bulletin - d2d2tb15kqhejt.cloudfront.net · bidang silvikultur) semua iuphhk konsesi disyaratkan...
TRANSCRIPT
Bul
letinKaleidoskop 2011
04
06
07
08
10
11
DAFTAR ISI / Table of Contents
Percepatan Hutan Lestari Melalui MoU Antara
WWF-Indonesia, PT Succofindo dan PT Essam Timber
Advance SFM through MoU Signing between
WWF-Indonesia, PT Succofindo and PT Essam Timber
Teknis Identifikasi Tumbuhan Terancam Punah
Di PT Suka Jaya Makmur dan PT Sari Bumi Kusuma
Technical Identification of Endangered Flora
in PT Suka Jaya Makmur and PT Sari Bumi Kusuma
Identifikasi Tumbuhan Bawah dan Liana
Di PT Sari Bumi Kusuma Seruyan
Identification of Grass and Strangler
in PT Sari Bumi Kusuma on Seruyan
Penyerahan Sertifikat Pengelolaan Hutan Lestari FSC
Granting FSC Sustainable Forest Management Certification
Implementasi Sistem Monitoring dan Evaluasi
Lingkungan di PT Ratah Timber
Monitoring and Evaluation Implementation
of Environment System in PT Ratah Timber
Identifikasi Flora dan Pembuatan Herbarium
Di PT Suka Jaya Makmur, Kalimantan Barat
Flora Identification and Herbarium Development
In PT Suka Jaya Makmur, West Kalimantan
20 tahun yang lalu Global Forest & Trade Network (GFTN) mulai berkiprah di dunia. Diawali dengan inisiatif pendekatan dengan konsumen di UK, kini keluarga GFTN telah mencapai 30 negara termasuk negara penghasil kayu seperti Indonesia, Malaysia, Vietnam dan Peru. Selama 20 tahun kami bekerja demi terwujudnya pengelolaan hutan bertanggung jawab serta terjaganya habitat flora - fauna terancam punah. Semua capaian GFTN tidak lepas dari kontribusi mitra pemerintah, perusahaan anggota GFTN, rekan LSM, perusahaan terkait sektor kehutanan, serta media. Tahun 2011 ini adalah ucapan terima kasih kami untuk seluruh mitra. Selamat membaca!
Salam Lestari,Tim GFTNIndonesia
Cover Photo: (c) naturepl.com/ Anup Shah/ WWF
Publication Manager and EditorDita Ramadhani ([email protected])
Writer Iwan Setiawan ([email protected])
Layouter Madha Dewanto ([email protected])
12
14
16
18
22
25
27
28
30
32
34
Studi Banding Hutan Rakyat Papua di Gunung Kidul
Papua Community Forest Visit to Gunung Kidul
Kemitraan IKEA dan WWF untuk Rotan dan Kayu
IKEA and WWF Partnership in Rattan and Timber Project
Rayakan hari jadi ke-20, GFTN Gelar “20+ untuk hutan Indonesia”
Celebrating the 20th Anniversary, GFTN held “20+ for Indonesian Forest”
WWF Dampingi Hutan Rakyat di Urunum Guay
WWF Facilitates Urunum Guay’s Community Forest
Hutan Rakyat Mo Make Unaf Menuju Pengelolaan Hutan Lestari
Mo Make Unaf Community Forest Heading Toward Sustainable Forest Management
FSC General Assembly Meeting 2011 Diadakan Di Kota Kinabalu
FSC General Assembly 2011 Held In Kota Kinabalu, Malaysia
Rusia Melarang Penebangan Pinus Korea
Russia Introduces Ban on Korean Pine Logging
Kayu Hutan Tropis Berakhir di Kertas Buku Anak
Publishers Turn Over a New Leaf
Forest Friends Menjelajah Uckermark, Jerman
Forest Friends Goes To Uckermark, Germany
Science Film Festival
Heart of Borneo Green Business Day
GFTN - Indonesia
Bulletin Kaleidoskop 2011 03
S ertifikasi Pengelolaan Hutan Lestari (PHL) dan Sistem
Verifikasi Legalitas Kayu (SLVK) merupakan sebuah langkah awal menuju perdagangan bertanggung jawab yang meru pakan satu elemen strategis untuk praktik Pengelolaan Manajamen Baik/ Best Management Practice (BMP), di antara perusahaan dan bisnis retail. WWF Indonesia mendukung percepatan Pengelolaan Hutan Lestari, melalui kesepakatan kerjasama dengan PT Sucofindo (Persero), lembaga independen yang selama ini telah menerapkan SVLK. Kerjasama dalam kerangka implementasi SVLK dan GFTN (Global Forest Trade Network) merupakan sinergi yang sa ling menguntungkan bagi dunia usaha, karena akan semakin memperbesar opsi dan promosi bagi bisnis yang mengedepankan kelestarian lingkungan yang bertanggung jawab.
Certification of Sustainable Forest Management (SFM) and Timber
Legality Verification System (SLVK) were initial steps towards the responsible trade which has been one strategic element in the practice of Best Management Practice (BMP) between producer companies and retail business. WWF Indonesia supported the acceleration of Sustainable Forest Management through the agreement signing with PT Sucofindo (Persero), an Indonesian independent institutions that have so far offering SLVK audit service. The partnership regarding SLVK and GFTN (Global Forest Trade Network) audits has been the mutual synergy for the business world in order to enhance the options for environmentally responsible business.
In the spirit of conservation and implementation of Best Management Practice
Percepatan Hutan Lestari melalui MoU
antara WWF-Indonesia, PT Succofindo dan
PT Essam Timber
Advance SFM through MoU between WWF-Indonesia,
PT Succofindo and PT Essam Timber
Forest Participant Highlights
Bulletin Kaleidoskop 2011
WWF Global Forest & Trade Network
04
(BMP), GFTN has also made necessary approaches to various forest companies under their facilitation.
On 19th May 2011, PT. Essam Timber, the new member of GFTN Indonesia, has officially signed the Participation Agreement. PT. Essam Timber is the biggest forest concession in the Heart of Borneo with more than 350.000 hectares located in the border of Kayan Mentarang National Park, East Kalimantan.
In the same event, the biggest retail enterprise in Indonesia, PT Carrefour Indonesia (Carrefour) attended as a speaker in this forestry business intersectoral meeting. Faisal Firdaus – Sustainable Development Manager PT Carrefour Indonesia added that as a retail company, Carrefour recognized this responsibility and committed to support the using of eco friendly raw material by buying the products from GFTN members.
Dalam semangat konservasi dan penerapan Best Management Practice (BMP), GFTN juga melakukan pendekatan ke banyak perusahaan di bawah fasilitasinya. Pada tanggal 19 Mei 2011, PT Essam Timber, anggota baru GFTN Indonesia, secara resmi menandatangani Participation Agreement. PT. Essam Timber merupakan konsesi hutan terbesar di wilayah Heart of Borneo dengan luas lebih dari 350.000 Ha terletak di perbatasan Taman Nasional Kayan Mentarang, Kalimantan Timur.
Masih di tempat yang sama, perusahaan ritel terbesar di Indonesia, PT Carrefour Indonesia (Carrefour) hadir sebagai pembicara pada pertemuan antar sektor bisnis kehutanan ini. Faisal Firdaus – Sustainable Development Manager PT Carrefour Indonesia menambahkan bahwa sebagai perusahaan ritel, Carrefour menyadari tanggung jawab ini dan berkomitmen untuk mendorong pengunaan bahan baku yang ramah lingkungan, salah satunya adalah dengan melakukan pembelian produkproduk yang berasal dari anggota GFTN.
“...semakin memperbesar
opsi dan promosi bagi bisnis yang mengedepankan
kelestarian lingkungan yang
bertanggung jawab”
“...to enhance the options for
environmentally responsible
business”
Photo by: WWF-Indonesia/ Dita Ramadhani
GFTN - Indonesia
Bulletin Kaleidoskop 2011 05
Technical Identification of Endangered Flora in
PT Suka Jaya Makmur and PT Sari Bumi Kusuma
T he identification of endangered flora in a forest management unit is
required to determine the condition of forest in the form of groups of species, and species conservation status and potential spread. In existing forestry regulations (particularly in silviculture), all IUPHHK concession are required to perform identification and inventory of stump prior to logging in two years before harvesting.
In regard to their commitment of maintaining a sustainable forest, two timber companies that are members of the GFTN, PT Suka Jaya Makmur (PT SJM) and PT Sari Bumi Kusuma (PT SBK, both are located in Borneo), held the technical training of plantation identification with GFTN. The expected result of these activities were the field staff in each companies to have the ability to identify a variety of plants that are existed in their area management.
In PT SJM, in addition to technical training of flora identification (especially data collection of flora in correct scientific naming standard), the instructor of the training was also taught about the technique of making herbarium from variety of flora, as well as basic knowledge of the development of biodiversity monitoring and evaluation system (especially the flora). While in PT SBK, the staff of surveyor, cruisers, and timber markers, was expected to carry out the identification of endangered species accurately.
K egiatan identifikasi tumbuhan terancam punah dalam suatu
unit pengelolaan hutan diperlukan untuk mengetahui kondisi hutan tersebut berupa kelompok jenis, status konservasi jenis maupun potensi dan sebarannya. Bahkan dalam peraturan kehutanan yang berlaku (khususnya bidang silvikultur) semua IUPHHK konsesi disyaratkan wajib melakukan kegiatan identifikasi dan inventarisasi tegakan dua tahun sebelum tegakan tersebut ditebang.
Dalam komitmen untuk menjaga hutan yang lestari, dua perusahaan konsesi yang merupakan anggota GFTN, PT Suka Jaya Makmur (PT SJM) dan PT Sari Bumi Kusuma (PT SBK, keduanya berlokasi di Kalimantan), mengadakan pelatihan teknik identifikasi jenis tumbuhan bersama GFTN. Hasil dari ke-giatan ini diharapkan para staf lapangan di masingmasing perusahaan tersebut memiliki kemampuan mengidentifikasi beragam tumbuhan yang ada di lahan pengelolaannya.
Di PT SJM, selain pelatihan teknik identifikasi jenis-jenis flora (terutama perihal pengambilan data jenis flora yang benar sesuai standard penamaan ilmiahnya), instruktur pelatihan juga mengajarkan teknik membuat herbarium dari jenis-jenis flora serta pengetahuan dasar dari pengembangan sistem monitoring dan evaluasi biodiversitas (khususnya flora). Sementara di PT SBK, para staf yang terdiri dari surveyor, cruiser dan timber marker, diharapkan mampu melaksanakan identifikasi jenis tumbuhan bawah dan liana dengan benar. Metode pelatihan dilaksanakan di dalam kelas, praktik lapangan dan evaluasi kemampuan peserta.
