abstrak bidang manajemen sumberdaya perikanan

25
PEUBAH KUALITAS AIR YANG BERPENGARUH TERHADAP KELIMPAHAN PLANKTON DI TAMBAK TANAH SULFAT MASAM KABUPATEN LUWU TIMUR, SULAWESI SELATAN A. Marsambuana Pirzan * dan Akhmad Mustafa * Balai Riset Perikanan Budidaya Air Payau, Maros Plankton berperan penting dalam penyediaan pakan alami di tambak. Kelimpahan plankton dipengaruhi oleh berbagai faktor lingkungan baik yang bersifat fisik maupun yang bersifat kimia. Oleh karena itu, tujuan studi ini adalah menelaah peubah kualitas air yang berpengaruh terhadap kelimpahan plankton untuk mendukung pengelolaan tambak yang produktif dan berkelanjutan. Studi telah dilaksanakan pada tambak-tambak tanah sulfat masam di Kabupaten Luwu Timur, Sulawesi Selatan. Contoh plankton dan air diambil dari lokasi yang dianggap merepresentasikan kondisi kualitas air tambak tanah sulfat masam. Plankton dikoleksi menggunakan plankton net nomor 25, kemudian diawetkan dengan larutan Lugol (1%). Identifikasi plankton menggunakan mikroskop yang berpedoman pada buku identifikasi plankton dan perhitungannya berdasarkan metode counting cell. Hasil studi menunjukkan bahwa kelimpahan plankton berkisar dari 50 – 810 ind./L dan jumlah genus berkisar dari 2–7 genera. Analisis regresi menunjukkan bahwa bahan organik total (BOT), fosfat, sulfat, besi, silika, dan pH berpengaruh terhadap kelimpahan plankton. Berdasarkan indeks keragaman maka komunitas plankton tergolong ke dalam kondisi stabil moderat, indeks keseragaman menunjukkan keberadaan / kepadatan plankton dalam keadaan merata dan indeks dominansi berindikasi tidak terjadi dominansi di perairan ini. Kata kunci: diversitas, kualitas air, luwu timur,plankton, tambak tanah sulfat masam JARAK TANAM OPTIMAL UNTUK REHABILITASI MANGROVE DI PANTAI UTARA JAWA TENGAH Erny Poedjirahajoe Fakultas Kehutanan UGM Beberapa faktor perlu dipersiapkan dalam kegiatan rehabilitasi mangrove untuk mencapai keberhasilan yang optimal, antara lain menyangkut habitat sebagai tempat tumbuh yang dipengaruhi lingkungan setempat. Namun demikian pertumbuhan tanaman selanjutnya ditentukan pula oleh faktor fisik yang membatasi pertumbuhannya, yaitu jarak tanam. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui persen hidup mangrove pada berbagai jarak tanam di kawasan rehabilitasi mangrove tahun tanam 2003 Pantai Utara Kabupaten Pemalang, Kendal dan Rembang serta mengetahui jarak tanam efektif dan besarnya faktor lahan yang berpengaruh (salinitas dan ketebalan lumpur). Dengan diketahui jarak tanam yang efektif, maka pertumbuhan tanaman secara optimal dapat dicapai. Penelitian dilakukan dengan cara mancari kawasan rehabilitasi mangrove di Pantai Utara Jawa Tengah yang mempunyai tahun tanam sama, tetapi jarak tanam berbeda. Diambil 3 jarak tanam, yaitu 2x2m, 2x1m, dan 2x0,5m. Pada setiap jarak tanam diukur persen hidup tanaman,

Upload: wynna-khairina-shabrina-hudaya

Post on 26-Sep-2015

233 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

-

TRANSCRIPT

PEUBAH KUALITAS AIR YANG BERPENGARUH TERHADAP KELIMPAHAN PLANKTON DI TAMBAK TANAH SULFAT MASAM KABUPATEN LUWU TIMUR, SULAWESI SELATAN

A. Marsambuana Pirzan* dan Akhmad Mustafa*Balai Riset Perikanan Budidaya Air Payau, Maros

Plankton berperan penting dalam penyediaan pakan alami di tambak. Kelimpahan plankton dipengaruhi oleh berbagai faktor lingkungan baik yang bersifat fisik maupun yang bersifat kimia. Oleh karena itu, tujuan studi ini adalah menelaah peubah kualitas air yang berpengaruh terhadap kelimpahan plankton untuk mendukung pengelolaan tambak yang produktif dan berkelanjutan. Studi telah dilaksanakan pada tambak-tambak tanah sulfat masam di Kabupaten Luwu Timur, Sulawesi Selatan. Contoh plankton dan air diambil dari lokasi yang dianggap merepresentasikan kondisi kualitas air tambak tanah sulfat masam. Plankton dikoleksi menggunakan plankton net nomor 25, kemudian diawetkan dengan larutan Lugol (1%). Identifikasi plankton menggunakan mikroskop yang berpedoman pada buku identifikasi plankton dan perhitungannya berdasarkan metode counting cell. Hasil studi menunjukkan bahwa kelimpahan plankton berkisar dari 50 810 ind./L dan jumlah genus berkisar dari 27 genera. Analisis regresi menunjukkan bahwa bahan organik total (BOT), fosfat, sulfat, besi, silika, dan pH berpengaruh terhadap kelimpahan plankton. Berdasarkan indeks keragaman maka komunitas plankton tergolong ke dalam kondisi stabil moderat, indeks keseragaman menunjukkan keberadaan / kepadatan plankton dalam keadaan merata dan indeks dominansi berindikasi tidak terjadi dominansi di perairan ini.

Kata kunci: diversitas, kualitas air, luwu timur,plankton, tambak tanah sulfat masam

