pengelolaan sumberdaya perikanan dan kelautan dalam

8
108 OPEN ACCES Vol. 14 No. 1: 108-115 Mei 2021 Peer-Reviewed AGRIKAN Jurnal Agribisnis Perikanan (E-ISSN 2598-8298/P-ISSN 1979-6072) URL: https: https://ejournal.stipwunaraha.ac.id/index.php/AGRIKAN/ DOI: 10.29239/j.agrikan.14.1.108-115 Pengelolaan Sumberdaya Perikanan dan Kelautan dalam Meningkatkan Kesejahteraan dan Pemberdayaan Masyarakat Pesisir ( Studi Kasus di Desa Seri Kec. Nusaniwe Kota Ambon) ( Management of Fisheries and Marine Resources in Improving the Welfare and Empowerment of Coastal Communities (A Case Study at Desa Seri Kec. Nusaniwe Ambon City) ) Hobarth Williams Soselisa 1 1 Program Studi Ilmu Kesejahteraan Sosial, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Kristen Indonesia Maluku, Jl. Ot. Pattimaipauw, Talake Ambon, Ambon-Indonesia, Email: [email protected] Info Artikel: Diterima : 27 Mar.. 2021 Disetujui : 15 Mei 2021 Dipublikasi : 16 Mei 2021 Artikel Penelitian Keyword: Leading fishing gears, Coral fish, Western Seram Regency Korespondensi: Hobarth Williams Soselisa Univ. Kristen Indonesia Maluku, Ambon-Indonesia Email : [email protected] Copyright© Mei 2021 AGRIKAN Abstrak. Penulis berpendapat bahwa pengelolaan sumberdaya perikanan dan kelautan dewasa ini lebih banyak pada tujuan ekologi dan ekonomi dari nilai indirect use value, sedangkan nilai direct use value sering dimanfaatkan tanpa melihat keberlanjutannya. Manfaat langsung untuk meningkatkan kesejahteran masyarakat pesisir selama ini hanya terbatas pada skala lokal dengan peralatan terbatas. Kondisi ini yang menjadi tangungjawab semua pihak termasuk penentu kebijakan dalam meningkatkan nilai ekonomi sumberdaya perikanan dan kelautan. Jenis penelitian ini adalah deskriptif kualitatif. Metode pengumpulan data observasi, interview mendalam, FGD dan studi dokumentasi. Data dikumpulkan dari informan yang berasal dari kalangan Pemerintah (Camat, Raja Nusaniwe), masyarakat yang melakukan aktivitas menjaga dan melestarikan ekosistem pesisir dan lautan yang berada dalam kondisi kritis seperti Terumbu karang, padang lamun, estuaria dan hutan mangrove. Nilai ekonomi sumberdaya perikanan dan kelautan dapat ditingkatkan dengan mengelola secara berkelanjutan. Untuk meningkatkan nilai manfaat sumberdaya tersebut dilakukan berbagai upaya dengan metode yang tepat, sehingga sumberdaya perikanan dan kelautan dapat dioptimalkan pengelolaannya bagi kesejahteraan masyarakat pesisir. Hasil kajian ini menunjukan bahwa upaya pengelolaan sumberdaya perikanan dan kelautan hasilnya masih dirasakan oleh masyarakat yang jauh dari kawasan pesisir, artinya para pengusaha dan tengkulak yang selama ini mengecap hasil dari sumberdaya perikanan dan kelautan yang sudah di upayakan oleh masyarakat pesisir. Bahwa upaya peningkatan kesejahteraan masyarakat peisir di desa Seri Kec. Nusaniwe Kota Ambon juga tergantung dari upaya pengelolaan sumberdaya perikanan dan kelautan, artinya bahwa jika tidak dilakukan konservasi terhadap sumberdaya perikanan dan kelautan, maka akan terjadi ekploitasi besar-besaran oleh kapal-kapal asing maupun perusahaan-perusahaan ikan yang hanya mencari keuntungan semata. Abstract. The author argues yhat management of fisheries and marine resources to day is more on ecological and economic goals than indirect use value, while direct use value is often used regardless of is sustainability. So far, direct benefits for improving the welfare of coastal communitiies have only been limited to a local scale with limited equipment. This condition is the responsibility of all parties, including policy makers, in increasing the economic value of fisheries and marine resources. This type of research is descriptive qualitative. Obervation data collection methods, indepth interviews, FGD and documentation studies. Data were collected from informants, government (Camat, Raja Nusaniwe), people who carry aut activities to maintain and preserve coastal and marine ecosystems that are in critical condition such as coral reefs, seagrass beds, estuaries and mangrove forests. The economic value of fisheries and marine resources can be increased by managing them sustainably. To increase the useful value of these resources, various efforts are made with the right methods, so that the management of fisheries and marine resources can be optimized for the welfare of coastal communities.The result of this study indicate that the result of fisheries and marine resourece management efforts are still felt by people who are far from coastal areas. Meaning that entrepreneurs and middlemen who have tasted the results of fishery and marine resources have been strived for by coastal communities. That efforts to improve the welfare of the peisir people also depend on the management of fisheries and marine resources, which means that if fisheries and marine resources are not conserved, there will be massive exploitation by foreign ships and fish companies that are only looking for profit. I. PENDAHULUAN Perairan Indonesia yang sangat luas tidak hanya menyediakan sumberdaya alam yang sangat kaya, namun juga menimbulkan berbagai masalah dalam pengelolaannya. Sistem pemerintahan yang sentralisasi di masa lalu telah menciptakan ketidak seimbangan pembangunan regional antara Indonesia bagian barat dan Indonesia bagia timur. Provinsi-provinsi yang dekat dengan pusat, penanganannya lebih mudah dan murah

