 15-18 bulan’
Dosis satu kali 0,5 ml sub cutan
Diberikan minimal 1 bln sebelum atau setelah imunisasi lain
Jika anak tlh mendapatkan imunisasi MMR 12 – 18 bln, imunisasi campak ke 2 tdk diberikan
MMR ulangan 10 – 12 tahun atau 12 – 18 th
Secara khusus (untuk beberapa vaksin)
Imunodefisiensi (keganasan darah atau tumor padat, imunodefisiensi kongenital, terapi dengan obat-
obatan yang menurunkan daya tahan tubuh seperti kortikosteroid (prednisone, metal prednisolon)
jangka panjang.--> imunisasi polio oral, MMR, varisela
Infeksi HIV (polio oral dan varisela) atau kontak HIV serumah (polio oral)
Imunodefisiensi (gangguan kekebalan tubuh) penghuni rumah à polio oral
Kehamilan à MMR, Varisela (tapi bila ibunya yang hamil, tidak apa-apa bila anaknya diimunisasi)
HiB
2 jenis vaksin : Act Hib dan Pedvax Hib
Imunisasi dasar untuk Act Hib diberikan umur 2,4, dan 6 bln, untuk Pedvax Hib diberikan pd umur 2 dan 4
bln, dosis ke 3 ( 6 bln ) tidak diperlukan.
Jika anak datang diatas 1 th, Vaksin Hib hanya diberikan 1 kali
Satu dosis 0,5 ml, diberikan secara IM
Jadwal Pemberian Imunisasi Wajib
UMUR VAKSIN
1 bulan Hepatitis B-1, BCG, OPV-1 (oral polio vaccine)
2 bulan Hepatitis B-2, DPT-1, OPV-2
3 bulan DPT-2, OPV-3
4 bulan DPT-3, OPV-4
7 bulan Hepatitis B-3
> 6 bulan Campak
Jenis Vaksin
Umur Pemberian Vaksinasi
Bulan Tahun
LHR 1 2 3 4 5 6 9 12 15 18 24 3 5 6 7 10 12 18
B C G 1 Kali
Hepatitis B 1 2
Polio 1 2 3 4 5
D P T 1 2 3 4 5 6 (td) 7 (td)
Campak 1 5
Hib 1 2 3 4
Pneumokokus 1 2 3 4
Influenza Diberikan 1 kali dalam 1 tahun
Varisela 1 kali
M M R 1 2
Tifoid Setiap 3 tahun
Hepatitis A 2 kali - interval 6-12 bulan
H P V 3 kali
Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI)
KIPI : semua kejadian sakit & kematian yg terjadi dlm masa 1 bulan stlh imunisasi
Pada keadaan tertentu, lama pengamatan mencapai masa 42 hari.
Etiologi KIPI
Kesalahan program/teknik pelaksanaan
– Dosis antigen
– Lokasi & cara penyuntikan
– Sterilisasi semprit & jarum suntik
– Jarum bekas pakai
– Tindakan aseptik & antiseptik
– Kontaminasi vaksin & alat Suntik
– Penyimpanan vaksin
– Pemakaian vaksin sisa
– Jenis & jumlah pelarut
– Tidak memperhatikan petunjuk produsen
Etiologi KIPI (2)
Reaksi suntikan
– Trauma tusukan jarum suntik
– Reaksi langsung: Rasa sakit, bengkak & Kemerahan pada daerah suntikan
– Reaksi tidak langsung : rasa takut, mual, pusing sampai sinkope
Reaksi Vaksin
Faktor kebetulan
Penyebab tidak diketahui
Etiologi KIPI (3)
Reaksi Vaksin
– Bisa diprediksi terlebih dahulu
– Tercantum dlm kemasan vaksin
– Biasanya ringan
– Reaksi berat: Anafilaksis sistemik dg resiko kematian Imunisasi pada kelompok resiko
Anak yg mendapat reaksi simpang pada imunisasi terdahulu
laporkan pada Pokja KIPI untuk penanganan segera
Bayi berat lahir rendah
– Minimal berat bayi yang akan di imunisasi adalah 2500 gram
Pasien imunokompromais
Imunisasi yang diwajibkan
Vaksinasi Jadwal Booster/Ulangan Imunisasi untuk melawan
pemberian-usia
BCG Waktu lahir -- Tuberkulosis
Hepatitis B Waktulahir-dosis
I
1bulan-dosis 2
6bulan-dosis 3
1 tahun-- pada bayi
yang lahir dari ibu
dengan hep B.
Hepatitis B
DPT dan Polio 3 bulan-dosis1
4 bulan-dosis2
5 bulan-dosis3
18bulan-booster1
6tahun-booster 2
12tahun-booster3
Dipteria, pertusis, tetanus, dan
polio
Campak 9 bulan -- Campak
Imunisasi yang dianjurkan:
Vaksinasi Jadwal pemberian-
usia
Booster/Ulangan Imunisasi untuk
melawan
MMR 1-2 tahun 12 tahun Measles, meningitis,
rubella
Hib 3bulan-dosis 1
4bulan-dosis 2
5bulan-dosis 3
18 bulan Hemophilus influenza
tipe B
Hepatitis A 12-18bulan -- Hepatitis A
Cacar air 12-18bulan -- Cacar air
Kesimpulan
Keimunan badan kita mempunyai hubungan rapat dengan cara hidup dan pemakanan kita. Jika badan
dibekalkan dengan nutrien yang mencukupi dan sesuai, sistem imun kita dapat diperkuatkan. Produk
berkualiti seperti Phyto Greens, jus Aloe Vera, Royal Spora Lingzhi dan teh hijau dapat meningkatkan
daya ketahanan badan kita. Kita dikelilingi oleh virus dan bacteria, oleh itu, adalah amat penting untuk
memastikan sistem imun kita berfungsi dengan baik supaya dapat mempertahankan badan dan
melawan deri pelbagai penyakit.
Saran
Agar dalam penyusunan karya ilmiah ini bisa memberikan manfaat yang besar maka penulis
menyarankan:
- Jaga pola hidup yang sehat agar tidak mudah terserang penyakit.
- Memperhatikan setiap makanan yang akan dikonsumsi
- Memelihara lingkungan yang bersih dan sehat.
DAFTAR PUSTAKA
Azwar.2007.Sikap Manusia.Jakarta :ISBN
Abrahan.2008. Kesehatan Ibu dan Anak.Jakarta: PT Rineka cipta
Alimul.2006. ilmu Keperawatan Anak.Jakarta : Salemba Medika
Dinkes Jombang.2011.Data Cakupan Imunisasi. Jombang : Dinas Kesehatan
Dagun.2008. Psikologi Keluarga. Jakarta EGC
Facri Umar.2009. Program Imunisasi di Indonesia. Hhtp/www.info.sehat.com askeb 12 Mei 2011
Maryanti Dwi, Sujianti, Budiarti Tri,2011. Buku Ajar Neonatus, Bayi & Balita. Trans info Media. Jakarta.
V
KONSEP DASAR ANAK SEHAT
1.1 Latar belakangDengan penuh susah payah dengan ketekunan yang luar biasa tahap-tahap I pembangunan bangsa telah kita lampaui. Kita telah mencapai suatu tahapan yang cukup menggembirakan yaitu dengan menyiapkan berbagai macam sarana dan prasarana guna meningkatkan taraf hidup bangsa kita sehingga telah tampak kemajuan-kemajuan yang menggembirakan.Namun setalah diteliti ternyata masih banyak masalah yang perlu mendapatkan usaha secara khusus. Yaitu masalah anak Indonesia yang seharusnya dipersiapkan dalam masa tahapan berikut ini menjadi sosok manusia yang sehat, cerdas, handal dan berkualitas prima untuk dapat malanjutkan pembangunan bangsanya menuju masyarakat sejahtera adil dan makmur.Anak sejak “Konsepsi” yaitu pertemuan sebutir ovum dengan “seekor” spermatozoa maka pada saat itulah “Tuhan Yang Maha Esa” terucap di bibir kita, dan sejak saat itu pula selalu “dipantau” oleh-Nya kelanjutan tumbuh dan kembang janin sampai ia dilahirkan dan dibesarkan menjadi seorang dewasa yang sehat.( Soetjiningsih, 1999 : VII )2.1. Konsep Dasar Anak Sehat 2.1.1. Definisi tumbuh kembang Pertumbuhan (growth) brkaitan dengan masalah perubahan dalam besar, jumlah, ukuran atau dimensi tingakat sel, organ maupun inidividu, yang bisa diukur dengan ukuran berat (gram, pound, kilogram), ukuran panjang (cm, meter) umur tulang, dan keseimbangan metabolik (refensi kalsium dan nitrogen tubuh).(Soetjiningsih, 1995 : 1) Perkembangan (development) adalah bertambahnya kemampuan (skill) dalam struktru dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam pola yang teratur dan dapat diramalkan, sebagai hasil dari proses pematangan. Di sini menyangkut adanya referensiasi dari sel-sel tubuh, jaringan tubuh, organ-organ dan sistem organ yang berkembang dengan sedemikian rupa sehingga masing-masing dapat memenuhi fungsinya, termasuk juga perkembangan emosi, intelektual, dan tingkah laku sebagai hasil interaksi dengan lingkungannya.(Soetjiningsih, 1995 : 1)
2.1.2. Faktor-faktor yang mempengaruhi tumbuh kembang2.1.2.1. Faktor genetikaFaktor genetika merupakan modal dasar dalam mencapai hasil akhir proses tumbuh kembang anak, melalui instruksi genetika yang terkandung di dalam sel telur yang telah dibuahi, dapat ditentukan kualitas dan kuantitas pertumbuhan. Ditandai dengan intensitas dan kecepatan pembelahan, derajat sensitivitas jaringan terhadap rangsangan umur pubertas dan berhentinya pertumbuhan tulang. Salah satu penyakit keturunan yang disebabkan oleh kelainan kromosom adalah sindrom down, sindrom turner, dan lain-lain.(Soetjiningsih, 1995 : 2)
2.1.2.2. Faktor lingkungan
Lingkungan merupakan faktor yang sangat menentukan tercapai atau tidak potensi bawaan. Lingkungan yang cukup baik akan memungkinkan tercapainya peotensi bawaan, sedangkan yang kurang baik akan menghambatnya. Faktor lingkungan ini dibagi menjadi 2.1. Faktor lingkungan pranatal.a. Gizi ibu pada waktu hamilGizi ibu yang jelek sebelum terjadinya kehamilan maupun pada waktu sedang hamil, lebih sering menghasilkan bayi BBLR atau lahir mati dan jarang menyebabkan cacat bawaan.b. MekanisTrauma dan cairan ketuban yang kurang dapat menyebabkan kelainan bawaaan pada bayi yang dilahirkan.c. Toksin / zat kimiaIbu hamil yang perokok berat / peminum alkohol kronis sering menghasilkan bayi berat lahir rendah, lahir mati, cacat atau refardasi mental.d. ENDOKRINHormon-hormon yang mungkin berperan pada pertumbuhan janin adalah somototropin, hormon plasenta, hormon tiroid, insulin, dan peptida lain dengan aktivitas mirip insulin.e. RadiasiRadiasi pada janin sebelum janin umur kehamilan 18 minggu dapat menyebabkan kematian janin, kerusakan otak, mikrosefalil atau cacat bawaan lainnya.f. InfeksiInfeksi intrauterin yang sering menyebabkan cacat bawaan adalah TORCH (toxoplasmasis, rubella, cytomegalouirus, herpes simplex) sedangkan yang menybabkan penyakit pada janin adalah : polio, campak, hepatitis, dan lain-lain.g. StressStress yang dialami ibu pada waktu hamil dapat mempengaruhi tumbuh kembang janin antara lain cacat bawaan, kelainan jiwa, dan lain-lain.h. ImunitasRhesus atau ABO inkomtabilitas sering menyebabkan abortus ikterus atau lahir mati.