Forest Participant Highlights
Teknis Identifikasi Tumbuhan Terancam
Punah Di PT Suka Jaya Makmur dan PT Sari
Bumi Kusuma
Bulletin Kaleidoskop 2011
WWF Global Forest & Trade Network
06
Pada bulan Juni 2011, GFTN dan PT Sari Bumi Kusuma (SBK)
yang berlokasi di Seruyan, Kalimantan Tengah, menga dakan pelatihan teknik identifikasi tumbuhan bawah dan liana. Hasil dari kegiat an ini diharapkan para staf lapang an di SBK mampu mengidentifikasi tumbuhan bawah dan liana di dalam konsesi yang dikelolanya. Kewajiban kegiatan identifikasi dan inventarisasi tumbuhan di wilayah IUPHHK merupakan peraturan kehutanan yang dikeluarkan Kementrian Kehutanan.
Dalam pelatihan ini, para staf yang terdiri dari surveyor, cruiser dan timber-marker, diharapkan mampu melaksanakan proses identifikasi jenis tumbuhan bawah dan liana dengan benar karena mereka merupakan pekerja yang memegang peranan penting dalam inventarisasi tumbuhan bawah dan liana. Inventarisasi tersebut akan memudahkan perusahaan mengetahui kondisi hutan berupa kelompok jenis, status konservasi jenis maupun potensi dan sebarannya. Pelatihan yang didapatkan berupa materi di dalam kelas, praktik lapangan dan evaluasi kemampuan peserta
PT Sari Bumi Kencana yang berlokasi di Seruyan, Kalimantan Tengah, telah memperoleh sertifikasi pengelolaan hutan baik dari Forest Stewardship Council (FSC). Melalui skema keanggotaan GFTN, perusahaan berkomitmen menjaga sistem pengelolaan konsesi mereka sampai tahuntahun mendatang.
On June 2011, GFTN and PT Sari Bumi Kencana (PT SBK) which
located in Seruyan, Central Kalimantan, held technical training for grass and strangler identification. The training expected SBK’s field staffs are able to identify grass and strangler in their management area. This identification activity is a requirement in forestry sector in all natural forest concession/ IUPHHK regulation issued by Ministry of Forestry.
In this training, the staff of surveyor, cruisers, and timbermarkers, was expected to carry out the identification of grass and strangler accurately. They play important role in inventory activity. This activity will ease company to update forest condition such as species, conservation status, potential and dispersion. The training was conducted in classroom, field practice, and evaluation of participants’ knowledge and identification ability.
PT Sari Bumi Kusuma in Seruyan, Center Kalimantan, has achieved well managed forest management from Forest Stewardship Council (FSC). Through GFTN membership scheme, company committed to keep their management system in years to come.
Identification of Grass and Strangler in PT Sari Bumi
Kusuma on Seruyan
Forest Participant Highlights
Identifikasi Tumbuhan Bawah dan Liana
Di PT Sari Bumi Kusuma Seruyan
GFTN - Indonesia
Bulletin Kaleidoskop 2011 07
Pada tanggal 19 Agustus 2011, PT. Suka Jaya Makmur (SJM) menerima
Sertifikat Pengelolaan Hutan Lestari dari Forest Stewardship Council (FSC). Hal ini menandai keberhasilan pengelolaan hutan yang memadukan produksi dan pelestarian satwa langka, khususnya orang utan di Kalimantan Barat. Sertifikat FSC diberikan kepada perusahaanperusahaan yang bergerak di bidang Kehutanan di seluruh dunia yang berkomitmen tinggi menjalankan bisnis mereka dengan memperhatikan aspek ekologi, produksi serta sosial. ”Perolehan sertifikat FSC adalah wujud komitmen dan konsistensi semua pihak menuju perubahan bersama. Keseimbangan antara pemenuhan kebutuhan bahan baku dari hutan alam untuk jangka panjang dengan kelestarian alam harus terus dijaga”, kata Handjaja Wakil Direktur PT. Suka Jaya Makmur. Menurut hasil penelitian WWF Indonesia tahun 2010, kawasan hutan produksi PT. SJM seluas 171.340 hektar diperkirakan menjadi habitat penting bagi sekitar 600 – 700 individu orangutan jenis Pongo pygmaeus wurmbii.
In 19 August 2011, PT. Suka Jaya Makmur (SJM) obtained Sustainable
Forest Management Certificate from Forest Stewardship Council (FSC). This indicated the success of forest management, which combines the production and sustainability of endangered species, especially Orangutans in West Kalimantan . FSC certificate is given to companies in forestry industry throughout the world that have high commitments in their business operation with attention to ecological, production, and social aspects. “Achieving FSC certificate is the realization of commitments and consistency from all parties towards a change for all of us. We should keep the balance between meeting the demands of raw material from forest for long period of time and sustaining the nature,” said Handjaja, Vice Director of PT. Suka Jaya Makmur. According to WWFIndonesia’s research in 2010, PT SJM’s production forest area with 171.340 hectares has been an important habitat for around 600700 Orangutan species Pongo pygmaeus wumbii.
PenyerahanSertifikat
PengelolaanHutan Lestari FSC
Granting FSC Sustainable Forest Management
Certification
Forest Participant Highlights
Bulletin Kaleidoskop 2011
WWF Global Forest & Trade Network
08
Bapak Iman Santoso, Direktur Jenderal Bina Usaha Kehutanan (BUK) Departemen Kehutanan dalam sambutannya pada acara penyerahan sertifikat tersebut mengatakan,”Saya sangat mengapresiasi upaya PT Suka Jaya Makmur dan para pihak terkait, karena untuk pertama kalinya di Indonesia ada sebuah konsesi hutan alam berhasil mengintegrasikan aspek pemanfaatan dan kelesta rian alam dalam rencana pengelolaan hutan produksinya, untuk pelestarian orangutan. Hal ini menunjukkan bahwa pengelolaan hutan produksi secara lestari adalah hal yang sangat mungkin dilakukan, khususnya untuk mendukung upaya konservasi keanekaragaman hayati di luar kawasan yang dilindungi. Saya berharap sistem pengelolaan seperti ini bisa direplikasi pada konsesikonsesi lainnya di Indonesia.”
Sejak tahun 2009 WWFIndonesia melalui program Global Forest and Trade Network (GFTN) Indonesia dan program Spesies mulai bekerja sama dengan PT. SJM mengembangkan rencana pengelolaan perusahaan untuk menciptakan harmonisasi antara operasional/ produksi dan konservasi populasi orangutan di dalam konsesi. ”Kemitraan dengan pihak pengelola hutan alam menjadi elemen penting dan strategis untuk konservasi keanekaragaman hayati di Indonesia yang perlu terus didukung dan dikembangkan. WWFIndonesia bangga bisa memberikan kontribusi bagi pengembangan rencana pengelolaan yang mengintegrasikan antara produksi dan pelestarian orangutan di Indonesia,” kata Dr. Efransjah CEO WWF – Indonesia.
“...untuk pertama kalinya di Indonesia ada sebuah konsesi hutan alam berhasil
mengintegrasikan aspek pemanfaatan dan kelestarian alam dalam
rencana pengelolaan hutan produksinya,
untuk pelestarian orangutan”
“...for the first time in Indonesia we
have natural forest concession, which
integrate natural use and sustainability in
their production forest management plan for
the conservation of Orangutans”
Ministry of Forestry’s Bina Usaha Kehutanan (BUK) Director General Imam Santoso, in his speech stated, “I really appreciate PT Suka Jaya Makmur and other related parties ‘efforts as for the first time in Indonesia we have natural forest concession, which integrate natural use and sustainability in their production forest management plan for the conservation of Orangutans. This shows that it is indeed possible to manage forest in a sustainable way, especially to support biodiversity conservation efforts outside protected areas. I hope this kind of management could be replicated for other concession in Indonesia. “
Since 2009, WWFIndonesia, through Global Forest and Trade Network (GFTN) Indonesia programme and Species programme, has collaborated with PT. SJM in developing corporate management plan that would create harmony between operational and Orangutans’ conservation within concession. Partnership with forest management plays an important and strategic role for biodiversity conservation in Indonesia, which need to be supported and developed. WWFIndonesia proud being able to give contribution for the development of management plan that integrate the production and Orangutans sustainability in Indonesia,” said Dr. Efransjah, WWFIndonesia CEO.
Photo by: WWF-Indonesia/ Dini Setyorini
GFTN - Indonesia
Bulletin Kaleidoskop 2011 09
PT Ratah Timber di Kutai Barat, Kalimantan Timur, berkomitmen
meng implementasikan sistem pengelolaan hutan lestari khususnya dengan skema FSC, menjalani pelatihan dan pendam pingan sistem monitoring dan evaluasi lingkungan yang diadakan oleh GFTN. Kegiatan yang berjalan selama 30 hari kerja ini bertujuan agar staf dari PT Ratah Timber dapat membangun dan mengembangkan sistem monitoring dan evaluasi aspek lingkungan yang meliputi kondisi flora, fauna, erosi tanah, curah hujan, dan kualitas air sungai.
Kegiatan ini dilaksanakan dari 1116 April 2011, dengan trainer Joko Sarjito, Responsible Forest Coordinator – GFTN Indonesia. Selama kegiatan berlangsung ditemukan sejumlah fakta di lapangan yang menghasilkan rekomendasirekomendasi bagi PT Ratah Timber untuk memperbaiki sejumlah sarana dan fasilitas laboratorium uji kelayakan tanah dan air.
Meskipun dijadwalkan untuk pengujian hasil kegiatan di bulan Juli, PT Ratah Timber belum siap karena lambatnya implementasi dari sejumlah rencana CAP (Corrective Action Plan) dan/atau HCV yang disyaratkan. Barulah setelah November 2011 sistem monitoring dan evaluasi dapat mulai berjalan.
PT Ratah Timber located in West Kutai, East Kalimantan, which is
committed to implement sustainable forest management systems especially with the FSC scheme, held training and mentoring system of environmental monitoring and evaluation conducted by the GFTN. The activity was run for 30 working days, targeted to the staff of PT Ratah Timber to be able to build and develop monitoring and evaluation system that include the environmental aspects of the condition of flora, fauna, land erosion, rainfall, and river water quality.