Upload: others

Post on 13-Jan-2022

6 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Pengelolaan Sumberdaya Perikanan dan Kelautan dalam

108

OPEN ACCES

Vol. 14 No. 1: 108-115 Mei 2021

Peer-Reviewed

AGRIKAN

Jurnal Agribisnis Perikanan (E-ISSN 2598-8298/P-ISSN 1979-6072)

URL: https: https://ejournal.stipwunaraha.ac.id/index.php/AGRIKAN/

DOI: 10.29239/j.agrikan.14.1.108-115

Pengelolaan Sumberdaya Perikanan dan Kelautan dalam Meningkatkan Kesejahteraan dan Pemberdayaan Masyarakat Pesisir (Studi Kasus di Desa

Seri Kec. Nusaniwe Kota Ambon)

(Management of Fisheries and Marine Resources in Improving the Welfare and Empowerment of Coastal Communities (A Case Study at Desa Seri Kec.

Nusaniwe Ambon City) )

Hobarth Williams Soselisa1

1 Program Studi Ilmu Kesejahteraan Sosial, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Kristen Indonesia

Maluku, Jl. Ot. Pattimaipauw, Talake Ambon, Ambon-Indonesia, Email: [email protected]

Info Artikel:

Diterima : 27 Mar.. 2021

Disetujui : 15 Mei 2021

Dipublikasi : 16 Mei 2021

Artikel Penelitian

Keyword:

Leading fishing gears, Coral

fish, Western Seram Regency

Korespondensi:

Hobarth Williams Soselisa

Univ. Kristen Indonesia

Maluku,

Ambon-Indonesia

Email :

[email protected]

Copyright© Mei

2021 AGRIKAN

Abstrak. Penulis berpendapat bahwa pengelolaan sumberdaya perikanan dan kelautan dewasa ini lebih

banyak pada tujuan ekologi dan ekonomi dari nilai indirect use value, sedangkan nilai direct use value sering

dimanfaatkan tanpa melihat keberlanjutannya. Manfaat langsung untuk meningkatkan kesejahteran

masyarakat pesisir selama ini hanya terbatas pada skala lokal dengan peralatan terbatas. Kondisi ini yang

menjadi tangungjawab semua pihak termasuk penentu kebijakan dalam meningkatkan nilai ekonomi

sumberdaya perikanan dan kelautan. Jenis penelitian ini adalah deskriptif kualitatif. Metode pengumpulan

data observasi, interview mendalam, FGD dan studi dokumentasi. Data dikumpulkan dari informan yang

berasal dari kalangan Pemerintah (Camat, Raja Nusaniwe), masyarakat yang melakukan aktivitas menjaga

dan melestarikan ekosistem pesisir dan lautan yang berada dalam kondisi kritis seperti Terumbu karang,

padang lamun, estuaria dan hutan mangrove. Nilai ekonomi sumberdaya perikanan dan kelautan dapat

ditingkatkan dengan mengelola secara berkelanjutan. Untuk meningkatkan nilai manfaat sumberdaya tersebut

dilakukan berbagai upaya dengan metode yang tepat, sehingga sumberdaya perikanan dan kelautan dapat

dioptimalkan pengelolaannya bagi kesejahteraan masyarakat pesisir. Hasil kajian ini menunjukan bahwa upaya

pengelolaan sumberdaya perikanan dan kelautan hasilnya masih dirasakan oleh masyarakat yang jauh dari

kawasan pesisir, artinya para pengusaha dan tengkulak yang selama ini mengecap hasil dari sumberdaya

perikanan dan kelautan yang sudah di upayakan oleh masyarakat pesisir. Bahwa upaya peningkatan

kesejahteraan masyarakat peisir di desa Seri Kec. Nusaniwe Kota Ambon juga tergantung dari upaya

pengelolaan sumberdaya perikanan dan kelautan, artinya bahwa jika tidak dilakukan konservasi terhadap

sumberdaya perikanan dan kelautan, maka akan terjadi ekploitasi besar-besaran oleh kapal-kapal asing maupun

perusahaan-perusahaan ikan yang hanya mencari keuntungan semata.

Abstract. The author argues yhat management of fisheries and marine resources to day is more on ecological

and economic goals than indirect use value, while direct use value is often used regardless of is sustainability.

