sikap stakeholder terhadap pengelolaan ...repository.ub.ac.id/664/1/siti pramudya wardani.pdfprogram...
TRANSCRIPT
SIKAP STAKEHOLDER TERHADAP PENGELOLAAN SUMBERDAYA PERIKANAN YANG
BERKELANJUTAN DI KABUPATEN KULON PROGO PROVINSI DAERAH ISTIMEWA
YOGYAKARTA
SKRIPSI
PROGRAM STUDI PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN
JURUSAN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN DAN KELAUTAN
Oleh :
SITI PRAMUDYA WARDANI
NIM. 105080200111020
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2017
SIKAP STAKEHOLDER TERHADAP PENGELOLAAN SUMBERDAYA PERIKANAN YANG
BERKELANJUTAN DI KABUPATEN KULON PROGO PROVINSI DAERAH ISTIMEWA
YOGYAKARTA
SKRIPSI
PROGRAM STUDI PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN
JURUSAN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN DAN KELAUTAN
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Meraih Gelar Sarjana Perikanan
di Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan
Universitas Brawijaya
Oleh :
SITI PRAMUDYA WARDANI
NIM. 105080200111020
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2017
i
PERNYATAAN ORISINALITAS
Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam skripsi yang saya tulis ini benar-
benar merupakan hasil karya saya sendiri dan sepanjang pengetahuan saya juga
tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang
lain kecuali yang tertulis dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.
Apabila kemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan skripsi ini hasil
penjiplakan (plagiasi), maka saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan
tersebut, sesuai hukum yang berlaku di Indonesia.
Malang, November 2016
Mahasiswa
penulis
ii
UCAPAN TERIMAKASIH
Pada kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan ucapan terimakasih yang
sebesar-besarnya kepada:
1. Allah SWT atas segalanya dan Rasulullah Muhammad SAW yang telah
menjadi suri tauladan yang paling baik.
2. Orang tua papa Rubiyanto mama Rini Dwi Purwanti serta ketiga adek “Siti
Dyah Ayu Pitaloka, Muhammad Firman Bagus Samudro, Siti Puspa Kumala
Purbosari” dan keluarga di jogja yang selalu memberikan support, materi,
doa, dan nasehat tiada henti dengan itu penulis mampu menyelesaikan tugas
akhir penuh semangat.
3. Bapak Dr. Ir. Gatut Bintoro, M.Sc dan Bapak Dr. Ir. Tri Djoko Lelono, MSi
selaku dosen pembimbing pertama dan kedua atas bimbingan, dukungan dan
motivasinya dengan penuh kesabaran, ketelitian dan keikhlasan.
4. Pihak pegawai Dinas Kelautan Perikanan dan Peternakan yaitu Bpk Anggoro,
Andang Setiawan, S.S.T.Pi
5. Pegawai Dinas Pariwisata Ibu Riatmi serta seluruhnya
6. Nelayan dan masyarakat pesisir pantai pak guntoro dkk
7. Bambang Setyo Pranoto Utomo pria yang menemani penulis dari pertama
masuk kuliah hingga penulis akan menyelesaikan tugas menjadi pelajar, 5
tahun bukan waktu yang singkat namun kita selalu penuh semangat baik suka
maupun duka. Sebagai teman sejati maka tidak ada alasan untuk berhenti.
8. Teman kuliah Ayu, Icha, Rima, Qiqikoki, Anaamri, Ersa, Agustin, puspita, Yeti,
Novi, Eny, Lilok, Awalia, Diah, Nit, Resha, Devitri tepukan bahu tanpa kalian
tahu salah satu cara membuatku maju.
9. Mba windha serta team Natural Resources Mapping.
iii
10. Teman-teman PSP 2010 serta semua pihak yang tak dapat penulis sebutkan
satu persatu sehingga laporan skripsi penulis dapat terselesaikan.
Malang, November 2016
Penulis
iv
RINGKASAN
SITI PRAMUDYA WARDANI. Sikap Stakeholder Terhadap Pengelolaan Sumberdaya Perikanan yang Berkelanjutan di Kabupaten Kulon Progo Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Di bawah bimbingan Dr. Ir. Gatut Bintoro, M.Sc dan Dr. Ir. Tri Djoko Lelono, M.Si.
Kabupaten Kulon Progo mempunyai laut selatan pulau jawa di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta yang berada pada wilayah pengelolaan perairan (WPP) 573. Masyarakat Kulon Progo tergolong masyarakat nelayan skala kecil dengan teknologi yang masih tradisional menjadi salah satu target dalam kebijakan pemberdayaan menggunakan PMT (perahu motor tempel) rata-rata 4 GT. Jaring insang merupakan salah satu alat tangkap yang digunakan nelayan. Perikanan merupakan suatu kegiatan manusia yang berhubungan dengan pengelolaan dan pemanfaatan sumberdaya hayati perairan. Sumberdaya hayati perairan tidak dibatasi secara tegas dan pada umumnya mencakup ikan, amfibi, dan berbagai avertebrata penghuni perairan dan wilayah yang berdekatan serta lingkungannya. Sumberdaya perikanan dibagi menjadi 4 bagian yaitu sumberdaya ikan, sumberdaya mangrove, sumberdaya lamun, sumberdaya terumbu karang. Sumberdaya ikan merupakan sumberdaya yang dapat pulih kembali (renewable resources) sehingga apabila dikelola dengan baik maka akan memberikan hasil maksimum yang berkelanjutan untuk memberikan kesejahteran masyarakat dan pendapatan negara. Eksploitasi yang berlebihan merupakan salah satu penyebab turunnya kuantitas maupun kualitas sumberdaya alam termasuk berbagai jenis flora dan fauna. Permasalahan yang timbul antar stakeholder masih sering terjadi karena perbedaan cara pandang. Terdapat berbagai kesenjangan dalam pembangunan perikanan di Indonesia baik secara nasional maupun secara lokal adminisratif pengelolaan. Berbagai prasarana yang dibangun oleh pemerintah, seperti pembangunan pelabuhan perikanan dan tempat-tempat pendaratan ikan yang tersebar diberbagai wilayah belum memberikan hasil yang memuaskan sesuai dengan yang diharapkan, berbagai model pengaturan dan kebijakan yang diambil belum dapat menyentuh secara baik terhadap permasalahan mendasar yang ada. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan November 2016 di Kabupaten Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta. Pemangku kepentingan disebut juga stakeholder merupakan pihak terkait yang berwenang dalam pengambil kebijakan dan konflik permasalahan yang ada, bilamana isu permasalahan yang timbul tentang pengelolaan sumberdaya perikanan yang berkelanjutan maka pihakpihak yang terkait yaitu: nelayan, masyarakat pesisir, pemilik kapal, anak buah kapal, pedagang ikan, pengolah ikan, pembudidaya ikan, pemerintah, pihak swasta bidang perikanan, dinas kelautan perikanan dan peternakan, dinas pariwisata, dan dinas perhubungan. Tujuan dari penelitian ini yaitu mengetahui sikap/tindakan yang dilakukan oleh pemangku kepentingan terhadap pengelolaan sumberdaya perikanan yang berkelanjutan berdasarkan 5 variabel. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Metode penentuan responden menggunakan metode purposive sampling. Analisis yang digunakan adalah analisis deskriptif dan analisis Likert dengan variabel ekologi, varabel etika, variabel sosial, variabel ekonomi dan variabel teknologi.
v
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah hirobbil a’lamin, puji syukur ke hadirat Allah SWT, atas
segala limpahan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
penyusunan skripsi. Shalawat dan salam selalu tercurahkan kepada Rasulullah
Muhammad SAW, sahabat dan keluarganya. Skripsi yang disusun oleh penulis
berjudul “Sikap Stakeholder Terhadap Pengelolaan Sumberdaya Perikanan
yang Berkelanjutan di Kabupaten Kulon Progo Provinsi Daerah Istimewa
Yogyakarta”. Dalam laporan ini penulis menyajikan pokok-pokok bahasan yang
meliputi nilai proporsi setiap variabel sikap stakeholder terhadap keberlanjutan
pengelolaan sumberdaya perikanan di Kabupaten Kulon Progo.
Penulis sangat menyadari bahwa dengan kekurangan dan keterbatasan
yang dimiliki penulis, walaupun telah dikerahkan segala kemampuan untuk teliti
tetapi masih dirasakan banyak kekurangan. Oleh karena itu, penulis
mengaharapkan kritik dan saran yang membangun. Semoga skripsi ini dapat
bermanfaat dalam menambah pengetahuan dan dapat menjadi sumber informasi
bagi pihak-pihak yang membutuhkan.
Malang, November 2016
Penulis
vi
DAFTAR ISI
Halaman
PERNYATAAN ORISINALITAS ........................................................................... i
UCAPAN TERIMAKASIH .................................................................................... ii
RINGKASAN ...................................................................................................... iv
KATA PENGANTAR ........................................................................................... v
DAFTAR ISI ....................................................................................................... vi
DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... viii
DAFTAR TABEL ................................................................................................ ix
DAFTAR LAMPIRAN .......................................................................................... x
1. PENDAHULUAN...............................................................................................1 1.1 Latar Belakang.............................................................................................1 1.2 Rumusan Masalah.......................................................................................3 1.3 Tujuan Penelitian.........................................................................................4 1.4 Manfaat Penelitian.......................................................................................4 1.5 Tempat dan Waktu Pelaksanaan.................................................................5 1.6 Jadwal Pelaksanaan....................................................................................5
2. TINJAUAN PUSTAKA......................................................................................7 2.1 Sikap...........................................................................................................7 2.1.1 Pengertian Sikap...............................................................................7 2.1.2 Ciri-ciri Sikap.....................................................................................7 2.1.3 Cara Pengukuran Sikap....................................................................8 2.1.3.1 Thrustone.............................................................................8 2.1.3.2 Likert....................................................................................8 2.2 Stakeholder.................................................................................................9 2.3 Masyarakat Nelayan...................................................................................9 2.4 Pengelolaan Perikanan Berkelanjutan......................................................10 2.5 Sumberdaya Perikanan.............................................................................11 2.5.1 Sumberdaya Ikan Pelagis Kecil.......................................................11 2.6 Analisis Likert............................................................................................12
3. METODOLOGI................................................................................................14 3.1 Metode Penelitian......................................................................................14 3.2 Jenis Data..................................................................................................14 3.3 Metode Pengumpulan Data.......................................................................15
3.3.1 Observasi........................................................................................15 3.3.2 Kuisioner.........................................................................................16 3.3.3 Wawancara.....................................................................................16 3.3.4Dokumentasi....................................................................................16
3.4 Variabel Penelitian.....................................................................................17 3.4.1 Variabel Ekologi..............................................................................17 3.4.2 Variabel Etika..................................................................................17 3.4.3 Variabel Sosial................................................................................17 3.4.4 Variabel Ekonomi............................................................................17
vii
3.4.5 Variabel Teknologi..........................................................................18 3.5 Metode Penentuan Responden.................................................................18 3.6 Uji Validitas................................................................................................19 3.7 Uji Reliabilitas............................................................................................20 3.8 Metode Analisis Data.................................................................................21 3.7.1 Skala Likert.....................................................................................21 3.8 Alur Penelitian............................................................................................23
4. HASIL DAN PEMBAHASAN..........................................................................25 4.1 Keadaan Umum Daerah Penelitian...........................................................25 4.1.1 Letak Geografis dan Keadaan Topografi..........................................25 4.1.2 Keadaan Penduduk Kabupaten Kulon Progo...................................25 4.1.3 Musim dan Iklim................................................................................32 4.2 Keadaan Umum Perikanan Tangkap Kabupaten Kulon Progo.................33 4.2.1 Armada Penangkapan Ikan..............................................................33 4.2.2 Alat Tangkap.....................................................................................34 4.2.3 Nelayan.............................................................................................35 4.2.4 Produksi dan Nilai Produksi..............................................................36 4.2.5 Distribusi Hasil Tangkapan...............................................................37 4.2.6 Daerah Penangkapan.......................................................................38 4.2.7 Kelompok Usaha Bersama...............................................................38 4.3 Karakteristik Responden............................................................................39 4.4 Aalisis Hasil................................................................................................40 4.4.1 Tata Cara Penilaian..........................................................................40 4.4.2 Analisis Sikap Stakeholder terhadap Keberlanjutan Sumberdaya Perikanan di Kabupaten Kulon Progo...............................................42 4.4.3 Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas.....................................................44 4.4.4 Variabel Ekologi................................................................................47 4.4.5 Variabel Etika....................................................................................52 4.4.6 Variabel Sosial..................................................................................55 4.4.7 Variabel Ekonomi..............................................................................58 4.4.8 Variabel Teknologi............................................................................ 60 4.4.9 Pengaruh Proporsi Multi Variabel Terhadap Keberlanjutan Sumberdaya Perikanan.....................................................................63
5. KESIMPULAN DAN SARAN...........................................................................65 5.1 Kesimpulan.................................................................................................65 5.2 Saran..........................................................................................................66
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................67
LAMPIRAN..........................................................................................................70
viii
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1. Diagram Persentase Penduduk Kecamatan Temon Berdasarkan Mata Pencaharian .............................................................................................. 28
2. Diagram Persentase Penduduk Kecamatan Wates Berdasarkan Mata Pencaharian .............................................................................................. 29
3. Diagram Persentase Penduduk Kecamatan Panjatan Berdasarkan Mata Pencaharian .............................................................................................. 30 4. Diagram Persentase Penduduk Kecamatan Galur Berdasarkan Mata Pencaharian .............................................................................................. 31 5. Persentase Variabel Ekologi ..................................................................... 47 6. Persentase Variabel Etika ......................................................................... 52
7. Persentase Variabel Sosial ....................................................................... 56
8. Persentase Variabel Ekonomi ................................................................... 59
9. Persentase Variabel Teknologi .................................................................. 61
ix
DAFTAR TABEL
Tabel Uraian Halaman
1. Jadwal Pelaksanaan ................................................................................... 6
2. Jumlah Penduduk Kecamatan Temon Berdasarkan Tingkat Pendidikan ... 26
3. Jumlah Penduduk Kecamatan Wates Berdasarkan Tingkat Pendidikan .... 26
4. Jumlah Penduduk Kecamatan Galur Berdasarkan Tingkat Pendidikan ..... 26
5. Jumlah Penduduk Kecamatan Panjatan Berdasarkan Tingkat Pendidikan 27
6. Jumlah Penduduk Kecamatan Temon Berdasarkan Mata Pencaharian .... 27
7. Jumlah Penduduk Kecamatan Wates Berdasarkan Mata Pencaharian ..... 28
8. Jumlah Penduduk Kecamatan Panjatan Berdasarkan Mata Pencaharian . 29
9. Jumlah Penduduk Kecamatan Galur Berdasarkan Mata Pencaharian....... 30
10. Jumlah Kapal Motor Tempel di Pantai Kulon Progo 2013-2016 ............... 33
11. Jumlah dan Jenis Alat Tangkap di Kabupaten Kulon Progo .................... 34
12. Jumlah Nelyan di Kabupaten Kulon Progo .............................................. 36
13. Jumlah Produksi dan Nilai Produksi Hasil Tangkapan ............................. 37
14. Kategori Model Bendera .......................................................................... 41
15. Hasil Uji Validitas Indikator Variabel Ekologi ............................................ 44
16. Hasil Uji Validitas Indikator Variabel Etika ............................................... 45
17. Hasil Uji Validitas Indikator Variabel Sosial.............................................. 45
18. Hasil Uji Validitas Indikator Variabel Ekonomi ......................................... 45
19. Hasil Uji Validitas Indikator Variabel Teknologi ........................................ 46
20. Kategori Koefisien Reliabilitas ................................................................. 46
21. Hasil Uji Reliabilitas Lima Variabel .......................................................... 46
x
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
1. Letak Geografis Kabupaten Kulon Progo .................................................. 70
2. Daftar Kelompok Usaha Bersama ............................................................. 71
3. Kusioner .................................................................................................... 72
4. Data Perhitugan Penelitian ........................................................................ 80
5. Perhitungan Uji Validitas dan Reliabilitas Ekologi ...................................... 82
6. Perhitungan Uji Validitas dan Reliabilitas Etika .......................................... 83
7. Perhitungan Uji Validitas dan Reliabilitas Sosial ........................................ 84
8. Perhitungan Uji Validitas dan Reliabilitas Ekonomi .................................... 85
9. Perhitungan Uji Validitas dan Reliabilitas Teknologi .................................. 86
10. Kartu Nelayan ......................................................................................... 87
1
1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Indonesia memiliki potensi lestari (maximum sustainable yield)
sumberdaya ikan laut sebesar 6.4 juta ton per tahun. Potensi tersebut terdiri atas
ikan pelagis besar 1.65 juta ton, ikan pelagis kecil 3.6 juta ton, ikan demersal
1.36 juta ton, ikan karang 145 ribu ton, udang paneid 94.8 ribu ton dan cumi-cumi
sebesar 28.25 ribu ton.