Anoksia embrioMenurunnya oksigenasi janin melalui gangguan pada plasenta atau tali pusat menyebabkan berat badan lahir rendah.2. Faktor post natalMasa perinatal yaitu masa antara 28 minggu dalam kandungan sampai 7 hari setelah dilahirkan merupakan masa rawan dalam proses tumbuh kembang anak, khususnya tumbuh kembang otak.a. Lingkungan biologisRas / suku bangsa, jenis kelamin, umur, gizi, perawatan kesehatan, kepekaan terhadap penyakit, penyakit kronis, fungsi metabolisme, hormon.b. Faktor fisikCuaca, musim, keadaan geografik suatu daerah, sanitasi, keadaan rumah (ventilasi, cahaya, kepadatan hormon, radiasi)c. Faktor psikososialStimulasi, motivasi belajar, ganjaran / hukuman yang wajar, kelompok sebaya, stress, tekanan, cinta dan kasih sayang, kuantitas interaksi anak dengan orang tua.d. Faktor keluarga dan adat istiadat
Pekerjaan / pendapatan keluarga, pendidikan ayah / ibu, jumlah saudara, jenis kelamin, stabilitas rumah tangga.(Soetjiningsih, 1995 : 2 – 13)
2.1.3. Kebutuhan Dasar Anak1. Kebutuhan fisik biomedis (ASUH)a. Pangan / gizi imunisasi, ASI, timbang, pengobatan.b. Perawatan kesehatan dasar c. Papan / pemukimand. Higiene perorangan, sanitasi lingkungan.e. Sandangf. Kesegaran jasmani, rekreasi.2. Kebutuhan emosi / kasih sayang (ASIH)Hubungan erat, mesra dan selaras antara ibu / pengganti ibu dengan anak merupakan syarat mutlak untuk menjamin tumbuh kembang yang selaras baik fisik, amental maupun psikososial kasih sayang dari orang tuanya (ayah-ibu) akan menciptakan ikatan yang erat (bounding) dan kepercayaan dasar (basic trust).3. Kebutuhan akan stimulasi mental (ASAH)Stimulasi mental merupakan cikal bakal dalam proses belajar (pendidikan dan latihan pada anak, mengembangkan perkembangan mental psikososial : kecerdasan, ketrampilan, kreativitas, agama, kepribadian, moral-etika, produktivitas dan sebagainya.(Soetjiningsih, 1995 : 14)
2.1.4. Tahap-tahap tumbuh kembang anak1. Masa pranatala. Masa mudigah / embrio : konsepsi – 8 minggub. Masa janin / ferus : 9 minggu – lahir 2. Masa bayi : usia 0 – 1 tahuna. Masa neonatal : usia 0 – 20 hari• Masa neonatal dini : 0 – 7 hari• Masa neonatal lanjutan : 8 – 28 harib. Masa pasca neonatal : 29 hari – 1 tahun
3. Masa prasekolah : usia 1 – 6 tahun4. Masa sekolah : usia 6 – 18/20 tahuna. Masa praremaja : usia 6 – 10 tahunb. Masa remaja dibagi 2 :1) Masa remaja dini:• Wanita : usia 8 – 13 tahun• Pria : usia 10 – 15 tahun2) Masa remaja lanjut:• Wanita : usia 13 – 18 tahun• Pria : usia 15 – 20 tahun2.1.5. Pertumbuhan fisik1. Berat badanKenaikan berat badan anak pada tahun pertama kehidupan, kalau anak mendapat gizi yang baik :
• 700 – 1000 gram / bulan pada triwulan I• 500 – 600 gram / bulan pada triwulan II• 350 – 450 gram / bulan pada triwulan III• 250 – 350 gram / bulan pada triwulan IVMenurut rumus Behrman 1992 untuk memperkirakan berat badan anak• Lahir 3,25 kg• 3 – 12 bulan umur (tahun) x 2 + 8• 1 – 6 tahun • 6 – 12 tahun 2. Tinggi badanTinggi badan rata-rata pada waktu lahir adalah 50 cm secara garis besar, tinggi badan anak dapat diperkirakan• 1 tahun 1,5 x TB lahir• 4 tahun 2 x TB lahir• 6 tahun 1,5 x TB setahun• 13 tahun 3 x TB lahir• Dewasa 3,5 x TB lahir (2 x TB 2 tahun)
Atau menggunakan rumus Behrman 1992 : 50 cmLahir 75 cm1 tahun umur (tahun) x 6 + 772 – 12 tahun Menurut tahun 1993o TB anak perempuan : o TB anak laki-laki : 13 cm adalah rata-rata selisih tinggi badan antara orang dewasa laki-laki dan perempuan di inggris, dan 8,5 cm adalah nilai absolut tentang tinggi badan.(Soetjiningsih, 1995 : 18 – 21)
2.1.6. Perkembangan anak balita Periode penting dalam tumbuh kembang anak adalah masa balita menurut Frankenburg, dkk. (1981) melalui DDST (Danver Developmental Screening Test) mengemukakan parameter perkembangan yang dipakai dalam menilai perkembangan anak balita yaitu:1. Personal social (kepribadian / tingkah laku sosial)Aspek yang berhubungan dengan kemampuan mandiri, bersosialisasi dan berinteraksi dengan lingkungannya.2. Fine motor adaptive (gerakan motorik halus)Aspek yang berhubungan dengan kemampuan anak untuk mengamati sesuatu, melakukan gerakan yang melibatkan bagian-bagian tubuh tertentu saja dan dilakukan otot-otot kecil tetapi memerlukan koordinasi yang cermat, misalnya : kemampuan untuk menggambar, memegang suatu benda, dan lain-lain.3. Language (bahasa)Kemampuan untuk memberikan respon terhadap suara, mengikuti perintah, dan berbicara spontan.4. Gross motor (perkembangan motorik kasar)Aspek yang berhubunga dengan pergerakan dan sikap tubuh DDST ini digunakan untuk anak
yang berumur 1 bulan – 6 tahun ada juga yang membagi perkembangan balita ini menjadi 7 aspek perkembangan, seperti pada buku petunjuk program BKB (Bina Keluarga dan Balita) yaitu perkembangan :a. Tingkah laku sosialb. Menolong diri sendiric. Intelektuald. Gerakan motoris haluse. Komunikasi pasiff. Komunikasi aktifg. Gerakan motorik kasar(Soetjiningsih, 1995 : 29 – 30)
Pada anak sesaat sebelum 4 tahun, kemampuan perkembangan yang harus dicapai: berjalan jinjit1. Gerakan kasar meniru membuat gambar lingkaran2. Gerak halus mengenal dan menyebutkan paling sedikit 1 warna.3. Bicara, bahasa, dan kecerdasan mematuhi peraturan sederhana dalam permainan.4. Bergaul dan mandiri (Gunawan, 1993 : 32 – 33)
Anjuran rangsangan pada anak usia 3 – 5 tahun 1. Minta anak menceritakan apa yang sedang dilakukan 2. Dengarkan anak ketika ia berbicara 3. Jika anak gagap, bantu anak berbicara lebih lambat4. Beri kesempatan anak bermain dan mencoba sesuatu yang baru, awasi anak. (Depkes RI, 2003 : 35)
Ciri-ciri permainan untuk anak 3 bulan Tujuan :1. Mengembangkan kemampuan menyamakan dan membedakan 2. Mengembangkan kemampuan berbahasa3. Mengembangkan pengertian tentang berhitung, menambah, dan mengurangi.4. Merangsang daya imajinasi dengan berbagai cara bermain pura-pura (sandiwara)5. Membedakan benda dengan peragaan6. Menumbuhkan sportivitas7. Mengembangkan kepercayaan diri8. Mengembangkan kreativitas9. Mengembangkan koordinasi motorik (melompat, memanjat, lari, dan lain-lain)10. Mengembangkan kemampuan mengontrol emosi, motorik halus dan kasar.11. Mengembangkan sosialisasi atau bergaul dengan anak dan orang di luar rumahnya.12. Mengenalkan pengertian yang bersifat ilmu pengetahuan, misalnya : pengertian mengenai terapung dan tenggelam13. Memperkenalkan suasana kompetensi, gotong royong. Alat permainan yang dianjurkan1. Berbagai benda dari sekitar rumah; buku bergambar, majalah anak-anak, alat gambar dan tulis, kertas untuk belajar melipat, gunting, air, dan lain-lain.2. Teman-teman bermain ; anak sebaya, orang tua, orang lain di luar rumah.
(Soetjiningsih, 1995 : 113 – 114)
2.1.7. KMS (Kartu Menuju Sehat) Alat penting untuk memantau tumbuh kembang anak.Aktivitasnya tidak hanya menimbang dan mencatat saja, tetapi harus menginterpretasikan tumbuh kembang anak pada ibunya sehingga memungkinkan pertumbuhan anak dapat diamati dengan cara menimbang teratur tiap bulan.Kartu ini merupakan gambar kurva berat badan anak berusia 0 – 5 tahun terhadapa umurnya kartu ini juga dilengkapi dengan beberapa atribut penyuluhan dan catatan yang penting untuk diingat dan diperhatikan oleh ibu atau petugas kesehatan, antara lain riwayat kelahiran, imunisasi, pemberian ASI, dan lain-lain.(Soetjiningsih, 1995 : 48 – 49)
2.2. Konsep Dasar Asuhan Kebidanan Anak Sehat Usia 3 Tahun2.2.1. Pengkajian Data2.2.1.1. Data Subyektif1. Nama, umur, jenis kelamin, alamat, nama ibu, umur ibu, nama ayah, dan lain-lain. Maksud pertanyyaan ini : unutk mengidentifikasi (mengenal) penderita dan menentukan status sosial ekonominya yang harus kita ketahui. Misalnya untuk menentukan anjuran apa atau pengobatan apa yang akan diberikan. (UNPAD, 1983; 153)2. Keluhan utamaApa yang dikeluhkan paling utama oleh sang anak(DEPKES RI, 1992)3. Riwayat penyakit sekarangApa yang diderita oleh sang anak saat ini dan tindakan apa yang dilakukan oleh keluarga. (DEPKES RI, 1992 )
2.2.1.2. Data Obyektif1. Penampilan fisikYang termasuk dalam penampilan fisik adalah raut muka, ekspresi dan penampilan anak.Contoh : raut wajah yang menunjukkan sakit, susah bernafas, perasaan tidak senang, juga dicatat kebersihan perseorangan seperti kebersihan rambut, leher, kuku, gigi dan pakaian. (DEPKES RI, 1992)2. Tingkah lakuApakah ada reaksi seperti perasaan takut atau senang, mudah atau susah untuk memperhatikan sesuatu.(DEPKES RI, 1992)3. Kulit dan rambutDikaji warna, struktur, suhu, kelembapan dan turgor. Selain itu juuga harus dilihat rambut seperti : warna, strruktur, kualitas, elastisitas dan kebersihannya. (DEPKES RI, 1992)4. LeherPada leher dilihat adanya pembengkakan pada kelenjar di bawah rahang seperti pada keadaan campak, infeksi mulut dan saluran pernafasan. Vena leher yang membesar terdapat pada gangguan pernafasan pada ekspirasi seperti pada asma. Pembengkakan kelenjar tyroid yang terdapat pada dasar leher bila diraba membesar atau tidak.(DEPKES RI, 1992)5. Mata
Pemeriksaan pada mata termasuk pemeriksaan apakah ada infeksi, bagaimana struktur, ukuran, simetris/tidak, cornea, keadaan retina. (DEPKES RI, 1992)6. TelingaPemeriksaan pada telinga apakah simetris/tidak, adanya infeksi dan berbau/tidak. (DEPKES RI, 1992)7. HidungPemeriksaan hidung apakah membengkak, ada cairan, warna, kemungkinan infeksi pada jalan nafas atau tidak. (DEPKES RI, 1992)8. Mulut dan tenggorokanApakah ada pembengkakan, merah, tonsil dan sebagainya.(DEPKES RI, 1992)9. PerutApakah ada hernia femoralis, apakah buncit, bagaimana kebersihannya.(DEPKES RI, 1992)10. GenetaliaDilihat : a. Apakah glens penis baik bentuknya.b. Bagaimana tertis, apakah sudah turun benar.c. Keadaan serotum apakah simetris.d. Bagaimana BAK lancar/tidak, terdapat penyumbatan.( DEPKES RI, 1992 )11. AnusKeadaan lubang anus, apakah ada hemoroid, prolaps dan sebagainya.( DEPKES RI, 1992 )12. Ekstrimitas atas dan bawahApakah simetris/tidak, lengkap/tidak terutama jari, kebersihan kuku, kaki dan ketiak. (DEPKES RI, 1992)
2.2.2. Interpretasi Data DasarPada langkah ini dilakukan identifikasi terhadap diagnosa atau masalah berdasarkan interpretasiyang benar atas data – data yang telah dikumpulkan.(DEPKES BANDUNG, 2001; 5)
2.2.3. Identifikasi Diagnosa atau Masalah Potensial dan Antisipasi PenanganannyaPada langkah ini kita mengideentifikasi masalah potensial atau diagnosa potensial berdasarkan diagnosa/masalah yang sudah diidentifikasi. Langkah ini membutuhkan antisipasi, bila memungkinkan dilakukan pencegahan. Bidan diharapkan dapat waspada dan bersiap-siap mencecegah diagnosa/masalah potensial ini menjadi benar-benar terjadi. (DEPKES BANDUNG, 2001; 7)
2.2.4. Menetapkan Kebutuhan Terhadap Tindakan Segera Untuk Melakukan Konsultasi, Kolaborasi dengan Tenaga Kesehatan Lain Berdasarkan Kondisi KlienMengidentifikasi perlunya tindakan segera oleh bidan / dokter untuk dikonsultasikan atau ditangani bersama dengan anggota tim kesehatan yang lain sesuai dengan kondisi klien.(DEPKES BANDUNG, 2001; 8) 2.2.5. Menyusun Rencana Asuhan yang Menyeluruh
Pada langkah ini direncanakan asuhan yang menyeluruh ditentukan oleh langkah-langkah sebelumnya. Langkah ini merupakan kelanjutan managemen terhadap masalah atau diagnosa yang telah diidentifikasi.( DEPKES BANDUNG, 2001; 9 )
2.2.6. Penatalaksanaan / ImplementasiPada langkah ini rencana asuhan menyeluruh dilaksanakan secara efisien dan aman (DEPKES BANDUNG, 2001; 5)
2.2.7. Evaluasi
KONSEP DASAR KEPERAWATAN ANAK
PENGERTIANAnak adalah seseorang yang belum mencapai umur 21 tahun dan belum pernah
menikah/kawin.Batasan ini ditetapkan berdasarkan pertimbangan usaha kesejahteraan sosial,
kematangan pribadi dan kematangan mental seseorang yang dicapai pada umur 21 tahun.Anak
merupakan potensi serta penerus cita –cita bangsa yang dasar-dasarnya telah diletakkan generasi
sebelumnya. Oleh karena itu anak harus mendapat perhatian yang sempurna dalam memenuhi
perkembangan dan pertumbuhan baik fisik maupun mental sejak dini.
TUJUAN:
1. Menurunkan angka kematian anak
2. Menurunkan angka kesakitan anak
3. Menurunkan angka kematian atau kesakitan prasekolah atau remaja.
RUANG LINGKUP
1. Pediatric klinik, terdiri dari penyakit, pengobatan dan perawatan
2. Peditric pencegahan : imunisasi
3. Pediatric sosial
o Mempelajari dan melaksanakan cara agar anak sehat fisik, psikis dan sosial
o Kebutuhan anak yang harus dipenuhi sejak konsepsi, supaya mencapai tingkat pertumbuhan dan
perkembangan yang baik
o Lingkungan yang sejahtera dan bahagia ( harmonis
o Sandang , pangan dan papan
o Lingkungan tempat tingggal yang baik (Lokasi WTS, judi, mabuk dan preman)
FILOSOFI KEPERAWATAN ANAK
Filosofi adalah merupakan pandangan atau keyakinan yang dimiliki perawat dalam memberikan
pelayanan keperawatan pada anak .Keperawatan anak adalah konsisten dengan pengertian
keperawatan “ the diagnosis and treatment of human respones to actual or potential health
problems( whaley & wong,1995, hal 14).
Tujuannya adalah pencapaian derajat kesehatan bagi anak sebagai suatu bagian dari sistem
pelayanan kesehatan di keluarga. Untuk menekankan pada tujuan tersebut.Pada bagian ini akan
diuraikan kunci filosofi keperawatan anak:
1. Family center care
Filosofi ini memperkenalkan keluarga sebagai suatu kehidupan yang konstan dan seorang
individu yang mendukung, menghargai dan meningkatkan kekuatan dan kompetensi dalam
memberikan asuhan terhadap anak (Johson, 1989).Hal ini menjelaskan bahwa Keluarga
merupakan unsur penting dalam merawat anak, mengingat anak adalah bagian dari
keluarga.Sebagai perawat, dalam memberikan pelayanan keperawatan pada anak, harus mampu
menfasilitasi keluarga dalam berbagai bentuk pelayanan kesehatan baik berupa pemberian
tindakan keperawatan maupun pemberian penyuluhan kesehatan.