So far, direct benefits for improving the welfare of coastal communitiies have only been limited to a local scale

with limited equipment. This condition is the responsibility of all parties, including policy makers, in

increasing the economic value of fisheries and marine resources. This type of research is descriptive qualitative.

Obervation data collection methods, indepth interviews, FGD and documentation studies. Data were collected

from informants, government (Camat, Raja Nusaniwe), people who carry aut activities to maintain and

preserve coastal and marine ecosystems that are in critical condition such as coral reefs, seagrass beds,

estuaries and mangrove forests. The economic value of fisheries and marine resources can be increased by

managing them sustainably. To increase the useful value of these resources, various efforts are made with the

right methods, so that the management of fisheries and marine resources can be optimized for the welfare of

coastal communities.The result of this study indicate that the result of fisheries and marine resourece

management efforts are still felt by people who are far from coastal areas. Meaning that entrepreneurs and

middlemen who have tasted the results of fishery and marine resources have been strived for by coastal

communities. That efforts to improve the welfare of the peisir people also depend on the management of fisheries

and marine resources, which means that if fisheries and marine resources are not conserved, there will be

massive exploitation by foreign ships and fish companies that are only looking for profit.

I. PENDAHULUAN

Perairan Indonesia yang sangat luas tidak

hanya menyediakan sumberdaya alam yang sangat

kaya, namun juga menimbulkan berbagai masalah

dalam pengelolaannya. Sistem pemerintahan yang

sentralisasi di masa lalu telah menciptakan

ketidak seimbangan pembangunan regional antara

Indonesia bagian barat dan Indonesia bagia timur.

Provinsi-provinsi yang dekat dengan pusat,

penanganannya lebih mudah dan murah

Page 2: Pengelolaan Sumberdaya Perikanan dan Kelautan dalam

Jurnal Ilmiah Agribisnis dan Perikanan (AGRIKAN UMMU-Ternate) Volume 14 Nomor 1 (Mei 2021)

109

dibandingkan dengan provinsi-provinsi yang jauh

dari pusat pemerintahan, yang penanganannya

teramat sulit dan memerlukan biaya besar,

sehingga timbulah kondisi perkembangan daerah

yang sangat kontras. Masalah utama dari

ketidakseimbangan ini adalah lemahnya

koordinasi antara pemerintah pusat dan

pemerintah daerah, sehingga pelaksanaan program

aksi di daerah-daerah terpencil selalu tertinggal

dan kurang efektif dan tingkat kesejahteraanpun

menjadi tertunda.

Peningkatan kesejahteraan sosial dapat

dicapai melalui proses pembangunan (Adi, 2007: 3-

5; Gunawan dan Muhtar, 2010: 9-10). Salah-satu

aspek penting dalam mewujudkan kesejahteraan

sosial adalah sumberdaya perikanan dan kelautan

di kawasan pesisir dalam menunjang

kesinambungan pembangunan. Merupakan suatu

kenyataan bahwa Indonesia memiliki ribuan

komunitas masyarakat pesisir yang terpencar di

berbagai kepulauan, yang mana sebagian besar

berada jauh dari jangkauan pemerintah pusat di

Jakarta. Maka tidaklah mengherankan bila

komunitas-komunitas ini tertinggal karena

keterpencilannya dan kekurangefektifan

pengelolaan pembangunan.

Daerah pesisir telah menyediakan ruang

kehidupan bagi nelayan dan keluarganya,

mengingat letaknya yang strategis bagi kegiatan

melaut maupun kegiatan pengolahan hasil laut

dan pemasarannya. Pembangunan yang

dilaksanakan akhir-akhir ini tidak selalu

membawa keuntungan bagi masyarakat pesisir.

Umumnya laju pembangunan, termasuk di bidang

industri dan pariwisata, yang berlangsung

diwilayah pesisir lebih memberikan keuntungan

pada masyarakat dan lembaga yang berada jauh

dari masyarakat pesisir. Sedangkan masyarakat

lokal hanya memperoleh beban kerusakan

lingkungan yang harus mereka hadapi dalam

kehidupan sehari-hari.

Potensi sumberdaya perikanan dan kelautan

tersebut belum dikelola dan ditata dengan baik

sehingga potensi yang dimiliki ini belum

memberikan kontribusi yang optimal bagi

pengembangan ekonomi masyarakat pesisir.

Ekosistem pesisir dan lautan yang berada dalam

kondisi kritis adalah Terumbu karang, padang

lamun, estuaria dan hutan mangrove, merupakan

ekosistem yang memiliki karakteristik yang khas

dan sebagai tempat hidup/habitat ikan dan biota

laut lainnya.

Data dari Direktorat Jenderal Perikanan

memperlihatkan bahwa Indonesia memiliki 67.514

desa yang berada dalam 3.680 Kecamatan, dimana

sekitar 22.917 (34%) desa, termasuk 4.375 desa

pesisir, berada dalam katagori desa miskin. Desa-

desa miskin ini berada dalam 1.173 kecamatan.

