sikap dan pendapat takmir terhadap arah kiblat …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/793/1/m....

108
SIKAP DAN PENDAPAT TAKMIR TERHADAP ARAH KIBLAT MASJID DAN MUSHOLA (Study Kasus Di Kecamatan Tingkir Kota Salatiga) SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana dalam Hukum Islam Oleh: Muhamad Afifudin NIM 211 11 004 JURUSAN AHWAL AL-SYAKHSHIYYAH FAKULTAS SYARIAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA 2016

Upload: others

Post on 26-Jun-2020

3 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: SIKAP DAN PENDAPAT TAKMIR TERHADAP ARAH KIBLAT …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/793/1/M. AFIFUDIN.21111004.pdf · trigonometri. Bahkan pada awal abad ke-9 telah dilakukan

SIKAP DAN PENDAPAT TAKMIR TERHADAP

ARAH KIBLAT MASJID DAN MUSHOLA

(Study Kasus Di Kecamatan Tingkir Kota Salatiga)

SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu syarat

Guna Memperoleh Gelar Sarjana dalam Hukum Islam

Oleh:

Muhamad Afifudin

NIM 211 11 004

JURUSAN AHWAL AL-SYAKHSHIYYAH

FAKULTAS SYARIAH

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)

SALATIGA

2016

Page 2: SIKAP DAN PENDAPAT TAKMIR TERHADAP ARAH KIBLAT …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/793/1/M. AFIFUDIN.21111004.pdf · trigonometri. Bahkan pada awal abad ke-9 telah dilakukan

ii

Page 3: SIKAP DAN PENDAPAT TAKMIR TERHADAP ARAH KIBLAT …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/793/1/M. AFIFUDIN.21111004.pdf · trigonometri. Bahkan pada awal abad ke-9 telah dilakukan

iii

Page 4: SIKAP DAN PENDAPAT TAKMIR TERHADAP ARAH KIBLAT …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/793/1/M. AFIFUDIN.21111004.pdf · trigonometri. Bahkan pada awal abad ke-9 telah dilakukan

iv

Page 5: SIKAP DAN PENDAPAT TAKMIR TERHADAP ARAH KIBLAT …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/793/1/M. AFIFUDIN.21111004.pdf · trigonometri. Bahkan pada awal abad ke-9 telah dilakukan

v

Page 6: SIKAP DAN PENDAPAT TAKMIR TERHADAP ARAH KIBLAT …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/793/1/M. AFIFUDIN.21111004.pdf · trigonometri. Bahkan pada awal abad ke-9 telah dilakukan

vi

MOTTO

“Luhurkanlah Ilmumu Dan Konsistenkanlah Hatimu”

Page 7: SIKAP DAN PENDAPAT TAKMIR TERHADAP ARAH KIBLAT …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/793/1/M. AFIFUDIN.21111004.pdf · trigonometri. Bahkan pada awal abad ke-9 telah dilakukan

vii

PERSEMBAHAN

Dalam sebuah karya yang jauh dari kesempurnaan ini, penulis

persembahkan kepada:

1. Orangtua tercinta Ibu Siti Rokhimah dan Bapak Sol Khakim yang

selalu memberikan do’a dan motivasi untuk kebaikan serta kesuksesan

diriku.

2. Kakak kandungku Siti Anis Saturrohmah, Muh. Arifudin, Muh. Saiful

Amri dan adikku Muh. Syifaus Syarif

3. Dan juga Kakak Iparku Rusito dan Siti Fauziyah

4. Kepada Bapak Ibu dosen yang telah membimbingku selama kuliah,

terutama Bapak Yusuf Khumaini yang menjadi pembimbing skripsi.

5. Bapak Hidayatullah selaku guru motivator dan spirit perjuangan

dakwah

6. Kepada para tokoh agama di Kecamatan Tingkir Kota Salatiga

khususnya, yang telah membantu untuk penyelesaian penulisan skripsi

ini

7. Teman-temanku semua yang saya hormati terutama teman-teman

organisasi GEMAK (Gerakan Mahasiswa Anti Korupsi), HMJ

(Himpunan Mahasiswa Jurusan) Syari’ah, DEMA (Dewan Mahasiswa)

IAIN Salatiga dan PMII Kota Salatiga.

Page 8: SIKAP DAN PENDAPAT TAKMIR TERHADAP ARAH KIBLAT …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/793/1/M. AFIFUDIN.21111004.pdf · trigonometri. Bahkan pada awal abad ke-9 telah dilakukan

viii

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, segala puji bagi Allah yang telah melimpahkan rahmat, taufiq dan

hidayah-Nya kepada penulis, sehingga dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini

dengan judul “SIKAP DAN PENDAPAT TAKMIR TERHADAP ARAH

KIBLAT MASJID DAN MUSHOLA (Study Kasus Di Kecamatan Tingkir

Kota Salatiga)”. Guna memenuhi tugas untuk memperoleh gelar Kesarjanaan

dalam ilmu Syariah pada Fakultas Syariah IAIN Salatiga

Atas terselesainya penyusunan skripsi ini, penulis mengucapkan banyak

terimakasih yang sedalam-dalamnya:

1. Dr. Rahmat Hariyadi, M. Pd. selaku Rektor IAIN Salatiga.

2. Dr. H. Agus Waluyo, M.Ag. selaku Wakil Rektor Satu IAIN Salatiga

3. Drs. Kastolani, M.Ag. selaku Wakil Rektor Dua IAIN Salatiga

4. Moh. Khusen, M.Ag.M.A. selaku Wakil Rektor Tiga IAIN Salatiga

5. Dra. Siti Zumrotun, M. Ag. selaku Dekan Fakultas Syari’ah IAIN Salatiga.

6. Bapak Sukron Ma’mun, M. Si. selaku Ketua jurusan Ahwal Al-

Syakhshiyyah IAIN Salatiga.

7. H.M. Yusuf Khumaini, S.Hi., M.H. selaku dosen pembimbing skripsi.

8. Bapak Ibu Dosen IAIN Salatiga, khususnya Dosen Fakultas Syariah yang

telah mencurahkan ilmunya selama penulis belajar di IAIN Salatiga.

Demikian skripsi ini dapat penulis selesaikan degan segala keterbatasan

dan kemampuan sehingga skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Semoga

skripsi ini bermanfaat khususnya bagi penulis sendiri dan para pembaca pada

umumnya.

Salatiga, 22 Maret 2016

Penulis

Muhamad Afifudin

NIM 211 11 004

Page 9: SIKAP DAN PENDAPAT TAKMIR TERHADAP ARAH KIBLAT …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/793/1/M. AFIFUDIN.21111004.pdf · trigonometri. Bahkan pada awal abad ke-9 telah dilakukan

ix

ABSTRAK

Afifudin, Muhamad. 2016. SIKAP DAN PENDAPAT TAKMIR TERHADAP

ARAH KIBLAT MASJID DAN MUSHOLA (Study Kasus Di

Kecamatan Tingkir Kota Salatiga). Skripsi, Fakultas Syariah. Jurusan

Ahwal As-Syakhsiyyah IAIN Salatiga. Pembimbing H.M. Yusuf

Khumaini, S.Hi., M.H.

Kata Kunci:, Arah Kiblat, Kecamatan Tingkir

Arah kiblat merupakan arah yang dituju oleh seluruh umat Islam tanpa

terkecuali ketika melaksanakan ibadah shalat, yaitu menghadap ke arah ka’bah di

Masjidil Haram. Keharusan tersebut sudah disepakati oleh para ulama karenanya

menghadap kiblat termasuk dalam syarat sah shalat. Akan tetapi letak Negara

Indonesia yang jauh dari Ka’bah di Kota Mekah menjadikan sulit untuk bisa

menghadap persis ke arah Ka’bah. Oleh karenanya tidak sedikit arah kiblat masjid

dan mushola banyak yang tidak tepat. Kepercayaan kepada tokoh agama dan

keyakinan hati adalah dasar mereka ketika ditanya tentang arah kiblat. Walaupun

diketahui masjid atau mushola di sekitar mereka meleset.

Penelitian ini bertujuan untuk (1) mengetahui bagaimanakah kondisi arah

kiblat masjid dan mushola di Kecamatan Tingkir Kota Salatiga, (2)

Bagaimanakah metode penentuan arah kiblat masjid dan mushola di Kecamatan

Tingkir Kota Salatiga dan (3) Mengetahui pendapat tokoh agama di Kecamatan

Tingkir Kota Salatiga tentang urgensi penentuan arah kiblat, serta impilaskinya

terhadap sholat. Sah atau tidak ketika melenceng dari arah ke Ka’bah.

Arah kiblat masjid dan mushola di Kecamatan Tingkir 55,8% menyimpang

antara 1º-5º, 17,3% menyimpang antara 6º-10º, 9,6% menyimpang antara 11º-15º,

11,5 % menyimpang antara 16º-20º dan 5,8% menyimpang antara 21º-25º pada

sampel 32 masjid 20 mushola. Metode yang digunakan dalam penentuan arah

kiblat adalah berdasarkan keyakinan hati dan Rubu’ Mujayyab adapun mengenai

pendapat para tokoh agama ada yang langsung mengembalikan kepada

mazhabnya dan ada pula berdasarkan keyakinan hati.

Page 10: SIKAP DAN PENDAPAT TAKMIR TERHADAP ARAH KIBLAT …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/793/1/M. AFIFUDIN.21111004.pdf · trigonometri. Bahkan pada awal abad ke-9 telah dilakukan

x

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ....................................................................................... ......i

HALAMAN NOTA PEMBIMBING ................................................................... ii

LEMBAR PENGESAHAN ................................................................................. iii

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ........................................................... iv

MOTTO .................................................................................................................. v

PERSEMBAHAN ................................................................................................. vi

KATA PENGANTAR ........................................................................................ viii

ABSTRAK ............................................................................................................ ix

DAFTAR ISI ........................................................................................................... x

DAFTAR TABEL............................................................................................... xiii

DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ xv

DAFTAR LAMPIRAN .......................................................................................xvi

BAB I : PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah.................................................................................... 1

B. Rumusan Masalah ............................................................................................. 7

C. Penegasan Istilah .............................................................................................. 8

D. Tujuan Penelitian .............................................................................................. 9

E. Manfaat Penelitian ............................................................................................ 9

F. Telaah Pustaka ................................................................................................ 10

G. Metodelogi Penelitian ..................................................................................... 13

Page 11: SIKAP DAN PENDAPAT TAKMIR TERHADAP ARAH KIBLAT …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/793/1/M. AFIFUDIN.21111004.pdf · trigonometri. Bahkan pada awal abad ke-9 telah dilakukan

xi

1. Jenis Penelitian dan Pendekatan .............................................................. 13

2. Subyek Penelitian..................................................................................... 13

3. Kehadiran Peneliti .................................................................................... 14

4. Tempat Penelitian .................................................................................... 14

5. Sumber Data............................................................................................. 15

6. Kaidah Pengumpulan Data ...................................................................... 15

7. Kaidah Analisa Data ................................................................................ 16

8. Pengecekan Keabsahan Data ................................................................... 16

H. Sistematika Penulisan ..................................................................................... 17

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Arah Kiblat.................................................................................... 20

B. Dasar Hukum Menghadap Kiblat ................................................................... 25

1. Dasar Al-Qur’an....................................................................................... 25

2. Dasar Al-Hadis......................................................................................... 28

C. Sejarah Kiblat .................................................................................................. 31

D. Pendapat Ulama Tentang Arah Kiblat ............................................................ 34

1. Menghadap Kiblat Yakin ......................................................................... 35

2. Menghadap Kiblat Perkiraan .................................................................. 35

3. Menghadap Kiblat Ijtihad ........................................................................ 36

E. Kaidah Penentuan Arah Kiblat ....................................................................... 37

1. Teori Perhitungan Arah Kiblat................................................................. 37

2. Kaidah Penentuan Arah Kiblat ................................................................ 42

a. Rasydul Kiblat Global ...................................................................... 42

Page 12: SIKAP DAN PENDAPAT TAKMIR TERHADAP ARAH KIBLAT …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/793/1/M. AFIFUDIN.21111004.pdf · trigonometri. Bahkan pada awal abad ke-9 telah dilakukan

xii

b. Rasydul Kiblat Lokal ........................................................................ 46

c. Tongkat Istiwa’ dan Busur Derajat ................................................... 48

d. Kompas Magnetik ............................................................................. 49

e. Segitiga Kiblat .................................................................................. 51

f. Metode Segitiga Siku-Siku Dari Bayangan Matahari Setiap Saat .... 53

g. Theodolite ......................................................................................... 54

h. Software Arah Kiblat ........................................................................ 55

i. Menggunakan website online ........................................................... 55

BAB III : KAJIAN LAPANGAN

A. Gambaran Umum Kecamatan Tingkir Kota Salatiga .................................... 56

1. Geografis Kecamatan Tingkir Kota Salatiga ........................................... 56

2. Demografi Kecamatan Tingkir Kota Salatiga.......................................... 57

B. Kalibrasi Kiblat Masjid dan Mushola Di Kecamatan Tingkir Kota Salatiga . 58

C. Pendapat Takmir/Tokoh Agama Di Kecamatan Tingkir Kota Salatiga

Tentang Urgensi Penentuan Arah Kiblat ...................................................... 59

1. Takmir Masjid Al-Muttaqin/Pengasuh Pondok Pesantren ...................... 59

2. Takmir Masjid Ma’wal Warisin/Modin ................................................... 60

3. Takmir Masjid Abu Bakar/Kyai Masjid .................................................. 61

4. Takmir Masjid Al-Husna/Kyai Mushola ................................................. 62

D. Koordinat Lintang dan Bujur Masjid dan Mushola di Kecamatan Tingkir

Kota Salatiga ................................................................................................... 63

Page 13: SIKAP DAN PENDAPAT TAKMIR TERHADAP ARAH KIBLAT …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/793/1/M. AFIFUDIN.21111004.pdf · trigonometri. Bahkan pada awal abad ke-9 telah dilakukan

xiii

BAB IV : ANALISIS

A. Arah Kiblat Masjid dan Mushola Mushola Di Kecamatan Tingkir Kota

Salatiga ........................................................................................................... 66

B. Metode Penentuan Arah Kiblat Masjid dan Mushola Di Kecamatan Tingkir

Kota Salatiga ................................................................................................... 71

C. Pendapat Para Takmir/Tokoh Agama Tentang Arah Kiblat Masjid dan

Mushola Di Kecamatan Tingkir Kota Salatiga ............................................... 75

1. Takmir/Tokoh Agama Dari Pondok Pesantren ....................................... 75

2. Takmir/Tokoh Agama Yang Bukan Dari Pondok Pesantren ................... 78

BAB V : PENUTUP

A. Kesimpulan ..................................................................................................... 84

B. Saran ............................................................................................................... 86

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

RIWAYAT HIDUP PENULIS

Page 14: SIKAP DAN PENDAPAT TAKMIR TERHADAP ARAH KIBLAT …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/793/1/M. AFIFUDIN.21111004.pdf · trigonometri. Bahkan pada awal abad ke-9 telah dilakukan

xiv

DAFTAR TABEL

2.1 Daftar Periodesasi Perluasan Masjidil Haram .............................................. 32

2.2 Daftar Perbedaan Penetapan Kordinat Ka’bah ............................................. 41

3.1 Kordinat Lintang dan Bujur Masjid di Kecamatan Tingkir Kota Salatiga ... 64

3.2 Kordinat Lintang dan Bujur Mushola di Kecamatan Tingkir Kota Salatiga 65

4.1 Arah Kiblat Masjid di Kecamatan Tingkir Kota Salatiga ............................. 67

4.2 Jarak Deviasi Arah Kiblat Masjid di Kecamatan Tingkir Kota Salatiga ..... 68

4.3 Arah Kiblat Mushola di Kecamatan Tingkir Kota Salatiga ......................... 69

4.4 Jarak Deviasi Arah Kiblat Mushola di Kecamatan Tingkir Kota Salatiga . 69

Page 15: SIKAP DAN PENDAPAT TAKMIR TERHADAP ARAH KIBLAT …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/793/1/M. AFIFUDIN.21111004.pdf · trigonometri. Bahkan pada awal abad ke-9 telah dilakukan

xv

DAFTAR GAMBAR

2.1 Ilustrasi ARAH dari Pengamatan ke Sebuah obyek Di Permukaan Bumi .... 21

2.2 Ukuran Ka’bah ............................................................................................. 31

2.3 Penggambaran Kota Madinah dan Mekah Dalam Arah ............................... 38

2.4 Penerapan Ilmu Ukur Segitiga Bola ............................................................. 40

2.5 Ilustrasi Ketika Matahari Tepat Diatas Ka’bah ............................................ 45

2.6 Ilustrasi Ketika Peristiwa Rasydul Kiblat ..................................................... 46

2.7 Kompas Magnetik ......................................................................................... 50

2.8 Segitiga Kiblat ............................................................................................... 52

2.9 Segitiga Siku-Siku Setiap Saat ...................................................................... 53

4.1 Foto Masjid Yang Diubah Arah Kiblatnya .................................................. 74

4.2 Foto Masjid Yang Menghilangkan Garis Arah Kiblat .................................. 79

4.3 Foto Masjid Yang mengalami Sedikit Perubahan Setelah Dikalibrasi ....... 79

4.4 Ilustrasi Ketika Peristiwa Rasydul Kiblat ..................................................... 83

Page 16: SIKAP DAN PENDAPAT TAKMIR TERHADAP ARAH KIBLAT …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/793/1/M. AFIFUDIN.21111004.pdf · trigonometri. Bahkan pada awal abad ke-9 telah dilakukan

xvi

DAFTAR LAMPIRAN

1. Daftar Pustaka

2. Nota Pembimbing

3. Permohonan Izin Penelitian

4. Lembar Konsultasi

5. Riwayat Hidup

Page 17: SIKAP DAN PENDAPAT TAKMIR TERHADAP ARAH KIBLAT …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/793/1/M. AFIFUDIN.21111004.pdf · trigonometri. Bahkan pada awal abad ke-9 telah dilakukan

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Shalat merupakan salah satu dari lima rukun islam yakni syahadat,

shalat, zakat, puasa serta haji bagi yang mampu. Para ulama sepakat bahwa

dalam ibadah shalat menghadap kiblat merupakan syarat sah tanpa ada

pertentangan atau ikhtilaf mengenai hal tersebut, oleh karena menghadap

kiblat merupakan syarat sah maka tidak terpenuhi hal tersebut mengakibatkan

tidak sahnya shalat, dan ketika shalat tidak sah maka tidak sempurna pula

rukun islam.

Kiblat disini oleh Slamet Hambali (2011:167) diartikan sebagai arah

yang sudah ditentukan dalam melaksanakan ibadah shalat, bagi setiap umat

islam yaitu menuju ke arah Ka’bah (Baitullah) melalui jalur terdekat di

manapun berada di belahan bumi ini. Antara Ka’bah yang berada di Kota

Mekah dengan Negara Indonesia jika ditarik lurus memiliki jarak berkisar

kurang lebih 8.300 kilometer (Sudibyo, 2011:4).

Jarak yang terbentang sedemikian jauh bahkan bisa dikatakan Kota

Mekah berada di belahan Bumi Asia Barat sedangkan Negara Indonesia

berada di belahan Bumi Asia Timur Tenggara, dengan demikian penentuan

arah menuju ke Ka’bah bersifat prasangka atau ijtihadi.

Penentuan arah kiblat secara tradisional menggunakan petunjuk alam

seperti matahari terbit dan terbenam, fase bulan, rasi bintang, cahaya fajar

Page 18: SIKAP DAN PENDAPAT TAKMIR TERHADAP ARAH KIBLAT …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/793/1/M. AFIFUDIN.21111004.pdf · trigonometri. Bahkan pada awal abad ke-9 telah dilakukan

2

bahkan menggunakan arah angin telah dilakukan oleh masyarakat Islam sejak

setelah zaman kenabian pada abad ke-5. Namun setelah abad ke-7 kaidah

tersebut berkembang dengan adanya penemuan ilmu pengetahuan yang dapat

menentukan arah kiblat secara lebih tepat oleh para Ilmuwan Islam masa itu.

Di antara ilmuwan Islam yang telah melakukan perhitungan arah kiblat

ialah Al-Khawarizmi (780-850 H), Al-Batani (858-929 H), Abu Al-Wafa Al-

Buzjani (940-997 H), Ibnu Al-Haitam (965-1040 H), Al-Biruni (973-1048 H),

Al-Tusi (1201-1274 H), Habsah Al-Hasib (850 H), Al-Nayrizi (897 H), Ibnu

Yunus (985 H), Al-Khalili (1365 H) dan Al-Shatir (1306-1375 H). Masa itu

telah berkembang perhitungan arah kiblat menggunakan kaidah matematika

trigonometri. Bahkan pada awal abad ke-9 telah dilakukan pengukuran

koordinat kota Mekah dan kota Baghdad seteliti mungkin untuk menentukan

arah kiblat kota Baghdad waktu itu (Arkanuddin, 2008:2).

Di era modern sekarang ratusan satelit mengudara di langit diatas

kepala kita. Satelit tersebut bertugas melakukan pemotretan jarak jauh

terhadap permukaan Bumi dengan detil yang tinggi. Google Earth dan

Google Map adalah contoh teknologi yang memanfaatkan foto-foto satelit

tersebut.

Dengan software yang dapat diakses dimana pun kini posisi bangunan

sebuah masjid dan mushola dapat terlihat apakah sudah mengarah ke kiblat

secara tepat atau belum. Beberapa satelit khusus juga dilengkapi dengan

sensor yang dapat memandu alat penerima yang disebut GPS (Global

Positioning System) yang berada di bumi sehingga koordinat geografis

Page 19: SIKAP DAN PENDAPAT TAKMIR TERHADAP ARAH KIBLAT …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/793/1/M. AFIFUDIN.21111004.pdf · trigonometri. Bahkan pada awal abad ke-9 telah dilakukan

3

tempat-tempat yang kita inginkan dapat diukur secara persis. Dengan alat ini

pula arah ke Ka’bah dapat ditentukan secara persis setelah diukur

koordinatnya.

Di Negara Indonesia sendiri masjid-masjid kuno banyak diketemukan

menghadap ke arah barat, hal ini karena dalam paradigma masyarakat

tertanam bahwa kiblat adalah arah barat yaitu dikarenakan bahwa letak posisi

Ka’bah di kota Mekah berada di sebelah barat. Pengukuran arah kiblat tempo

dulu pada umumnya hanya perkiraan atau kemantapan hati. Selain itu

kepercayaan terhadap seorang wali, ulama dan tokoh sangat kuat sehingga

masjid-masjid yang dibangun oleh para wali, ulama dan tokoh-tokoh menjadi

sakral dan tidak dapat diubah-ubah termasuk arah kiblatnya. Bahkan dari

masjid-masjid itu dijadikan sebagai ukuran tepatnya ke arah kiblat bagi

masjid dan mushola sesudahnya.