Sumberdaya ikan merupakan salah satu sumberdaya alam yang dapat
pulih (renewable resources) sehingga apabila dikelola dengan baik dapat
memberikan hasil maksimum yang berkelanjutan untuk kesejahteraan
masyarakat dan pendapatan negara. Sebagaimana dalam UU No 45 2009
bahwa pengelolaan perikanan adalah semua upaya termasuk proses
pengumpulan informasi, analisis, perencanaan, konsultasi, pembuatan dan
keputusan, alokasi sumberdaya ikan dan implementasi serta penegakan hukum
dari peraturan perundang-undangan dibidang perikanan yang dilakukan
pemerintah atau otoritas lain yang diarahkan untuk mencapai kelangsungan
produktivitas seumberdaya hayati perairan dan tujuan yang telah disepakati.
Pengelolaan perikanan selain memberikan keuntungan, juga meninggalkan
berbagai permasalahan, seperti kelebihan penangkapan (overfishing) dan
kerusakan habitat (habitat destruction) (Ali, 2005).
Salah satu upaya untuk memberdayakan dan melibatkan stakeholder
dalam pengelolaan sumberdaya perikanan yang berkelanjutan di Kabupaten
Kulon Progo yaitu menggali pemahaman Nelayan, Masyarakat Pesisir, Dinas
Kelautan, Perikanan dan Peternakan, Dinas Pariwisata, Dinas Perhubungan Laut
melalui sikap.
2
Perilaku merupakan tindakan yang dilakukan oleh seseorang atas dasar
pengamatan yang dipikirkan. Perilaku dapat digolongkan menjadi dua yaitu
perilaku aktif dan perilaku pasif. Masyarakat pesisir bermatapencaharian nelayan
berpengaruh besar terhadap pengelolaan sumberdaya perikanan, dengan
melakukan monitoring, controlling dan surveillance salah satu penerapan perilaku
aktif karena nelayan salah satu pemangku kepentingan.
Peran nelayan yang sangat besar dibidang perikanan secara umum tidak
terlepas dari beberapa konflik. Menurut kusnaidi (2002), perangkap kemiskinan
yang melanda kehidupan nelayan disebabkan oleh faktor-faktor yang kompleks.
Faktor-faktor tersebut tidak hanya berkaitan dengan fluktuasi musim-musim ikan
keterbatasan sumberdaya manusia modal serta akses jaringan perdagangan
ikan yang eksploitatif terhadap nelayan sebagai produsen tetapi juga disebabkan
oleh dampak negatif modernisasi perikanan yang mendorong terjadinya
pengurusan sumberdaya laut secara berlebihan. Hasil-hasil studi tentang tingkat
kesejahteraan hidup dikalangan masyarakat nelayan telah menunjukkan bahwa
kemiskinan dan kesenjangan social-ekonomi atau ketimpangan pendapatan
merupakan persoalan krusial yang dihadapi nelayan dan tidak mudah untuk
diatasi.
Terdapat berbagai kesenjangan dalam pembangunan perikanan di
Indonesia baik secara nasional maupun secara lokal administratif pengelolaan.
Berbagai prasarana yang dibangun oleh pemerintah, seperti pembangunan
pelabuhan perikanan dan tempat-tempat pendaratan ikan yang tersebar di
berbagai wilayah belum memberikan hasil yang memuaskan sesuai dengan yang
diharapkan, berbagai model pengaturan dan kebijakan yang diambil belum dapat
menyentuh secara baik terhadap permasalahan mendasar yang ada. Seperti
halnya Pembangunan Perikanan Pantai Tanjung Adikarto yang berada di
3
Kabupaten Kulon Progo. Pembangunan dibangun sejak tahun 2013 hingga kini
masih belum bisa berfungsi sebagaimana mestinya.
Laut selatan pulau jawa di Provinsi Yogyakarta Kabupaten Kulon Progo
berada pada Wilayah Pengelolaan Perairan (WPP) 573. Masyarakat nelayan
Kulon Progo tergolong masyarakat nelayan skala kecil dengan teknologi yang
masih tradisional menjadikan salah satu target dalam kebijakan pemberdayaan
masyarakat. Para nelayan melaut dengan menggunakan PMT (perahu motor
tempel) rata-rata 4GT atau 15Hp, jaring insang merupakan salah satu alat
tangkap yang digunakan nelayan.
Produksi perikanan laut menurut jenis ikan pelagis kecil yang dominan di
pantai selatan Kabupaten Kulon Progo adalah ikan manyung (Arius thalassinus)
111.803 kg, ikan layur 22.272 kg (Trichiurus sp) dalam jumlah keseluruhan dari
keempat kecamatan
1.2 Rumusan Masalah
Peran nelayan yang begitu besar di bidang perikanan untuk menjaga dan
melestarikan sumberdaya ikan yang ada menyebabkan perbedaan pandangan
setiap pelaku. Tidak hanya terjadi pada nelayan namun para pihak terkait seperti
pemerintahan ataupun pelaku pembangunan (stakeholders) pun masih berbeda
penilaian dalam menentukan pengelolaan kawasan yang berimbang lestari.
Sikap yang tepat dalam menentukan pengelolaan yang berkelanjutan perlu
dilakukan. Dengan hal itu maka akan mendapatkan hasil yang optimal, dimana
perkembangan sumberdaya perikanan di Kabupaten Kulon Progo dapat
berimbang lestari. Peneliti memilih Kabupaten Kulon Progo seagai objek
penelitian karena masih banyak hal/pengetahuan yang harus diketahui oleh para
stakeholder tentang kegiatan pengelolaan perikanan yang berkelanjutan.
4
Berdasarkan pemaparan diatas maka perlunya sebuah pemahaman awal
dalam mengetahui perilaku stakeholder terhadap pengelolaan sumberdaya ikan
yang berkelanjutan dikawasan tersebut. Dengan penelitian yang dilakukan
peneliti ingin mengetahui bagaimana pandangan stakeholder terhadap
pengelolaan sumberdaya perikanan yang berkelanjutan. Dimana dalam hal ini
yang menjadi fokus peneliti yaitu perilaku yang diambil oleh para stakeholder
dalam menjaga keseimbangan sumberdaya perikanan yang berkelanjutan.
1.3 Tujuan Penelitain
Tujuan penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui sikap/tindakan yang dilakukan oleh pemangku
kepentingan terhadap pengelolaan sumberdaya perikanan yang
berkelanjutan berdasarkan beberapa variable yaitu variabel ekologi, etika,
sosial, ekonomi dan teknologi di wilayah pesisir pantai Kabupaten Kulon
Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta
2. Untuk mengetahui urutan variabel yang mempunyai pengaruh baik
terhadap keberlanjutan sumberdaya perikanan di wilayah pesisir pantai
Kabupaten Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta
1.4 Manfaat Penelitian
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat:
1. Bagi Peneliti
Sebagai refrensi dalam pengembangan ilmu pengetahuan dan dapat
dipergunakan sebagai bahan informasi dalam penelitian selanjutnya
2. Bagi Masyarakat
Sebagai bahan informasi dalam memanfaatkan sumberdaya periknan
yang berkelanjutan
5
3. Bahan Instansi Terkait
Sebagai bahan pertimbangan dalam pengambilan kebijakan berkaitan
dengan keberadaan perikanan tangkap berkelanjutan di Pelabuhan
Perikanan Tanjung Adikarto
1.5 Waktu dan Tempat Pelaksanaan
Penelitian ini akan dilaksanakan di Kabupaten Kulon Progo,
Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Pada bulan Oktober 2016 -
Desember 2016.
1.6 Jadwal Pelaksanaan
Penyusunan proposal dilakukan pada bulan Oktober minggu
pertama sampai Oktober minggu kedua. Konsultasi proposal dilakukan
pada bulan Oktober minggu keempat sampai bulan November minggu
kedua. Penelitian dilakukan pada bulan November bulan kedua sampai
bulan November minggu keempat. Tabulasi data dan analisis data
dilakukan pada bulan Desember bulan kesatu. Penyusunan laporan dan
konsultasi dilakukan pada bulan Desember minggu kedua sampai
Desember minggu ketiga (Tabel. 1).
6
Tabel 1. Jadwal Pelaksanaan
No Kegiatan 2016
Oktober November Desember
1 Penyusunan
proposal
2 Konsultasi
Proposal
3 Pengambilan
data
4 Analisis data
5 Penyusunan
laporan
Keterangan: Aktifitas Penelitian
7
2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Sikap
2.1.1 Pengertian Sikap
Sikap (atittude) merupakan sebuah tindakan yang dilakukan oleh
seseorang sebagai hasil evaluasi terhadap obyek. Secara garis besar sikap terdiri
dari komponen kognitif (ide yang umumnya berkaitan dengan pembicaraan dan
sesuatu yang telah dipelajari), perilaku (cenderung mempengaruhi respon sesuai
dan tidak sesuai) dan emosi (menyebabkan respon yang konsisten).
Tidak ada definisi sikap yang baku, Scifman dan Kanuk (1997)
memandang sikap dari segi perasaan mereka menyatakan sikap adalah ekspresi
perasaan (inner feeling) yang memberikan pernyataan senang atau tidak senang,
suka atau tidak suka, setuju atau tidak setuju terhadap suatu objek.
2.1.2 Ciri-ciri Sikap
Ciri-ciri sikap dalam buku Notoadmojo (2003, p.34) adalah:
a. Sikap bukan dibawa sejak lahir melainkan dibentuk atau dipelajari sepanjang
perkembangan itu dalam hubungannya dengan obyeknya.
b. Sikap dapat berubah-ubah, meski sikap dapat dipelajari namun sulit karena
sikap dapat berubah pada orang-orang bila terdapat keadaan dan syarat-syarat
tertentu yang mempermudah sikap pada orang itu.
c. Sikap tidak berdiri sendiri, tetapi senantiasa mempunyai hubungan tertentu
terhadap suatu obyek.
d. Obyek sikap itu merupakan suatu hal tertentu tetapi dapat juga merupakan
kumpulan dari hal tertentu yang dapat dirumuskan dengan jelas.
e. Sikap mempunyai segi motivasii dan segi perasaan, sifat alamiah yang
membedakan sikap dan kecakapan atau pengetahuan yang dimiliki seseorang.
8
2.1.3 Cara Pengukuran Sikap
Salah satu aspek yang sangat penting untuk memahami sikap dan perilaku
seseorang yaitu masalah pengungkapan (assessment) dan pengukuran
(measurement) sikap (Azwar S, 2011, p.87). Ada berbagai cara untuk melakukan
pengukuran sikap:
2.1.3.1 Thrustone
Merupakan metode pensekalaan yang disebut juga sebagai metode
interval tampak setara. Dimana metode ini didapat dari sebuah pernyataan dengan
pendekatan stimulus yang artinya hasil penskalaan menunjukkan derajat
favourable atau tak favourable dari pernyataan yang bersangkutan. Dengan
menggunakan metode tersebut maka perlu ditetapkan adanya sekelompok orang
yang akan bertindak sebagai panel penilai (judging group). Tugasnya adalah
menilai satu per satu pernyataan kemudian menghitung derajat favourable atau
tak favourable menurut suatu kontinum yang bergerak dari 1 sampai 11 titik.
Menentukan penilaian derajat favourable atau tak favourable setiap
pernyataan sikap, kepada kelompok penilai disajikan suatu kontinum psikologis
dalam bentuk deretan kotak-kotak yang diberi huruf A sampai dengan K. Kotak
huruf A merupakan tempat untuk meletakkan sikap yag berisi efek paling tidak
favourable sebaliknya kotak berhuruf K adalah tempat meletakkan pernyataan
yang paling favourable serta kotak F meletakan sikap yang dianggap netral.
2.1.3.2 Likert
Azwar S (2011, p.139), sikap dapat diukur dengan metode rating yang
dijumlahkan (Method of Summated Ratings). Metode ini merupakan metode
penskalaan pernyataan sikap yang menggunakan distribusi respon sebagai dasar
penentuan nilai skalanya. Nilai skala setiap pernyataan tidak ditentukan oleh
derajat favourablenya masing-masing akan tetapi ditentukan oleh distribusi
9
respons setuju atau tidak setuju dari sekelompok responden yang bertindak
sebagai kelompok uji coba (pilot study).
2.2 Stakeholder
Stakeholder adalah individu atau kelompok organisasi baik laki-laki dan
perempuan yang memiliki kepentingan, terlibat atau dipengaruhi (positive atau
negative) oleh suatu kegiatan. Ada 3 kategori stakeholder yang pertama yaitu
stakeholder utama, stakeholder pendukung, dan stakeholder kunci (Hertifah,2002
h,29).
Stakeholders in a process are actors persons, groups or organization with
a vested interest in the policy being promoted (Schemmer, 2000). Pemangku
kepentingan merupakan pihak terkait yang berwenang dalam pengambil kebijakan
dan konflik permasalahan yang ada, bilamana isu permasalahan yang timbul
tentang pengelolaan sumberdaya perikanan yang berkelanjutan maka pihak-pihak
yang terkait: nelayan, masyarakat pesisir, pemilik kapal, anak buah kapal,
pedagang ikan, pengolah ikan, pembudidaya ikan, pemerintah, pihak swasta
bidang perikanan, dinas perikanan dan ilmu kelautan, dinas pariwisata, dinas
perhubungan dan dinas pekerjaan umum.
2.3 Masyrakat Nelayan
Menurut Widodo dan Suadi (2006), nelayan adalah orang yang bekerja
menangkap ikan atau biota laut lainnya. Beberapa kelompok nelayan memiliki
beberapa perbedaan dalam karakteristik sosial dan kependudukan. Dalam satu
kelompok nelayan juga sering ditemukan perbedaan kohesi internal yaitu
pengertian hubungan diantara sesama nelayan maupun di dalam hubungan
masyarakat.
10
Terpinggirkannya nelayan dalam proses politik dan hukum terjadi karena
lemahnya posisi tawar nelayan di mata pemerintah. Hal itu terjadi karena
ketidakmampuan dalam menghadapi industri yang merusak laut, kekuatan global,
capital, negara dan tidak adanya legimitasi produk hukum (Daud, 2007).
2.4 Pengelolaan Perikanan Berkelanjutan
Tanpa adanya konsep pengelolaan perikanan yang berbasis lingkungan,
dikhawatirkan sumberdaya yang sangat potensial ini (sebagai sumber protein yang
sehat dan murah) dapat terancam kelestariannya. Pengelolaan perikanan pada
dasarnya telah diusahakan diberbagai belahan dunia. Para ahli baik dari bidang
ilmu biologi, ekologi maupun ekonomi terus mengembangkan model-model
pengelolaan perikanan. Namun model yang diaplikasikan diberbagai perairan
belum ada yang mampu menghambat laju kerusakan sumberdaya perikanan
(Bengen, 2005).
Pengelolaan perikanan didefinisikan sebagai semua upaya termasuk
semua proses yang terintegrasi dalam pengumpulan informasi, analisis,
perencanaan, konsultasi, pembuatan keputusan, alokasi sumberdaya ikan dan
implementasi serta penegakan hukum dari peraturan-peraturan perundang-
undangan dibidang perikanan yang dilakukan oleh pemerintah atau otoritas lain
yang diarahkan untuk mencapai kelangsungan produktifitas sumberdaya hayati
perairan dan tujuan yang telah disepakati (Bhudiman, 2010).