Berdasarkan data tersebut di atas, pada desa-desa

pesisir yang ada di provinsi Maluku juga menjadi

perhatian untuk dilakukan suatu kajian berkaitan

dengan sumberdaya perikanan dan kelautan di

kawasan pesisir dalam menunjang

kesinambungan pembangunan.

Data dari Kantor Negeri Nusaniwe, hasil

pendataan keluarga tahun 2018 menggambarkan

bahwa ada 23 nelayan pada daerah pesisir yang

sementara melakukan kegiatan nelayan untuk

mendapatkan hasil tangkapan dan dijual untuk

memenuhi kebutuhan hidup keluarga. Hal ini

dilakukan mereka mengingat banyaknya

kebutuhan yang paling pokok yang harus

dipenuhi, seperti air bersih, tempat berteduh,

kesehatan, pendidikan anak-anak dan lain

sebagainya. Berdasarkan data tersebut, maka

dilakukan study pendahuluan (pre-pilot

study). Studi pendahuluan ini dilakukan

sebagai upaya untuk menemu-kenali

keluarga-keluarga yang berupaya untuk

menjaga dan melestarikan ekosistem pesisir

dan lautan yang berada dalam kondisi kritis

seperti Terumbu karang, padang lamun,

estuaria dan hutan mangrove. Hal ini mereka

lakukan karena merupakan ekosistem yang

memiliki karakteristik yang khas dan sebagai

tempat hidup/habitat ikan dan biota laut

lainnya. Adapun beberapa isu strategis dan

permasalahan yang menyebabkan menurunya

sumberdaya alam perikanan dan kelautan yang

menyebabkan terhalangnya upaya peningkatan

kesejahteraan dan pemberdayaan masyarakat di

wilayah pesisir adalah : Aktivitas masyarakat yang

justru mengancam kelangsungan hidup organisme

laut, dimana dalam proses penangkapan ikan

masih menggunakan bahan peledak dan bahan

beracun, pencemaran akibat limbah industri,

limbah domestik dan limbah kegiatan pertanian.

Lemahnya management pengelolaan sumberdaya

ditingkat lokal dimana potensi sumberdaya alam

perikanan dan kelautan belum dikelola dengan

baik sehingga potensi yang dimiliki belum

memberikan kontribusi yang optimal dan Faktor-

faktor yang mempengaruhi ketimpangan ekonomi

Page 3: Pengelolaan Sumberdaya Perikanan dan Kelautan dalam

Jurnal Ilmiah Agribisnis dan Perikanan (AGRIKAN UMMU-Ternate) Volume 14 Nomor 1 (Mei 2021)

110

dan struktur sosial yang terjadi akibat besarnya

jumlah penduduk yang bekerja sebagai nelayan

ataupun sebagai pengolah hasil-hasil perikanan

dan kelautan.

Tujuan penelitian ini adalah

Mengembangkan program pengelolaan wilayah

pesisir yang berkelanjutan guna terwujudnya

kelestarian sumberdaya perikanan dan kelautan

dan keseimbangan ekosistemnya serta

meningkatkan peranserta masyarakat pesisir mulai

tahap perencanaan hingga pelaksanaan

pengelolaan wilayah peisisir dalam

meningkatkan kesejahteraan masyarakat pesisir.

II. METODE PENELITIAN

Jenis penelitian ini adalah deskriptif

kualitatif. Metode pengumpulan data observasi,

interview mendalam, FGD dan studi dokumentasi.

Data dikumpulkan dari informan yang berasal

dari kalangan Pemerintah (Camat, Raja

Nusaniwe), masyarakat yang melakukan aktivitas

menjaga dan melestarikan ekosistem pesisir dan

lautan yang berada dalam kondisi kritis seperti

Terumbu karang, padang lamun, estuaria dan

hutan mangrove.

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

Secara umum Provinsi Maluku sebagai

suatu Provinsi Kepuluan memiliki karakteristik

akuatik terestrial yang membedakannya dengan

daerah-daerah terestrial maupun terestrial akuatik

lainya di Indonesia. Dalam konteks ini, provinsi

Maluku yang membedakan nya dengan provinsi

lain adalah luas wilayah laut yang lebih besar dari

wilayah daratan, sehingga warga masyarakat lebih

banyak mengantunggkan hidupnya di laut.

Desa Seri Kec. Nusaniwe Kota Ambon yang

sebagian besar penduduknya bermukim dipesisir

patai sebagai nelayan tangkap dengan cara

tradisional , sehingga perkembangannya masih

lambat.

Desa Seri Kec Nusaniwe Kota Ambon,

berlokasi pada bagian selatan Kota Ambon dengan

batas-batas wilayah : Sebelah Utara dengan

Kelurahan Kudamati, Sebelah selatan dengsn Laut

Banda, Sebelah Timur dengan Kmpung Mahia dan

Sebelah Barat dengan Desa Nusaniwe.

Secara Demografi, perkembangan

penduduk Desa Seri secara administarsi memiliki

11 RT dengan jumlah penduduk berjumlah 1511,

yaitu Laki-laki berjumlah 762 dan perempuan 749.