Dasar hukum umat islam ketika shalat harus menghadap kiblat adalah

sebagai berikut :

Artinya: “Kami melihat wajahmu sering menengadah ke langit, maka

sungguh Kami akan palingkan engkau ke kiblat yang engkau

senangi. Maka hadapkanlah wajahmu ke arah Masjidil Haram.

Dan dimana saja engkau berada, hadapkanlah wajahmumu ke

arah itu. Dan sesungguhnya orang-orang yang diberi kitab (Taurat

dan Injil) tahu, bahwa (pemindahan kiblat) itu adalah kebenaran

dari Tuhan mereka. Dan Allah sekali-kali tidak lengah dari apa

yang mereka kerjakan” (Al-Baqarah : 144) (Menara Kudus,

2005:22).

Page 20: SIKAP DAN PENDAPAT TAKMIR TERHADAP ARAH KIBLAT …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/793/1/M. AFIFUDIN.21111004.pdf · trigonometri. Bahkan pada awal abad ke-9 telah dilakukan

4

Juga dijelaskan dalam ayat lain yakni Q.S. Al-Baqarah: 150

disebutkan :

Artinya: “Dan dari mana engkau (muhammad) keluar, Maka hadapkanlah

wajahmu ke arah Masjidil Haram. Dan dimana saja engkau

berada, maka hadapkanlah wajahmu ke arah itu, agar tidak ada

alasan bagi manusia untuk menentangmu, kecuali orang-orang

yang zalim diantara mereka. Janganlah kamu takut kepada mereka

dan takutlah kepadaku, agar kusempurnakan nikmatku kepadamu,

dan agar kamu mendapat petunjuk” (Al-Baqarah : 150) (Menara

Kudus, 2005:23).

Berdasarkan ayat diatas banyak ulama berbeda memberi makna yang

terkandung dalam kata ada yang mengartikan sebagai arah menghadap

Masjidil Haram (Munawiir, 1997:720), dalam kitab Ayat Al-Ahkam juz 1

karya Muhammad Ali Al-Sabouni (1999:81) diartikan:

“ “

syatro secara bahasa diartikan sebagai arah atau tujuan dan terkadang

bermakna setangah dari sesuatu atau bagian dari sesuatu. Adapun dasar

hukum hadist riwayat Muslim dari Anas bin Malik r.a tentang kiblat adalah

sebagai berikut

Page 21: SIKAP DAN PENDAPAT TAKMIR TERHADAP ARAH KIBLAT …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/793/1/M. AFIFUDIN.21111004.pdf · trigonometri. Bahkan pada awal abad ke-9 telah dilakukan

5

Artinya:

“Bercerita Abu Bakar bin Abi Saibah, bercerita ‘Affan,

bercerita Hammad bin Abi Salamah, dari Tsabit dari Anas:

“Bahwa Rasulullah SAW (pada suatu hari) sedang shalat

dengan menghadap ke Baitul Maqdis, kemudian turunlah ayat;

sungguh kami sering melihat mukamu menengadah ke langit

(sering melihat ke langit seraya berdo’a agar turun wahyu yang

memerintahkan Beliau menghadap ke Baitullah). Sungguh kami

palingkan mukamu ke kiblat yang kamu sukai. Palingkanlah

mukamu ke Masjidil Haram. Kemudian ada dua orang dari

Bani Salamah sedang mereka melakukan ruku’ pada raka’at

kedua. Lalu diserukan: sesungguhnya kiblat telah dirubah. Lalu

mereka berpaling ke arah kiblat” (HR. Muslim) (Adib,

1992:634).

Masyarakat percaya kepada tokoh agama dalam masalah-masalah

agama khususnya mengenai keakuratan menghadap kiblat ketika shalat.

Padahal dari tokoh-tokoh agama tidak semuanya paham akan ilmu tentang

penentuan arah kiblat. Umumnya mereka hanya ikut-ikutan dan tidak sedikit

pula para tokoh agama, kiblatnya hanya mengikuti konstruksi bangunan

masjid yang menghadap ke barat tanpa mengetahui persis berapa derajatkah

kemiringan yang sebenarnya.

Dari fenomena tersebut kemudian pemerintah melalui Majelis Ulama

Indonesia (MUI) mengeluarkan fatwa mengenai arah kiblat, yang dikeluarkan

pada tahun 2010 nomor 5 (Azizi, 2014:39). Secara garis besar ada 3 (tiga)

poin:

Page 22: SIKAP DAN PENDAPAT TAKMIR TERHADAP ARAH KIBLAT …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/793/1/M. AFIFUDIN.21111004.pdf · trigonometri. Bahkan pada awal abad ke-9 telah dilakukan

6

a. Kiblat bagi orang yang melakukan shalat dan dapat melihat Ka’bah

adalah menghadap ke bangunan Ka’bah (Ainul Ka’bah).

b. Kiblat bagi orang yang shalat dan tidak dapat melihat Ka’bah adalah arah

Ka’bah (Jihatul Ka’bah).

c. Kiblat umat islam Indonesia adalah menghadap ke arah barat laut dengan

posisi yang bervariasi sesuai dengan daerah masing-masing.

Dalam surat kabar Suara Merdeka yang ditulis Totok Rusmanto di

kolom “KALANG” 1 juni 2003 yang kemudian dikutip oleh Jaelani dkk

(2012:75) menyebutkan bahwa faktanya masjid-masjid kuno sumbu

bangunannya mengalami pergeseran dari arah barat sejati ke utaranya yakni

Masjid Menara Kudus 25º (dibangun pada tahun 1549 M), Masjid Kotagede

Yogyakarta 19º (dibangun pada tahun 1550 M), Masjid Mantingan Jepara

hampir 40º (dibangun pada tahun 1559 M), Masjid Agung Jepara 15º

(dibangun pada tahun 1700 M), Masjid Tembayat Klaten 26º (dibangun pada

tahun 1700 M), Masjid Agung Surakarta 10º (dibangun pada tahun 1757 M).

Padahal setelah masjid yang disebutkan diatas dibangun, dalam

masyarakat tumbuh paradigma bahwa masjid-masjid tersebut arah kiblatnya

sudah tepat karena dibangun oleh wali yang dikramatkan. Dan mengubah

kiblatnya merupakan wujud mengurangi drajat kewaliannya.

Dari hal-hal tersebut menimbulkan sebuah pertanyaan bagaimanakah

kondisi arah kiblat masjid dan mushola di Kecamatan Tingkir Kota Salatiga,

metode penentuan arah kiblat serta pendapat tokoh agama di Kecamatan

Page 23: SIKAP DAN PENDAPAT TAKMIR TERHADAP ARAH KIBLAT …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/793/1/M. AFIFUDIN.21111004.pdf · trigonometri. Bahkan pada awal abad ke-9 telah dilakukan

7

Tingkir Kota Salatiga yang notabene tidak semua ahli dalam ilmu falak

menyikapi salah satu syarat sah shalat tersebut.

Dan seiring berjalanya waktu yang kemudian zaman menunjukan

kemajuan dalam bidang tekhnologi khususnya, maka muncullah metode-

metode baru dalam perhitungan arah kiblat. Dan apakah para tokoh-tokoh

agama itu “legowo” menerima perkembangan zaman, yakni apabila ketika

arah kiblat yang ditentukan dahulu kurang tepat akankah mau untuk

mengubah arah kiblat masjid. Serta bagaimanakah sebenarnya pemaknaan

dalam ayat diatas yang dipahami serta diyakini oleh para

tokoh agama.

Guna untuk menjembatani dalam mencoba memahami argumen-

argumen para tokoh agama yang notabene tidak semuanya paham atau

menguasai Ilmu Falak penulis tertarik untuk meneliti dengan tema arah kiblat

yang berjudul “Sikap Dan Pendapat Takmir Terhadap Arah Kiblat

Masjid Dan Mushola” ( Study Kasus Di Kecamatan Tingkir Kota

Salatiga).

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di depan maka dapat

dirumuskan permasalahannya sebagai berikut:

1. Bagaimanakah kondisi arah kiblat masjid dan mushola di Kecamatan

Tingkir Kota Salatiga ?

Page 24: SIKAP DAN PENDAPAT TAKMIR TERHADAP ARAH KIBLAT …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/793/1/M. AFIFUDIN.21111004.pdf · trigonometri. Bahkan pada awal abad ke-9 telah dilakukan

8

2. Bagaimanakah metode penentuan arah kiblat masjid dan mushola di

Kecamatan Tingkir Kota Salatiga ?

3. Bagaimanakah pendapat tokoh agama di Kecamatan Tingkir Kota

Salatiga tentang urgensi penentuan arah kiblat masjid dan mushola ?

C. Penegasan Istilah

Supaya nanti tidak ada perbedaan penafsiran kata dalam penelitian ini,

maka penulis akan menjelaskan istilah-istilah yang terkait dengan judul yakni

sebagai berikut:

1. Arah kiblat : Secara etimologi dalam Kamus Arab Indonesia kata kiblat

berasal dari bahasa arab yang berarti menghadap, jadi yang dimaksud

Arah kiblat adalah arah menghadap (Munawwir, 1997:1087). Sedangkan

oleh Abdul Aziz Dahlan secara terminologi yang dikutip oleh Ahmad

Izzudin (2010:3) dalam bukunya berjudul “Menentukan Arah Kiblat

Praktis” yakni bangunan Ka’bah atau arah yang dituju oleh umat

muslimin dalam melaksanakan sebagian ibadah.

2. Urgensi : Urgensi berasal dari kata (Urgency: kb) yang artinya

keadaan yang mendesak atau (Urgent: ks) mendesak, kebutuhan yang

penting (Echols dan Hassan, 2005:624). Sedangkan dalam dalam Kamus

Lengkap Bahasa Indonesia karya Em Zul Fajri dan Ratu Aprilian Senja

(tt:360) mengkategorikan urgensi dalam kata benda yang berarti

keharusan yang sangat mendesak atau sangat penting.

Page 25: SIKAP DAN PENDAPAT TAKMIR TERHADAP ARAH KIBLAT …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/793/1/M. AFIFUDIN.21111004.pdf · trigonometri. Bahkan pada awal abad ke-9 telah dilakukan

9

D. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian yang akan dilaksanakan penulis adalah sebagai

berikut:

1. Menunjukkan bahwa masjid dan mushola yang telah berdiri kokoh belum

tentu mengarah ke Ka’bah secara akurat, bahkan bisa menyimpang jauh

2. Memahami metode apa yang para takmir/tokoh agama gunakan dalam

penentuan arah kiblat di Kecamatan Tingkir Kota Salatiga.

3. Memahami argumen-argumen para takmir/tokoh agama yang kemudian

menjadi dasar dalam penentuan arah kiblat di Kecamatan Tingkir Kota

Salatiga.

E. Manfaat Penelitian

Harapan penulis setelah diadakan penelitian ini adalah menjadikan

manfaat-manfaat sebagai berikut:

1. Bagi Masyarakat

Penulis berharap dengan adanya penelitian ini dapat menjadi sumbangan

dan masukan kepada masyarakat tentang arah kiblat baik masyarakat

awam ataupun takmir/tokoh agama.

2. Bagi Akademik

Bagi akademik hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi refrensi dan

menambah daftar wacana keilmuan mengenai Ilmu Falak di Institut

Agama Islam (IAIN) Salatiga khususnya.

Page 26: SIKAP DAN PENDAPAT TAKMIR TERHADAP ARAH KIBLAT …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/793/1/M. AFIFUDIN.21111004.pdf · trigonometri. Bahkan pada awal abad ke-9 telah dilakukan

10

F. Telaah Pustaka

Sejauh pengamatan penulis belum pernah ada penelitian yang spesifik

dan mendetail mengenai pendapat-pendapat Tokoh Agama tentang

pentingnya penentuan arah kiblat di Kecamatan Tingkir Kota Salatiga yang

notabene tidak semua tokoh agama paham akan ilmu falak. Namun demikian

ada beberapa penelitian yang berkaitan dengan arah kiblat yang secara garis

besar akan dijelaskan sebagai berikut.

1. Skripsi yang disusun oleh Dewi Sulistiyoningrum (2009) S.1 Jurusan

Syariah STAIN Salatiga, dengan judul “Arah Kiblat Masjid Kota

Salatiga”. Penelitian ini membahas mengenai mengenai seberapa besar

derajat penyimpangan arah kiblat masjid-masjid di Kota Salatiga serta

pendapat dan sikap yang diambil tokoh agama di Kota Salatiga mengenai

penyimpangan tersebut. Sedangkan dalam penelitian yang dilakukan oleh

penulis menekankan pada kajian pendapat-pendapat para tokoh agama

yang dipersempit ruang lingkup penelitiannya yaitu di Kecamatan Tingkir

Kota Salatiga, pendapat mengenai pentingnya penentuan arah kiblat dan

mencari tahu metode yang apa yang dipakai oleh tokoh agama di

Kecamatan tersebut dalam melakukan penentuan arah kiblat baik masjid

atau mushola.

2. Skripsi yang disusun pada tahun 2014 oleh Mahmud Azizi S.1 Jurusan

Syariah STAIN Salatiga dengan judul “Implementasi Fatwa MUI Nomor 5

Tahun 2010 Tentang Arah Kiblat Di Kecamatan Bandongan Kabupaten

Magelang”. Skripsi Mahmud Azizi membahas tentang keakuratan arah

Page 27: SIKAP DAN PENDAPAT TAKMIR TERHADAP ARAH KIBLAT …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/793/1/M. AFIFUDIN.21111004.pdf · trigonometri. Bahkan pada awal abad ke-9 telah dilakukan

11

kiblat masjid-masjid di daerah Kecamatan Bandongan Kabupaten

Magelang serta mencari tahu faktor-faktor yang melatarbelakangi

penetapan arah kiblat di Kecamatan tersebut. Berbeda dengan penelitian

yang dibahas penulis disini yaitu menekankan pada pengkajian

argumentasi dari tokoh-tokoh agama, bukan pengkajian terhadap

keakuratan metode dan tidak menguraikan secara mendalam terhadap

Fatwa MUI tentang arah kiblat.

3. Skripsi Purqon Nur Ramdhan (2012) S.1 Fakultas Syariah IAIN

Walisongo Semarang yang berjudul “Studi Analisis Metode Hisab Arah

Kiblat KH. Ahmad Ghozali Dalam Kitab Irsyad Al-Murid”. Penelitian

yang secra garis besar berisikan mengenai menguji keakuratan hisab arah

kiblat menggunakan metode hisab arah kiblat KH. Ahmad Ghozali yang

tertulis dalam kitab Irsyad Al-Murid. Jika disandingkan dengan penelitian

penulis sangat beda jauh, karena dalam penelitian penulis tidak mengkaji

keakuratan metode dari tokoh agama yang memang ahli dalam bidang

ilmu falak. Melainkan mengkaji pendapat tokoh-tokoh agama yang belum

tentu ahli dan mengerti tentang ilmu falak atau penentuan arah kiblat.

4. Tesis Ihwan Muttaqin (2012) Fakultas Syariah yang berjudul “Studi

Analisis Metode Penentuan Arah Kiblat Dengan Menggunakan Equatorial

Sundial”. Tesis ini membahas tentang perkembangan perhitungan arah

kiblat yang spesifik yakni dengan spherical trigonometri dengan

diterapkan pada alat bantu Theodolite melalui algoritma Jean Meesus.

Sedangkan dalam penelitian yang penulis lakukan hanya sebatas

Page 28: SIKAP DAN PENDAPAT TAKMIR TERHADAP ARAH KIBLAT …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/793/1/M. AFIFUDIN.21111004.pdf · trigonometri. Bahkan pada awal abad ke-9 telah dilakukan

12

melakukan perhitungan manual melalui alat bantu hitung kalkulator. Dan

bukan menganalisa sebuah metode melainkan mencari tahu metode yang

bagaimanakah yang tokoh agama gunakan dalam penentuan arah kiblat.

5. Buku karya Slamet Hambali yang berjudul “Ilmu Falak 1 (Penentuan Awal

Waktu Shalat dan Arah Kiblat Seluruh Dunia)” 2011, Walisongo Press,

buku dengan ketebalan 256 halaman ini secara khusus membahas tentang

ilmu falak. Bisa dibilang buku ini adalah buku pengenalan ilmu falak yang

didalamnya meliputi dasar-dasar ilmu falak, segitiga datar, segitiga bola,

pengenalan scientific kalkulator, gerakan matahari, istilah-istilah ilmu

falak, fiqih waktu shalat dan hisab arah kiblat. Dalam buku ini sudah

membahas mengenai beberapa metode penentuan arah kiblat, akan tetapi

penelitian penulis lebih spesifik pada jenis metode apa yang digunakan

dimasyarakat Kecamatan Tingkir Kota Salatiga.

Selain dari berbagai penelitian yang telah disebutkan diatas masih

banyak penelitian yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu. Secara garis

besar menunjukan bahwa penelitian-penelitian terdahulu berbeda dengan apa

yang penulis teliti di lapangan, tapi meskipun berbeda masih dalam ranah

yang sama dengan permasalahan yang akan diangkat penulis yakni arah

kiblat.

Page 29: SIKAP DAN PENDAPAT TAKMIR TERHADAP ARAH KIBLAT …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/793/1/M. AFIFUDIN.21111004.pdf · trigonometri. Bahkan pada awal abad ke-9 telah dilakukan

13

G. Metodelogi Penelitian

1. Jenis Penelitian dan Pendekatan

Guna untuk memperoleh data yang deskriptif dari perilaku

masyarakat atau dari dokumen yang tertulis maupun lisan, maka metode

penelitian yang digunakan oleh penulis adalah :

a. Jenis Penelitian

Penelitian Lapangan (Field Research) merupakan penelitian

yang termasuk dalam kategori Penelitian kualitatif. Menurut Michel

Hubberman yang dikutip oleh Maslikhah (2013:319) Penelitian

kualitatif merupakan penelitian yang sangat menarik karena dengan

penelitian ini mendapatkan data kualitatif yang bersumber dari

deskripsi yang luas dan berlandasan kokoh. Yang memuat

keterangan proses-proses yang terjadi dari lingkungan setempat.

b. Pendekatan Penelitian

Dalam penelitian ini penulis menggunakan pendekatan

kualitatif yang akan memberikan gambaran secara mendetail dan

spesifik mengenai latar belakang, sifat, serta karakter khas dari objek

yang akan diteliti juga mempelajari interaksi lingkungan dari unit

sosial yang menjadi objek. Adapun yang menjadi obyek penelitian di

sini adalah tentang pandangan tokoh agama mengenai arah kiblat.

2. Subyek Penelitian

Menurut Mulyana yang dikutip oleh Maslikhah (2013:320)

Subyek penelitian yang biasa digunakan dalam penelitian Kualitatif

Page 30: SIKAP DAN PENDAPAT TAKMIR TERHADAP ARAH KIBLAT …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/793/1/M. AFIFUDIN.21111004.pdf · trigonometri. Bahkan pada awal abad ke-9 telah dilakukan

14

adalah dengan menggunakan kaidah Purposive Sampling atau sampel

bertujuan. Dalam kaidah tersebut pengambilan jumlah subyek penelitian

tidak ada kriteria baku mengenai jumlah responden yang harus

diwawancarai. Berdasarkan teori diatas peneliti menentukan secara

Purposive Sampling yang meliputi para Kyai yang menjadi pengasuh

Pondok Pesantren, para Kyai Masjid dan Mushola serta Modin-Modin.

Yang mana dipercaya sebagai tokoh agama yang paham akan

pengetahuan tentang agama sehingga menjadi imam atau penentu arah

kiblat ketika beribadah shalat.

3. Kehadiran Peneliti

Kehadiran peneliti dalam penelitian ini sebagai pengamat

partisipan/berperan serta artinya dalam proses pengumpulan data peneliti

mengadakan pengamatan dan mendengarkan secermat mungkin.

4. Tempat Penelitian

Lokasi penelitian tentang urgensi penentuan arah kiblat masjid

dan mushola di Kecamatan Tingkir Kota Salatiga adalah di masjid-

masjid dan mushola-mushola yang tersebar di enam Kelurahan, yakni

Kelurahan Sidorejo Kidul, Kelurahan Kutowinangun Kidul, Kelurahan

Kutowinangun Lor, Kelurahan Gendongan, Kelurahan Tingkir Lor dan

Kelurahan Tingkir Tengah. Kecamatan Tingkir merupakan Salah satu

dari empat Kecamatan yang masuk dalam wilayah Kota Salatiga.

Page 31: SIKAP DAN PENDAPAT TAKMIR TERHADAP ARAH KIBLAT …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/793/1/M. AFIFUDIN.21111004.pdf · trigonometri. Bahkan pada awal abad ke-9 telah dilakukan

15

5. Sumber Data

Sumber data oleh Suharsimi Arikunto yang dikutip oleh

Maslikhah (2013:320) dibagi menjadi tiga ( 3) yakni Person, Paper dan

Place. Person meliputi Takmir/Tokoh-Tokoh Agama yakni Kyai Pondok

Pesantren, Kyai Masjid dan Mushola serta Modin. Adapun Paper berupa,

arsip, buku-buku, dokumen pribadi maupun dokumen-dokumen yang

berhubungan dengan penelitian. Dalam penilitian ini, menggunakan

buku-buku ilmu falak yang berkaitan dengan masalah teoritis sebagai

landasan hukum, khususnya berkaitan dengan arah kiblat. Dan Place

yaitu masjid-masjid di Kecamatan Tingkir Kota Salatiga.

6. Kaidah Pengumpulan Data

Penulis melakukan wawancara yakni suatu bentuk komunikasi

antara peneliti kepada pihak-pihak yang berkompeten memberikan

informasi untuk penelitian ini. Teknik yang dipakai dalam pengambilan

data dalam penelitian ini adalah Snowball Sehingga dalam hal ini, penulis

menentukan beberapa Key Informan yang didapat dari beberapa sampel

yang penulis ambil dari beberapa informan dengan teknik Snowball tadi,

yaitu KH. Abdul Basith selaku tokoh ilmu falak Kota Salatiga dan sering

membantu Kementrian Agama Kota Salatiga dalam penentuan arah

kiblat.

Penulis juga melakukan observasi dengan melakukan pengukuran

kembali arah kiblat 32 masjid dan 20 mushola di Kecamatan Tingkir

Kota Salatiga untuk membandingkan akurasi dalam tiap pengukuran.

