strategi komunikasi takmir masjid al mujahidin...

161
i STRATEGI KOMUNIKASI TAKMIR MASJID AL MUJAHIDIN AMBARAWA DALAM MENINGKATKAN KUALITAS DAN KUANTITAS PENGAJIAN RUTIN AHAD PAGITAHUN 2019 SKRIPSI Skripsi Ini Disusun Untuk Melengkapi Persyaratan dalam Memperoleh Gelar Sarjana Sosial (S.Sos) OLEH: MUHAMMAD DANY FARHANNANDA NIM: 43010-15-0039 PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAMFAKULTAS DAKWAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA 2019

Upload: others

Post on 02-Feb-2021

54 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

  • i

    STRATEGI KOMUNIKASI TAKMIR MASJID

    AL MUJAHIDIN AMBARAWA

    DALAM MENINGKATKAN KUALITAS DAN KUANTITAS

    PENGAJIAN RUTIN AHAD PAGITAHUN 2019

    SKRIPSI

    Skripsi Ini Disusun Untuk Melengkapi Persyaratan

    dalam Memperoleh Gelar Sarjana Sosial (S.Sos)

    OLEH:

    MUHAMMAD DANY FARHANNANDA

    NIM: 43010-15-0039

    PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENYIARAN

    ISLAMFAKULTAS DAKWAH

    INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)

    SALATIGA

    2019

  • ii

  • iii

  • iv

  • v

    ABSTRAK

    Farhannada, Muhammad Dany.2019. Strategi Komunikasi Takmir Masjid Al-Mujahidin Ambarawa dalam Meningkatkan Kualitas dan Kuantitas Pengajian Rutin

    Ahad Pagi. Skripsi. Fakultas Dakwah. Program Studi Komunikasi dan

    Penyiaran Islam. Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga. Pembimbing:

    Yahya, M.H.I.

    Kata Kunci: Strategi komunikasi, Takmir Masjid Al-Mujahidin, Kualitas,

    Kuantitas

    Penelitian ini bertujuan untuk mendiskripsikan strategi komunikasi takmir

    masjid al-Mujahidin Ambarawa dalam meningkatkan kualitas dan kuantitas

    pengajian rutin Ahad pagi. Pertanyaan utama yang ingin dijawab melalui penelitian

    ini adalah 1. Untuk mengetahui bagaimana strategi komunikasi takmir masjid al-

    Mujahidin Ambarawa. 2.strategi takmir masjid dalam meningkatkan kualitas dan

    kuantitas pengajian rutin ahad pagi di masjid al-Mujahidin Ambarawa.3. Untuk

    mengetahui hambatan takmir masjid dalam meningkatkan kualitas dan kuantitas

    pengajian rutin ahad pagi di masjid al-Mujahidin Ambarawa.

    Penelitian ini merupakan penilitian kualitatif jenis studi kasus, sumber data

    diperoleh melalui takmir masjid al-Mujahidin, jamaah pengajian rutin Ahad pagi

    dan dokumen di masjid al-Mujahidin Ambarawa. Metode pengumpulan data yang

    digunakan adalah observasi, wawancara, dan dokumentasi. Subjek penelitian ini

    adalah masjid al-Mujahidin ambarawa. Sedangkan teknik analisis data dilakukan

    dengan klarifikasi data penyaringan data dan penyimpulan.

    Hasilmenunjukan 1.Strategi komunikasi yang takmir lakukan dalam

    menjalankan pengajian menggunakan pendekatan-pendekatan yang bersifat

    otomatis selalu dilakukan oleh takmir. 2.Strategi takmir dalam meningkatkan

    kualitas dan kuantitas pengajian adalah dengan menyediakan sarana dan fasilitas

    pendukung berjalannya pengajian, faktor pendukung meningkatkan kualitas dan

    kuantitas pengajian adalah da’i. 3. Faktor penghambat yaitu gangguan teknis dalam

    berkomunikasi dan hambatan kerangka berfikir juga da’i dalam menyampaikan

    pesan atau isi ceramah kepada jamaah.

  • vi

    MOTTO

    ْحَسانُ ْحَساِن إَِّلا اْْلِ َهْل َجَزاُء اْْلِ

    Artinya :Tidak ada balasan kebaikan kecuali kebaikan(pula)

    (QS Ar-Rahmaan : 60)

  • vii

    PERSEMBAHAN

    Skripsi ini penulis persembahkan kepada:

    1. Almamaterku tercinta IAIN Salatiga

    2. Kedua orang tua Ibu Siti Aisyah dan Bapak Sarjono tercinta yang selalu

    menyayangiku, mendukung dan menyemangatiku. Terimakasih atas untaian

    do’a yang tiada henti terucap dari bibir dan hati Ibu untuk kebaikanku.

    3. Adik-adiku Zaki dan Jimmi. Terimakasih untuk dukungan kalian, dan semoga

    tercapai dengan indah cita-cita kalian.

    4. Keluarga besar Bani Salim, Bulek Nur dan Om Danang yang mana telah

    menjadi orang tua kedua bagi saya. Selalu mendo’akan dan memberi

    dukungan baik secara moril maupun materil.

    5. Sahabat-sahabatku Mahbub, Rohman, Zaki, Sifa, Rais, Sumyani, Anis, Diyan,

    Nova, Tyak, Dilla, Corona, Mba Desi, Elfadan lainnya, yang tiada henti

    memberikan dukungan dan semangat dan telah menemani proses selama ini.

    6. Adik-adikku Aini, Subandana, Fajar, Hanif dan teman-teman angkatan 2016-

    2017 yang lain yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu, terimakasih atas

    candatawa, dukungan dan semangatnya. Terimakasih untuk dukungan kalian,

    dan semoga tercapai dengan indah cita-cita kalian..

    7. Sahabat/i keluarga besar PMII Kota Salatiga, khususnya Rayon Dakwah, yang

    selalu memberi dukungan, ilmu dan pengalaman yang diberikan

    8. Teman – teman program studi Komunikasi Penyiaran Islam angkatan 2015.

    9. Para pembaca yang budiman.

  • viii

    KATA PENGANTAR

    بسم الله الر حمن الرحىم

    Alhamdulilahirabil‘alamin segala puji syukur penulis panjatkan kehadirat

    Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta karunia Nya sehingga penulis

    dapat melewati proses dalam penyusunan skripsi, dan berhasil menyelesaikan

    skripsi dengan judul “Strategi Komunikasi Takmir Masjid Al-Mujahidin dalam

    Meningkatkan Kualitas dan Kuantitas Pengajian Rutin Ahad Pagi Tahun 2019”

    guna memenuhi tugas akhir untuk memperoleh gelar kesarjanaan dalam Fakultas

    Dakwah IAIN Salatiga.

    Shalawat serta salam tak lupa penulis curahkan kepada Nabi Muhammad Saw

    yang telah menghantarkan kita dari zaman Jahiliyah menuju zaman yang terang

    benderang seperti sekarang ini, serta yang telah membimbing kita ke jalan yang

    lurus, yakni agama Islam. Semoga kita semua termasuk orang-orang yang

    mendapatkan syafa’atnya di hari kiamat kelak. Amiin.

    Selesainya skripsi ini tentunya tidak lepas dari dukungan, motivasi dan

    bantuan dari berbagai pihak, oleh karena itu perkenankanlah penulis untuk

    mengucapkan banyak terimakasih yang tiada terhingga kepada:

    1. Bapak Prof. Dr. Zakiyyudin selaku Rektor IAIN Salatiga.

    2. Bapak Dr. Mukti Ali, M. Hum selaku dekan Fakultas Dakwah IAIN

    Salatiga.

    3. Ibu Hj. Maryatin, M. Pd., selaku ketua Program Studi Komunikasi

    Penyiaran Islam dan Dosen Pembimbing Akademik yang senantiasa

    membimbing saya dengan sangat baik.

    4. Bapak Yahya, M.H.I selaku dosen pembimbing skripsi sekaligus pemberi

    motivasi dan pengarahan sampai selesainya penulisan skrispsi ini.

  • ix

    5. Bapak/Ibu Dosen dan seluruh Staf IAIN Salatiga yang telah memberikan

    pendidikan, bimbingan, pengarahan dan pengetahuan serta dukungan dan

    motivasi yang begitu luar biasa.

    6. Bapak/Ibu Staf Akademik Fakultas Dakwah IAIN Salatiga, yang telah

    banyak membantu dalam penyelesaian skripsi ini.

    7. Takmir Masjid al-Mujahidin periode 2019, yang telah berkenan dan

    bersedia menjadi sumber data dalam penelitian ini.

    8. Seluruh pihak yang telah mendukung dan membantu penulis dalam

    menyelesaikan skripsi ini yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu.

    Besar harapan penulis semoga semua perbuatan baik dapat diterima dan

    diridhoi Allah Swt. Tak lupa selain itu, penulis selalu mengharapkan saran dan

    kritik yang bersifat membangun demi penyempurnaan skripsi ini. Penulis

    menyadari bahwa skripsi ini masih banyak kekurangan dan kekeliruan.