Ada 2 konsep dasar pada proses filosofi family center care, yaitu enabling dan empowering.
Enabling adalahdengan menciptakan kesempatan keluarga untuk menunjukkan kemampuan dan
kompetensinya yang berguna dalam memenuhi kebutuhan anak dan keluarga.
Dukungan (empowering) menjelaskan interaksi profesional dengan keluarga dimana keluarga
memerlukan perasaan aman terhadap kehidupan keluarganya dan mendukung perubahan yang
positif sebagai dampak dari perilaku saling tolong menolong, memperkokoh kemampuan dan
tindakan yang diberikan.
Jadi dalam pemberian asuhan keperawatan anak diperlukan keterlibatan keluarga, mengingat
anak selalu membutuhkan orang tua ketika berada dirumah sakit. Keterlibatan keluarga dengan
tenaga kesehatan selama anak berada di rumah sakit sangat diperlukan , karena itu menjadi dasar
dalam memberikan asuhan keperawatan yang berfokus pada keluarga. Perawat dengan
memfasilitasi keluarga dapat membantu proses penyembuhan anak pada anak yang sakit selama
dirumah sakit, sehingga kebutuhan keamanan dan kenyamanan bagi keluarga dan anak
diperhatikan. dan berdampak besar bagi program penyembuhan perawatan pada anak.
2. Atraumatic care
Kemampuan dalam memberikan asuhan keperawatan yang terapoutik oleh individu melalui
pelaksananaan intervensi keperawatan untuk membatasi/ mengurangi pengalaman yang tidak
menyenangkan terhadap anak dan keluarga di tatanan pelayanan kesehatan.
Tujuan utama dari atraumatic care adalah do no harm yang terdiri dari
a. mencegah/mengurangi anak berpisah dari orang tua
b. perlindungan
c. mencegah/mengurangi trauma fisik dan nyeri
3. Primary Nursing
Primary nursing adalah menjaga /merawat anak selama 24 jam, jika asuhan keperawatan oleh
perawat tidak berjalan. Primary nursing secara umum mendukung pelaksanaan asuhan
keperawatan pada anak dan menjadikan asuhan yang konsisten terhadap anak serta berfokus
pada unit keluarga sebagai bagian komponen integral pada perencanaan dan pelaksanaan.
4. Case management
Merupakan sistem pemberian asuhan yang seimbang antara biaya dan kualitas dengan
memperhatikan pembiayaan yang berlebihan. Kemampuan perawat dalam memgelola kasus
dengan baik tentu berdampak pada proses penyembuhan pada anak.
PRINSIP PRINSIP KEPERAWATAN ANAKBeberapa prinsip dasar keperawatan anak yang dijadikan sebagai pedoman dalam memahami
filosofi keperawatan anak
1. anak bukan miniatur orang dewasa tetapi sebagai individu yang unik
2. anak sebagai individu yang unik dan mempunyai kebutuhan sesuai tahap perkembangan.
3. Pelayanan keperawatan anak beroriantasi pada upaya pencegahan penyakit dan peningkatan
derajat kesehatan, bukan hanya mengobati anakl sakit.
4. keperawatan anak merupakan disiplin ilmu kesehatan yang berfokus pada kesejahteraan anak
sehingga perawat bertanggung jawab secara komprehensif dalam memberikan askep pada anak
5. praktek keperawatan aanak mencakup kontrak dengan anak dan keluarga
6. tujuan keparawatan anak dan remaja adalah untuk meningkatkan maturasi atau kematangan yang
sehat bagi anak dan remaja sebagai mahluk biopsikososial dan spiritual dalam kontek keluarga
dan masyarakat.
7. pada masa yang akan datang kecenderungan keperawatan anak berfokus pada ilmu tumbuh
kembang.
KOMPONEN KEPERAWATAN ANAK
Komponen keperawatan anak meliputi:
1. Asuhan keperawatan
2. Anak
3. Perawat
4. Keluarga
Perawatan bukan pada anak sakit saja, tetapi secara komprehensif yang bisa memenuhi
kebutuhan anak malalui keluarganya, sehingga perlu kerja sama yang harmonis antara perawat
dan keluarga.
PERAN PERAWAT DALAM KEPERAWATAN ANAK
Dalam melaksanakan asuhan keperawatan anak , perawat mempunyai peran dan fungsi sebagai
perawat anak diantaranya:
1. Pemberi perawatan
Peran utama perawat adalah memberikan pelayanan keperawatan pada anak yang dapat
dilakukan dengan memenuhi kebutuhan dasar anak seperti kebutuhan asah, asih dan asuh
2. Sebagai advokat keluarga
Sebagai pembela keluarga dalam beberapa hal seperti dalam menentukan haknya sebagai klien
3. Pencegahan penyakit
Upaya pencegahan merupakan bagian dari bentuk pelayanan keperawatan sehingga dalam
melakukan asuhan keperawatan perawat harus selalu memgutamakan tindakan pencegahan
terhadap timbulnya masalah baru sebagai dampak dari timbulnya penyakit.
4. Pendidikan
Perawat harus mampu berperan sebagai pendidik untuk memyampaikan pesan atau mengubah
perilaku pada anak dan keluarga malalui pendidikan kesehatan khususnya dalam keperawatan.
5. Konseling
Upaya perawat dalam memberikan waktu untuk berkonsultasi terhadap masalah yang dialami
oleh klien dan keluarga. Konseling ini bis memberikan kemandirian keluarga dalam mengatasi
masalah kesehatan
6. Kolaborasi
Merupakan tindakan kerjasama dalam menentukan tindakan yang akan dilaksanakan oleh
perawat dengan team kesehatan lain
7. Pengambil keputusan etik
Dalam memgambil keputusan, perawat mempunyai peran sangat penting karena selalu
berhubungan dengan anak kurang lebih 24 jam.
8. Peneliti
Sebagai peneliti harus melakukan kajian –kajian keperawatan anak, yang dapat dikembangkan
untuk perkembangan teknologi keperawatan dan meningkatkan mutu pelayanan keperawatan
nak.
PERSPEKTIF PERAWATAN ANAK
PROGRAM DAN KEBIJAKAN PEMERINTAH TERHADAP KESEHATAN ANAK.
Tujuan pembangunan nasional dibidang kesehatan terutama ditujukan untuk:
1. Penurunan angka kematian bayi dan perinatal
2. Penurunan angka kematian balita
3. Penurunan angak kesakitan anak usia sekolah dan remaja
4. Peningkatan derajat kesehatananak secara keseluruhan yang akan menjamin proses tumbuh
kembang anak secara optimal menuju generasi muda yang sehat sebagai sumber daya
pembangunan.
a. Upaya pembinaan kesehatan anak mencakup pemenuhan kebutuhan primer sejak didalam
kandungan sampai remaja dengan mengkaji tumbuh kembang anak, pemberian makanan
bergizi pada anak, penyuluhan kesehatan keluarga, asuhan keparawatan mulai dari bayi
sampai remaja
b. Untuk mencapai hal tersebut diatas perlu adanya peningkatan kemampuan tenaga
kesehatan khususnya bidang yang berkwalitas dan merata ditanah air. Bidan mempunyai
peranan dan tanggung jawab yang besar dalam bidang kesehatan ibu dan anak. Untuk itu
sejak dini siswa bidan harus dibekali dengan pengetahuan dan keterampilan yang cukup.
Hal ini dimulai dari para pendidik kesehatan yang cukup ditunjang dengan kepustakaan
yang memadahi.
c. Perlu diyakini bahwa tim perawatan mampu mengembangkan dan mengkoordinasikan
pola perawatan anak yang dapat mengisi kebutuhan hubungan keluarga dan anak,
sehingga perawat akan sadar tentang pola hubungan keluarga dan anak, tanggap apabila
keluarga membutuhkan dukungan moral. Berdasarkan hal tersebut, maka perawat
profesional dapat menyediakan bantuan inter disiplin dalam rangka perawatan anak
terpadu dan menyeluruh serta berusaha menyediakan sumber daya yang tersedia dalam
pelayanan kesehatan dan masyarakat untuk memungkinkan peningkatan pelayanan
perawatan anak yang bermutu.
d. Pelayanan perawatan dapat tersedia melalui tim perawatan yang terpadu dimana tiap anggota tim perlu diberi kesempatan meningkatkan pengetahuan dan kaeterampilannya dalam, bidang perawatan anak. Anggota tim harus bertanggung jawab untuk memeastikan terlaksananya asuhan keperawatan anak yang perpusat pada keluarga.
ISSUE DAN KECENDURUNGAN DALAM KEPERAWATAN ANAKMasalah kesehatan anak ditiap negara berbeda karena perbedaan lingkungan yang
mempengaruhinya.Namun dalam garis besarnya, masalah tersebut diseluruh dunia dapat
dikelompokkan menjadi dua katagori, yaitu masalah kesehatran anak yang terdapat dinegara
maju dan masalah kesehatan anak dinegara sedang berkembang.
Bila ditinjau dari indikator kesehatan, maka masalah utama kesehatan anak di Indonesia adalah
masih tingginya morbiditas dan mortalitas pada golongan bayi dan balita.Penyebab utamanya
adalah lingkungan yang kurang menunjang, mutu pelayanan kesehatan ayang rendah dan
keadaan sosial/ekonomi/budaya masyarakat yang kurang memadahi.Sebagian besar penyebabnya
bukan bidang kedokteran, tetapi merupakan bidang kesehatan masyarakat.
Untuk mengevaluasi pengaruh penyakit terhadap kesehatan masyarakat dan keberhasilan upaya
kesehatan, diperlukan sejumlah parameter atau indikator kesehatan. Diantara indikator dasar
yang berkaitan erat dengan kesehatan anak adalah AKB (Angka Kematian Bayi), GNP (Gross
National Product) perkapita, umur harapan hidup, tingkat pendidikan teruatama perempuan.
Untuk mengatasi masalah kesehatan masyarakat, termasuk masalah kesehatan anak pada tahun
1982 oleh pemerintan telah disusun tatanan atau program menyeluruh khusus untuk bidang
kesehatan yang dikenal sebagai Sistem Kesehatan Nasional (SKN). Tujuan dan sasaran SKN :
1. Peningkatan kemampuan masyarakat yaitu menolong diri sendiri dalam menghadapi masalah
kesehatan yang dijimpai sehari-hari.
2. Peningkatan mutu lingkungan hidup .
3. Peningkatan status gizi masyarakat.
4. Pengurangan kejadian Morbiditas dan Mortalitas.
5. Pengembangan keluarga sejahtera.
Kedalam SKN ini telah dimasukkan dasar pelayanan kesehatan primer (Primary heald care) yang
dicanangkan di Alma Ata tahun 1978 dan telah disepakati oleh seluruh anggota WHO.
Delapan unsur pokok bidang kesehatan primer:
1. Penyuluhan kesehatan.
2. Gizi
3. sanitasi dasar dan air bersih.
4. KIA dan KB.
5. Imunisasi terhadap enam penyakit utama.
6. Pencegahan dan pengelolaan penyakit endemik.
7. Pengobatan penyakit yang umum dijumpai.
8. Tersedianya obat yang esensial.
Daftar Pustaka
Dep. Kes. RI (2000), Program Kesehatan Ibu dan Anak, Jakarta
Engel Joice, Alih Bahasa : Teres, (1999), Pengkajian Pediatrik, Edisi II, Jakarta EGC.
Morgan K (1999), Pediatric Care Plan, St. Louis, Springhause.
Rosa M Sacharin (1996), Prinsip Keperawatan Pediatric, Edisi II. Jakarta EGC
Wong, Donna L, (1999) Nursing Care of Infant ang Children, ST Louis, Mosby
Wong, Donna L, (2003), Essensial of Pediatric Nursing 6 th edition, St.Louis Moaby
Wong, Donna L,(2000), Clinical Manual of Pediatric Nursing,St.Louis Mosby
KONSEP DASAR KEPERAWATAN ANAK
PENGERTIANAnak adalah seseorang yang belum mencapai umur 21 tahun dan belum pernah
menikah/kawin.Batasan ini ditetapkan berdasarkan pertimbangan usaha kesejahteraan sosial,
kematangan pribadi dan kematangan mental seseorang yang dicapai pada umur 21 tahun.Anak
merupakan potensi serta penerus cita –cita bangsa yang dasar-dasarnya telah diletakkan generasi
sebelumnya. Oleh karena itu anak harus mendapat perhatian yang sempurna dalam memenuhi
perkembangan dan pertumbuhan baik fisik maupun mental sejak dini.
TUJUAN:
1. Menurunkan angka kematian anak
2. Menurunkan angka kesakitan anak
3. Menurunkan angka kematian atau kesakitan prasekolah atau remaja.
RUANG LINGKUP
1. Pediatric klinik, terdiri dari penyakit, pengobatan dan perawatan
2. Peditric pencegahan : imunisasi
3. Pediatric sosial
o Mempelajari dan melaksanakan cara agar anak sehat fisik, psikis dan sosial
o Kebutuhan anak yang harus dipenuhi sejak konsepsi, supaya mencapai tingkat pertumbuhan dan
perkembangan yang baik
o Lingkungan yang sejahtera dan bahagia ( harmonis
o Sandang , pangan dan papan
o Lingkungan tempat tingggal yang baik (Lokasi WTS, judi, mabuk dan preman)
FILOSOFI KEPERAWATAN ANAK
Filosofi adalah merupakan pandangan atau keyakinan yang dimiliki perawat dalam memberikan
pelayanan keperawatan pada anak .Keperawatan anak adalah konsisten dengan pengertian
keperawatan “ the diagnosis and treatment of human respones to actual or potential health
problems( whaley & wong,1995, hal 14).
Tujuannya adalah pencapaian derajat kesehatan bagi anak sebagai suatu bagian dari sistem
pelayanan kesehatan di keluarga. Untuk menekankan pada tujuan tersebut.Pada bagian ini akan
diuraikan kunci filosofi keperawatan anak:
1. Family center care
Filosofi ini memperkenalkan keluarga sebagai suatu kehidupan yang konstan dan seorang
individu yang mendukung, menghargai dan meningkatkan kekuatan dan kompetensi dalam
memberikan asuhan terhadap anak (Johson, 1989).Hal ini menjelaskan bahwa Keluarga
merupakan unsur penting dalam merawat anak, mengingat anak adalah bagian dari
keluarga.Sebagai perawat, dalam memberikan pelayanan keperawatan pada anak, harus mampu
menfasilitasi keluarga dalam berbagai bentuk pelayanan kesehatan baik berupa pemberian
tindakan keperawatan maupun pemberian penyuluhan kesehatan.