The activity was held from April 11 to 16, 2011, with Joko Sarjito, Responsible Forest CoordinatorGFTN Indonesia, as the trainer. During the activity, there were a number of facts collected, resulted in some recommendations for PT Ratah Timber to fix a number of means and laboratory facilities for testing the feasibility of soil and water.
Due to slow implementation of some required CAP and/or HCV activities plan, the main assessment is rearranged on 2012, which formerly plan to be conducted on July. However, the monitoring and evaluation system is running on November 2011.
Implementasi Sistem Monitoring dan
Evaluasi Lingkungan di PT Ratah Timber
Monitoring and Evaluation Implementation of Environment
System in PT Ratah Timber
Forest Participant Highlights
Photo by: WWF-Indonesia/ Joko SarjitoBulletin Kaleidoskop 2011
WWF Global Forest & Trade Network
10
K egiatan identifikasi flora dan pembuatan herbarium dalam suatu unit pengelolaan hutan diperlukan untuk mengetahui kondisi hutan tersebut berupa kelompok
jenis, status konservasi jenis maupun potensi dan sebarannya. Bahkan dalam peraturan kehutanan yang berlaku (khususnya bidang silvikultur) semua IUPHHK disyaratkan wajib melakukan kegiatan identifikasi dan inventarisasi tegakan sebelum penebangan pada dua tahun sebelum tegakan tersebut ditebang.
Dalam kaitan komitmen untuk menjaga hutan yang lestari, PT Suka Jaya Makmur (PT SJM) yang berlokasi di Kalimantan Barat, sebuah perusahaan timber yang telah menjadi anggota GFTN, mengadakan pelatihan teknik identifikasi flora dan pembuatan herbarium bersama GFTN. Hasil dari kegiatan ini diharapkan para staf lapangan (terdiri dari surveyor, cruiser dan timber-marker) di PT SJM dapat melaksanakan identifikasi jenis flora dengan benar sesuai standard penamaan ilmiahnya dan dapat membuat contoh-contoh herbarium jenis-jenis flora serta pengetahuan dasar dari pengembangan sistem monitoring dan evaluasi biodiversitas (khususnya flora) secara mandiri.
Pelatihan di PT SJM ini dibawakan oleh Soetrisno, seorang timber-marker senior dan praktisi lapangan. Pelatihan memakai metoda di dalam kelas, praktik lapangan, dan evaluasi kemampuan peserta.
T he identification of flora or herbarium development in a forest management unit is required to determine the condition of forests in the form of groups of species,
and species conservation status and its potential spread. In existing forestry regulations (particularly in silviculture), all IUPHHK concession are required to perform identification and inventory of stump prior to logging in the two years before harvesting.
In regard to their commitment of maintaining a sustainable forest, PT Suka Jaya Makmur (PT SJM), located in West Kalimantan, a timber company that has been a member of GFTN, held a technical training of flora identification and herbarium preparation with GFTN. The expectation of this activity is that the field staff (consisting of surveyors, cruiser, and timber-marker) in PTSJM can carry out the identification of species of flora in accordance with the correct scientific naming standards, and able to make the herbarium samples of the types of flora as well as basic knowledge of monitoring the development biodiversity and evaluation systems (especially flora) independently.
The training was performed by Soetrisno, a timbermarkers and senior practitioners of the field. The training are conducted in the class format, field practice, and final test for participant.
Identifikasi Flora dan Pembuatan Herbarium
Di PT Suka Jaya Makmur, Kalimantan Barat
Flora Identification and Herbarium Development
In PT Suka Jaya Makmur, West Kalimantan
Forest Participant Highlights
GFTN - Indonesia
Bulletin Kaleidoskop 2011 11
Mengawali tahun 2011, tepatnya pada 2729 Januari 2011,
sebuah tim dari WWF Papua, perwakilan hutan rakyat Urunum Guay, dan Mo Make Unaf mendapatkan kesempatan istimewa untuk melakukan studi banding di Gunung Kidul, Yogyakarta. Studi ban ding ini bertujuan untuk melihat lebih dekat bagaimana penge lolaan hutan masyarakat di sana, termasuk mempelajari bagaimana proses sertifika sinya. Langkah ini ternyata memberi dampak positif serta meningkatkan motivasi para peserta studi banding untuk kemudian menerapkannya di daerah mereka sendiri.
Selama 3 hari studi banding, para peserta mendapatkan banyak sekali pengetahuan dan pengalaman yang berharga. Pada hari ke3 mereka juga berkesempatan mengunjungi Komunitas Hutan Margomulyo di Desa Gedungkeris, Nglipar. Komunitas ini sudah mendapatkan sertifikat dari TUV. WWF Indonesia dalam program GFTN bersama Arupa telah membantu membuatkan sistem barcode yang memungkinkan pelacakan, inventa
On Januari 2729 2011, team of WWF Papua, representative
from Urunum Guay’s Community and Mo Make Unaf Community had an opportunity to learn about forest management in Gunung Kidul Community Forest in Yogyakarta. This field visit seek knowledge and looking at certification process in Gunung Kidul. In Yogyakarta, forest are managed under local community. The permit approved since 2007 and is valid for 35 years. Currently there are 35 group and 7 cooperatives. While in Papua, forest has reverted to the community from (formerly) private concessions.There are 5 districts in Papua with pilot cooperative project. Forest use permits in Papua managed by the indigenous communities.
In this field visit, WWF Papua, Urunum Guay and Mo Make Unaf Community learned about forest certification process, seller/producer perspective and buyer scheme. Community forest management is in accordance with the Ministry of Forestry Decree no. 3/2000 and endorsed by
Studi Banding Hutan Rakyat Papua
di Gunung Kidul
Papua Community Forest Visit to Gunung Kidul
Berita GFTN Indonesia
Photo by: WWF-Indonesia/ Saipul SiagianBulletin Kaleidoskop 2011
WWF Global Forest & Trade Network
12
ris, dan juga pencatatan data hasil hutan. Komunitas ini bahkan sudah memenangkan Juara Nasional Pengelolaan Hutan dari Presiden Republik Indonesia.
Di Yogyakarta pengelolaan hutan berbasis pengelolaan hutan masyarakat telah disahkan sejak 2007, dan berlaku hingga 35 tahun mendatang. Kini di daerah tersebut telah ada 35 komunitas dan 7 koperasi. Sedangkan di Papua perkembangan positif juga telah terjadi. Saat ini sudah ada 5 daerah di Papua yang menjadi proyek percontohan pengelolaan hutan masyarakat.Agar dapat menjalankan program pengelolaan hutan masyarakat, sebuah komunitas harus membuat rencana jangka panjang hingga 35 tahun mendatang untuk diajukan ke Pemerintah. Dengan demikian, langkah WWF untuk mengadakan studi banding ini dirasakan sangatlah tepat dengan perkembangan yang sedang terjadi di Papua.
Gunung Kidul Head of District Decree No. 204/Kpts/2007. To run a community forest, people/ group must make work plan for the next of 35 years and submit it to the government.
On the last day of field visit, they went to Margomulyo community forest, in Gedungkeris Village, Nglipar. This farmers group has obtained certificate from TUV. WWF Indonesia’s GFTN program in cooperation with Arupa help these farmers to build barcode system for tracking (inventory / data collection on wood). The President of Indonesia awarded the group as National Champion for community forest. Through this visit, GFTN has made an inspiring program that will surely suitable for Papua’s community forest development.
Photo by: WWF-Indonesia/ Saipul Siagian
GFTN - Indonesia
Bulletin Kaleidoskop 2011 13
Tahun 2010 WWF telah berdialog dengan sekitar 80 pengusaha
hasil hutan Kalimantan untuk mencari solusi terbaik bagi industri kehutanan dan juga pelestarian lingkungan hidup yang berkelanjutan. Langkah ini dilanjutkan dengan pembentukan Heart of Borneo Green Business Network pada awal tahun 2011, yang dalam program kerjanya menitikberatkan pada membangun kesadaran dan menemukan solusi praktis melalui berbagai kegiatan dan pelatihan. (lebih lanjut mengenai program ini dapat dilihat di www.panda.org/borneo/green businessnetwork).
Pada acara Green Bussiness Day yang diadakan pada 27 April 2011 ini, pertama kalinya berbagai pihak yang terlibat dalam pengelolaan hutan duduk bersama untuk menemukan solusi praktis terbaik untuk dunia industri yang menguasai 40% dari Heart of Borneo. Acara ini dihadiri sekitar 80 orang dari berbagai unsur seperti Pemerintah (Kelompok Kerja Nasional dan pemerintahan lainnya), sektor pertambangan, kehutanan dan industri kelapa sawit, penyandang dana, investor, dan para pakar lingkungan hidup khususnya dalam bidang Green Economy and sustainable business.
Bapak Gusti Muhammad Hatta, Menteri Lingkungan Hidup RI, memberikan ceramahnya yang bertajuk ‘Green Economy in Indonesia : Opportunities for HoB’. Melalui sesi ini para pengu-saha mendengar langsung bahwa Green Economy menjadi perhatian
I n 2010 WWF had arranged a dialog with approximately 80 Kalimantan
forestry entrepreneurs to find the best solution for forestry industry as well as the sustainable environment preservation. This step was followed by founding the Heart of Borneo Green Business Network in early 2011,which emphasizes in building the consciousness and practical solution through various activities and trainings (please find further information on the program at www.panda.org/borneo/green businessnetwork).
At Green Bussiness Day held on 27th April 2011, it was for the very first time that various stakeholders involved in the forest management sat together and searched for the best practical solution for the 40% domineering industry of the Heart of Borneo. This program was attended by around 80 people from different elements such as government (National Working Group and other government), mining, forestry, and palm oil industries, funder/donor, investor, and environmental experts especially those in Green Economy and sustainable business.
At the same event, Mr. Gusti Muhammad Hatta, Ministry of Environment of the Republic of Indonesia, was delivering his lecture titling ‘Green Economy in Indonesia : Opportunities for HoB’. This session shared an insight for the entrepreneurs that Green Economy has been the prime concern/focus for Indonesian government. In the other session, the ambassador
Heart of Borneo
Green Business
Day
Berita GFTN Indonesia
Bulletin Kaleidoskop 2011
WWF Global Forest & Trade Network
14
of Norway in Indonesia, H.E Eivind S. Homme, extended his speech in order to inspire further understanding between Indonesia and Norway in LOI REDD instead of taking them as the business threat. There was also another expert who gave the lecture, Pavan Sukdev from The Economic of Ecosystem and Biodiversity (TEEB), Prof. DR. Singgih Riphat from the Ministry of Finance.