JARAK TANAM OPTIMAL UNTUK REHABILITASI MANGROVE DI PANTAI UTARA JAWA TENGAH

Erny PoedjirahajoeFakultas Kehutanan UGM

Beberapa faktor perlu dipersiapkan dalam kegiatan rehabilitasi mangrove untuk mencapai keberhasilan yang optimal, antara lain menyangkut habitat sebagai tempat tumbuh yang dipengaruhi lingkungan setempat. Namun demikian pertumbuhan tanaman selanjutnya ditentukan pula oleh faktor fisik yang membatasi pertumbuhannya, yaitu jarak tanam. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui persen hidup mangrove pada berbagai jarak tanam di kawasan rehabilitasi mangrove tahun tanam 2003 Pantai Utara Kabupaten Pemalang, Kendal dan Rembang serta mengetahui jarak tanam efektif dan besarnya faktor lahan yang berpengaruh (salinitas dan ketebalan lumpur). Dengan diketahui jarak tanam yang efektif, maka pertumbuhan tanaman secara optimal dapat dicapai. Penelitian dilakukan dengan cara mancari kawasan rehabilitasi mangrove di Pantai Utara Jawa Tengah yang mempunyai tahun tanam sama, tetapi jarak tanam berbeda. Diambil 3 jarak tanam, yaitu 2x2m, 2x1m, dan 2x0,5m. Pada setiap jarak tanam diukur persen hidup tanaman, tinggi, diameter dan lebar perakaran sebagai tolok ukur pertumbuhan tanaman. Kemudian diukur pula faktor lingkungan habitat, yaitu salinitas dan ketebalan lumpur. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rehabilitasi mangrove tahun tanam 2003 di wilayah Kabupaten Pemalang mempunyai persen hidup tertinggi sebesar 86 % pada jarak tanam 2 x 1 meter, sedangkan di wilayah Kabupaten Kendal, persen hidup tertinggi sebesar 93 % pada jarak tanam 2 x 1 meter dan di wilayah Kabupaten Rembang, persen hidup sebesar 83 % pada jarak tanam 2 x 1 meter. Sedangkan jarak tanam efektif untuk rehabilitasi mangrove di kawasan Pantai Utara Kabupaten Pemalang, Kendal dan Rembang adalah 2 x 1 meter. Salinitas dan ketebalan lumpur berbeda pada setiap wilayah, akan tetapi tidak signifikan terhadap persen hidup mangrove.

Kata kunci: jarak tanam, mangrove, Pantai Utara Jawa Tengah, rehabilitasi

DISTRIBUSI LOGAM TIMBAL (PB) KADMIUM (CD), KROMIUM (CR), MERKURI (HG), TEMBAGA(CU) PADA KOLOM AIR DAN SEDIMEN DI PERAIRAN DANAU UNHAS

Nita Rukminasari 1)*, Khusnul Yaqin1), Sahabuddin 2) dan Muh. Ali Khomaeny 3)1) Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan, Jurusan Perikanan, FIKP Unhas2) Balai Riset Perikanan Budidaya Air Payau, Maros3) Alumni Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan, Jurusan Perikanan, FIKP Unhas

Perairan Danau Unhas merupakan salah satu danau yang rentan terhadap bahaya pencemaran. Di danau ini terdapat beberapa saluran yang bersumber dari kawasan pemukiman dan rumah sakit. Hasil analisis awal terhadap kandungan logam telah ditemukan logam Cromium dan Tembaga (Cu) yang telah melampaui baku mutu lingkungan berdasarkan Keputusan Gubernur Su-lSel Tahun 2003.Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui konsentrasi kadar logam Timbal (Pb), dan Kadmium (Cd), Cromium (Cr), Merkuri (Hg), dan Tembaga (Cu) pada kolom air dan Sedimen di perairan danau buatan Unhas, yang mana hasilnya diharapkan dapat memberikan inforamsi tentang tingkat pencemaran logam tersebut pada kolom air dan sedimen di perairan Danau buatan. Metode yang digunakan untuk mengetahui konsentrasi logam berat ialah menggunakan sprektrofotometer serapan atom. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Agustus sampai Oktober 2009 di perairan Danau buatan Unhas dan di analisis di Instalasi Kimia Kesehatan Balai Besar Laboratorium Kesehatan Provinsi Sulawesi SelatanBerdasarkan hasil penelitian konsentrasi logam timbal (Pb), Merkuri, (Hg), Kromium (Cr), Tembaga (Cu) dan kadmium (Cd), pada kolom air dan sedimen di perairan danau buatan UNHAS menunjukkan konsentrasi logam timbal (Pb), Cromium (Cr), Cadmium(Cd) dan tembaga (Cu) pada kolom air telah melampaui baku mutu berdasarkan keputusan Gubernur Provinsi Sul-Sel No. 14 Tahun 2003. Konsentrasi rata-rata tertinggi logam pada kolom air yaitu 0,0966 mg/l untuk logam Pb, 0,0182 mg/l untuk logam Cd, 0,5449 mg/l untuk logam Cr, 0,0023 mg/l untuk logam Hg, dan 0,0469 mg/l untuk logam Cu. Sedangkan pada sedimenkonsentrasi logam Cadmium (Cd), Tembaga (Cu), pada sedimen telah melewati baku mutu berdasarkan MacDonald et al, 2000. Konsentrasi rata-rata tertinggi logam pada kolom air yaitu 29,6507 mg/kg untuk logam Pb, 1,6240 mg/kg untuk logam Cd, 31,9087 mg/kg untuk logam Cr, 0,0904 mg/kg untuk logam Hg, dan 31,9080 mg/kg untuk logam Cu.

Kata kunci: cadmium, danau Unhas, kromium, merkuri, tembaga, timbale

KARAKTERISTIK PERAIRAN RAWA BANJIRAN SUNGAI MUSI SAAT TERJADI BANJIR DAN HUBUNGANNYA DENGAN KEHADIRAN IKAN

Aroef Hukmanan Rais dan Muhammad AliBalai Riset Perikanan Perairan Umum Mariana Palembang.

Propinsi Sumatera Selatan banyak memiliki lahan yang berbentuk lahan rawa banjiran karena provinsi ini banyak memiliki sungai-sungai yang besar salah satunya adalah Sungai Musi. Dengan adanya proses banjiran maka lahan-lahan ini dapat mendukung kehidupan berbagai jenis ikan air tawar, karena dapat digunakan ikan sebagai sumber nutien dalam mendukung kehidupan ikan yaitu mencari makan, memijah ikan dan mengasuh anak ikan. Hasil pengamatan sesuai dengan karakteristik fisika dan kimia perairan rawa banjiran saat terjadi banjir yaitu : parameter fisika meliputi suhu antara 27 31oC, kecerahan berkisar 25 95 cm, kedalaman perairan mecapai 1,28- 8,94 m, kecepatan arus antara 0 0,3077 m/s, dan conductivity antara 10 20 shos/cm. Berdasarkan parameter kimia nilai pH perairan antara 6 -6,5, total nitrogen antara 0,007651 0,022949 mg/L, total alkalinitas antara 5 10,5 mg/L CaCO3 , Hardness 4,504 -13,012 mg/L CaCO3 eq, oksigen terlarut 2,1 8,404 mg/L, karbondioksida terlarut 8,8 -35,2 mg/L (ppm), total phospat 0,000788 0,003781 mg/L, dan total dissolved solid berkisar antara 20 50 mg/L. Berbagai jenis ikan yang memasuki perairan rawa banjiran dan tertangkap nelayan saat surut adalah ikan betok, gabus, sepat siam, sepat mata merah, sapil, lais, baung, lele, sepatung, aro, bengalan, coli, lemajang, kepras, lampam, si hitam, tilan, patin sangkar, seluang, seberingit, serandang dan lundu.