Sesuai dengan penduduk menurut mata

pencaharian sangat bervariasi. Hal ini disebabkan

karena tingkat usahanya kecil, produktifitas masih

rendah, permodalan lemah dan tingkat sosial

ekonominya masih tergolong miskin. Oleh karena

itu perlu dilakukan upaya peningkatan dan

pembinaan masyarakat pesisir untuk tetap

menjaga dan melestarikan ekosistem pesisir dan

lautan yang berada dalam kondisi kritis seperti

Terumbu karang, padang lamun, estuaria dan

hutan mangrove. Hal ini mereka lakukan karena

merupakan ekosistem yang memiliki karakteristik

yang khas dan sebagai tempat hidup/habitat ikan

dan biota laut lainnya.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa

usaha Pemberdayaan masyarakat pesisir Desa Seri

Kec. Nusaniwe Kota Ambon merupakan kegiatan

yang cukup menjanjikan karena didukung oleh

garis garis pantai yang panjang dan luas laut serta

terumbu karang yang masih baik dengan habitat

ikan yang masih banyak, demikian pula

pemasaran dengan orientasi pasar lokal dan

eksport kemancanegara, hal ini bisa dilihat dari

permintaan pasar ikan tuna yang sangat besar dan

harganya cukup relatif tinggi, baik pasar lokal

maupun ekspor. Hasil penelitian juga

membuktikan bahwa usaha pemberdayaan

masyarakat pesisir terus dipacu untuk menjaga

keanekaragaman hayati supaya dapat memenuhi

permintaan pasar sehingga dapat menaikkan

pendapatan mereka karena Desa Seri dan

masyarakat yang bermukin di Kecamatan

Nusaniwe Kota Ambon secara umum adalah laut

dengan habitat ikan tangkapan yang berlimpah

dan juga factor-faktor yang menyebabkan

kerusakan sumberdaya perikanan dan kelautan di

wilayah pesisir.

Adapun faktor-faktor penyebab kerusakan

sumberdaya perikanan dan kelautan di wilayah

pesisir adalah :

3.1. Aktivitas Masyarakat dan Kepadatan

Penduduk

Jumlah dan kepadatan penduduk yang

cukup tinggi menyebabkan permintaan akan

sandang, pangan dan papan meningkat. Untuk

mengatasi permintaan kebutuhan yang terus

meningkat tersebut tentunya perlu diikuti dengan

kenaikan jumlah produksi dan perluasan jaringan.

Jaringan adalah sebentuk tatanan spontan

yang muncul sebagai akibat dari berbagai

interaksi aktor-aktor tanpa diciptakan oleh

otoritas, melainkan oleh kebutuhan bersama

untuk mencapai hubungan sosial yang

bermanfaat. Jaringan (Fukuyama, 2000:327))

Page 4: Pengelolaan Sumberdaya Perikanan dan Kelautan dalam

Jurnal Ilmiah Agribisnis dan Perikanan (AGRIKAN UMMU-Ternate) Volume 14 Nomor 1 (Mei 2021)

111

merupakan hubungan moral kepercayaan, yaitu

sekelompok agen-agen individual yang berbagi

norma-norma atau nilai-nilai informal melampaui

nilai-nilai atau norma-norma yang penting dalam

kehidupan bermasyarakat. Jaringan-jaringan akan

benar-benar produktif bagi tatanan sosial, apabila

jaringan-jaringan itu bergantung pada norma-

norma informal. Alasan bahwa jaringan, yang

didefinisikan sebagai kelompok-kelompok yang

berbagi norma-norma atau inilai-nilai informal, itu

penting adalah bahwa jaringan-jaringan

memberikan saluran-saluran alternatif bagi aliran

informasi melalui dan dalam sistim sosial

kemasyarakatan.

Masyarakat pesisir di Desa Seri Kec

Nusaniwe Kota Ambon yang umumnya memiliki

kondisi sosial ekonomi dan latar pendidikan yang

relatif sangat rendah sulit mengikuti

perkembangan teknologi sehingga cenderung

sering menjadi objek (beban) dari pada subjek

pembangunan di desanya. Lebih lanjut ditambah

dengan faktor ketidak tahuan atau tekanan

ekonomi, maka aktivitas mereka sering

menyebabkan tekananan terhadap ekosistem di

daerah pesisir, yang berlanjut dengan kerusakan

ekosistem tersebut dan diperlukan partisipasi

aktif dari masyarakat.

Belum optimalnya masyarakat berpartisipasi

terhadap ekosistem di daerah pesisir disebabkan

oleh faktor-faktor internal dan faktor eksternal

(Soselisa; 2016, Mikkelsen, 2003; Cary, Ross,

Chapin; Abe 2001; Adi, 2013; Hamijoyo, 2003;

Suryawan, 2004; dan Hempri Suyatno, 2003).