Page 32: SIKAP DAN PENDAPAT TAKMIR TERHADAP ARAH KIBLAT …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/793/1/M. AFIFUDIN.21111004.pdf · trigonometri. Bahkan pada awal abad ke-9 telah dilakukan

16

Adapun wawancara guna untuk mengetahui pendapat-pendapat para

tokoh agama.

7. Kaidah Analisa Data

Setelah data terkumpul penulis menganalisa data mengunakan

kaidah yang dikemukakan oleh Agus Salim yang dikutip oleh Maslikhah

(2013:323) yakni sebagai berikut:

a. Reduksi Data

Yaitu proses pemilihan, pemutusan pada penyederhanaan,

abstraksi, dan transformasi data kasar yang diperoleh dilapangan.

b. Penyajian Data

Menyajikan data berarti mengumpulan informasi yang

bersifat deskripsi yang tersusun serta memungkinkan untuk ditarik

kesimpulan dan diambil tindakan.

c. Verifikasi

Verivikasi adalah tindakan peneliti Kualitatif mencari

makna dari setiap gejala yang terjadi dilapangan kemudian

mencatat keteraturan, konfigurasi, alur akusalitas, dan proposisi.

8. Pengecekan Keabsahan Data

Merujuk pada Maslikhah (2013:322) yang mengutip teori dari

Lexy J. Moleong ada empat kriteria pengecekan keabsahan data yaitu:

Page 33: SIKAP DAN PENDAPAT TAKMIR TERHADAP ARAH KIBLAT …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/793/1/M. AFIFUDIN.21111004.pdf · trigonometri. Bahkan pada awal abad ke-9 telah dilakukan

17

a. Uji Derajat Kepercayaan (Credibility)

Pengujian derajat kepercayaan melalui pembuktian apakah

yang diamati oleh peneliti benar-benar sesuai dengan apa yang

sesungguhnya terjadi secara wajar dilapangan.

b. Keteralihan (Transferability)

Keteralihan yakni membuat uraian laporan atas data yang

ditemukan secara khusus dengan jelas ditulis sehingga dapat

dipahami oleh oleh pembaca.

c. Kebergantungan (Dependability)

Digunakan karena untuk mengurangi kesalahan-kesalahan

dalam mengumpulkan, menginterprestasi temuan dan laporan hasil

penelitian dengan cara menentukan konsultan peneliti.

d. Kepastian (Confirmabilty)

Dilakukan dengan cara konfirmasi apakah pandangan,

pendapat, dan penemuan seseorang juga telah disepakati oleh orang

lain secara obyektif, guna untuk mengetahui apakah data yang

diperoleh memenuhi obyektifitas atau tidak.

H. Sisitematika Penulisan

Guna untuk mendapatkan gambaran yang jelas dan mempermudah

serta agar tidak keluar dari pembahasan secara global. Sistematika penulisan

skripsi ini sebagai berikut:

Page 34: SIKAP DAN PENDAPAT TAKMIR TERHADAP ARAH KIBLAT …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/793/1/M. AFIFUDIN.21111004.pdf · trigonometri. Bahkan pada awal abad ke-9 telah dilakukan

18

BAB I : Pendahuluan. Pada bab awal ini akan dimuat latar

belakang permasalahan, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat

penelitian, Penegasan Istilah, telaah pustaka, metode penelitian dan

sistematika penulisan.

BAB II : Kajian Pustaka. Dalam bab ini terdapat berbagai sub

pembahasan yaitu pengertian definisi kiblat, dasar hukum menghadap kiblat,

sejarah perpindahan kiblat, pemikiran para ulama tentang arah kiblat yang

digambarkan secara garis besar, kaidah pengukuran dan metode penentuan

arah kiblat.

BAB III : Kajian Lapangan. Bab ini mencakup berbagai hal

diantaranya membahas tentang gambaran umum Kecamatan Tingkir Kota

Salatiga, meliputi geografi dan demografi Kecamatan tingkir. Mnejelaskan

pula kalibrasi terakhir dan pandangan para takmir/tokoh agama di daerah

tersebut mengenai arah kiblat serta kordinat lintang, bujur dan kondisi arah

kiblat masjid dan mushola yang tersebar di enam Kelurahan.

BAB IV : Analisis. Dalam bab ini penulis akan menganalisis hasil

penelitiannya dengan menggunakan metodelogi yang telah dipaparkan pada

bab sebelumnya yaitu dengan menganalisa kondisi arah kiblat masjid dan

mushola dibandingkan dengan hasil perhitungan tokoh falak nasional yakni

Slamet Hambali, dan menganalisa metode penentuan arah kiblat masjid-

masjid dan mushola. Serta menganalisa pendapat para tokoh agama di

Kecamatan Tingkir Kota Salatiga.

Page 35: SIKAP DAN PENDAPAT TAKMIR TERHADAP ARAH KIBLAT …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/793/1/M. AFIFUDIN.21111004.pdf · trigonometri. Bahkan pada awal abad ke-9 telah dilakukan

19

BAB V Penutup. Dalam bab yang terakhir ini penulis memberikan

kesimpulan dari seluruh hasil penelitian yang telah dilakukan serta saran-

saran yang diharapkan dari hasil penelitian ini dapat menjadi salah satu

rujukan literatur dikemudian hari tentang pandangan tokoh agama atau

persepsinya mengenai pentingnya penentuan arah kiblat di Kecamatan

Tingkir Kota Salatiga.

Page 36: SIKAP DAN PENDAPAT TAKMIR TERHADAP ARAH KIBLAT …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/793/1/M. AFIFUDIN.21111004.pdf · trigonometri. Bahkan pada awal abad ke-9 telah dilakukan

20

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Pengertian Arah Kiblat

Bagi umat islam arah kiblat merupakan suatu hal yang sangat penting

karena menentukan bagaimana nasibnya kelak diakhirat, dalam keyakinan

terhadap agamanya yang mana nanti setelah kehidupan di dunia ada

kehidupan lagi yaitu kehidupan akhirat. Dalam kehidupan yang kekal

tersebut umat islam amal perbuatan mereka di dunia dihisab dan amal yang

pertama dihisab adalah shalat. Oleh karena arah kiblat merupakan syarat sah

shalat maka jelas sekali hal tersebut urgen bagi umat islam (Izzudin,

2010:vii).

Definisi dari Syarat adalah suatu hal yang harus dipenuhi

keberadaannya terlebih dahulu sebelum pelaksanaan pekerjaan dan harus

tetap terpelihara selama pelaksanaan pekerjaan itu berlangsung. Syarat

shalat berarti suatu hal yang harus dipenuhi keberadaannya sebelum

pelaksanaan shalat dan selama pelaksanaan shalat itu berlangsung. Para

ulama membagi syarat shalat menjadi dua macam, yaitu syarat sah dan

syarat wajib. Syarat wajib adalah syarat yang menjadi ukuran apakah

seseorang terkena kewajiban shalat atau tidak, sedangkan syarat sah adalah

syarat yang harus terpenuhi untuk menjamin kesahan shalat. Kedua syarat

tersebut harus terpenuhi.

Page 37: SIKAP DAN PENDAPAT TAKMIR TERHADAP ARAH KIBLAT …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/793/1/M. AFIFUDIN.21111004.pdf · trigonometri. Bahkan pada awal abad ke-9 telah dilakukan

21

Yang termasuk syarat wajib yaitu :

1. Islam, setiap orang yang beragama islam diwajibkan untuk

melaksanakan shalat oleh karenanya bagi yang non muslim tidak

diwajibkan.

2. Baligh, yakni mencapai umur/usia dewasa. Bagi laki-laki dikatakan

baligh ketika sudah mengeluarkan sperma, sedangkan perempuan

ketika sudah mengeluarkan darah haid.

3. Akil, yakni berakal dan bagi yang tidak berakal sehat seperti orang gila,

orang ayan dan orang mabuk tidak diwajibkan shalat.

4. Tohir atau suci, yakni tidak dalam keadaan haid dan nifas.

Sedangkan yang termasuk syarat sah yaitu :

1. Harus suci dari hadas kecil dan hadas besar.

2. Harus suci badan, suci pakaian dan tempat dari berbagai macam najis.

3. Harus menutup aurat, aurat bagi laki-laki adalah anggota tubuh dari

pusar sampai lutut sedangkan perempuan seluruh anggota tubuh kecuali

muka dan telapak tangan.

4. Harus menghadap kiblat yakni Ka’bah di Masjidil Haram.

5. Harus sudah masuk waktu shalat.

6. Harus mengetahui syarat dan rukun shalat (Al qudsi, 1966:15).

Secara bahasa kata “Arah Kiblat” terdiri dari dua kata, yakni arah

yang mana dalam kehidupan sehari-hari, pengertian arah dikaitkan dengan

penglihatan mata kesuatu benda, penglihatan mata tersebut dipengaruhi oleh

Page 38: SIKAP DAN PENDAPAT TAKMIR TERHADAP ARAH KIBLAT …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/793/1/M. AFIFUDIN.21111004.pdf · trigonometri. Bahkan pada awal abad ke-9 telah dilakukan

22

perjalanan cahaya dari suatu benda menuju ke mata. Perjalanan cahaya

tersebut selalu melalui jarak terdekat.

Oleh karena bumi bentuknya mendekati bulat seperti bola, maka

suatu benda yang terletak jauh dari seorang pengamat, walaupun

dipermukaan bumi diasumsikan tidak ada halangan, benda teserbut tidak

akan terlihat. Hal ini disebabkan cahaya bergerak lurus sedangkan bentuk

permukaan bumi melengkung.

Gambar 2. : Ilustrasi Arah Dari Pengamat Ke Sebuah Obyek Di

Permukaan Bumi.

Hal ini terbukti dengan fenomena kapal yang berlayar menjauh dari

pantai, pada titik tertentu tidak lagi bisa dilihat oleh seseorang yang berada

di pantai tersebut, walaupun cuaca cerah dan diatas permukaan laut tidak

ada rintangan yang menghalangi penglihatannya.

Page 39: SIKAP DAN PENDAPAT TAKMIR TERHADAP ARAH KIBLAT …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/793/1/M. AFIFUDIN.21111004.pdf · trigonometri. Bahkan pada awal abad ke-9 telah dilakukan

23

Gambar tersebut memberikan ilustrasi dua pengamat masing-masing

berada di titik A dan titik B. Kedua pengamat tersebut menghadap ke arah

titik K yang berarti Ka’bah, yang mana titik A, B dan K berada dalam

sebuah lingkaran besar bumi. Dalam hal ini, jarak AK dan BK masing -

masing adalah jarak terdekat dipermukaan bumi dari titik A ke titik K dan

dari titik B ke titik K. Karena bentuk bumi yang mendekati bulat seperti

bola, maka pengamat K, sesungguhnya tidak mungkin dapat mengarahkan

pandangannya ke titik K, melainkan arah pandangannya akan memotong

sebuah garis OL (garis dari pusat bumi melalui titik K yang mengarah ke

langit). Pengamat yang berada di titik B, arah pandangannya tidak akan

pernah dapat mencapai titik K ataupun memotong garis OL, karena sifat

lintasan cahaya yang lurus (tidak mengikuti lengkungan bumi).

Dalam kamus Oxford Dictionary, (2008:125) disebutkan bahwa:

Definition of direction is general position a person or thing moves or poin

towards: run of in the opposite (definisi arah adalah posisi umum seseorang

atau sesuatu yang bergerak atau poin terhadap lari ke sebrang). Jika

demikian, definisi tersebut tidak mengikuti arah penglihatan mata, namun

menekankan pada lintasan yang dilalui. Dalam hal ini, lintasan yang

dimaksud melalui jarak terdekat.

Dan kiblat yang berarti Ka’bah yang berada di Masjidil Haram Kota

Mekah, Secara terminologi para ada beberapa definisi tentang arah kiblat

yang berbeda-beda antara lain:

Page 40: SIKAP DAN PENDAPAT TAKMIR TERHADAP ARAH KIBLAT …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/793/1/M. AFIFUDIN.21111004.pdf · trigonometri. Bahkan pada awal abad ke-9 telah dilakukan

24

1. Menurut Harun Nasution yang dikutip oleh Ahmad Wahidi dan Evi

Dahliyatin Nuroini (2012:13), mengartikan kiblat sebagai arah untuk

menghadap pada waktu shalat.

2. Slamet Hambali memberikan definisi arah kiblat sebagai arah menuju

Ka’bah (Baitullah) di Mekah melalui jalur terdekat yang mana setiap

muslim dalam mengerjakan ibadah shalat harus menghadap kearah

tersebut, dimana pun berada di belahan bumi ini (Hambali, 2011:167).

3. Muhyiddin Khazin mendefinisikannya sebagai arah Ka’bah di Mekah

yang dapat ditentukan dengan perhitungan dan pengukuran dimana pun

berada dari setiap titik atau tempat dipermukaan bumi ini (Khazin,

2008:47).

Pada hakikatnya kiblat adalah suatu arah yang menyatukan arah

segenap umat Islam dalam melaksanakan shalat, tetapi titik arah itu sendiri

bukanlah obyek yang disembah oleh umat Islam dalam melaksanakan

shalat. Yang menjadi objek yang dituju oleh umat Islam dalam

melaksanakan shalat itu tidak lain hanyalah Allah SWT.

Dari berbagai definisi diatas penulis mengambil kesimpulan bahwa

arah kiblat adalah arah/ jurusan tempat kita berada dengan bangunan Ka’bah

di Masjidil Haram dengan mengambil titik yang terdekat. Bila ditarik garis

lurus antara suatu tempat dengan Ka’bah, maka garis lurus itulah arah

Kiblat.

Garis lurus tersebut adalah garis yang memiliki jarak terdekat. Bila

garis yang menghubungkan tempat dimana kita berada dengan Ka’bah

Page 41: SIKAP DAN PENDAPAT TAKMIR TERHADAP ARAH KIBLAT …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/793/1/M. AFIFUDIN.21111004.pdf · trigonometri. Bahkan pada awal abad ke-9 telah dilakukan

25

diteruskan maka garis itu akan bersambung kembali sehingga membentuk

lingkaran. Jarak terdekat di garis itulah yang menjadi arah kiblat, dan dari

jarak terdekat tersebut wajib menghadapnya ketika ibadah shalat.

B. Dasar Hukum Menghadap Kiblat.

Menghadap ke arah kiblat menjadi syarat sah bagi umat Islam yang

hendak menunaikan shalat baik shalat fardhu lima waktu sehari semalam

atau shalat-shalat sunah. Keharusan menghadap kiblat ketika shalat

didasarkan pada dalil qath’i baik dari Al-Quran maupun Hadits. Lebih

jelasnya dapat dipahami dari konteks ayat-ayat dan hadis berikut ini:

1. Dasar hukum dalam Al-Quran tentang menghadap kiblat

a. QS. Al Baqarah ayat 144.

Artinya: “ Sungguh Kami (sering) melihat mukamu menengadah

ke langit, maka sungguh kami akan memalingkan kamu ke

kiblat yang kamu sukai. Palingkanlah mukamu ke arah

Masjidil Haram. Dan dimana saja kamu berada,

palingkanlah mukamu ke arahnya. Dan sesungguhnya

orang-orang yahudi dan nasrani yang diberi alkitab

(Taurat dan Injil) memang mengetahui, bahwa berpaling

ke Masjidil Haram itu adalah benar dari Tuhannya, dan

Allah sekali-kali tidak lengah dari apa yang mereka

kerjakan” (Menara Kudus, 2005:22).

Page 42: SIKAP DAN PENDAPAT TAKMIR TERHADAP ARAH KIBLAT …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/793/1/M. AFIFUDIN.21111004.pdf · trigonometri. Bahkan pada awal abad ke-9 telah dilakukan

26

b. QS. Al Baqarah ayat 149.

Artinya: “Dan dari mana saja kamu keluar (datang), maka

palingkanlah wajahmu ke arah Masjidil haram,

Sesungguhnya ketentuan itu benar-benar sesuatu yang hak

dari Tuhanmu. Dan Allah sekali-kali tidak lengah dari

apa yang kamu kerjakan” (Menara Kudus, 2005:23).

c. QS. Al Baqarah ayat 150.

Artinya: “Dan dari mana saja kamu (keluar), maka palingkanlah

wajahmu ke arah Masjidil Haram. Dan dimana saja kamu

(sekalian) berada, maka palingkanlah wajahmu ke

arahnya, agar tidak ada hujjah bagi manusia atas kamu,

kecuali orang-orang yang zalim diantara mereka. Maka

janganlah kamu takut kepada mereka dan takutlah

kepadaku (saja). Dan agar kusempurnakan nikmat-Ku

atasmu, dan supaya kamu mendapat petunjuk” (Menara

Kudus, 2005:22).

d. QS. Al Baqarah ayat 177.

Page 43: SIKAP DAN PENDAPAT TAKMIR TERHADAP ARAH KIBLAT …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/793/1/M. AFIFUDIN.21111004.pdf · trigonometri. Bahkan pada awal abad ke-9 telah dilakukan

27

Artinya: “Kebajikan itu bukanlah menghadapkan wajahmu ke arah

timur dan ke arah barat, tetapi kebajikan itu ialah orang

yang beriman kepada Allah, hari akhir, malaikat-

malaikat, kitab-kitab, nabi-nabi dan memberikan harta

yang dicintainya kepada kerabat, anak yatim, orang-

orang miskin, orang-orang dalam perjalanan, peminta-

minta dan untuk memerdekakan hamba sahaya, yang

melaksanakan shalat dan memenuhi zakat, orang-orang

yang menepati janji apabila berjanji, dan orang yang

sabar dalam kemelaratan, penderitaan, dan masa

peperangan. Mereka itulah orang-orang yang benar, dan

mereka itulah orang-orang yang bertakwa” (Menara

Kudus, 2005:27).

Pada ayat pertama al-Baqarah : 144. Merupakan dasar

legitimasi perubahan arah kiblat dari Masjidil Aqsha di Palestina ke

Masjidil Haram di Mekah. Pada masa awal Rasulullah SAW,

mendapat perintah untuk melaksanakan ibadah shalat lima waktu.

Adapun kiblat pertama adalah Masjidil Aqsha di Palestina.

Ketika kiblat nabi dipalingkan setelah sebelumnya menghadap

ke Masjidil Aqsha, maka pada surat al-Baqarah : 150 merupakan

tanggapan terhadap ejekan kaum orang-orang musyrik Mekah. Yang

diberikan kepada umat islam sebagai penguat iman. Dari Ibnu Jarir

lewat sanadnya, yang dikutip oleh jaelani dkk (2012:7). Dalam

ejekannnya orang musyrik berkata “Agamanya telah membingungkan

Muhammad, sehingga sekarang ia berkiblat ke arahmu orang-orang

Page 44: SIKAP DAN PENDAPAT TAKMIR TERHADAP ARAH KIBLAT …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/793/1/M. AFIFUDIN.21111004.pdf · trigonometri. Bahkan pada awal abad ke-9 telah dilakukan

28

yahudi dan menyadari langkahmu lebih beroleh petunjuk daripada

langkahnya, bahkan ia telah hampir masuk kedalam agamamu”.

Oleh karena sebagian umat islam masih ada sebagian yang

belum memepercayai benar, bahwa perubahan arah kiblat adalah

perintah Allah SWT. Maka ditegaskan lagi dengan diturunkannya

surat al-Baqarah : 149.

Kemudian pada surat al-Baqarah : 177, menjelaskan tentang

arti kebajikan sesungguhnya, hal ini berkaitan dengan orang-orang

Yahudi yang menghadap ke arah barat dan orang-orang Nasrani ke

arah timur. Kebajikan yang sesunggunya adalah ketaatan kepada

Allah SWT yang telah meresap kedalam hati atau menunaikan

perintahnya sesuai dengan ketentuannya.

2. Dasar hukum dalam hadis tentang menghadap kiblat

a. Hadis dari Anas bin Malik RA. riwayat Muslim:

Artinya: Bercerita Abu Bakar bin Abi Syaibah, bercerita ‘Affan,

bercerita Hammad bin Salama, dari tsabit, dari

Annas: “Bahwa sesungguhnya Rasulullah SAW. Pada

suatu hari ketika shalat menghadap Baitul Maqdis,

kemudian turunlah ayat “sesungguhnya kami sering

melihat mukamu menengadah ke langit maka sungguh

kami palingkan mukamu ke kiblat yang engkau

kehendaki. Palingkanlah mukamu ke arah Masjidil

Page 45: SIKAP DAN PENDAPAT TAKMIR TERHADAP ARAH KIBLAT …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/793/1/M. AFIFUDIN.21111004.pdf · trigonometri. Bahkan pada awal abad ke-9 telah dilakukan

29

Haram”. Kemudian ada seorang dari bani salamah

berpergian, menjumpai sekelompok sahabat sedang

rukuk pada shalat fajar. Lalu menyeru “kiblat telah

berubah”. Maka mereka berpaling seperti kelompok

nabi, yakni ke arah kiblat”, (HR.Muslim) (An

Naisabury, 1992:634).

b. Hadis dari Ibnu Umar RA. yang diriwayatkan oleh Imam

Nasa’iy:

Artinya: Dari Ibnu Umar berkata, “ ketika penduduk Quba’

mengerjakan shalat shubuh, tiba-tiba ada seseorang

yang berteriak: “ Sesungguhnya Rasulullah SAW tadi

malam telah di turuni wahyu yang memerintahkan

untuk berpindah kiblat menghadap Ka’bah. Karena

itu menghadaplah kalian ke arah Ka’bah. Waktu itu

mereka sedang menghadap ke arah Baitul Maqdis di

Syam. Setelah mendengar suara itu mereka segera

berbalik menghadap ke arah ka’bah” (HR. Nasa’iy)

(Hambali. 2011:175).

c. Hadis dari Ibnu Abbas RA. yang diriwayatkan oleh Imam

Baihaqi:

Artinya: Dari Ibnu Abbas radiallahhuma berkata: “berkata

Rasulullah SAW. bersabda: Ka’bah adalah kiblat

bagi orang yang berada di Masjidil Haram. Masjidil

Haram adalah kiblat bagi orang yang berada di

Tanah Haram. Tanah Haram adalah kiblat bagi

penduduk bumi yang berada di sebelah barat dan

sebelah timur umatku” (HR. Imam Baihaqi)

(Hambali. 2011:175).

Page 46: SIKAP DAN PENDAPAT TAKMIR TERHADAP ARAH KIBLAT …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/793/1/M. AFIFUDIN.21111004.pdf · trigonometri. Bahkan pada awal abad ke-9 telah dilakukan

30

d. Hadis dari Abu Hurairah RA. yang diriwayatkan oleh Imam

Tirmidzi:

Artinya: Bercerita Muhammad bin Abi Ma’syarin, dari

Muhammad Bin Umar, dari Abi Slamah, dari Abi

Hurairah RA berkata: Rasulullah SAW, bersabda

“antara timur dan barat terletak kiblat (Ka’bah)”.