    Akhir kata, penulis berharap semoga karya ini dapat bermanfaat bagi penulis

    khususnya serta bagi para pembaca pada umumnya. Amiin Yarobbal ‘Alamin.

    Salatiga, 27 Mei 2019

    Penulis

    Muhammad Dany. F

  • x

    DAFTAR ISI

    HALAMAN JUDUL ........................................................................................ i

    PESETUJUAN PEMBIMBING ..................................................................... ii

    HALAMAN PENGESAHAN ......................................................................... iii

    PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ....................................................... iv

    ABSTRAK ...................................................................................................... v

    MOTTO ........................................................................................................... vi

    PERSEMBAHAN ............................................................................................ vii

    KATA PENGANTAR .................................................................................... viii

    DAFTAR ISI ................................................................................................... x

    DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xiii

    BAB I PENDAHULUAN .......................................................................... 1

    A. Latar Belakang Masalah ........................................................... 1

    B. Rumusan Masalah ..................................................................... 6

    C. Tujuan Penelitian ...................................................................... 6

    D. Manfaat Penelitian ..................................................................... 7

    E. Kerangka Berfikir ...................................................................... 8

    F. Sistematika Penulisan Skripsi .................................................... 9

    BAB II TINJAUAN PUSTAKA ................................................................. 10

    A. Tinjauan Pustaka ...................................................................... 10

    B. Landasan Teori ......................................................................... 14

    1. Strategi Komunikasi ......................................................... 14

  • xi

    a. Strategi ....................................................................... 14

    b. Komunikasi ................................................................ 17

    c. Strategi Komunikasi ................................................... 27

    2. Takmir masjid .................................................................... 29

    a. Takmir ........................................................................ 29

    b. Masjid ......................................................................... 31

    3. Kualitas dan Kuantitas ....................................................... 39

    a. Definisi Kualitas ......................................................... 40

    b. Definisi Kuantitas ....................................................... 42

    4. Pengajian ........................................................................... 42

    a. Definisi Pengajian ...................................................... 42

    b. Fungsi Pengajian ........................................................ 43

    c. Keutamaan Menghadiri Pengajian ............................. 44

    BAB III METODOLOGI PENELITIAN ...................................................... 48

    A. Jenis Penelitian ......................................................................... 48

    B. Lokasi dan Waktu Penelitian .................................................... 49

    C. Sumber Data ............................................................................. 49

    D. Prosedur Pengumpulan Data ................................................... 49

    E. Analisis Data ............................................................................ 51

    F. Pengecekan Keabsahan Data .................................................... 52

    BAB IV HASIL PENELITIAN .................................................................... 54

    A. Gambaran Umum Masjid .......................................................... 54

    1. Sejarah Masjid ................................................................... 53

  • xii

    2. Letak Geografis ................................................................. 56

    3. Susunan Organisasi ........................................................... 57

    4. Sarana dan Prasarana ......................................................... 59

    5. Kegiatan yang di Kelola Takmir ....................................... 61

    B. Hasil Penelitian ......................................................................... 62

    1. Strategi Komunikasi Takmir Masjid Al-Mujahidin

    Ambarawa ......................................................................... 62

    2. Strategi Takmir dalam Meningkatkan Kualitas dan

    Kuantitas Pengajian Rutin ................................................. 66

    3. Hambatan Takmir Masjid Dalam Meningkatkan Kualitas

    dan Kuantitas Pengajian Rutin .......................................... 72

    C. Pembahasan ............................................................................... 77

    1. Strategi Komunikasi Takmir Masjid Al-Mujahidin

    Ambarawa ......................................................................... 77

    2. Strategi Takmir Dalam Meningkatkan Kualitas dan

    Kuantitas Pengajian Rutin ................................................. 81

    3. Hambatan Takmir Masjid Dalam Meningkatkan Kualitas

    dan Kuantitas Pengajian Rutin ......................................... 86

    BAB V KESIMPULAN ............................................................................... 89

    A. Kesimpulan ................................................................................ 89

    B. Saran ......................................................................................... 90

    DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 91

    LAMPIRAN-LAMPIRAN ............................................................................... 92

  • xiii

    DAFTAR LAMPIRAN

    1. Lampiran Pedoman Wawancara ...............................................................

    2. Lampiran Hasil Wawancara ......................................................................

    3. Lampiran Dokumentasi .............................................................................

    4. Lampiran Surat Permohonan Izin Penelitian ............................................

    5. Lampiran Surat Keterangan Penelitian .....................................................

    6. Lampiran Lembar Konsultasi Penelitian...................................................

    7. Lampiran Daftar Riwayat Hidup...............................................................

  • 1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang

    Masjid merupakan unsur penting dalam struktur masyarakat Islam

    mulai dari zaman nabi sampai saat ini, masjid menjadi pusat kegiatan

    keagamaan kaum muslimin. Di era sekarang pembangunan masjid sangat

    pesat, kita dapat menjumpai masjid berdiri kokoh di sepanjang perjalanan

    baik kota maupun desa. Pesatnya pembangunan masjid merupakan salah

    satu bentuk semangat kaum muslim dalam mengungkapkan rasa cintanya

    terhadap Islam. Umat muslim mulai mengembangkan bangunan-bangunan

    masjid serta merenovasi masjid dengan tujuan agar kaum muslim

    meningkatkan kesadaranya untuk beribadah dan berjamaah di masjid.

    Selain ibadah kepada Allah, masjid menjadi sarana untuk silaturahmi

    kepada sesama umat islam. Terjadinya silaturahmi secara tidak langsung

    akan meningkatkan solidaritas, memperdalam ilmu pengetahuan agama,

    dan meningkatkan iman serta ketaqwaan kaum muslim. Dari keterangan

    tersebut, masjid berfungsi lebih untuk para kaum muslim dalam

    pengembangan ilmu agama Islam. Di sisi lain, umat muslim telah

    memakmurkan masjid dengan tidak membiarkan masjid kosong pada waktu

    sholat.

    Pentingnya masjid dalam kehidupan umat muslim telah terbukti

    dengan pengulangan kata masjid dalam al-Quran sebanyak dua puluh

    delapan kali yang intinya adalah tempat tunduknya insan pada Sang Khaliq

    (Roqib, 2005: 73). Tidak heran jika kegiatan keagamaan sering dilakukan

  • 2

    di masjid. Bahkan kegiatan di bidang pemerintah yang mencakup ideologi,

    politik, ekonomi, sosial, pengadilan dan kemiliteran dibahas dan di

    percahkan di lembaga masjid.

    Dilihat dari penjelasan yang berlangsung di dalam masjid, selama

    tidak merugikan pihak pengelola masjid maupun masyarakat sekitar maka

    fungsi masjid untuk menjaga kerukunan umat dalam ibadah maupun

    kegiatan tidak akan menimbulkan masalah. Seperti yang dilakukan pada

    zaman nabi, fungsi masjid merupakan asrama untuk para pelajar suffah atau

    orang yang datang dan tinggal di masjid untuk menuntut ilmu. Biasanya

    akan dipenuhi sebanyak 300 hingga 400 orang. Selain untuk menuntut ilmu,

    masjid juga digunakan untuk merawat orang-orang yang sakit, namun tidak

    melupakan fungsi utama masjid yaitu menghimpun umat untuk sholat

    berjamaah dan beribadah. Dalam al-Quran Surah at-Taubah ayat 18, Allah

    SWT berfirman mengenai pentingnya memakmurkan masjid:

    ََلةَ َوآتَى إِناَما َيْعُمُر َمَساِجدَ اللاِه َمْن آَمَن بِاللاِه َواْلَيْوِم اْْلِخِر َوأَقَاَم الصا

    ئَِك أَْن َيُكونُوا ِمَن اْلُمْهتَِدينَ َكاةَ َولَْم يَْخَش إَِّلا اللاهَ ۖ فَعََسٰى أُولَٰ الزاArtinya:

    Hanya yang memakmurkan masjid-masjid Allah ialah orang-orang

    yang beriman kepada Allah dan Hari kemudian, serta tetap

    mendirikan shalat, menunaikan zakat dan tidak takut (kepada

    siapapun) selain kepada Allah, maka merekalah orang-orang yang

    diharapkan termasuk golongan orang-orang yang mendapat

    petunjuk. (QS.at-Taubah:18).

    Maksud dari ayat di atas adalah memakmurkan masjid tidak hanya

    orang-orang yang berkunjung ke masjid, melainkan orang yang beribadah

    di masjid ketika shalat, menggunakan fungsi masjid dengan sebaik-baiknya

  • 3

    sebagaimana untuk mendapatkan ridha dari Allah dan menggunakan masjid

    sebagai sarana berdakwah.

    Masjid al-Mujahidin adalah salah satu masjid yang menjadi pusat

    gerakan dakwah di Desa Kranggan yang masyarakatnya merupakan plural

    dan multikultural. Masjid al-Mujahidin selain digunakan untuk beribadah

    juga merupakan pusat sarana berdakwah Islam di Dusun Kepatihan.

