silvikultur terpadu

Upload: khalid-hafazallah-koshiro-izzy

Post on 07-Feb-2018

245 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

  • 7/21/2019 SILVIKULTUR TERPADU

    1/4

    SILVIKULTUR TERPADU

    PERAN SILVIKULTURIS(DALAM PENGELOLAAN HUTAN DAN LAHAN LIAR)

    Pertumbuhan jumlah penduduk dan berkembangnya susunan masyarakatberdampak pada peningkatan intensitas dan diversitas kebutuhan akan sumberdaya alam. Praktek pengelolaan lahan tentunya juga harus terus menerus berubahuntuk menjawab permasalahan di zaman tersebut. Karena, perbedaan zaman danpola hidup mempengaruhi praktek-praktek normal dalam sudut pandangmasyarakat. Permasalahan timbul ketika praktek-praktek yang dijalankanmendahului waktunya atau ketinggalan zaman, sehingga timbul istilah tidakrealistis atau tidak legal menurut pandangan masyarakat. Di sini Rimbawan

    harus bijak dalam memanfaatkan praktek-praktek pengelolaan yang sehat, dapatditerima masyarakat dan mengantisipasi kebutuhan pada waktu yang mendatang.Kebutuhan akan kayu, pangan, kualitas lingkungan, konservasi sumber daya

    alam dan pemanfaatan lahan semakin bertambah dan menjadi perhatian dunia.Meningkatnya intensitas dan diversitas kebutuhan masyarakat akan kayu dan hasilhutan lain, dan harapan tentang kelestarian hutan itu sendiri terhadap profesikehutanan hendaknya dapat menjadi tantangan dan semangat yang menggairahkanbagi Silvikulturis untuk terus berinovasi dan mengembangkan praktek-praktekSilvikulturdengan lestari.

    Silvikultur berkenaan dengan kontrol pembentukan, pertumbuhan,

    komposisi, dan kualitas vegetasi hutan. Hal ini hanya dapat dilakukan pada setiaphutan yang berlokasi tertentu, tersedianya tujuan pengelolaan yang jelas dan tegas,yang kemudian setiap tujuan pengelolaan harus ditafsirkan dalam arti jenis strukturtegakan hutan yang paling cocok. Perbedaan tujuan berupa produksi kayu, air,margasatwa, dan rekreasi menghendaki struktur hutan yang sangat berbeda. Tujuanpengelolaan juga menuntut komposisi jenis tumbuhan dan kelas umur tegakan yangberagam. Secara lanskap, perlunya pembentukan keseragaman tegakan ataupembentukan mozaik baik secara horizontal maupun vertikal perlu disesuaikandengan tujuan pengelolaan.

    Pemahaman tujuan pengelolaan tegakan secara keseluruhan dibutuhkan

    untuk merumuskan strategi silvikultur, seperti halnya tegakan untuk tujuansederhana berupa produksi kayu menghendaki struktur tegakan yang sederhanadan efisien. Tujuan yang kompleks dengan melibatkan penggunaan gandaumumnya menghendaki struktur yang juga kompleks dan kemungkinan kehilangansebagian efisiensi untuk penggunaan tertentu.

    Kontrol silvikultur terhadap struktur tegakan menghendaki kaidah-kaidahyang memadukan pengetahuan Biologi termasuk Ekologi, pengelolaan ataumanajemen, dan ekonomi. Kaidah-kaidah ini harus sesuai dengan kerangka yangdapat diterima masyarakat, dan karena itu tidak ada sesuatu yang benar-benarmerupakan silvikultur yang baik bila pada saat bersamaan tidak mengandung

    pengertin pengelolaan dan nilai sosial yang baik.

  • 7/21/2019 SILVIKULTUR TERPADU

    2/4

    Tugas pertama Silvikulturis adalah mengerti sepenuhnya dan mendeskripsistruktur yang ada dan interaksi tegakan tersebut dalam hal tanah, vegetasi, fauna,iklim mikro dan interaksi ekologis. Kedua, berdasarkan pengetahuan sejarahtegakan dan penafsiran ekologis, Silvikulturis dapat mengerti struktur tegakan dimasa lampau, dan sifat serta tingkat perubahan ekosistem. Hal ini memungkinkanperamalan suatu proyeksi tentang sifat struktur tegakan yang tak dikelola padasuatu saat di masa depan. Kesesuaian atau kedekatan proyeksi proses suksesi dalamekosistem dengan tujuan pengelolaan pengelolaan menjadi tugas Silvikulturis untukmenentukan apakah diperlukan perlakuan atau kontrol terhadap tegakan atau tidakuntuk menghasilkan struktur yang diinginkan. Silvikulturis selanjutnya perlumerinci macam, intensitas, waktu, dan biaya perlakuan, menentukan rekomendasi,dan meramal konsekuensi perlakuan dari segi Silvikulturdan lingkungan.

    KENDALA PENGELOLAAN

    Pengelolaan hutan berupa perlakuan silvikultur selalu dikendala olehpertimbangan-pertimbangan ekologis, ekonomi/pengelolan dan sosial. Semuanyaini membentuk lingkungan dunia nyata yang harus menjadi tempat kerja rimbawan.

    Kendala EkologisKualitas tempat tumbuhalami atau potensi produktivitas merupakan faktor

    yang dominan. Kesuburan, kedalaman, ketinggian tanah, kelerengan, arah lereng,dan faktor-faktor tempat tumbuh lain berpengaruh kuat terhadap kisaran tindakansilvikultur. Umumnya, semakn produktif tempat tumbuh, semakin banyakperlakuan yang dapat dipertimbangkan.