Kata kunci : karakteristik perairan, kehadiran ikan, rawa banjiran

KONSERVASI SUMBERDAYA IKAN DI WADUK KEDUNGOMBO PROVINSI JAWA TENGAH

Kunto PurnomoBalai Riset Pemulihan Sumberdaya Ikan, BRKP-KKP

Waduk Kedung Ombo di Jawa Tengah luasnya 4.600 ha dan kedalaman rata-rata 12,8 m. Secara administratif waduk ini termasuk wilayah Kabupaten Boyolali, Kabupaten Sragen dan Kabupaten Grobogan. Kegiatan perikanan di waduk biasanya hanya bersifat sebagai pemanfaat sekunder, namun kegiatan tersebut setidaknya telah mampu menggantikan produktivitas lahan yang digenangi. Keberadaannya setidaknya telah menciptakan lapangan kerja/usaha baru sehingga mampu menyerap tenaga pengangguran di pedesaan, bahkan juga mampu menjadi penyedia protein hewani berupa ikan untuk memenuhi kebuthan gizi masyarakat. Penelitian yang dilaksanakan menggunakan metoda survei, tujuannya adalah untuk menentukan daerah suaka perikanan di Waduk Kedung Ombo berdasarkan kriteria limnologi dan populasi ikan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Waduk Kedung Ombo tergolong perairan yang subur (eutrofik). Berturut-turut berdasarkan kelimpahannya maka enam jenis ikan yang ditemukan selama penelitian ialah ikan tawes (Barbonymus gonionotus), nila (Oreochromis niloticus), Lelawak (Puntius bramoides), betutu (Oxyeleotris marmorata), "nonong" atau red devil (Amphilophus citrinellus) dan karper (Cyprinus carpio). Daerah Nglanji dan Wonoharjo memenuhi persyaratan untuk ditetapkan sebagai daerah suaka perikanan.

Kata kunci: eutrofik, konservasi, suaka perikanan, sumberdaya, waduk

STATUS BIOGEOFISIK KAWASAN KONSERVASI PENYU HIIJAU (CHELONIA MYDAS) DI PANTAI PANGUMBAHAN, KABUPATEN SUKABUMI,JAWA BARAT

Adriani Sri Nastiti-KrismonoPeneliti Madya di Balai Riset Pemulihan Sumberdaya Ikan Jatiluhur

Salah satu faktor yang mempengaruhi aktivitas pendaratan penyu hijau adalah kondisi biogeofisk pantai sebagai habitat peneluran. Tujuan penulisan adalah untuk memberikan gambaran secara deskriptif kondisi biogeofisk pantai Pangumbahan sebagai kawasan konservasi penyu hijau. Pengumpulan data dilakukan pada bulan Agustus 2008 dan September 2009. Adapun parameter yang diukur dan diamati adalah : suhu pasir, lebar pantai, kemiringan pantai, ukuran pasir, bentuk butiran pasir, kelembaban pasir, pH pasir dan vegetasi pantai. Beberapa parameter tersebut diukur dan diamati pada 6 pos pengamatan baik pada siang hari maupun malam hari. Pengambilan data menggunakan metode stratifikasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa suhu pasir bagian dalam sarang berkisar 29,8-30,5 C, lebar pantai berkisar antara 52-73 m, kemiringan pantai berkisar antara 2.7 - 3,3, dominasi ukuran pasir berkisar antara < 250- 150 m dengan berat 284.2 gram (halus) , bentuk pasir bulat membundar sedang, kelembaban pasir 5-8 %, pH pasir berkisar antara 6,5 - 7, kandungan mineral logam 1.04 - 2.46 %, kandungan bahan organik 2.72-3.8%, pandan laut (Pandanus tectorius ) merupakan vegetasi yang selalu ada di 6 pos pengamatan, vegetasi ini merupakan tempat berlindung penyu hijau pada saat bertelur.

Kata kunci: biogeofisik, kawasan konservasi, penyu hiijau (chelonian mydas), Pantai Pangumbahan

STUDI KEANEKARAGAMAN HUTAN MANGROVE DENGAN METODE INDERAJA DAN SIG DI PESISIR KABUPATEN TRENGGALEK DAN MALANG

I Nyoman Budi Satriya1*, Haryo Dwito Armono2, Dian Saptarini31 Postgraduate student (S2) at Departement of Marine Engineering ITS Surabaya2 Lecture at Departement of Marine Engineering ITS Surabaya3 Lecture at Departement of Biology ITS Surabaya

The Mangrove Forest in the Gulf Coast of Prigi Trenggalek and Sendang Biru Malang, East Java has economic and sosial value for local people also reduce the damage caused of tsunami, acting as barrier, significantly reduce the devastation caused by the waves. Recent times the mangrove forest within this area has been subjected to the effects of a population growth, economic and sosial pressure manifested of rapid urbanization, and agricultural land expansion. Currently 70% of mangrove forests in Malang regency was damage and threaten destruction with the construction of Jalur Lintas Selatan (JLS). Thus, there is a steady deforestation of the mangrove forest and loss of biodiversity in the region. The purpose of this study is to analyze biodiversity of mangrove species on the basis of physical parameters and map the distribution of environmental parameter and area of mangrove forest on the Gulf of Prigi Trenggalek and Sendang Biru Malang with GIS method and Remote sensing techniques. Images used for the present study include SPOT XS (Multispectral mode imagery foor Satellite Pourl Observation de la Terre) SPOT 2 cover the area of Trenggalek Regency and SPOT 4 cover the area of Malang Regency. The data were used to map mangrove spesies with unsupervised classification, including visual interpretation.The study site consist of 13 station which distribute along coastal of Trenggalek and Malang Regency. Fieldwork phase of this study using the Plot Line Transek method that mangrove were sampled within a 100 m2 vegetation quadrat in each study site. The results showed mangrove diversity index at the 12 stations ranged from 0.5405 - 3.0830, where a station with good category of 3.0830, six stations with medium category ranged from 1.5725 - 2.4191, four stations with poor category ranged from 1.0410 - 1.4609 and a stations with bad category of 0.5405.