Para ahli baik dari ahli biologi, ekologi dan ekonomi terus mengembangkan
model-model pengelolaan perikanan. Pada dasarnya, pengelolaan perikanan
telah diusahakan oleh berbagai semua pihak dari belahan dunia. Namun, model
yang diaplikasikan di berbagai perairan belahan bumi belum ada yang mampu
menghambat laju kerusakan sumberdaya perikanan (Wiyono, 2006).
11
Perikanan berkelanjutan adalah suatu upaya memadukan aspek sosial,
ekonomi dan ekologi. Konsep perikanan berkelanjutan muncul dari kesadaran
lingkungan. Pengembangan perikanan berkelanjutan bertujuan untuk menjaga
ketersediaan sumberdaya ikan karena kecemasan akan makin merosotnya
kemampuan lingkungan perairan.
2.5 Sumberdaya Perikanan
Sumberdaya perikanan merupakan sumberdaya hayati laut khususnya
perikanan tangkap yang bersifat open access artinya semua orang berhak
menangkap ikan dan mengeksploitasi sumberdaya hayati lainnya kapan saja,
dimana saja dan berapapun jumlahnya. Hal ini mirip dengan “hukum rimba” dan
“pasar bebas” (Fauzi,2006)
Sumberdaya perikanan adalah sumberdaya alam terbanyak yang dimiliki
oleh manusia karena luas lautan atau perairan di bumi sebesar 70.8% jadi dapat
disimpulkan bahwa 2/3 bumi merupakan wilayah perairan. Dengan luas perairan
yang sebesar itu terangnya hasil perikanan melimpah dalam menunjang
kehidupan d bumi.
2.5.1 Sumberdaya Ikan Pelagis Kecil
Ikan pelagis adalah kelompok ikan yang berada pada lapisan permukaan
sampai ke tengah perairan (mid layer) dan mempunyai ciri khas utama yaitu
cenderung bergerombol berdasarkan ukuran kelompoknya dan melakukan migrasi
untuk berbagai kebutuhan hidupnya. Ikan berdasarkan ukurannya dapat dibagi
menjadi dua bagian yaitu ikan pelagis besar dan ikan pelagis kecil (Huda, 2013).
Menurut KKP terdapat 54 spesies ikan yang dikategorikan ikan pelagis
besar yaitu Albakora (Thunnus Alalunga), Cakalang (Katsuwonus Pelamis)
Madidhiang (Thunnus Albaceres) Setuhuk hitam (Makaira Indica) Tongkol krai
12
(Auxis Thazard) Alu-alu (Sphyraena Barracuda) Kenyar (Sarda Orintalis) Tenggiri
papan (Scomberomorus Guttatus) dan lain sembagainya.
Sedangkan menurut Yusron (2005) sumberdaya ikan pelagis kecil
merupakan salah satu sumberdaya perikanan yang keberadaannya berada pada
lapisan permukaan, dimana terdiri dari banyak spesies dan ukuran badan yang
relatif kecil walaupun sudah dewasa. Beberapa jenis ikan yang termasuk dalam
kelompok ikan pelagis kecil yaitu: Teri (Stolephours spp) Selar (Selaroides spp)
Tembang (Sardinella fimbriata) Lemuru (Sardinella lemuru) Layang (Decapterus
ruselli) dan lain sebagainya.
2.6 Analisis Likert
Skala likert merupakan skala dimana subyek harus diindikasikan
berdasarkan tingkatannya dengan berbagai pernyataan yang berkaitan antar
perilaku suatu obyek. Hasil nilai likert dapat diperoleh dengan menggabungkan
nilai pernyataan sehingga didapatkan nilai total untuk menggambarkan obyek yang
diteliti. Skala ini banyak digunakan dalam sebuah riset yang menggunakan metode
survey untuk mengukur sikap, persepsi tingkat kepuasan atau mengukur perasaan
(Magrib, 2013).
Sedangkan menurut Suliyanto (2011). Skala likert digunakan untuk
mengukur sikap, pendapat dan persepsi seseorang atau skelompok orang tentang
fenomena sosial di sekelilingnya, dengan memberikan skor, terhadap jawaban
yang diperoleh, antara stuju atau tidak setuju terhadap serangkaian pernyataan
yang mengukur suatu obyek.
Pengukuran derajat persepsi/pendapat ataupun sikap diukur
menggunakaan metode skala likert, yang digunakan dalam penelitian pengelolaan
ekosistem mangrove berkelanjutan di Kabupaten Indramayu. Penelitian mengenai
13
aspek sosial budaya masyarakat dalam pengelolaan ekosistem hutan mangrove
yang ada di wilayah pesisir indramayu karena akar masalah hutan mangrove
berawal dari perilaku manusia itu sendiri dalam memanfaatkan sumberdaya alam
yang ada. Nilai skala likert menunjukan pada rentang positif dari pengukuran
beberapa variabel.
14
3. METODOLOGI
3.1 Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif,
yaitu menggambarkan kejadian yang sedang berlangsung pada saat penelitian
dilakukan. Peneliti harus mengetahui runtutan kejadian yang dilakukan pada saat
penelitian dilaksanakan.
Metode deskriptif yang dilakukan dalam penelitain ini adalah dengan
mengumpulkan informasi mengenai status suatu gejala yang ada, yaitu gejala
menurut apa adanya pada saat melakukan survey lapang dengan dilakukan
wawancara, catatan laporan, foto, video tape, dokumen pribadi, catatan atau
memo dan dokumen resmi lainnya.
3.2 Jenis Data
Menurut Widiastuti (2015), data adalah fakta empirik yang dikumpulkan
oleh peneliti untuk kepentingan memecahkan masalah atau menjawab
pertanyaan penelitian. Data penelitian dapat berasal dari berbagai sumber yang
dikumpulkan dengan menggunakan berbagai teknik selama kegiatan penelitian
berlangsung. Berdasarkan sumbernya data dibagi menjadi dua yaitu data primer
dan data sekunder.
Dalam penelitian ini dilakukan pengumpulan data primer meliputi
penyebaran kuisioner, observasi, wawancara dan dokumentasi. Sedangkan data
sekunder ini didapat dari internet, DKP Kabupaten Kulon Progo, ruang baca
Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Brawijaya. Data yang
dikumpulkan secara langsung dari masyarakat nelayan maupun para stakeholder
lainnya di Kabupaten Kulon Progo seperti data pendapatan masyarakat nelayan,
tingkat konsumsi masyarakat nelayan, tingkat pendidikan masyarakat nelayan,
15
persepsi masyarakat nelayan tentang keberadaan Pelabuhan Perikanan Pantai
Tanjung Adikarto, armada penangkapan, data produksi ikan dan lain sebagainya.
Sedangkan untuk data sekunder yang dikumpulkan adalah data geografi dan
topografi wilayah karangwuni, data fasilitas-fasilitas penunjang perikanan
berkelanjutan dan jumlah masyarakat nelayan desa karangwuni.
3.3 Metode Pengumpulan Data
Perolehan data di lapang dilakukan dengan beberapa metode, yaitu
observasi, kuisioner, wawancara dan dokumentasi. Metode pengumpulan data
yang digunakan dalam penelitian adalah sebagai berikut:
3.3.1 Observasi
Menurut Subandi (2011), pengertian observasi adalah metode atau cara-
cara pengambilan data atau pengamatan terhadap obyek penelitan dengan
menggunakan mata atau dibantu menggunakan alat standar lain untuk keperluan
tersebut. Cara atau metode tersebut dapat juga dikatakan dengan menggunakan
teknik dan alat-alat khusus seperti blangko-blangko checklist atau daftari isian
yang telah dipersiapkan sebelumnya.
Observasi merupakan cara atau metode menghimpun keterangan atau
data yang dilakukan dengan mengadakan pengamatan atau pencatatan
sistematis terhadap sebuah fenomena yang sedang dijadikan sasaran
pengamatan oleh peneliti (Mania, 2008). Teknik pengambilan data dalam
kegaitan observasi dapat dilakukan melalui pengamatan langsung dengan
demikian penulis bebas menuliskan apa saja yang terjadi selama kegiatan
berlangsung.
16
3.3.2 Kuisioner
Menurut Sugiono (1999), kuisioner merupakan teknik pengumpulan data
yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan
tertulis kepada responden untuk dijawab. Penentuan variabel merupakan salah
satu teknik pengumpulan data yang efisien.
Penyebaran kuisioner ini dilakukan untuk mengetahui sejauh mana
kepedulian nelayan maupun para stakeholder lainnya terhadap sumberdaya
perikanan yang berkelanjutan.
3.3.3 Wawancara
Menurut Sugiono (2011), pedoman wawancara dapat dibedakn menjadi
dua yaitu: (1) pedoman wawancara secara terstruktur, dimana pedoman
wawancara yang sudah disusun secara terperinci dan bertahap biasanya
menyerupai checklist atau catatan pertanyaan. (2) pedoman secara tidak
terstruktur dimana peneliti hanya bertanya secara garis besarnya saja.
Wawancara dalam penelitian ini dilakukan dengan melakukan tanya
jawab secara langsung kepada pegawai Dinas Kelautan, Perikanan Dan
Peternakan, Dinas Perhubungan Laut, Dinas Pariwisata, masyarakat pesisir,
nelayan dan lain sebagainya tentang kondisi perikanan dan kondisi nelayan di
Kabupaten Kulon Progo.
3.3.4 Dokumentasi
Dokumentasi yaitu mencari data yang mengenai hal-hal atau variabel
yang berupa catatan, transkip, buku, surat kabar, prasasti, notulen rapat, agenda
dan lain sebagainya (Arikunto, 2006). Dalam penelitian ini dokumentasi yang
dilakukan yaitu dengan pengambilan foto dengan menggunakan media kamera.
17
3.4 Variabel Penelitain
Variabel yang diteliti dalam penelitan ini yaitu:
3.4.1 Ekologi
Variabel ini merupakan cerminan dari baik-buruknya kualitas lingkungan
dan sumberdaya perikanan tangkap. Variabel ekologi mengacu pada daya
dukung secara berkelanjutan dalam setiap kegaitan ekonomi sektor perikanan
tangkap
3.4.2 Etika
Variabel ini merupakan cerminan dari derajat pengaturan ekonomi
manusia terhadap lingkungan perairan laut dan sumberdaya perikanan tangkap
yang terkandung di dalamanya. Variabel penelitain ini mengacu pada
perkembangan setiap kegaitan ekonomi yang dilakukan pada sektor perikanan
tangkap agar berjalan dalam jangka panjang dan berkesinambungan. Selain itu
sikap para stakeholder dalam kegaitan perikanan.
3.4.3 Sosial
Variabel ini merupakan cerminan dari bagaimana sistem sosial manusia
masyarakat terhadap berlangsungnya pembangunan perikanan tangkap dalam
jangka panjang dan berkelanjutan. Variabel ini mengacu pada tingkat
pengetahuan nelayan dan yang lainnya.
3.4.4 Ekonomi
Variabel ini merupakan cerminan kegiatan pemanfaatan sumberdaya
perikanan tangkap. Variabel ini mengacu pada perekonomian nelayan yang
diproleh dari operasi penangkapan serta pendapatan pemasaran ikan hasil
tangkapan dari trip yang digunakan.
18
3.4.5 Teknologi
Variabel ini merupakan cerminan dari derajat pemanfaatan sumberdaya
perikanan tangkap dengan menggunakan suatu teknologi. Teknologi yang baik
adalah teknologi yang semakin dapat mendukung dalam jangka panjang dan
secara berkesinambungan setiap kegiatan ekonomi dalam sektor perikanan
tangkap.
3.5 Metode Penentuan Responden
Pemilihan responden dilakukan dengan cara purposive sampling atau
pengambilan sampel secara sengaja dengan jumlah sampel (responden) yang
diambil berdasarkan ketentuan dari peneliti dengan pertimbangan tertentu.
Responden yang dimaksud adalah responden yang memiliki hubungan timbal
balik, saling terkait dan saling mempengaruhi (Sugiyono, 2013). Masyarakat
nelayan desa karangwuni yang diambil sebagai responden memiliki latar
belakang sebagai berikut : responden memiliki mata pencaharian sebagai
nelayan, responden mengerti permasalahan yang berkaitan dengan cara
mempertahankan pengelolaan sumberdaya perikanan secara berkelanjutan dan
responden yang terlibat secara langsung maupun tidak langsung dengan
kegiatan usaha perikanan yang ada. Sampel yang diambil berjumlah 50 orang.
Reponden diberi kuisioner untuk diisi sesuai pertanyaan-pertanyaan yang ada
dalam kuisioner.
Dilihat dari esensi sample tersebut maka penentuan ukuran sample
merupakan suatu tindakan yang dilematis. Sample yang besar, apalagi yang
besar sekali, sangat sulit dikendalikan, biaya lebih tinggi dan pengumpulan data
serta pengolahannya memerlukan waktu yang panjang. Namun demikian,
generalisasi yang diperoleh akan lebih tinggi kekuatannya.sebaliknya sample
19
yang kecil memiliki beberapa keuntungan dan kekurangan, biaya yang
diperlukan relative lebih kecil dan lebih mudah pengumpulan serta pengolahan
datanya. Akan tetapi sample lebih kecil lebih sulit untuk mendapatkan hasil yang
valid/terpercaya (Lincolin, 1995). Ada yang berpendapat bahwa ukuran sample
yang sesuai/ideal adalah 10% dari jumlah populasi, populasi yang berkaitan
dengan penelitian. Jika jumlah nelyan 300 orang maka sample yang terdiri dari
30 orang sudah cukup memadai.
3.6 Uji Validitas
Menurut Puteri (2013), hasil dari suatu penelitian harus dapat
memberikan informasi yang dapat dipercaya, maka perlu diadakan uji validitas
dan reliabilitas dari penelitian tersebut. Uji validitas merupakan pengujian yang
dilakukan terhadap isi dari suatu kuisioner dengan tujuan mengukur ketepatan
kuisioner tersebut.
Sedangkan menurut Sugiyono (2006), uji validitas ini bertujuan untuk
menguji ketepatan dan kecermatan suatu instrumen pengukuran dalam
melakukan fungsi ukurnya, agar data yang diperoleh sesuai dengan tujuan
diadakannya pengukuran tersebut. Validitas sebuah tes dapat diketahui dari hasil
pemikiran dan dari hasil pengalaman. Hal yang pertama akan diperolah validitas
logis dan hal yang kedua diperoleh validitas empiris. Dua hal inilah yang
dijadikan dasar pengelompokan validitas tes.
Sedangkan menurut Sugiyono (2006), uji validitas ini bertujuan untuk
menguji ketepatan dan kecermatan suatu instrumen pengukuran dalam
melakukan fungsi ukurnya, agar data yang diperoleh sesuai dengan tujuan
diadakannya pengukuran tersebut. Validitas sebuah tes dapat diketahui dari hasil
pemikiran dan dari hasil pengalaman. Hal yang pertama akan diperolah validitas
20
logis dan hal yang kedua diperoleh validitas empiris. Dua hal inilah yang
dijadikan dasar pengelompokan validitas tes.
Menurut Arikunto (2010), valid tidaknya suatu instrumen dapat diketahui
dengan cara membandingkan indeks korelasi produk moment person (r) dengan
taraf signifikasi 5% dengan nilai kritisnya, dimana (r) dapat dicari dengan rumus:
Keterangan:
r = koefisien korelasi
N = banyaknya sampel/responden
X = skor tiap item
Y = skor seluruh item
3.7 Uji Reliabilitas
Menurut Puteri (2013), reliabilitas adalah serangkaian pengukuran atau
serangkaian alat ukur yang memiliki konsistensi bila pengukuran yang dilakukan
dengan alat ukur itu dilakukan secara berulang. Tujuan uji reliabilitas adalah
melakukan proses pengukuran terhadap ketepatan (konsisten) dari suatu
instrumen.