From the WWF itself, there was the representative from WWF Indonesia and Rod Taylor (WWF International Forestry Director). As for the closing program, each of the participatory group presented its action plan regarding the Green Economy issue.
utama bagi pemerintah Indonesia. Dalam sesi yang lain, H.E Eivind S. Homme, Duta Besar Norwegia untuk Indonesia, juga memberikan ceramahnya sehinga para pengusaha bisa memahami kerjasama IndonesiaNorwegia dalam LOI dan REDD, dan tidak melihat hal ini sebagai ancaman bagi dunia usaha. Pakar lain yang berkesempatan memberikan ceramahnya antara lain Pavan Sukdev dari The Economic of Ecosystem and Biodiversity (TEEB), Prof. DR. Singgih Riphat dari Kementerian Keuangan.
Dari WWF sendiri, selain perwakilan WWF Indonesia, hadir pula Rod Taylor (WWF InternationalForestry Director).
“... menemukan solusi praktis terbaik untuk dunia industri yang
menguasai 40% dari Heart of Borneo.”
“... searching for the best practical solution for
the 40% domineering industry of the Heart of
Borneo.”
Photo by: WWF-Indonesia/ Irza Rinaldi
GFTN - Indonesia
Bulletin Kaleidoskop 2011 15
Di Indonesia, proyek ini dilakukan di Kabupaten Katingan, Kalimantan Tengah (Heart of Borneo/HoB), dimana terdapat hutan rotan dan pengembangan perkebunan rotan oleh masyarakat (dengan model sebagai kanopi hutan/ perkebunan tumpang sari). Visi
in Katingan District, Central Kalimantan (Heart of Borneo/HoB), which have rattan forest and started to developed rattan plantation (under forest canopy/agroforesty model) as their main livelihood. Long term vision of this project is to ensure the harvesting and
IKEA, sebuah perusahaan perdagangan produkproduk home and living
dari Swedia bekerjasama dengan WWFIndonesia untuk sosialisasi dan implementasi pengelolaan praktik baik (Best Management Practice/BMP) dalam rangka mewujudkan perdagangan bertanggung jawab di Indonesia. Program ini merupakan kelanjutan dari Proyek Rotan IKEAWWF di wilayah Greater Mekong yang menghasilkan ketersediaan rotan di tiga negara: Republik Demokratis Laos, Vietnam, dan Kamboja. Indonesia merupakan sasaran tepat dari kemitraan IKEA dan WWF ini karena merupakan negara pemroduksi rotan nomor satu di dunia, dan IKEA banyak mengambil bahan produknya dari rotan Indonesia.
I KEA, a trading company of home and living from Sweden, in col
laboration with WWFIndonesia to socialized and implemented Best Management Practice/BMP in regard to awaken a responsible trade in Indonesia. This program is a continuation of the Rattan project of IKEAWWF Greater Mekong that its implementation has a positive result in the rattan supply in three countries; Lao PDR, Vietnam and Cambodia. Indonesia is the appropriate target of this program since it is the number one rattan producing country and IKEA is taking their rattan’s material from Indonesia. In Indonesia, the project is implemented
Kemitraan IKEA dan WWF untuk Rotan
dan KayuIKEA and WWF
Partnership in Rattan and Timber Project
Berita GFTN Indonesia
Photo by: WWF-Canon/ Mauri RautkariBulletin Kaleidoskop 2011
WWF Global Forest & Trade Network
16
jangka panjang dari proyek ini ingin menjamin bahwa panen dan pengolahan rotan di Kabupaten Katingan tidak membahayakan hutan dan keragaman hayati yang ada, namun menawarkan sumbersumber baru dari mata pencaharian bagi masyarakat yang berdekatan dengan kawasan hutan.
Kabupaten Katingan sendiri terdiri dari 48.000 ha hutan lindung (2,74%), 1.382.608 ha hutan produksi (78,66%), 9.012 ha kawasan pengembangan produksi (5,66%), dan 266.388 ha lahan lainnya (12,94%). Katingan memegang peranan penting dengan menyediakan jasa lingkungan dalam hubungan antara hulu dan hilir dan meningkatkan konservasi, nilai ekonomi dan sosial, menuju pembangunan berkelanjutan dalam konsep ekonomi hijau.
Selain komoditas rotan, kemitraan WWF dan IKEA juga mencakup sektor kehutanan dimana IKEA memproduksi beberapa produk berbahan dasar kayu di Indonesia. Kemitraan WWF dan IKEA pada sektor ini difasilitasi oleh program Global Forest and Trade Network (GFTN).
processing of rattan in Katinga n are not endangered forest and biodiversity, but offer new sources of longterm sustainable livelihood for community adjacent forest area.
Katingan District comprises of 48,000 ha protection forest (2,74%), 1,382,608 ha production forest (78,66%), 9,012 ha production development areas (5,66%) and 266,388 ha other land use (12,94%). Katingan holds important roles by providing environmental services in relation between upstream and downstream and improve conservation, economic and social values towards sustainable development in green economy concept.
Furthermore, the partnership between WWF and IKEA including forestry sector whereas IKEA produces several of their timber based product in Indonesia. This partnership facilitated by Global Forest and Trade Network (GFTN) program.
“Visi jangka panjang dari proyek ini ingin menjamin bahwa panen dan pengolahan ro
tan di Kabupaten Katingan tidak membahayakan hutan dan keragaman hayati yang ada”
“Long term vision of this project is to
ensure the harvesting and processing of
rattan in Katingan are not endangered forest
and biodiversity”
Photo by: WWF-Canon/ Simon Rawles
GFTN - Indonesia
Bulletin Kaleidoskop 2011 17
Pada tanggal 2 november 2011, bertempat di Pusat Kebudayaan Amerika,
@America, pada tanggal 2 November 2011 WWFIndonesia merayakan hari jadi yang ke20 inisiatif Global Forest & Trade Network (GFTN). Perayaannya diisi dengan kegi atan talkshow dan diskusi grup bertajuk, “20+ untuk Hutan Indonesia”. Acara ini dihadiri oleh Mentri Kehutanan RI Zulkifli Hasan, CEO WWF Indonesia Dr Efransjah, Ekonom dari Bursa Efek Indonesia Poltak Hotradero , Wakil Direktur Asosiasi Pe ngusaha Hutan Indonesia Nana Suparna, Direktur Jenderal Bina Usaha Kehutanann Iman Santosa Pakar Hukum Lingkungan Mas Ahmad Santosa dan mantan Mentri Kehutanan dan Lingkungan Hidup Prof. Dr. Emil Salim.
CEO WWF Indonesia Dr.Efransjah, dalam sambutannya menyatakan, “Inisiatif GFTN sejalan dengan tujuan WWF, yakni kelestarian alam agar dapat terus dimanfaatkan
I n 2 November 2011, WWFIndonesia celebrates the 20th Anniversary of Glob
al Forest & Trade Network (GFTN) initiative at U.S Cultural Centre, @America. The anniversary was filled with talkshow and group discussion on “20+ for Indonesian Forest”. The event was attended by Indonesian Forest Minister, Zulkifli Hasan; CEO of WWFIndonesia, Dr Efransjah; Economist of Indonesia Stock Exchange, Poltak Hotradero, Vice Director of Indonesian Forest Entrepreneurs Association, Nana Suparna; General Director of Bina Usaha Kehutanan, Imam Santosa; Environmental Law experts, Ahmad Santosa; and former Forestry and Environmental Minister, Prof. Dr. Emil Salim.
In his speech, WWFIndonesia CEO, Dr. Efransjah said, “GFTN initiative is in line with WWF’s goal, to maintain the nature so the next generation would still able to use it in the future”. Efransjah explained
Rayakan hari jadi ke-20, GFTN Gelar “20+ untuk hutan
Indonesia”Celebrating the 20th
Anniversary, GFTN held “20+ for Indonesian Forest”
Berita GFTN Indonesia
Photo by: WWF-Indonesia/ Dita RamadhaniBulletin Kaleidoskop 2011
WWF Global Forest & Trade Network
18
oleh umat manusia di masa mendatang”. Efransjah juga menyatakan GFTN siap menjadi lembaga independen untuk memberi fasilitasi perolehan sertifikasi kepada komoditi industri kehutanan di Indonesia. “Sayangnya setelah bekerja sejak bulan Oktober 2003 di Indonesia, baru 1/30 dari total hutan produksi kita yang tersertifikasi kredibel oleh FSC (Forest Stewardship Council),” lanjutnya. Hal tersebut memberi gambaran betapa wacana pengelolaan hutan lestari masih memerlukan perhatian dan kerja keras dari banyak pihak.
Pada kesempatan yang sama, Menteri Kehutanan RI, Zulkifli Hasan mengemukakan bahwa sejak tahun 2010 pemerintah telah mendeklrasikan komitmennya untuk tidak lagi mengizinkan segala usaha perusakan dan konsensi hutan serta melarang konversi hutan gambut atau yang dikenal dengan istilah moratorium hutan. “Oleh karenanya kami mendukung program WWFIndonesia dalam usaha merestorasi ekosistem di Jambi, serta memberi pengelolaan Bukit 30 kepada WWFIndonesia”, lanjutnya.
Tanpa mengurangi apresiasi terhadap apa yang telah dilakukan oleh GFTN, mantan Mentri Kehutanan dan Lingkungan Hidup Prof Dr Emil Salim memberikan tantangan baru buat GFTN. “Obyek inisiatif GFTN baru menjaga industri kayu itu masih kurang. Indonesia merupakan negara kepulauan di garis khatulistiwa yang memiliki kekayaan hayati terrestrial dan kelautan yang paling besar di dunia. WWF melalui
that GFTN is ready to be an independent institution providing certification for forestry industry commodities in Indonesia. “Unfortunately, after working since October 2003 in Indonesia, just 1/30 from our total production forests have credible certification by FSC (Forest Stewardship Council,” he further stated. This fact shows us how sustainable forest maintenance still needs attention and hard work from various parties.
At the same occasion, Indonesian Forest Minister, Zulkifli Hasan illustrated that
since 2010 government have declared their commitments to stop
giving permission to any kind of forest
destruction and concession
efforts, and also prohibit peatland conversion, or known as for
est moratorium. “Therefore we
support WWFIndonesia programme in restoring eco
system in Jambi and also give the maintenance of Bukit 30 to WWFIndonesia.”