    Dakwah yang dilakukan di masjid al-Mujahidin tentu tidak mudah,

    pasti ada kendala dan permasalahan, dalam menghadapi kendala tersebut

    dibutuhkan komunikasi oleh pelaku dakwah, yang dimaksud adalah takmir

    masjid, komunikasi berperan sangat penting dalam mensukseskan dakwah

    di masjid, karena jika komunikasi takmir dengan anggota atau takmir

    dengan da’i yang kurang baik, maka acara dakwah yang dilakukan akan

    kurang maksimal dan tentu tidak sesuai dengan target yang diharapkan.

    Karenanya, komunikasi antara sesama pengguna masjid harus dijaga dalam

    aktivitas dakwah islam di masjid.

    Peran takmir masjid sangat penting dalam berlangsungnya dakwah

    dan upaya menghidupkan masjid sebagai pusat kegiatan umat Islam, Peran

    takmir masjid juga tidak lepas dari komunikasi dengan anggota yang

    harmonis dan rasa kekeluargaan yang membuat acara maupun dakwah yang

    dilakukan di masjid menjadi lebih terstruktur dan fungsi masjid lebih

    meningkat, fungsi masjid juga tidak terbatas pada peningkatan kualitas

    iman, tetapi juga untuk meningkatkan kualitas kehidupan, termasuk

  • 4

    pendidikan, gotong royong, kesehatan dan kegiatan ibadah yang lain,

    tentunya dapat meningkatkan nya kesejahteraan umat islam di masjid.

    Pengajian adalah wadah atau tempat untuk mendalami dan mengkaji

    agama Islam di lingkungan sekitar kita, bentuk pengajian bermacam-macam

    dan diikuti oleh masyarakat daerah itu sendiri, pengajian yang dilakukan di

    masjid tentunya juga memiliki tujuan untuk mengenalkan rumah Allah Swt

    sebagai sarana ibadah, Hal ini dikarenakan masyarakat muslim masih

    memerlukan pemahaman dan pengkajian tentang ilmu agama Islam dan al-

    Qur’an. Allah Berfirman dalam surah al-Zumar ayat 9:

    ْن ُهَو قَانِت اَنَاَء الاْىِل َساِخدًا َوقَائًِما يَْحذَُر اْْلَِخَرةَ َويَْرُجواْ َرْحَمةَ أما

    َربِِّه قلى قُْل َهْل يَْستَِوي الِّذيَن يَْعلَُموَن َوالاِذْيَن ََّل يَْعَلُموَن قلى إِناَما يَتَذَكاُر

    أولُو اْْلَْلبَابِ Artinya:

    Apakah kamu hai orang musyrik yang lebih beruntung) ataukah orang

    yang beribadat di waktu-waktu malam dengan sujud dan berdiri,

    sedang ia takut kepada (azab) akhirat dan mengharapkan rahmat

    Tuhannya? Katakanlah: "Adakah sama orang-orang yang

    mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui?"

    Sesungguhnya orang yang berakallah yang dapat menerima

    pelajaran.

    Dilihat dari segi budaya, pengajian adalah salah satu stradisi

    keagamaan yang sering dilakukan oleh masyarakat beragama Islam.

    Diadakan pengajian sebagai cara mendekatkan diri kepada Allah Swt

    sebagai Tuhan Pencipta Alam Semesta, dan untuk mendapatkan ketenangan

    dan kerohanian. Pengajian yang terdapat suatu daerah dilakukan sebagai

    tradisi atau kebiasaan, karena dalam pengajian itu sendiri dilakukan sudah

    turun temurun dari orang-orang sebelumnya.

  • 5

    Pengajian dalam kamus besar bahasa Indonesia adalah pengajaran

    agama Islam atau pembacaan al-Qur’an, maka kegiatan pengajian diisi oleh

    kelompok atau yang biasa membaca dan mengkaji al-Qur’an sebagai kitab

    suci umat muslim, pada umunya pengajian dilakukan di masjid, tetapi ada

    juga yang dilakukan di mushola, rumah orang yang sedang mempunyai

    hajat, maupun tempat lainya.

    Pengajian yang dilakukan oleh takmir masjid al-Mujahidin yang

    sudah berlangsung lama dan sampai sekarang masih dilakukan, menjadikan

    peneliti ingin mengetahui lebih mendalam tentang bagaimana komunikasi

    yang dilakukan antar takmir dan peran takmir dalam meningkatkan kualitas

    maupun kuantitas acara pengajian tersebut.

    Berdasarkan latar belakang diatas peneliti ingin mengetahui lebih

    mendalam mengenai strategi komunikasi antar takmir dalam menjalankan

    pengajian dan upaya yang dilakukan takmir dalam meningkatkan kualitas

    dan kuantitas pengajian, yang akan dituangkan dalam sebuah skripsi

    berjudul “STRATEGI KOMUNIKASI TAKMIR MASJID AL-

    MUJAHIDIN DALAM MENINGKATKAN KUALITAS DAN

    KUANTITAS PENGAJIAN RUTIN AHAD PAGI TAHUN 2019”.

  • 6

    B. Rumusan Masalah

    Berdasarkan latar belakang yang penulis paparkan diatas dapat

    dirumuskan pokok permasalahanya sebagai berikut:

    1. Bagaimana strategi komunikasi antar takmir masjid al-Mujahidin

    Ambarawa?

    2. Bagaimanakah strategi komunikasi takmir masjid dalam meningkatkan

    kualitas dan kuantitas pengajian rutin ahad pagi di masjid al-Mujahidin

    Ambarawa?

    3. Apakah hambatan takmir masjid dalam meningkatkan kualitas dan

    kuantitas pengajian rutin ahad pagi di masjid al-Mujahidin Ambarawa?

    C. Tujuan Penelitian

    1. Untuk mengetahui strategi komunikasi takmir masjid dalam

    melaksanakan kegiatan pengajian rutin ahad pagi di masjid al-

    Mujahidin Ambarawa.

    2. Mendiskripsikan bagaimana strategi komunikasi yang dilakukan oleh

    takmir masjid al-Mujahidin Ambarawa dalam meningkatakan kualitas

    dan kuantitas pengajian.

    3. Untuk mengetahui faktor penghambat dan pendukung pelaksanaan

    strategi komunikasi takmir masjid al-Mujahidin Ambarawa dalam

    meningkatkan kualitas dan kuantitas pengajian rutin ahad pagi.

  • 7

    D. Manfaat Penelitian

    1. Manfaat Teoritis

    a. Hasil dari penelitian ini di harapkan dapat memberikan sumbangan

    ilmiah dalam ilmu strategi komunikasi dan manajeman kegiatan.

    b. Penelitian ini diharapkan bisa menambah referensi bagi takmir

    dalam meningkatkan kualitas dan kuantitas pengajian.

    c. Diharapkan bisa bermanfaat untuk pengelolaan masjid dan strategi

    yang digunakan menjadi rujukan kepada masjid-masjid lain dalam

    mengembangkan kualitas dan kuantitas dakwah.

    2. Manfaat Praktis

    a. Untuk menambah wawasan bagi penulis dalam mengetahui strategi

    komunikasi takmir masjid al-Mujahidin dalam meningkatkan

    kualitas dan kuantitas pengajian.

    b. Bagi lembaga organisasi dapat dijadikan masukan dalam

    meningkatkan kualitas dan kuantitas kegiatan.

  • 8

    E. Kerangka Berifikir

    Kerangka diatas menjelaskan takmir dalam menjalankan pengajian

    tentu memiliki strategi agar pesan yang disampaikan antar takmir dapat

    tersampaikan kepada anggota takmir yang lain. Dalam menjalankan

    pengajian, pesan juga diberikan kepada da’i, dalam menjalankan pengajian

    juga memerlukan penceramah, komunikasi yang dilakukan takmir kepada

    da’i untuk menentukan tema ceramah dalam pengajian yang kemudian

    untuk jamaah. Upaya yang takmir lakukan dalam pengajian supaya

    masyarakat juga bisa memahami isi dari pengajian.

    PENGAJIAN

    JAMAAH

    PERENCANAAN PENGAJIAN

    DA’I

    PESAN

    STRATEGI KOMUNIKASI

    TAKMIR

  • 9

    F. Sistematika Penulisan Skripsi

    Agar pembahasan dalam penulisan mudah dipahami, maka disusun

    sistematiak penulisan sebagai berikut:

    BAB I PENDAHULUAN

    Memuat latar belakang masalah, batasan dan rumusan masalah,

    tujuan dan manfaat penelitian, kajian pustaka, metodologi penelitian dan

    sistematika penulisan.

    BAB II TINJAUAN TEORI

    Merupakan bagian yang menjelaskan landasan teori yang

    berhubungan dengan penelitian yang pertama memuat takmir masjid

    (definisi strategi komunikasi, pengertian takmir masjid, kegiatan yang

    dilaksanakan takmir), masjid (definisi masjid, sejarah masjid, pengelolaan

    masjid dan fungsi masjid), dan upaya takmir masjid dalam menigkatkan

    kualitas dan kuantitas pengajian.

    BAB III METODOLOGI PENELITIAN

    Menjelaskan tentang metofologi penelitian meliputi jenis penelitian

    lokasi penelitian, sumber data. Prosedur pengumpulan data dan teknik

    validitas data.

    BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

    Menjelaskan tentang gambaran umum deskripsi Masjid al-

    Mujahidin Ambarawa, kegiatan di Masjid al-Mujahidin Ambarawa, serta

    uapaya yang dilakukan takmir dalam meningkatkan kualitas dan kuantitas

    pengajian ruitn Ahad pagi di Masjid al-Mujahidin Ambarawa. Pembahasan

    dilakukan untuk menjawab masalah penelitian yang di intergrasikan

    kedalam kumpulan pengetahuan yang sudah ada dengan jalan menjelasakan

    temuan penelitian dalam konteks khasanah ilmu.

    BAB V PENUTUP

    Berisi kesimpulan dari pembahasan hasil penelitian dan saran-saran

    dari penulis sebagai sumbangan pemikiran berdasarkan teori dan hasil

    penelitian yang telah diperoleh dan daftar pustaka.

  • 10

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

    A. Tinjauan Pustaka

    1. Jurnal yang disusun Muzdalifah dengan judul “Strategi Dakwah Takmir

    Masjid Darul Hikmah Dalam Membangun Masyarakat Madani Di

    Dusun Buluresik Manduro Ngoro Mojokerto 2017”. Penelitian yang

    dilakukan berfokus mengenai bagaimana strategi dakwah yang

    dilakukan oleh takmir masjid Darul Hikmah dalam membangun

    masyarakat madani di Dusun Buluresik, Kecamatan Ngoro Kab.

    Mojokerto, jenis penelitian ini adalah deskriptif kualitatif dengan

    menggunakan teknik pengumpulan data berupa observasi, wawancara

    dan dokumentasi. Hasil penelitian yang dilakukan kepada takmir masjid

    Darul Hikmah strategi dakwah yang dilakukan adalah, membangun

    masyarakat madani di Desa Buluresik dimulai dari memberdayakan

    orang-orang yang berpengaruh dimulai dari takmir itu sendiri,

    membangun madarasah, kultum setelah sholah subuh, sholawat rutin

    mingguan. Tujuan takmir masjid Darul Hikmah ialah mengajak

    masyarakat pada kegiatan positif, untuk membuat perubahan positif

    tentunya dilakukan dengan penambahan iman, karena tujuanya baik

    juga dilakukan dengan kegiatan yang baik. Target dari strategi dakwah

    yang dilakukan adalah masyarakat sekitar masjid yang kebanyakan

    masih awam soal agama, jadi pemanfaatan masyarakat yang

    berpengaruh sangat berperan sebagai strategi dakwah.

  • 11

    2. Skripsi yang disusun oleh Hanik Asih Izzati, dengan judul “Peran

    Takmir Masjid Dalam Meningkatkan Kualitas Pendidikan Islam (Studi

    Di Masjid Al Muttaqiin Kalibening Tingkir Salatiga 2015)”. Penelitian

    ini fokus mengenai bagaimana peran takmir masjid dalam

    meningkatkan kulitas pendidikan islam di masjid al-Muttaqiin,

    Kalibening Salatiga. Penelitian tersebut ditinjau dengan teori ilmu

    komunikasi, ilmu dakwah, dan strategi komunikasi dakwah. Penelitian

    ini merupakan penelitian kualitatif. Metode yang digunakan adalah

    observasi, wawancara, dan dokumentasi, menggunakan alasisis data

    deskrtiptif kualitatif yang dilakukan terhadap data yang di kumpulkan.

    Pelaksanaan kegiatan dakwah yang matang sebagai salah satu strategi

    penunjang dalam meningkatkan kualitas pendidikan islam, apalagi

    strategi dakwah sudah terstruktur, akan membuat pendekatan dengan

    masyarakat lebih cepat sampai dan mudah diterima. Faktor pendukung

    seperti remaja masjid, Jamaah sholat yang tidak sedikit maupun sarana

    pra-sarana yang tersedia membuat tujuan semakin dipermudah dan

    diperlancar dalam kegiatan yang diadakan takmir masjid.

    3. Skripsi yang disusun oleh Arkhani Luthfie Itsnain, dengan judul

    “Komunikasi Interpersonal Antara Ketua Takmir Dan Anggota Dalam

    Meningkatkan Kinerja Dakwah Di Masjid Al-Muhtadin Plumbon

    Banguntapan Bantul DIY 2014”. Penelitian ini fokus mengenai

    hubungan takmir, komunikasi mempunyai peran yang sangat penting

    dalam dalam meningkatkan dan mensukseskan kinerja dakwah di

  • 12

    masjid. Seringkali target dakwah tidak tercapai karena kurangnya

    komunikasi antar takmir, oleh karenanya komunikasi antar pengurus

    takmir tidak bisa lepas dari suksesnya kegiatan dakwah di masjid.

    Penelitian ini adalah deskriptif kualitatif, dengan mengambil latar

    belakang komunikasi ketua dan anggota takmir masjid, adapun teknik

    pengumpulan data dilakukan dengan cara observasi, interview dan

    dokumentasi. Hasil dari penelitian menunjukan bahwa pelaksanaan

    proses meningkatkan kinerja dakwah di masjid dengan komunikasi

    interpersonal sebagai media komunikasi di anggap efektif oleh ketua

    takmir dengan anggota dengan menggunakan beberapa metode yaitu

    dengan keteladanan, pembiasaan dan nasihat yang bertujuan untuk

    mencitpakan hubungan baik di lingkungan oraganisasi takmir. Dalam

    menjalin komunikasi yang baik antartakmir untuk meningkatkan kinerja

    dakwah, diperlukan beberapa faktor penunjang, antara lain media

    komunikasi, pendekatan yang dilakukan, tujuan komunikasi, serta

    profesionalisme dalam berdakwah.

    4. Skripsi yang disusun oleh Amien Wibowo, dengan judul “Strategi

    Komunikasi Dakwah (Strategi Komunikasi Dakwah Majelis Dzikir Dan

    Sholawat JAMURO Surakarta 2015)”. Penelitian yang dilakukan fokus

    kepada penjelasan bagaimana strategi komunikasi dakwah islam

    JAMURO dalam mempertahankan dakwah islam tradisional, jenis

    penelitian ini ialah deskriptif kualitatif dengan teknik pengumpulan data

    berupa observasi, wawancara serta dokumentasi. Hasil penelitian

  • 13

    menujukan bahwa dalam strategi berdakwah harus memperhatikan

    beberpa aspek yaitu, penyusunan pesan, komunikator, penentuan

    khalayak, serta penggunaan media, target yang dituju ialah masyarakat

    khususnya umat islam.

    5. Skripsi karya Tuti Haryati Ningsih, dengan judul “Peran Takmir Masjid

    Dalam Meningkatkan Solidaritas Masyarakat Di Masjid Besar Syuhada

    Lamgugob Kecamatan Syiah Kuala Banda Aceh 2018”. Penelitian ini

    dilakukan berfokus tentang upaya-upaya apakah yang dilakukan takmir

    masjid dalam meningkatkan solidaritas masyarakat, penelitian ini

    bersifat kualitatif deskriptif, teknik yang digunakan dalam pengumpulan

    data melalui wawancara, observasi dan dokumentasi. Hasil penelitian

    menunjukan bahwa takmir masjid syuhada berperan dalam peningkatan

    solidaritas dan silaturahmi ke masyarakat melalui upaya-upaya kegiatan

    yang dilakukan yatu diskusi keagamaan, kegiatan bakti sosial, pengajian

    bagi anak-anak maupun orang dewasa, sehingga dapat menumbuhkan

    rasa kepedulian, kebersamaan antara jamaah dan masyarakat.

    Berdasarkan tinjauan pustaka tersebut terdapat persamaan dengan

    peneliti yaitu terletak pada takmir dan bagaimana rencana takmir dalam

    mengkatkan kinerja dan kualitas dakwah di masjid. Perbedaan dengan

    yang peneliti lakukan terletak pada strategi komunikasi antar takmir

    yang dilakukan dalam mengkatkan kualitas dan pengajian yang

    dilakukan pada ahad pagi dan lokasi yang diteliti sudah tentu berbeda.

  • 14

    B. Landasan Teori

    1. Strategi Komunikasi

    a. Pengertian Strategi

    Menurut Stephanie K. Marrus dalam buku Strategic

    Management In Action sebagaimana dikutip oleh Umar (2008:31).

    Strategi adalah suatu proses penentuan rencana para pemimpin yang

    berfokus pada tujuan jangka panjang untuk organisasi, disertai

    penyusunan suatu rencana maupun upaya bagaimana agar tujuan

    tersebut dapat dicapai. Kesimpulan yang dapat diambil menurut

    pengertian diatas bahwa strategi adalah proses pembentukan

    rencana, dengan susunan cara dan upaya untuk tercapainya tujuan.

    Strategi menurut Hamel dan Prahalad (1995) sebagaimana

    dikutip oleh Umar (2008: 31). Adalah tindakan yang bersifat

    incremental (selalu meningkat) terus-menerus, dan dilakukan

    berdasarkan sudut pandang tentang apa yang di inginkan para

    pelanggan dimasa depan. Menurut pengertian di atas dapat

    disimpulkan bahwa strategi adalah hal yang tidak mungkin untuk

    menggunakan metode yang sama terus menerus dan bisa ber ubah-

    ubah sesuai dengan tujuan yang diinginkan.