Menurut Sugiyono (2006), pengujian ini dimaksudkan untuk menjamin
instrumen yang digunakan merupakan sebuah instrumen yang handal,
konsistensi dan stabil sehingga bila digunakan berkali-kali dapat menghasilkan
hasil yang sama. Serta untuk menunjukkan konsistensi skor-skor yang diberikan
skorer satu dengan skorer lainnya. Untuk formula rumus yang digunakan adalah
sebagai berikut:
21
r11 =
Keterangan:
r11 = reliabilitas instrument
k = banyaknya butir pertanyaan atau banyaknya soal
= jumlah varians butir
= varians total
3.8 Metode Analisis Data
Data yang sudah dikumpulkan dari seluruh responden akan dianalisis
untuk menguji kebenaran dari masalah yang ada. Analisis data tersebut akan
dikelompokkan berdasarkan variable atau jenis responden. Ada dua analisis data
yang digunaka untuk menguji kebenaran dari masalah yang terjadi antara
masyarakat nelayan dan pihak terkait perikanan yaitu analisis likert dan analisis
deskriptif.
3.8.1 Skala Likert
Skala likert merupakan skala psikometrik yang biasa digunakan oleh para
peneliti dalam penentuan hasil suatu reponden kuisioner untuk menentukan
tingkat persetujuan mereka terhadap suatu pernyataan dengan memilih salah
satu dari pilihan yang tersedia jawaban setiap item yang menggunakan skala
likert mempunyai garansi dari sangat positif sampai negative. Dengan skala likert
maka variable yang akan diukur dijabarkan menjadi indikator varibel. Kemudian
indikator yang terukur dapat dijadikan tolak utur untuk membuat item instrument.
Jawaban pertanyaan mendapat skor sebagai berikut:
1= skor pengamatan yang menyatakan jelek
2= skor pengamatan yang menyatakan kurang
3= skor pengamatan yang menyatakan sedang
4= skor pengamatan yang menyatakan baik
22
5= skor pengamatan yang menyatakan sangat baik
Skor responden dijumlahkan dan jumlah itu merupakan total skor yang kemudian
diprosentase {(jumlah jawaban x 100%)/ total sampel}. Total skor prosentase
tertinggi atau respon terbanyaklah yang ditafsirkan sebagai posisi responden.
3.9 Alur Penelitian
Tidak
Ya
Gambar 1. Diagaram Alur Penelitan
Mulai
Perumusan Masalah
Pengumpulan Data dan Tabulasi Data
Penyebaran Kuisioner Armada penangkapan
Hasil tangkapan
Setuju
Sikap stakeholder terhadap pengelolaan sumberdaya perikanan yang
berkelanjutan
Selesai
Analisis Sikap Stakeholder Terhadap Keberlanjutan Sumberdaya Perikanan di
Kabupaten Kulon Progo Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas
Pengaruh Proporsi Multi Variabel Terhadap Keberlanjutan Sumberdaya Perikanan
23
Langkah awal yang dilakukan untuk penelitian tentang sikap stakeholder
terhadap pengelolaan sumberdaya perikanan yang berkelanjutan adalah untuk
mengetahui lokasi penelitian, obyek penelitain yaitu para stakeholder,
pengumpulan data yang terbagi menjadi dua yaitu data primer dan data
sekunder. Setelah itu dilakukan tabulasi data dengan melakukan penyebaran
kuisioner, mengambil data kondisi armada penangkapan dan hasil tangkapan.
Kemudian data yang didapat dianalisi, analisinya yaitu meliputi analisis sikap
stakeholder terhadap pengelolaan perikanan yang berkelanjutan di Kabupaten
Kulon Progo, hasil uji validat dan reliabilitas, pengaruh proporsi multi variabel
terhadap keberlanjutan perikanan. Tahap yang terakhir yaitu penyajian laporan.
25
4. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Keadaan Umum Daerah Penelitian
4.1.1 Letak Geografis dan Keadaan Topografi
Kabupaten Kulon Progo termasuk dalam wilayah Provinsi Daerah Istimewa
Yogyakarta (DIY), mempunyai luas wilayah 58.627.512 Ha dan beribukota di
Wates yang terletak 30 km sebelah barat kota Yogyakarta. Secara geografis
wilayah Kulon Progo terletak pada 110˚ 1’ 37’’-110˚ 16’ 26” BT dan 7˚ 38’ 42”-7˚
59’ 3”. Adapun batas wilayah Kabupaten Kulon Progo adalah :
Sebelah Utara : Kabupaten Magelang, Provinsi Jawa Tengah
Sebelah Timur : Kabupaten Sleman dan Bantul Provinsi DI.Yogyakarta
Sebelah Selatan : Samudra Hindia
Sebelah Barat : Kabupaten Purworejo, Provinsi Jawa Tengah
Kabupaten Kulon Progo mempunyai rata-rata curah hujan dan hari hujan yang
tertinggi terjadi pada bulan Januari-Maret 2013. Wilayah Kabupaten Kulon Progo
secara administratif terdiri dari 12 Kecamatan dan 87 desa, 1 Kelurahan. Dari
keduabelas Kecamatan tersebut 4 diantarannya merupakan wilayah yang
mempunyai kawasan pesisir dan terdiri dari 10 desa pantai (Lampiran 1).
4.1.2 Keadaan Penduduk Kabupaten Kulon Progo
Kabupaten Kulon Progo secara administratif dari satu kelurahan memiliki
12 kecamatan dan 87 desa, dari kecamatan tersebut 4 diantarnya merupakan
wilayah yang mempunyai kawasan pesisir dan terdiri dari 10 desa pantai. 4
diantaranya yaitu Pantai Bugel, Pantai Congot, Pantai Karangwuni dan Pantai
Trisik (Tabel 2, 3, 4, 5, dan 6).
26
Tabel 2. Jumlah penduduk Kecamatan Temon berdasarkan tingkat pendidikan
No Pendidikan Jumlah (jiwa)
1 Tidak sekolah 5199
2 Belum tamat SD/MI 2695
3 Tamat SD/MI 5664
4 SMP/MTs 4432
5 SMA/SMK/MA 8540
6 Diploma 186
7 Strata I 1305
8 Strata II 41
9 Strata III 1
Sumber: ditjen kependudukan dan pencatatan sipil
Tabel 3. Jumlah penduduk Kecamatan Wates berdasarkan tingkat pendidikan
No Pendidikan Jumlah (jiwa)
1 Tidak sekolah 9450
2 Belum tamat SD/MI 4426
3 Tamat SD/MI 7760
4 SMP/MTs 6928
5 SMA/SMK/MA 14749
6 Diploma 493
7 Strata I 2711
8 Strata II 141
9 Strata III 1
Sumber: ditjen kependudukan dan pencatatan sipil
Tabel 4. Jumlah penduduk Kecamatan Galur berdasarkan tingkat pendidikan
No Pendidikan Jumlah (jiwa)
1 Tidak sekolah 6145
2 Belum tamat SD/MI 3573
3 Tamat SD/MI 6227
27
4 SMP/MTs 5004
5 SMA/SMK/MA 8810
6 Diploma 249
7 Strata I 1650
8 Strata II 63
9 Strata III 1
Sumber: ditjen kependudukan dan pencatatan sipil
Tabel 5. Jumlah penduduk Kecamatan Panjatan berdasarkan tingkat pendidikan
No Pendidikan Jumlah (jiwa)
1 Tidak sekolah 7846
2 Belum tamat SD/MI 3529
3 Tamat SD/MI 7682
4 SMP/MTs 6077
5 SMA/SMK/MA 10938
6 Diploma 176
7 Strata I 1341
8 Strata II 56
9 Strata III 7
Sumber: ditjen kependudukan dan pencatatan sipil
Dapat dilihat dari tabel bahwa jumlah penduduk berdasarkan tingkat
pendidikan dari 4 kecamatan di atas dapat diketahui bahwa tingkat pendidikan
terbanyak yaitu penduduk dengan lulusan SMA/SMK/MA.
Tabel 6. Jumlah penduduk Kecamatan Temon berdasarkan mata pencaharian
No Mata Pencaharian Jumlah
(jiwa)
1 Mengurusi rumah tangga 5706
2 Pensiunan 4777
3 Belum bekerja 616
4 TNI 119
28
5 Polri 116
6 Pejabat negara 1
7 Buruh 461
8 Sektor pertanian/peternakan/perikanan 6599
9 Karyawan BUMN/BUMD 59
10 Karyawan swasta 2200
11 Tenaga medis 4395
12 Wiraswasta 60
13 Pekerjaan lainnya 224
sumber: data ditjen kependudukan dan pencatatan sipil
Gambar 1. Diagram persentase penduduk Kecamatan Temon berdasarkan mata pencaharian
Tabel 7. Jumlah penduduk Kecamatan Wates berdasarkan mata pencaharian
No Mata Pencaharian Jumlah
(jiwa)
1 Mengurusi rumah tangga 10926
2 Pensiunan 7008
3 Belum bekerja 1060
4 TNI 140
5 Polri 243
24%
20%
28%
9%
19%
mengurus rumah tangga
pensiunan
sektorpertanian/perikanan/peternakan
karyawan swasta
tenaga medis
29
6 Pejabat negara 10
7 Buruh 2445
8 Sektor pertanian/peternakan/perikanan 6538
9 Karyawan BUMN/BUMD 58
10 Karyawan swasta 5894
11 Tenaga medis 5956
12 Wiraswasta 109
13 Pekerjaan lainnya 143
sumber: data ditjen kependudukan dan pencatatan sipil
Gambar 2. Diagram persentase penduduk Kecamatan Wates berdasarkan mata pencaharian.
Tabel 8. Jumlah penduduk Kecamatan Panjatan berdasarkan mata pencaharian
No Mata Pencaharian Jumlah
(jiwa)
1 Mengurusi rumah tangga 9973
2 Pensiunan 4438
3 Belum bekerja 616
4 TNI 107
5 Polri 130
30%
19%18%
16%
17%
mengurus rumah tangga
pensiunan
sektorpertanian/perikanan/peternakan
karyawan swasta
tenaga medis
30
6 Pejabat negara 4
7 Buruh 369
8 Sektor pertanian/peternakan/perikanan 10937
9 Karyawan BUMN/BUMD 38
10 Karyawan swasta 3318
11 Tenaga medis 3696
12 Wiraswasta 38
13 Pekerjaan lainnya 184
sumber: data ditjen kependudukan dan pencatatan sipil
Gambar 3. Diagram persentase penduduk Kecamatan Panjatan berdasarkan mata pencaharain.
Tabel 9. Jumlah penduduk Kecamatan Galur berdasarkan mata pencaharian
No Mata Pencaharian Jumlah
(jiwa)
1 Mengurusi rumah tangga 6950
2 Pensiunan 5755
3 Belum bekerja 380
4 TNI 81
5 Polri 119
31%
14%34%
10%
11%mengurus rumah tangga
pensiunan
sektorpertanian/perikanan/peternakankaryawan swasta
tenaga medis
31
6 Pejabat negara 4
7 Buruh 929
8 Sektor pertanian/peternakan/perikanan 7506
9 Karyawan BUMN/BUMD 51
10 Karyawan swasta 2598
11 Tenaga medis 5265
12 Wiraswasta 71
13 Pekerjaan lainnya 137
sumber: data ditjen kependudukan dan pencatatan sipil
Gambar 4. Diagram persentase penduduk Kecamatan Galur berdasarkan mata pencaharian.
Berdasarkan tabel dan diagram persentase diatas dari jumlah penduduk 4
Kecamatan yang ada di Kabupaten Kulon Progo dapat diketahui bahwa sebagain
besar penduduk bermata pencaharian di sektor pertanian, perikanan dan
peternakan jumlah persentase tersebut lebih banyak dibandingkan dengan jumlah
mata pencaharian lainnya yaitu sebesar 28% untuk Kecamatan Temon, 18%
Kecamatan Wates, 34% Kecamatan Panjatan, dan 27% Kecamatan Galur.
25%
20%27%
9%
19%
mengurus rumah tangga
pensiunan
sektorpertanian/perikanan/peternakan
karyawan swasta
tenaga medis
32
4.1.3 Musim dan Iklim
Periode satu tahun dengan karakteristik iklim tertentu maka bagain muka
bumi pada setiap wilayah juga memiliki musim yang berbeda-beda. Kabupaten
Kulon Progo memiliki dua musim yaitu musim kemarau dan musim hujan. Musim
kemarau terjadi pada bulan Mei sampai Oktober sedangkan musim hujan terjadi
sekitar bulan November sampai April. Pada musim kemarau, angin dengan
kecepatan tinggi bertiup dari timur sampai tenggara. Mendekati musim hujan,
angin menjadi lebih lemah dan bertiup dari barat daya sampai barat laut. Sebagian
besar angin berkecepatan kurang dari 10 knot (5 m/dt). Kecepatan angin terbesar
terjadi pada bulan Agustus dan Sptember. Angin maksimum dapat mencapai 20-
25 m/dt (Kamiso et al, 2000).
Kabupaten Kulon Progo memiliki curah hujan rata-rata per tahunnya
mencapai 2.150mm, dengan rata-rata hari hujan sebanyak 106 hari per tahun atau
9 hari per bulan. Curah hujan tertinggi terjadi pada bulan Januari dan terendah
pada bulan Agustus. Suhu terendahnya kurang lebih sebesar 24.2⁰C (Juli) dan
tertinggi 25.4⁰C (April), dengan kelembaban terendah 78.6% (Agustus), serta
tertinggi 85.9% (Januari). Intensitas penyinaran matahari rata-rata bulanan
mencapai lebih kurang 45.5% terendah 37.5% (Maret) dan tertinggi 52.5% (Juli)
(Renofati, 2009). Pada tahun 2011-2014 rata-rata curah hujan mengalami flutuasi
dimana curah hujan tertinggi pada tahun 2013 dengan luas 586.28km2 yaitu rata-
rata curah hujan sebesar 187mm dan rata-rata hari hujan sebanyak 14hh.
33
4.2 Keadaan Umum Perikanan Tangkap Kabupaten Kulon Progo
4.2.1 Armada Penangkapan
Armada penangkapan ikan di Kabupaten Kulon Progo untuk saat ini
termasuk dalam armada penangkapan skala kecil meskipun Pelabuhan Perikanan
Tanjung Adikarto telah dibangun namun belum berfungsi sebagaimana mestinya.
Kapal yang digunakan untuk menangkap ikan yaitu kapal tanpa motor dan kapal
motor tempel yang rata-rata berukuran kurang dari 5 GT.
Kapal yang digunakan terbuat dari bahan fiberglass, ukuran kapal rata-rata
memiliki panjang 9 meter lebar 1 meter dan tinggi 1 meter, kapasitas muatan 1 ton.
Tenaga penggerak berupa mesin tempel bermerk Suzuki atau Daihatsu ukuran 15
PK dengan kecepatan 15-20 knot/jam. Kapal yang beroperasi di Kabupaten Kulon
Progo sebagian berasal dari bantuan pemerintah daerah melalui dana alokasi
khusus dan milik kelompok usaha bersama. Nelayan andon merupakan nelayan
yang beroperasi menangkap ikan dengan mengikuti ruaya kembara ikan di
perairan otoritas teritorial dengan legalitas ijin antar pemerintah daerah.
Sedangkan nelayan lokal yaitu nelayan yang beroperasi menangkap ikan sesuai
perairan WPP (Tabel 10).
Tabel 10. Jumlah kapal motor tempel di Pantai Kulon Progo tahun 2013-2016
No Tahun Lokal Andon Jumlah kapal
1 2013 105 - 105
2 2014 105 9 114
3 2015 99 9 108
4 2016 99 9 108
Sumber: Dinas Kelautan Perikanan dan Peternakan (2016).
Dilihat dari tabel terbaca bahwa pada tahun 2014 mengalami peningkatan
jumlah kapal namun pada tahun selanjutnya yaitu tahun 2015 mengalami
34
penurunan jumlah dengan selisish 6 angka dan pada tahun 2016 terakhir pun tidak
terjadi penurunan ataupun peningkatan yang artinya stabil.
Armada penangkapan di Kabupaten Kulon Progo jika dibandingkan
dengan armada penangkapan di Kabupaten Gunung Kidul masih relatif kecil,
karena Kabupaten Gunung Kidul memiliki Pelabuhan Perikanan Pantai Sadeng
yang aktif dan potensi perikanan yang sangat tinggi.