Keywords: biodiversity, GIS, mangrove, plot line transect, remote sensing

ANALISIS KEBERLANJUTAN EKOSISTEM MANGROVE DI MUARA SUNGAI PANGKAJENE KABUPATEN PANGKEP

Amran SaruFakulatas Ilmu Kelautan dan Perikanan Unhas Makassar

Analisis model keberlanjutan mangrove merupakan untuk memprediksi kondisi vegetasi mangrove dengan menggunakan software Powersim. Dalam membangun model perlu adanya identifikasi sistem yang berperan dalam dinamika hutan mangrove. Identifikasi sistem ini menyangkut peran masyarakat, LSM maupun pemerintah setempat yang masing-masing mempunyai peran yang berbeda terhadap pengelolaan hutan mangrove yang ada di Borneo muara sungai Pangkajene, aktivitas stakeholders yang diinput kedalam sistem berupa konversi tambak dan penggunaan kayu bakar. Tujuan penelitian ini adalah menganalisis keberlanjutan ekosistem mangrove yang ada di muara Sungai Pangkajene. Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa aktivitas yang dilakukan oleh masyarakat berupa penebangan mangrove untuk konversi tambak dan penggunaan kayu bakar, sangat besar jumlahnya tiap tahun bila dibandingkan dengan upaya reboisasi yang dilakukan oleh LSM ataupun pemerintah setempat per tahunnya. Hal ini mengindikasikan bahwa dalam beberapa tahun kedepan jumlah populasi hutan mangrove yang ada di muara sungai Pangkajene akan mengalami penurunan dan akhirnya habis.

Kata Kunci : analisis keberlanjutan, ekosistem mangrove, estuaria

HUBUNGAN KELIMPAHAN IKAN LAYANG (DECAPTERUS SPP.) DENGAN SUHU PERMUKAAN LAUT DAN KESUBURAN PERAIRAN DI SELAT MAKASSAR BAGIAN SELATAN

Andhika Prima Prasetyo1) dan Suwarso2)1) Pusat Riset Perikanan Tangkap, Jakarta.2) Balai Riset Perikanan Laut, Jakarta.

Dua species ikan layang (Decapterus russelli dan D. macrosoma) merupakan hasil tangkapan utama pukat cincin hampir di setiap daerah penangkapan, kontribusinya kira-kira 58%. Perairan Selat Makassar bagian selatan menjadi salah satu tujuan utama penangkapan dengan kontribusi ikan layang sekitar 43%. Kajian tentang hubungan fluktuasi kelimpahan (CPUE) ikan layang terkait fluktuasi suhu dan kesuburan perairan (kandungan klorofil-a) dilakukan berdasarkan data hasil tangkapan pukat cincin yang berbasis di Jawa (2006-2007) dengan data suhu permukaan laut dan kandungan klorofil-a yang berasal dari citra satelit AQUA MODIS. Hasil menunjukkan kelimpahan ikan layang di perairan Selat Makassar bagian selatan berfluktuasi menurut musim, puncak kelimpahan berlangsung selama 3 bulan antara bulan November sampai Januari, lebih lambat dua bulan dibanding puncak kelimpahannya di Laut Jawa (perairan sekitar Kepulauan Masalembo dan pulau Matasirih) yang berlangsung pada musim peralihan 2 (September sampai November). Pola demikian diduga terkait dengan kebiasaan migrasi ikan layang dalam upaya menuju ke daerah pemijahan (spawning migration) yang diperkirakan terjadi di perairan ini. Data citra AQUA MODIS menunjukkan konsetrasi klorofil-a selama periode 2006-2007 berkisar 0,22-0,81 mg/m3, konsentrasi klorofil-a tertinggi terjadi antara Februari-April tiap tahunnya. Sedangkan suhu permukaan laut berkisar 28,38-31,65C, puncak suhu permukaan laut terjadi pada periode November-Januari. Puncak kandungan klorofil-a yang terjadi pada bulan Maret diduga melatarbelakangi musim dan lokasi pemijahan kedua jenis ikan tersebut. Pola-pola fluktuasi parameter lingkungan yang dikaji serta keterkaitannya dengan kelimpahan juga dibahas.

Kata kunci : ikan layang (Decapterus spp.), kelimpahan, kesuburan perairan, selat makasar, suhu permukaan laut

PEMANFAATAN SUMBERDAYA IKAN DI PERAIRAN ESTUARI SELAT PANJANG riau

Rupawan Balai Riset Perikanan Perairan Umum

Estuari merupakan kawasan muara sungai yang berhubungan bebas dengan laut sehingga air laut dengan salinitas tinggi dapat bercampur dengan air tawar. Pengaruh campuran kedua massa air tersebut menghasilkan suatu kondisi lingkungan dan komunitas biota yang khas dan dinamis. Pemanfaatan sumberdaya ikan melalui aktivitas penangkapan sangat berkembang, menggunakan bermacam jenis alat tangkap dan metoda penangkapan mulai dari alat tangkap yang sederhana atau menangkap sedikit sampai pada alat tangkap yang dapat menangkap jumlah banyak. Jenis alat dan metoda penangkapan berorientasi untuk mendapatkan jumlah atau nilai hasil tangkapan yang sebesar-besarnya. Keadaan ini akan mengarah pada pemanfaatan yang berlebih dan cenderung tidak ramah lingkungan. Penelitian untuk mengetahui pemanfaatan sumberdaya ikan diperairan estuari selat Panjang telah dilakukan pada bulan Pebruari -Nopember tahun 2009. Dilakukan dengan metoda survey,pengamatan lapangan,pengamatan di laboratorium, wawancara dan enumerator. Hasil penelitian menunjukkan bahwa estuari selat Panjang tergolong perairan estuary daratan pesisir dengan kisaran salinitas air 7,0 - 22,ppt. Aktivitas penangkapan sekala kecil,trip harian dan perorangan. Menggunakan 5 jenis alat tangkap utama yaiitu; Gumbang (filtering divice), Blad (beach barrier traps), jaring ingsang (gillnet), pancing rawai (bottom longline) dan jala (cast net). Estimasi jumlah sumberdaya ikan yang berhasil dimanfaatkan tahun 2009 mencapai 672 ton. Keanekaragaman jenis hasil tangkapan 54 jenis terdiri 7 jenis udang panaedae dan 47 jenis ikan. Suatu jumlah dan ekanekaragaman yang sangat berperan baik sebagai sumber pendapatan, sumber protein dan kekayaaan sumberdaya hayati.