    Strategi adalah mencapai tujuan yang di inginkan dengan jalan

    menggunakan orang atau orang-orang lain untuk mendapatkan hasil

    yang menjadi tujuan atau dikehendaki. Arti dari strategi ataupun

    manajemen mungkin tampak sederhana, akan tetapi dibalik

  • 15

    kesederhanaan terdapat nilai dan manfaat yang penting. Rumusan

    yang diberikan oleh para pakar manajemen boleh saja berbeda akan

    tetapi isi dan gagasan praktiknya sama. Strategi adalah langkah awal

    dari proses dan hampir setiap orang maupun organisasi memiliki

    strategi (Suhardi, 2018: 40).

    Pengartian dalam bahasa inggris istilah manajemen diartikan

    sama dengan managing. Di Indonesia, kata manajemen

    diterjemahkan menjadi berbagai istilah, misalnya, kepengurusan,

    pengelolaan, ketatalaksanaan, kepemimpinan, pembimbingan,

    pembinaan, penyelenggaraan dan penanganan.

    Manajemen terdapat dalam setiap kegiatan yang dilakukan

    oleh manusia, baik dalam pekerjaan, sekolah dan rumah sakit,

    ataupun dalam kehidupan rumah tangga. Dalam Ensiklopedi

    Manajemen yang di kutip oleh (Suhardi, 2018: 23), menyatakan

    manajemen adalah segenap perbuatan menggerakan kelompok

    orang dan menggerakan fasilitas dalam suatu kerjasama untuk

    mencapai tujuan tertentu. Dapat disimpulkan menjadi manajemen

    adalah suatu proses atau usaha untuk mencapai tujuan tertentu

    dengan melibatkan orang-orang lain melalui kerjasama.

    Proses manajemen sebagaimana dikutip oleh Rokhmiyati

    (2018: 235) beberapa komponen pokok yang ditampilkan oleh

    seorang pimpinan, yaitu:

  • 16

    1) Perencanaan (Planning)

    Perencanaan ialah proses membuat strategi yang

    digunakan untuk mencapai tujuan dan mengembangkan rencana

    kerja organisasi.

    2) Pengorganisasian (Organizing)

    Pengorganisasian ialah proses kegiatan penyusunan

    struktur dalam organisasi maupun langkah untuk mengatur

    berbagai kegiatan.

    3) Pengarahan (Actuating)

    Pengarahan ialah proses mempengaruhi ataupun memberi

    motivasi kepada anggota organisasi dengan tujuan mencapai

    tujuan organisasi.

    4) Pengawasan (Controlling)

    Pengawasan ialah proses pengamatan yang dilakukan

    dalam menjalankan kegiatan menurut tujuan yang hendak

    dicapai

    b. Manajemen Dakwah

    Manajemen dakwah adalah pengelolaan dakwah secara

    efektif dan efisien melalui suatu organisasi secara bersama-sama

    secara terstruktur yang memiliki tujuan untuk diraih (Pimay, 2013:

    4). Manajemen dakwah diperlukan agar kerja-kerja dakwah

    dijalankan dengan model modern sebagaimana manajemen modern

    yang digunakan dalam bisnis saat ini. Adapun arti efisien dan

  • 17

    efektif dalam konteks manajemen yaitu kemampuan melakukan

    sesuatu dengan tepat, seperti hanya kemampuan manajer dalam

    mencapai hasil yang di inginkan dengan menggunakan tenaga kerja

    dan material. Adapun manajemen dakwah adalah manajemen yang

    berisi nilai-nilai keimanan yang motivasinya bukan dari

    keuntungan material, namun sebagai metode menjadikan kerja-

    kerja dakwah menjadi efektif (Pimay, 2013: 5).

    Tujuan tentunya dapat dicapai dengan manajemen dakwah

    untuk merumuskan rencana, strategi dan sebagainya untuk tujuan

    dakwah. Dengan manajemen dakwah, aktifitas dakwah akan

    diarahkan kepada pengelolaan dan pengawasan yang terstruktur

    sehingga dakwah tidak akan menimbulkan sesuatu yang tidak di

    inginkan dalam menjalankan kegiatan.

    c. Pengertian Komunikasi

    Menurut Sarah Trenholm dan Arthur Jensen (1994: 4)

    sebagaimana dikutip oleh Wiryanto (2004: 6). Mendifinisikan

    komunikasi sebagai “A process by which a source transmits a

    message to a receiver though some channel”. Komunikasi adalah

    suatu proses dimana sumber mengirimkan pesan kepada penerima

    melalui berbagai saluran. Dapat disimpulkan dari definisi di atas

    komunikasi adalah suatu bentuk mengirimkan pesan dari sumber

    kepada penerima menggunakan berbagai media seperti brosur,

    arisan, buku dan semacamnya.

  • 18

    Seorang pakar komunikasi Laurence D. Kincaid (1987)

    sebagaimana dikutip oleh Cangara (2014: 36). Mendifinisikan

    bahwa “Komunikasi adalah suatu proses dua orang atau lebih

    membentuk atau melakukan pertukaran informasi dengan satu sama

    lainya, yang pada giliranya akan tiba pada saling pengertian yang

    mendalam”.

    Menurut definisi di atas dapat diambil kesimpulan bahwa

    komunikasi merupakan suatu bentuk pertukaran pesan ataupun

    informasi kepada komunikan, yang mana dalam pertukaran pesan

    komunikator maupun komunikan saling memahami apa yang

    disampaikan.

    1. Unsur-unsur Komunikasi

    Komunikasi menurut Harold Laswell dalam karyanya

    sebagaimana dikutip oleh Effendy (2006: 20) menjelaskan

    komunikasi memiliki unsur-unsur sebagai jawaban dari

    pertanyaan yang diajukan yaitu, komunikator, pesan, media,

    komunikan dan efek.

    Berdasarkan paradigma Lasswell di atas, komunikasi

    adalah proses penyampaian pesan oleh komunikator kepada

    komunikan melalui media yang menimbulkan efek tertentu

    (Effendy, 2006: 10). Dalam paradigma di atas dapat

    disimpulkan bahwa komunikasi adalah proses timbal balik

    pesan antara komunikator dengan komunikan menggunakan

  • 19

    media tertentu dan menghasilkan efek tertentu. Dalam

    berkomunikasi tentu ada proses komunikasi, yaitu :

    a) Komunikator

    Komunikator adalah pihak yang menyampaikan atau

    mengirimkan pesan kepada penerima.

    b) Pesan

    Pesan adalah pernyataan atau isi yang disampaikan

    pengirim kepada penerima, pesan atau pernyataan bisa

    dalam bentuk lisan, tertulis maupun isyarat selama bisa

    dimengerti oleh penerima pesan.

    c) Media

    Media adalah alat yang digunakan untuk

    mengirimkan pesan dari komunikator kepada penerima.

    Media yang dimaksud ialah seperti surat kabar, internet,

    televisi dan sebagainya.

    d) Komunikan

    Komunikan ialah penerima pesan ataupun yang

    menjadi sasaran tujuan dalam penerima pesan.

    e) Efek

    Efek adalah apa yang dihasilkan sebelum dan setelah

    menerima pesan efek terjadi bisa melalui perubahan sikap,

    tingkkah laku, dan ilmu pengetahuan seseorang.

  • 20

    2. Bentuk-Bentuk Komunikasi

    Beberapa bentuk komunikasi menurut Rumanti (2002:

    88) dalam buku Dasar-Dasar Public Relation Teori dan

    Praktik, yaitu:

    a) Komunikasi intrapersonal

    Komunikasi intrapersonal ialah proses komunikasi dengan

    diri sendiri, proses yang dimaksud terjadi karena seseorang

    terlintas di dalam pikiranya baik peristiwa alam, pengalaman

    maupun benda.

    b) Komunikasi interpersonal

    Dibandingkan bentuk komunikasi lainya, komunikasi

    interpersonal lebih efektif dalam mengubah perilaku maupun

    sikap komunikan, karena efek yang dihasilkan dalam

    komunikasi akan langsung dapat dirasakan.

    c) Komunikasi Publik

    Komunikasi publik ialah proses komunikasi dimana seorang

    komunikator menyampaikan pesan secara langsung kepada

    khalayak yang besar (Rumanti, 2002: 88).

    d) Komunikasi melalui media massa

    Komunikasi massa ialah komunikasi melalui media massa,

    tepatnya adalah singkatan dari komunikasi media massa.

    Media massa adalah seperti radio, majalah, televisi atau surat

    (Effendy, 2006: 20). Dapat disimpulkan komunikasi yang

  • 21

    dilakukan melalui media massa, seperti koran, radio dan

    televisi yang ditunjukan untuk umum.

    3. Fungsi Komunikasi

    Fungsi adalah potensi yang dapat menunjang untuk

    mencapai tujuan tertentu, komunikasi sebagai fungsi yang dapat

    dimanfaatkan manusia untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.