4.2.2 Alat Tangkap
Alat tangkap yang digunakan oleh nelayan di Kabupaten Kulon Progo yaitu
pancing, pecak, bubu, anco, jala dan jaring insang (gillnet). Diantara keenam alat
tangkap tersebut rata-rata nelayan menggunakan alat tangkap pancing dan jaring
insang (gillnet). Jaring insang memiliki mata jaring 2-6 inchi yang digunakan sesuai
dengan kebutuhan. Mata jaring dengan ukuran 2 inchi digunakan untuk
menangkap ikan lisong/tongkol, ukuran 4 inchi untuk menangkap sejenis ikan
bawal/manyung, dan ukuran 5 inchi untuk menangkap lobster. Sedangkan untuk
alat tangkap pancing digunakan untuk menangkap layur, pancing senggol untuk
menangkap ikan pari (Tabel 11).
Tabel 11. Jumlah dan jenis alat tangkap di Kabupaten Kulon Progo tahun 2013- 2016
No Nama alat tangkap
(buah)
Tahun 2013-2016
2013 2014 2015 2016
1 Pancing 7864 8180 8738 8128
2 Pecak 173 178 182 -
3 Bubu 97 100 100 -
4 Anco 132 137 140 -
5 Jala 524 545 558 740
6 Jaring insang 1071 1113 1140 2879
7 Jumlah 9961 10253 10858 11747
Sumber: Dinas Kelautan Perikanan dan Peternakan
35
Jumlah alat tangkap jaring mengalami fluktuasi. Pada alat tangkap pancing
mengalami penurunan pada tahun 2016, tidak hanya alat tangkap pancing saja
tetapi pada alat tangkap pecak, bubu dan anco pun tidak ada. Namun pada tahun
2016 mengalami peningkatan pesat pada alat tangkap jaring insang dengan selisih
yang signifikan sebesar 1739 buah dari tahun sebelumnya. Dapat terjadi demikian
karena banyak nelayan yang telah mengasah keterampilan dan pengetahuan
mengenai alat tangkap.
4.2.3 Nelayan
Menurut UU nomor 45 tahun 2009 perubahan kedua atas undang-undang
nomor 31 tahun 2004 tentang perikanan, nelayan adalah orang yang mata
pencahariannya melakukan penangkapan ikan. Di Kabupaten Kulon Progo
mayoritas nelayan merupakan nelayan lokal dan nelayan andon. Nelayan lokal
yaitu nelayan yang beroperasi menangkap ikan sesuai perairan WPP dengan izin
yang dikeluarkan oleh pemeritah daerah setempat sedangkan nelayan andon yaitu
merupakan nelayan yang beroperasi menangkap ikan dengan mengikuti ruaya
kembara ikan di perairan otoritas teritorial dengan legalitas ijin antar pemerintah
daerah, nelayan ini sebagian nelayan pendatang dari cilacap.
Berdasarkan klasifikasi nelayan dari aspek pemanfaatan peluang waktu
dapat dibagi menjadi tiga, yang pertama yaitu nelayan penuh, yang kedua nelayan
sambilan utama dan yang ketiga nelayan sambilan tambahan. Nelayan penuh
yaitu orang yang sepenuhnya menggantungkan hidupnya dengan berprofesi
sebagai pencari ikan, nelayan sambilan utama yaitu orang yang pekerjaan utama
sebagai nelayan namun masih memiliki pekerjaan lain untuk tambahan
penghasilan dan nelayan sambilan tambahan merupakan orang yang memiliki
pekerjaan lain sedangkan pekerjaan nelayan hanya untuk tambahan penghasilan.
Sedangkan klasifikasi nelayan berdasarkan kepemilikan sarana penangkapan
ikan, dibagi atas: 1) nelayan penggarap, 2) nelayan pemilik. Untuk nelayan penuh
36
aktif di kabupaten kulon progo diberikan kartu nelayan. Nelayan melaut
menggunakan kapal berkekuatan 15 PK kecepatan 15-20knot/jam dengan alat
tangkap rata-rata jaring insang dan pancing sesuai kebutuhan, lama melaut
nelayan yaitu satu hari/one day trip fishing. Data jumlah nelayan di Kabupaten
Kulon Progo diambil dari 4 kecamatan yang mewakili 10 desa pantai (Tabel 12).
Tabel 12. Jumlah nelayan di Kabupaten Kulon Progo dari 4 kecamatan
No Kecamatan Lokal Andon Jumlah
1 Kecamatan Temon 43 2 45
2 Kecamatan Wates 35 17 52
3 Kecamatan Panjatan 48 - 48
4 Kecamatan Galur 13 - 13
Total 158
Sumber: Dinas Kelautan dan Perikanan
Dilihat dari tabel diatas, jumlah nelayan tahun 2015 memiliki total 158
nelayan dari keempat kecamatan. Dimana jumlah tersebut di dapat dari nelayan
lokal dan andon, Kecamatan Wates jumlah nelayannya lebih unggul dibandingkan
dengan kecamatan lainnya yang berjumlah 58, 35 dari jumlah nelayan lokal dan
17 dari jumlah nelayan andon. Keunggulan tersebut didukung karena adanya
Pelabuhan Perikanan Pantai Tanjung Adikarto.
4.2.4 Produksi dan Nilai Produksi
Jenis ikan hasil tangakpan nelayan di Kabupaten Kulon Progo dapat
diklasifikasikan menjadi dua jenis, yaitu ikan pelagis dan ikan demersal. Pada jenis
ikan pelagis antara lain: Tenggiri (Scomberomerus sp), Kembung (Rastrelliger
kanagurta), Layur (Trichirus sp), Talang-talang (Chorinemus tala), dan peperek
(Leiognatus sp). Sedangkan untuk ikan demersal yaitu: Bawal (Pampus argentus),
Pari (Trigon sephen), Manyung (Arius thalassinus), Cucut (Charcharinus sp), dan
tigawaja (Johnius dussumeirri). Produksi hasil laut lain berupa Lobster (Panulirus)
37
dan Kepiting (Brachyura). Hasil laut ini selalu terjual pada saat didaratkan.
Produksi dan nilai produksi hasil tangkapan ikan laut (Tabel 13).
Tabel 13. Jumlah produksi dan nilai produksi hasil tangkapan di Kabupaten Kulon Progo
No Tahun produksi Produksi (kg) Nilai produksi (Rp)
1 2012 638.97 86.312.605,00
2 2013 446.9 9.928.460,00
3 2014 542.8 12.876.542,00
4 2015 534.35 15.755.933,00
5 2016 202.3 5.001.299,00
Jumlah total 129.873.839,00
Sumber: Dinas Kelautan Perikanan dan Peternakan
Berdasarkan tabel di atas, jumlah produksi tertinggi terjadi pada tahun
2012 sebesar 638.97kg dengan nilai produksi Rp 86.312.605,00. Jumlah produksi
terendah terjadi pada tahun 2016 sebesar 202.3kg, dengan nilai produksi Rp.
5.001.299,00. Produktivitas hasil tangkapan mengalami fluktuasi dari tahun ke
tahun, terlebih penurunan signifikan terjadi pada tahun 2016. Hal itu terjadi karena
di pengaruhi musim dan berkurangnya armada penangkapan sehingga banyak
para nelayan yang tidak melaut dan mempengaruhi hasil produksi.
4.2.5 Distribusi Hasil Tangkapan
Distribusi hasil tangkapan merupakan kegiatan perikanan yang sangat
penting, karena dari distribusi para nelayan memperoleh hasil kerja mereka pada
saat melaut. Distribusi ialah proses penyaluran barang dari produsen ke
konsumen. Hasil tangkapan nelayan di Kabupaten Kecamatan khususnya 4
kecamatan yang memiliki 10 desa pantai tidak memiliki sistem lelang. Setelah
mendarat para nelayan langsung menjual hasil tangkapannya ke pengepul.
Namun sebelum itu nelayan akan menimbang hasil tangkapannya terlebih dahulu
karena setiap hari pegawai Dinas Perikanan bidang perikanan tangkap akan
38
melakukan pendataan setiap paginya, untuk data Dinas Kelautan Perikanan dan
Peternakan Kabupaten Kulon Progo setiap bulannya.
4.2.6 Daerah Penangkapan
Sebelum melakukan operasi penangkapan ikan, terlebih dahulu nelayan
memilih dan menentukan daerah penangkapan ikan. Metode yang digunakan oleh
nelayan umumnya berpedoman pada indikasi alam seperti ada tidaknya gemercik
air yang berbusa, adanya burung yang terbang dekat permukaan air dan warna air
yang telah gelap. Selain itu nelayan juga melihat arah angin dan arus serta
pengalaman sebelumnya (Dharmayanti, 1998 dalam Nurhayati, 2006).
Daerah penangkapan (fishing ground) ikan pelagis kecil seperti ikan
belanak, layang, layur oleh nelayan di Kabupaten Kulon Progo perairan pantai
selatan Jawa berada di wilayah Samudra Hindia 573. Lama melaut para nelayan
untuk tiap trip masih sangat pendek, yaitu +/- antara 5-7 jam. Kapal yang
digunakan yaitu kapal motor terbuat dari fiber dengan ukuran 4GT berkekuatan
15PK, hal ini menyebabkan jangkauan operasi penangkapan terbatas pada
daerah sekitar pantai.
4.2.7 Kelompok Usaha Berasama (KUB)
Pembentukan kelompok usaha bersama (KUB) dimulai dengan proses
pembentukan kelompok sebagai hasil bimbingan sosial, pelatihan keterampilan
bantuan stimulans dan pendampingan. Kelompok merupakan kumpulan dari
kesatuan sosial yang terdiri lebih dari satu individu. Maka kelompok usaha
bersama (KUB) merupakan salah satu pendekatan yang digunakan Program
Kesejahteraan Sosial dalam memberdayakan perubahan. Perubahan pada
pengetahuan, keterampilan, sikap dan tingkah laku secara bersamaan dengan
39
adanya suatu interaksi sosial yang cukup intensif dan teratur (Posumah et al.,
2015).
Pada tahun 2001, pemerintah memberikan dana untuk dikelola oleh
Lembaga Ekonomi Pengembangan Pesisir Mikro Mitra Mina (LEPPM3). Lembaga
tersebut membentuk koperasi untuk membantu para nelayan. Namun dalam
menjalankan koperasi tersebut, terdapat kendala yang mengakibatkan kredit
macet. Hal ini karena pada kenyataan di lapangan, banyak terjadi kerusakan
mesin, alat tangkap dan kapal. Kerusakan ini terjadi karena masyarakat masih
dalam proses beradaptasi dari petani menjadi nelayan (Renofati, 2009).
Kelompok Usaha Bersama (KUB) di Kabupaten Kulon Progo terdapat 25
kelompok nelayan. Struktur organisasi KUB terdiri dari ketua kelompok, bendahara
sekertaris, pengawas dan anggota. KUB mendapat bantuan dana hibah dari
pemerintah. Bantuan itu diberikan pada saat Menteri Kelautan dan Perikanan RI
melakukan kunjungan kerja. Bantuan tersebut digunakan untuk membeli alat
tangkap ataupun kapal guna pengembangan kelompok. Dalam KUB juga terdapat
uang kas, yang diperoleh dari anggota KUB. Kas tersebut digunakan untuk
membeli peralatan atau memperbaiki kerusakan-kerusakan kapal atau lain
sebagainya. Daftar nama KUB di Kabupaten Kulon Progo beserta ketuanya dan
nomor registrasi disajikan dalam (Lampiran 2).
4.3 Karakteristik Responden
Responden yang dipilih untuk melakukan pengisian angket pada penelitian
ini yaitu para pihak terkait (Stakeholder) yang memiliki peranan penting maupun
tanggung jawab di sektor perikanan dan kelautan antara lain pegawai Dinas
Kelautan, Perikanan dan Peternakan, Dinas Pariwisata, Nelayan, Masyarakat
Pesisir, dan pengepul ataupun penjual ikan. Nelayan yang dipilih menjadi
responden yaitu nelayan penuh dan sampingan, dimana nelayan penuh
merupakan kunci pelaku terkait. Nelayan penuh akan memegang kartu nelayan
40
yang diterbitkan oleh pemerintah setempat. Tiap stakeholder akan diminta menjadi
responden penelitian, dimana dari masing-masing akan diambil 10% dari jumlah.
Pegawai Dinas Kelautan Perikanan dan Peternakan respondennya berjumlah 10
dibidang perikanan tangkap dan konservasi laut. Dinas Pariwisata jumlah
respondennya sebanyak 5 orang. Nelayan pelaku utama berjumlah 25 orang yang
memiliki kartu identitas berupa kartu nelayan. Masyarakat pesisir diambil disalah
satu desa pantai yang unggul dalam bidang perikanannya, 10 orang banyaknya.
Kemudian responden yang terakhir yaitu pengepul, tidak banyak pengepul besar
di Kabupaten Kulon Progo. Pengepul ikan disini masih setara dengan tengkulak
lokal maka 5 responden cukup untuk mewakili.
Champion (1981) mengatakan bahwa sebagian besar uji statistik selalu
menyertakan rekomandasi ukuran sampel. Hal itu diterapkan untuk uji-uji statistik
yang ada agar sangat efektif. Penerapan pada sampel yang jumlahnya 30 s/d 60
atau dari 120 s/d 250. Bahkan jika sampelnya di atas 500 tidak direkomendasikan
untuk menerapkan uji statistik.
Gay dan Diehl menuliskan, untuk penelitan deskriptif sampelnya 10% dari
populasi, penelitian korelasional, paling sedikit 30 elemen populasi, penelitian
perbandingan kusal, 30 elemen per kelompok dan untuk penelitian eksperimen 15
elemen per kelompok ( LR Gay dan PL Diehl, 1992).
4.4 Analisis Hasil
4.4.1 Tata Cara Penilaian
Data hasil dari kuisioner merupakan data untuk mengukur pendapat yang
positif dan negatif dari responde. Masing-masing jawaban dari responden yang
diperoleh dari kuisioner kemudian dihitung jumlah skor setiap pertanyaan dan nilai
persentase setiap pertanyaan. Setiap pertanyaan akan dihitung nilai proporsinya
dengan menggunakan rumus di bawah ini:
41
Persentase =Jumlah skor pertanyaan
Jumlah responden x skor ideal 𝑥 100%
Skor ideal yaitu 5, akan diperoleh jika responden menjawab sangat baik
untuk setiap pertanyaan. Jumlah responden para stakeholder adalah 60 yang
terdiri dari pegawai Dinas Kelautan Perikanan Dan Peternakan, Dinas Pariwisata,
nelayan, masyarakat pesisir dan pengepul/penjual ikan, jadi jumlah keseluruhan
skor ideal dapat dihitung dengan mengalikan jumlah responden dengan skor
tertinggi yaitu 5 sehingga akan diperoleh 300. Untuk hasil perhitungan nilai
proporsi stiap variabel bisa dilihat pada (Lampiran 3) yang menggunakan rumus
seperti di bawah ini.
Proporsi = Total Skor Variabel
Jumlah skor ideal x jumlah Pertanyaan 𝑥 100%
Nilai interval dari data yang sudah ada dapat dihitung menggunakan rumus
seperti di bawah ini:
I = 100/jumlah skor = 100/5 = 20
Dari nilai interval di atas, dapat dibuat rentang penilaian yang ditampilkan
dalam bentuk model bendera (flag model) (Tabel 14).