Ada 2 konsep dasar pada proses filosofi family center care, yaitu enabling dan empowering.
Enabling adalahdengan menciptakan kesempatan keluarga untuk menunjukkan kemampuan dan
kompetensinya yang berguna dalam memenuhi kebutuhan anak dan keluarga.
Dukungan (empowering) menjelaskan interaksi profesional dengan keluarga dimana keluarga
memerlukan perasaan aman terhadap kehidupan keluarganya dan mendukung perubahan yang
positif sebagai dampak dari perilaku saling tolong menolong, memperkokoh kemampuan dan
tindakan yang diberikan.
Jadi dalam pemberian asuhan keperawatan anak diperlukan keterlibatan keluarga, mengingat
anak selalu membutuhkan orang tua ketika berada dirumah sakit. Keterlibatan keluarga dengan
tenaga kesehatan selama anak berada di rumah sakit sangat diperlukan , karena itu menjadi dasar
dalam memberikan asuhan keperawatan yang berfokus pada keluarga. Perawat dengan
memfasilitasi keluarga dapat membantu proses penyembuhan anak pada anak yang sakit selama
dirumah sakit, sehingga kebutuhan keamanan dan kenyamanan bagi keluarga dan anak
diperhatikan. dan berdampak besar bagi program penyembuhan perawatan pada anak.
2. Atraumatic care
Kemampuan dalam memberikan asuhan keperawatan yang terapoutik oleh individu melalui
pelaksananaan intervensi keperawatan untuk membatasi/ mengurangi pengalaman yang tidak
menyenangkan terhadap anak dan keluarga di tatanan pelayanan kesehatan.
Tujuan utama dari atraumatic care adalah do no harm yang terdiri dari
a. mencegah/mengurangi anak berpisah dari orang tua
b. perlindungan
c. mencegah/mengurangi trauma fisik dan nyeri
3. Primary Nursing
Primary nursing adalah menjaga /merawat anak selama 24 jam, jika asuhan keperawatan oleh
perawat tidak berjalan. Primary nursing secara umum mendukung pelaksanaan asuhan
keperawatan pada anak dan menjadikan asuhan yang konsisten terhadap anak serta berfokus
pada unit keluarga sebagai bagian komponen integral pada perencanaan dan pelaksanaan.
4. Case management
Merupakan sistem pemberian asuhan yang seimbang antara biaya dan kualitas dengan
memperhatikan pembiayaan yang berlebihan. Kemampuan perawat dalam memgelola kasus
dengan baik tentu berdampak pada proses penyembuhan pada anak.
PRINSIP PRINSIP KEPERAWATAN ANAKBeberapa prinsip dasar keperawatan anak yang dijadikan sebagai pedoman dalam memahami
filosofi keperawatan anak
1. anak bukan miniatur orang dewasa tetapi sebagai individu yang unik
2. anak sebagai individu yang unik dan mempunyai kebutuhan sesuai tahap perkembangan.
3. Pelayanan keperawatan anak beroriantasi pada upaya pencegahan penyakit dan peningkatan
derajat kesehatan, bukan hanya mengobati anakl sakit.
4. keperawatan anak merupakan disiplin ilmu kesehatan yang berfokus pada kesejahteraan anak
sehingga perawat bertanggung jawab secara komprehensif dalam memberikan askep pada anak
5. praktek keperawatan aanak mencakup kontrak dengan anak dan keluarga
6. tujuan keparawatan anak dan remaja adalah untuk meningkatkan maturasi atau kematangan yang
sehat bagi anak dan remaja sebagai mahluk biopsikososial dan spiritual dalam kontek keluarga
dan masyarakat.
7. pada masa yang akan datang kecenderungan keperawatan anak berfokus pada ilmu tumbuh
kembang.
KOMPONEN KEPERAWATAN ANAK
Komponen keperawatan anak meliputi:
1. Asuhan keperawatan
2. Anak
3. Perawat
4. Keluarga
Perawatan bukan pada anak sakit saja, tetapi secara komprehensif yang bisa memenuhi
kebutuhan anak malalui keluarganya, sehingga perlu kerja sama yang harmonis antara perawat
dan keluarga.
PERAN PERAWAT DALAM KEPERAWATAN ANAK
Dalam melaksanakan asuhan keperawatan anak , perawat mempunyai peran dan fungsi sebagai
perawat anak diantaranya:
1. Pemberi perawatan
Peran utama perawat adalah memberikan pelayanan keperawatan pada anak yang dapat
dilakukan dengan memenuhi kebutuhan dasar anak seperti kebutuhan asah, asih dan asuh
2. Sebagai advokat keluarga
Sebagai pembela keluarga dalam beberapa hal seperti dalam menentukan haknya sebagai klien
3. Pencegahan penyakit
Upaya pencegahan merupakan bagian dari bentuk pelayanan keperawatan sehingga dalam
melakukan asuhan keperawatan perawat harus selalu memgutamakan tindakan pencegahan
terhadap timbulnya masalah baru sebagai dampak dari timbulnya penyakit.
4. Pendidikan
Perawat harus mampu berperan sebagai pendidik untuk memyampaikan pesan atau mengubah
perilaku pada anak dan keluarga malalui pendidikan kesehatan khususnya dalam keperawatan.
5. Konseling
Upaya perawat dalam memberikan waktu untuk berkonsultasi terhadap masalah yang dialami
oleh klien dan keluarga. Konseling ini bis memberikan kemandirian keluarga dalam mengatasi
masalah kesehatan
6. Kolaborasi
Merupakan tindakan kerjasama dalam menentukan tindakan yang akan dilaksanakan oleh
perawat dengan team kesehatan lain
7. Pengambil keputusan etik
Dalam memgambil keputusan, perawat mempunyai peran sangat penting karena selalu
berhubungan dengan anak kurang lebih 24 jam.
8. Peneliti
Sebagai peneliti harus melakukan kajian –kajian keperawatan anak, yang dapat dikembangkan
untuk perkembangan teknologi keperawatan dan meningkatkan mutu pelayanan keperawatan
nak.
PERSPEKTIF PERAWATAN ANAK
PROGRAM DAN KEBIJAKAN PEMERINTAH TERHADAP KESEHATAN ANAK.
Tujuan pembangunan nasional dibidang kesehatan terutama ditujukan untuk:
1. Penurunan angka kematian bayi dan perinatal
2. Penurunan angka kematian balita
3. Penurunan angak kesakitan anak usia sekolah dan remaja
4. Peningkatan derajat kesehatananak secara keseluruhan yang akan menjamin proses tumbuh
kembang anak secara optimal menuju generasi muda yang sehat sebagai sumber daya
pembangunan.
a. Upaya pembinaan kesehatan anak mencakup pemenuhan kebutuhan primer sejak didalam
kandungan sampai remaja dengan mengkaji tumbuh kembang anak, pemberian makanan
bergizi pada anak, penyuluhan kesehatan keluarga, asuhan keparawatan mulai dari bayi
sampai remaja
b. Untuk mencapai hal tersebut diatas perlu adanya peningkatan kemampuan tenaga
kesehatan khususnya bidang yang berkwalitas dan merata ditanah air. Bidan mempunyai
peranan dan tanggung jawab yang besar dalam bidang kesehatan ibu dan anak. Untuk itu
sejak dini siswa bidan harus dibekali dengan pengetahuan dan keterampilan yang cukup.
Hal ini dimulai dari para pendidik kesehatan yang cukup ditunjang dengan kepustakaan
yang memadahi.
c. Perlu diyakini bahwa tim perawatan mampu mengembangkan dan mengkoordinasikan
pola perawatan anak yang dapat mengisi kebutuhan hubungan keluarga dan anak,
sehingga perawat akan sadar tentang pola hubungan keluarga dan anak, tanggap apabila
keluarga membutuhkan dukungan moral. Berdasarkan hal tersebut, maka perawat
profesional dapat menyediakan bantuan inter disiplin dalam rangka perawatan anak
terpadu dan menyeluruh serta berusaha menyediakan sumber daya yang tersedia dalam
pelayanan kesehatan dan masyarakat untuk memungkinkan peningkatan pelayanan
perawatan anak yang bermutu.
d. Pelayanan perawatan dapat tersedia melalui tim perawatan yang terpadu dimana tiap anggota tim perlu diberi kesempatan meningkatkan pengetahuan dan kaeterampilannya dalam, bidang perawatan anak. Anggota tim harus bertanggung jawab untuk memeastikan terlaksananya asuhan keperawatan anak yang perpusat pada keluarga.
ISSUE DAN KECENDURUNGAN DALAM KEPERAWATAN ANAKMasalah kesehatan anak ditiap negara berbeda karena perbedaan lingkungan yang
mempengaruhinya.Namun dalam garis besarnya, masalah tersebut diseluruh dunia dapat
dikelompokkan menjadi dua katagori, yaitu masalah kesehatran anak yang terdapat dinegara
maju dan masalah kesehatan anak dinegara sedang berkembang.
Bila ditinjau dari indikator kesehatan, maka masalah utama kesehatan anak di Indonesia adalah
masih tingginya morbiditas dan mortalitas pada golongan bayi dan balita.Penyebab utamanya
adalah lingkungan yang kurang menunjang, mutu pelayanan kesehatan ayang rendah dan
keadaan sosial/ekonomi/budaya masyarakat yang kurang memadahi.Sebagian besar penyebabnya
bukan bidang kedokteran, tetapi merupakan bidang kesehatan masyarakat.
Untuk mengevaluasi pengaruh penyakit terhadap kesehatan masyarakat dan keberhasilan upaya
kesehatan, diperlukan sejumlah parameter atau indikator kesehatan. Diantara indikator dasar
yang berkaitan erat dengan kesehatan anak adalah AKB (Angka Kematian Bayi), GNP (Gross
National Product) perkapita, umur harapan hidup, tingkat pendidikan teruatama perempuan.
Untuk mengatasi masalah kesehatan masyarakat, termasuk masalah kesehatan anak pada tahun
1982 oleh pemerintan telah disusun tatanan atau program menyeluruh khusus untuk bidang
kesehatan yang dikenal sebagai Sistem Kesehatan Nasional (SKN). Tujuan dan sasaran SKN :
1. Peningkatan kemampuan masyarakat yaitu menolong diri sendiri dalam menghadapi masalah
kesehatan yang dijimpai sehari-hari.
2. Peningkatan mutu lingkungan hidup .
3. Peningkatan status gizi masyarakat.
4. Pengurangan kejadian Morbiditas dan Mortalitas.
5. Pengembangan keluarga sejahtera.
Kedalam SKN ini telah dimasukkan dasar pelayanan kesehatan primer (Primary heald care) yang
dicanangkan di Alma Ata tahun 1978 dan telah disepakati oleh seluruh anggota WHO.
Delapan unsur pokok bidang kesehatan primer:
1. Penyuluhan kesehatan.
2. Gizi
3. sanitasi dasar dan air bersih.
4. KIA dan KB.
5. Imunisasi terhadap enam penyakit utama.
6. Pencegahan dan pengelolaan penyakit endemik.
7. Pengobatan penyakit yang umum dijumpai.
8. Tersedianya obat yang esensial.
Daftar Pustaka
Dep. Kes. RI (2000), Program Kesehatan Ibu dan Anak, Jakarta
Engel Joice, Alih Bahasa : Teres, (1999), Pengkajian Pediatrik, Edisi II, Jakarta EGC.
Morgan K (1999), Pediatric Care Plan, St. Louis, Springhause.
Rosa M Sacharin (1996), Prinsip Keperawatan Pediatric, Edisi II. Jakarta EGC
Wong, Donna L, (1999) Nursing Care of Infant ang Children, ST Louis, Mosby
Wong, Donna L, (2003), Essensial of Pediatric Nursing 6 th edition, St.Louis Moaby
Wong, Donna L,(2000), Clinical Manual of Pediatric Nursing,St.Louis Mosby
TUMBUH KEMBANG ANAK
A. PENGERTIAN
Tumbuh adalah proses bertambahnya ukuran/dimensi akibat penambahan jumlah atau ukuran sel dan
jaringan interseluler.
Kembang/perkembangan adalah proses pematangan/maturasi fungsi organ tubuh termasuk
berkembangnya kemampuan mental intelegensia serta perlakuan anak.
B. JENIS TUMBUH KEMBANG
1. Tumbuh kembang fisis meliputi perubahan dalam bentuk besar dan fungsi organisme
individu.
2. Tumbuh kembang intelektual berkaitan dengan kepandaian berkomunikasi dan
kemampuan menangani materi yang bersifat abstrak dan simbolik seperti
berbicara,bermain,berhitung dan membaca.
3. Tumbuh kembang social emosional bergantung kemampuan bayi untuk membentuk ikatan
batin,berkasih saying,menangani kegelisahan akibat suatu frustasi dan mengelola
rangsangan agresif.
C. FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TUMBUH KEMBANG
1. Faktor Genetik
2. Faktor herediter konstitusional
3. Faktor lingkungan
Lingkungan ini meliputi aspek fisikobiopsikososial yang dapat berupa :
a.Orang tua : hidup rukun dan harmonis,persiaan jasmani,mental,social yang matang pada saat membina keluarga,mempunyai tingkat ekonomo/kesejahteraan yang cukup,cukup waktu untuk memperhatikan,membimbing dan mendidik anakb.Pelayanan KIA dan KB yang cukup untuk perlindungan kesehatan Ibu dan Anak dengan jaringan dan fasilitas yang memadai dalam tenaga,peralatan,anggaran dan mencakup seluruh populasi.c.Didaerah perkotaan m,aupun pedesaan diciptakan keadaan yang cukup baik dalam segi-segi : kesehatan,geografis,demografis,social ekonomi.
d.Pendidikan di rumah,sekolah, diluar sekolah dan rumah untuk pembinaan perkembangan emosi, social, moral, etika, tanggung jawab,pengetahuan, ketrampilan dan kepribadian.