(HR. Tirmidzi dan Ibnu Majah) (Al-Bani. 290:290).

Pada hadis yang pertama yang diriwayatkan oleh Imam

Muslim merupakan asbabun nuzul al-Baqarah : 144, kemudian

pada hadis riwayat Imam Nasa’iy yang kedua memaparkan

bahwa waktu perpindahan kiblat pertama kali pada waktu sholat

subuh.

Mengenai Ka’bah adalah kiblat bagi orang yang berada

di Masjidil Haram, Masjidil Haram adalah kiblat bagi orang

yang berada di Tanah Haram, dan Tanah Haram adalah kiblat

bagi penduduk disekitarnya dijelaskan pada hadis ketiga yang

diriwayatkan Imam Baihaqi.

Selanjutnya pada hadis keempat riwayat Imam Tirmidzi

dan Imam Ibnu Majah menjelaskan bahwa “apa yang ada di

antara timur dan barat itu adalah kiblat”, yakni arah selatan, Ini

adalah kiblat bagi penduduk Madinah, Syam dan daerah-daerah

di sebelah utara lainnya.

Page 47: SIKAP DAN PENDAPAT TAKMIR TERHADAP ARAH KIBLAT …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/793/1/M. AFIFUDIN.21111004.pdf · trigonometri. Bahkan pada awal abad ke-9 telah dilakukan

31

C. Sejarah Kiblat

Dalam The Encyclopedia Of Religion yang dikutip oleh Ahmad

Izzuddin dalam bukunya “Ilmu Falak Praktis” (2012:26) bahwa bangunan

Ka’bah merupakan bangunan yang dibuat dari batu-batu granit yang

kemudian dibentuk kubus (cube like building) dengan tinggi kurang lebih 16

meter panjang 13 meter dan lebar 11 meter. Batu-batu tersebut diambil dari

lima Sacred Mountains, yakni: Thur Sinai, Al-judi, Hira, Olivet dan

Lebanon (Azhari, 2007:41).

Gambar 2.2 : Ukuran Ka’bah di akses dari (sumber Wikipedia,

http://id.wikipedia.org/wiki/Berkas:Kaaba-plan.svg)

Banyak yang meriwayatkan bahwa Ka’bah dibangun 12 kali dalam

sejarah, diantara nama-nama yang membangun dan merenovasi Ka’bah

adalah Nabi Adam as., Nama Syits bin Adam as., Nabi Ibrahim dan Nabi

Ismail as., Al-‘Amaliqoh, Jurhum, Qushai Bin Kilab, Quraisy, Abdullah Bin

Page 48: SIKAP DAN PENDAPAT TAKMIR TERHADAP ARAH KIBLAT …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/793/1/M. AFIFUDIN.21111004.pdf · trigonometri. Bahkan pada awal abad ke-9 telah dilakukan

32

Zubair ra. pada tahun 65 H, Hujaj Bin Yusuf pada tahun 74 H, Sultan Murad

Al-Utsmani pada tahun 1040 H dan Raja Fahd Bin Abdul Aziz pada tahun

1417 H (Jaelani dkk, 2012:17). Dipaparkan oleh Ahmad Izzudin dalam

bukunya “Menentukan Arah Kiblat Praktis” (2010:15) bahwa nama-nama

yang berperan dalam perluasan Masjidil Haram dan tercatat dalam sejarah

adalah:

Tabel 2.1 Daftar Periodesasi Perluasan Masjidil Haram

NO Masa Perluasan Masjidil Haram Tahun

1. Periode Quraisy sebelum Rasulullah Hijrah

2. Periode Umar Ibnu Khattab ra. 17 H / 639 M

3. Periode Usman Ibnu Affan ra. 26 H / 648 M

4. Periode Abdullah Ibnu Zubair ra. 65 H / 685 M

5. Periode Al-Walid Ibnu Abdul Malik 91 H / 709 M

6. Periode Abu Ja’far Al-Mansur Al-Abbasi 137 H / 755 M

7. Periode Al-Mahdi Al-Abbasi 160 H / 777 M

8. Periode Al-Mu’tadlid Al-Abbasi 284 H / 897 M

9. Periode Al-Muqtadir Al-Abbasi 306 H / 918 M

10. Periode Raja Abdul Aziz Alu Saud 1375 H / 1955 M

11 Periode Raja Fahd bin Abdul Aziz Alu Saud 1409 H / 1988 M

Adapun tentang perpindahan kiblat menurut hadis yang diriwayatkan

oleh Ibnu Abbas bahwa sebelum kiblat menghadap Ka’bah ke Baitul

Maqdis dulu, walaupun kiblat yang dihadapan beliau adalah Baitul Maqdis

akan tetapi arah tersebut juga mengarah ke Ka’bah di kota Mekah dalam

Page 49: SIKAP DAN PENDAPAT TAKMIR TERHADAP ARAH KIBLAT …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/793/1/M. AFIFUDIN.21111004.pdf · trigonometri. Bahkan pada awal abad ke-9 telah dilakukan

33

artian searah dan sejajar. Dalam pelaksanaan kiblat menghadap ke Baitul

Maqdis sudah berlangsung sekitar 18 bulan, kurun waktu yang begitu lama

tersebut membuat Nabi sangat rindu pada Masjidil Haram yang kemudian

turunlah wahyu surat Al-Baqarah Ayat 144.

Artinya: “ Sungguh Kami (sering) melihat mukamu menengadah ke langit,

maka sungguh kami akan memalingkan kamu ke kiblat yang kamu

sukai. Palingkanlah mukamu ke arah Masjidil Haram. Dan dimana

saja kamu berada, palingkanlah mukamu ke arahnya. Dan

sesungguhnya orang-orang yahudi dan nasrani yang diberi alkitab

(Taurat dan Injil) memang mengetahui, bahwa berpaling ke

Masjidil Haram itu adalah benar dari Tuhannya, dan Allah sekali-

kali tidak lengah dari apa yang mereka kerjakan” (Menara Kudus,

2005:22).

Berdasarkan wahyu tersebut Nabi memalingkan kiblat yang semula

ke Baitul Maqdis kemudian menuju ke arah Ka’bah. Atas perpindahan

tersebut kaum musyrikin Mekah mengejek Nabi “Muhammad dibingungkan

oleh agamanya, ia memindahkan arah kiblatnya ke arah kiblat kita. Ia

mengetahui bahwa jalan kita lebih benar dari pada jalannya, dan ia sudah

hampir masuk agama kita” (Hambali, 2011:170).

Tentang berapa lama nabi menghadap kiblat ke Masjidil Aqsha di

Palestina, dijelaskan didalam hadis yang diriwayatkan oleh Imam Ibnu

Majah yang dikutip oleh Slamet Hambali (2011:172 ) berikut ini:

Page 50: SIKAP DAN PENDAPAT TAKMIR TERHADAP ARAH KIBLAT …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/793/1/M. AFIFUDIN.21111004.pdf · trigonometri. Bahkan pada awal abad ke-9 telah dilakukan

34

Artinya: Dari Barra’ ra. berkata, kami melaksanakan shalat bersama

Rasulullah kearah Baitul Maqdis delapan belas bulan dan kiblat

diarahkan ke Ka’bah setelah Nabi masuk Madinah dua bulan (HR.

Ibnu Majah).

Dari peristiwa tersebut dapat kita ketahui bahwa perpindahan kiblat

merupakan ujian keimanan, apalagi bagi seseorang yang pada waktu itu

baru masuk islam. Apakah mereka kuat menghadapi ejekan-ejekan kaum

Musyrikin, jika meraka masih ragu-ragu dalam masuk agama islam pasti

hati mereka akan tergoyahkan, dan juga bagi orang yang sudah lama masuk

islam yang sudah terbiasa menghadap kiblat ke Baitul Maqdis apakah

mereka mau mengubah kebiasaan tersebut. Karena pada esensinya kiblat

hanya merupakan arah pemersatu umat islam dalam pelaksanaan shalat, titik

tersebut bukanlah obyek yang disembah melainkan hanya titik arah

pemersatu dan obyek sejati yang disembah adalah Allah SWT.

D. Pendapat Ulama Tentang Arah Kiblat

Pertentangan masalah arah kiblat berbeda dengan perbedaan

pendapat para ulama tentang masalah harus tidaknya membaca do’a qunut,

jumlah bilangan rokaat shalat tarawih dan masalah ibadah lainnya. Hal ini

disebabkan karena masalah arah kiblat sekarang ini memiliki tolok ukur,

serta dapat dilihat secara langsung kebenaran, keakuratan dan

keshahihannya secara zahir atau tampak. Berbeda dengan masalah harus

tidaknya membaca do’a qunut, jumlah bilangan rokaat shalat tarawih yang

Page 51: SIKAP DAN PENDAPAT TAKMIR TERHADAP ARAH KIBLAT …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/793/1/M. AFIFUDIN.21111004.pdf · trigonometri. Bahkan pada awal abad ke-9 telah dilakukan

35

kita tidak dapat menentukan secara zahir tentang kebenarannya kecuali dari

pemahaman kita tentang dalil-dalil yang mendukungnya.

Keempat imam besar yaitu Hanafi, Maliki, Syafii dan Hambali telah

bersepakat bahwa menghadap kiblat salah satu merupakan syarat sahnya

shalat. Sebagian ulama telah menambah dan menetapkan tiga kaidah yang

bisa digunakan untuk memenuhi syarat menghadap kiblat yaitu:

1. Menghadap Kiblat Yakin

Seseorang yang berada didalam Masjidil Haram dan melihat

langsung Ka'bah, wajib menghadapkan dirinya ke Kiblat dengan penuh

yakin. Ini yang juga disebut sebagai “Ainul Ka’bah”. Kewajiban

tersebut bisa dipastikan terlebih dahulu dengan melihat atau

menyentuhnya bagi orang yang buta atau dengan cara lain yang bisa

digunakan misalnya pendengaran. Sedangkan bagi seseorang yang

berada dalam bangunan Ka’bah itu sendiri maka kiblatnya adalah

dinding Ka’bah.

2. Menghadap Kiblat Perkiraan/Kiblat Dzan

Seseorang yang berada jauh dari Ka'bah yaitu berada diluar

Masjidil Haram atau disekitar tanah suci Mekah sehingga tidak dapat

melihat bangunan Ka’bah, mereka wajib menghadap ke arah Masjidil

Haram sebagai maksud menghadap ke arah Kiblat secara dzan atau

kiraan atau disebut sebagai “Jihatul Ka’bah”. Untuk mengetahuinya

dapat dilakukan dengan bertanya kepada mereka yang mengetahui

Page 52: SIKAP DAN PENDAPAT TAKMIR TERHADAP ARAH KIBLAT …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/793/1/M. AFIFUDIN.21111004.pdf · trigonometri. Bahkan pada awal abad ke-9 telah dilakukan

36

seperti penduduk Mekah atau melihat tanda-tanda kiblat atau “shaff”

yang sudah dibuat di tempat–tempat tersebut.

3. Menghadap Kiblat Ijtihad

Ijtihad arah kiblat digunakan seseorang yang berada diluar tanah

suci Mekah atau bahkan diluar Negara Arab Saudi. Ijtihad dapat

digunakan untuk menentukan arah kiblat dari suatu tempat yang terletak

jauh dari Masjidil Haram. Diantaranya adalah ijtihad menggunakan

posisi rasi bintang, bayangan matahari, arah matahari terbenam dan

perhitungan segitiga bola maupun pengukuran menggunakan peralatan

modern.

Bagi lokasi atau tempat yang jauh seperti Indonesia, ijtihad arah

kiblat dapat ditentukan melalui perhitungan falak atau astronomi serta

dibantu pengukurannya menggunakan peralatan modern seperti

kompas, GPS, theodolite dan sebagainya. Penggunaan alat-alat modern

ini akan menjadikan arah kiblat yang kita tuju semakin tepat dan akurat.

Dengan bantuan alat dan keyakinan yang lebih tinggi maka

hukum Kiblat Dzan akan semakin mendekati Kiblat Yakin. Dan

sekarang kaidah-kaidah pengukuran arah kiblat menggunakan

perhitungan astronomis, dan pengukuran menggunakan alat-alat

modern semakin banyak digunakan secara nasional di Indonesia dan

juga di negara-negara lain. Bagi orang awam atau kalangan yang tidak

tahu menggunakan kaidah tersebut, ia perlu taqlid atau percaya kepada

Page 53: SIKAP DAN PENDAPAT TAKMIR TERHADAP ARAH KIBLAT …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/793/1/M. AFIFUDIN.21111004.pdf · trigonometri. Bahkan pada awal abad ke-9 telah dilakukan

37

orang yang berijtihad ( KANWIL KEMENAG GORONTALO,

2012:42 ).

E. Kaidah Penentuan Arah Kiblat

1. Teori Perhitungan Arah Kiblat

Beranjak dari hadis Nabi SAW yang diriwayatkan oleh Imam

Tirmidzi yakni sebagai berikut

Artinya: Bercerita Muhammad bin Abi Ma’syarin, dari Muhammad Bin

Umar, dari Abi Salamah, dari Abi Hurairah RA berkata:

Rasulullah SAW, bersabda “ antara timur dan barat terletak

kiblat/Ka’bah” (HR. Tirmidzi) (Yuswaji, 2007:290).

Hadits tersebut diucapkan oleh Nabi SAW di Madinah. Dan kita

ketahui bersama Madinah berada di bagian Utara dari kota Mekah,

sehingga Mekah berada tepat di bagian selatan dari kota Madinah.

Dengan demikian perkataan Nabi SAW berkaitan dengan antara timur

dan barat adalah kiblat bagi orang Madinah, yaitu kiblat di bagian

selatan Kota Madinah. Sebagaimana diproyeksikan oleh google earth

dalam gambar berikut.

Page 54: SIKAP DAN PENDAPAT TAKMIR TERHADAP ARAH KIBLAT …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/793/1/M. AFIFUDIN.21111004.pdf · trigonometri. Bahkan pada awal abad ke-9 telah dilakukan

38

Gambar 2.3 Penggambaran Posisi Kota Madinah Dalam Arah Dengan Kota

Mekah (www.google.com).

Di Indonesia sendiri dari masa ke masa mengalami

perkembangan sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan,

perkembangan ini paling menonjol atau tampak ketika terjadi

perombakan arah kiblat (kalibrasi) Masjid Agung Kauman Yogyakarta

yang dipelopori oleh Ahmad Dahlan. Dari pengukuran tersebut dapat

dilihat bahwa alat-alat yang digunakan sudah semakin maju yakni

seperti, Bencet, Miqyas, Tongkat Istiwa’, Rubu’ Mujayyab, Kompas,

kemudian dilanjutkan dengan Theodolite (Az Zuhri, 2007:44).

Melihat fakta tersebut oleh Ahmad Izzuddin (2007:40)

mengkategorisasikan perkembangan metode penentuan arah kiblat

dalam dua madzhab, yakni mazhab hisab dan mazhab rukyat. Mazhab

rukyat dicirikan dengan penggunaan Bencet, Miqyas, Tongkat Istiwa’,

Rubu’ Mujayyab, atau mereka yang berpedoman dengan menggunakan

Page 55: SIKAP DAN PENDAPAT TAKMIR TERHADAP ARAH KIBLAT …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/793/1/M. AFIFUDIN.21111004.pdf · trigonometri. Bahkan pada awal abad ke-9 telah dilakukan

39

posisi matahari persis atau mendekati berada pada titik zenith Ka’bah.

Dan mazhab hisab di tandai dengan mereka yang menggunakan ilmu

ukur segitiga bola (spherical trigonometry).

Dengan logika bahwa bumi dianggap sebagai bola, maka untuk

menentukan arah kiblat dapat dilakukan dengan menggunakan Ilmu

Ukur Segitiga Bola (spherical trigonometry). Yang mana dalam

perhitungan disini, merupakan perhitungan untuk mengetahui dan

menetapkan ke arah mana Ka’bah berada apabila dilihat pada suatu

tempat dipermukaan bumi.

Ilmu ini pertama kali dikembangkan para ilmuwan muslim dari

Jazirah Arab seperti Al-Battani dan Al-Khawarizmi dan terus

berkembang hingga kini menjadi sebuah ilmu yang mendapat julukan

Geodesi (KANWIL KEMENAG GORONTALO, 2012:43). Segitiga

bola menjadi ilmu andalan tidak hanya untuk menghitung arah kiblat

bahkan termasuk jarak lurus dua buah tempat di permukaan bumi.

Adapun kosep dasar dari ilmu ukur segitiga bola menyatakan

bahwa:

Jika tiga buah lingkaran besar pada permukaan sebuah bola

saling berpotongan, terjadilah sebuah segitiga bola. Ketiga titik

potong yang berbentuk merupakan titik sudut A, B, dan C. Sisi-

sisinya dinamakan berturut-turut a, b, dan c yaitu yang

berhadapan dengan sudut A, B, dan C.

Konsep tersebut dapat digambarkan sebagai berikut ini:

Page 56: SIKAP DAN PENDAPAT TAKMIR TERHADAP ARAH KIBLAT …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/793/1/M. AFIFUDIN.21111004.pdf · trigonometri. Bahkan pada awal abad ke-9 telah dilakukan

40

Gambar 2.4 Penerapan Ilmu Ukur Segitiga Bola (www.google.com).

Segitiga Bola Ketiga bagian lingkaran berpotongan di titik A, B,

dan C, adapun daerah yang dibatasi oleh ketiga busur lingkaran besar

itu dinamakan segitiga ABC. Busur AB, BC, dan CA adalah sisi-sisi

segitiga bola ABC. Sedangkan sisi-sisi segitiga bola dinyatakan dengan

huruf a, b, dan c. Sedangkan dalam perhitungan arah kiblat kita

membutuhkan 3 titik, yaitu:

a. Titik A, yang terletak pada lokasi tempat yang akan ditentukan arah

kiblatnya.

b. Titik B, terletak di Ka’bah (Mekah)

c. Titik C, terletak di titik kutub utara. Dua titik diantara ketiganya

adalah titik yang tetap (tidak berubah-ubah) yaitu titik B dan C,

sedangkan titik A senantiasa berubah, tergantung tempat yang akan

ditentukan kiblatnya, baik di utara equator atau di sebelah selatan.

Ada beberapa perbedaan mengenai letak kordianat geografis

Ka’bah karena menggunakan alat yang berbeda yakni sebagai berikut:

Page 57: SIKAP DAN PENDAPAT TAKMIR TERHADAP ARAH KIBLAT …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/793/1/M. AFIFUDIN.21111004.pdf · trigonometri. Bahkan pada awal abad ke-9 telah dilakukan

41

Tabel 2.2 Daftar Perbedaan Penetapan Kordinat Ka’bah.

Refrensi Buku Lintang Bujur

Nabhan Masputra 21º25’14,7’’ LU 39º49’40’’ BT

Prof. Dr. Ibrahim 21º25’ 25’’ LU 39º49’39’’ BT

Slamet Hambali 21º25’21,04’’ LU 39º49’34,33’’ BT

Dr. Ing. Khafid 21º25’ 21,03’’LU 39º49’34,31’’ BT

Izzuddin 21º25’21.17’’ LU 39º49’34,56’’ BT

Hisab Muhamadiyah 21º25’ LU 39º50’ BT

Almanak Hisab Rukyat. 21º25’ LU 39º50’ BT

Dari data tersebut selisih paling besar adalah 25’’ (25 detik)

dan jika dihitung dengan meter dengan menggunakan rumus:

L = S2nR

360º

L = 25’’x2x3.141592654x6378

360º

L = 77,3 meter

Jadi apabila menggunakan lintang 21º25’ dalam perhitungannya

dari buku Almanak Hisab Rukyat atau Hisab Muhamadiyah kemudian

yang tepat adalah hasil penelitian dari Prof. Dr. Ibrahim maka

penyimpangan dari Ka’bah 77,3 meter.

Adapun 4 rumus yang digunakan dalam perhitungan arah kiblat

yaitu:

Pertama, yang dikemukakan oleh Slamet Hambali (2011:183):

Cotan B = tan φᵏ. Cos φᵏ ÷ sin C – sin φᵏ ÷ tan C

Page 58: SIKAP DAN PENDAPAT TAKMIR TERHADAP ARAH KIBLAT …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/793/1/M. AFIFUDIN.21111004.pdf · trigonometri. Bahkan pada awal abad ke-9 telah dilakukan

42

Kedua, menggunakan rumus yang dipaparkan oleh Muhyidin Khazin

dalam bukunya “Ilmu Falak dalam Teori dan Praktik” (2004:54)

sebagai berikut:

Ketiga, menggunakan rumus yang dipaparkan oleh Drs. A. Jamil dalam

bukunya “Ilmu Falak Teori dan Aplikasi’ (2009:112) sebagai berikut:

Keempat, yang terakhir menggunakan rumus yang dikemukakan oleh

Ma’rufin Sudibyo ( 2011:5) yakni sebagai berikut:

sudut B dari dari rumus pertama hingga keempat dinamakan

arah kiblat relatif, yakni arah kiblat Sudut B di atas dinamakan arah

2. Kaidah Penentuan Arah Kiblat

a. Rasydul Kiblat Global

Sebagaimana dalam kalender yang dicetak dari Menara

Kudus, oleh KH Turaichan menetapkan bahawa pada tanggal 27/28

Mei dan 15/16 Juli disebut sebagai “Yaumi Rasydil Kiblah”, adapun

Cotan B = sin a . cotan b ÷ sin C – cos a . cotan C

Cotan B = cotan b . sin (a-p) ÷ sin p

tan p = tan b . cos C

tan ½ (A+B) = cos ½ (a+b) cotg ½ C

cos ½ (a+b)

tan ½ (A-B) = sin ½ (a-b) cotg ½ C

sin ½ (a+b)

B = ½ (A+B) - ½ (A-B)

Page 59: SIKAP DAN PENDAPAT TAKMIR TERHADAP ARAH KIBLAT …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/793/1/M. AFIFUDIN.21111004.pdf · trigonometri. Bahkan pada awal abad ke-9 telah dilakukan

43

oleh Slamet Hambali dalam bukunya “Ilmu Falak Arah Kiblat Setiap

Saat” memeberikan definisi tentang Rasydul Kiblat adalah petunjuk

arah kiblat yang diambil dari posisi matahari ketika berkulminasi

(Meridian Pass) dititik zenith Ka’bah atau mendekati. Tepatnya

tanggal 27/28 Mei pada pukul 16.18 WIB dan tanggal 16/17 Juli

pada pukul 16.27 WIB(2013:38).

