sikap islam terhadap hiv

6

Click here to load reader

Upload: diah-gembul

Post on 25-Jun-2015

232 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Sikap Islam Terhadap HIV

Sikap Islam terhadap HIV/AIDS HIV/AIDS adalah penyakit menular yang sangat berbahaya dimana ia

telah mengancam eksistensi manusia di dunia dan dapat menimpa siapa saja tanpa memAndang jenis umur dan profesi. Karenanya, HIV/AIDS dinilai sebagai Al-Dhaar Al-?Amm (bahaya global)

 Euthanasia Euthanasia tidak dibenarkan atas penderita AIDS, baik euthanasia pasif

maupun aktif30. Sebagai dalildalilnya adalah :a. Hidup dan mati adalah di tangan Tuhan.Firman Allah SWT yang Artinya: 

?Allah yang menjadikan mati dan hidup, supaya dia menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya? (Al-Mulk : 2)

b. Islam melarang bunuh diri dan membunuh orang lain kecuali dengan hak.Firman Allah SWT yang Artinya: 

?Dan janganlah kamu membunuh dirimu; sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang kepadamu? (An-Nisaa? : 29)

 Firman Allah SWT yang Artinya: 

?Dan janganlah kamu membunuh jiwa yang diharamkan Allah (Membunuhnya) melainkan dengan sesuatu (sebab) yang benar? (Al-An?aam : 151)

c. Islam memerintahkan untuk berobat dan melarang putus asa.Sabda Rasulullah SAW. Yang artinya : 

?Hai hamba-hamba Allah ! berobatlah ! Sesungguhnya Allah SWT tidak menciptakan penyakit, kecuali diciptakannya pula obat penyembuhnya, kecuali lanjut usia?31

 Firman Allah SWT. yang Artinya: 

?Dan janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya tiada berputus asa dari rahmat Allah, melainkan kaum yang kafir? (Yusuf : 87)

d. Islam memerintahkan untuk sabar dan tawakkal menghadapi musibah. Firman Allah SWT. yang Artinya: 

?bersabarlah terhadap apa yang menimpa kamu. Sesungguhnya yang demikian itu termasuk hal-hal yang diwajibkan (oleh Allah)? (Luqman : 17)

e. Islam memerintahkan banyak Istighfar dan berdo?a. 

f. Memakai dalil maslahat untuk membenarkan euthanasia tidak tepat, karena di antara syarat penggunaan maslahat itu sebagai dalil syar?i tidak boleh bertentangan dengan nash. 

Page 2: Sikap Islam Terhadap HIV

g. Penggunaan qiyas yakni mengqiyaskan penderita HIV/AIDS dengan wanita hamil yang kandungannya membahayakan jiwa calon ibu karena sama daruratnya, adalah tidak tepat, karena bagi penderita HIV/AIDS belum memenuhi keadaan darurat untuk tindakan euthanasia.  

Menularkan HIV/AIDS 

Menularkan HIV/AIDS hukumnya haram. Hal ini berdasarkan hadis Rosulullah SAW. yang artinya :

 ?tidak boleh membahayakan diri sendiri, dan tidak boleh membahayakan

orang lain? Perkawinan penderita HIV/AIDS

a. Perkawinan antara penderita HIV/AIDS dengan orang yang tidak menderita HIV/AIDS :

1. Apabila HIV/AIDS itu dianggap sebagai penyakit yang tidak dapat disembuhkan (maradh daim), maka hukumnya makruh. Tersebut dalam Kifayah al-Akhyar III halaman 38 yang artinya sbb. :

?Keadaan kedua yaitu laki-laki yang mempunyai biaya perkawinan, namun ia tidak perlu menikah, baik karena ketidakmampuannya melakukan hubungan seksual sebab kemaluannya putus atau impoten maupun karena sakit kronis dan lain sebagainya. Laki-laki seperti ini juga makruh menikah?.

Tersebut dalam Al Fiqh Al-Islamiy wa Adillatuhu, VII halaman 32 yang artinya :

?Menurut mazhab Syafii, orang yang sakit seperti lanjut usia atau sakit kronis atau impoten yang tidak sembuh atau hilang zakar dan buahnya sehingga tidak memiliki nafsu birahi lagi, makruh menikah? 

2. Apabila HIV/AIDS itu selain dianggap sebagai penyakit yang sulit disembuhkan (maradh daim), juga diyakini membahayakan orang lain (tayaqun al-idhrar), maka hukumnya haram. Tersebut dalam Al Fiqh Al-Islamiy wa Adillatuhu, VII halaman 83 yang artinya :

?Apabila laki-laki yang akan kawin yakin bahwa perkawinannya akan menzhalimi dan menimpakan kemudharatan atas perempuan yang akan dikawininya, maka hukum perkawinannya itu adalah haram?

b. Perkawinan antara dua orang (laki-laki dan wanita) yang sama-sama menderita HIV/AIDS hukumnya boleh.

Fasah perkawinan karena HIV/AIDS 

Page 3: Sikap Islam Terhadap HIV

Penyakit HIV/AIDS dapat dijadikan alasan untuk menuntut perceraian, apabila salah satu dari suami-istri menderita penyakit tersebut. Sebagai dasar-dasar adalah sebagai berikut :

Undang-undang No. 1 tahun 1974, pasal 39 bagian penjelasan PP. No. 9 tahun 1975 pasal 19 Kompilasi hukum Islam Melanjutkan perkawinan bagi pasangan Suami-Istri penderita HIV/AIDS 

Apabila pasangan suami-istri atau salah satunya menderita HIV/AIDS, maka mereka boleh bersepakat untuk meneruskan perkawinan mereka. dalilnya adalah hadis Nabi SAW. Yang artinya: ?orang-orang Islam terikat dengan perjanjian mereka, kecuali perjanjian menghalalkan yang haram atau mengharamkan yang halal?Memakai alat pencegah penularan HIV/AIDS dalam hubungan seksual 

Suami atau istri yang menderita HIV/AIDS dalam melakukan hubungan seksual wajib menggunakan alat, obat atau metode yang dapat mencegah penularan HIV/AIDS. Sabda Rosulullah SAW. Yang artinya : 

?Tidak boleh membahayakan diri sendiri, dan tidak boleh membahayakan orang lain?