    Secara klasik fungsi komunikasi yaitu:

    a) Memberi informasi

    b) Menghibur

    c) Mendidik

    d) Membentuk opini publik

    Harold D. Laswell, pakar komunikasi pernah berpendapat

    mengenai fungsi komunikasi. Dikatakannya bahwa dalam

    proses komunikasi ada 3 fungsi yaitu:

    a) Pengamatan terhadap lingkungan sekitar, pengetahuan

    ancaman dan kemungkinan yang mempengaruhi nilai-nilai

    di masyarakat dan bagiajn-bagian unsur di dalamnya.

    b) Korelasi unsur masyarakan ketika menghadapi lingkungan.

    c) Penyebaran warisan sosial, yaitu berperan sebagai

    pendidik, baik dalam lingkungan rumah tangganya atau

    sekolah, yang meneruskan warisan sosial pada keturunan

    selanjutnya (Effendy 2006: 27).

  • 22

    4. Dimensi Komunikasi

    Pada dasarnya komunikasi dapat dilihat dari beberapa

    dimensi, yaitu:

    a) Komunikasi sebagai proses

    b) Komunikasi sebagai simbol

    c) Komunikasi sebagai interaksi

    d) Komunikasi sebagai interaksi sosial

    e) Komunikasi sebagai sistem

    f) Komunikasi sebagai multidimensional

    Komunikasi sebagai proses adalah suatu kegiatan yang

    sedang berlangsung dengan semangat. Diartikan sebagai proses

    dimana suatu kegiatan dilakukan dan berjalan ke tujuan yang

    ingin dicapai.

    Komunikasi sebagai simbol adalah pesan yang

    disampaikan oleh pengirim melalui bentuk verbal maupun

    nonverbal. Proses pemberian makna pesan melalui nonverbal

    dipengaruhi oleh banyak faktor, seperti pengalaman, budaya

    suatu kelompok masyarakat. Misalnya simbol masyarakat suku

    A belum tentu sama artinya dengan makna simbol di suku B.

    Komunikasi sebagai interaksi adalah komunikasi antar

    manusia sudah pasti melibatkan orang lain. Dan sudah pasti

    terjadi tindakan maupun interaksi sesama pelaku komunikasi.

  • 23

    Komunikasi sebagai sistem di definisikan oleh

    Semprivivo (1982) sebagaimana dikutip oleh Cangara (2014:

    39). Sistem sebagai suatu aktivitas dimana semua komponen

    maupun unsur yang mendukung saling berinteraksi dan

    menghasilkan luaran. Jadi komunikasi sebagai sistem yang

    dimaksud adalah hubungan antar komponen atau unsur

    bergerak secara teratur dan tidak ada kesenjangan, seperti

    media ada karena pesan, Pesan ada karena komunikator.

    Komunikasi sebagai multi dimensional yaitu semua

    elemen saling mempengaruhi satu sama lain. Dapat disimpulkan

    seperti komunikator tidak hanya mempengaruhi pesan tapi juga

    dapat mempengaruhi penerima dan media juga dapat

    mempengaruhi bentuk pesan.

    5. Proses Komunikasi

    Proses komunikasi dibagi menjadi dua, yaitu proses

    komunikasi secara primer dan proses komunikasi secara

    skunder.

    a) Proses komunikasi secara primer ialah suatu proses

    penyampaian pikiran dan perasaan seseorang kepada orang

    lain dengan menggunakan simbol atau lambang sebagai

    media untuk berkomunikasi.

    b) Proses komunikasi secara sekunder ialah suatu proses

    penyampaian pikiran atau informasi oleh seseorang kepada

  • 24

    orang lain dengan menggunakan alat dan juga sarana

    sebagai media kedua berkomunikasi setelah meggunakan

    lambang pada media pertama (Effendy, 2006: 11).

    6. Gangguan (Rintangan) Komunikasi

    Komunikasi jika dilihat dari dimensi merupakan suatu

    sistem, makan hambatan dalam berkomunikasi bisa terjadi pada

    semua unsur maupun elemen yang ada di dalamnya, termasuk

    faktor lingkungan dimana komunikasi itu terjadi, menurut

    Shannon dan Weaver (1949) sebagaimana dikutip oleh Cangara

    (2014: 40), gangguan komunikasi dapat terjadi jika terdapat

    campur tangan terhadap salah satu komponen komunikasi,

    sehingga proses komunikasi tidak dapat berjalan secara efektif.

    Meskipun gangguna dan rintangan komunikasi dapat

    dibedakan, tetapi rintangan komunikasi dapat disebabkan oleh

    gangguan. Gangguan dan rintangan komunikasi dibedakan

    menjadi delapan macam yaitu:

    a) Gangguan teknis

    b) Gangguan semantik

    c) Gangguan psikologis

    d) Rintangan fisik dan organik

    e) Rintangan status

    f) Rintangan kerangka berfikir

    g) Rintangan budaya

  • 25

    h) Rintangan birokrasi

    Gangguan teknis terjadi jika ada alat yang digunakan

    dalam berkomunikasi mengalami masalah, sehingga pesan

    maupun informasi yang dikirimkan mengalami kerusakan.

    Misalnya gangguan pada stasiun TV, radio dan jaringan telefon

    suaranya tidak jelas maupun tidak tersampaikan.

    Gangguan semantik merupakan gangguan komunikasi

    yang disebabkan oleh kesalahan bahasa yang digunakan

    (Cangara, 2014: 40). Gangguan semantik sering juga terjadi

    karena:

    1) Kata-kata yang digunakan banyak menggunakan bahasa

    asing sehingga masyarakat sulit untuk memahami.

    2) Bahasa yang digunakan komunikator berbeda dengan bahas

    ayang digunakan oleh komunikan.

    3) Struktur bahasa yang digunakan tidak tertata sehingga

    membingungkan komunikan.

    4) Latar belakang budaya sehingga berbeda persepsi dalam

    mengartikan simbol-simbol bahasa yang digunakan.

    Gangguan psikologis adalah gangguan yang terjadi

    karena adanya masalah yang timbul dalam diri individu. Seperti

    gangguan kejiwaan ataupun sedang berduka, sehingga

    pengiriman maupun penerimaan informasi tidak ditangkap

    dengan sempurna.

  • 26

    Rintangan fisik adalah rintangan yang disebabkan oleh

    letak geografis, seperti tempatnya terpencil dan sulit dijangkau

    sehingga sulit dicapai. Dalam rintangan antar manusia

    disebabkan karena adanya gangguan fisik, seperti tuli, bisu atau

    buta.

    Rintangan status adalah rintangan yang disebabkan oleh

    jarak sosial antara pelaku komunikasi. Contohnya perbedaan

    status antara senior dan junior. Rintangan jarak seperti ini

    biasanya karena faktor yang sudah membudaya pada

    masyarakat, yakni harus hormat pada senior.

    Rintangan kerangka berfikir adalah rintangan yang

    disebabkan oleh adanya perbedaaan persepsi antara

    komunikator dengan komunikan, disebabkan karena faktor

    pendidikan dan pengalaman yang berbeda.

    Rintangan budaya adalah rintangan yang terjadi karena

    perbedaan norma, kebiasaan yang diikuti oleh pelaku

    komunikasi.

    Rintangan birokrasi adalah terhambatnya proses

    komunikasi yang disebabkan oleh struktur organisasi, sering

    terjadi dalam struktur organisasi maupun perusahaan dalam

    penyampaian pesan dari pimpinan ke karyawan, pesan tidak

    sampai karena proses penyampaianya melalui jenjang birokrasi

    yang panjang.

  • 27

    d. Pengertian Strategi Komunikasi

    Strategi komunikasi merupakan panduan-panduan dari

    perencanaan komunikasi (communication planning) dan suatu

    bentuk manajemen (communications management) untuk mencapai

    suatu tujuan. Untuk mencapai tujuan tersebut strategi komunikasi

    dapat menunjukan bagaimana operasionalnya secara taktis harus

    dilakukan, dalam arti kata bahwa pendekatan (approach) bisa

    berbeda sewaktu-waktu tergantung dari situasi dan kondisi

    (Effendy, 2006:84).

    Edi Suryadi dalam bukunya Strategi Komunikasi

    menyatakan bahwa “Sesungguhnya suatu strategi adalah sebuah

    perencanaan komunikasi yang ada didalamnya, tentunya ketika

    direncanakan akan terlihat sumber pesan, proses pengolahan pesan,

    dan bagaimana pesan digunakan dalam proses komunikasi”. Jadi

    merumuskan strategi komunikasi berarti juga memperhitungkan

    kondisi dan situasi (ruang dan waktu) yang dihadapi dan yang akan

    mungkin dihadapi di masa depan untuk mencapai efektivitas.

    (Suryadi, 2018: 10).

    Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa strategi

    komunikasi lebih berfokus kepada upaya mengemas pesan untuk

    dapat dikomunikasikan secara lebih efektif.