Kata kunci: estuari, pemanfaatan, selat panjang, sumberdaya ikan

PENGARUH AKTIFITAS HATCHERI DI WILAYAH PESISIR GONDOL TERHADAP KUALITAS AIR DAN KESUBURAN PERAIRANNYA

Bejo Slamet Balai Besar Riset Perikanan Budidaya Laut Gondol

Pesisir Gondol merupakan area pengembangan hatcheri ikan laut dan budidaya laut di Bali. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh aktifitas hatcheri di wilayah pesisir Gondol terhadap kualitas air dan kesuburan perairannya. Penelitian dilakukan dengan analisa kualitas air berupa kecerahan, temperatur, salinitas, pH, kandungan oksigen terlarut, amoniak, nitrit, nitrat, phospat, C-Organik dan TOM; serta analisa planktonnya yang meliputi jenis, kemelimpahan dan keragamannya. Pengambilan sampel air dilakukan tiap seminggu sekali dari bulan Agustus sampai Oktober 2009. Hasil penelitian ditemukan sebanyak 38 genus plankton dari 10 phyllum dengan kemelimpahan berkisar 234-9.858 ind./L, serta indeks keanekaragaman berkisar 1,2-2,44; indeks keseragaman 0,3-0,61 dan indeks dominansi 0,13-0,43, yang mengindikasikan sebagian besar perairan relatif masih cukup baik. Dua parameter kualitas air yaitu kandungan nitrat dan phospat dalam air sudah melebihi standar baku mutu air laut untuk biota laut, walaupun nilainya sangat kecil, sedangkan parameter kualitas air lainnya yaitu suhu, TSS, Kecerahan, pH, DO, Salinitas, NH3, NO2, C-Organik dan total bahan organik (TOM) masih dalam batas standar baku mutu menurut kantor KLH (2004). Secara keseluruhan kondisi kualitas air di perairan wilayah pesisir Gondol masih cukup baik serta layak untuk hatcheri dan budidaya perikanan laut. Untuk kesinambungan budiaya perikanan laut di perairan ini, diperlukan upaya pelestarian lingkungan perairan secara terpadu dan berkelanjutan.

Kata kunci: kesuburan, kualitas air, perairan gondol

POTENSI PRODUKSI IKAN DAN KUALITAS AIR DANAU MOOAT KABUPATEN BOOLANG MONGONDOW, SULAWESI UTARA

Samuel dan Safran MakmurBalai Riset Perikanan Perairan Umum PalembangSalah satu Danau Vulkanik yang terdapat di Sulawes Utara adalah Danau Mooat. Danau kedua terbesar di Sulawesi Utara ini mempunyai luas 910 ha, terletak di Kecamatan Modayag atau sekitar 23 km dari Kotamobagu Kabupaten Boolang Mongondow. Saat ini jenis ikan di Danau Mooat di dominasi jenis ikan introduksi. Danau Moat mempunyai arti penting bagi Propinsi Sulawesi Utara karena selain sebagai sumber air bagi kebutuhan pertanian, perikanan dan konsumsi serta objek wisata, sumber air Danau Mooat digunakan untuk PLTA untuk memenuhi kebutuhan listrik di Propinsi Sulut dan Gorontalo. Permasalahan saat ini karena semakin banyaknya kegiatan di sekitar dan di Danau Moat mengakibatkan turunnya kualitas lingkungan bahkan mengancam putusnya fungsi ekosistim danau. Riset pada tahun 2009. dilakukan dengan pengamatan langsung sebanyak 3 kali di lapangan (Februari-Mei-September) dan analisis di laboratorium. Pengumpulan data primer dilakukan langsung pada lapangan melalui survei, sedangkan data sekunder didapatkan melalui pengumpulan berbagai referensi yang relevan. Stasiun pengambilan contoh ditentukan secara purposif (5 stasiun) yang didasari pada keberadaan inlet/outlet, keterwakilan zona litoral dan zona tengah danau, serta berdasarkan keberadaan populasi ikan. Pengambilan beberapa parameter fisika, kimia dan biologi perairan (temperatur, kecerahan, kedalaman, substrat dasar dan daya hantar listrik. Parameter kimia yaitu : pH, DO, CO2, Total Phospat (PO4), Amoniak (NH3), Nitrat (NO3) Nitrit (NO2) dan Alkalinitas. Parameter biologi yaitu plankton, bentos dan chlorofil-a) dilakukan berdasarkan stratifikasi kedalaman perairan danau. Data potensi produksi ikan di Danau Moat didapatkan dengan cara mengukur produktivitas primer perairan. Hasil riset menunjukkan bahwa jenis ikan di Danau Mooat umumnya merupakan jenis ikan introduksi seperti ikan mujaer (Oreochromis mossambicus), nila (Oreochromis niloticus), nilem (Osteochilus hasselti), bitik (Xiphophorus helleri) dan mas (Cyprinus carpio),lele dumbo(Clarias bathtacus), lele kuning (Clarias sp) dan satu jenis ikan asli danau Mooat yaitu Sogili (Anguilla marmorata). Berdasarkan nilai parameter fisika-kimia dan produktivitas primer, Danau Mooat termasuk dalam klasifikasi danau oligo-mesotrofik yaitu danau dengan tingkat kesuburan rendah-sedang. Potensi produksi ikan di Danau Mooat tergolong rendah yaitu pada survei pertama berkisar antara 5,330-6,289 kg/ha/tahun dengan nilai rata-rata = 5,760 kg/ha/tahun. Pada survei kedua dan ketiga nilai potensi produksi ikan masing-masing berkisar antara 8,042-9,152 kg/ha/tahun dengan nilai rata-rata = 8,774 kg/ha/tahun berkisar antara 9,125-10,166 kg/ha/tahun dengan nilai rata-rata = 9,651 kg/ha/tahun.

Kata Kunci : danau mooat, kualitas air, potensi produksi ikan, sulawesi utara

DISTRIBUSI SPATIAL NITRAT, FOSFAT, DAN RASIO N/P DI PERAIRAN TELUK JAKARTA

Yuliana*), Enan M. Adiwilaga**), Enang Harris**), dan Niken T.M. Pratiwi**).*)Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Khairun, Ternate**)Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut Pertanian Bogor

Teluk Jakarta merupakan kawasan perairan yang sangat penting, baik dari segi ekologis maupun ekonomis. Perairan ini termasuk perairan dengan beban masukan yang tinggi dari daratan yang disebabkan oleh tingginya curah hujan di sekitar wilayah Jakarta, Bogor, Tangerang, dan Bekasi, beban masukan tersebut masuk ke Teluk Jakarta melalui 13 sungai yang bermuara ke perairan ini. Jenis masukan nutrien di perairan ini berkaitan erat dengan kegiatan domestik, industri, dan pertanian di Kota Jakarta dan sekitarnya. Jenis masukan yang ada di teluk ini terutama berupa nitrogen dan fosfor, kedua jenis nutrien tersebut termasuk nutrien anorganik utama yang diperlukan fitoplankton untuk tumbuh dan berkembang. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji distribusi spatial nitrat dan fosfat, serta menentukan rasio N/P di perairan Teluk Jakarta. Penelitian dilaksanakan pada bulan Juli dan September 2009 di 6 (enam) stasiun. Hasil yang diperoleh selama penelitian menunjukkan bahwa konsentrasi nitrat di perairan berkisar antara 0,1019 - 0,2937 mg/l, fosfat 0,0473 - 0,5836 mg/l, sedangkan rasio N/P berada pada nilai 5.