Without depreciate GFTN efforts up till now, former Forest and Environmental Minister, Prof. Dr. Emil Salim give new challenge to GFTN. “GFTN’s new in initiative in protecting timber industry still insufficient. Indonesia is an island nation in the equator line, which has the biggest natural terrestrial and marine resources in the world. With GFTN, WWFIndonesia should fast forward in increasing the value of this natural resource,” he said.In the discussion attended by media, forest industrial entrepreneurs, university
GFTN - Indonesia
Bulletin Kaleidoskop 2011 19
GFTN harus tancap gas untuk menambah nilai dari kekayaan alam ini,” ujarnya. Emil mengimbau WWF, Dephut, serta mitramitra lainnya bersinergi menambah nilai dari hutan, sehingga tidak sekadar dieskploitasi untuk produkproduk furnitur semata (industri kayu)”, ujarnya dalam diskusi yang dihadiri oleh media massa, para pengusaha hutan industri, mahasiswa dan masyarakat umum.
Berbagai pencapaian atau masukan yang terkumpul pada saat Perayaan 20 tahun GFTN tentu menjadi catatan penting untuk langkah ke depan. Saat ini GFTN bekerja di lebih dari 30 negara dengan 800 anggota di Eropa, Amerika Utara, Amerika Latin, dan Asia Tenggara. Di Indonesia, GFTN diluncurkan pada tanggal 16 Oktober 2003, dengan nama “Nusa Hijau”. Selama 8 tahun GFTN telah memfasilitasi perolehan sertifikasi 2 juta hektar hutan industri di Indonesia, dengan mendukung sertifikasi bertaraf internasional dari FSC (Forest Stewardship Council).
students, and public, Emil asked WWF, Forestry Department, and other partners to work together in increasing forest’s value so it would not just exploited to make furniture (timber industry).
Various achievements and or suggestions obtained in the 20th Anniversary of GFTN would be important reference in the future. At the moment, GFTN work in more than 30 countries with 800 members in Europe, North America, Latin America, and Southeast Asia. In Indonesia, GFTN was launched at 16 October 2003 as “Nusa Hijau”. Within 8 years, GFTN has facilitated almost 2 million of industrial forest in Indonesia, by endorsing international certification from FSC (Forest Stewardship Council).
WALL OF FAMEWALL OF FAME
Bulletin Kaleidoskop 2011
WWF Global Forest & Trade Network
20
WAL
L OF
FAM
EW
ALL
OF F
AME
WALL OF FAMEWALL OF FAME GFTN - Indonesia
Bulletin Kaleidoskop 2011 21
Koperasi Serba Usaha (KSU) Jibogol yang terletak di
Kampung Guriad Distrik Urunum Guay, Kabupaten Jayapura, Papua, adalah koperasi yang tebentuk pada tanggal 19 Juni 2008 oleh masyarakat Kampung Guriad, tokoh masyarakat, dan tokoh adat. Pada tanggal 11 Juni 2011 Pemerintah Provinsi Papua memberi izin pemanfaatan hasil hutan kayu masyarakat hutan adat kepada KSU Jibogol selama 3 tahun, sekaligus memberi izin usaha industri primer. Kawasan hutan yang dikelola KSU Jibogol merupakan hutan hak ulayat suku Tra Tra dari tiga marga, yaitu Kulang, Kaya, dan Birawa.
Operasional kegiatan pemanfaatan hasil hutan oleh KSU Jibogol ini harus direncanakan dengan baik, se
K operasi S erba Usaha (KSU)
Jibogol is a cooperative enterprise established on June 19, 2008 by Guriad Village community, community leaders and traditional leaders. On June 11, 2011 The provincial government gave permit use of indigenous community’s timber forest to the KSU Jibogol for 3 years, and to provide more primary industry business license. The forest areas that are governed by KSU Jibogol are Tra Tra’s tribal customary rights of the three clans, namely Kulang, Rich, and Birawa.
Operational activities of forest utilization by KSU Jibogol should be well
Berita GFTN Indonesia
“...pemanfaatan hutan alam produksi
di areal hutan adat KSU Jibogol dengan
memperhatikan aspekaspek kelestarian hutan,
baik aspek sosial, aspek pengelolaan
lingkungan maupun aspek produksi.”
WWF Dampingi Hutan Rakyat di Urunum Guay
WWF Facilitates Urunum Guay’s Community Forest
Bulletin Kaleidoskop 2011
WWF Global Forest & Trade Network
22
hingga pemanfaatan hasil hutan alam dapat dilakukan secara lestari sampai anak cucu. Perencanaan kelola usaha pemanfaatan hasil hutan ini tersusun lewat buku Rencana Kerja Tahunan Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu (RKTUPHHK), yang implementasinya didampingi oleh WWFIndonesia, khususnya dari Region Sahul Papua.
Tujuan penyusunan RKUPHHK Masyarakat Hutan Adat KSU Jibogol untuk memberikan gambaran tentang rencana pemanfaatan hutan alam selama 10 tahun (20122021) dengan memperhatikan aspekaspek pengelolaan hutan alam produksi lestari, seperti aspek kelestarian usaha, kepastian kawasan, keseimbangan lingkungan, serta sosial ekonomi dan budaya masyarakat setempat sehingga pelaksanaan kegiatan pemanfaatan hutan dapat dilaksanakan secara rasional dan terukur sesuai dengan kemampuan regeneratif alami maupun buatan hutan di areal IUPHHK. Sedang kan tujuan penyusunan RKUPHHK Masyarakat hukum Adat KSU Jibogol untuk mendapatkan dasardasar dan arahan umum yang rasional dan terukur dalam jangka waktu pengelolaan selama 10 tahun (20122021) bagi pemanfaatan hutan alam produksi di areal hutan adat KSU Jibogol dengan memperhatikan aspekaspek kelestarian hutan, baik aspek sosial, aspek pengelolaan lingkungan maupun aspek produksi.
planned, so that the utilization of forest’s natural resource can be done in a sustainable manner to the next generation. Planning for forest management use is made through the Annual Work Plan book Timber Use (Rencana Kerja Tahunan Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu/RKTUPHHK), which the implementation was facilitated by WWFIndonesia, especially from the Papua Region Sahul.
The objective of RKUPHHK KSU Jibogol Indigenous Community Forest is to provide an overview of plans for the use of natural forests for 10 years (20122021) with the attention to aspects of sustainable production of natural forest management, such as the sustainability aspects of the business, the certainty, the balance of the environment, and economic social and cultural rights of local communities therefore the implementation of forest management activities can be implemented in a rationaland measured in accordance with the regenerative capacity of natural or man-made forest in IUPHHK. While the purposes of Community law RKUPHHK Jibogol KSU Community was acquired the basics and the general direction of a rational and measured within a period of management for 10 years (20122021) for the use of natural production forests in the area of indigenous forest Jibogol KSU with attention to aspects forest sustainability, both social aspects, aspects of environmental management and production aspects.
“... the use of natural production forests in
the area of indigenous forest Jibogol KSU with
attention to aspects forest sustainability, both social aspects,
aspects of environmental management and
production aspects.”
GFTN - Indonesia
Bulletin Kaleidoskop 2011 23
Bulletin Kaleidoskop 2011
WWF Global Forest & Trade Network
24
Berita GFTN Indonesia Hutan Rakyat Mo Make Unaf Menuju Pengelolaan Hutan Lestari Mo Make Unaf Community Forest Heading Toward Sustainable Forest Management
Koperasi Serba Usaha Mo Make Unaf Kampung Kaliki Distrik
Kurik, Kabupaten Merauke, Provinsi Papua mendapat izin kelola pemanfaatan hasil hutan kayu dari Gubernur Provinsi Papua pada tanggal 19 Juli 2011, sekaligus izin industri primer dengan luas area 4500 Ha dan target tahunan sawn timber sebesar 2,500 m3 per tahun. Agar kegiatan pengelolaan hutan oleh KSU Mo Make Unaf ini tidak mengganggu kelestarian hutan dan keragaman hayati di dalamnya, maka disusunlah Dokumen Rencana Kerja Usaha pemanfaatan Hasil Hutan Kayu Masyarakat Hutan Adat (RKUPHHK-MHA). Dokumen RKUPHHK-MHA ini disusun atas kerja sama yang intensif antara WWFIndonesia Region Sahul Papua dengan masyarakat pengelola KSU Mo Make Unaf.
Dokumen RKUPHHK-MHA menjadi acuan dan pedoman induk penyusunan Rencana Kerja Tahunan Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu (RKTUP HHK). Dengan demikian maka strategi pemanfaatan hasil hutan kayu oleh IUPHHK menjadi terarah, tertata dan dapat dipertanggungjawabkan. Jika dikemudian hari terdapat halhal yang perlu diperbaiki maka Dokumen
Mo Make Unaf cooperative in Kaliki Distrik Kurik, District
Merauke, Papua attains permission to govern the utilization of timber from the local Government on July 19, 2011, also the permit of primary industry within an area of 4500 ha and an annual target of 2,500 m3 of saw timber. In order to maintain a sustainable forest management and its biodiversity from the activities engaged by KSU Mo Make Unaf, the Annual Work Plan of Timber Use of Forest Indigenous Community’s document (Rencana Kerja Tahunan Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu Masyarakat Hutan Adat/RKTUPHHK-MHA) was prepared in intensive cooperation between WWFIndonesia – Region Sahul Papua, with the community manager of KSU Mo Make Unaf.
This RKUPHHK-MHA document is the reference and guidelines for the preparation of Annual Work Plans for Timber Use (Rencana Kerja Tahunan Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu/RKTUPHHK). Thus, the strategy of utilization of timber by IUPHHK can be focused, organized and accountable. When it needs to be changed, RKUPHHK-MHA document will
GFTN - Indonesia
Bulletin Kaleidoskop 2011 25Photo by: WWF-Indonesia/ Joko Sarjito
RKUPHHK-MHA ini akan direvisi sesuai dengan kebutuhan dan peraturan yang berlaku.
Masyarakat hutan adat yang mengelola KSU Mo Make Unaf sangat berterima kasih atas kepercayaan yang diberikan oleh Pemerintah Provinsi Papua bagi mereka untuk mengelola hak pemanfaatan hasil hutan kayu. Mereka bertekad menerapkan sistem pengelolaan hutan yang lestari, yang memenuhi standar dari Kementrian Kehutanan Republik Indonesia maupun dari Forest Stewardship Council (FSC). Tentu saja tekad ini dapat terwujud dengan bantuan dan bimbingan dari Pemerintah Propinsi Papua dan WWF Indonesia.
be revised in accordance with the requirements and regulations.