Faktor internal adalah faktor-faktor yang melekat

pada diri dan anggota masyarakat dan faktor

eksternal merupakan faktor di luar masyarakat

(Sheldon dan Epstein, 2002; Hamijoyo, 2003;

Mikkelsen, 2003; Plumer, 2004; Sunarti, 2004).

Faktor internal menekankan pada faktor-faktor

psikologis, sosiologis, ekonomis. Di sisi lain,

faktor eksternal lebih menekankan pada peran

krusial para pemangku kepentingan dalam

pembangunan sektor perikanan dan keluatan

selain masyarakat. Para pihak eksternal yang

dimaksud dapat berupa pemerintah, LSM, hingga

private sector dan dalam keingin tahuan

masyarakat. Masyarakat harus diikutsertakan

dalam pengelolaan keanekaragaman hayati laut

baik secara langsung maupun tidak langsung

melalui program pendidikan dan latihan, (Bengen,

D.G, 2001). Kemauan dan kerjasama masyarakat

untuk mendukung sistem yang diciptakan sangat

berpengaruh terhadap keberhasilan pengelolaan

kawaan pesisir.

3.2. Pencemaran

Hal lain juga yang menjadi faktor penyebab

adalah pencemaran karena sebagain besar bahan

pencemar yang ditemukan di laut pada Desa Seri

Kec Nusaniwe Kota Ambon berasal dari kegiatan

manusia di daratan. Pada umumnya bahan

pencemar tersebut berasal dari berbagai kegiatan

industri, pertanian dan rumah tangga. Adanya

perkembangan industri yang pesat dan kegiatan

pertambangan yang ekstraktif serta meningkatnya

urbanisasi terutama pada daerah pesisir tanpa

menggunakan fasilitas penanganan limbah

menambah dampak buruk terhadap lingkungan

terutama pesisir dan lautan, sehingga pencemaran

yang terjadi menyebabkan penurunan kualitas

lingkungan pesisir dan laut. Laut juga merupakan

tempat pembuangan langsung sampah atau

limbah dari berbagai aktivitas manusia dengan

cara yang murah dan mudah. Dengan demikian

maka di laut akan dijumpai berbagai jenis sampah

dan bahan pencemar terutama logam (Siahainenia,

2001). Hasil perkiraan tingkat pencemaran limbah

industri, limbah domestik dan kegiatan pertanian,

contoh di Provinsi papua misalnya adalah sebagai

berikut ;

* perkiraan kandungan limbah industri di kawasan pesisir

Total nilai relative limbah Industri ribuan ton

* perkiraan kandungan limbah domestic di kawasan pesisir

Perkiraan kandungan nitrogen ribuan ton

Papua 6,012

Papua 5,379

Page 5: Pengelolaan Sumberdaya Perikanan dan Kelautan dalam

Jurnal Ilmiah Agribisnis dan Perikanan (AGRIKAN UMMU-Ternate) Volume 14 Nomor 1 (Mei 2021)

112

* perkiraan kandungan limbah dari kegiatan pertanian di kawasan pesisir

Perkiraan kandungan nitrogen ribuan ton

Catatan : Word Bank Industrial Pollution Projection database (1994)

Dampak negative pencemaran wilayah

pesisir tidak hanya mengganggu atau

membahayakan kehidupan biota dan lingkungan

laut, tetapi juga dapat membahayakan kesehatan

manusia, bahkan menyebabkan kematian,

mengurangi atau merusak nilai estetika dan

menimbulkan kerugian ekonomi dan sosial di

lingkungan pesisir dan laut di Desa Seri. Hasil

Penelitian juga menunjukkan bahwa beberapa

jenis dampak lanjutan sebagai akibat pencemaran

yang terjadi di perairan pesisir dan lautan adalah

persoalan sedimentasi, eotrofikasi, kesehatan

umum dan perikanan.

3.3. Kerusakan Ekosistem

Faktor lain juga yang sangat berpengaruh

adalah kerusakan ekosistem. Ancaman kerusakan

ekosistem laut juga disebabkan oleh banyaknya

pencemaran industri, reklamasi pantai, dan

pengasaman laut sebagai dampak perubahan

iklim. Banyak orang yang berfikir bahwa dengan

melihat luasnya lautan kita Indonesia, maka

semua hasil buangan sampah dan sisa-sisa industri

dapat di tampung oleh lautan tanpa menimbulkan

suatu akibat yang membahayakan. Dengan makin

cepatnya pertumbuhan penduduk di dunia dan

makin meningkatnya lingkungan industri

mengakibatkan makin banyaknya bahan-bahan

yang bersifat racun yang di buang ke lautan dalam

jumlah banyak yang menyebabkan sulitnya

mengontrol limbah-limbah yang di buang ke

dalam laut tersebut. Kerusakan ekosistem seperti

terumbu karang, padang lamun dan hutan

mangrove adalah tempat dimana hidupnya

berbagai biota laut dan tempat mencari makan,

merupakan komponen ekosistem yang mudah

rusak akibat ulah manusia karena berada didaerah

pesisir dan sering menjadi komoditi alternatif

masyarakat baik untuk keperluan karang untuk

hiasan atau keperluan bangunan rumah, sebagai

kayu bakar atau arang dan kuyu bangunan juga

sebagai bahan makan ternak, sehingga sering

dieksploitasi oleh masyarakat demi kepentingan

pribadi, pada hal manfaatnya sangat besar dari

ekosistem ini. Kerusakannya juga dapat

berdampak pada erosi permukaan pantai, intrusi

air laut dan ketersediaan makanan bagi ikan dan

udang akan hilang.