D. TAHAP TAHAP TUMBUH KEMBANGProses tumbuh kembang dimulai sejak sel telur dibuahi dan akan berlangsung sampai dewasa.a. Tahap prenatal
Masa embrio : mulai konsepsi – 8 minggu Masa tengah fetus : 9 minggu – 24 minggu Masa fetus lanjut : 24 minggu – lahir
b. Tahap postnatal Masa neonatal : lahir – 1 bulan
Masa bayi awal : 1 bulan – 1 tahun Masa bayi lanjut : 1 tahun – 2 tahun
c. Masa anak (wanita : 2-10 tahun, laki-laki : 2-12 tahun) : Masa prasekolah : 2 – 6 tahun Masa sekolah : wanita 6 – 10 tahun,laki-laki 6 – 12 tahun
d. Masa remaja (adolesen) : wanita 10-18 tahun, laki-laki 12-20 tahun Pra pubertas : wanita 10-12 tahun,laki-laki 10-14 tahun Pubertas : wanita 12-14 tahun,laki-laki 14-15 tahun Post pubertas :wanita 14-18 tahun,laki-laki 16-20 tahun
E. SKRINING DAN PENGAWASAN TUMBUH KEMBANGPengawasan tumbuh kembang anak dilakukan secara kontinue dengan pencatatan yang baik
dimulai sejak dalam kandungan (Ante Natal Care) secara teratur dan pengawasan terutama anak balita.
Untuk pertumbuhan anak dengan pengukuran BB dan TB menggunakan Kartu Menuju Sehat (KMS).
Untuk perkembangan anak dengan menggunakan DDST (Denver Development Screening Test).
Sedangkan tahap-tahap penilaian perkembangan anak yaitu : Anamnesis Skrining gangguan perkembangan anak Evaluasi penglihatan dan pendengaran anak Evaluasi bicara dan bahasa anak Pemeriksaan fisik
F. TEORI PERKEMBANGAN MENURUT SIGMUND FREUD1.Fase Oral : 0 – 1 tahun Keuntungan : Kepuasaan/kebahagian terletak pada mulut Mengisap,menelan,memainkan bibir,makan,kenyang dan tidur. Kerugian : menggigit,mengeluarkan air liur,marah,menangis jika tidak terpenuhi.2.Fase Anal : 1 – 3 tahun
Keuntungan : belajar mengontrol pengeluran BAB dan BAK,senang melakukan sendiri Kerugian : jika tidak dapat melakukan dengan baik.3.Fase Phalic : 3 – 6 tahun
Dekat dengan orang tua lawan jenis
Bersaing dengan orang tua sejenis4.Fase latent : 6 – 12 tahun
Orientasi social keluar rumah Pertumbuhan intelektual dan social Banyak teman dan punya group Impuls agresivitas lebih terkontrol
5.Fase genital Pemustan seksual pada genital Penentuan identitas Belajar tidak tergantung pada orang tua Bertanggung jawab pada diri sendiri Intim dengan lawan jenis.
Keuntungan : bergroup Kerugian : konflik diri,ambivalen.ASUHAN KEPERAWATANA. PENGKAJIAN KEPERAWATAN
1. Review kembali catatan medik masalah kesehatan yang berkaitan dengan gangguan pada perkembangan anak
2. Kaji pengetahuan keluarga akan penyakit/masalah yag berkaitan dengan gangguan tumbang anak
3. Tentukan perkembangan anak sesuai umurnya (dengan DDST)4. Kaji kemampuan fungsional anak yang meliputi kemampuannya dalam
makan,mandi,berpakaian,berjalan,memecahkan masalah dan berkomunikasi.5. Kaji persepsi orang tua kan tingkat perkembangan anak dan pengharapan mereka terhadap
anaknya.6. Kaji tentang hubungan orang tua denagan anak7. Kaji sumber-sumber yang mendukung seperti tingkat perekonomian keluarga dll yang dapat
mendukung perkembangan anak.
B. DIAGNOSE KEPERAWATAN1. Ketidakmampuan penyesuaian berhubungan dengan kelahiran/diagnosis gangguan
perkembangan anak.2. Perubahan kemampuan peran orang tua berhubungan dengan kesulitan memenuhi dan
mengasuh anak.3. Ketidakefektifan kemampuan anak dalam pola makan b.d ketidakmampuan lidah,kelumpuhan
otot dan kelemahan menelan.4. Perubahan tumbang b.d ketidakmampuan5. Isolasi social b.d kelainan perkembangan6. Resiko cedera b.d perkembangan (sesuai dgn tingkat usia perkembangan anak).
DAFTAR PUSTAKA
Wong DL, 1995, Nursing Care Of Infant and Children Fifth Edition,Mosby Year Book,Philadelpia USA.
Mansjoer A, 1999,kapita selekta Kedokteran Jilid II,media Aesculapius FK UI Jakarta
Potter and Perry,1993,Fundamental Of Nursing, Mosby Year Book,Philadelpia USA.
Short JR, 1994 Penyakit anak Jilid 2,Bina Aksara,Jakarta
LAPORAN PENDAHULUAN
ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK SEHAT (TUMBANG)
A. Pengertian
Pertumbuhan merupakan peningkatan jumlah dan ukuran sedangkan perkembangan
menitikberatkan pada perubahan yang terjadi secara bertahap dan tingkat yang paling rendah dan
kompleks melalui proses maturasi dan pembelajaran (Whalex dan Wone.2000)
Tumbuh kembang adalah suatu kesatuan proses dimana seseorang anak tidak hanya
tumbuh menjadi besar tapi berkembang menjadi lebih terampil yang mencakup dua peristiwa
yang sifatnya berbeda tetapi saling berkaitan dan sulit dipisahkan.
1. Pertumbuhan (growth) berkaitan dengan masalah perubahan dalam jumlah, besar,
ukuran/dimensi, tingkat sel organ maupun individu yang bisa diukur berat, panjang, umur
tulangdan keseimbangan elektrolit.
2. Perkembangan (development) adalah bertambahnya kemampuan dalam struktur dan fungsi tubuh
yang lebih kompleks dalam pola yang teratur dan dapat diramalkan sebagai hasil antara lain
proses pematangan termasuk perkembangan emosi, intelektual, dan tingkah laku sebagai hasil
dengan lingkungan. Untuk terciptanya tumbuh kembang yang optimal tergantung pada potensi
biologis, psikososial, dan perilaku yang merupakan proses yang unik dan hasil akhir berbeda-
beda yang memberi cirri tersendiri pada setiap anak.
Dalam Tumbang anak perlu dilakukan berbagai macam imunisasi, dimana imunisasi
merupakan usaha memberikan kekebalan pada bayi dan anak dengan memasukkan vaksin ke
dalam tubuh agar tubuh membuat zat anti untuk mencegah terhadap penyakit tertentu.
Sedangkan yang dimaksud vaksin adalah bahan yang di pakai untuk merangsang pembentukan
zat anti yang dimasukkan ke dalam tubuh melalui suntikan seperti vaksin BCG, DPT, Campak,
dan melalui mulut seperti vaksin Polio. Tujuan diberikan imunisasi adalah diharapkan anak
menjadi kebal terhadap penyakit sehingga dapat menurunkan angka morbiditas dan mortalitas
serta dapat mengurangi kecacatan akibat penyakit tertentu.
Diantara sekian banyaknya imunisasi yang diperlukan anak, satu diantaranya adalah
imunisasi BCG.
Imunisasi BCG (Bacillus Calmette Guerin)
Merupakan imunisasi yang digunakan untuk mencegah terjadinya penyakit TBC yang berat
sebab terjadinya penyakit TBC yang primer atau yang ringan dapat terjadi walaupun sudah
dilakukan imunisasi BCG, pencegahan imunisasi BCG untuk TBC yang berat seperti TBC pada
selaput otak, TBC milier (pada seluruh lapangan paru), atau TBC tulang. Imunisasi BCG ini
merupakan vaksin yang mengandung kuman TBC yang telah dilemahkan. Frekuensi pemberian
imunisasi BCG adalah 1 kali dan waktu pemberian imunisasi BCG pada umur 0 – 11 bulan, akan
tetapi pada umumnya diberikan pada bayi umur 2 – 3 bulan, kemudian cara pemberian imunisasi
BCG melalui intradermal. Efek samping pada BCG dapat terjadi ulkus pada daerah suntikan dan
dapat terjadi limfadenitis regional dan reaksi panas.
B. Faktor-faktor yang mempengaruhi tumbang anak
1. Faktor keturunan (Herediter)
Merupakan modal dasar dalam mencapai hasil akhir proses tumbang anak melalui instruksi
genetic dapat ditentukan kualitas dan kuantitas pertumbuhan, gangguan pertumbuhan selain
disebabkan oleh kelainan kromosom (contoh; syndrome down, syndrome turner) juga
diakibatkan oleh factor lingkungan yang kurang memadai.
a. Seks : kecukupan dan perkembangan pada anak laki-laki berbeda dengan perempuan
b. Ras : ras/suku bangsa dapat mempengaruhi tumbang anak, beberapa suku bangsa memiliki
karakteristik.
2. Faktor Lingkungan
a. Lingkungan Internal
1. Intelegensi
Pada umunya intelegensi tinggi, perkembangan lebih baik dibandingkan jika intelegensi rendah.
2. Hormon
Ada 3 jenis hormone yang mempengaruhi anak yaitu somatotropik untuk pertumbuhan tinggi
badan terutama pada masa kanak-kanak, hormone tiroid menstimulasi pertumbuhan sel
interstitial testis, memproduksi testosterone dan ovarium memproduksi estrogen yang
mempengaruhi perkembangan dan reproduksi.
3. Emosi
Hubungan yang hangat dengan orangtua, saudara teman sebaya serta guru berpengaruh terhadap
perkembangan emosi, sosial, intelektual anak, cara anak berinteraksi dengan keluarga akan
mempengaruhi interaksi anak diluar rumah.
b. Lingkungan Eksternal
1. Kebudayaan
Budaya keluarga /masyarakat mempengaruhi bagaiman anak mempersepsikan dan memahami
kesehatan berprilaku hidup sehat.
2. Status sosial ekonomi keluarga
Anak yang berada dan dibesarkan dalam lingkungan keluarga yang sosial ekonomi yang rendah
serta banyak punya keterbataan untuk memenuhi kebutuhan primernya.
3. Nutrisi
Untuk tumbang anak secara optimal memerlukan nutrisi adekuat yang didapat dari makanan
bergizi
4. Iklim/cuaca
Iklim tertentu dapat mempengaruhi status kesehatan anak
5. Olahraga/latihan fisik
Olahraga berdampak pada pertumbuhan dan perkembangan psikososial anak.
6. Posisi anak dalam keluarga
Posisi anak sebagai anak tunggal, sulung, anak tengah, anak bungsu akan mempengaruhi pola
anak setelah diasuh dan dididik dalam keluarga
C. Periode Perkembangan
Menurut Donna L. Wong (2000) perkembangan anak secara umum terdiri dari :
1. Periode prenatal
Terjadi pertumbuhan yang cepat dan sangat penting karena terjadi pembentukan organ dan
system organ anak. Selain itu hubungan antara kondisi itu memberi dampak pada
pertumbuhannya.
2. Periode bayi
Periode ini terdiri dari neonatus (0-28 hari) dan bayi (28-12 bulan). Pada periode ini
pertumbuhan dan perkembangan yang cepat terutama pada aspek kognitif, motorik dan social.
3. Periode kanak-kanak awal
Terdiri atas anak usia 1-3 tahun yang disebut toddler dan pra sekolah 3-6 tahun. Toddler
menunjukkan perkembangan motorik yang lebih lanjut pada usia pra sekolah. Perkembangan
fisik lebih lambat dan relative menetap.
4. Periode kanak-kanak pertengahan
Periode ini dimulai pada usia 6-11 tahun dan pertumbuhan anak laki-laki sedikit lebih meningkat
daripada perempuan dan perkembangan motorik lebih sempurna.
5. Periode kanak-kanak akhir
Merupakan fase transisi yaitu anak mulai masuk usia remaja pada usia 11-18 tahun.
Perkembangannya yang mencolok pada periode ini adalah kematangan identitas seksual dengan
perkembangannya organ reproduksi.
D. Perkembangan Anak Balita
Periode penting dalam tumbang anak adalah masa balita. Perkembangan kemampuan
berbahasa, kreativitas, dan keadaan social emosional dan intelegensi berjalan sangat cepat dan
merupakan landasan perkembangan berikutnya. Perkem-bangan moral serta dasar-dasar
kepribadian juga dibentuk pada masa-masa ini sehingga setiap kelainan/penyimpangan seksual
apapun. Apabila tidak terdeteksi dan tidak ditangani dengan baik maka akan mengurangi kualitas
perkembangan.
Kratenburg, dkk (1981) melalui DDST (Denver Development Screening Test)
mengemukakan 4 parameter perkembangan yang dipakai dalam menilai perkembanagn anak
balita yaitu :
1. Personal sosial (kepribadian/tingkah laku sosial)
Aspek yang berhubungan dengan kemampuan mandiri, bersosialisasi dan berinteraksi dengan
lingkungan.
2. Fine motor adaptif (gerakan motorik halus)
Aspek yang b/d kemampuan anak untuk melakukan gerakan yang melibatkan bagian tubuh dan
dilakukan otot-otot kecil memerlukan koordinasi yang cermat missal: ketrampilan menggambar.
3. Language (bahasa)
Kemampuan untuk memberi respon terhadap suara, mengikuti perintah berbicara spontan.
4. Gross motor (motorik kasar)
Aspek yang berhubungan dengan pergerakan dan sikap tubuh. Beberapa “Milestone” pokok yang
harus diketahui dalam mengikuti taraf perkembangan secara awal. Milestone adalah tingkat
perkembangan yang harus dicapai anak umur tertentu misalnya:
a. 4-6 minggu :tersenyum spontan, dapat mengeluarkan suara 1-2 minggu kemuadian.
b. 10-16 minggu : menegakkan kepala, tengkurap sendiri, menoleh ke arah suara.
c. 20 minggu : meraih benda yang didekatkan kepadanya.
d. 26 minggu : dapat memindahkan benda dari satu tangan ke tangan yang lain.
e. 9-10 bulan : menunjuk dengan jari telunjuk, memegang benda dengan jari telunjuk dan ibu jari.
f. 13 bulan : berjalan tanpa bantuan, mengucapkan kata-kata tunggal.
KONSEP DASARASUHAN KEPERAWATAN ANAK SEHAT (TUMBANG)
A. PENGKAJIAN
1. Pengkajian Identitas dan Riwayat Keperawatan
Identitas Anak dan/atau Orang Tua
a. Nama
b. Alamat
c. Telepon
d. Tempat dan tanggal lahir
e. Ras/kelompok entries
f. Jenis kelamin
g. Agama
h. Tanggal wawancara
i. Informan
Keluhan Utama (KU)
Untuk menjalani suatu imunisasi anak diharapkan dalam kondisi sehat jasmani dan rohani
karena akan dipenetrasikan antigen dalam imunisasi yang akan memicu fungsi imunnya, namun
seiring dengan kondisi anak yang rentan terhadap kontak infeksi dari lingkungan, tidak menutup
kemungkinan jika saat memasuki jadwal imunisasi ia berada dalam kondisi sakit . Maka dari itu,
perlu ditanyakan apakah anak memiliki keluhan kesehatan baik secara langsung pada anak
ataupun orang tua/pengasuhnya beberapa saat sebelum diimunisasi. Keluhan ini dapat dijadikan
indikator apakah imunisasi harus dilanjutkan, ditunda sementara waktu, atau tidak diberikan
sama sekali.