Tabel 14. Kategori model bendera
4.4.2 Analisis Sikap Stakeholder terhadap Keberlanjutan Sumberdaya
Perikanan di Kabupaten Kulon Progo
Rentang nilai (%)
Model Bendera Deskripsi Selang
Terendah Selang Tertinggi
0 ≤20 Buruk sekali
>20 ≤40 Buruk
>40 ≤60 Cukup
>60 ≤80 Baik
>80 100 Baik sekali
42
Analisis sikap stakeholder terhadap keberlanjutan sumberdaya perikanan
dengan pengelolaan yang tepat di Kabupaten Kulon Progo dilakukan
menggunakan metode likert. Terdapat lima variabel pada penelitian ini sebagai
tolak ukur, variabel tersebut yaitu variabel ekologi, variabel etika, variabel sosial,
variabel ekonomi, variabel teknologi. Masing-masing variabel memiliki indikator
pertanyaan yang mengarah pada setiap stakeholder. Nilai yang disajikan
merupakan gambaran kondisi perikanan di Kabupten Kulon Progo terhadap
pengelolaan sumberdaya perikanan yang berkelanjutan pada saat ini. Nilai
tersebut ditentukan oleh nilai skoring dari masing-masing indikator setiap variabel
yang digunakan. Hasil anaisis skala likert digambarkan dan disajikan dalam bentuk
diagram silinder yang menampilkan nilai persentase dari setiap variabel yang telah
dinilai.
Variabel dan indikator yang dinilai dengan menggunkan skala likert akan
dilakukan terhadap lima variabel yang telah ditetapkan yaitu variabel ekologi,
variabel etika, variabel sosial, variabel ekonomi, variabel teknologi. Pada masing-
masing variabel memiliki indikator yang dapat menggambarkan sikap stakeholder
terhadap keberlanjutan sumberdaya perikanan di Kabupaten Kulon Progo sebagai
berikut:
1. Variabel Ekologi
Jenis ikan yang dilarang ditangkap (A1)
Pengetahuan sumberdaya mangrove (A2)
Pengetahuan sumberdaya terumbu karang (A3)
Pengetahuan sumberdaya lammun (A4)
Hasil tangkapan (A5)
Fishing ground (A6)
Tropic level (A7)
Status eksploitasi (A8)
43
2. Variabel Etika
Sosialisai (B1)
Keikutsertaan sosialisasi (B2)
Penangkapan tanpa ijin (B3)
Kesesuaian ukuran GT kapal (B4)
Pencegahan kerusakan habitat (B5)
Discarded (B6)
Pelestarian biota laut (B7)
3. Variabel Sosial
Pengetahuan isu lingkungan perikanan (C1)
Pengaruh kebijakan terhadap stakeholder (C2)
Konflik antar nelayan (C3)
Interaksi antar warga berkaitan pengelolaan perikanan (C4)
Dukungan terhadap kebijakan pemerintah (C5)
4. Variabel ekonomi
Subsidi (D1)
Status kepemilikan kapal (D2)
Ekonomi daerah (D3)
Peningkatan penghasilan (D4)
Penghasilan rata-rata (D5)
Alternatif pekerjaan (D6)
3. Variabel Teknologi
Alat tangkap (E1)
Alat tangkap yang dilarang (E2)
Selektivitas alat atngkap (E3)
Lama trip/ melaut (E4)
Ukuran kapal E5)
44
4.4.3 Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas
Penelitian tentang sikap atau prilaku stakeholder di Kabupaten Kulon
Progo ini menggunakan lima variabel (dimensi) agar dapat menganalisa sikap
stakeholder terhadap keberlanjutan pengelolaan sumberdaya perikanan. Dari lima
variabel tersebut adalah variabel ekologi, dalam variabel ekologi terdapat 8
pertanyaan. Variabel yang kedua yaitu variabel etika dengan jumlah pertanyaan 7.
Variabel sosial mempunyai indikator sebanyak 5. Untuk variabel ekonomi memiliki
indikator sebanyak 6 dan variabel terakhir yaitu variabel teknologi dengan jumlah
indikator pertanyaan sebanyak 5 buah.
Setelah penelitian dilakukan dan dilakukan penyebaran kuisioner pada
responden, maka data akan diolah dan dianalisa. Data yang sudah didapat
dimasukka pada Ms. Excel, setelah itu data diolah lebih lanjut. Data akan diolah
menggunakan softwere SPSS V16. Menggunakan aplikasi tersebut untuk
mengetahui seberapa valid kuisioner yang digunakan dan untuk mengetahui
konsistensi ala ukur jika dilakukan pengujian ulang. Hasil uji validitas pada setiap
indikator variabel akan disajikan pada Tabel 14, 15, 16, 17, 18, dan detail
correlation uji terlampir pada (Lampiran 4)
Tabel 15. Hasil uji validitas indikator variabel ekologi
Indikator Nilai Pearson Correlation Keterangan
1 0.744 Valid
2 0.716 Valid
3 0.529 Valid
4 0.607 Valid
5 0.438 Valid
6 0.522 Valid
7 0.287 Valid
8 0.383 Valid
45
Tabel 16. Hasil uji validitas indikator variabel etika
Indikator Nilai Pearson Correlation Keterangan
1 0.409 Valid
2 0.480 Valid
3 0.367 Valid
4 0.634 Valid
5 0.736 Valid
6 0.561 Valid
7 0.459 Valid
Tabel 17. Hasil uji validitas indikator variabel sosial
Indikator Nilai Pearson Correlation Keterangan
1 0.594 Valid
2 0.640 Valid
3 0.647 Valid
4 0.276 Valid
5 0.568 Valid
Tabel 18. Hasil uji validitas indikator variabel ekonomi
Indikator Nilai Pearson Correlation Keterangan
1 0.306 Valid
2 0.522 Valid
3 0.576 Valid
4 0.651 Valid
5 0.632 Valid
6 0.320 Valid
46
Tabel 19. Hasil uji validitas indikator variabel teknologi
Indikator Nilai Pearson Correlation Keterangan
1 0.486 Valid
2 0.778 Valid
3 0.602 Valid
4 0.461 Valid
5 0.420 Valid
Setelah dilaukan uji validitas, selanjutnya menghitung uji reliabiltas.
Reliabilitas adalah alat untuk mengukur suatu kuisioner yang merupakan indikator
dari variabel atau konstruk. Suatu kuisioner dikatakan reliabel atau handal jika
jawaban seseorang terhadap pertanyaan adalah konsisten atau stabil.
Menurut (Gliford, 1965: 145), dalam menentukan kategori koefisien
reliabiltas (Tabel 20) adalah sebagai berikut:
Tabel 20. Kategori koefisien reliabiltas
Cronbachs Alpha Based on
Standardizad items Kategori
0,80 < r11< 1,00 Reliabilitas Sangat Tinggi
0,60 < r11< 0,80 Reliabilitas Tinggi
0,40 < r11< 0,60 Reliabilitas Sedang
0,20 < r11< 0,40 Reliabilitas Rendah
-1,00 < r11< 0,20 Reliabilitas Sangat Rendah (tidak reliable)
Uji reliabilitas dilakukan melalui perhitungan menggunakan software
SPSS 16, hasil uji reliabiltas (Tabel 21).
Tabel 21. Hasil uji reliabilitas lima variabel
Variabel Cronbach,s Alpha Based on
Standardizard items Keterangan
Ekologi 0.642 Reliabilitas Tinggi
47
Etika 0.514 Reliabilitas sedang
Sosial 0.422 Reliabilitas sedang
Ekonomi 0.295 Reliabilitas rendah
Teknologi 0.455 Reliabilitas sedang
4.4.4 Variabel Ekologi
Variabel ekologi pada penelitian ini terdiri dari 8 indikator pertanyaan,
adapun pertanyaan tersebut meliputi jenis ika yang dilarang ditangkap,
pengetahuan sumberdaya mangrove, pengetahuan sumberdaya terumbu karang,
pengetahuan sumberdaya lamun, hasil tangkapan, fishing ground, tropic lavel, dan
status eksploitasi. Berdasarkan hasil analisa likert dari skor pertanyaan tentang
kontribusi indikator-indikator tersebut terhadap keberlanjutan pengelolaan
sumberdaya perikanan di Kabupaten Kulon Progo secara berurutan adalah 70%,
64%, 46%, 60%, 66%, 45% dan 73% dan 80%. Penjelasan masing-masing pada
indikator akan disajikan pada gambar 5 di bawah ini.
Gambar 5. Persentase Variabel Ekologi A1) pengelolaan jenis ikan yang dilarang ditangkap
0%
20%
40%
60%
80%
A1 A2 A3 A4 A5 A6 A7 A8
70%64%
46%
60%66%
45%
73%80%
PER
SEN
TASE
PR
OP
OR
SI
PERTANYAAN
A1
A2
A3
A4
A5
A6
A7
A8
48
Berdasarkan hasil analisa likert dari skor indikator pertanyaan tentang
pengetahuan jenis ikan yang dilarang ditangkap, bahwa nilai persentase sikap
stakholder terhadap pertanyaan tersebut sebesar 70% yang berarti bahwa para
stakeholder mengetahui jenis ikan yang dilarang ditangkap, karena mereka sering
mengikuti sosialisai yang diadakan oleh pemerintah setempat dan untuk
pemerintahpun selalu memberikan pengarahan terhadap nelayan. Semakin
banyak pengetahuan nelayan ataupun para stakeholder lain tentang mengetahui
jenis ikan yang tidak diperbolehkan ditangkap berarti keberlanjutan sumberdaya
perikanan akan semakin terjamin.
Menurut PERMEN-KP nomor 1 tahun 2009 tentang penangkapan lobster,
kepiting dan rajungan, dapat dilakukan dengan ukuran:
a. Lobster (Panulirus spp.) dengan ukuran panjang karapas >8 cm (di atas
delapan sentimeter);
b. Kepiting (Scylla spp.) dengan ukuran lebar karapas >15 cm (di atas lima belas
sentimeter); dan
c. Rajungan (Portunus pelagicus spp.) dengan ukuran lebar karapas >10 cm (di
atas sepuluh sentimeter).
A2) Pengetahuan Mangrove
Pengetahuan nelayan, masyarakat pesisi pantai di Kabupaten Kulon Progo
terhadap sumberdaya mangrove sangatlah kurang, namun untuk para stakeholder
lain banyak yang mengetahui. Persentase yang didapat dari hasil koresponden
yaitu sebesar 64%.
Menurut Joga dan Antar (2009), pohon mangrove mempunyai fungsi sebagai:
menahan ketika terjadi abrasi pantai, memagari kawasan tepian pantai untuk
mencegah intrusi air laut, menahan air pasang, angin dan gelombang besar dari
lautan lepas, mencegah pendangkalan dan penyempitan badan air, menyerap
49
limpahan air dari daratan, menetralisasi pencemaran air laut serta melestarikan
habitat ekosistem hutan bakau yang kaya keanekaragaman hayati.
Menurut Arief (2001), hutan bakau (mangrove) memiliki banyak fungsi,
antara lain:
Fungsi fisik, yaitu sebagai pencegahan proses instrusi (perembesan air laut) dan
proses abrasi (erosi laut).
Fungsi biologis, yaitu sebagai tempat pembenihan ikan, udang, kerang dan tempat
bersarang burung-burung serta berbagai jenis biota. Penghasil bahan pelapukan
sebagai sumber makanan penting bagi kehidupan sekitar lingkungannya.
a. Fungsi kimia, yaitu sebagai tempat proses dekomposisi bahan organik dan
proses-proses kimia lainnya yang berkaitan dengan tanah hutan bakau.
b. Fungsi ekonomi yaitu sebagai sumber bahan bakar dan bangunan, lahan
pertanian dan perikanan, obat-obatan dan bahan penyamak. Kayu dari hasil
pohon bakau digunakan sebagai bahan baku industri penghasil bubur kertas
A3) Pengetahuan terumbu karang
Pengetahuan tentang sumberdaya terumbu karang dikatakan sangat baik
dengan nilai persentase sebesar 46%. Tidak hanya pegawai pemerintahan yang
mengetahui sumberdaya terumbu karang namun juga para nelayan dan
masyarakat pesisir pantai banyak mengetahui pentingnya terumbu karang, dimana
terumbu karang tumbuh dengan baik dan subur maka akan berdampak terhadap
jumlah banyaknya biota laut terutama ikan. Pelestarian terumbu karang sangat
diperlukn agar kelestarian ikn bisa terwujud dan keberlanjutan usah perikanan bisa
semakin terjamin.
Pengambilan terumbu karang yang berlebih (over eksploitasi) dapat
mengakibatkan kerusakan lingkungan atau ekologi laut. Meskipun terumbu karang
ini dapat diperbarui atau dipulihkan namun pemulihannya memerlukan waktu yang
sangat lama dan biaya yang besar (Retnowati, 2011).
50
A4) Pengetahuan lamun
Pengetahuan nelayan di Kabupaten Kulon Progo terhadap sumberdaya
lamun karang dikatakan cukup tidak lebih dan tidaklah kurang mereka banyak
yang sekedar mengetahui bentuk dan rupanya. Pada dasarnya ekosistem lamun
hidup di laut dangkal dan perairan hangat dengan dasar pasir. Sumberdaya
perikanan di daerah padang lamun memiliki keanekaragaman jenis ikan yang
sangat tinggi maka perlu dijaga kelestarian ekosistemnya.
Ekosistem padang lamun (seagrass) merupakan salah satu ekosistem laut
dangkal yang mepunyai peranan penting bagi kehidupan berbagai jenis biota laut
di daerah tropis, serrta merupakan salah satu ekosistem bahari yang paling
produktif. Peranan padang lamun bagi kehidupan ikan yaitu sebagi daerah asuhan
dan perlindungan (nursery ground), sebagai tempat memijah (spawning ground)
dan sebagai padang penggembalaan. (kikkuchi, 1974 dalam Marasabessy 2010).
A5) Hasil tangkapan
Hasil tangkapan ikan menurut nelayan di Kabupaten Kulon Progo dari
tahun ke tahun mengalami perubahan penurunan yang signifikan, dimana dari
persepsi para stakeholder hasil persentase sebesar 60%. Keadaan perairan laut
di Kabupaten Kulon Progo masih alami dan terjaga.selain itu para nelayan
menggunakan alat tangkap yang ramah lingkungan.
A6) Fishing ground
Fishing ground (daerah penangkapan ikan) para nelayan di Kulon Progo
dalam 10 tahun terakhir ini dikatakan berubah dengan nilai persentase sebesar
45% yang berarti mengalami perubahan. Pada dasarnya penangkapan ikan
disana menyesuaikan keberadaan ikan. Semakin banyak dan jauh perubahan
daerah penangkapan ikan mengindikasikan bahwa sumberdaya ikan yang ada di
perairan tersebut semakin berkurang.
A7) Tropic level
51
Jenis ikan yang dulu mudah ditemukan namun sekarang sulit ditemukan
sedikit jumlahnya dikategorikan sedang dengan nilai persentase sebesar 73%
yang berarti banyak bahwa mengalami penurunan potensi lestari. Semakin banyak
jumlah ikan yang sulit ditemukan mengindikasikan bahwa sumberdaya ikan di
perairan tersebut terjadi penurunan potensi lestari. Menurut beberapa nelayan
Kabupaten Kulon progo, ada beberapa jenis ikan yang sulit ditemukan dalam 10
tahun terakhir namun keberadaannya masih ada antara lain: hiu, nener, bawal,
ikan P dan cakalang.
Perubahan tropic level dari sumberdaya di suatu wilayah/unit analisis
menunjukkan tingkat kemantapan ekosistem tersebut (terkait dengan rantai
panjang dan jarng-jaring makanan pada siklus kehidupan). Oleh karena itu jika
tropic level alami dari suatu kelompok sumberdaya ikan yang dieksploitasi tidak
berubah menunjukkan tidak adanya perubahan ekosistem pada daerah tersebut
(Hartono, 2005).
A8) Tingkat eksploitasi
Tidak ada eksploitasi di Kabupaten Kulon Progo dengann nilai persentase
sebesar 80% yang berarti baik sekali. Semakin rendah eksploitasi sumberdaya
perikanan maka resiko ancaman bagi keberlanjutan perikanan akan semakin kecil.
Tetapi jika terjadi eksploitasi terlalu berlebih maka keberlanjutan perikanan akan
tereancam. Pada dasarnya para nelayan menangkap ikan menyesuaikan waktu
melaut. Armada penangkapan yang mereka mili terbilang belum maju.
Menurut imron (2003), bila menjadikan laut untuk penggerak perekonomian
nasional maka eksploitasi akan lebih besar terhadap sumberdaya, tetapi
peningkatan eksploitasi tetunya akan mengancam kelestarian sumberdaya yang
ada di laut. Jadi untukmeningkatkan eksploitasi sumberdaya laut maka harus
dilakukan pengelolaan yang lebih intensif pula.