3.4. Keanekaragaman Hayati

Hal lain juga yang menjadi perhatian

penulis dalam penelitian ini adalah

keanekaragaman hayati. Briggs dalam Norse (1993)

menyatakan bahwa variasi keanekaragaman hayati

ditentukan oleh dua gradien geografi. Pertama,

posisi geografis, bahwa keanekaragaman hayati

bervariasi diantara daerah tropis dan dingin

(temperate). Kedua berdasarkan posisi perairan,

bahwa perairan Indo-pasifik Barat (khususnya

daerah diantara Philipina, Indonesia dan Australia

barat Laut) memiliki keanekaragaman yang paling

tinggi di dunia. Selanjutnya di daerah pasifik

barat dan atlantik barat tingkat

keanekaragamannya sedang dan tingkat

keanekaragaman yang paling rendah ditemukan di

perairan atlantik uatara. Keanekaragaman genetik

menjelaskan adanya variasi faktor-faktor

keturunan di dalam dan diantara individu dalam

suatu populasi. Jika ekosistem ini juga rusak,

maka tentu saja ketersediaan psesies ikan maupun

biota laut lainnya suatu saat akan punah. Hal

itupun terjadi di Desa Seri Kec. Nusaniwe Kota

Ambon.

Keterbatasan sumberdaya manusia terutama

dari aspek pendidikan pada daerah pesisir

merupakan faktor yang lasim terjadi karena

sebagian besar masyarakat pesisir atau nelayan

hidup miskin dan indikator kemiskinan adalah

tingkat pendidikan yang rendah di masyarakat,

hal ini yang membuat lemahnya pola pengelolaan

sumberdaya perikanan dan kelauatan terutama

dalam menginovasi teknologi maju, baik teknolgi

penangkapan maupun teknologi pengolahan ikan,

sehingga proses pelatihan dan desiminasi perlu

dilakukan pada masyarakat pesisir dalam rangka

meningkatkan pemahaman, atau ketrampilan

meraka dalam bidang perikanan dan kelautan. Di

lain pihak, keterbatasan tenaga penyuluh dan

LSM yang bergerak dalam mendukung upaya

0,6 Papua

Page 6: Pengelolaan Sumberdaya Perikanan dan Kelautan dalam

Jurnal Ilmiah Agribisnis dan Perikanan (AGRIKAN UMMU-Ternate) Volume 14 Nomor 1 (Mei 2021)

113

peningkatan kesejahteraan dan pemberdayaan

masyarakat pesisir dirasa kurang.

Selain keterbatasan sumberdaya manusia,

keterbatsan dana dan sarana prasarana juga

meruapakan faktor penting yang menyebabkan

program peningatan kesejahteraan dan

pemebrdayaan masyarakat tidak jalan

sebagaimana mestinya. Minimnya anggaran untuk

konsevasi daerah pesisir, khusus terumbu karang

dan hutan mangrove mengakibatkan beberapa

kawasan menjadi alih fungsi dari kawasan

konservasi hutan mangrove menjadi lahan

pertambakan, atau proyek Coremap pelestarian

terumbu karang yang belum berjalan sesuai

harapan. Walaupun ada masyarakat yang sudah

diberi fasilitas perahu motor untuk penangkapan,

namun perlatan yang dipergunakan juga masih

terbatas, terutama untuk alat tangkap, dan

peralatan pengolahan juga masih sederhana

dimana ikan hasil tangkapan selama ini hanya

diasingkan atau diasapi.

Gambar 1. Masyarakat yang Berjualan dengan Peralatan

Seadanya

Upaya penegakan hukum akibat eksploitasi

dan eksplorasi sumberdaya perikanan dan

kelautan yang besar-besar dengan mengorbankan

keanekaragaman hayati oleh perusahaan-

perusahaan ikan baik lokal maupun asing selama

ini masih lemah, setiap ada kapal penangkap ikan

asing yang ditangkap selang beberapa hari sudah

dilepas kembali. Ini mengindikasikan penegakan

hukum masih lemah, pada hal pemboman ikan

yang hanya berskala kecil namun masyarakat

sudah ditangkap ini juga mengindikasikan ada

diskriminasi dalam penegakan hukum.