Indigenous forest community who manage KSU Mo Make Unaf is grateful for the trust given by the provincial government to manage the utilization of timber rights. They are determined to implement sustainable forest management system, which meets the standards of the Ministry of Forestry of the Republic of Indonesia and the Forest Stewardship Council (FSC). Of course this determination can be achieved with the help and guidance from the Government of Papua, and WWF Indonesia.
Bulletin Kaleidoskop 2011
WWF Global Forest & Trade Network
26 Photo by: WWF-Indonesia/ Joko Sarjito
Anggotaanggota FSC bertemu di Kota Kinabalu, Malaysia, pada tanggal 25 Juni hingga 1 Juli 2011 dalam General Assembly Meeting Keenam dari
Forest Stewardship Council (FSC). Acara ini menarik kehadiran lebih dari 400 peserta terdaftar (hampir 500 dengan staf) dari 80 lebih negara dan merupakan pertemuan yang paling banyak dihadiri dalam sejarah organisasi ini.
Ada sejumlah poin yang disorot dalam pertemuan tersebut. Kegiatan harian dari acara ini: lokakarya mengenai negoisasi isuisu kritis yang beredar dalam Prinsip dan Kriteria Review FSC, acaraacara resmi sampingan, pertemuan kamar dan Gala Dinner, Konferensi Kehutanan serta Pesta Kebun GFTN, dan terakhir, sidang Majelis Umum dimana mosimosi ditentukan.
Sebanyak 26 mosimosi kebijakan dihasilkan dalam sidang Majelis Umum 2011, di antaranya memiliki dampak yang signifikan terhadap FSC. Sejumlah besar mosi berkaitan dengan sistem integritas. Beberapa mosi juga berkaitan dengan aspekaspek sosial—manfaatmanfaat bagi para petani kecil dan penguatan keterlibatan oleh para pekerja dan masyarakat adat. Kebanyakan dari mosi yang lolos tersebut didukung oleh WWF.
FSC members met in Kota Kinabalu, Malaysia, on June 25July 1, 2011 for the sixth Forest Stewardship Council General Assembly (GA). The event drew
more than 400 registered participants (nearly 500 with staff) from more than 80 countries and was the best attended General Assembly in the history of the organization.
There were some points highlighted for this GA. Daytoday agenda were as follow: the workshop for negotiating the outstanding the critical issues in the FSC Review of the Principles and Criteria, the official side events, the chamber meetings and the Gala Dinner, the Forest Conference and GFTN Garden Party, and the last but not least, the actual General Assembly when the motions were voted.
A total of 26 policy motions passed at the 2011 GA, many are likely to have a significant impact on the FSC. A large part of the motions related to system integrity. A number of motions are also related to social aspects—benefits for smallholders and strengthened involvement by workers and indigenous people. Most of the motions that passed were supported by WWF.
FSC General Assembly Meeting 2011 Diadakan Di
Kota Kinabalu
FSC General Assembly 2011 Held In Kota
Kinabalu, Malaysia
Berita GFTN Internasional
GFTN - Indonesia
Bulletin Kaleidoskop 2011 27
Rusia Melarang Penebangan Pinus KoreaRussia Introduces Ban on Korean Pine Logging
Berita GFTN Internasional
Tepat sebelum Forum Konservasi Harimau Internasional yang akan
berlangsung pada tangal 2124 November 2010 di St. Petersburg, pemerintah Rusia mengadopsi versi baru dari daftar spesies pohon dan semak yang dilarang untuk usaha penebangan, dimana Pinus Korea masuk di dalamnya.
“Larangan penebangan Pinus Korea adalah hadiah terbaik untuk Harimau Amur di Tahun Macan ini,” ujar Igor Chestin, CEO WWFRusia. “Pinus Korea memiliki peran penting bagi konservasi harimau tersebut: biji kerucutnya adalah pakan bagi babi hutan, yang merupakan makanan harimau.”
Panen dari Pinus Korea penting bagi 50 spesies fauna, termasuk babi hutan, salah satu mangsa utama bagi Harimau Amur. Hutan Pinus Korea memainkan peran penting dalam
Just before the International Tiger Conservation Forum, which will
take place Nov. 2124 in St. Petersburg, the Russian government has adopted a new version of the list of tree and shrub species prohibited for timber logging, and included Korean Pine in the list.
“A ban on Korean Pine logging is the best gift for the Amur tiger in the Year of the Tiger”, says Igor Chestin, CEO of WWFRussia. “Korean Pine has a crucial importance for tiger conservation: its cones are fodder for wild boars, and wild boars are tiger’s prey”.
Korean Pine harvest is important for at least 50 species, including the wild boar, one of the main prey species of the Amur tiger. Korean Pine forests played a key role in Amur tiger conservation during the drastic decline in its population (down to just 30 animals) on the SihoteAlin
Bulletin Kaleidoskop 2011
WWF Global Forest & Trade Network
28 Photo by: Klein & Hubert - WWF
konservasi Harimau Amur selama penurunan drastis populasinya (anjlok ke angka 30 hewan saja) di SihoteAlin pada paruh pertama abad ke20. Pada tahun 2007, hutan Pinus Korea menerima pukulan keras—Kode Hutan baru dari Rusia membatalkan larangan penebangan yang dilakukan industri {Pinus Korea. Akibatnya, kayu Pinus Korea dalam jumlah terbesar dalam sejarah diekspor dari Timur Jauh Rusia pada tahun 2009, dan menurut perkiraan WWF, proses panennya melewati batas yang diizinkan yakni 2,5 – 3,7 kali.
in the first half of the 20th century. In 2007, Korean Pine forests received an almost mortal blow – the new Forest Code of Russia cancelled the ban on industrial Korean Pine logging. As a result, the largest amount of Korean Pine timber in history was exported from the Russian Far East in 2009, and according to WWF estimates, its harvesting exceeded the allowable limits by 2.53.7 times.
GFTN - Indonesia
Bulletin Kaleidoskop 2011 29Photo by: WWF-Russia/ V Kiriliuk
Ketika industri penerbitan buku berkumpul di Pameran Buku
Frankfurt 2010, isu lain mengemuka di sejumlah penerbitan, yaitu keberlanjutan industri penerbitan global. Hampir setengah dari kayu komersial yang ditebang di dunia berakhir menjadi kertas dan sekitar 10 persen dari populasi dunia, yaitu Eropa Barat dan Amerika Utara, mengkonsumsi lebih dari 50 persen dari pasokan dunia kertas. Industri penerbitan menjadi kekuatan pendorong situasi ini.
Selain itu, buku yang dijual di Eropa dan Amerika Utara semakin banyak yang diproduksi di luar negeri, terutama di Asia. Dengan banyaknya produksi buku anak di Cina, WWF merilis laporan Book Fair tahun lalu, menguji sejumlah buku anakanak dari Asia Tenggara untuk mencari bukti kandungan kayu tropis. Hasilnya mengatakan bahwa 19 dari 51 buku anak yang diuji, sebagian menggunakan kayu yang berasal dari hutan alam negara tropis.
“Karena semakin banyak buku di Jerman diproduksi di negara lain,
While book publishing business was booming at the 2010
Frankfurt Book Fair, another issue took center stage with several publishers, namely the sustainability of the global publishing industry. Nearly half of the commercially harvested wood worldwide is turned into paper products and roughly 10 per cent of the world’s population, i.e. Western Europe and North America, consume over 50 per cent of the worldwide supply of paper, with the publishing industry being a driving force.
Moreover, books sold in Europe and North America are increasingly manufactured abroad, particularly in Asia. With the production of children’s books increasingly outsourced to China, WWF released a report around last year’s Book Fair, testing a number of children’s books from Southeast Asia for evidence of tropical wood. The results were said that in 19 out of 51 children’s books tested, a significant amount of tropical wood was present, and it was mostly taken from natural and tropical forests.
Kayu Hutan Tropis Berakhir di Kertas Buku AnakPublishers Turn Over a New Leaf
Berita GFTN Internasional
Bulletin Kaleidoskop 2011
WWF Global Forest & Trade Network
30
khususnya Cina, ada kemungkinan bahwa peningkatan pembelian buku di Jerman memberikan kontribusi untuk perusakan hutan tropis seperti di Indonesia. Buku anakanak merupakan satu hal yang berkaitan dengan perusakan habitat untuk generasi mendatang,” kata Johannes Zahnen, Manager GFTNJerman. Selama tahun lalu, WWF telah terlibat dengan penerbit di Jerman untuk menggunakan posisi pasar mereka dalam memotivasi industri kertas untuk memproduksi buku ramah lingkungan dan membuat komitmen untuk menggunakan kertas daur ulang atau serat
dari hutan perawan yang dipercaya bersertifikat. Dan usaha ini menghasilkan hasil yang positif, sebuah penerbitan benarbenar berubah menggunakan kertas FSC bersertifikat untuk empat juta buku yang mereka terbitkan. “Tiga penerbit lain mengumumkan mereka akan mengganti semua kertas ke kertas FSC tahun depan, dengan satu komitmen yang diharapkan mengubah pasar, karena merupakan salah satu penerbit terbesar di Jerman yang memproduksi sekitar 50 juta buku per tahun.”
“Because more and more books bought in Germany are produced in other countries, particularly China, there is an increased probability that the purchase of books in Germany contributes to tropical forest destruction such as in Indonesia. Children’s books of all things are related to the habitat destruction for future generations,” said Johannes Zahnen, GFTNGermany Manager. Over the last year, WWF has engaged with publishing houses in Germany to use their market position to motivate the paper industry for environmentally friendly book and paper produc
tion and make a commitment to use recycled paper or virgin fibre from credibly certified forests. And these efforts are producing positive results as one publisher totally changed to FSCcertifed paper for the four million books they published. “Three more publishers announced they will convert all of their paper to FSC within the next year, with one commitment that is expected to tip the market, as it is one of the largest publishers in Germany—producing roughly 50 million books annually.”
“...19 out of 51 children’s books tested, a significant amount of tropical wood was present, and it was mostly taken from natural and tropical forests”
“...19 dari 51 buku anak yang diuji, sebagian menggunakan kayu yang berasal dari hutan alam negara tropis.”
GFTN - Indonesia
Bulletin Kaleidoskop 2011 31Photo by: Jurgen Freund / WWF - Canon
Forest Friends Menjelajah Uckermark, JermanForest Friends Goes To Uckermark, Germany
Sebuah kesempatan istimewa jatuh
kepada Rima Putri Agustina,
pemenang kompetisi Forest Friends yang
diselenggarakan WWFIndonesia dan
WWFGermany, untuk mengikuti Forest
Friends Trip ke Uckermark Nature Reserve,
di Propinsi Bradenburg, Jerman. Selama
kunjungan 6 hari (2430 Juli 2011) ini,
Rima didampingi oleh Annisa Ruzuar dari
WWF-Indonesia, serta Silke Hahn dan
Astrid Koroczuk dari WWFGermany.