    1. Fungsi Strategi Komunikasi

  • 28

    Fungsi strategi komunikasi adalah sebagai penyebaran

    informasi dalam penerapanya untuk membuat khalayak menjadi

    mengerti terhadap suatu permasalahan ataupun pesan.

    Fungsinya juga sebagai memberikan pemahaman ataupun

    pengetahuan dengan tujuan merubah sikap, perilaku dan fikiran

    orang lain. Dalam proses yang dilakukanya dapat mempengaruhi

    orang lain.

    Tujuan sentral strategi komunikasi menurut R. Wayne

    Pace, Brent D Peterson, dan M. Dallas Burnett dalam bukunya,

    Techniques for Effective Communication sebagaimana dikutip

    oleh (Effendy, 2006: 32), menyatakan bahwa tujuan sentral

    kegiatan komunikasi terdiri atas tiga tujuan utama, yaitu, to

    secure understanding, to establish acceptance, to motivate

    action.

    Pertama adalah to secure understanding, memastikan

    bahwa komunikan mengerti pesan yang diterimanya. Andai kata

    ia sudah dapat mengerti dan menerima, maka penerimaan itu

    harus dibina (to establish acceptance). Pada akhirnya kegiatan

    dimotivasikan (to motivate action).

    2. Strategi Komunikasi Takmir Masjid

    Strategi komunikasi dimaknai menurut para ahli tentu

    sudah banyak, tetapi dalam praktiknya dalam menjalankan

    strategi tidaklah sederhana sebagaimana banyak yang

  • 29

    didefinisikan melalui pengertian-pengertian yang tertulis. Dari

    sejumlah praktik komunikasi yang dilakukan oleh pelaku

    komunikasi sudah berkembang (Suryadi, 2018: 6). Dengan

    demikian makna dari strategi komunikasi akan berhadapan

    dengan kenyataan tentang apa dan bagaimana aktivitas yang

    dilakukan mampu efektif dalam mewujudkan ide dan pemikiran

    mampu diketahui dan dipahami oleh pelaku komunikasi. Seperti

    halnya peran ketua takmir dalam menjalankan kegiatan tentu

    memiliki komunikasi dengan anggota, dan upaya mengemas

    pesan agar diketahui dan mudah dipahami oleh anggota

    organisasi.

    2. Takmir Masjid

    a. Definisi Takmir

    Takmir masjid adalah organisasi yang mengurus seluruh

    kegiatan yang berkaitan dengan masjid, baik dalam membangun,

    memelihara maupun memakmurkanya termasuk usaha-usaha

    pembinaan remaja masjid sebagai wadah aktivitas bagi remaja

    muslim. Dengan adanya remaja masjid tugas pembinaan remaja

    muslim akan menjadi lebih ringan. Pengurus takmir masjid,

    melalui bidang pembinaan remaja masjid, tinggal memberi

    kesempatan dan arahan kepada remaja masjid untuk tumbuh dan

    berkembang, serta mampu beraktivitas sesuai dengan nilai-nilai

    Islam Siswanto (2005: 56-57). Dalam paragraf diatas dijelaskan

  • 30

    bahwa takmir masjid adalah organisasi yang bertugas untuk

    mengatur kegiatan di masjid, tidak hanya merawat masjid tapi juga

    berperan penuh dengan kelangsungan dakwah yang dilakukan,

    akan tetapi lebih baik jika memafaatkan remaja masjid untuk

    membatu dalam kegiatan yang dilakukan takmir maupun kegiatan

    masjid, dengan memberi arahan dan pelatihan remaja masjid sudah

    pasti akan sangan berberan dan mampu mengembangkan ide-ide

    kreatif dalam melakukan nilai-nilai keislaman di dalam suatu

    kegiatan. Kegiatan yang dilaksanakan takmir masjid, yaitu:

    1) Memelihara Masjid

    Masjid merupakan rumah Allah dan perlu dirawat dan

    dipelihara dengan baik, peralatan dan bangunan harus dijaga

    agar tidak rusak, kotor ataupun hilang. Jikapun ada kerusakan

    pada alat harus segera diperbaiki ataupun dicarikan pengganti.

    2) Mengatur Kegiatan

    Setiap kegiatan maupun acar yang dilakukan di masjid

    menjadi tanggung jawab pengurus masjid dan mengaturnya.

    Untuk sholat jum’at pengurus masjid juga yang mengatur

    siapa khatib dan siapa imamnya, begitu pula dengan kegiatan

    cemarah dan pengajian umum, takmir masjid harus mengerti

    tata cara berorganisasi, merencanakan maupun

    mengaturkegiatan agar dapat berjalan sesuai dengan keinginan

    dan terarah.

  • 31

    b. Definisi Masjid

    Masjid adalah rumah Allah, tempat orang berkumpul dan

    melakukan salat secara berjamaah, dengan tujuan meningkatkan

    solidaritas dan silaturahmi di kalangan kaum muslimin. Jadi masjid

    adalah tempat atau sarana bersosialisasi dan tempat menjaga

    silaturahmi bagi umat muslim. Karena sejatinya masjid merupakan

    tempat ibadah serta berkumpulnya umat muslim dalam melakukan

    berbagai kegiatan rohani maupun kegiatan sosial. Dengan

    demikian fungsi masjid sejatinya tempat beribadah tapi juga

    berperan penting bagi umat muslim sebagai tempat belajar dan

    tempat menjalin silaturahmi.

    c. Sejarah Masjid

    Masjid berasal dari kata berbahasa arab yang artinya tempat

    sujud atau menyembah Allah SWT. Setiap muslim diperbolehkan

    sholat dimanapun di bumi ini, kecuali di tempat-tempat yang najis

    seperti kamar mandi dan menurus syariat agama islam tidak pantas

    dijadikan tempat shalat.

    Dimasa Nabi Muhammad SAW, ataupun setelahnya masjid

    menjadi pusat kegiatan kaum muslimin, mencangkup kegiatan

    pemerintahan sosisal, budaya, ekonomi, politik semua kegiatan itu

    dilakukan di masjid. Masjid juga digunakan sebagai tempat diskusi

    dan memperdalam ilmu pengetahuan agama islam maupun ilmu

    pengetahuan umum. Jikapun tidak ada kewajiban shalat dalam

  • 32

    islam, pastinya tidak ada yang namanya masjid. Memang shalat

    sudah di syariatkan pada awal kelahiran islam, dua di pagi hari dan

    dua di sore hari. Penetapan shalat menjadi lima waktu seperti

    sekarang baru disyariatkan ketika Nabi SAW hijrah dari Mekah ke

    Madinah, sampai saat itu shalat dilakukan di rumah-rumah, karena

    pada saat itu kedudukan islam masih lemah, tantangan berdakwah

    di mekah begitu ganasnya pada saat itu, Nampak belum siap

    menerima ajaran Nabi SAW, walau telah berdakwah selama 13

    tahun (Muslim, 2004: 107).

    d. Pengelolaan Masjid

    Salah satu kelemahan umat islam dimasa sekarang dalam

    pembinaan masjid ialah tentang pengelolaan masjid, terutama di

    pedesaan, pada umunya kepengurusan masjid di desa-desa

    berpusat di satu tangan ulama daerah tersebut. Pekerjaanya juga

    merangkap sebagai imam, penyelenggara jenazah, khatib, amil dan

    lain-lain. Jika umat islam tidak ingin ketinggalan jaman, keadaan

    seperti diatas harus segera ditangani, jika ingin terwujudnya masjid

    sebagai pusat kegiatan umat islam dalam mencerdaskan umat.

    Perbaikan dalam pengelolaan masjid adalah dengan

    memanajemen peran dari setiap individu di dalam organisasi.

    Dengan menetapkan siapa yang menjadi muazin yang lain menjadi

    khatib merupakan suatu awal yang baik untuk pembentukan

    pengurus masjid. Organisasi tersebut biasa ada di sekitar kita

  • 33

    dengan nama takmir masjid, dengan perbaikan di setiap personel

    dalam pengelolaan masjid sebab sebagai pengurus masjid akan

    dipaksa untuk melakukan dan mencatat setiap kegiatan atau

    perkara yang ada di masjid. Tentunya masjid memerlukan

    keterangan dan penjelasan yang serba terbuka dan tertulis tentang:

    a) Barang inventaris dan kekayaan masjid.

    b) Catatan tentang perpustakaan masjid.

    c) Catatan tentang pernikahan, khitan dan kematian.

    d) Catatan lainya sesuai dengan kondisi sesuai lingkungan

    masjid.

    Untuk membentuk kepengurusan yang baik dibutuhkan

    sumber daya manusia yang berkualitas baik dari segi iman, ilmu

    maupun kesholehan. Dalam melakukannya dibutuhan perencanaan

    dan pengkaderan agar bisa terwujud. Adapun supaya terwujud

    perlu adanya sebuah takmir masjid dengan manajemen yang yang

    baik dalam mengelola dan memakmurkan masjid. Dengan

    manajemen yang baik akan membantu takmir dalam

    merencanakan, melaksanakan dan mengevaluasi setiap kegiatan.

    Manajemen adalah mencapai tujuan yang di kehendaki dengan cara

    menggunakan orang atau orang-orang lain bekerja guna

    mendapatkan hasil yang di cita-citakan atau di kehendaki.