Riwayat Penyakit Sekarang (RPS)
Untuk mendapatkan semua rincian yang berhubungan dengan keluhan utama. Jika saat ini
kesehatan anak baik, riwayat penyakit sekarang mungkin tidak terlalu menjadi acuan, akan tetapi
jika anak dalam kondisi tidak sehat, hal ini dapat dijadikan kajian lebih lanjut untuk mengetahui
status kesehatan anak saat ini, selain untuk kepentingan imunisasi, hal ini juga dapat dijadikan
panduan apakah anak harus mendapat perawatan lebih lanjut mengenai penyakitnya.
Riwayat Kesehatan Dahulu (RKD)
Untuk memperoleh profil penyakit anak, cedera-cedera, atau pembedahan sebelumnya yang
pada kesempatan ini akan digunakan sebagai petunjuk yang berarti dalam pemberian imunisasi.
a. Riwayat kelahiran (riwayat kehamilan, persalinan, dan perinatal).
b. Penyakit, cedera atau operasi sebelumnya.
c. Alergi.
d. Pengobatan terbaru.
e. Imunisasi yang pernah didapatkan anak serta pengalaman/reaksi terhadap imunisasi yang pernah
didapat sebelumnya.
f. Pertumbuhan dan perkembangan anak (Sebelum melakukan imunisasi dapat pula dikaji
pertumbuhan dan perkembangan anak sehingga dapat mengidentifikasikan indikasi imunisasi
serta pendidikan kesehatan yang sesuai dengan usia serta pola perilaku anak baik ditujukan
secara langsung pada anak ataupun keluarganya).
g. Kebiasaan anak yang dapat memengaruhi kesehatannya.
Tinjauaan Sistem (TS)
Untuk memperoleh informasi yang menyangkut adanya kemungkinan masalah kesehatan
pada anak, walau tampak jarang dilakukan saat akan diimunisasi, namun tinjauan ini akan
menjadi pilihan yang lebih baik selain pengkajian riwayat kesehatan anak karena dalam
pengkajian cenderung hanya berfokus pada informasi yang diberikan anak/keluarga sedangkan
kemungkinan terhadap kondisi kelainan yang ada pada tubuh anak belum disadari olehnya dan
juga keluarga, sehingga alangkah baik jika sebelum diimunisasi anak mendapatkan tindakan
pemeriksaan fisik untuk peninjauan terhadap sistem tubuhnya. Tinjauan sistem meliputi:
a. Menyeluruh/umum
b. Integument
c. Kepala
d. Mata
e. Telinga
f. Hidung
g. Mulut
h. Tenggorokan
i. Leher
j. Dada
k. Respirasi
l. Kardiovaskuler
m. Gastrointestinal
n. Genitourinaria
o. Ginekologik
p. Muskuluskeletal
q. Neurologik
r. Endokrin
Riwayat pengobatan keluarga
Untuk mengidentifikasi adanya faktor genetika atau penyakit yang memiliki kecenderungan
terjadi dalam keluarga dan untuk mengkaji pajanan terhadap penyakit menular pada anggota
keluarga dan kebiasaan keluarga yang dapat memengaruhi kesehatan anak, seperti merokok dan
penggunaan bahan kimia lain, serta tingkat kewaspadaan keluarga saat anak mengalami sakit.
Riwayat Psikososial
Untuk memperoleh informasi tentang konsep diri anak, terutama terfokus pada riwayat
imunisasi yang pernah ia dapatkan, apabila riwayat sebelumnya menyisakan kerisauan pada anak
maka akan lebih baik jika saat imunisasi berikutnya hal ini diperbaiki untuk mengubah konsep
anak terrhadap imunisasi, menanamkan padanya bahwa hal ini penting untuk mencegah penyakit
yang mungkin mendatanginya, serta diperlukan keterlibatan keluarga yang dapat memberikan
dukungan mental pada anaknya sehingga anak tidak risau dalam menghadapi imunisasi.
Riwayat Keluarga
Untuk mengembangkan pemahaman tentang anak sebagai individu dan sebagai anggota
keluarga dan komunitas. Pengkajian juga berfokus pada sejauh mana keluarga memahami
tentang imunisasi yang akan diberikan pada anak, meliputi jenis imunisasi, alasan diimunisasi,
manfaat imunisasi, dan efek sampingnya. Hal ini akan sangat membantu jika keluarga telah
memahami pentingnya imunisasi sebagai langkah penting yang diperlukan untuk mencegah
penyakit pada anaknya. Untuk beberapa keluarga yang belum begitu memahami imunisasi, hal
ini dapat dijadikan patokan untuk memberikan pendidikan kesehatan dalam pemahaman terhadap
imunisasi.
Pengkajiaan Nutrisi
Untuk memperoleh informasi yang adekuat tentang asupan dan kebutuhan nutrisi anak dalam
kaitannya dengan kesehatan anak saat ini sebelum ia mendapatkan imunisasi dan dapat dijadikan
bahan untuk pendidikan kesehatan pasca imunisasi anak. Pengkajian nutrisi meliputi pengkajian
terhadap asupan diet dan pemeriksaan klinis.
2. Pengkajian Pertumbuhan dan Perkembangan
Pengkajiaan pertumbuhan dan perkembangan anak bertujuaan mengumpulkan data-data yang
berkaitan dengan tumbuh kembang anak, sehingga dengan data yang ada, dapat diketahui
mengenai keadaan anak yang dapat membantu proses imunisasi dan juga pendidikan kesehatan
seputaran imunisasi anak. Dalam melaksanaakan pengkajiaan atas pertumbuhan dan
perkembangan anak, hal penting yang harus diperhatikan adalah bagaimana mempersiapkan
anak agar pemeriksaan berjalan lancar. Sebelum melakukan pengkajiaan, prinsip-prinsip yang
perlu di perhatikan dan dapat diterapkan di lapangan adalah:
a. Lingkungan/ruangan pemeriksaan tidak menakutkan, misalnya memberikan warna dinding
netral, cukup ventilasi, menjauhkan peralatan yang menakutkan bagi anak, dan menyediakan
makanan.
b. Sebelum pengkajiaan sebaiknya disediakan waktu untuk bermain agar anak menjadi kooperatif.
Dalam hal ini, bukan berarti mengabaikan tugas utama, tetapi untuk pendekatan agar anak tidak
takut sehingga memudahkan pemeriksaan.
c. Pemeriksaan dapat dimulai dari bagian tubuh yang mudah dan tidak menakutkan anak.
d. Jika ada beberapa anak, mulailah dengan anak yang kooperatif sehingga akan mengurangi rasa
takut dari anak yang lain.
e. Libatkan anak dalam proses pemeriksaan. Kita bisa menjelaskan pada anak mengenai hal-hal
yang perlu dilakukan pada dirinya. Apabila mungkin, beri kesempatan anak untuk membantu
proses pemeriksaan.
f. Buat posisi pemeriksaan senyaman mungkin. Anak dapat berbaring di pangkuaan orang tua.
g. Berikan pujiaan kepada anak yang kooperatif. Hal ini dapat merangsang anak yang lain agar
tidak takut untuk diperiksa.
h. Berikan pujian pada orang tua apabila anak maju dan ibunya mengetahui nasehat petugas.
Prinsip-prinsip tersebut hendaknya dipahami oleh setiap perawat sehingga memudahkannya
dalam melaksanakan pemeriksaan dan meminimalkan kecemasan pada anak. Setelah memahami
prinsip-prinsip ini, berikutnya adalah melakukan pengkajiaan pada anak. Hal-hal yang perlu
dikaji adalah
a. Riwayat Pranatal
Perlu ditanyakan pada ibu apakah ada tanda-tanda resiko tinggi saat hamil, seperti terinfeksi
TORCH, berat badan tidak naik, preeksklamsi, dan lain-lain, serta apakah ehamilannya dipantau
berkala. Kehamilan risiko tinggi yamg tidak ditangani dengan benar dapat mengganggu tumbuh
kembang anak. Dengan mengetahui riwayat prenatal maka keadaan anaknya dapat diperkirakan.
b. Riwayat Kelahiran
Perlu ditanyakan pada ibu mengenai cara kelahiran anaknya, apakah secara normal, dan
bagaimana keadaan anak sewaktu lahir. Anak yang dalam kandungan terdeteksi sehat, apabila
kelahirannya mengalami gangguan (cara kelahiran dengan tindakan seperti forceps, partuss lama,
atau kasep), maka gangguan tersebut dapat mempengaruhi keadaan tumbuh kembang anak.
c. Pertumbuhan Fisik
Untuk menentukan keadaan pertumbuhan fisik anak, perlu diperlakukan pengukuran
antropometri dan pemeriksaan fisik. Sebagaimana dalam pembahasan sebelumnya, pengukuran
antropometri yang sering digunakan di lapangan untuk memantau tumbuh kembang anak adalah
TB, BB, dan lingkar kepala. Sedangkan lingkar lengan dan lingkar dada baru digunakan bila
dicurigai adanya gangguan pada anak. Apabila petugas akan mengkaji pertubuhan fisik anak,
maka petugas tersebut cukup mengukur BB, TB, dan lingkar kepala. Meskipun tidak semua
ukuran antropometri digunakan, berikut ini akan dijelaskan cara pengukuran dari masing-masing
ukuran antropometri:
a) Berat Badan (BB)
Untuk menentukan berat badan anak, hal yang perlu diperhatikan adalaah sebagai berikut:
1) Pengukuran dilakukan dengan memakai alat timbangan yang telah ditera
(distandardisasi/dikalibrasi) secara berkala. Timbangan yang digunakan dapat berupa dacin atau
timbangan injak.
2) Untuk menimbang anak yang berusia kurang 1 tahun, maka hal tersebut dilakukan dengan posisi
berbaring. Untuk anak yang berusia 1-2 tahun, dilakukan dengan posisi duduk dengan
menggunakan dacin. Untuk anak yang berusia lebih dari 2 tahun, penimbangan berat badan dapat
dilakukan dengan posisi berdiri.
Sedangkan cara pengukuran berat badan anak adalah:
1) Lepas pakaian yang tebal pada bayi dan anak saat pengukuran. Apabila perlu, cukup pakaian
dalam saja.
2) Tidurkan bayi pada meja timbangan. Apabila menggunakan timbangan dacin, masukkan anak
dalam gendongan, lalu kaitkan gendongan ke timbangan.
Sedangkan apabila dengan berdiri, ajak anak untuk berdiri di atas timbangan injak tanpa
dipegangi.
3) Ketika menimbang berat badn bayi, tempatkan tangan petugas di atas tubuh bayi (tidak
menempel) untuk mencegah bayi jatuh saat ditimbang.
4) Apabila anak tidak mau ditimbang, ibu disarankan untuk menimbang berat badannya lebih dulu,
kemudian anak digendong oleh ibu dan ditimbang.
Selisih antara berat badan ibu bersama anak dan berat badan ibu sendiri menjadi berat badan
anak. Untuk lebih jelasnya, dapat dilihat rumus berikut.
BB anak = (BB ibu dan anak) – BB ibu
5) Tentukan hasil timbangan sesuai dengan jarum penunjuk pada timbangan
6) Selanjutnya, tentukan posisi berat badan anak sesuai dengan standar yang berlaku, yaitu apakah
status gizi anak normal, kurang, atau buruk. Untuk menentukan berat badan ini juga dapat
dilakukan dengan melihat pada kurva KMS, apakah berat badan anak berada pada kurva
berwarna hijau, kuning, atau merah.
b) Tinggi Badan (TB)
Untuk menentukan tinggi badan, cara pengukurannya dikelompokkan menjadi untuk usia
kurang dari 2 tahun dan usia 2 tahun atau lebih. Pengukuran tinggi badan pada anak usia kurang
dari 2 tahun adalah sebagai berikut :
1) Siapkan papan atau meja pengukur. Tidak ada, dapat digunakan pita pengukur (meteran).
2) Baringkan anak terlentang tanpa bantal (supinasi), luruskan lutut sampai menempel pada meja
(posisi ekstensi).
3) Luruskan bagian puncak kepala dan bagian bawah kaki (telapak kaki tegak lurus dengan meja
pengukur), lalu ukur sesuai dengan skala yang tertera.
4) Apabila tidak ada papan pengukur, hal ini dapat dilakukan dengan cara memberi tanda pada
tempat tidur (tempat tidur harus rata/datar) berupa garis atau titik pada bagian puncak kepala dan
bagian tumit kaki bayi. Lalu ukur jarak antara kedua tanda tersebut dengan pita pengukur.
Sedangkan cara pengukuran tinggi badan pada anak usia 2 tahun atau lebih adalah sebagai
berikut :
1) Tinggi badan diukur dengan posisi berdiri tegak, sehingga tumit rapat, sedangkan bokong,
punggung, dan bagian belakang kepala berada dalam satu garis vertikal dan menempel pada alat
pengukur.
2) Tentukan bagian atas kepala dan bagian kaki menggunakan sebilah papan dengan posisi
horizontal dengan bagian kaki, lalu ukur sesuai dengan skala yang tertera.
c) Lingkar Kepala
Ukuran kepala dinyatakan normal bila berada di antara batas tertinggi dan terendah dari
kurva lingkar kepala. Bila ukuran kepala berada di atas kurva normal, berarti ukuran kepala besar
(macrocephali), sedangkan bila ukuran kepala di bawah kurva normal, berarti ukuran kepala
kecil (microcephali). Kurva lingkar kepala ini dibedakan antara laki-laki dan perempuan.
Adapun cara pengukuran lingkar kepala :
a. Siapkan pita pengukur (meteran)
b. Lingkakan pita pengukur pada daerah glabella (frontalis) atau supraorbita bagian antrior menuju
oksiput pada bagian posterior kemudian tentukan hasilnya
c. Cantumkan hasil pengukuran pada kurva lingkar kepala
d) Lingkar Lengan Atas (lila)
Meskipun pengukuran lila jarang dilakukan, namun cara pengukurannya perlu diketahui :
1) Tentukan lokasi lengan yang akan diukur. Pengukuran dilakukan pada lengan bagian kiri, yaitu
pertengahan pangkal lengan dengan siku. Pemilihan lengan kiri tersebut dengan pertimbangan
bahwa aktivitas lengan kiri lebih pasif dari pada lengan kanan, sehingga ukurannya lebih stabil.