An amazing gift was sent to Rima
Putri Agustina, the winner of Forest
Friends competition held by WWF
Indonesia and WWFGermany. That is: to
enjoy a Forest Friends Trip in Uckermark
Nature Reserve located in Bradenburg
province, Germany. In the 6day visit (24
30 July 2011), Rima would be escorted
by Annisa Ruzuar from WWFIndonesia
as well as Silke Hahn and Astrid Koroczuk
from WWFGermany.
“Uckermark adalah sebuah wilayah administratif yang memiliki kawasan
lindung paling luas di Jerman (63% dari total kawasan memi
liki status sebagai kawasan lindung)”
WWF Campaign
Photo by: WWF-Indonesia/ Annisa RuzuarBulletin Kaleidoskop 2011
WWF Global Forest & Trade Network
32
Uckermark adalah sebuah wilayah
administratif yang memiliki kawasan
lindung paling luas di Jerman (63% dari
total kawasan memiliki status sebagai
kawasan lindung). Kawasan ini merupa
kan salah satu field site WWF-Germany,
dengan fokus pada konservasi hutan dan
ekosistem air tawar.
Selama kegiatan Forest Friends Trip ini,
Rima beserta rombongan WWF bisa
mengenal langsung kawasan Uckermark,
dengan hiking di beberapa hutan yang
menjadi lokasi ekoturisme, menyusuri
sungai, danau, serta kawasan rawa. Rima
juga berkesempatan untuk wawancara
dengan koran lokal “Uckermark Kurier
Templiner Zeitung” mengenai kegia
tan Forest Friends. Pada hari terakhir
kunjung an, Rima melakukan presentasi di
kantor WWFGermany di Berlin, mengenai
kegi atan Forest Friends yang telah dilaku
kan, serta progress report dari lapangan.
Sebagai tindak lanjut dari kegiatan ini,
penanaman tahap pertama Forest Friends
di Tesso Nilo telah mendapat respon yang
baik, bahkan diperpanjang rencananya
hingga Desember 2011 (rencana awal
penanaman Maret Juni 2011). Forest
Friends juga akan melakukan aktivitas pe
nanaman tahap kedua dengan melibatkan
Yangki Imade Suara dan Mia Amelinda
(peringkat kedua dan ketiga kompetisi
Forest Friends).
Uckermark is an administrative district
with the biggest restricted area in Germany
(63% from the total area is restricted
area). The area was one among many field
sites of WWFGermany focusing in forest
conservation and fresh water ecosystem.
During this Forest Friends Trip program,
Rima and the WWF team would be able to
get acquaintance with the Uckermark area
by hiking in several ecotourism forests,
Walking by the rivers, lake and swamp.
At the same time, Rima was having the
opportunity to do some interviews with the
local paper “Uckermark Kurier Templiner
Zeitung” about the activities in Forest
Friends. In the last day of her visit, Rima
made a presentation in WWF Germany
Office in Berlin about the accomplished
activities in Forest Friends and also about
progress report from the field.
As the continuance of the program, the
first phase of the planting/cultivation of
Forest Friends in Tesso Nilo has gained a
good response and was even extended un
til December 2011 (from the previous plan
in March June 2011). Forest Friends
would also do the second phase planting
activities involving Yangki Imade Suara
dan Mia Amelinda (second and third win
ner of Forest Friends competition).
“Uckermark is an administrative district with the biggest restricted area in Germany (63% from the total area is restricted area)”
Photo by: WWF-Germany/ Klaus Opperman
GFTN - Indonesia
Bulletin Kaleidoskop 2011 33
Tahun 2011 yang lalu dicanangkan oleh PBB sebagai Tahun Hutan Interna
sional. Untuk mendukung hal tersebut, WWFIndonesia berpartisipasi dalam penyelenggarakan Science Film Festival (SFF), sebuah festival film tingkat regional yang tahun lalu mengambil tema ‘Hutan’. Selain di Indonesia, SFF juga diadakan di Kamboja, Malaysia, Filipina, Thailand, dan Vietnam. WWFIndonesia menjadi cohost SFF di tiga kota, yaitu Pontianak (1719 Nov 2011), Yogyakarta (2930 Nov 2011), dan Jayapura (2830 Nov 2011). Science Film Festival sendiri diadakan di dua belas kota di Indonesia, yang dalam setiap penyelenggaraannya berhasil mengundang ribuan pengunjung yang umumnya anakanak dan remaja.
“WWF melihat momentum ini sebagai kesempatan baik, bukan hanya untuk meningkatkan kepedulian kaum muda terhadap pelestarian alam dan hutan, tetapi juga untuk memotivasi mereka menjadi motor perubahan untuk lingkungan sekelilingnya, mulai dari diri mereka sendiri,” jelas Devy Suradji, Direktur Marketing WWFIndonesia.
Dalam penyelenggaraan SFF, WWFIndonesia juga membuat kegiatan lain yang sejalan dengan festival tersebut. Di Pontianak, menggelar pameran foto Panda Click! bertemakan lingkungan dan kebudayaan Kalimantan Barat. Di Yogyakarta, WWFIndonesia memeriahkan SFF dengan booth kegiatan/games dan pameran foto Wonder Eyes Project. Sedangkan di Jayapura, Nicholas Saputra juga ikut berpartisipasi dalam festival ini. Di kota ini, pada akhir acara SFF, setiap sekolah memperoleh alat praktik ilmiah dari Goethe Institute dan bibit Pohon dari WWFIndonesia untuk ditanam di pekarangan sekolah masingmasing.
The United Nations has stated the year 2011 as the International Forest Year.
As a supportive action, WWF Indonesia participated by conducting a Science Film Festival (SFF), a regional-scaled film festival which took ‘Forest’ as the main theme last year. Beside taking place in Indonesia, SFF has been carried out in Cambodia, Malaysia, Philippines, Thailand, and Vietnam. WWFIndonesia acted as a cohost of SFF held in 3 (three) cities: Pontianak (1719 Nov 2011), Yogyakarta (2930 Nov 2011), and Jayapura (2830 Nov 2011). The Science Film Festival itself was held in 12 (twelve) cities in Indonesia, where thousands of enthusiastic kids and teenagers were visiting the festival.
“WWF finds this as a great momentum not only to increase the concern level of the youngsters on environmental and forest preservation, but also to motivate them to be the agents of environmental change in their own area, starting from their own selves,” said Devy Suradji, Marketing Director of WWFIndonesia.
WWF was creating some other activities during the SFF. In Pontianak WWF Indonesia held a photo exhibition “Panda Click!” under the theme of West Kalimantan environment and cultures, while in Yogyakarta it created program and game booths in the Wonder Eyes Project Photo Exhibition. In the same festival in Jayapura, young actor Nicholas Saputra was also involved. The final program included Goethe Institute to give science practice equipments for each school as well as WWFIndonesia to send seeds to be planted in the school gardens.
Photo by: WWF-Indonesia/ Dyah EkariniPhoto by: WWF-Indonesia/ Natalie J. Tangkepayung
WWF Campaign
Science Film
Festival
Bulletin Kaleidoskop 2011
WWF Global Forest & Trade Network
34
Global Forest & Trade Network (GFTN) adalah salah satu inisiatif WWF dalam mencapai pengelolaan hutan berkelanjutan melalui proses sertifikasi. GFTN Indonesia diluncurkan di Jakarta pada 16 Oktober 2003 dengan nama lokal “Nusa Hijau”.
Program GFTN Indonesia bertujuan untuk:
Mempromosikan pengelolaan hutan berkelanjutan.1.
Usaha memenuhi permintaan kayu lestari dari Indonesia.2.
Memediasi kesempatan kerjasama produsen dan buyer yang berkomitmen 3. tinggi dalam mencapai dan mendukung kegiatan kehutanan yang bertanggung jawab dalam jaringan pasar global.
Memfasilitasi tercapainya lebih banyak produsen dan manufaktur hasil 4. hutan tersertifikasi di Indonesia.
GFTN menciptakan kondisi pasar untuk membantu pelestarian hutanhutan dunia sekaligus menyediakan keuntungan ekonomi sosial bagi kalangan bisnis serta masyarakat yang bergantung pada hutan. GFTN juga mempromosikan kerjasama antara organisasi nonpemerintah (NGO) dengan para perusahaan untuk meningkatkan kualitas pengelolaan hutan.
GFTN memiliki 18 Forest and Trade Networks (FTN) lokal di 36 negara, terdiri dari kurang lebih 800 anggota, terutama di Eropa dan Amerika Utara. Sedangkan GFTN Indonesia tercatat mempunyai 36 anggota (24 perusahaan/trade participants dan 12 HPH/forest participants). Keanggotaan GFTN terbuka bagi para forest managers, produsen serta pemilik/pengelola hutan rakyat yang ingin memperbaiki dan mengembangkan pengelolaan areal hutannya. Keanggotaan ditentukan melalui persyaratan GFTN dan menandatangani nota kesepahaman (MoU) atau Participant Agreement (PA) dengan WWFIndonesia.
Global Forest & Trade Network (GFTN) is one of the initiatives from WWF to achieve sustainable forest management through certification process. GFTN Indonesia was launched in Jakarta on 16 October 2003 under the local name of “Nusa Hijau”.
The objectives of GFTN Indonesia program are:
Promoting sustainable forest management.1.
Fulfilling sustainable wood demand from Indonesia.2.
Mediating partnership opportunities between producer and buyer that are 3. highly committed to achieve and support responsible forestry activities in a global market network.