 Disamping itu suami atau istri yang menderita HIV/AIDS seyogyanya

berusaha untuk tidak memiliki keturunan. Apabila seorang ibu menderita HIIV/AIDS hamil maka ia tidak boleh menggugurkan kandungannya. Dalilnya adalah Firman Allah SWT. yang artinya : 

?Dan janganlah kamu membunuh anak-anak kamu karena takut kemiskinan? (Al-Israa? : 31)

Wanita penderita HIV/AIDS yang hamil karena berzina 

Wanita penderita HIV/AIDS yang hamil karena ia berzina perlu dirawat dengan baik dalam rangka menyadarkan dirinya untuk bertobat. Firman Allah SWT. yang artinya : 

?Dan sungguh kami telah memuliakan anak-cucu Adam? (Al-Israa? : 70) 

Hadis tentang wanita al-Ghamidiyah yang hamil karena berzina di mana Nabi SAW menyuruh walinya untuk berbuat baik kepadanya. 

?Seorang perempuan dari Juhaniah menghadap Nabi SAW dan mengaku telah berzina. Ia mengatakan : ?Saya hamil?. Rosulullah SAW memanggil walinya dan mengatakan kepada walinya : ?perlakukanlah perempuan ini dengan sebaik-baiknya. Setelah ia melahirkan bayinya kelak, maka bawalah ia kembali kepada saya? (HR. Muslim)

Wanita hamil yang menderita HIV/AIDS akibat suntikan obat-obat terlarang 

Wanita hamil yang menderita HIV/AIDS akibat suntikan obat-obat terlarang yang tercemar HIV/AIDS diperlakukan secara manusiawi, akan tetapi

Page 4: Sikap Islam Terhadap HIV

harus disadarkan atas perbuatan dosanya dan dibimbing untuk bertaubat. Sebagai dalil adalah dalil yang terdapat dalam masalah tersebut di atas.Penderita HIV/AIDS yang tinggal di tengah keluarga 

Dianjurkan kepada keluarga di mana anggotanya menderita HIV/AIDS untuk merawatnya di tengah keluarga, dan perlu diadakan penyuluhan secara medis kepada mereka agar dapat merawat dan dapat menghindar dari penularan. Dalilnya adalah sabda Rasulullah SAW. yang artinya : 

?kasih sayanglah kepada orang-orang yang di atas bumi, maka yang ada di langit akan kasih sayang kepada kamu?.

Khitan bagi anak penderita HIV/AIDS 

Anak yang menderita HIV/AIDS tetap wajib dikhitan, sepanjang hal itu tidak membahayakan dirinya, dan proses khitan seyogianya dilakukan oleh tim medis / paramedis yang terlatih untuk menghindari penularan.Menolong penderita HIV/AIDS yang kecelakaan 

Penderita HIV/AIDS yang mengalami kecelakaan, misalnya ditabrak mobil di jalan raya, tetap wajib ditolong dengan tetap mewaspadai kemungkinan adanya penularan dengan menggunakan alat pencegahnya.Pengurusan jenazah penderita HIV/AIDS 

Penderita HIV/AIDS yang meninggal dunia wajib diurus sebagaimana layaknya jenazah (dimandikan, dikafani dan dikuburkan). Cara memandikannya hendaknya mengikuti petunjuk Departemen Kesehatan tentang pengurusan jenazah. Dalam hal tidak dapat dimandikan seperti yang termaktub dalam petunjuk Departemen Kesehatan, mayat tersebut tetap dimandikan sedapat mungkin dengan cara menyemprotkan air.  

 note 30. Kata Euthanasia berasal dari bahasa Yunani : Eu yang berarti

baik dan thanatos yang berarti kematian. Dan ensiklopedia hukum Islam, Euthanasia diartikan sebagai tindakan mengakhiri dengan sengaja kehidupan seseorang agar ia terbebaskan dari kesengsaraan yang diderita. Tindakan ini dilakukan terhadap penderita penyakit yang tidak mempunyai harapan sembuh. Sumber : Majalah Hidayah edisi Januari 2005 ?tambahan dari penyusun

31. Ibnu Qayyim dalam bukunya yang berjudul Metode pengobatan Nabi SAW. menulis : dalam Musnad Imam Ahmad diriwayatkan dari Abu Mas?ud secara marfu, ?Setiap kali Allah menurunkan penyakit, Allah pasti menurunkan penyembuhnya. Hanya saja ada orang yang mengetahuinya dan ada yang tidak mengetahuinya?. Ungkapan ?setiap penyakit pasti ada obatnya?, artinya bisa bersifat umum sehingga termasuk di dalamnya penyakit-penyakit mematikan dan berbagai penyakit yang tidak bisa disembuhkan oleh para dokter karena belum ditemukan obatnya. Padahal Allah telah menurunkan obat untuk penyakit-penyakit tersebut, akan tetapi manusia belum dapat menemukan ilmu obat penyakit tersebut, atau Allah belum memberi petunjuk kepada manusia untuk menemukan obat penyakit itu. Karena ilmu pengetahuan

Page 5: Sikap Islam Terhadap HIV

yang dimiliki oleh manusia hanyalah sebatas yang diajarkan oleh Allah. ?tambahan dari penyusun.