Adapun langkah-langkah perhitungan Rasydul Kiblah Global

yang perlu dilakukan adalah sebagai berikut:

1) Mempersiapkan garis bujur dan garis lintang Ka’bah, garis

bujur lokasi atau tempat yang akan diukur arah kiblatnya serta

garis bujur daerah atau garis bujur local mean time baik untuk

Ka’bah atau lokasi yang mau diukur.

2) Menghitung time zone tempat atau lokasi yang akan diukur

arah kiblatnya dari Mekah.

3) Memperhatikan, mencermati dan menghitung kapan terjadi

kulminasi yang berimpit dengan titik zenith Ka’bah atau yang

mendekati. Yaitu ketika deklinasi matahari sama dengan

lintang Ka’bah (21º25’21,04’’)

4) Menghitung Rasydul Kiblah Global, dengan cara mengubah

waktu kulminasi diatas Ka’bah ke waktu daerah setempat. Hal

ini dapat dihitung dengan menggunakan rumus:

Waktu kulminasi = Pk. 12 – e + (45º-39º49’34,33’’) : 15

Page 60: SIKAP DAN PENDAPAT TAKMIR TERHADAP ARAH KIBLAT …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/793/1/M. AFIFUDIN.21111004.pdf · trigonometri. Bahkan pada awal abad ke-9 telah dilakukan

44

5) Mempersiapkan benda apapun yang berdiri tegak lurus di

tempat yang datar, bayang tersebut ketika Rasydul Kiblah

adalah arah kiblat.

6) Mempersiapkan jam (waktu) yang tepat dan akurat, hal ini

dapat di cek dengan GPS, Radio RRI dan lain-lain.

Contoh :

1) Mengukur arah kiblat Masjid Raya Salatiga menggunakan

metode Rasydul Kiblat pada bulan juli tahun 2015 M:

2) Diketahui: Ka’bah terletak pada Bujur Timur 39º49’34,33

(BTᵏ) dengan lintang (ɸ ᵏ) + 21º25’21,04’’ dengan Bujur

Daerah 45°. Dan letak Masjid Raya Salatiga terletak pada

Bujur Timur (BTᵏ

)105°.

3) Time zone Masjid Raya Salatiga dari Ka’bah adalah (105°-45°)

: 15 = + 4 Jam. Jadi Local Mean Time Ka’bah di tambah 4 jam

menjadi Local Mean Time Masjid Raya Salatiga.

4) Pada bulan Juli 2015 deklinasi matahari yang sama atau

mendekati lintang Ka’bah adalah pada tanggal 16 yaitu

21°18’44’’ sedangkan equation of time adalah -0°6’03’’. Oleh

karenanya matahari berkulminasi diatas Ka’bah pada:

= pk. 12 – (-0°6’3’’) + (45° - 39°49’34,33’’) : 15

= pk. 12.26.44,71 LMT Ka’bah (Mekah)

Page 61: SIKAP DAN PENDAPAT TAKMIR TERHADAP ARAH KIBLAT …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/793/1/M. AFIFUDIN.21111004.pdf · trigonometri. Bahkan pada awal abad ke-9 telah dilakukan

45

5) Waktu Rasydul Kiblah di Masjid Raya Salatiga:

= LMT Ka’bah (Mekah) + time zone

= pk. 12.26.44,71 + 4 jam

= pk. 16.26.44,71 LMT Masjid Raya Salatiga

6) Mempersiapkan benda atau sesuatu yang tegak lurus dan bisa

memperoleh sinar matahari pada tanggal 16 Juli 2015 M pk.

16.26.44,71 dan dibulatkan pk. 16.26.45 WIB.

Gambar 2.5 Ilustrasi Ketika Mathari Tepat Diatas Ka’bah

(http;//rukyatulhilal.org).

Page 62: SIKAP DAN PENDAPAT TAKMIR TERHADAP ARAH KIBLAT …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/793/1/M. AFIFUDIN.21111004.pdf · trigonometri. Bahkan pada awal abad ke-9 telah dilakukan

46

Gambar 2.6 Ilutrasi Ketika Peristiwa Rasydul Kiblat Global

(http;//rukyatulhilal.org).

b. Rasydul Kiblat Lokal

Kalau Rasydul Kiblah Global tadi terjadi dalam setahun

hanya dua kali maka dalam Rasydul Kiblah Lokal ini tejadi setiap

hari, akan tetapi waktunya berubah-ubah dikarenakan pengaruh dari

deklinasi maka dari itu Rasdul Kiblah Lokal dapat didefinisikan

sebagai metode penentuan arah kiblat yang memanfaatkan sinar

matahari, yang mana pada waktu yang ditentukan matahari berada

dijalur kiblah. Oleh Ahmad Izzuddin Peristiwa ini dinamakan “As-

Syamsu Fi Madaril Qiblah” (2012:45).

Adapun rumus-rumus untuk mengetahui kapan bayang-

bayang matahari kearah kiblat pada setiap harinya adalah sebagai

berikut:

Page 63: SIKAP DAN PENDAPAT TAKMIR TERHADAP ARAH KIBLAT …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/793/1/M. AFIFUDIN.21111004.pdf · trigonometri. Bahkan pada awal abad ke-9 telah dilakukan

47

1) Rumus mencari sudut pembantu (U)

2) Rumus mencari sudut waktu (t)

3) Rumus menentukan arah kiblat dengan waktu hakiki (WH)

4) Rumus mengubah waktu hakiki menjadi waktu daerah/local

mean time.

Ketentuan:

U adalah sudut pembantu (proses).

t-U ada dua kemungkinan yaitu positif dan negatif. Jika U negatif

maka t-U tetap positif dan ketika U positif maka t-U di ubah

menjadi negatif.

T adalah sudut waktu matahari saat bayangan benda berdiri tegak

lurus menunjukan arah kiblat.

WH adalah waktu hakiki orang sering menyebutnya waktu istiwa’.

cotan U = tan b . sin ɸ ᵏ

Cos (t-U) = tan cos U ÷ tan ɸ ᵏ

WH = pk. 12 + t (jika B = UB/SB)

= pk. 12 - t (jika B = UT/ST)

– - BTᵏ) ÷ 15

Page 64: SIKAP DAN PENDAPAT TAKMIR TERHADAP ARAH KIBLAT …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/793/1/M. AFIFUDIN.21111004.pdf · trigonometri. Bahkan pada awal abad ke-9 telah dilakukan

48

WD adalah singkatan dari waktu daerah atau juga disebut LMT

(Local Mean Time) yakni, WIB, WITA dan WIT.

e adalah equation of time atau perata waktu

adapun menegenai langkah-langkahnya sama dengan yang Rasydul

Kiblah Global yang membedakan hanyalah waktunya.

c. Tongkat Istiwa’ Serta Busur Derajat

Mengutip dari Ahmad Izzuddin (2012:65) bahwa definisi

Tongkat Istiwa’ adalah sebuah tongkat yang ditancapkan tegak lurus

pada bidang datar dan diletakan pada tempat yang terbuka, sehingga

matahari dapat menyinarinya dengan bebas. Dahulu tongkat ini

dikenal sebagai “Gnomon” dan di Mesir pengganti dari tongkat

tersebut adalah “Obselik”. Adapun langkah-langkah dalam

pengguanaan metode tongkat istiwa’ adalah sebagai berikut:

1) Buatlah pada pelataran yang betul-betul datar dengan diameter

tertentu, semisal 30 cm.

2) Pada titik pusat lingkaran tancapkan tongkat yang betul-betul

tegak lurus, misalnya 45 cm.

3) Pada siang hari amatilah sebelum dan sesudah kulminasi, ujung

tongkat akan menyentuh lingkaran,.

4) Berilah titik pada ujung bayang-bayang ketika menyentuh

lingkaran, pada saat sebelum dan sesudah kulminasi.

Page 65: SIKAP DAN PENDAPAT TAKMIR TERHADAP ARAH KIBLAT …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/793/1/M. AFIFUDIN.21111004.pdf · trigonometri. Bahkan pada awal abad ke-9 telah dilakukan

49

5) Hubungkan kedua titik tersebut dengan garis lurus. Maka arah

yang dihasilkan dari bayangan tersebut adalah arah timur dan

barat sejati.

6) Untuk menentukan arah utara dan selatan tinggal letakan busur

yang melintang garis tersebut, atau 90º ke kanan dari timur

untuk selatan dan 90º ke kiri untuk utara.

7) Sedangkan untuk menentukan arah kiblat dengan cara azimut

kiblat (294º) – 270º = 24º berarti 24º dari timur adalah arah

kiblat.

d. Kompas Magnetik

Kompas jenis magnetik adalah kompas yang paling banyak

digunakan untuk keperluan memandu arah mata angin. Sampai kini

bermacam-macam jenis kompas magnetik dijual di pasaran. Kompas

magnetik bekerja berdasarkan medan magnet bumi yang membuat

jarum magnet yang terdapat pada jenis kompas ini selalu menunjuk

ke arah Utara dan Selatan.

Arah yang di tunjukan dalam bukan kompas menunjukan

arah utara dan selatan sejati melainkan hanya arah utara magnet dan

arah selatan magnet. Walupun akuratnya cukup tinggi dalam

penentuan arah, akan tetapi kompas memiliki kelemahan yakni

mudah terpengaruh terhadap benda-benda yang bermuatan logam.

Page 66: SIKAP DAN PENDAPAT TAKMIR TERHADAP ARAH KIBLAT …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/793/1/M. AFIFUDIN.21111004.pdf · trigonometri. Bahkan pada awal abad ke-9 telah dilakukan

50

Gambar 2.7 Kompas Magnetik (www.goole.com)

Oleh karenanya, pengukuran arah kiblat dengan kompas

memerlukan extra hati-hati dan penuh kecermatan, mengingat jarum

kompas itu kecil dan peka terhadap medan magnit. Untuk

mendapatkan informasi data variasi magnet dapat menghubungi

BMKG atau Kementerian Agama setempat.

Untuk menentukan arah kiblat menggunakan kompas biasa

dapat dilakukan sebagai berikut :

1) Sediakan karton dengan ukuran 50x50 cm dan berilah garis

bersilang sepanjang sumbunya yaitu sumbu Utara-Selatan dan

dan sumbu Barat-Timur. Kemudian pasang kompas di atas

karton.

2) Letakkan karton dengan kompas tersebut diatas permukaan

yang datar dan pastikan terbebas dari pengaruh logam maupun

medan magnet lain di sekitarnya.

3) Tunggu sampai jarum kompas tidak bergerak dan putar karton

sehingga jarum kompas menunjuk tepat arah utara magnet.

Page 67: SIKAP DAN PENDAPAT TAKMIR TERHADAP ARAH KIBLAT …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/793/1/M. AFIFUDIN.21111004.pdf · trigonometri. Bahkan pada awal abad ke-9 telah dilakukan

51

4) Dengan ini kita telah mendapatkan arah utara-selatan dan

barat-timur magnet.

5) Selanjutnya untuk menentukan arah kiblatnya maka sudut arah

kiblat harus dikoreksi terlebih dahulu terhadap variasi magnet

dengan rumus:

a) “sudut kiblat magnetik = sudut azimuth kiblat barat ke

utara - deklinasi magnetik”

b) oleh karena azimuth Kiblat Kota Salatiga adalah

294º34’16.02’’. Maka sudut azimuth kiblat Kota

Salatiga dari barat ke utara adalah 294º34’16.02’’ -

270º = 24°34’16.02’’ atau 24,6º dan dengan Deklinasi

Magnetik 1°8’.

sehingga sudut kiblat magnetik = 24,6° - 1°8’ = 23°28’ dari B

ke U. Tangen arah kiblat magnetik tg 23°28’ = 43,3 cm. Artinya

setiap 100 cm ke arah barat maka ke utara sebesar 43,3 cm untuk

mendapatkan arah kiblatnya.

e. Segitiga Kiblat

Metode Segitiga Kiblat merupakan salah satu dari berbagai

metode penentuan arah kiblat yang menggunakan alat bantu berupa

segitiga siku-siku, adapun langkahnya sebagai berikut (Musonnif,

2011:88):

1) Tarik garis lurus antara utara dan selatan (U-S) dengan panjang

tertentu, misalnya 100 cm pada peralatan yang betul-betul datar.

Page 68: SIKAP DAN PENDAPAT TAKMIR TERHADAP ARAH KIBLAT …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/793/1/M. AFIFUDIN.21111004.pdf · trigonometri. Bahkan pada awal abad ke-9 telah dilakukan

52

2) Dari titik (U) utara pada garis tersebut tariklah garis tegak lurus

ke arah barat (U-B) dengan panjang tangen arah kiblat. Untuk

Kota Salatiga adalah tg 65º25’43.98’’ karena garis U-S adalah

100 cm maka dikali dengan 30.

= tg 65º25’43.98’’ x 30 cm

= 65.61305095 cm

B 65.61305095 cm U

100 cm

S

Gambar 2.8 Segitiga Kiblat

Keterangan:

U adalah arah utara

S adalah arah selatan

B adalah arah barat

U-S panjangnya adalah 100 cm

U-B panjangnya adalah tg 65º25’43.98’’ x 30 cm

S-B adalah arah kiblat

Page 69: SIKAP DAN PENDAPAT TAKMIR TERHADAP ARAH KIBLAT …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/793/1/M. AFIFUDIN.21111004.pdf · trigonometri. Bahkan pada awal abad ke-9 telah dilakukan

53

f. Metode Segitiga Siku-Siku Dari Bayangan Matahari Setiap Saat

Metode ini termasuk metode penentuan arah kiblat yang

terbaru dan akuratnya sangat tinggi serta dapat dilakukan kapanpun

dari matahari terbit hingga terbenam, kecuali pada saat matahari

berdekatan dengan titik zenith matahari atau kurang dari 30º.

Metode ini ditemukan oleh Drs. H. Slamet Hambali, M.Si

(2013:92) yang mana metode ini dapat dilakukan setelah

menentukan arah kiblat, azimuth kiblat, arah matahari, azimuth

matahari dan sudut kiblat dari bayangan matahari. Dalam metode ini

beliau menawarkan 2 model, yang pertama menggunakan satu

segitiga siku-siku dan kedua menggunakan dua segitiga siku-siku.

Q m q 1 m1

q arah kiblat A arah kiblat A

m m Q

q 2 m2

satu segitiga siku-siku dua segitiga siku-siku

Gambar 2.9 Segitiga Siku-Siku Setiap Saat

Adapun langkah-langkah yang dibutuhkan dalam metode

segitiga siku-siku ini yaitu:

1) Menghitung arah kiblat dan azimuth kiblat. Arah kiblat di hitung

dengan rumus “Cotan B = tan ɸ ᵏ .cos ɸ ᵏ ÷ sin C – sin ɸ ᵏ ÷

tan C”. Azimuth kiblat masjid dan mushola di Kecamatan

Page 70: SIKAP DAN PENDAPAT TAKMIR TERHADAP ARAH KIBLAT …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/793/1/M. AFIFUDIN.21111004.pdf · trigonometri. Bahkan pada awal abad ke-9 telah dilakukan

54

Tingkir Kota Salatiga masuk dalam kelompok yang B = UB (+)

maka azimuth kiblatnya adalah 360º - B.

2) Menghitung sudut waktu matahari, arah matahari dan azimuth

matahari. Sudut matahari dengan rumus “t = LMT- e +(BBᵏ -

BBᵏ)/ 15-12) x 15”. Ara

. cos ɸ ᵏ ÷ sin t – sin ɸ ᵏ ÷ tan t ”.

Dan azimuth matahari dengan rumus “A = UB (+)/ 360° - A”.

3) Menghitung sudut kiblat dari bayangan matahari (Q) dengan

mengupayakan besar sudut tidak lebih 90° maka rumusnya

adalah “Q = (360°- azimuth Kiblat ) – azimuth matahari” dengan

catatan jika nilai Q positif maka kiblat berada disebelah kanan

dan jika nilainya negatif maka kiblatnya berada disebelah kiri

bayangan matahari.

4) Membuat segitiga siku-siku baik menggunakan satu segitiga

siku-siku atau menggunakan yang dua segitiga siku-siku.

g. Theodolite

Theodolite adalah alat yang digunakan untuk mengukur sudut

horisontal (Horizontal Angle = HA) dan sudut vertical (Vertical

Angle = VA). Alat ini banyak digunakan sebagai piranti pemetaan

pada survey geologi dan geodesi. Dengan berpedoman pada posisi

dan pergerakan benda-benda langit misalnya matahari sebagai acuan

atau dengan bantuan satelit-satelit GPS maka theodolite akan

Page 71: SIKAP DAN PENDAPAT TAKMIR TERHADAP ARAH KIBLAT …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/793/1/M. AFIFUDIN.21111004.pdf · trigonometri. Bahkan pada awal abad ke-9 telah dilakukan

55

menjadi alat yang dapat mengetahui arah secara persis hingga skala

detik busur (1/3600°).

h. Software Arah Kiblat

Penulis dalam mengecek arah kiblat menggunakan aplikasi

AndroiTS Compas versi 2.08 dan Islamic Compass Qibla Direction

versi 1.0 serta untuk mengetahui Koordinat tempat ditambah

menggunakan Peta Koordinat versi 3.0.3

i. Menggunakan website Online

1) http://google.earth.com

2) http://qiblalocater.com

3) http://kimia.unnes.ac.id/kasmui/masjid

http://kimia.unnes.ac.id/kasmui/kiblat

4) Dan lain-lain

Page 72: SIKAP DAN PENDAPAT TAKMIR TERHADAP ARAH KIBLAT …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/793/1/M. AFIFUDIN.21111004.pdf · trigonometri. Bahkan pada awal abad ke-9 telah dilakukan

56

BAB III

KAJIAN LAPANGAN

A. Gambaran Umum Kecamatan Tingkir Kota Salatiga

1. Geografis Kecamatan Tingkir Kota Salatiga

Kecamatan Tingkir Kota Salatiga terletak di 110°8’58’’ -

110°32’4,64’’ bujur timur dan 07°17’ - 07°23’ lintang selatan,

merupakan salah satu dari empat Kecamatan yang berada di Kota

Salatiga. Sebelah utara dan timur dari Kecamatan ini berbatasan dengan

Kecamatan Pabelan Kabupaten Semarang. Di bagian selatan

bersebelahan dengan Kecamatan Tengaran Kabupaten Semarang dan di

bagian barat bersebelahan dengan Kecamatan Sidomukti Kota Salatiga

(Kecamatan Tingkir, 2014:17).

Kecamatan ini termasuk Kecamatan yang memiliki luas wilayah

paling besar dibandingkan dengan Kecamatan yang lainnya di Kota

Salatiga yakni ± 1.054,85 Ha akan tetapi hanya 2% datar, 13%

bergelombang 25% curam dan 60% sangat curam.

Di Kecamatan Tingkir terdapat terbagi dalam 7 wilayah

Kelurahan yakni Kelurahan Kutowinangun Kidul, Kelurahan

Kutowinangun Lor, Kelurahan Gendongan, Kelurahan Sidorejo Kidul,

Kelurahan Kali Bening, Kelurahan Tingkir Tengah dan Kelurahan

Tingkir lor. Adapun mengenai ketinggian wilayah untuk Kecamatan ini

Page 73: SIKAP DAN PENDAPAT TAKMIR TERHADAP ARAH KIBLAT …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/793/1/M. AFIFUDIN.21111004.pdf · trigonometri. Bahkan pada awal abad ke-9 telah dilakukan

57

sangat bervariatif dari terendah 575 mdpl yakni Kelurahan

Kutowinangun dan tertinggi 675 mdpl di Kelurahan Tingkir Lor.

2. Demografi Kecamatan Tingkir Kota Salatiga

Jumlah Penduduk Kecamatan Tingkir pada tahun 2014 sebanyak

46.708 jiwa dan apabila diklasifikasikan atau digolongkan berdasarkan

jenis kelamin di Kecamatan ini terdapat 23.148 untuk yang jenis

kelamin laki-laki dan 23.696 untuk yang jenis perempuan. Mayoritas di

Kecamatan ini adalah pemeluk agama Islam yakni 37.201 jiwa, Kristen

7.215 jiwa, Katolik 2.236 jiwa, Hindu 16 jiwa, Budha 203 jiwa, Kong

Hu Cu 4 jiwa dan Kepercayaan 8 jiwa.

Apabila digolongkan berdasarkan tingkat pendidikan di

Kecamatan ini bisa dikatakan SDM nya sangat mumpuni dibandingkan

dengan Kecamatan lain. SDM yang belum sekolah ada 6.887 orang,

tidak tamat SD/sederajat ada 5.774 orang, tamat SD ada 8.209 orang,

tamat SLTP ada 7.365 orang, tamat SLTA ada 13.192 orang, Diploma

I/II ada 504 orang, Diploma III ada 1.421 orang, Strata 1 ada 3.083

orang, Strata 2 ada 227 orang dan Strata 3 ada 29 orang (Kecamatan

Tingkir, 2014:2).

Page 74: SIKAP DAN PENDAPAT TAKMIR TERHADAP ARAH KIBLAT …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/793/1/M. AFIFUDIN.21111004.pdf · trigonometri. Bahkan pada awal abad ke-9 telah dilakukan

58

B. Kalibrasi Kiblat Masjid dan Mushola Di Kecamatan Tingkir

Kota Salatiga

Definisi dari Kalibrasi adalah secara bahasa diambil dari kata

calibrate kata keterangan yang bermakna mencocokan, menyesuaikan atau

dari kata (calibration) kata benda yang bermakna pencocokan, pengujian,

pertimbangan-pertimbangan dengan menggunakan dasar. Jika digabungkan

dengan pengertian arah kiblat maka yang dimaksud dengan kalibrasi arah

kiblat adalah upaya mencocokan atau menyesuaikan arah jurusan tempat

kita berada dengan bangunan Ka’bah di Masjidil Haram dengan mengambil

titik terdekat (Kementrian Agama Gorontalo, 2012:7).

Data dua tahun terakhir yang terdapat dilakukan Kementrian Agama

Kota Salatiga pada tahun 2013 dan 2014 mengalami perubahan yang sangat

signifikan. Pada tahun 2013 terdapat 63 masjid dan 7 mushola yang tercatat

meminta unutuk diukur ulang, yakni: Kecamatan Sidorejo ada 15 Masjid

dan 2 mushola, Kecamatan Sidomukti 16 masjid dan 4 mushola, Kecamatan

Argomulyo 19 masjid dan 1 mushola dan Kecamatan Tingkir ada 13 masjid.