2) Lingkarkan alat pengukur pada lengan bagian atas (dapat digunakan pita pengukur). Hindari
penekanan pada lengan yang diukur saat pengukuran.
3) Tentukan besar lingkar lengan sesuai dengan angka yang tertera pada pita pengukur.
4) Catat hasil pengukuran pada Kartu Menuju Sehat (KMS) atau status anak.
e) Lingkar Dada
Sebagaimana lingkar lengan atas, pengukuran lingkar dada jarang dilakukan. Pengukurannya
dilakukan pada saat bernapas biasa (mid respirasi) pada tulang Xifoidius (incisura subternalis).
Pengukuran lingkar dada ini dilakukan dengan posisi berdiri pada anak yang lebih besar,
sedangkan pada bayi dengan posisi berbaring. Cara pengukuran lingkar dada adalah sebagai
berikut :
1) Siapkan pita pengukur
2) Lingkarkan pita pengukur pada daerah dada.
3) Catat hasil pengukuran pada KMS anak atau kartu yang disediakan.
d. Pemeriksaan fisik
Meskipun pemeriksaan fisik tidak dilakukan apabila dilapangkan, namun petugas perlu
mengetahui bahwa pemeriksaan fisik perlu dilakukan agar keadaan anak dapat diketahui secara
keseluruhan. Pemeriksaan fisik dapat dimulai dari rambut, kepala, leher, dada, perut, genetalia,
ekstremitas. Selain itu, tanda-tanda vital dan keadaan umum perlu dikaji. Pemeriksaan fisik pada
pertumbuhan dan perkembangan ini adalah sama seperti cara pemeriksaan fisik pada bayi dan
anak. Oleh karena itu, pemeriksaan fisik tidak dibahas secara khusus pada bagian ini.
e. Perkembangan anak
Untuk mengkaji keadaan perkembangan anak, dapat digunakan buku Pedoman Deteksi Dini
Tumbuh Kembang Balita sebagaimana telah dibahas sebelumnya. Dari pedoman ini dapat
diketahui mengenai keadaan perkembangan anak saat ini, apakah anak berada dalam keadaan
normal, meragukan, atau memerlukan rujukan. Apabila anak memerlukan pemeriksaan lebih
lanjut, maka dapat dilakukan DDST yang dapat dibaca pada Buku Tumbuh Kembang oleh
Soetjiningsih (1996).
f. Data lain
Yang termasuk data lain adalah pola makan, pola aktivitas anak, data penunjang lainnya,
seperti pemeriksaan laboratorium, serta data yang diperlukan terutama apabila anak berada di
klinik.
Interpretasi Hasil Pengukuran dan Tindakan yang Diperlukan
Setelah dilakukan pengkajian terhadap pertumbuhan dan perkembangan pada bayi dan balita, terdapat interpretasi hasil sebagai berikut:
a. Pertumbuhan dan perkembangan normal
Menurut Moersintowarti (2002), pertumbuhan anak dikatakan normal apabila grafik berat badan
anak berada pada jalur berwarna hijau pada kalender balita (KMS) atau sedikit di atasnya. Arah
grafik harus naik dan sejajar mengikuti lengkungan jalur (kurva) berwarna hijau. Sementara,
pertumbuhan anak dikatakan ideal jika pertumbuhan yang ditetapkan dengan pengukuran
antropometri adalah BB/U; BB/M, dan lingkar kepala/U.
Perkembangan anak tergolong normal apabila umur dan kemampuan/kepandaian anak sesuai
dengan patokan yang berlaku. Berdasarkan Pedoman Deteksi Tumbuh Kembang Balita, skor
yang diperoleh saat pemeriksaan harus berjumlah 9-10. Apabila menggunakan kalender balita
(KMS), maka kemampuan anak sesuai usia yang terdapat pada gambar. Sementara apabila
menggunakan tes DDST, anak dapat melewati tugas-tugas perkembangannya sesuai usia.
Demikian juga untuk pemeriksaan lainnya.
b. Pertumbuhan dan perkembangan tidak normal
Pertumbuhan anak mengalami penyimpangan apabila grafik berat badan anak berada jauh di atas
warna hijau atau berada dibawah jalur hijau, khususnya pada jalur merah. Ukuran antropometri
lain yang mengikuti biasanya adalah lingkar lengan atas dan lingkar lengan dada. Perkembangan
anak mengalami penyimpangan apabila kemampuan kepandaian anak tidak dicapai sesuai
dengan usianya, sehingga anak mengalami keterlambatan. Pada tes DDST, anak tidak dapat
mencapai tugas-tugas perkembangannya, atau pada gambar kalender balita (KMS), kemampuan
anak tidak sesuai dengan usianya.
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Potensial perubahan pertumbuhan dan perkembangan berhubungan dengan situasi yang terjadi
di lingkungan
2. Perilaku mencari bantuan kesehatan berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang peran
sebagai orangtua baru
3. Risiko terhadap cedera b/d keadaan tumbang dan lingkungan.
4. Potensial orang tua dalam meningkatkan kesehatan anak berdasarkan tumbuh kembangnya.
5. Gangguan rasa aman (cemas) b/d kurang pengetahuan ibu tentang tumbang anak
6. Kesiapan meningkatkan status imunisasi b/d keinginan untuk meningkatkan status imunisasi
C. PERENCANAAN
1. Potensial perubahan pertumbuhan dan perkembangan berhubungan dengan situasi yang terjadi
di lingkungan
a. Ajarkan orang tua tentang tugas perkembangan yang sesuai dengan kelompok usia
Rasional: agar orang tua mampu melakukan tugas tumbang pada anak
b. Tingkatkan rangsangan dengan menggunakan berbagai mainan dalam tempat tidur anak.
Rasional: mainan dapat meningkatkan rangsangan anak dalam tumbang
c. Berikan tindakan nyaman setelah prosedur yg menyebabkan rasa takut.
Rasional: mengurangi rasa ketidaknyamanan
d. KIE orang tua untuk kontrol setiap bulan.
Rasional: mengetahui adanya keluhan dalam tumbang anak
2. Perilaku mencari bantuan kesehatan berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang peran
sebagai orangtua baru.
a. Jelaskan pada orang tua tentang perawatan anak seperti makanan yang baik sesuai umur anak,
cara menggendong, cara memberikan ASI yang baik dan bagaimana menyendawakan bayi.
Rasional: meningkatkan pemahaman orang tua terhadap perawatanan anak
b. Jelaskan bahwa keberadaan kedua orang tua sangat penting sebagai role model anaknya.
Rasional: memberi pemahaman orang tua supaya bias memberi contoh yang baik bagi anaknya
c. Jelaskan pada orang tua tentang tahapan tumbuh kembang yang harus dilewati anak sesuai
dengan umurnya
Rasional: meningkatkan pemahaman orang tua terhadap tumbang
3. Risiko terhadap cedera b/d keadaan tumbang dan lingkungan.
a. Awasi anak saat makan, mandi, bermain, eliminasi
Rasional: mengurangi risiko cedera pada saat anak beraktivitas
b. Lindungi kaki anak dengan sandal/ sepatu
Rasional: mengurangi risiko cedera pada kaki anak
c. Beri makanan yang aman untuk usia anak
Rasional: mencegah risiko keracunan makanan
d. Periksa suhu air mandi sebelum dimandikan
Rasional: mengurangi risiko cedera yang diakibatkan oleh air mandi yang terlalu panas
4. Potensial orang tua dalam meningkatkan kesehatan anak berdasarkan tumbuh kembangnya.
a. Jelaskan pada orang tua tentang proses tumbang yang terjadi
Rasional: meningkatkan pemahaman orang tua terhadap tumbang
b. Bantu ibu/ orang tua untuk mengerti dan mengetahui tentang tahapan tumbang yang dilewati
anak dengan masa pertumbuhandan perkembangan
Rasional: agar orang tua mengetahui tentang tumbuh kembang anaknya
c. Anjurkan ibu membaca berbagai tips perawatan anak
Rasional: meningkatatkan pemahaman tentang perawatan anaknya
5. Gangguan rasa aman (cemas) b/d kurang pengetahuan ibu tentang tumbang anak
a. Bantu ibu mengetahui tahapan yang seharusnya terjadi pada anak saat ini sesuai umur
Rasional: agar ibu paham tentang tumbang anaknya
b. Bantu menurunkan tingkat kecemasan dengan informasi yang diberikan
Rasional: mengurangi kecemasan ibu
c. Beri dukungan pada ibu untuk tetap menjaga kesehatan anaknya dan tetap memantau
pertumbuhan dan perkembangan anak
Rasional: agar kesehatan anak tetap terjaga
6. Kesiapan meningkatkan status imunisasi b/d
a. Memberi penjelasan tentang imunisasi yang seharusnya didapatkan oleh anaknya
Rasional: meningkatkan pemahaman tentang imunisasi yang harus didapatkan oleh anak
b. Memberi penjelasan tentang imunisasi tambahan yang dapat diberikan kepada anaknya selain
imunisasi yang harusnya didapatkan
Rasional: memberikan pemahaman tentang imunisasi tambahan
c. Menganjurkan ibu untuk memberikan imunisasi tambahan untuk mencegah penyakit yang bisa
diderita oleh anaknya
Rasional: mencegah penyakit yang mungkin diderita anak.
D. PELAKSANAAN
Tindakan keperawatan yang diberikan disesuaikan dengan rencana keperawatan.
E. EVALUASI
A. Dx 1 : Orang tua mengetahui tugas pekembangan anak yang sesuai dengan kelompok usia.
B. Dx 2 : Orang tua mengerti bagaimana cara merawat anaknya
C. Dx 3 :Anak bebas dari cedera dan fraktur potensial berbahaya diidentifikasi dan lingkungan
rumah. Keluarga akan menekankan dan mendemonstrasikan kegiatan yang aman di rumah.
D. Dx 4 : Ibu tidak cemas dan mampu menggambarkan proses tumbang pada anaknya dan
informasi yang diberikan.
E. Dx 5 :Orang tua mampu memahami dan dapat memantau harapan perkembangan anak
F. Dx 6 : ibu dapat memberikan imunisasi tambahan yang bisa didapat oleh anaknya selain
imunisasi yang harus didapat oleh anaknya.
DAFTAR PUSTAKA
Berhrman, Kliegman, & Arvin. 2000. Ilmu Kesehatan Anak Nelson. Jakarta. Buku Kedokteran
EGC.
Carpenito, Lynda Juall. 2000. Buku Saku Diagnosa Keperawatan Edisi 8.Jakarta: EGC
Hidayat, A.Z. 2011. Pengantar Ilmu Kesehatan Anak untuk Pendidikan Kebidanan. Jakarta.
Salemba Medika.
Kriteria Hasil NOC. Jakarta. Buku Kedokteran EGC.
Muscari, Mary.E. 2005. Keperawatan Pediatrik. Jakarta. Buku Kedokteran EGC.
Supartini. 2004. Konsep Dasar Keperawatan Anak. Jakarta. Buku Kedokteran EGC.
Soetjiningsih. 1995. Tumbuh Kembang Anak. Jakarta. Buku Kedokteran EGC.
Wong, D.L,dkk. 2004. Pedoman Klinik Keperawatan Pediatrik. Jakarta. Buku Kedokteran EGC.
I Putu Juniartha Semara Putra
Metode lain untuk mengukur sejauh mana kepatuhan berobat dengan cara menghitung pil
dan botol, tes darah dan urine, alat
-
alat mekanis, dan observasi langsung hasil pengobatan
(Ley, 1992)
.
Adam (1982) mengemukakan bahwa setiap pendidikan kese
hatan masyarakat
pasti telah memberikan penyuluhan mengenai penyuluhan mengenai keharusan mencuci
tangan dengan sabun setelah buang air besar dan sebelum makan. Sasaran strategi untuk
penyuluhan mengenai hal kesehatan adalah anak sekolah. Segala yang dapat
direncanakan dan dapat dilaksanakan untuk meningkatkan kesehatan anak sekolah baik
jasmani, rohani maupun mental so
s
ial sesungguhnya dapat disalurkan melalui proses
pendidikan di sekolah dan lingkungan, baik dari luar maupun dalam, sehingga anak
mempunyai
pengetahuan, sikap, dan perilaku positif terhadap kesehatan.
Health Belief Model
(Smet, 1994) merupakan suatu model yang mempunyai
kemampuan untuk meramalkan perilaku seseorang terhadap kesehatan (
health
behaviour
), serta perilaku terhadap penyakit yang
dirasakan (
illness behaviour
), dan
perilaku terhadap penyakit yang dirasakan (
illness behaviour
), dan perilaku terhadap
penyakit yang diderita (
sick role behaviour
). Faktor
-
faktor yang mempengaruhi perilaku
pencegahan penyakit bagi individu adalah persepsi
individu tentang konsep sehat,
kerentanan terhadap penyakit, persepsi terhadap kegawatan penyakit, faktor
-
faktor
sosiopsikologis, faktor demografis, pengaruh media masa, anjuran dokter dan
perhitungan untung rugi dari tindakannya. Sedangkan pengetahuan in
dividu tentang
pencegahannya akan mempengaruhi motivasi individu untuk berperilaku sehat,
mempengaruhi persepsinya tentang kegawatan penyakit dan persepsinya tentang
kegawatan penyakit serta tentang keuntungan dari erilaku tersebut (Becker 1983).
Sangatla
h penting untuk membedakan antara kebutuhan kesehatan yang objektif
dan yang subjektif. Kebutuhan kesehatan yang objektif ialah diidentifikasikan oleh
petugas kesehatan berdasarkan penilaian secara professional, yaitu adanya gejala yang
dapat mengganggu at
au membahayakan kesehatan individu. Sebaliknya individu
menentukan sendiri apakah dirinya mengandung penyakit, berdasarkan perasaan dan
penilaian sendiri (Smet, 1994). Pendapat atau kepercayaan dapat sesuai dengan realitas,
namun dapat pula berbeda dengan
kenyataan yang dilihat oleh orang lain. Menurut
Soesanto (1982) pendapat subjektif merupakan kunci dari dilakukannya suatu tindakan
kesehatan. Artinya individu baru akan melakukan tindakan untuk menyembuhkan
penyakitnya jika benar
-
benar merasa terancam ol
eh penyakit tersebut. Jika tidak, maka
tidak akan melakukan tindakan apapun.