    Vegetas yang telah ada pada setiap tegakan harus dipertimbangkan dandijadikan modal. Terdapatnya genotip tertentu dan ciri-ciri fisiologis relatifnyamempengaruhi pemilihan perlakuan silvikultur. Hal ini dikarenakan perlakuantertentu bertujuan mengurangi beberapa komponen campuran vegetasi, sedangkanyang lain sengaja bertujuan pembebasan. Respon tumbuhan terhadap alternatif cara-cara ini harus bisa diramalkan.

    Lingkungan mikro yang khusus seperti intensitas cahaya, suhu, tekanan,evaporasi dan kelembaban dalam setiap agregasi vegetasi atau tipe habitat harusdikenal. Lingkungan mikro ini harus diperhitungkan dalam memilih perlkuanuntuk mempercepat pertumbuhan tanaman yang ada maupun permudaan baru.

    Keanekaragaman hayati berupa adanya serangga, fungi baik sebagaipenyakit maupun mikoriza, tumbuhan lain yang dapat mendukung atau menjadipesaing hendaknya dievaluasi dan dimasukkan dalam pedoman tindakansilvikultur. Semua keberadaan makhluk lain akan membentuk interaksi yang salingterkait dan menjadi kendala dalam pemilihan perlakuan.

    Kendala PengelolaanAspek teknisberupa persyaratan operasional, pembatasan atau ketersediaan

    alat tertentu, persyaratan rencana pengelolaan yang bisa membatasi etat tebangan

  • 7/21/2019 SILVIKULTUR TERPADU

    3/4

    atau menetapkan prosedur tertentu dan pertimbangan-pertimbangan ekonomismenjadi kendala yang signifikan dalam pertimbangan perlakuan.

    Kendala SosialKeputusan kebijakan dan perundangan yang mengatur praktek-praktek

    pengelolaan hutan terkadang menjadi kendala yang mempengaruhi aspek-aspeklainnya, terutama perpajakan, kontrol lingkungan, kebijakan daerah dan lemahnyakekuatan hukum atas lahan.

    Tekanan sosial berkembang melalui aktivitas berbagai elemen masyarakat,seperti kelompok aktivis konservasi, tempat perburuan, kelompok rekreasi,pembangunan, penduduk setempat, dan aktivis-aktivis lainnya menjadi kendaladalam menentukan pertimbangan perlakuan ataupun pengelolaan hutan.Perubahan lingkungan sosial yang lebih dinamis dan cepat berubah daripadadinamika ekosistem membuat beberapa perlakuan harus segera diprioritaskan,bahkan belakangan yang menjadi salah satu prioritas yaitu mengakselerasipertumbuhan pohon hingga dua atau tiga kali lipat dari pertumbuhannormal/alami.

    ASAS SILVIKA

    PENDAHULUAN

    Kehutanan mendefinisikan pengelolaan hutan secara ilmiah untukmemproduksi barang dan jasa secara lestari (Daniel et al.1989). Pengelolaan hutanhingga kini masih dirasa dilematis, terutama setelah banyaknya hal detail yangperlu diurus seperti barang dan jasa yang dapat dirasakan dan tidak dapatdirasakan yang dihasilkan oleh hutan. Banyaknya perhatian dan pengeluaran untukhal-hal lain membuat aspek kelestarian produksi menjadi tidak maksimal dari segiekonomi atau kelestarian hasil.

    Kehutanan harus sehat secara biologis dan ekonomis agar berkembangdengan baik. Silvikultur di Amerika terus dikembangkan sedemikian rupa untuk

    mendapatkan efektivitas maksimal yang disertai biaya rendah. Meskipun menurutButtrick (1943) dalam Daniel et al. (1989) menyatakan Silvikulturis masih cenderungmengabaikan faktor laba ekonomi yang mana terkadang menurun. Silvikulturisyang ambisius dan pengelola keuangan yang menginginkan keuntungan sematahingga kini belum menemukan titik keuntungan neto maksimal karena di satupihak tindakan-tindakan silvikultur tidak menjamin hasil yang sempurna dan dipihak lain penghasilan dari tanaman hutan tidak pernah dapat ditentukan sebelumsaat pemanenan.

    Pengetahuan dan ilmu tentang sifat hutan dan pepohonan hutan, seperti

    bagaimana mereka tumbuh, bereproduksi, dan bereaksi terhadap perubahanlingkungan, membentuk bidang kehutanan luas disebut Silvika. Beberapa penulis

  • 7/21/2019 SILVIKULTUR TERPADU

    4/4

    berpendapat bahwa Silvika praktisnya sama dengan Ekologi Hutan. Baik Silvikamaupun Ekologi Hutan merupakan dasar Silvikultur dari sudut pandang Biologi.Silvikultur sendiri adalah aplikasi teknis dari Silvikayang mencakup pertimbanganfaktor-faktor ekonomi, sosial dan praktis.

    DAFTAR PUSTAKA

    Daniel TW (Theodore W. Daniel), Helms JA (John A. Helms), Baker FB (Frederick M.Baker), Marsono D ([Djoko Marsono] penerjemah), Soesono OH ([Oemi HaniinSoesono] Editor). 1987. Prinsip-Prinsip Silvikultur Edisi kedua (terjemahan dariPrinciples of Silviculture [1979]). Yogyakarta : Gadjah Mada Univ. Pr.