Sedangkan pada tahun 2014 tidak lebih dari 10 masjid dan mushola

Masjid dan mushola yang meminta kalibrasi di Kecamatan Tingkir

Kota Salatiga ialah Masjid Jami’ Benoyo (Kutowinangun), Masjid Ar-

Rohmah (Kutowinangun), Masjid At-Taubah (Kutowinangun), Masjid

Roudlotul Mutaqin (Kutowinangun), Masjid Al-Mutaqin (Kutowinangun),

Masjid Al-Husna (Ngentak Sari), Masjid Miftahul Jannah (Butuh), Masjid

Al-Huda (Nanggulan), Masjid Mujahidin (Gendongan), Masjid Bismillah

Page 75: SIKAP DAN PENDAPAT TAKMIR TERHADAP ARAH KIBLAT …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/793/1/M. AFIFUDIN.21111004.pdf · trigonometri. Bahkan pada awal abad ke-9 telah dilakukan

59

Abu Bakar Ash Shiddiq (Gendongan), Masjid Ma’wal Waritsin (Tingkir

Tengah), Masjid Al-Muttaqin (Kalibening) dan Masjid Al-Hidayah

(Perumahan Tingkir Indah).

C. Pendapat Takmir/Tokoh Agama Di Kecamatan Tingkir Kota

Salatiga Tentang Urgensi Penentuan Arah Kiblat

1. Takmir Masjid Al-Muttaqin/Pengasuh Pondok Pesantren

Pengasuh Pondok Pesantren yang diwawancarai oleh penulis

dalam penelitian ini adalah pengasuh Pondok Pesantren Hidayatul

Mubtadiin yang beralamatkan di Jalan Raden Fatah no. 20 Kalibening

RT 01/03. Adapun nama pengasuhnya adalah KH. Abda Abdul Malik.

Penulis memilih memilih beliau sebagai narasumber dalam kategori

pengasuh Pondok Pesantren, karena di Pondok Pesantren ini terdapat

Masjid Al-Muttaqin yang mana dalam data kalibrasi pada tahun 2013

masjid tersebut walaupun sudah dipugar atau direnovasi arah kiblatnya

masih paling akurat di Kota Salatiga. Dan di Podok Pesantren ini pula

merupakan salah satu pondok di Kota Salatiga yang masih melestarikan

khazanah ilmu falak baik rukyah ataupun hisab.

Hasil wawancara dengan beliau pada hari sabtu tanggal 6

September 2015, tentang urgensi penentuan arah kiblat untuk masjid dan

mushola beliau berpendapat bahwa beliau mengikuti Imam Syafi’i,

yakni dalam “penentuan arah kiblat harus Ainnul Ka’bah minimal

menggunakan Rubu’ Mujayyab”.

Page 76: SIKAP DAN PENDAPAT TAKMIR TERHADAP ARAH KIBLAT …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/793/1/M. AFIFUDIN.21111004.pdf · trigonometri. Bahkan pada awal abad ke-9 telah dilakukan

60

Ketika seseorang shalatnya tidak menghadap Ainul Ka’bah maka

shalatnya tidak sah. Adapun bagi tokoh agama atau orang-orang yang

masjidnya salah kemudian dibenarkan melalui Kalibrasi masih ngeyel

dalam artian arah kiblat masih sesuai dengan konstruksi bangunan

masjid atau mushola maka shalat dengan arah kiblat tersebut tidak sah.

Penafsiran tokoh agam semisal ayat Al-Qur’an tentang dasar

yang membahas arah kiblat yang dilakukan oleh tokoh agama sekarang

batal, karena syarat-syarat mujtahid di jaman sekarang menurut beliau

sudah tidak terpenuhi. Dari tokoh agama menafsirkan ( )

dengan makna secara tekstual saja yakni “Arah Masjidil Haram”, dalam

mazhab Syafi’i yang beliau ikuti ( ) diartikan sebagai

Ka’bah. Baik yang jauh dari kota Mekah tetap harus memperkirakan

secara persis (Wawancara dengan bapak KH. Abda’ Abdul Malik pada 6

September 2015 pukul 17.06).

2. Takmir Masjid Ma’wal Warisin/Modin

Di Kecamatan Tingkir Kota Salatiga terdapat 20 modin yang

tesebar dalam 6 Kelurahan, adapun yang paling banyak terdapat modin

adalah di Kelurahan Kutowinangun, yakni ada 12 modin. Pada

penelitian ini penulis mewawancarai modin yang berada di Kelurahan

Tingkir Tengah yang bernama K. Rahmat.

Penulis memilih beliau sebagai narasumber karena di sekitar

rumah K. Rohmat terdapat masjid yang terbilang sebagai masjid sepuh

dan sejak pertama dibangun belum pernah direnovasi dan didata

Page 77: SIKAP DAN PENDAPAT TAKMIR TERHADAP ARAH KIBLAT …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/793/1/M. AFIFUDIN.21111004.pdf · trigonometri. Bahkan pada awal abad ke-9 telah dilakukan

61

kalibrasi Kementrian Agama Kota Salatiga masjid ini hanya melenceng

sedikit. Masjid tersebut adalah masjid Ma’wal Warisin beralamatkan di

Dusun Wiroyudan RT 01/01.

Adapun pendapat beliau tentang urgensi penentuan arah kiblat

adalah bahwa arah kiblat hanya merupakan masalah arah atau

keyakinan. Ketika masjid Ma’wal Warisin menghadap ke barat menurut

beliau sudah dianggap tepat (Wawancara dengan K. Rahmat pada 21

Agustus 2015 pukul 17.00).

3. Takmir Masjid Abu Bakar/Kyai Masjid

K. Sri Mulyono merupakan tokoh agama yang oleh penulis

dikatagorikan sebagai tokoh agama kyai masjid, beliau lahir pada

tanggal 12 Desember 1955 dari pasangan Bapak Santoso dan Ibu

Darmini.

Beliau tinggal di Kelurahan Gendongan RT 01/05 dan di

masyarakat beliau dipercaya sebagai takmir masjid Bismillah Abu

Bakar, dalam penentuan arah kiblat di masjid yang dibangun pada tahun

2002 beliau adalah salah satu saksi dalam peristiwa yang penting ini.

Dalam penentuan arah kiblat masjid ini dipimpin oleh KH. Abda’ Abdul

Malik pengasuh Pondok Pesantren Hidayatul Mubtadiin.

Adapun pendapat beliau tentang urgensi penentuan arah kiblat

beliau lebih percaya atau memasrahkan hal tersebut pada orang yang

benar-benar ahli, hal ini beliau buktikan dengan memasrahkan

penentuan arah kiblat pada KH. Abda’ Abdul Malik dan setelah masjid

Page 78: SIKAP DAN PENDAPAT TAKMIR TERHADAP ARAH KIBLAT …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/793/1/M. AFIFUDIN.21111004.pdf · trigonometri. Bahkan pada awal abad ke-9 telah dilakukan

62

terbangun, lewat beliau masyarakat meminta pengecekan arah kiblat

oleh Kementrian Agama Kota Salatiga. Dengan hasil yang sangat

memuaskan karena walau pun dalam penentuan arah kiblat yang

dilaksanakan oleh KH. Abda Abdul Malik hanya melenceng sedikit

padahal pada waktu itu hanya menggunakan Rubu’ Mujayyab

(Wawancara dengan Bapak Sri Mulyono pada 11 September 2015 pukul

16.50).

4. Takmir Masjid Al-Husna/Kyai Mushola

Narasumber yang terakhir penulis wawancarai adalah K. Totok

Suroso tokoh agama dalam kategori Kyai Mushola yang berdomisili di

Dusun Ngentaksari Kelurahan Kutowinangun. Beliau lahir pada 22

September 1953 Kabupaten Semarang dari pasangan Bapak Sumaat dan

Almarhum Ibu Tukimah.

Di Kelurahan tersebut terdapat masjid yang pernah menjadi topik

perbincangan di Kota Salatiga yakni masjid Al-Husna, dikarenakan arah

kiblat masjid tersebut meleset hingga 11°51’35,2’’ atau 21 cm kurang ke

utara dari arah kiblat semula. Hasil pengukuran tersebut diambil dari

data Kalibrasi arah kiblat masjid Kota Salatiga tahun 2013 yang

dilakukan oleh Kementrian Agama Kota Kota Salatiga.

Adapun mengenai pendapat beliau tentang urgensi arah kiblat,

beliau selaku tokoh agama di masyarakat sekitar hanya memaknai arah

kiblat bukan sebuah hal yang terlalu urgen atau penting. Dikarenakan

selain latar belakang beliau yang bukan memang ahli agama. Pada

Page 79: SIKAP DAN PENDAPAT TAKMIR TERHADAP ARAH KIBLAT …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/793/1/M. AFIFUDIN.21111004.pdf · trigonometri. Bahkan pada awal abad ke-9 telah dilakukan

63

waktu pembanguan masjid tersebut beliau dan warga sekitar lebih

memasrahkan secara total, dalam istliah jawanya “Pasrah Bongkoan”

tentang arah kiblat pada temannya yang benama Bapak Damsuki dari

Kecamatan Bringen Kabupaten Semarang. Bapak Damsuki adalah

ustadz di Desa Tengah Kota tersebut.

Setelah adanya kalibrasi yang dilakukan oleh Kementrian Agama

Kota Salatiga masjid Al-Husna memang shaff imam dan makmum

diubah, akan tetapi beberapa bulan kemudian shaff makmum kembali

mengikuti konstruksi bangunan masjid. Padahal beliau sendiri mengakui

bahwa ketika shalat tidak menghadap kiblat itu tidak sah (Wawancara

dengan Bapak Totok Suroso pada 24 Agustus 2015 pukul 16.33).

D. Koordinat Lintang Serta Bujur Masjid dan Mushola di

Kecamatan Tingkir Kota Salatiga

Setelah penulis wawancara dengan beliau-beliau tokoh agama,

penulis juga melakukan uji teknis mengenai letak kordinat lintang dan bujur

baik masjid dan mushola disekitar lingkungan tempat tinggal narasumber.

Adapun instrumen yang digunakan adalah aplikasi android peta kordinat

3.0.8 dan website online kasmui.unnes/masjid.

Page 80: SIKAP DAN PENDAPAT TAKMIR TERHADAP ARAH KIBLAT …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/793/1/M. AFIFUDIN.21111004.pdf · trigonometri. Bahkan pada awal abad ke-9 telah dilakukan

64

Tabel 3.1 Kordinat Lintang dan Bujur Masjid di Kecamatan Tingkir Kota Salatiga .

No Nama Masjid Alamat Lintang Bujur Arah kiblat

1 Ar-Rohmah Jl. Dr Mawardi 07°19’36’’S 110°30’28’’E 289°39’20’’

2 Al-Husna Ngentak 07°19’38’’S 110°30’35’’E 276°51’56’’

3 At-Taubah Jl. Taman Pahlawan 07°19’43’’S 110°30’12’’E 292°51’58’’

4 Ya Bunayya Benoyo 07°19’37” S 110°30’28’’E 299°51’57’’

5 Baitur Rochim Canden 07°19’15’’S 110°30’59’’E 314°51’55’’

6 Miftahul Jannah Jl.Tanggulrejo Butuh 07°19’41’’S 110°30’46’’E 293°51’55’’

7 Al-Khoirot Canden 07°19’09’’S 110°30’15’’E 319’51’58’’

8 Al-Mukhlis Jl. Kaliwungu 07°19’53’’S 110°30’31’’E 301°51’56’’

9 Jamiul Khoir Jl. Serayu 07°19’59’’S 110°30’27’’E 275°52’0’’

10 Al-Huda Jl. Nanggulan 07°19’55’’S 110°30’35’’E 287°51’56’’

11 Istiqomah Blondo Celong 07°19’50’’S 110°30’50’’E 287°51’55’’

12 Raudlotul

Muttaqin

Klumpit 07°20’08’’S 110°30’56’’E 294°51’54’’

13 At-Taqwa Jl. Marditomo 07°20’12’’S 110°31’01’’E 284°51’55’’

14 Kecamatan Jl. Marditomo 07°20’22’’S 110°31’13’’E 278°51’58’’

15 Al-Fadhilah Klumpit 07°20’25’’S 110°31’21’’E 310°51’57’’

16 Khoirun Nasirin Druju Kalilondo 07°20’20’’S 110°31’28’’E 291°51’52’’

17 Darussalam Druju Kalilondo 07°20’32’’S 110°31’37’’E 293°51’53’’

18 An-Nur Gunungsari 07°19’50’’S 110°31’14’’E 298°51’55’’

19 Hidayatul

Ichsan

Dayaan 07°20’22’’S 110°31’20’’E 308°51’52’’

20 Al-Hidayah Perum Tingkir Indah 07°07’21’’S 110°31’16’’E 294°51’52’’

21 An-Nur Pondok Telaga Mukti 07°21’40’’S 110°31’01’’E 279°51’52’’

22 Darul Amanah Candirejo 07°21’25’’S 110°31’07’’E 296°51’58’’

23 Al-Fudholah Kradenan Kauman 07°21’17’’S 110°31’32’’E 299°51’50’’

24 Baiturrozaq Perum Taman Mutiara 07°21’22’’S 110°31’55’’E 296°51’48’’

25 Ma’wal Warisin Wiroyudan 07°21’38’’S 110°31’19’’E 297°51’55’’

26 Baitur Rahman Ngepos 07°21’40’’S 110°31’08’’E 295°51’51’’

27 Al-Mahattah Ngepos Terminal 07°21’45’’S 110°30’53’’E 271°51’57’’

Page 81: SIKAP DAN PENDAPAT TAKMIR TERHADAP ARAH KIBLAT …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/793/1/M. AFIFUDIN.21111004.pdf · trigonometri. Bahkan pada awal abad ke-9 telah dilakukan

65

Tabel 3.2 Kordinat Lintang dan Bujur Mushola di Kecamatan Tingkir Kota Salatiga

No Nama Mushola Alamat Lintang Bujur Arah Kiblat

1 An-Nikmah Jagalan RT 01/05 07°21’56’’ S 110°30’46’’E 18°42’23,02’’

2 Al-Ansor Karang Balong 07°21’56’’S 110°30’46’’E 10°42’23,02’’

3 Baitudz Dzakirin Wiroyudan 07°21’43’’S 110°30’57’’E 01°17’34,98’’

4 Baitul Mujahidin Wiroyudan 07°21’39’’S 110°31’04’’E 04°17°35,98’’

5 Al-Hikmah Jl. Benoyo 07°19’32’’S 110°30’21’’E 06°42’19,02’’

6 Miftahun Najah Butuh RT 04/05 07°19’53’’S 110°30’52’’E 02°42’21,02’’

7 Al-Huda Cengek 07°21’41’’S 110°31’36’’E 10°17’37,98’’

8 Muzah Said Ngepos 07°21’40’’S 110°31’08’’E 5°17’35,98’’

9 Al-Jinan Ngepos 07°21’23’’S 110°31’07’’E 06°17’39,98’’

10 Nurul Hidayah JL Tmn Pahlawan 07°19’45’’S 110°30’13’’E 0°17’41,98’’

11 Al-Hidayah Kalibening 07°20’59’’S 110°31’06’’E 03°17’40,98’’

12 Rahmatas Salam Perum Tingkir 07°21’16’’S 110°31’05’’E 0°42’19,02’’

13 Darul Falah Candirejo 07°21’40’’S 110°30’47’’E 03°17’36,98’’

14 Al-Fitroh Kauman 07°21’28’’S 110°31’29’’E 11°17’35,98’’

15 Baitul Majid Singojayan 07°21’38’’S 110°31’38’’E 02°42’21,02’’

16 Darussalam Sanggrahan 07°21’29’’S 110°31’45’’E 03°1740,98’’

17 Al-Masitoh Cengek 07°21’28’’S 110°31’41’’E 07°17’34,98’’

18 Darunnajah Singojayan 07°21’35’’S 110°31’34’’E 03°17’36,98’’

19 An-Nur Singojayan 07°21’40’’S 110°30’47’’E 14°42’21,02’’

20 Al-Firdaus Singojayan 07°21’40’’S 110°31’24’’E 11°17’38,98’’

28 Sabilal

Muttaqin

Sanggrahan 07°20’33’’S 110°31’38’’E 291°51’55’’

29 Abu Bakar Jl. Tirtorejo 07°21’46’’S 110°30’29’’E 292°51’56’’

30 Al-Mujahidin Jl.Masjid 07°20’18’’S 110°30’43’’E 289°59’49’’

31 Al-Muttaqin Kalibening 07°20’38’’S 110°31’13’’E 294°30’45’’

32 Al-Muttaqin Pasar Raya 1 07°19’40’’S 110°30’18’’E 287°45’56’’

Page 82: SIKAP DAN PENDAPAT TAKMIR TERHADAP ARAH KIBLAT …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/793/1/M. AFIFUDIN.21111004.pdf · trigonometri. Bahkan pada awal abad ke-9 telah dilakukan

66

BAB IV

ANALISIS

A. Arah Kiblat Masjid dan Mushola Di Kecamatan Tingkir Kota

Salatiga

Penentuan arah kiblat masjid dan mushola di Kecamatan Tingkir Kota

Salatiga, yang dilakukan oleh penulis diperoleh setelah mengetahui bahan

mentah berupa kordinat lintang dan kordinat bujur. Dari hasil penentuan yang

dilakukan oleh penulis tersebut, kemudian dibandingkan dengan arah kiblat

Kota Salatiga secara umum. Menurut Slamet Hambali arah kiblat Kota

Salatiga yakni sebagai berikut perinciannya:

Diketahui

Lintang Ka’bah = 21°25’21,04’’ BT

Bujur Ka’bah = 39°49’34,33’’ LU

Lintang Kota Salatiga = 07°20’ LS

Bujur Kota Salatiga = 110°29’ BT

menggunakan rumus : Cotan B = tan ɸ ᵏ. cos ɸ ᵏ : sin C – sin ɸ ᵏ: tan C

C = 110°29’ - 39°49’34,33’’

= 70°39’25,67’’

Page 83: SIKAP DAN PENDAPAT TAKMIR TERHADAP ARAH KIBLAT …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/793/1/M. AFIFUDIN.21111004.pdf · trigonometri. Bahkan pada awal abad ke-9 telah dilakukan

67

Dimasukan kedalam rumus:

Cotan B = tan ɸ ᵏ. cos ɸ ᵏ : sin C – sin ɸ ᵏ: tan C

= tan 21°25’21,04’’ x cos -7°20’ : sin 70°39’25,67’’ – sin -7°20’ :

tan 70°39’25,67’’

= 65°25’43,98’’

Azimuth kiblatnya = 360° - 65°25’43,98’’

= 294°34’16,02’’

Dari hasil tersebut diketahui bahwa nilai azimuth kibalatnya Kota Salatiga

adalah 294°34’16,02’’, kemudian penulis membandingkan dengan hasil

penelitian dilapangan. Adapun kondisi arah kiblat masjid dan mushola di

Kecamatan Tingkir Kota Salatiga serta selisih simpangannya sebagai berikut:

Tabel 4.1 Arah kiblat Masjid di Kecamatan Tingkir Kota Salatiga

No Nama Masjid Arah Kiblat

Sekarang

Arah Kiblat

Seharusnya

Besar

Selisih derajat

1 Ar-Rohmah 289°39’20’’ 294°34’16,02’’ 04°54’55,23’’

2 Al-Husna 276°51’56’’ 294°34’16,02’’ 17°42’20,02’’

3 At-Taubah 292°51’58’’ 294°34’16,02’’ 01°42’18,02’’

4 Ya Bunayya 299°51’57’’ 294°34’16,02’’ 05°17’40,98’’

5 Baitur Rochim 314°51’55’’ 294°34’16,02’’ 20°19’38,98’’

6 Miftahul Jannah 293°51’55’’ 294°34’16,02’’ 0°42’21,02’’

7 Al-Khoirot 319’51’58’’ 294°34’16,02’’ 25°17’41’’

8 Al-Mukhlis 301°51’56’’ 294°34’16,02’’ 07°17’39,98’’

9 Jamiul Khoir 275°52’0’’ 294°34’16,02’’ 18°42’16.02’’

10 Al-Huda 287°51’56’’ 294°34’16,02’’ 06°42’20,02’’

11 Istiqomah 287°51’55’’ 294°34’16,02’’ 06°42’21,02’’

12 Raudlotul Muttaqin 294°51’54’’ 294°34’16,02’’ 0°17’37,98’’

13 At-Taqwa 284°51’55’’ 294°34’16,02’’ 09°42’21,02’’

Page 84: SIKAP DAN PENDAPAT TAKMIR TERHADAP ARAH KIBLAT …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/793/1/M. AFIFUDIN.21111004.pdf · trigonometri. Bahkan pada awal abad ke-9 telah dilakukan

68

14 Kecamatan 278°51’58’’ 294°34’16,02’’ 15°42’18,02’’

15 Al-Fadhilah 310°51’57’’ 294°34’16,02’’ 16°17’40,98’’

16 Khoirun Nasirin 291°51’52’’ 294°34’16,02’’ 02°42’24,02’’

17 Darussalam 293°51’53’’ 294°34’16,02’’ 0°42’23,02’’

18 An-Nur 298°51’55’’ 294°34’16,02’’ 04°17’38’98’’

19 Hidayatul Ichsan 308°51’52’’ 294°34’16,02’’ 14°17’35,98’’

20 Al-Hidayah 294°51’52’’ 294°34’16,02’’ 0°17’35,98’’

21 An-Nur 279°51’52’’ 294°34’16,02’’ 14°42’25,02’’

22 Darul Amanah 296°51’58’’ 294°34’16,02’’ 02°17’41,98’’

23 Al-Fudholah 299°51’50’’ 294°34’16,02’’ 05°17’33,98’’

24 Baiturrozaq 296°51’48’’ 294°34’16,02’’ 02°17’31,98’’

25 Ma’wal Warisin 297°51’55’’ 294°34’16,02’’ 03°17’38,98’’

26 Baitur Rahman 295°51’51’’ 294°34’16,02’’ 01°17’34,98’’

27 Al-Mahattah 271°51’57’’ 294°34’16,02’’ 22°42’19,02’’

28 Sabilal Muttaqin 291°51’55’’ 294°34’16,02’’ 02°42’21,02’’

29 Abu Bakar Ash-Shidiq 292°51’56’’ 294°34’16,02’’ 01°42’20,02’’

30 Al-Mujahidin 289°59’49’’ 294°34’16,02’’ 04°34’26,12’’

31 Al-Muttaqin (PPHM) 294°30’45’’ 294°34’16,02’’ 0,3º31,02’’

32 Al-Muttaqin (Pasar) 287°45’56’’ 294°34’16,02’’ 06°48’20’’

Tabel 4.2 Jarak Deviasi Arah kiblat Masjid di Kecamatan Tingkir Kota Salatiga

No Jarak Deviasi Jumlah Masjid

1 0° - 5° 18

2 6° - 10° 5

3 11° - 15° 2

4 16° - 20° 5

5 21° - 25° 2

Page 85: SIKAP DAN PENDAPAT TAKMIR TERHADAP ARAH KIBLAT …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/793/1/M. AFIFUDIN.21111004.pdf · trigonometri. Bahkan pada awal abad ke-9 telah dilakukan