52
4.4.5 Variabel Etika
Variabel etika memiliki 7 indikator utama yang berpengaruh terhadap arah
keberlanjutan sumberdaya perikanan di Kabupaten Kulon Progo antara lain
sosialisasi, keikutsertaan sosialisasi, pelestarian termbu karang, discarded,
ukuran GT kapal, penangkapan tanpa ijin dan pencegahan kerusakan habitat. Dari
masing-masing indikator diambil berdasarkan skoring penyebaran kuisioner
responden. hasil yang diperoleh dari analisa likert dari skor setiap pertanyaan
tentang indikator variabel etika secara beruurtan adalah 78%, 64%, 91%, 94%,
74%, 76%, 84%. Pada Gambar 6 akan disajikan dengan diagram chart.
Gambar 6. Persentase Variabel etika B1) Sosialisasi
Peran pemerintah dalam memberikan penyuluhan ataupun sosialisasi
mengenai perikanan tangkap di daerah Kabupaten Kulon Progo mempunyai nilai
persentase 78% yang berarti pada kondisi baik. Secara tidak langsung bahwa
kegiatan sosialisasi ini terjadi hubungan timbal balik antar stakeholder. Menurut
nelayan di Kabupaten Kulon Progo pemerintah sering melakukan sosialisasi
kepada nelayan dan masyarakat pesisir tentang peraturan kebijakan perikanan
sebanyak 4 kali per tahun. Dengan adanya sosialisasi masyarakat nelayan lebih
0%
20%
40%
60%
80%
100%
B1 B2 B3 B4 B5 B6 B7
78%
64%
91% 94%
74% 76%84%
PER
SEN
TASE
PR
OP
OR
SI
PERTANYAAN
B1
B2
B3
B4
B5
B6
B7
53
memahami maksud dari setiap kebijakan yang telah dibuat. Umumnya nelayan di
Kabupaten Kulon Progo mendukung setiap kebijakan yang ada.
Menurut (Mulyana et al,. 2011), sosialisasi dalam pelatihan untuk nelayan
merupakan hal yang sangat penting, hal itu dilakukan karena laut merupakan
daerah yang luas. Jadi setiap nelayan harus memiliki bekal pengetahuan yang
lebih.
B2) Keikutsertaan sosialisasi
Keikutsertaan nelayan dan pegawai pemerintah dalam setiap sosialisasi
pada tingkatan masing-masing mendapatkan persentase 64% yang berarti baik.
Para nelayan umumnya selalu mengikuti soslialisasi perikanan tangkap yang
diadakan oleh pihak Dinas Kelauatan, Perikanan Dan Peternakan di Kabupten
Kulon Progo. Mereka sangat peduli akan pentingnya pengetahuan yang didapat
dari sosialisasi tentang penangkapan yang baik dan benar.
B3) Pelestarian terumbu karang
Di perairan pantai selatan Kabupaten Kulon Progo termasuk perairan yang
berkarang. Pelestarian terumbu karang oleh nelayan Kabupaten Kulon Progo
didapat nilai persentase sebesar 91% yang berarti baik sekali. Nelayan
melestarikan terumbu karang dengan tidak mengambil dan merusak habitatnya
karena nelayan di Kabupaten Kulon Progo sangat mengetahui pentingnya terumbu
karang untuk sumberdaya ikan yang ada. Mereka sangat menjaga kelesatrian
sumberdaya alam khususnya perikanan yang ada di sekelilingnya.
B4) Discarded
Di Kabupaten Kulon Progo tidak terjadi pembuangan hasil tangkapan
berlebih ataupun yang tidak diinginkan (discarded). Nilai dari persentase ini yaitu
sebesar 94% yang berarti baik sekali. Hasil tangkapan ikan semuanya didaratkan
ditempat penimbangan ikan. Menurut nelayan Kabupaten Kulon Progo tidak ada
ikan yang tidak laku, biasanya ikan tersebut terjual meski dengan harga yang
54
murah. Menurut nelayan membuang hasil tangkapan berarti tidak mensyukuri
rezeki yang didapat.
Menurut Eayrs (2005), hasil tangkapan yang dibuang terdiri dari spesies
yang bernilai ekonomi rendah, spesies ikan komersial yang kecil-kecil, ikan muda
dan sampah dari dasar laut. Nelayan biasanya membuang bagian dari tangkapan
ini, sebab tidak ekonomis untuk disimpan di kapal atau karena peraturan melarang
jenis ikan ini didaratkan. Nelayan di Kabupaten Kulon Progo tidak membuang hasil
tangkapannya dilaut semua hasil tangkapan pada saat melaut didaratkan di TPI.
B5) Ukuran Kapal
Rata-rata ukuran kapal di Kabupaten Kulon Progo sesuai dengan surat
kapal, tidak ada manipulasi ukuran GT dengan nilai persentase sebesar 74% yang
berarti baik. Rata-rata ukuran kapal yang digunakan untuk operasi penangkapan
ikan dibawah 5 GT. Semakin besar ukuran kapal akan menimbulkan
ancaman/resiko lebih besar pada keberlanjutan sumberdaya ikan.
B6) Penangkapan tanpa ijin
Terkait dengan perijinan surat di Kabupaten Kulon Progo dikategorikan
baik dengan nilai persentase sebesar 76%. Rata-rata nelayan di kabupaten ini
mempunyai surat kepemilikan kapal. Rata-rata kapal di Tambakrejo dibawah 5 GT
sehingga tidak diwajibkan mengurus surat ijin penangkapan atau surat ijin
berlayar.
B7) Pencegahan kerusakan habitat
Upaya pencegahan kerusakan habitat dan memperbaiki serta menjaga
lingkungan yang dilakukan oleh para stakeholder, para pihak yang terkait yaitu
Pegawai Dinas Kelautan, Perikanan dan Peternakan, Dinas Pariwisata, nelayan,
masyarakat pesisir, dan pengepul dikategorikan baik sekali dengan nilai
persentase sebesar 84%. Kesadaran para stakeholder di Kabupaten Kulon Progo
ini sangat tinggi akan pentingnya habitat alami untuk sumberdaya ikan. perbaikan
55
atau pemeliharaan habitat dari ikan yang menjadi tujuan penangkapan akan
menjamin kelestarian sumberdaya perikanan Kulon Progo khusunya di 10 desa
pantai selatan sehingga sumberdaya perikanan akan sustainble.
Sumber daya ikan harus dikelola dan dimanfaatkan secara bertanggung
jawab, yaitu dengan memperhatikan kelestarian sumber daya ikan dan
lingkungannya, sehingga sumber daya ikan dapat merupakan sumber daya
pembangunan yang berkelanjutan (Retnowati, 2011).
4.4.6 Variabel Sosial
Variabel sosial terdapat 5 indikator utama yang bepengaruh terhadap arah
keberlanjutan sumberdaya perikanan di Kabupaten Kulon Progo antara lain yaitu
adalah pengetahuan isu lingkungan perikanan, pengaruh kebijakan pemerintah
terhadap para stakeholder terutama nelayan, konflik antar nelayan, interaksi
stakeholder berkaitan pengelolaan, mendukung kebijakan pemerintah. Dari
masing-masing indikator pertanyaan mempunyai tingkat kontribusi terhadap
keberlanjutan sumberdaya perikanan di Kabupaten Kulon Progo. Nilai skor
masing-masing indikator diambil berdasarkan skoring dari wawancara dan
kuisioner kepada para stakholder di Kabupaten Kulon Progo. Berdasarkan hasil
analisa likert dari skor pertanyaan tentang kontribusi indikator tersebut terhadap
pengelolaan sumberdaya perikanan yang berkelanjutan di Kabupaten Kulon Progo
secara berurutan adalah 60%, 69%, 76%, 76%, 73% disajikan dalam Gambar 7.
56
Gambar 7. Persentase Variabel Sosial
C1) Pengetahuan isu lingkungan
Pengetahuan nelayan Kulon Progo mengenai isu lingkungan perikanan
tentang sumberdaya ikan yang sudah sangat berkurang dikategorikan cukup
dengan nilai persentase sebesar 60%. Kebanyakan nelayan tidak mengetahui isu
tentang sumberdaya perikanan yang sudah sangat berkurang
C2) Pengaruh kebijakan terhadap stakeholder
Nilai persentase indikator pertanyaan tentang pengaruh kebijakan
pemerintah terhadap nelayan sebesar 69% berarti dikategorikan baik. Banyak
kebijakan pemerintah yang berpengaruh terhadap kondisi para stakeholder
terutama nelayan. Dilihat dari jumlah armada kapal yang terus bertambah setiap
tahunnya dan ekonomi nelayan yang sedikit lebih baik membuktikan kebijakan
pemerintah yang berpengaruh terhadap kondisi nelayan di Kabupaten Kulon
Progo. Mereka menyebutkan bahwa meskipun area penangkapan ikan mengalami
perubahan yang signifikan. Contoh peraturan pemerintah tentang larangan
penangkapan menggunakan bom dan kompressor, berdampak pada keberadaan
0%
20%
40%
60%
80%
C1 C2C3
C4C5
60%69%
76% 76%73%
PER
SEN
TASE
PR
OP
OR
SI
PERTANYAAN
C1
C2
C3
C4
C5
57
ikan yang stabil dan tidak ditemukannya nelayan yang lumpuh bahkan meninggal
dunia akibat penggunaan kompressor.
Pengaruh atau dampak langsung nelayan pada peraturan (kebijakan)
pemerintah dalam perikanan tangkap, peraturan tidak menghambat nelayan untuk
berproduksi ikan atau menangkap ikan. tetapi peraturan yang dikeluarkan oleh
pemerintah harus dipatuhi nelayan. Tetapi kebijakan pemerintah itu juga harus
meninjau kembali atau disempurnakan karena belum memberikan dampak
terhadap perkembangan sektor perikanan (Mulyana, 2011).
C3) Konflik antar nelayan
Pada hasil wawancara dan kuisioner terhadap konflik antar nelayan dapat
dikategorikan baik sekali dengan nilai persentase sebesar 76%%.Konflik antar
nelayan dipastikan pernah terjadi, namun tidak sampai berlanjut dan tersebar luas
sehingga tidak diketahui nelayan lain. Konflik akan terjadi jika salah seorang
melanggar kesepakatan yang telah dibuat bersama, misal dalam kepemilikan
rumpon. Ikan yang berada di sekitar rumpon berarti milik pemilik rumpon, tidak
boleh ada nelayan lain yang mengambilnya. Biaya pembuatan rumpon yang rata-
rata mencapai 30 juta dan waktu hingga ikan bisa dipanen merupakan hal yang
sangat mahal, sehingga hanya dimiliki oleh nelayan besar. Posisi rumpon yang
sangat jauh dan tidak dapat dicapai oleh nelayan kecil dimungkinkan tidak terjadi
konflik. Tidak ada konflik antar nelayan karena mereka saling menghormati dan
keramahan nelayan sangat tinggi.
C4) Interaksi stakeholder terhadap pengelolaan
Pertemuan antar nelayan Kulon Progo berkaitan dengan pengelolaan
sumberdaya perikanan yang ada dikategorikan baik sekali dengan nilai persentase
sebesar 76%. Pada dasarnya di Kulon Progo ada kelompok usaha bersama (KUB)
yang dimana pertemuan antar warga biasanya dilakukan oleh masing-masing
kelompok KUB. Jadi mereka melakukan pertemuan dengan kelompok KUB
58
masing-masing. Namun ada pertemuan antara ketua masing-masing kelompok
KUB berkaitan dengan pengelolaan sumberdaya perikanan. Sehingga nantinya
hasil pertemuan yang didapatkan dibagikan kembali kepada anggota masing-
masing kelompok KUB. Semakin banyak pertemuan nelayan tentang pengelolaan
sumberdaya periakanan maka semakin tinggi kesadaran nelayan akan pentingnya
keberlanjutan sumberdaya perikanan.
C5) Dukungan terhadap kebijakan pemerintah
Nelayan Kabupaten Kulon Progo dalam mendukung setiap kebijakan
pemerintah atau dinas perikanan khususnya Kabupaten Kulon Progo
dikategorikan baik dengan nilai persentase sebesar 73%. Nelayan Kulon Progo
menyadari kebijakan yang dikeluarkan pemerintah semata-mata untuk
keberlanjutan sumberdaya perikanan khususnya di Kulon Progo. Namun ada
beberapa nelayan yang kadang-kadang tidak mendukung setiap kebijakan
pemerintah contohnya masih banyak nelayan yang masih menggunakan
kompresor dalam operasi penangkapan. Mereka mengaku masih menggunakan
kompresor dalam mengambil operasi penangkapan dengan alasan kompresor
masih digunakan. Semakin besar partisipasi nelayan mendukung kebijakan
pemerintah akan memberikan dampak baik terhadap keberlanjutan sumberdaya
perikanan di tempat/wilayah tersebut.
4.4.7 Variabel Ekonomi
Penyusunan skor sikap stakeholder di Kabupaten Kulon Progo terhadap
pengelolaan sumberdaya perikanan yang berkelanjutan pda variabel ekonomi
berdasarkan keadaan lapang daerah penelitian dan berdasarkan acua dari kriteria
yang telah dibuat. Hasil wawancara dan jawaban responden didapatkan hasil
persentase yang berurutan yaitu 43%, 93%, 91%, 58%, 55%, 89% yang akan
disasjikan pada Gambar 8.
59
Gambar 8. Persentase Variabel Ekonomi
D1) Subsidi
Nilai proporsi bantuan subsidi yang didapatkan nelayan Kabupaten Kulon
Progo dalam 5 (lima) tahun terakhir dari pemerintah sebesar 43% dikategorikan
cukup karena banyak pernyataan nelayan Kulon Progo masih kurangnya bantuan
dari pemerintah dan sangat mengharapakan adanya bantuan tersebut. Namun
ada beberapa nelayan yang mendapatkan subsidi satu kali dalam 5 tahun terakhir
ini. Semakin besar subsidi yang diberikan kepada sektor perikanan khususnya
perikanan tangkap menyebabkan semakin besarnya tingkat eksploitasi
sumberdaya perikanan namun jika subsidi tidak diberikan sulit untuk meneruskan
usaha perikanan yang dikerjakan oleh nelayan.
D2) Status kepemilikan
Status kepemilikan kapal yang digunakan nelayan Kulon Progo dalam
operasi penangkapan mendapatkan nilai persentase sebesar 93% yang berarti
baik sekali. Banyak nelayan yang status kepemilikan kapalnya adalah milik pribadi
namun ada beberapa nelayan masih menggunakan kapal milik kelompok. Para
nelayan pada umumnya menggunakan kapal pribadi. Dalam lingkup keberlanjutan
0%
20%
40%
60%
80%
100%
D1 D2 D3 D4D5
D6
43%
93% 91%
58%55%
89%
PER
SEN
TASE
PR
OP
OR
SI
PERTANYAAN
D1
D2
D3
D4
D5
D6
60
sumberdaya ikan, ketika nelayan bekerja dengan kapal sendiri maka
meminimalisir tekanan untuk mengeksploitasi sumberdaya perikanan. Namun
apabila nelayan menggunakan kapal milik orang lain atau swasta maka mereka
akan membagi hasil dengan si pemilik kapal dan dapat mengindikasikan akan
memperbesar kemampuan mengeksploitasi sumberdaya perikanan.
D3) Ekonomi daerah
Pengelolaan di sektor perikanan dan kelautan yang tepat akan
memberikan dampak positif pada perekonomian daerah. nilai persentase
pernyataan nelayan Kabupaten Kulon Progo terhadap pentingnya sektor
perikanan tangkap untuk ekonomi daerah sebesar 91% yang berarti baik sekali
karena nelayan banyak menyatakan pentingnya sektor perikanan tangkap untuk
ekonomi daerah. Namun di lingkup keberlanjutan sumberdaya ikan semakin
pentingnya sektor perikanan tangkap terhadap ekonomi daerah maka akan
semakin besar permintaan atas komoditas yang dapat menambah adanya tingkat
eksploitasi sumberdaya perikanan.