Model kepercayaan kesehatan menurut Soesanto (1982) mencakup persepsi
induvidu tentang kemungkinan terkena penyakit (ancaman) dan pandangan individu
tentang berat ringan penyaki
t, yaitu resiko dan kesulitan apa saja yang akan dialaminya
dari penyakit tersebut. Makin berat resiko suatu penyakit dan makin besar
kemungkinannya bahwa individu itu terserang penyakit tersebut makin dirasakan besar
ancamannya. Ancaman tersebut akan mend
orong individu untuk melakukan tindakan
pencegahan atau penyembuhan penyakit.
Komponen dasar dari
Health Belief Model
adalah didasarkan pada teori psikologis
dan perilaku yang antara lain diungkapkan bahwa perilaku seseorang tergantung pada dua
variabel ya
itu:
1) nilai yang diberikan individu pada suatu tujuan
2) perkiraan individu terhadap kemungkinan bahwa dengan tindakan akan
mencapai tujuan tersebut. Variabel
-
variabel tersebut dapat diterapkan dalam perilaku
sehat dan kepatuhan berobat, karena perilak
u seseorang tergantung dari adanya keinginan
untuk menghindari suatu penyakit dengan menjaga kebersihan diri, dan adanya
kepercayaan bahwa perilaku sehat dilakukan dengan tujuan mencegah dan
menyembuhkan penyakit (Janz, 1984).
Hubungan antar pengetahuan d
an perilaku sehat yaitu seseorang harus
mempunyai pengetahuan tentang hidup sehat. Pengetahuan yang positif tentang konsep
dan hidup sehat akan mendorong individu bersikap positif terhadap hidup sehat. Sikap
positif terhadap hidup sehat akan mendorong indi
vidu untuk selalu menjaga kebersihan
dan kesehatan pribadinya. Data
-
data Depkes, 1995 menunjuk
k
an bahwa
P
uskesmas dan
P
osyandu di daerah
-
daerah tertentu tidak dimanfaatkan secara optimal. Oleh sebab itu
jika menginginkan peningkatn derajat kesehatan masyar
akat, maka harus bersedia dan
mampu mengubah perilaku masyarakat. Dalam bidang kesehatan merupakan tugas dari
pendidik kesehatan (
health educationist
).
Khan (
cit.
Soesanto, 1982) men
y
atakan bahwa setiap pendidikan kesehatan
masyarakat pasti telah memberik
an penyuluhan mengenai mencuci tangan dengan sabun
setelah buang air besar dan sebelum makan.
Tetapi hal ini belum pernah diadakan
penilaian mengenai efektifitas dalam mengubah kebiasaan masyarakat yang mungkin
belum dengan norma hidup sehat. Sejalan denga
n tujuan pendidikan pemeliharaan
kesehatan seseorang, tidak bisa lepas dari pengetahuan seseorang tentang kesehatan.
Pengetahuan tentang sehat akan mempengaruhi perilaku sehat seseorang dalam
kehidupannya sehari
-
hari dan penjagaan kesehatan selanjutnya.
P
erilaku berobat akan terjadi apabila hilangnya atau berkurangnya sakit/penyakit,
ini adalah suatu kesembuhan dari penderita, sehingga penderita cenderung untuk
menghentikan pengobatannya, dan di samping hal tersebut berat atau ringannya gejala
penyakit jug
a mempengaruhi kepatuhan berobat (Zoebir, 1981).
Pelayanan kesehatan
yang tidak tepat menyebabkan penderita menghindar terhadap pengobatan. Sebagai
contoh penderita tersinggung karena adanya perlakuan yang kurang memuaskan atau
kurang bijaksana dalam membe
rikan informasi kesehatan, sehingga hal itu menyebabkan
penderita lari dari pengobatan (Becker, 1983).
Menurut Sarwono (1993) proses pembentukan atau perubahan perilaku dapat
dipengaruhi oleh berbagai faktor dari dalam luar individu. Aspek
-
aspek di dalam
individu
ya
n
g sangat mempengaruhi dalam pembentukan dan perubahan perilaku ialah persepsi,
motivasi, dan emosi. Sedang dari luar individu antara lain berupa aspek budaya,
komunikasi atau motivasi untuk berbuat dari orang lain atau lingkungannya. Selain itu
tingkat pendidikan orang tua juga sangat berpengaruh dalam perubahan perilaku anak.
FAKTOR
-
FAKTOR PENDUKUNG KEPATUHAN BEROBAT
Pendidikan merupakan faktor yang sangat penting karena berkaitan erat dengan
faktor sosio ekonomi yang meliputi: pendapatan, p
ekerjaan, kondisi perumahan, dan
kebiasaan hidup. Pendidikan ibu menurut Myrnawati (1984), sangat erat hubungannya
dengan kesehatan dan perawatan anak
-
anak dan keluarganya, baik dalam rangka
mencegah penyakit maupun mengusahakan pengobatan dengan timbulnya
penyakit
maupun mengusahakan pengobatan dengan menggunakan sarana pelayanan kesehatan
yang diinginkan. Fa
k
tor pendidikan ibu juga mempengeruhi besarnya bimbingan yang
diberikan kepada keluarganya. Pendidikan yang tidak serasi atau seimbang antara suami
i
s
tri menurut Pujosuwarno (1981)
kadang
-
kadang dapat menimbulkan masalah dalam
berkeluarga. Ketidaksimbangan itu biasanya terjadi dalam hal mendidik putra
-
putrinya
serta kesepakatan dalam mengambil keputusan. Ibu yang berpendidikan rendah pada
umumnya dalam
menghadapi masalah keluarga sering tergantung kepada keputusan
suaminya. Dengan demikian sifat ketergantungan ibu yang berpendidikan rendah lebih
besar apabila dibandingkan dengan ibu yang berpendidikan lebih tinggi.
Kepatuhan berobat berarti patuh mengiku
ti petunjuk penggunaan medikasi, dan lebih dari
pada itu menerapkan dan mempertahankan perilaku teraupetik. Agar sesorang patuh
diperlukan komitmen dan partisipasi semua stakeholders di sistem pelayanan kesehatan
Ketidak patuhan berobat merupakan problem m
ultidimensional, yang membutuhkan
strategi inovatif yang berbeda, tergantung ketersediaan sumber di lingkungan tersebut
dan kerjasama serta dukungan petugas kesehatan, konselor, masyarakat dan anggota
keluarga. Intervensi untuk memperbaiki kepatuhan beroba
t dananya cukup rendah, studi
membuktikan adanya penghematan dan peningkatan efektifitas intervensi kesehatan yang
mempunyai
biaya rend
ah untuk meningkatkan kepatuhan.
WHO merekomendasikan kepatuhan berobat dipromosikan sebagai
penyederhanaan r
esimen, sesedikit mungkin jumlah obat, diberikan tidak lebih dari dua
kali sehari. Konseling lanjutan dan strategi konseling merupakan alat untuk dapat
meningkatkan kepatuhan pada resimen terapi. Faktor keberhasilan bagi kepatuhan
berobat meliputi pendidik
an dalam manajemen diri sendiri, program manajemen farmasi,
perawat, apoteker/asisten apoteker dan petugas kesehatan profesional non medik lainnya
membuat protokol intervensi , konseling, intervensi perilaku, tindak lanjut.
Kepatuhan berobat akan membantu
kondisi kesehatan individu, pemahaman yang
lebih baik tentang konsep sehat akan membantu para petugas kesehatan mengurangi
kecemasan dan meningkatkan kepatuhan pada aturan medis. Konsep
-
konsep yang salah
tentang penyakit dan efek pada badan akan mengurang
i keinginan untuk menerima
pengobatan yang diharuskan. Informasi yang lebih banyak dan lebih baik akan memberi
persiapan bagi anak
apa
bi
l
a menderita sakit (Smet, 1994).
Komunikasi terapeutik kesehatan i pada pasien
d
engan melibatkan pemberi pesan
dan pener
ima pesan
maka terjadi suatu proses komunikasi interpesonal meliputi
verbal
dan non verbal. Dari segi psikologi dengan adanya
hubungan interpersonal maka:
(1)
anak
makin terbuka
mengungkapkan perasaannya;
(2)
naka
mendengar
dengan penuh perhatian dan ber
tindak atas nasehat yang
diberikan oleh dokte
r
. Set
elah
anak
memperoleh
informasi, pesan, perawatan, petunjuk,
bimbingan,
dorongan, nasehat .dan mendapat kesempatan untuk
bertanya, maka pasien
akan mengetahui bahwa untuk
mencapai kesembuhan maka harus patu
h berobat hingga
perawatan selesai.
K
omunikasi terapeutik yang diberikan
oleh dokter kepada
anak
akan
terjadi komunikasi
secara dua arah dan terbuka sehingga diharapkan dapat
meningkatkan
kepatuhan berobat
anak
.
P
ERILAKU KEPATUHAN BEROBAT
Kepatuhan ber
obat
anak atau ketaatan berobat anak
tingkat melaksanakan cara
pengobatan dan
perilaku yang disarankan oleh dokternya atau yang
lain. Ada beberapa
faktor yang mendukung kepatuhan
berobat
anak /
pasien yaitu:
1
.
pendidikan yang diperoleh pasien
/ anak
,
m
isalkan membaca buku
-
buku, mendengarkan kaset
tentang kesehatan;
2. memahami kepribadian pasien /anak.
sehingga menimbulkan empati perasaan anak / pasien;
3. adanya dukungan sosial dari keluarga atau teman
-
teman;
4. perawatan dibuat sederhana;
5. me
ningkatkan interaksi profesional kesehatan merupakan ha1 penting
untuk memberi umpan
-
balik pada pasien setelah memperoleh informasi tentang
diagnois .
STRATEGI KEPATUHAN BEROBAT
Kepatuhan berobat berarti patuh mengikuti petunjuk penggunaan medikasi, dan
lebih dari pada itu men
erapkan dan mempertahankan perilaku teraupetik. Agar sesorang
patuh diperlukan komitmen dan partisipasi semua stakeholders di sistem pelayanan
kesehatan
k
etidak patuhan berobat merupakan problem multidimensional, yang
membutuhkan str
ategi inovatif yang berbeda, tergantung ketersediaan sumber di
lingkungan tersebut dan kerjasama serta dukungan petugas kesehatan, konselor,
masyarakat dan anggota keluarga. Intervensi untuk memperbaiki kepatuhan berobat
dananya cukup rendah, studi membukt
ikan adanya penghematan dan peningkatan
efektifitas intervensi kesehatan yang berbiaya rendah untuk meningkatkan kepatuhan.
WHO merekomendasikan kepatuhan berobat dipromosikan sebagai penyederhanaan
resimen, sesedikit mungkin jumlah obat, diberikan tidak
lebih dari dua kali sehari.
Konseling lanjutan dan strategi konseling merupakan alat untuk dapat meningkatkan
kepatuhan pada resimen terapi. Faktor keberhasilan bagi kepatuhan berobat meliputi
pendidikan dalam manajemen diri sendiri, program manajemen farm
asi, perawat,
apoteker/asisten apoteker dan petugas kesehatan profesional non medik lainnya membuat
protokol intervensi , konseling, intervensi perilaku, tindak lanj
ut.
Manajemen diri sendiri dalam kepatuhan berobat hal yang sangat menentukan
kesembuhan pe
nyakit, bagaimana penderita harus dapat mengatur diri kapan obat harus
diminum atau obat dihabiskan. Program manajemen farmasi adalah ketepatan ukuran
obat, ketepatan obat terhadap kesembuhan sakit penderita. Manajemen pelayanan rumah
sakit dari semua un
sur juga ikut menentukan seorang pasien patuh minum obat,
lingkungan keluarga juga perlu memberi dukungan terhadap anggota keluarganya yaang
menderita sakit sehingga akan selalu terpantau perilaku yang sakit.
KESIMPULAN
Tingkat pemahaman konsep sehat m
empunyai peran yang sangat besar terhad
ap
kepatuhan berobat seseorang,
perilaku pencarian pengobatan atau pelayanan kesehatan
erat kaitannya terhadap pengetahuan dan pemahaman konsep sehat. Melalui anak
informasi yang didapat akan banyak mengetahui tentan
g arti kesehatan, sesuai dengan
hasil
-
hasil penelitian.
Rendahnya pengetahuan dari sebagian penderita menyebabkan
kurangnya pengertian penderita terhadap penyakit dan bahayanya. Pemahaman konsep
sehat terhadap kepatuhan berobat akan meningkatkan derajat ke
sehatan individu, dengan
demikian menunjukan bahwa pemahaman konsep sehat mempengaruhi kepatuhan
berobat. Dapat dikatakan pula bahwa semakin tinggi pemahaman konsep sehat maka
semakin baik
p
ula perilaku kepatuhan berobat, namun demikian pemahaman konsep
se
hat bukan merupakan satu
-
satunya pengetahuan yang harus dimiliki.
DAFTAR PUSTAKA
Adam, S. (1998).
Pemeliharaan Kesehatan Masyarakat
, Jakarta
:
Bathara Karya Aksara,
, 10
-
12
Bartlett, E.E. (1991). The Contribution of School
Health Eduation to Community Health
Promotion : What can we reasonably expect
. Am. J. Pub. Health
, 1384
-
1391
Becker, M .H, (1996). Patien adhere to prescribed the raps.
Medical Care
, 539
Chatarina. (1996).
Kesehatan Pribadi
, Jakarta: Rora Karya,.
23
-
27
Eiser, Ch. (1997).
Children’s Consepts of Illness
: a Critique of the “stage” Appro
ach,
notpublished paper
Entjang, E. (1999
).
Pendidikan Kesehatan Sekolah
, Bandung
:
Cipta.
58
Hall, GS. (1991).
The Contents of Children Mind on Entering School
, New York:.
Holf
264
Hurlock, E. ( 1984 )
Perkembangan Anak
, Jakarta:. Erlangga. 26
Leimena, (1995). Kesehatan Masyarakat, Jakarta: Van Dorp and CO
Mar’at. (!982 ).
Sikap Manusia Perubahan serta Penguk
urannya
.
Jakarta: Ghalia
Indonesia. 27
Pujosuwarno,S. (199
1).
Bimbingan Keluarga
, Yogyakarta: P4T IKIP
Sarwono, Solita. (!993).
Beberapa Konsep Beserta Aplikasinya Sosiologi Kesehatan
,
Yogyakarta: Mada University Press cetakan .
30
Sarafino,EP. (1990).
Health Psycology
:
Biopsychosocisl Interaction
, New Yor
k: Holf
Smet, B. (!994).
Psikologi Kesehatan
, Jakarta: PT Grasindo, 36