69

Tabel 4.3 Arah Kiblat Mushola di Kecamatan Tingkir Kota Salatiga

No Nama Mushola Arah Kiblat

Sekarang

Arah Kiblat

Seharusnya

Besar

Selisih derajat

1 An-Nikmah 275°51’53’’ 294°34’16,02’’ 18°42’23,02’’

2 Al-Ansor 283°51’53’’ 294°34’16,02’’ 10°42’23,02’’

3 Baitudz Dzakirin 295°51’51’’ 294°34’16,02’’ 01°17’34,98’’

4 Baitul Mujahidin 298°51’52’’ 294°34’16,02’’ 04°17°35,98’’

5 Al-Hikmah 287°51’57’’ 294°34’16,02’’ 06°42’19,02’’

6 Miftahun Najah 291°51’55’’ 294°34’16,02’’ 02°42’21,02’’

7 Al-Huda 304°51’54’’ 294°34’16,02’’ 10°17’37,98’’

8 Muzah Said Salabi 299°51’51’’ 294°34’16,02’’ 5°17’35,98’’

9 Al-Jinan 300°51’56’’ 294°34’16,02’’ 06°17’39,98’’

10 Nurul Hidayah 294°51’58’’ 294°34’16,02’’ 0°17’41,98’’

11 Al-Hidayah 297°51’57’’ 294°34’16,02’’ 03°17’40,98’’

12 Rahmatas Salam 293°51’57’’ 294°34’16,02’’ 0°42’19,02’’

13 Darul Falah 297°51’53’’ 294°34’16,02’’ 03°17’36,98’’

14 Al-Fitroh 305°51’52’’ 294°34’16,02’’ 11°17’35,98’’

15 Baitul Majid 291°51’55’’ 294°34’16,02’’ 02°42’21,02’’

16 Darussalam 297°51’57’’ 294°34’16,02’’ 03°1740,98’’

17 Al-Masitoh 301°51’51’’ 294°34’16,02’’ 07°17’34,98’’

18 Darunnajah 297°51’53’’ 294°34’16,02’’ 03°17’36,98’’

19 An-Nur 281°51’58’’ 294°34’16,02’’ 14°42’21,02’’

20 Al-Firdaus 305°51’55’’ 294°34’16,02’’ 11°17’38,98’’

Tabel 4.4 Jarak Deviasi Arah kiblat Mushola di Kecamatan Tingkir Kota Salatiga

No Jarak Deviasi Jumlah Mushola

1 0° - 5° 11

2 6° - 10° 4

3 11° - 15° 3

4 16° - 20° 1

5 21° - 25° 1

Page 86: SIKAP DAN PENDAPAT TAKMIR TERHADAP ARAH KIBLAT …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/793/1/M. AFIFUDIN.21111004.pdf · trigonometri. Bahkan pada awal abad ke-9 telah dilakukan

70

Penentuan arah kiblat yang dilakukan penulis disini, dengan menggunakan

beberapa website online dan aplikasi yang mudah didapatkan dijaman sekarang

ini. Yakni website Kasmui.com adapun aplikasinya Peta Kordinat versi 3.0.10,

Islamic Compass Qibla Direction versi 1.0, AndroitTS Compass versi 2.09 dan

Best Level versi 1.6. Penggunaan aplikasi tersebut sangatlah simple dan hasilnya

pun dibilang lumayan akurat. Hal hal yang perlu diperhatikan dalam penggunaan

aplikasi tersebut ketika menggunakan kompas baik AndroitTS Compass versi 2.09

atau Islamic Compass Qibla Direction versi 1.0 adalah deklinasi magnetiknya dan

mengenai datar atau tidaknya suatu bidang dapat diketahui dengan Best Level

versi 1.6. Kemudian penulis merekap data hasil penentuan arah kiblat baik masjid

atau mushola.

Perlu diingat kemlencengan atau kurang tepatnya dalam penentuan arah

kiblat masih dapat ditolerir selama masih dibawah standart toleransi kemiringan

dari sumbu arah arah kiblat, yakni:

1. Abidin mengemukakan besar toleransinya adalah 37 km dari bangunan

ka’bah atau setara dengan 20 menit busur (0°20’).

2. Ma’rufin Sudibyo berbeda pendapat dengan abidin, sedikit lebih besar yakni

45 km atau 0°24°.

3. Abdul Basith selaku ahli falak Kota Salatiga yang sering diminta membantu

Kementrian Agama Kota Salatiga, memberikan lebih besar lagi batas

toleransi yakni 1°.

Oleh karena batas toleransi maksimal kemlencengan dari sudut kiblat

adalah 1°, maka jika kita melihat tabel diatas menunjukan masih banyaknya

Page 87: SIKAP DAN PENDAPAT TAKMIR TERHADAP ARAH KIBLAT …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/793/1/M. AFIFUDIN.21111004.pdf · trigonometri. Bahkan pada awal abad ke-9 telah dilakukan

71

masjid dan mushola yang tidak tepat arah kiblatnya. Adapun mushola dan masjid

yang arah kiblatnya masuk dalam batas toleransi adalah: Masjid Miftahul Jannah

(Butuh), Masjid Radlotul Muttaqin (Klumpit), Masjid Darussalam (Kalilondo),

Masjid Al-Hidayah (Perum Tingkir Indah), dan Al-Muttaqin (Kalibening).

Adapum yang mushola hanya 2 yakni Mushola Nurul Hidayah (Jl. Taman

Pahlawan) dan Mushola Rahmatasalam Rohimallah (Perum Tingkir Indah).

B. Metode Penentuan Arah Kiblat Masjid dan Mushola Di

Kecamatan Tingkir Kota Salatiga

Masalah penentuan arah kiblat baik masjid atau mushola secara umum

terdiri dari masalah teknis dan non-teknis. Masalah teknis yakni adalah

masalah yang terkait dengan kaidah pengukuran dan penentuan arah Kiblat.

Sedangkan masalah non-teknis adalah masalah yang terkait dengan aspek-

aspek keagamaan, sosial, budaya, bahkan psikologi jama’ah terkait dengan

respon mereka terhadap masalah-masalah agama.

Masalah teknis sekurang-kurangnya bisa ditinjau dari tiga aspek, yaitu

aspek sumber daya manusia (SDM), aspek metode pengukuran (Ilmu Falak),

dan aspek peralatan yang dipakai. Terkait dengan aspek pertama, masalah

yang muncul adalah keterbatasan SDM yang mampu mengukur Kiblat.

Pengukuran Kiblat menuntut SDM yang menguasai Ilmu Falak, sementara

SDM yang tersedia di sekitar masjid atau mushola masih sangat jarang.

Jangankan untuk satu masjid atau mushola, untuk satu Kecamatan bahkan

satu Kabupaten pun, SDM dibidang Ilmu Falak ini masih terbilang langka.

Page 88: SIKAP DAN PENDAPAT TAKMIR TERHADAP ARAH KIBLAT …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/793/1/M. AFIFUDIN.21111004.pdf · trigonometri. Bahkan pada awal abad ke-9 telah dilakukan

72

Dari wawancara yang penulis lakukan kepada KH. Abdul Basith menyatakan

bahwa untuk Kecamatan Tingkir Kota Salatiga, sepengetahuan beliau hanya

ada satu yaitu KH. Abda Abdul Malik (Wawancara dengan beliau Bapak KH.

Abdul Basith Ahli Falak Kota Salatiga pada 21 September 2015 pukul 17.07).

Terkait dengan aspek kedua, masalah yang muncul adalah tentang

metode apa yang dipakai dalam penentuan arah kiblat untuk masjid atau

Mushola, apakah metode tradisional atau modern. Kaidah tradisonal yang

terbilang sulit dan harus disertai tingkat ketelitian yang tinggi oleh orang yang

menentukan arah kiblat semisal menggunakan Rubu’ Mujayyab yang hanya

bisa dilakukan sedikit orang, karena selain rumit juga tingkat ketelitian hanya

sampai tingkat derajat, dalam Rubu’ Mujayyab pun ada dua jenis, yang

berukuran kecil ±23 cm dan ±60 cm. Walupun sama-sama Rubu’ Mujayyab

dengan perbedaan ukuran ternyata menghasilkan hasil perhitungan yang

berbeda yakni selisih 0°5’ bila dikonversikan ke satuan jarak maka bekisar

±9,25 KM dari titik Ka’bah. Karena ini adalah masalah ibadah yang ijtihadi

dan jauhnya ±9,25 KM dan masih termasuk ditanah haram maka masih ada

kemungkinan benar.

Penguunaan Rubu’ Mujayyab adalah wujud kesungguhan umat islam

pada waktu itu, atau bisa dikatakan sebagai wujud tertinggi dari ijtihdi pada

masa terdahulu. Akan tetapi dalam kenyataannya semakin berkembangnya

jaman, terciptalah alat-alat yang membantu dalam penentuan yang lebih

akurat karena sampai detik dalam satuan derajat, dan umat islam pun tidak

boleh mengabaikannya. Ketika hasil data dari perhitungan menggunakan

Page 89: SIKAP DAN PENDAPAT TAKMIR TERHADAP ARAH KIBLAT …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/793/1/M. AFIFUDIN.21111004.pdf · trigonometri. Bahkan pada awal abad ke-9 telah dilakukan

73

Rubu’ Mujayyab yang dulu hanya menggunaka logaritma jari dibandingkan

dengan alat bantu hitung yang berupa kalkulator ternyata memiliki perbedaan

selisih 0°10’05,61’’ atau jika dikonversikan ke satuan jarak ±20,15 KM

(Jaelani dkk, 2012:202).

Adapun yang metode yang modern dapat dilakukan oleh semua orang

walau hanya dengan membaca buku tanpa ada pendamping, semisal dengan

menggunkan metode Segitiga Kiblat yang hanya membutuhkan instrument

yang banyak dijumpai dimasyarakat yaitu kompas, tali, dan meteran. Tingkat

ketelitian pun juga sampai derajat, bisa dikatakan metode sangat praktis tidak

serumit penggunaan metode tradisional Rubu’ Mujayyab.

Aspek yang ketiga yaitu masalah yang muncul adalah alat apa yang

paling tepat dan akurat untuk mengukur arah Kiblat. Setiap alat memiliki

kelebihan dan kekurangan atau resiko error (Technical Error/Engine Error).

Bisa saja mengukur dengan menggunakan alat yang sederhana seperti tongkat

istiwa’ dan kompas, ataukah menggunakan alat yang canggih seperti Global

Positioning System (GPS) dan Theodolite. Bagaimana pula seorang yang

menentukan arah kiblat baik masjid atau mushola guna untuk dapat

memastikan bahwa alat-alat tersebut berfungsi dengan baik sehingga dan

bekerja secara akurat.

Adapun dalam kalibrasi yang dilakukan oleh Kementrian Agama Kota

Salatiga dalam pelaksanaannya di lapangan sudah menggunakan bayangan

kiblat atau Rasydul Kiblah Lokal, GPS dan Theodolite. Ketika melaksanakan

penentuan arah kiblat Kementrian Agama Kota Salatiga tidak hanya sekali

Page 90: SIKAP DAN PENDAPAT TAKMIR TERHADAP ARAH KIBLAT …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/793/1/M. AFIFUDIN.21111004.pdf · trigonometri. Bahkan pada awal abad ke-9 telah dilakukan

74

melainkan juga beberapa kali, karena penggunaan alat seperti Theodolite juga

sering terkendala dengan kondisi cuaca yang tidak terduga, baik berawan atau

mendung.

Adapun masalah non-teknis dapat ditinjau dari segi keagamaan dan

kemasyarakatan (sosial, budaya, dan psikologi). Dari segi keagamaan,

muncul masalah apakah menghadap Kiblat itu cukup dengan kira-kira

ataukah harus pasti menuju ke arah kiblat. Apakah kesalahan dalam

penentuan arah kiblat dapat berakibat menjadikan shalat tidak sah, dan

bagaimana cara memperbaikinya. Sedangkan dari segi kemasyarakatan,

masalah yang muncul terkait dengan kesiapan masyarakat melakukan

perubahan atau kalibrasi. Dengan dampak harus merubah shaff bilamana jika

setelah kalibrasi ternyata terjadi kemlencengan dari arah kiblat, sperti yang

dilakukan di Masjid Miftahul Jannah Butuh Kelurahan Kutowinangun.

Gambar 4.1 Foto Masjid Yang Telah Di Ubah Arah Kiblatnya Setelah Adanya

Kalibrasi Dari Kementrian Agama Kota Salatiga.

Page 91: SIKAP DAN PENDAPAT TAKMIR TERHADAP ARAH KIBLAT …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/793/1/M. AFIFUDIN.21111004.pdf · trigonometri. Bahkan pada awal abad ke-9 telah dilakukan

75

Merubah paradigma pemikiraan serta mengkomunikasikan perubahan

kepada masyarkat yang telah membudaya bertahun-tahun bahkan puluhan

tahun mereka yakini benar bukanlah hal yang mudah sepeti membalik telapak

tangan. Keyakinan mereka, mengenai arah kiblat adalah cukup menghadap ke

barat dengan logika Kota Mekah bila melihat peta bumi terletak di bagian

barat dan Negara kita Indonesia berada di bagian timur. Menjadikan masjid

dan mushola yang menghadap ke barat, sudah dianggap benar.

C. Pendapat Takmir/Tokoh Agama Tentang Arah Kiblat Di

Kecamatan Tingkir Kota Salatiga

Tokoh agama merupakan sebuah jabatan sosial yang mana orang

tersebut diyakini akan kepiawaian atau ahli dalam bidang agama, dalam

masyarakat islam sendiri penyebutan kyai itu bukan oleh sang pemilik jabatan

tersebut meminta untuk dipanggil kyai. Akan tetapi jabatan itu didapatkan

dengan sendirinya dari kepercayaan masyarakat yang diberikan kepada orang

yang menyandang jabatan tersebut.

Dari beberapa wawancara yang telah dilakaukan penulis secara garis

besar ada dua faktor yang sangat mempengaruhi dalam pandangan atau

pendapat meraka yaitu:

1. Takmir/Tokoh agama yang berasal dari Pondok Pesantren

Ada 1 narasumber yang masuk dalam kategori ini yakni KH. Abda’

Abdul Malik. Beliau merupakan lulusan Pondok Pesantren Hidayatul

Mubtadiin Tulung Wunut Klaten. Dalam pandangannya mengenai urgensi

Page 92: SIKAP DAN PENDAPAT TAKMIR TERHADAP ARAH KIBLAT …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/793/1/M. AFIFUDIN.21111004.pdf · trigonometri. Bahkan pada awal abad ke-9 telah dilakukan

76

penentuan arah kiblat sangat bertendensi, yakni beliau menekankan bahwa

menyikapi tentang hal tersebut beliau langsung mengembalikan kepada

madzhab yang beliau anut, Madzhab Syafi’i yang beliau ikuti mengenai

arah kiblat harus ainul ka’bah dan minimal ainul ka’bah itu didapatkan

dengan menggunakan Rubu’ Mujayyab. Selaian itu beliau juga

menembahai keterangan bahwa ainul ka’bah yang mengarah adalah

dadanya dan ketika diartikan secara mendalam adalah hatinya.

Beliau mengatakan minimal menggunakan Rubu’ Mujayyab karena

di Pondok Pesantren yang beliau asuh sampai sekarang masih melestarikan

metode tradisional tersebut. Dan juga memadukan alat bantu modern

seperti Kalkulator Scientific.

Ketika beliau ditanya oleh penulis mengenai apa pemaknaan atau

penafsiran tentang beliau menjawab bahwa kewenangan

penasiran ayat Al-Quran tersebut hanya boleh dilakukan oleh Mujtahid

Mutlaq atau Mujtahid Mutsaqil yaitu seperti Imam Abu Hanifah, Imam

Maliki, Imam Syafi’i, Imam Hambali. Adapun ulama’ sekarang tidak ada

yang memenuhi kriteria Mujtahid Mutlaq atau Mujtahid Mutsaqil.

Dari situ oleh penulis dapat mengambil kesimpulan bahwa beliau

termasuk dalam kategori ulama yang mana menutup pintu ijtihad, karena

meyakini ulama sekarang tidak ada yang dapat memenuhi syarat-syarat

mujtahid. Syaikh Abu Zahra berpendapat bahwa memang benar untuk

kapasitas ulama terkini tidak ada yang dapat menyamai pada waktu itu

akan tetapi beliau mengenai Tathbiq Al-Ahkam atau para mujtahid yang

Page 93: SIKAP DAN PENDAPAT TAKMIR TERHADAP ARAH KIBLAT …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/793/1/M. AFIFUDIN.21111004.pdf · trigonometri. Bahkan pada awal abad ke-9 telah dilakukan

77

berijtihad tentang penerapan hukum itu akan terus ada, dan syarat-

syaratnya adalah:

a. Mengetahui ilmu-ilmu bahasa arab, dikarenakan Al-Quran dan

Sunnah berbahasa arab.

b. Mengetahui Al-Qur’an serta penafsiran Asbabun Nuzul ayat, yang

mana tidak harus hafal.

c. Mengetahui Al-Sunnah termasuk ilmu yang berkaitan denagn hadits

yaitu ilmu Wurudul Hadits dan ilmu Rijalul Hadits.

d. Mengetahui masalah-masalah ynag didalamnya sudah ada Ijma’.

e. Mengetahui Qiyas dan cara mengaplikasikan dalam suatu masalah.

f. Mengetahui tujuan-tujuan hukum, seperti:

1) Memelihara kemaslahatan

2) Tidak menimbulkan kesempitan

3) Memilih yang mudah bukan yang sukar kalaupun ada yang yang

sukar dan memberatkan.

g. Pemahamannya baik, dan bisa memilih alasan-alasan mana yang lebih

kuat, pola pikirnya baik, dan istimewa.

h. Mempunyai niat yang ikhlas (Djazuli dan Nurol, 2000:98).

Dalam mazhab Syafi’i mengartikan ( ) adalah

Ka’bah bukan “Arah Masjidil Haram” oleh karenanya ketika shalat tidak

menghadap persis ke Ka’bah walaupun itu jauh dari Mekah, maka

shalatnya tidak sah. Hal ini berdasarkan hadis yang diriwayatkan oleh

Imam Bukhori no 383:

Page 94: SIKAP DAN PENDAPAT TAKMIR TERHADAP ARAH KIBLAT …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/793/1/M. AFIFUDIN.21111004.pdf · trigonometri. Bahkan pada awal abad ke-9 telah dilakukan

78

Artinya: “Ketika Nabi SAW masuk kedalam Ka’bah, beliau berdoa di seluruh

sisinya dan tidak melakukan shalat hingga beliau keluar darinya. Beliau

kemudian shalat dua rakaat dengan memandang Ka’bah lalu bersabda:

inilah kiblat” (Lidwa Hadis).

2. Takmir/Tokoh agama yang bukan berasal dari Pondok Pesantren

Narasumber yang masuk dalam kategori ada 3 yakni Bapak K.

Rahmat, K. Sri Mulyono dan KH. Totok Suroso. Secara garis besar

pendapat mereka mengenai arah kiblat hanya mengartikan arah kiblat

sebagai arah saja. Itu terlihat dari logika mereka bahwa kiblat itu barat,

tanpa ada ikhtiar apapun lagi bagi meraka. Hal itu sudah dirasa cukup dan

konstruksi masjid yang entah tepat atau tidak, bagi mereka dirasa tepat

serta diyakini karena sudah menghadap kebarat.

Tidak jarang pula tindak lanjut sebagian tokoh agama yang setelah

diadakan kalibrasi kemudian tidak terlalu ditanggapi secara urgen, semisal

terbukti dengan tidak dijaganya garis yang menunjukan arah kiblat. Yang

pastinya setelah dikalibrasi Kementrian Agama Kota Salatiga masjid atau

mushola diberi tanda garis penunjuk arah kiblat. Atau ada juga yang

menanggapi tidak secara sempurna seperti ketika ada pembenaran dari

Kementrian Agama Kota Salatiga, yang diubah hanya arah sajadah Imam

adapun yang shaff makmum tidak. Dan bahkan adapula yang tidak ada

perubahan setelah adanya kalibrasi tersebut.

Page 95: SIKAP DAN PENDAPAT TAKMIR TERHADAP ARAH KIBLAT …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/793/1/M. AFIFUDIN.21111004.pdf · trigonometri. Bahkan pada awal abad ke-9 telah dilakukan

79

Gambar 4.2 Foto Masjid Yang Menghilangkan Tanda Garis Arah Kiblat

Gambar 4.3 Foto Masjid Yang Setelah Dikalibrasi Hanya Mengubah Arah

Kiblat Pada Sajadah Imam.

Sayyid Abdurrohman bin Muhammad Al-Masyhur dalam kitab

Baghyatul Mustarsyidin (1994:63) memberikan pejelasan bahwa:

Page 96: SIKAP DAN PENDAPAT TAKMIR TERHADAP ARAH KIBLAT …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/793/1/M. AFIFUDIN.21111004.pdf · trigonometri. Bahkan pada awal abad ke-9 telah dilakukan

80

Artinya: Pendapat yang unggul ialah harus menghadap kiblat secara tepat

walau berada diluar Kota Mekah, berarti harus miring sedikit bagi

mereka yang shalat dengan shaff panjang meskipun jauh dari

Mekah sekira mereka memiliki dugaan kuat dia telah mengarah

tepat ke arah Ka’bah. Pendapat kedua yakni sudah dianggap

cukup menghadap ke arah kiblat (meskipun tidak secara tepat)

dalam arti bagi orang yang jauh dari Ka’bah cukup menghadap

salah satu arah dari empat arah yang Ka’bah berada di sana, ini

pendapat yang kuat yang dipilih oleh Al Ghozali dishahihkan oleh

Imam Al Jurjani, Ibnu Kajin dan Abi Asruun, Imam Mahali juga

mantap dengan pendapat ini.

Imam Adzaru’i berkata sebagian sahabat berkata, pendapat ini

baru (Qaul Jadid) tapi pendapat yang dipilih karena bentuk

Ka’bah kecil yang mustahil seluruh penduduk dunia bisa

menghadapnya (secara tepat) maka cukuplah arahnya saja,

karenanya dihukumi sah orang-orang yang shalat dengan shaff

barisan yang panjang dari Ka’bah meskipun maklum bila sebagian

dari mereka keluar dari kiblat secara tepat.