Yang menjadi masalah sentral masyarakat

pesisir adalah peluang pemasaran hasil tangkapan

segar yang sulit sehingga jika ada tangkapan yang

banyak akan susah untuk dipasarkan keluar desa,

karena sarana transport yang kurang, fasilitas jalan

yang kurang dan masih banyak lagi seperti

ketergantungan kredit kepada pengusah atau

tengkulak, masyarakat sering mengambil barang

(kredit barang) dari tengkulak atau pengusaha

yang kemudian ditukar dengan hasil produksi

atau hasil tangkapan, sehingga untuk menentukan

harga produksi atau hasil tangkapan agak sulit

karena kredit yang diambil sering sudah

melampaui harga produksi sehingga masyarakat

selalu tergantung dengan pengusaha atau

tengkulak. Faktor ini yang mempersulit

peningkatan kesejahteraan dan pemebrdayaan

masyarakat peisisr.

Gambar 2. Nelayan yang Menggunakan Sampan Tradisional

Page 7: Pengelolaan Sumberdaya Perikanan dan Kelautan dalam

Jurnal Ilmiah Agribisnis dan Perikanan (AGRIKAN UMMU-Ternate) Volume 14 Nomor 1 (Mei 2021)

114

IV. PENUTUP

Dari uraian dan pembahasan yang telah

dikemukakan di atas, maka dapat ditarik beberapa

kesimpulan sebagai berikut :

1. Bahwa upaya pengelolaan sumberdaya

perikanan dan kelautan hasilnya masih

dirasakan oleh masyarakat di Desa Seri Kec.

Nusaniwe yang berada di kawasan pesisir,

artinya para pengusaha dan tengkulak yang

selama ini mengecap hasil dari sumberdaya

perikanan dan kelautan yang sudah di

upayakan oleh masyarakat pesisir.

2. Bahwa upaya peningkatan kesejahteraan

masyarakat peisir di Desa Seri Kec. Nusaniwe

juga tergantung dari upaya pengelolaan

sumberdaya perikanan dan kelautan, artinya

bahwa jika tidak dilakukan konservasi

terhadap sumberdaya perikanan dan kelautan,

maka akan terjadi ekploitasi besar-besaran oleh

kapal-kapal asing maupun perusahaan-

perusahaan ikan yang hanya mencari

keuntungan semata.

3. Bahwa upaya pemberdayaan masyarakat pesisir

di Desa Seri Kec. Nusaniwe Kota Ambon dapat

dilakukan jika ada komitmen yang kuat dari

pemerintah lembaga swasta dalam hal ini

perusahaan –perusahaan ikan sebagai

pengumpul hasil nelayan dan lemabag

swadaya masyarakat untuk membantu

masyarakat pesisir dalam memberdayakan dan

meningkatkan status kehidupan mereka untuk

tujuan kesejahteraan.

REFERENSI

Adi, Isbandi Rukminto. 2007. Perencanaan Partisipatoris Berbasis Aset Komunitas : Dari Pemikiran

Menuju Penerapan. Depok: FISIP UI Press.

______________. 2013. Kesejahteraan Sosial (Pekerjaan Sosial, Pembangunan Sosial, dan Kajian

Pembangunan). Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada.

Boy, Syafri. 2014. Paper Pencemaran Laut. Program Studi Ilmu Lingkungan Pasca Sarjana Universitas

Riau Pekanbaru.

Cohen, John dan Uphoff, Norman T, 1997. Development Participation: Concept and Measures For

Project Design Implementation and Evaluation. New York Rural Development Commite-

Cornel University.

Creswell, John, W., 2013, Qualitative Inquiry and Ressearch Design: Choosing Among Five Traditions, Sage

Publications Inc. USA.

Fukuyama F (2000). Trust : The Social Values and the Creation Prosperity. New York : Free Press.

Hamijoyo. 2003. Partisipasi Dalam Pembangunan. Jakarta: Depdikbud.

Hulme, David & M. Turner, 1990.Sociology of Development: Theories, Policies and Practices.

Hertfordshire: Harvester Whearsheaf.

Ife, J.W., 1995, Community Development: Creating Community Alternatives-vision, Analysiis and Practice.

Longman, Melbourne.

Mikkelsen, Britha. 2003. Metode Penelitian Partisipatoris dan Upaya Pemberdayaan. Jakarta: Yayasan

Obor Indonesia.

Paul, Samuel, 2007. Community Participation in Development Projects-The World Bank

Experience.Washington DC: The World Bank.

Page 8: Pengelolaan Sumberdaya Perikanan dan Kelautan dalam

Jurnal Ilmiah Agribisnis dan Perikanan (AGRIKAN UMMU-Ternate) Volume 14 Nomor 1 (Mei 2021)

115

Pramudyanto, Bambang. 2014. Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan di Wilayah Pesisir. Jurnal

Lingkar Widyaswara.

Siahainenia. 2001. Pencemaran laut, dampak dan penanggulangannya. Makalah Falsafah Sains Program

Pasca Sarjana. IPB Bogor.

Soselisa Hobarth W (2016), Partisipasi Masyarakat dan Pendidikan. Disertasi Universitas Padjadjaran

Bandung.

----------------- (2018), Community Participation in the Primary Education Development in Pulau-pulau Aru

Suddistrict, Opcion, Ano 34, Especial No 15, 941-957 ISSN 1012-1587/ISNNe:2477-9385.