ABOUT GFTN
INDONESIA
TENTANG GFTN
INDONESIA
GFTN - Indonesia
Bulletin Kaleidoskop 2011 35
No Company Date of Join Product Status
1 PT Bangun Sarana Wreksa 24 January 2005 Garden Furniture Ongoing Process To Certification
2 PT Falak Jaya Furnitama 8 December 2005 Garden Furniture CERTIFIED
3 PT Diraja Surya 20 January 2006 Garden Furniture Ongoing Process To Certification
4 PT Masterwood Indonesia 22 March 2006 Garden Furniture CERTIFIED
5 CV Kwas 11 May 2006 Garden Furniture Ongoing Process To Certification
6 PT Kayu Permata 26 June 2006 Door, Mouldings CERTIFIED
7 PT Harjohn Timber 26 June 2006 Plywood CERTIFIED
8 PT Bangkit Jaya Semesta 26 June 2006 Outdoor Furniture CERTIFIED
9 PT Rimba Mutiara Kusuma 7 August 2006 Garden Furniture CERTIFIED
10 PT Marcelindo Jaya Pratama 7 August 2006 Garden Furniture Ongoing Process To Certification
11 PT Inatai Golden Furniture Industries 11 September 2006 Garden Furniture CERTIFIED
12 PT Seng Fong Moulding Perkasa 18 September 2006 Factory/Manufacturer Ongoing Process To Certification
13 PT Intertrend Utama 21 November 2006 Garden Furniture CERTIFIED
14 CV Rimba Sentosa 22 November 2006 Furniture Woodworking Ongoing Process To Certification
15 PT Indo Furnitama Raya 4 January 2007 Furniture Ongoing Process To Certification
16 PT Trimitra Mebelindo 15 February 2007 Garden Furniture CERTIFIED
17 PT Redtroindo Nusantara 15 February 2007 Manufacturer Ongoing Process To Certification
UPDATE KEANGGOTAAN GFTN - INDONESIA
TRADE PARTICIPANT
Facilitating more certified forest product producers and manufacturers in 4. Indonesia.
GFTN creates a market condition that helps the world’s forests conservation, and at the same time provides social economic benefits for businesses and communities that are dependent on the forest. GFTN also promotes partnerships between nongovernment organizations (NGO) with companies to increase forest management qualities.
GFTN has 18 local Forest and Trade Networks (FTN) in 36 countries, with around 800 members, especially in Europe and North America. GFTN Indonesia has 36 members (24 companies/trade participants and 12 HPH/ forest participants). GFTN membership is open for forest managers, producers and community forest owner/ manager, who wanted to improve and develop their forest’s management. Membership is defined under GFTN’s requirements and through a signing of a Memorandum of Understanding (MoU) or Participant Agreement (PA) with WWFIndonesia.
WWF - INDONESIA
Gedung Graha Simatupang Tower 2C
Jln.TB Simatupang Kav.38
Jakarta Selatan, Indonesia
Tel.: (021) 7829426 – 29
Bulletin Kaleidoskop 2011
WWF Global Forest & Trade Network
36
No Company Date of Join Product Status
18 CV Citra Indomebel 24 August 2007 Garden Furniture Ongoing Process To Certification
19 CV Hanse Garden 28 September 2007 Garden Furniture CERTIFIED
20 PT Kayu Lapis Asli Murni 8 November 2007 Plywood Ongoing Ongoing Process To Certification
21 PT Jaya Raya Trasindo 11 September 2008 Decking, Anti Slip CERTIFIED
22 PT Indo Bagus Slat April 2009 Pencil Slat CERTIFIED
23 PT Intregra Indocabinet 11 February 2009 Indoor/Garden Furniture, Plywood Ongoing Process To Certification
24 PT. Inhutani I UM Gresik 10 December 2009 Ongoing Process To Certification
No Company Date of Join Species Status
PLANTATION
1 Perhutani North Banyuwangi 24 February 2006 Teak Sp Ongoing Process To Certification
2 Perhutani Saradan 24 February 2006 Teak Sp Ongoing Process To Certification
3 Perhutani Madiun 24 February 2006 Teak Sp Ongoing Process To Certification
4 Perhutani Jatinegoro 24 February 2006 Teak Sp Ongoing Process To Certification
5 Perhutani Bojonegoro 24 February 2006 Teak Sp Ongoing Process To Certification
6 PT Inhutani II 11 May 2006 Acacia Mangium Ongoing Process To Certification
NATURAL
7 PT Sumalindo Lestari Jaya II 15 February 2006 Dipterocarp Sp CERTIFIED
8 PT Sari Bumi Kusuma 26 Juni 2006 Dipterocarp Sp CERTIFIED
9 PT Suka Jaya Makmur 18 May 2009 Dipterocarp Sp Ongoing Process To Certification
10 PT Inhutani I Simendurut Site 18 May 2009 Dipterocarp Sp Ongoing Process To Certification
11 PT Ratah Timber 11 Februari 2010 Dipterocarp Sp Ongoing Process To Certification
12 PT Essam Timber 19 May 2011 Dipterocarp Sp CERTIFIED
FOREST PARTICIPANT
GFTN - Indonesia
Bulletin Kaleidoskop 2011 37
Sebelum bergabung dengan GFTN pada bulan Maret 2009, Dito menjabat sebagai Deputi Direktur di Lembaga Ekolabel Indonesia (LEI). Dito mewakili Indonesia di beberapa konferensi lingkungan internasional seperti ITTO, konferensi ASEAN dan AFP (Asia Forest Partnership). Latar belakang Dito adalah sertifikasi hutan, CoC, hutan tanaman dan manajemen hutan berbasis komunitas.
Aditya Bayunanda (Dito)([email protected])GFTN-Indonesia Manager
Prior joining GFTN on March 2009, Dito was working as Deputy Director in Indonesia Ecolable Institute. Dito participated in several international environmental conferences such as ITTO, ASEAN conferences and AFP (Asia Forest Partnership) as member of the Indonesian delegation. Dito has background knowledge on forest certification, CoC, forest plantation and CBFM (Community Based Forest Management).
Why We Need the GFTN and How it Works
Every year, more than 30 million hectares of natural forest are
destroyed to meet the growing global demand for wood and
agricultural products.
The Global Forest & Trade Network (GFTN) recognizes that an
effective response to such devastation is to turn the global mar
ketplace into a positive force to save the world’s most valuable and
threatened forests. Increasingly, consumers want to know where
their wood comes from and to be assured that today’s forests will
be here tomorrow for their children and grandchildren.
The GFTN—a WWFled partnership—links more than 360
companies, communities, NGOs, and entrepreneurs in more than
30 countries around the world. The goal is to create a new market
for environmentally responsible forest products. Since 1991,
marketdriven demands from GFTN participants have increased
the economic incentives for responsible forest management.
This is helping to ensure that millions of hectares of forests are
independently and credibly certified, a guarantee that the forests
are well managed and that their products come from legal and
sustainable timber harvests.
But despite this solid progress, reliable supplies of credibly
certified “good wood” are still limited. And trade in wood and pulp
from illegal or controversial sources is continuing.
A growing number of forest owners and managers, manufacturers
of wood and paper products, retailers, distributors, and investors
support sustainable forest management. But there are complex
obstacles to achieving this goal. A major problem is uncertainty
about how to achieve “good wood” certification and benefit from it.
The GFTN exists to support and facilitate greater coordination of
national and regional efforts to expand responsible and credibly
certified forest management, including technical assistance
throughout the certification process and enhanced marketing
opportunities.
GFTN participants are committed to increasing the availability of
forest products from well managed forests, helping each other
benefit and profit from sustainable forest management, and ending
the purchase of forest products from illegal and controversial
sources. This is the GFTN mandate.
ABOUT GFTN
Bulletin Kaleidoskop 2011
WWF Global Forest & Trade Network
38
Elisabeth Diana Supit (Diana)([email protected])Administration Officer
Merzyta Septiyani (Ita)([email protected])Trade Participant Officer
Joko Sarjito([email protected])Responsible Forest Coordinator
Dita Ramadhani([email protected])Responsible Trade and Networking Coordinator
Joko bergabung dengan GFTN sebagai Resposible Forest Officer sejak akhir November 2009. Sebelumnya ia bekerja di bidang praktisi kehutanan (HPH) bersertifikasi FSC sejak tahun 1998. Di GFTN, Joko bertugas untuk memfasilitasi anggota GFTN dalam mengimplementasikan pengelolaan hutan yang bertanggungjawab (SFM).
Berbekal kecintaannya pada binatang dan pelestrian lingkungan, Diana bergabung dengan GFTN Indonesia sebagai Administration Officer pada 2011. Dengan latar belakang pendidikan di bidang hubungan internasional dan komunikasi, ia percaya pada upayaupaya konservasi untuk menciptakan masa depan yang lebih baik untuk generasi mendatang.
Berlatar belakang pendidikan di bidang kehutanan, Merzyta bergabung dengan GFTN sebagai Trade Participant Officer pada akhir 2011. Pertama kali bergabung dengan WWF Indonesia tahun 2010 pada project Taman Nasional Kayan Mentarang, Kalimantan Timur. Berbekal pengalaman tersebut, saat ini Merzyta bertugas untuk memfasilitasi perusahaan pengelola hutan (trade industry) menuju proses sertifikasi.
Dita Ramadhani terjun di bidang kehutanan pada bulan Januari 2008. Sebelum di WWF, Dita bekerja sebagai wartawan di MRA Printed Media dan IndoPacific Reputation Management Consultant. Berbekal pengalaman tersebut, saat ini Dita menjabat sebagai Responsible Trade and Networking Coordinator program GFTN.
Joko joins GFTNIndonesia as Responsible Forest Officer in late November 2009. Previously, he worked in FSC certified Forest Concession since 1998. In GFTNIndonesia, Joko facilitates GFTN Forest Participants in implementing sustainable forest management scheme through stepwise approach.
Contended with her passion for wildlife and environmental issues, Diana joined GFTN Indonesia as the AdministrationOfficer in 2011. With an educational background in International Relations and Communication, she believes in the conservation efforts to create a better future for generations to come.
By Forestry Management as her background, Merzyta joins GFTN as Trade Participant Officer on late 2011. She starts working in WWFIndonesia in year 2010 for Kayan Mentarang National Park project in East Kalimantan. Using that experiences, currently she support timber trade industry facilitation toward certification process.
Dita Ramadhani joined the forestry field in January 2008. Prior to this, she worked as a journalist in MRA Printed Media (Hearst Corporation Indonesia) and as a consultant in Indo Pacific Reputation Management Consultant. With experiences from these past positions, Dita is now the Responsible Trade and Networking Coordinator for GFTN.
WWF is one of the world’s largest and most experienced independent conservation organizations, with almost 5 million supporters and global network action in more than 100 countries.
WWF’s mission is to stop the degradation of the planet’s natural environment and to build a future in which humans live in harmony with nature, by:
Conserving the world’s biological diversity.• Ensuring that the use of renewable natural resources is sustainable.• Promoting the reduction of pollution and wasteful consumption.•
WWF - INDONESIAGedung Graha Simatupang Tower 2C Jln.TB Simatupang Kav.38 Jakarta Selatan, Indonesia Tel.: (021) 7829426 – 29www.wwf.or.id/gftnwww.panda.org/gftn