Pendapat ini sesuai dengan apa yang dinukil dari Imam Abu

Hanifah “Arah timur adalah kiblatnya penduduk barat dan

sebaliknya, arah selatan adalah arah kiblat penduduk utara dan

sebaliknya” dan pendapat Imam Malik “Ka’bah kiblatnya orang

Masjidil Haram, Masjidil Haram adalah kiblatnya penduduk

Mekah, Mekah kiblatnya penduduk Tanah Haram sedang Tanah

Suci Haram kiblatnya penduduk dunia.

Sudah dicukupkan bagi orang-orang yang kesulitan dalam

memahami petunjuk-petunjuk tentang Ainul Ka’bah dengan

menggunakan Jihatul Ka’bah, akan tetapi bagi orang-orang yang

mampu menentukan Ainul Ka’bah maka terkena hukum wajib

menggunakan Ainul Ka’bah.

Page 97: SIKAP DAN PENDAPAT TAKMIR TERHADAP ARAH KIBLAT …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/793/1/M. AFIFUDIN.21111004.pdf · trigonometri. Bahkan pada awal abad ke-9 telah dilakukan

81

Dari penjelasan diatas maka dapat diambil garis besar bahwa ada

dua pendapat dalam Mazhab Syafi’i. Pendapat pertama, harus menghadap

kiblat secara tepat walau berada diluar Kota Mekah, berarti miring sedikit

bagi mereka yang shalat dengan shaff panjang meskipun jauh dari Mekah.

Sekira mereka memiliki dugaan kuat dia telah mengarah tepat ke arah

Ka’bah. Pendapat ini adalah pendapat yang kuat dan ini adalah Qaul

Qodim dari Imam Syafi’i, Yakni pendapat beliau ketika masih di Kota

Baghdad.

Pendapat kedua, dianggap cukup menghadap ke arah kiblat

(meskipun tidak secara tepat) dalam arti bagi orang yang jauh dari Ka’bah

cukup menghadap salah satu arah dari empat arah yang Ka’bah berada di

sana, ini pendapat yang kuat yang dipilih oleh Imam Al Ghozali

dishahihkan oleh Imam Al Jurjani, Ibnu Kajin dan Abi Asruun, Imam

Mahali juga mantap dengan pendapat ini.

Imam Adzaru’i berkata sebagian sahabat berkata, pendapat ini baru

Qaul Jadid Imam Syafi’i ketika beliau sudah di Mesir. Karena bentuk

Ka’bah kecil yang mustahil seluruh penduduk dunia bisa menghadapnya

secara tepat maka cukuplah arahnya saja, karenanya dihukumi sah orang-

orang yang shalat dengan shaff barisan yang panjang dari Ka’bah

meskipun maklum bila sebagian dari mereka keluar dari kiblat secara

tepat.

Pendapat ini sesuai dengan apa yang dinukil dari Imam Abu

Hanifah “Arah timur adalah kiblatnya penduduk barat dan sebaliknya, arah

Page 98: SIKAP DAN PENDAPAT TAKMIR TERHADAP ARAH KIBLAT …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/793/1/M. AFIFUDIN.21111004.pdf · trigonometri. Bahkan pada awal abad ke-9 telah dilakukan

82

selatan adalah arah kiblat penduduk utara dan sebaliknya” dan pendapat

Imam Malik “Ka’bah kiblatnya orang Masjidil Haram, Masjidil Haram

adalah kiblatnya penduduk Mekah, Mekah kiblatnya penduduk Tanah

Haram sedang Tanah Haram kiblatnya penduduk dunia.

Pendapat diatas sesuai menjelaskan tentang upaya menyatukan

kaum muslimin di seluruh dunia menghadap kepada satu titik, yakni tepat

di fisik bangunan Ka’bah. Adalah merupakan suatu hal yang mustahil,

karena fisik bangunan Ka’bah itu berukuran + 13 m x 12 m. Sebagaimana

telah maklum bahwa banyak sekali masjid dan mushola kaum muslimin di

berbagai penjuru dunia yang berukuran lebih besar dibanding ukuran

bangunan Ka’bah tersebut di atas.

Misalkan ada sebuah masjid yang berukuran 30 m x 30 m, dan

takmir masjid atau mushola tersebut mengukur arah kiblat dari mihrab

imam, katakanlah hingga pas dengan arah fisik bangunan Ka’bah. Imam

dan para makmum yang berada di sebelah kiri atau kanan imam sepanjang

12 meter, mungkin bisa menghadap pas ke fisik Ka’bah. Sebab sesuai

dengan ukuran Ka’bah. Namun para makmum yang berposisi melewati

ukuran tersebut, tidak mungkin mereka menghadap pas ke fisik bangunan

Ka’bah. Bila diilustrasikan dalam gambar sebagai berikut:

Page 99: SIKAP DAN PENDAPAT TAKMIR TERHADAP ARAH KIBLAT …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/793/1/M. AFIFUDIN.21111004.pdf · trigonometri. Bahkan pada awal abad ke-9 telah dilakukan

83

Gambar 4.4 Ilustrasi Bangunan Masjid Yang Menghadap Kiblat Ka’bah

Pada masjid atau mushola yang ukurannya lebih besar dari ukuran

fisik Ka’bah, orang yang bisa menghadap pas ke bangunan fisik Ka’bah,

hanyalah imam dan makmum no. 9 hingga no. 15 saja. Adapun makmum

yang lainnya, maka hanya bisa menghadap ke arah Kiblat saja, bukan ke

fisik bangunan Ka’bah. Shalat mereka dinilai sah berdasarkan pendapat

Qaul Jadid Imam Syafi’i.

Page 100: SIKAP DAN PENDAPAT TAKMIR TERHADAP ARAH KIBLAT …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/793/1/M. AFIFUDIN.21111004.pdf · trigonometri. Bahkan pada awal abad ke-9 telah dilakukan

84

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari bab-bab yang terdahulu, selanjutnya penulis akan memberikan

kesimpulan guna untuk menjawab rumusan masalah yang telah diuraikan

pada bab sebelumnya. Yaitu sebagai berikut:

1. Kondisi arah kiblat masjid dan mushola di Kecamatan Tingkir Kota

Salatiga bisa dikatakan banyak yang belum tepat. Kebanyakan dari

masjid dan mushola yang penulis temui dalam penentuan arah kiblatnya

menyesuaikan dengan konstruksi bangunan. Arah kiblat masjid dan

mushola di Kecamatan Tingkir Kota Salatiga pada sampel 32 masjid dan

20 mushola mendapatkan hasil 55,8% berada di jarak deviasi 1º-5º,

17,3% berada di jarak 6º-10º, 9,6% berada di jarak 11º-15º , 11,5% di

jarak 16º-20º dan 5,8% di jarak 21º-25º.

Adapun masjid dan mushola yang masih dalam batas toleransi

kemlencengannya yakni 1º adalah Masjid Miftahul Jannah (Butuh),

Masjid Radlotul Muttaqin (Klumpit), Masjid Darussalam (Kalilondo),

Masjid Al-Hidayah (Perum Tingkir Indah), dan Al-Muttaqin

(Kalibening). Sedangkan yang mushola hanya 2 yakni Mushola Nurul

Hidayah (Jl. Taman Pahlawan no 28, Kalioso) dan Mushola

Rahmatassalam Rohimallaah (Perum Tingkir Indah).

Page 101: SIKAP DAN PENDAPAT TAKMIR TERHADAP ARAH KIBLAT …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/793/1/M. AFIFUDIN.21111004.pdf · trigonometri. Bahkan pada awal abad ke-9 telah dilakukan

85

2. Adapun metode yang takmir/tokoh agama gunakan dalam menentukan

arah kiblat: narasumber 1 KH. Abda’Abdul Malik menggunakan Rubu’

Mujayyab, narasumber 2 K. Rahmat mengikuti konstruksi bangunan

masjid atau mushola yang ditentukan oleh tokoh agama dahulu.

Narasumber 3 K. Sri Mulyono mengikuti pendapat ahli atau penetapan

arah kiblat yang dilakukan oleh ahli falak di sini, beliau mengikuti

pendapat KH. Abda’ Abdul Malik dan hasil Kalibrasi Kementrian

Agama Kota Salatiga melalui KH. Abdul Basith. Dan narasumber yang

terakhir no 4 yaitu KH. Totok Suroso, beliau mengikuti pendapat

temannya, yang mana dulu temannya adalah guru agama. Kemudian

setelah adanya kalibrasi dengan hasil penentuan terdahulu belum tepat,

yakni melenceng 11° tidak terlalu berdampak adanya perubahan arah

kiblat di masjid yang berada di sekitar beliau. Dikarenakan kemantapan

hati atau keyakinan adalah dasar beliau.

Sehingga yang mengetahui tentang pentingnya arah kiblat dan

mengetahui penerapan metode penentuan arah kiblat diantara

narasumber yang penulis temui hanya satu, yaitu beliau KH.

Abda’Abdul Malik.

3. Mengenai pendapat para takmir/tokoh agama tentang urgensinya ada

dua pendapat yakni, pertama langsung mengembalikan masalah ini

langsung pada mazhab yang diikuti seperti yang dilakukan oleh KH.

Abda’ Abdul Malik. Karena beliau mengikuti Mazhab Syafi’i berarti

Ainul Ka’bah tepat secara persis walau itu jauh dari Ka’bah. Ijtihad

Page 102: SIKAP DAN PENDAPAT TAKMIR TERHADAP ARAH KIBLAT …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/793/1/M. AFIFUDIN.21111004.pdf · trigonometri. Bahkan pada awal abad ke-9 telah dilakukan

86

beliau tentang Ainul Ka’bah dengan menggunakan Rubu’ Mujayyab.

Bagi yang mengikuti Mazhab Syafi’i ketika tidak Ainul Ka’bah dalam

penentuan arah kiblat maka shalatnya tidak sah. Begitu pula dengan

perilaku beberapa tokoh agama yang masih memepertahankan arah

kiblatnya sesuai dengan konstruksi bangunan masjid padahal sudah

diketahui salah atau meleset setelah dikalibrasi maka shalatnya adalah

tidak sah.

Kedua, pendapat takmir/tokoh agama yang menganggap cukup ketika

arah kiblatnya sudah menghadap ke barat. Anggapan atau paradigma ini

terlihat ketika penulis mewancarai narasumber K. Rahmat, K Sri

Mulyono dan KH. Totok Suroso. Shalat mereka tetap dinilai sah

berdasarkan pada Qaul Jadid Imam Syafi’i.

B. Saran

1. Kepada Pemerintah Kota Kota Salatiga melalui Kementrian Agama

Kota Salatiga, diharapkan setelah mengetahui kondisi SDM di Kota

Salatiga yang minim pada SDM ahli bidang falak, maka sudah saatnya

melakukan sosialisasi dan pelatihan sesering mungkin khususnya kepada

generasi muda islam di Kota Salatiga. Hal ini sangatlah penting karena

ilmu falak adalah implementasi dari kemajuan dan pelestarian khazanah

umat islam.

2. Kepada takmir/tokoh agama yang berada di Kota Salatiga dan

khususnya Kecamatan Tingkir, walau dalam penelitian yang dilakukan

Page 103: SIKAP DAN PENDAPAT TAKMIR TERHADAP ARAH KIBLAT …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/793/1/M. AFIFUDIN.21111004.pdf · trigonometri. Bahkan pada awal abad ke-9 telah dilakukan

87

penulis hanya 4 (empat) narasumber. Akan tetapi dapat dilihat bahwa

masih banyaknya masjid dan mushola yang setelah dilakukan kalibrasi

belum atau diadakan tindak lanjut. Diharapkan setelah adanya penelitian

ini para takmir/tokoh agama menindaklanjuti apa yang telah Kementrian

Agama Kota Salatiga lakukan. Selain itu diharapkan pula tokoh agama

melakukan pendampingan terhadap masjid dan mushola, pendampingan

berupa penjelasan kepada masyarakat khususnya jamaah masjid atau

mushola tentang urgensi penentuan arah kiblat serta implikasinya

terhadap sah atau tidaknya shalat. Serta pendampingan terhadap masjid

atau mushola baik bangunan lama atau baru untuk dikalibrasi oleh

Kementrian Agama Kota Salatiga.

3. Mengingat keterbatasan penulis yang melakukan wawancara hanya

beberapa narasumber dan ketika melakukan pengecekan melalui aplikasi

Android dan website online dan perhitungan kalkulator untuk arah

kiblatnya baik masjid dan mushola di Kecamatan Tingkir Kota Salatiga

belum tentu benar 100%, namun dapat dijadikan rujukan atau refresensi

guna mengetahui pendapat-pendapat tokoh agama di Kecamatan Tingkir

Kota Salatiga secara umum tentang urgensi penentuan arah kiblat masjid

dan mushola.

Page 104: SIKAP DAN PENDAPAT TAKMIR TERHADAP ARAH KIBLAT …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/793/1/M. AFIFUDIN.21111004.pdf · trigonometri. Bahkan pada awal abad ke-9 telah dilakukan

DAFTAR PUSTAKA

Abdurrahman (Pdf). 1994. Bughyatul Murtasyidin. Beirut Lebanon: Darul Fikri

Al Bani, Muhammad Nashiruddin. TT. Shahih Sunan At-Tir Juz I. Terjemahan

oleh Ahmad yuswaji. 2013. Jakarta: Pustaka Azzam.

Al-Sobuoni, Mohammad Ali. 1999. Tafsir Ayat Al-Ahkam Min Al-Qur’an.

Jakarta: Darul Kutub Al-Islamiyah.

Al-Qur’an Terjemah Indonesia. 2005. Kudus: Menara Kudus.

Al Qudsi, Muhammad Asnawi. Fasolatan. Kudus: Menara Kudus.

An Naisabury, Abi Husein Muslim Ibnu Hajjaj Ausyary. TT. Shahih Muslim Juz

I. Terjemahan oleh Adib Bisri Musthofa. 1992. Semarang: CV. Asy

Syifa’.

Arkanuddin, Mutoha (Pdf). Tekhnik Penentuan Arah Kiblat Teori dan Aplikasi.

Yogyakarta: Lembaga Pengkajian dan Pengembanagn Ilmu Falak

(LP2IF) Rukyatul Hilal Indonesia (RHI).

Azhari, Susiknan. 2007. Ilmu Falak Perjumpaan Khazanah Islam dan Sains

Modern. Yogyakarta: Suara Muhamadiyah.

Azizi, Mahmud. 2014. Implementasi Fatwa MUI Nomor 5 Tahun 2010 Tentang

Arah Kiblat Di Kecamatan Bandongan Kabupaten Magelang. Skripsi

tidak diterbitkan. Salatiga: Jurusan Syari’ah dan Ekonomi Islam

STAIN Salatiga.

Bull, Victoria (Ed). 2008. Oxford Learner’s Pocket Dictionary. New York: Oxford

University Press.

Djazuli, Ahmad dan Nurol Aen. 2000. Ushul Fiqh Metodelogi Hukum Islam.

Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Echols, M. John dan Hassan Shadily. 2005. Kamus Inggris Indonesia an English-

Indonesian Dictionary. Jakarta: PT Gramedia.

Fajri, Em Zul dan Ratu Aprilian Senja. t.t. Kamus Lengkap Bahasa Indonesia.

Jakarta: Difa Publisher.

Page 105: SIKAP DAN PENDAPAT TAKMIR TERHADAP ARAH KIBLAT …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/793/1/M. AFIFUDIN.21111004.pdf · trigonometri. Bahkan pada awal abad ke-9 telah dilakukan

Hambali, Slamet. 2011. Ilmu Falak 1. Semarang: Program Pascasarjana IAIN

Walisongo Semarang.

---------------------. 2013. Ilmu Falak Arah Kiblat Setiap Saat. Yogyakarta: Pustaka

Ilmu Yogyakarta.

Izzudin, Ahmad. 2007. Fiqih Hisab Rukyat Menyatukan NU dan Muhamadiyah

Dalam Penentuan Awal Ramadhan, Idul Fitri dan Idhul Adha.

Surabaya: Erlangga.

---------------------. 2012. Ilmu Falak Praktis Metode Hisab-Rukyat Praktis dan

Solusi Permasalahannya. Semarang: Pustaka Ruzki Putra.

---------------------. 2010. Menentukan Arah Kiblat Praktis. Semarang:

Walisongopress.

Jaelani, Ahmad. Budiwati. Anisah. Encep Abdul Rojak. Faqih Baidhowi. Hasna

Tuddar Putri. Mahya Laila. Muh. Manan Ma’nawi. Robiatul

Aslamiyah. Siti Muslifah. Siti Tatmainul Qulub. 2012. Hisab Rukyat

Menghadap Kiblat (Fiqh, Aplikasi Praktis Fatwa dan Software).

Semarang: Pustaka Rizki.

Jamil, Ahmad. 2009. Ilmu Falak (Teori dan Praktik). Jakarta: Amzah.

Kantor Wilayah Kementrian Agama Dalam Angka Tahun 2012 (Pdf). Kalibrasi

Arah Kiblat Masjid Se-Provisi Gorontalo

Khazin, Muhyidin. 2004. Ilmu Falak Dalam Teori dan Praktik. Yogyakarta:

Buana Pustaka.

Kementrian Agama Kota Salatiga. 2014. Data Seluruh Masjid dan Mushola di

Kota Salatiga. Salatiga: Kementrian Agama Kota Salatiga.

-------------------------------. 2013-2014. Data Kalibrasi Masjid dan Mushola Kota

Salatiga. Salatiga: Kementrian Agama Kota Salatiga.

KUA Kecamatan Tingkir Kota Salatiga. 2014. Data Masjid dan Mushola di

Kecamatan Tingkir. Salatiga: KUA Kecamatan Tingkir Kota Salatiga.

-------------------------------. 2014. Data Moden di Kecamatan Tingkir Kota

Salatiga. Salatiga: KUA Kecamatan Tingkir Kota Salatiga.

Maslikhah. 2013. Melejitkan Kemahiran Menulis Karya Ilmiah Bagi Mahasiswa.

Yogyakarta: CV. Orbittrust Corp.

Page 106: SIKAP DAN PENDAPAT TAKMIR TERHADAP ARAH KIBLAT …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/793/1/M. AFIFUDIN.21111004.pdf · trigonometri. Bahkan pada awal abad ke-9 telah dilakukan

Munawwir, Ahmad Warson. 1997. Kamus Al-Munawwir. Surabaya: Pustaka

Progresif.

Musonnif, Ahmad. 2011. Ilmu Falak Metode Hisab Awal Waktu Shalat, Arah

Kiblat, Hisab Urfi Dan Hisab Hakiki Awal Bulan. Yogyakarta: Teras.

Muttaqin, Ihwan. 2012. Studi Analisis Metode Penentuan Arah Kiblat Dengan

Menggunakan Equatorial Sudial. Tesis tidak diterbitkan. Semarang:

Fakultas Syariah IAIN Walisongo Semarang.

Pemerintah Kota Salatiga Kecamatan Tingkir. 2014-2015. Data Kependudukan

dan Pencatatan Sipil. Salatiga: Kecamatan Tingkir Kota Salatiga.

Sulistiyoningrum, Dewi. 2009. Arah Kiblat Masjid Kota Salatiga. Skripsi tidak

diterbitkan. Salatiga: Jurusan Syariah STAIN Salatiga.

Sidibyo, Ma’rufin. 2011.Arah Kiblat dan Pengukurannya. Makalah Disajikan

dalam DIKLAT Diklat Astronomi Islam-MGMP MIPA-PAI di PPMI

Assalaam, 20 Oktober.

Ramdhan, Purqon Nur (Pdf). 2012. Studi Analisis Metode Hisab Arah Kiblat KH.

Ahmad Ghozali Dalam Kitab Irsyad Al-Murid. Skripsi tidak

diterbitkan. Semarang: Fakultas Syariah IAIN Walisongo Semarang.

Wawancara Kepada Bapak K. Rahmat pada 21 Agustus 2015 di Kelurahan

Tingkir Tengah Kecamatan Tingkir Kota Salatiga pada pukul 17:00

WIB.

Wawancara Kepada Bapak KH. Totok Suroso pada 24 Agustus 2015 di Kelurahan

Kutowinangun Kecamatan Tingkir Kota Salatiga pada pukul 16:33

WIB.

Wawancara Kepada Bapak KH. Abda’ Abdul Malik pada 06 September 2015 di

Kelurahan Kalibening Kecamatan Tingkir Kota Salatiga pada pukul

17:06 WIB.

Wawancara Kepada Bapak K. Srimulyono pada 11 Sseptember 2015 di Kelurahan

Gendongan Kecamatan Tingkir Kota Salatiga pada pukul 16:50 WIB.

Wawancara Kepada Bapak KH. Abdul Basith pada 21 September 2015 di

Kelurahan Pulutan Kecamatan Sidorejo Kota Salatiga pada pukul

17:07 WIB.

Page 107: SIKAP DAN PENDAPAT TAKMIR TERHADAP ARAH KIBLAT …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/793/1/M. AFIFUDIN.21111004.pdf · trigonometri. Bahkan pada awal abad ke-9 telah dilakukan

http://id.wikipedia.org/wiki/Berkas:Kaaba-plan.svg di akses pada 17 Juli 2015

pukul 20:07 WIB.

http://rukyatulhilal.org diakses pada 17 Juli 2015 pukul 20:40 WIB.

Page 108: SIKAP DAN PENDAPAT TAKMIR TERHADAP ARAH KIBLAT …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/793/1/M. AFIFUDIN.21111004.pdf · trigonometri. Bahkan pada awal abad ke-9 telah dilakukan

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Muhamad Afifudin

Tempat/tanggal lahir : Kab. Semarang 21 Desember 1992

Alamat : Ngablak RT 01/RW 05 Pulutan Kecamatan

Sidorejo Kota Salatiga

Pendidikan :

MI Ma’arif Pulutan Sidorejo Salatiga

MTS Al-Manar Bener Tengaran Kab. Semarang

MA Al-Manar Bener Tengaran Kab. Semarang

Fakultas Syariah Jurusan Ahwal Asy Syakhshiyyah IAIN

Salatiga Angkatan 2011

Pendidikan lainnya :

Ma’had Putra STAIN Salatiga

Pondok Pesantren Al-Ghufron Kecandran Sidomukti Salatiga

Pengalaman Organisasi :

Ketua GEMAK (Gerakan Mahasiswa Anti Korupsi) 2013-2014

Pengurus PMII Komisariat dan Cabang Salatiga 2010-2014

Devisi Sospol Dema Institut IAIN Salatiga 2015-2016

Devisi Advokasi HMJ Syariah 2013-2015

Devisi Keagamaan dan Jaringan Ponpes PC IPPNU Kab.

Semarang

Demikian daftar riwayat hidup ini saya buat dengan sebenarnya untuk dapat

dipergunakan sebagaimana mestinya.

Salatiga, 22 Maret 2016

Penulis

Muhamad Afifudin

NIM. 211 11 004