Kata Kunci : danau maninjau, fitoplankton, keragaman, kualitas air.

BAHAN ORGANIK POLUTAN (OIL DAN GREASE, FENOL) HUBUNGANNYA TERHADAP KUALITAS PERAIRAN SUNGAI SIAK BAGIAN HILIR

Siswanta Kaban Balai Riset Perikanan Perairan Umum

Bahan organik polutan seperti halnya oil dan grease, fenol dapat digunakan sebagai indikator perairan, yang dapat menyebabkan rendahnya konsentrasi oksigen, peningkatan permintaan oksigen biokimia (BOD), peningkatan suhu air dan keasamaan air yang terkait dengan degradasi habitat perairan, berkurangnya produktivitas dan keanekaragaman hayati. Sebaran terhadap polutan bahan organik minyak dan lemak, phenol di Sungai Siak bagian hilir dilakukan pada tahun 2009. Bahan organik polutan seperti halnya oil dan grease dan fenol merupakan bahan polutan yang berbahaya khususnya terhadap biota yang dapat menyebabkan gangguan fisiologis (abnormal) seperti halnya pengurangan kekebalan organisme akuatik yang ada di perairan. Hasil penelitian menunjukkan fenol di sungai siak masih berada di ambang batas yang ditetapkan sedangkan konsentrasi oil/grease cukup tinggi bahkan pada lokasi tertentu mencapai 3,4 mg/l yang kemungkinan disebabkan aktivitas industri disepanjang sungai siak cukup tinggi maupun dari limbah domestik dan pemanfaatan transportasi yang cukup tinggi. Kualitas perairan yang berpengaruh langsung akibat tingginya oil/grease di sungai siak seperti halnya rendahnya oksigen terlarut dan derajat keasaman.

Kata kunci : bahan organik polutan, fenol, oil dan grease, sungai siak.

KELIMPAHAN DAN KERAGAMAN PLANKTON DI WADUK KEDUNG OMBO JAWA TENGAH

Susilo AdjieBalai Riset Perikanan Perairan Umum, Palembang

Waduk Kedung Ombo (4.800 ha) terletak di Kabupaten Grobogan, Jawa Tengah secara resmi dioperasikan pada tahun 1991. Daerah genangan air waduk menyebar ke tiga wilayah administrasi Kabupaten yaitu Grobogan, Boyolali dan Sragen. Sumber air waduk Kedung Ombo yaitu berasal dari sungai Jerabung, Serang, Lusi, dan Juwana (JRATUNSELUNA). Dalam dunia perikanan, keberadaan plankton terutama fitoplankton merupakan faktor biologi yang penting, karena fitoplankton merupakan bagian mata rantai pertama dalam jaringan makanan di perairan. Disamping itu, kelimpahan plankton dapat juga menjadi indikator tentang kesuburan perairan. Pengamatan kelimpahan dan keragaman plankton telah dilakukan di waduk Kedung Ombo, Jawa Tengah pada bulan Februari, Mei, Agustus dan November 2009 dengan menetapkan 6 stasiun pengamatan yaitu inlet Serang, inlet Samodro, tengah, KJA aquafarm, KJA Ngasinan dan outlet Boyolayar. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kelimpahan dan keragaman plankton dalam kaitannya dengan kesuburan perairan. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa plankton yang ditemukan terdiri dari delapan kelas yaitu: Bacillariophyceae (9 spesies), Chlorophyceae (7 spesies), Cyanophyceae (3 spesies), Dinophyceae (1 spesies), Euglenophyceae (1 spesies), Crustacea (2 spesies), Mastigophora (2 spesies) dan Monogononta (4 spesies). Bacillariophyceae menempati proporsi tertinggi berdasarkan jumlah spesies. Waduk Kedung Ombo termasuk kesuburannya tinggi (eutrofik) dengan kelimpahan tertinggi pada stasiun 6 yaitu sekitar 357.758 sel/liter.

Kata kunci: kelimpahan, keragaman, plankton, waduk Kedung Ombo

KOMPOSISI DAN KELIMPAHAN JUVENIL IKAN DI PERAIRAN TELUK JAKARTA DKI JAKARTA

Adriani Sri Nastiti Krismono*), Achmad Fitriyanto*) dan Astri Suryandari*)*) Peneliti di Balai Riset Pemulihan Sumber Daya Ikan, Jatiluhur Teluk Jakarta merupakan perairan semi terbuka dengan ekosistem antara estuarin dan marin (hutan bakau, padang lamun dan terumbu karang) yang berperan sebagai saringan pertukaran aliran energi didalamnya, flushing rate tinggi sekaligus mudah terpapar bahan pencemar, diketahui bahwa kondisi sumber daya ikan di perairan Teluk Jakarta cenderung sudah kritis (over fishing). Kenyataan yang ada bahwa daerah penangkapan ikan adalah habitat juvenil ikan yang sebetulnya harus dilindungi atau di konservasi.Tujuan penelitian adalah untuk mendapatkan gambaran secara deskriptif juvenil ikan sebagai salah satu dasar pengelolaan kawasan konservasi sumber daya ikan di Perairan Teluk Jakarta. Metode penelitian yang digunakan pengambilan contoh berstrata (stratified sampling method). Penelitian dilaksanakan pada bulan April 2009 sampai Oktober 2009 pada 10 stasiun. Untuk mendapatkan komposisi kelimpahan juvenil ikan digunakan alat tangkap mini bottom trawl selanjutnya contoh juvenil ikan yang diperoleh disortir dengan bantuan loop diperoleh jenis sedangkan untuk mendapatkan kelimpahan juvenil ikan digunakan metode swept area. Hasil penelitian menunjukkan bahwa di Teluk Jakarta komposisi Juvenil ikan 63 % dan juvenil crustacea 37 %. Komposisi juvenil ikan di Tanjung Karawang dan Muara Gembong (wilayah timur Teluk Jakarta) sebesar 79% di dominasi oleh ikan teri (Stolepharus sp) dan udang putih (Peneaus merguensis) sedangkan terendah di Muara Kamal dan Tanjung Rebo (wilayah barat Teluk Jakarta) sebesar 21% didominasi ikan Beseng-beseng (Apogon sp) dan ikan petek (Leigantahus sp). Nilai total Kelimpahan Juvenil yang tertinggi di wilayah timur Teluk Jakarta sebanyak 54,773 ind/m2 didominasi oleh jenis udang putih (Peneaus merguensis) sedangkan terendah di wilayah barat Teluk Jakarta sebanyak 45,140 ind/m2 didominasi oleh jenis ikan petek (Leiogantahus sp). Kondisi habitat di wilayah timur Teluk Jakarta lebih baik dibandingkan wilayah barat. Wilayah barat Teluk Jakarta, perairannya dipengaruhi oleh banyak aktivitas manusia baik di bidang industri dan rumah tangga.