4.4.8 Variabel Tekhnologi
Variabel teknologi merupakan cerminan dari derajad pemanfaatan
sumberdaya perikanan tangkap dengan menggunakan suatu peralatan teknologi.
Teknologi yang baik adalah suatu teknologi yang semakin banyak mendukung
dalam jangka panjang dan secara berkesnambungan pada setiap kegiatan dalam
sektor perikanan tangkap. Pengertian variabel ini dalam bingkai pembangunan
perikanan tangkap yang berkelanjutan kemudian dtuangkan dalam 5 (lima)
indikator pertanyaan antara lain alat tangkap, alat tangkap yang dilarang,
selektivitas alat tangkap, lama trip dan ukuran kapal. Secara operasional dapat
menggambarkan kondisi perikanan tangkap di Kabupaten Kulon Progo yang
dianalisis dari variabel teknologi. Dari masing-masing indikator variabel teknologi
61
di atas mempunyai tingkat kontribusi terhadap keberlanjutan sumberdaya
perikanan. Nilai skor masing-masing indikator diambil berdasarkan skoring dari
wawancara, adapun penjelasan masing-masing indikator disajikan pada Gambar
9 di bawah ini:
Gambar 9. Persentase Varaibel Teknologi.
E1) Alat tangkap
Alat tangkap adalah alat yang digunakan nelayan dalam melakukan
operasi penangkapan ikan. Untuk nilai persentase terhadap alat penangkapan
yang digunakan adalah ramah lingkungan sebesar 78% yang berarti baiki. Rata-
rata nelayan setuju dengan alat tangkap yang mereka gunakan adalah alat
tangkap yang ramah lingkungan. Semakin banyak digunakan alat tangkap yang
ramah lingkungan maka dapat dikatakan masyarakat nelayan Kulon Progo
mendukung keberlanjutan sumberdaya perikanan di wilayahnya.
E2) Alat tangkap yang dilarang
Pengetahuan masyarakat nelayan terhadap alat tangkap yang dilarang
mendapat nilai persentase sebesar 79% yang berarti baik karena masyarakat
nelayan Kulon Progo banyak mengetahui alat tangkap yang dilarang dalam
pengoperasiannya. Nelayan begitu paham mengapa alat tangkap seperti bom,
70%
75%
80%
85%
90%
E1 E2E3
E4E5
78% 79%
89% 89% 90%
PER
SEN
TASE
PR
OP
OR
SI
PERTANYAAN
E1
E2
E3
E4
E5
62
potasium, kompresor dan pukat harimau dilarang, menurut mereka alat tangkap
tersebut dapat merusak habitat alami ikan seperti terumbu karang. Semakin besar
dan tinggi pengetahuan masyarakat nelayan tentang alat tangkap yang dilarang
beserta efek sampingnya terhadap sumberdaya ikan akan meminimalisir tindak
kerusakan habitat ikan yang dapat dikatakan bahwa masyarakat nelayan
mendukung keberlanjutan sumberdaya perikanan.
E3) Selektivitas alat tangkap
Penjelasan selektivitas alat tangkap adalah semakin selektif alat tangkap
yang digunakan dalam operasi menangkap ikan yang menjadi target /tujuan
penangkapan, maka semakin kecil ancaman/resiko pada keberlanjutan
sumberdaya perikanan. Peningkatan selektivitas penangkapan sangat terkait
dengan efisiensi penggunaan sumberdaya perikanan (mengurangi tertangkapnya
ikan non target). Berdasarkan pernyataan nelayan tentang selektivitas alat
tangkap yang mereka gunakan dalam operasi penangkapan ikan, didapat nilai
persentase sebesar 89% yang. Nilai tersebut berarti baik sekali karena semua alat
tangkap yang mereka gunakan hampir semuanya selektif.
E4) Lama trip
Hasil pengisian kuisioner dan dilakukannya wawancara secara langsung
pada para stakeholder terutama pada stakeholder kunci yaitu nelayan di
Kabupaten Kulon Progo, dari indikator lama trip kemudian pemberian skor lalu
dianalisis menggunakan skala likert maka nilai persentase yang diperoleh sebesar
89% jika dibaca dari tabel flag model yaitu baik sekali. Pada umumnya nelayan di
Kabupaten Kulon Progo relatif singkat pada waktu berlayar/melaut selama satu
hari (one day fishing) dan terkadang setengah hari dengan melihat hasil
tangkapan. hal ini menunjukkan bahwa semakin singkat waktu melaut berarti
semakin kecil kemampuan untuk mengeksploitasi sumberdaya perikanan. Sistem
melaut one day fishing/ setengah hari juga disebabkan karena armada
63
penangkapan maupun alat tangkap yang mereka gunakan masih terbilang sangat
sederhana (Renowati, 2011). Dengan kondisi seperti itu maka berpengaruh
terhadap hasi tangkapan.
E5) Ukuran kapal
Rata-rata ukuran kapal yang digunakan nelayan Kabupaten Kulon Progo
antara 15-20m. Hasil skoring dari wawancara dan penyebaran kuisioner pada
stakeholder menggunakan analisis likert maka nilai persentasenya 90% yang
berarti baik sekali terhadap keberlanjutan perikanan. Semakin kecil ukuran kapal
akan meminimalisir ancaman/resiko terhadap keberlanjutan sumberdaya
perikanan di Kabupaten Kulon Progo.
4.4.9 Pengaruh Proporsi Multi Variabel terhadap Keberlanjutan Sumberdaya
Perikanan
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui tingkat keberlanjutan
sumberdaya perikanan yang dipengaruhi oleh 5 variabel yaitu: variabel ekologi,
variabel etika, variabel sosial, variabel ekonomi, variabel teknologi. Variabel
tersebut memberikan pengaruh proporsi yang berbeda tergantung dengan
jawaban responden berdasarkan kuisioner yang diisi oleh para stakeholder dan
bobot yang diberikan untuk setiap jawaban.
Besarnya pengaruh dinyatakan dalam persentase (%) dengan rentang
atau jarak 1-100 untuk menentukan seberapa besar pengaruh variabel penelitian
terhadap keberlanjutan sumberdaya perikanan di Kabupaten Kulon Progo dengan
fokus 10 desa pantai.
Hasil yang diperoleh dari proporsi tiap variabel yaitu: variabel ekologi
sebesar 50.6%, variabel etika 80.3%, variabel sosial 70.8%, variabel ekonomi
73.2% dan variabel teknologi 82.8%. Jika ditarik kesimpulan maka pengaruh
terbesar variabel secara keseluruhan terhadap keberlanjutan sumberdaya
64
perikanan di Kabupaten Kulon Progo yaitu variabel teknologi yaitu sebesar 82.8%
yang berarti variabel teknologi memberikan pengaruh baik terhadap keberlanjutan
perikanan. Dari kelima varaibel mempunyai saling keterkaitan hubungan dalam
menunjang perikanan yang berkelanjutan.
65
5 KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Penelitian tentang Sikap Stakeholder terhadap Pngelolaan Sumberdaya
Perikanan di Kbaupaten Kulon Progo dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Dari hasil perhitungan analisis Likert dan dekriptif diketahui bahwa hasil dari
persentase proporsi yaitu Variabel ekologi 70%, 64%, 80%, 60%, 66%, 45% dan
73%, variabel etika 78%, 64%, 91%, 94%, 74%, 76%, 84%, Variabel sosial 60%,
69%, 76%, 76%, 73% Variabel ekonomi 43%, 93%, 91%, 58%, 55%, 89% dan
yang terakhir variabel tekhnologi 78%, 79%, 89%, 89%, 90%.
2. Untuk perhitungan Proporsi diperoleh hasil 67.2% variabel ekologi, variabel
etika 80.3%, variabel sosial 70.8% variabel ekonomi 73.2% dan Variabel Teknologi
lebih unggul dari variabel yang lainnya yaitu 82.8%.
3. Urutan variabel yang mempunyai pengaruh baik terhadap keberlanjutan
sumberdaya perikanan adalah Teknologi, Etika, Ekonomi, Sosial, dan Ekologi.
4. Teknologi yang baik adalah suatu teknologi yang semakin mendukung dalam
jangka panjang secara terus menerus pada setiap kegiatan dalam sektor
perikanan tangkap. Alat tangkap yang digunakan nelayan di Kabupaten Kulon
Progo adalah alat tangkap gill net yang secara operasional merupakan alat
tangkap ramah lingkungan PERMEN nomer KEP.06/MEN/2010.
5. indikator utama yang berpengaruh terhadap arah keberlanjutan sumberdaya
perikanan di Kabupaten Kulon Progo pada variabel etika yaitu sosialisasi,
keikutsertaan sosialisasi, pelestarian terumbu karang, discarded, ukuran GT kapal,
penangkapan ikan tanpa ijin dan pencegahan kerusakan habitat
6. pengelolaan di sektor perikanan dan kelautan yang tepat akan memberikan
dampak positif pada perekonomian daerah. Dilihat dari data dinas perikanan
kelautan dan peternakan jumlah armada kapal yang terus bertambah setiap
66
tahunnya dan ekonomi nelayan lebih baik membuktikan kebijakan pemerintah
berpengaruh terhadap sumberdaya perikanan yang berkelanjutan.
7. Interaksi sektor perikanan antar stakholder yang ada di Kabupaten Kulon Progo
berjalan tanpa adanya konflik terbuka.
8. Hasil analisa secara ekologi ada penurunan pada hasil tangkapan yang
dikarenakan banyak jenis ikan yang dulunya sering ditemukan namun sudah 3
tahun terakhir ikan tersebut sulit untuk ditemukan.
5.2 Saran
Perlu pengembangan sarana prasarana dan infrastruktur seperti tempat
pelelangan ikan agar keberlanjutan sumberdaya perikanan di Kabupaten Kulon
Progo dapat berlangsung secara efektif, efisien dan tepat guna.
67
DAFTAR PUSTAKA
Ali, S.A. 2005. Kondisi Sediaan Dan Keragaman Populasi Ikan Terbang.
Arief, A. 2001. Hutan dan Kehutanan. Penerbit Kanisius. Yogyakarta. hal. 42.
Arikunto. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Rineka Cipta. Jakarta.
Arikunto. 2010. Prosedur Penelitian. Rieneka Cipta. Yogyakarta.
Azwar, S. 2011. Sikap Manusia Teori dan Pengukurannya. Yogyakarta. Pustaka Pelajar.
Daud, Asmar. 2007. Eksistensi Himpunana Nelayan Seluruh Indonesia diakses dari http://ikan.manis.blogspot.com/2007/09/eksistensi-himpunan-nelayan-seluruh.html.
Eayrs, S. 2005. Pedoman untuk Mengurangi Hasil Tangkap Sampingan (HTS) Pada Perikanan Pukat-hela (trawl) Udang Perairan Tropis. Foot & Playsted. Launceston, Tasmania. p 5.
Hertifah, S.J. 2002. Inovasi Partisipasi dan Good Governance:20 Prakarsa Inovatif dan Partisipasi di Indonesia. Jakarta. Yayasan Obor Indonesia.
Hartono, T.T., Taryono, K., M. Ali, I. dan Sonny, K. 2005. Pengembangan Teknik Rapid Appraisal For Fisheries (RAPFISH) Untuk Penentuan Indikator Kinerja Perikanan Tangkap Berkelanjutan Di Indonesia. Buletin Ekonomi Perikanan. 6 (1). Huda, Miftachul. 2013. Kajian Efektifitas dan Efisiensi Rantai Distribusi Hasil Tangkapan Ikan Pelagis Menggunakan Alat Tangkap Purse Seine di TPI Paiton Dan TPI Mayangan Probolinggo. Laporan Skripsi. Universitas Brawijaya. Malang.
Imron, M. 2003. Pemberdayaan Masyarakat Nelayan. Media Pressindo. Yogyakarta.
Joga, N. dan Yori, A. 2009. Bahasa Pohon Selamatkan Bumi. PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. hal. 21. Kamiso, et al. 2000. Studi Rencana Pembangunan Pelabuhan Perikanan di Provinsi DIY. Kerjasama Pusat Studi Pengembangan Sumber Daya dan Teknologi Kelautan UGM Dengan Dinas Perikanan Provinsi DIY Yogyakarta.
Kusnaidi. 2008. Model-Model Persamaan Struktural. Satu Multigroup Sampel Dengan Lisrel. Bandung. Penerbit Alfabeta.
Mania, S. 2008. Observasi Sebagai Alat Evaluasi dalam Dunia Pendidikan Lentera Pendidikan. 11(2):226-223.
Marasabessy, M.D. 2010. Sumberdaya Ikan di Derah Padang Lamun Pulau-pulau Derawan, Kalimantan Timur. Oseanologi dan Limnologi di Indonesia. 36 (2): 193-210.
68
Mulyana, R., John, H., Mulyono, S. dan Sugeng, H.W. 2011. Analisis Multidimensional Untuk Pengelolaan Perizinan Perikanan Yang Berkelanjutan: Studi Kasus WPP Laut Arafura (Multidimensional Analysis Of Capture Fisheries Business Licensing Management: Case Study Of Arafura Sea). Jurnal Teknologi Perikanan Dan Kelautan. 2 (1): 71-79.
Notoatmodjo, S. 2003. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta. Rineka Cipta.
Posumah, M.V., Jeannette, F.P. dan Max, W. 2015. Peranan Kelompok Usaha Bersama Terhadap Tingkat Pendapatan Nelayan Tradisional Aurora Malalayang Dua Kecamatan Malalayang Kota Manado. Jurnal Ilmiah PS. Agrobisnis Perikanan UNSRAT. 3 (5):125-131.
Puteri, D.A.R. 2013. Uji Validitas dan Reliabilitas. Statistika Pendidikan. Jakarta.
Renofati, yusnita. 2003. Analisis sistem usaha perikanan tangkap di kabupaten kulon progo daerah istimewa yogyakarta. Skripsi.
Retnowati, E. 2011. Nelayan Indonesia dalam pusaran kemiskinan struktural (perspektif sosial, ekonomi dan hukum). Perspektif. 16 (3): 149-159.
Scheemer, Kammi. 2000. Stakeholder Analysis Guidelines, Policy Toolkit For Strengthening Health Sector Reform. USA. LHCHSR Health Sector Reform Intiative.
Schiffman, Leon G and Laslie Lazar Kanuk. 1997. Consumer Behaviorfifth Editio. Prantice Hall. Inc New Jersey.
Soeratno, Lincolin Arsayd. 1995. Metodelogi Penelitan. Yogyakarta. UPP AMP YKPN.
Subandi. 2011. Deskripsi Kulaitas Sebagai Satu Metode dalam Penelitian Pertunjukan. Jurnal Hermonia. 11 (2): 173-179.
Sugiono. 1999. Statistik untuk Penelitian. Alfabeta. Bandung.
Sugiyono. 2006. Metode Pengumpulan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Alfabeta. Bandung
Sugiyono. 2013. Metode Pengumpulan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Alfabeta. Bandung..
Suliyanto. 2011. Perbedaan Pandangan Skala Likert sebagai Skala Ordinal atau Skala Interval Prosiding Seminar Nasional Statistika. Universitas Diponegoro. Hlm 51-60 ISSN ISBN:978-979-097-142-4.
Wawan, A. 2010. Teori Dan Pengukuran Pengetahuan Sikap Dan Perilaku Manusia. Yogyakarta. Nuha Medika.
Widodo dan Saudi. 2006. Pengelolaan sumberdaya perikanan laut. Gajahmada University Press.
Widiyastuti, A. 2015. Data Teknik Pengumpulan Data dan Instrumen Penelitian. Hlm 48.
69
Wiyono, E.S, Yamada. S Tanaka E and Kitakado T. 2006. Dynamic of Finshing Gear
Allocation by Fishets in Small Scale Coastal Fisheries of Pelabuhan Ratu Bay Indonesi
Fisheries Management nd Ecology Vol.13 Blackwell Publishing Ltd. London.
Yusron, Muh. 2005. Analisis Potensi dan Tingakt Pemanfaatan Ikan Pelagis Kecil di Perairan Kepulauan Samataha dan Sekitarnya. Laporan Tesis.