Kata kunci: komposisi, kelimpahan, juvenil, Teluk Jakarta.

POLA REKRUITMEN KERANG SIMPING (AMUSIUM PLEURONECTES) DI PERAIRAN KABUPATEN BREBES JAWA TENGAH

Ana Kristianti1, Waridin2, Jusup Suprijanto21. Mahasiswa Program Double Degree Managemen Sumberdaya Pantai UN DIP 2. Dosen Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Diponegoro Semarang

Kerang merupakan salah satu sumberdaya laut, yang mempunyai potensi besar dan nilai ekonomis yang tinggi, namun belum banyak dimanfaatkan secara optimal, sebagai salah satu contoh adalah kerang simping. Produksi kerang simping rata-rata di Kabupaten Brebes mencapai 59 ton per tahun meskipun kerang simping merupakan product by-cacth. Sebagai salah satu biota yang hidup di dasar perairan dan keberadaannya tidak sepanjang tahun maka sangat menarik untuk dijadikan obyek penelitian. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah observasi langsung dengan melakukan penangkapan di wilayah perairan Brebes yang diduga sebagai habitat kerang simping dengan menggunakan jaring arad. Penelitian ini dilakukan pada bulan April 2009 Maret 2010 yang bertujuan untuk menganalisa pola rekruitment kerang simping. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kerang simping melakukan pemijahan atau rekruitment sepanjang tahun, dengan bulan Mei sampai dengan bulan Agustus merupakan puncak musim pemijahan. Pada bulan Mei 17.29%, bulan Juni 17.87%, Juli 15.76% dan bulan Agustus 10.42%. Hasil analisis menunjukkan bahwa pola rekruitmen individu baru yang ditandai dengan adanya proses pemijahan terjadi sepanjang tahun dari bulan Januari sampai dengan Desember tetapi lebih optimal terjadi pada bulan Mei sampai dengan bulan Agustus. Hal ini sesuai dengan pendapat Joll (1987) yang menyatakan bahwa fase gametogenesis Amusium balloti mulai terlihat pada bulan Maret dan gonad tersebut mengalami perkembangan seksual sampai dengan Desember/Januari dan spawning Amusium balloti terjadi dari April/Mei sampai Desember. Selain itu Joll (1989) juga mengatakan bahwa gonad pada Amusium balloti mulai berkembang pada bulan Juni/Juli dan spawning terjadi dari bulan Agustus sampai Februari/Maret. Hal ini menunjukkan bahwa Amusium balloti dapat melakukan spawning sepanjang tahun sesuai dengan pendapat Hasler dan Moran (1988) dalam Setiobudiandi (2000) bahwa kerang di daerah tropis memijah sepanjang tahun.

Kata kunci: karakteristik pertumbuhan, kerang simping (Amusium pleuronectes),

KERAGAMAN GENETIK IKAN SEMAH (TOR SORO, VALENCIENNES, 1842) BERDASARKAN PARSIAL SEKUENSE CYt B DNA MITOKONDRIA

Arif Wibowo, Subagja dan Safran Makmur

Penelitian dilakukan selama tahun 2008 di perairan umum Prov. Sumatera Utara, Sumatera Selatan dan Jawa barat. Tujuan penelitian adalah mendeterminasi struktur genetika (keragaman nukleotida dan haplotype) Ikan Semah (Tor soro) yang merupakan komponen penting bagi pengelolaan sumber daya ikan semah di masa yang akan datang. Metode penelitian menggunakan purposive sample untuk pengambilan sample ikan semah. Sirip ekor dan darah ikan dikoleksi dan diawetkan menggunakan alkohol absolut 99%. dan diekstraksi dengan menggunakan metode sambrook. Analisis genetik menggunakan metode sekuense DNA mitokondria di Laboratorium Rekayasa Genetika, Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) Serpong, dengan tahapan-tahapan pengerjaan yang dijelaskan sebagai berikut. Ekstraksi dan purifikasi DNA total dilakukan menurut metode Sambrook yaitu purifikasi total genom DNA dengan standar fenol, kloroform, isoamil alkohol (ChoI-IAA) dan diikuti dengan presepitasi etanol absolut. Primer didesign menggunakan paket program PRIMER 3. Runtutan basa nucleotida yang dihapat disejajarkan dengan Clustal W dan dianalisis keragaman nukleotida (variasi dan komposisi nukleotida) dalam paket program MEGA 4.0. Analisis keragaman haplotype (h) dab menggunakan ARLEQUIN 3.1.Hasil penelitian mengungkapkan Populasi Ikan Semah yang berada di Jawa Barat memiliki keragaman genetic yang paling tinggi (h = 1.000; = 0.313), kemudian berturut-turut sampai yang terendah populasi ikan semah Sumatera Selatan (h = 1.000; = 0.148) dan Sumatera Utara (h = 1.000; = 0.121).Pengamatan pohon filogenetik mengindikasikan bahwa populasi diferensiasi telah terjadi pada ikan semah, dimana populasi Jawa Barat, Sumatera Utara dan Sumatera Selatan adalah populasi atau unit stok yang terpisah.

Kata kunci: haplotype, ikan semah (Tor soro), keragaman, nukleotida

KELIMPAHAN FITOPLANKTON DI WADUK GAJAHMUNGKUR WONOGIRI JAWA TENGAH

Danu Wijaya dan Agus Djoko Utomo

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui komposisi dan kelimpahan fitoplankton di Waduk Gajahmungkur, Jawa Tengah. Pengamatan dilakukan pada bulan Februari dan Mei 2009. Dalam peneitian ini ditentukan empat stasiun, yaitu : Inlet, Tengah, KJA, dan Outlet. Pengambilan contoh fitoplankton dilakukan dengan menggunakan plankton net. Dari hasil pengamatan didapatkan 22 genera fitoplankton dari 4 kelas. Pada Februari 2009, kelimpahan fitoplankton tertinggi di stasiun KJA Aquafarm (183.015 sel/L) dan terendah di stasiun outlet (28.792 sel /L). Pada Mei 2009, kelimpahan fitoplankton tertinggi di stasiun tengah(171.473 sel /L) dan terendah di stasiun outlet (7.060 sel /L). Sedangkan indeks keanekaragaman tertinggi terdapat pada bulan Februari terdapat di stasiun inlet (0,72) dan pada bulan Mei terdapat di stasiun tengah (1,43).

Kata kunci: fitoplankton, kelimpahan, Waduk Gajahmungkur

BAHAN ORGANIK TOTAL DAN KUALITAS PERAIRAN DI WADUK IR H DJUANDA

Lismining Pujiyani Astuti dan Andri WarsaPeneliti pada Loka Riset Pemacuan Stok Ikan, Jatiluhur

Masukan pencemaran yang menyebabkan perubahan kualtas air di waduk Ir H Djuanda dapat berasal dari dalam yaitu aktivitas budidaya dan dari luar yaitu dari runoff catchment area dan dari inlet Waduk Cirata. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Agustus Nopember 2009 pada 4 stasiun pengamatan menggunakan metode sampling berstrata. Tujuan penulisan ini adalah untuk mengetahui pengaruh bahan organik terhadap keberdaan beberapa parameter kualtas air di Waduk Ir H Djuanda. Konsentrasi bahan organik selama penelitian pada kedalaman 0 8 m adalah 3,52 10,73 mg/L dengan rata rata 6,16 mg/L dan di dasar perairan berkisar 3,65 13,8 mg/L dengan rata rata 6,77mg/L. Konsentrasi oksigen terlarut pada kedalaman 0 8 m adalah 0,2 9,2 mg/L dengan rata rata 4,17 mg/L dan di dasar perairan berkisar 0,0 2,20 mg/L dengan rata rata 0,49 mg/L. konsentrasi ammonium pada kedalaman 0 8 m adalah 0,07 2,80 mg/L dengan rata rata 0,58 mg/L dan di dasar periran berkisar 0,19 1,17 mg/L dengan rata rata 0,55 mg/L dan konsentrasi Orthofosfat pada kedalaman 0 8 m adalah 0,00 0,025 mg/L dengan rata rata 0,08 mg/L dan di dasar periran berkisar 0,02 0,51 mg/L dengan rata rata 0,15 mg/L. Konsentrasi bahan organik di Waduk Ir H Djuanda berpengaruh pada keberadaan beberapa parameter kualitas air lainnya yaitu penurunan konsentrasi oksigen terlarut. Adanya konsentrasi bahan organik yang tinggi akan menyebabkan naiknya konsentrasi amonium dan orthofosfat yang berasal dari dekomposisi bahan organik tersebut.

Kata kunci : bahan organik, Waduk Ir H Djuanda, kualitas air

KELIMPAHAN ZOOPLANKTON DI WADUK SAGULING JAWA BARAT

Masayu Rahmia Anwar Putri dan Sri Endah PurnamaningtyasBalai Riset Pemulihan Sumberdaya IkanJl. Cilalawi Tromol Pos No. 1 jatiluhur PurwakartaEmail : [email protected]

Zooplankton mepunyai peran penting sebagai konsumen pertama dalam rantai makanan di perairan yang memanfaatkan fitoplankton sebagai produsen primer. Waduk Saguling yang terletak di provinsi Jawa Barat merupakan waduk dengan tingkat pencemaran cukup tinggi yang berasal dari kegiatan budidaya, blooming eceng gondok dan juga limbah industri ataupun rumah tangga. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui kelimpahan zooplankton di waduk Saguling. Penelitian dilakukan pada tahun 2008 di 5 stasiun pengamatan dengan kedalaman 0, 2, 4 dan 8 meter. Kelimpahan individu zooplankton dilakukan dengan menggunakan metode Lackey drop microtransect counting. Ditemukan 4 kelas zooplankton di Waduk Saguling, yaitu Copepoda, Cladocera, Rotifera dan Protozoa. Secara horizontal, kelimpahan zooplankton tertinggi berada di stasiun Dam yaitu 476.844 ind/l dan terendah di stasiun Maroko dengan kelimpahan 192.146 ind/l. Secara vertikal semakin dalam perairan, kelimpahan zooplankton semakin tinggi dimana pada kedalaman 8 meter kelimpahannya 459.720 ind/l sedangkan pada permukaan perairan 334.998 ind/l. Sedangkan secara temporal, kelimpahan zooplankton terendah terjadi pada bulan Juni yaitu sekitar 123.738 ind/l dan tertinggi terjadi pada bulan Desember yaitu sekitar 583.882 ind/l.

Kata Kunci : Kelimpahan, Waduk Saguling, Zooplankton

PENGARUH SUHU TERHADAP ZOOXANTHELLAE PADA KARANG PORITES LOBATA, POCILLOPORA DAMICORNIS DAN ACROPORA ASPERA

Richie Faizal Purwanto, Galang Sasana Pribadi, Ambariyanto dan Diah Permata WijayantiJurusan Ilmu Kelautan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, UNDIP, Semarang

Pemanasan global membawa ancaman serius terhadap kelestarian ekosistem terumbu karang. Fenomena yang mengakibatkan pergeseran iklim global (global climate change) tersebut diduga merupakan dampak dari efek rumah kaca yang dibawa oleh kelebihan CO2 (karbondioksida) dan gas-gas rumah kaca lainnya di atmosfir. Pengaruh pemanasan global pada ekosistem terumbu karang diduga telah menyebabkan sering munculnya pemutihan karang dalam tiga dekade terakhir. Kenaikan suhu lingkungan dari suhu toleransi karang berpengaruh terhadap zooxanthellae di dalam karang karena zooxanthellae sangat sensitif terhadap perubahan parameter lingkungan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh suhu terhadap perubahan densitas zooxanthellae, Mitotic Index (MI), ukuran zooxanthellae dan kandungan klorofil-a dari zooxanthellae yang diisolasi pada karang P. damicornis dan A. aspera. Pengambilan sampel diambil di Perairan Bandengan Jepara yang menggunakan cara sampling purposive. Penelitian ini dilakukan secara laboratoris dengan mengisolasi zooxanthellae dari karang P. lobata, P. damicornis dan A. aspera. Karang diberi perlakuan dengan 3 perlakuan suhu yaitu suhu 32C, 34C, 36C dan sebagai kontrol suhu 30C. Masing-masing perlakuan diulang sebanyak tiga kali. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kenaikan suhu yang tinggi menyebabkan penurunan densitas dan klorofil-a dalam jaringan karang, serta mengecilnya ukuran zooxanthellae. Sedangkan mitotic index menunjukkan bahwa respon yang diberikan cenderung bervariasi. Peningkatan suhu air memberikan pengaruh yang bervariasi terhadap parameter uji. Respon zooxanthellae yang diisolasi dari karang P. lobata cenderung tidak signifikan (P0,05). Sedangkan pada zooxanthellae karang P. damicornis dan A. aspera menunjukkan zooxanthellae memberikan nilai yang signifikan (P