    Tugas dan tanggung jawab sebagai takmir adalah sebagai

    berikut:

  • 34

    a) Ketua

    1) Memimpin dan membimbing pengurus dan anggota

    dalam melakukan kegiatan.

    2) Mewakili organisasi internal dan external.

    3) Melaksanakan program dan mengamankan kebijakan

    program sesuai dengan aturan yang berlaku.

    4) Menandatangani surat-surat penting, nota keuangan,

    peminjaman alat.

    5) Mengatasi segala masalah yang ada di organisasi.

    6) Melakukan evaluasi terhadap semua kegiatan yang

    dilakukan kepada jamaah.

    b) Sekretaris

    1) Mewakili ketua jika tidak dapat menghadiri suatu acara

    atau tempat.

    2) Memberikan pelayanan administrative.

    3) Membuat dan menyampaikan surat undangan.

    4) Mencatat hasil rapat.

    5) Mengerjakan seluruh pekerjaan secretariat seperti:

    a) Membuat surat dan mengarsipkanya.

    b) Membuat laporan organisasi.

    c) Membuat daftar hadir di setiap kegiatan.

    6) Mempertanggungjawabkan dan melaporkan pelaksanaan

    tugasnya kepada ketua.

  • 35

    d) Bendahara

    1) Memegang dan menjaga uang, barang inventaris maupun

    tagihan.

    2) Mengatur rencana anggaran belanja masjid.

    3) Mencatat dan membukukan keuangan dan inventaris.

    4) Membuat laporan keuangan maupun pembangunan secara

    rutin.

    5) Melaporkan dan mempertanggungjawabkan pelaksanaan

    tugasnya kepada ketua.

    e) Seksi Kegiatan Dakwah

    Merencanakan dan mengatur kegiatan pendidikan dan

    dakwah meliputi:

    1) Peringatan hari-hari besar umat islam.

    2) Kegiatan pengajian dan majelis ta’lim.

    3) Jadwal imam, khatib dan muazin sholat jum’at.

    4) Shalat Indul Fitri dan Idul Adha.

    5) Mengkoordinir kegiatan sholat jum’at.

    f) Seksi Pembangunan, Pemeliharaan dan Kebersihan

    1) Merencanakan, mengatur kegiatan pembangunan dan

    pemeliharaan masjid meliputi.

    a) Membuat dan melaksanakan pembangunan beserta

    rencana anggaran dan penggambaran bangunanya.

  • 36

    b) Membuat program pembangunan dan rehabilitasi

    masjid.

    2) Mengatur kebersihan, penataan dan kenyamanan di area

    masjid meliputi.

    a) Memelihara semua sarana dan prasarana di masjid.

    b) Melaksanakan dan mempertanggungjawabkan

    tugasnya kepada ketua.

    g) Seksi Peralatan dan Perlengkapan

    1) Merencanakan dan mengatur peralatan dan perlengkapan

    yang meliputi:

    a) Menyiapkan pengadaaan barang untuk mkelancaran

    kegiatan di masjid.

    b) Mendata barang masuk, rusak dan hilang dan

    merencanakan pengadaan barang atau alat yang

    hilang untuk menggantinya.

    c) Mengatur dan melengkapi sarana dan prasarana

    pendukung di masjid.

    2) Melaporkan dan mempertanggungjawabkan tugasnya

    kepada ketua.

    e) Seksi Sosial Masyarakat

    1) Merencanakan, mengatur dan melaksanakan kegiatan

    sosial masyarakat yang meliputi:

  • 37

    a) Santunan kepada anak yatim dan orang yang tidak

    mampu.

    b) Pernikahan.

    c) Kematian.

    d) Qurban dan Akikah.

    e) Khitanan massal.

    2) Melakukan koordinasi dengan tokoh masyarakat sekitar,

    RT, RW dalam pelaksanaan tugas.

    3) Melaporkan dan mempertanggungjawabkan tugasnya

    kepada ketua.

    f) Pembantu Umum

    Membantu kegiatan yang dilakukan oleh pengurus

    masjid meliputi:

    1) Menyampaikan undangan.

    2) Mengumpulkan amal jariyah, infak dan zakat.

    3) Mengajak warga untuk mengisi dan memakmurkan

    masjid.

    4) Sebagai penguhubung antara jamaah dan organisasi

    maupun masyarakat.

    e. Fungsi Masjid

    Fungsi masjid ada beberapa macam, sebagai tempat ibadah

    umat muslim, madrasah, majelis ta’lim, bahkan masjid juga

    mempunyai fungsi sosial, ekonomi serta politik. Sehingga dalam

  • 38

    merancang masjid harus disesuaikan dengan fungsi bangunan itu

    untuk kemakmuran umat muslim. Dalam buku Masjid dan

    Perwakafan sebagaimana dikutip oleh Nandang & Wawan (2017:

    27-33), fungsi masjid yaitu:

    a) Tempat Beribadah Umat Islam

    Tujuan dan fungsi masjid ialah untuk beribadah umat

    islam kepada Allah Swt, ibadah yang dimaksud seperti tadarus

    al-Qur’an, shalat, dan dzikir.

    b) Taklim dan Madrasah

    Fungsi masjid juga dapat dimaksimalkan menjadi

    tempat belajar madrasah dan majelis taklim. Madrasah adalah

    tempat untuk belajar, baik membuat bangunan khusus untuk

    belajar atau di dalam masjid. Majelis ta’lim pada hakikatnya

    ialah membuat pertemuan dan khusus untuk proses belajar

    atau menimba ilmu.

    c) Kejayaan Umat Islam

    Di berbagai tempat, masjid seringkali menjadi ikon atau

    indikator kejayaan umat Islam. Seperti Masjid Agung

    Semarang yang hampir semua orang mengetahui.

    d) Mihrab

    Mihrab berasal dari bahasa Arab yang artinya

    memerangi, menurut ahli bahasa kata mihrab dikaitkan dengan

  • 39

    masjid adalah tempat imam melakukan shalat dengan khusuk

    dalam memerangi setan yang mengganggunya.

    e) Mimbar

    Mimbar merupakan bagian tak bisa lepas dari masjid.

    Ketika pembangunan, Masjid dapat dikatakan selesai jika atau

    telah dapat dimanfaatkan fungsinya, maka mimbar harus

    sudah ada, terutama untuk salat Jum’at ada syariat duduk di

    antara dua khutbah, jadi mimbar tidak hanya dibuat bagus

    namun juga memiliki seni, tetapi juga sesuai dengan fungsi

    semestinya.

    3. Kualitas dan Kuantitas

    a. Definisi Kualitas

    Kualitas adalah ukuran seberapa dekat suatu barang atau jasa

    sesuai dengan standar tertentu. Standar mungkin berkaitan dengan

    waktu, bahan, kinerja, keandalan atau karakteristik (Marimin,

    2004: 31). Dapat disimpulkan menurut definisi diatas bahwa

    kualitas merupakan tolak ukur suatu barang atau jasa dengan

    standar yang yang telah ditentukan menjadikan nilai barang

    tersebut dipandang baik oleh konsumen yang tentu saja nilai dari

    suatu kualitas itu terus-menerus memerlukan proses perbaikan.

    Meningkatkan kualitas menjadi aspek penting dalam

    melaksanakan suatu kegiatan, melaksanakan bisnis dan dalam

    implementasinya harus memaksimalkan kualitas pelayanan,

  • 40

    barang, proses maupun lingkungan. Menurut Goetsch dan Davis

    (1995) sebagaimana dikutip oleh Ariani (2014: 10). Dalam

    meningkatkan kualitas harus menggunakan pendekatan, yaitu:

    1) Berfokus pada pelanggan. Baik pelanggan internal maupun

    eksternal.

    2) Tujuan awalnya adalah kualitas.

    3) Menggunakan pendekatan ilmiah dalam mengambil keputusan

    dan penyelesaian masalah.

    4) Memiliki komitmen jangka panjang terhadap kualitas.

    5) Mengadakan kerjasama tim.

    6) Mengadakan evaluasi dan perbaikan secara terus menerus dan

    tindakan.

    7) Melakukan pendidikan dan pelatihan.

    8) Adanya keseragaman tujuan.

    9) Keterlibatan seluruh karyawan maupun personil organisasi.

    Prinsip penjamin suatu kualitas dalam buku “Radical

    Project Manajemen” (Thomseh, 2006: 122), yaitu:

    1) Orang-orang yang menghasilkan produk, jasa maupun system

    bertanggung jawab atas kualitas.

    2) Penjamin kualitas dan teknik manajemen ditentukan oleh tim.

    3) Kualitas bukan untuk diperiksa tetapi untuk dibangun.

    4) Kualitas dimulai dari manajemen senior.

    5) Kualitas harus terbentuk sangat rinci.

  • 41

    6) Perbaikan kualitas dimulai dari perubahan-perubahan yang

    kecil.

    7) Perbaikan kualitas membutuhkan sumberdaya dan biaya yang

    tidak sedikit yang kemudian akan terbayar dalam waktu lama.

    8) Kualitas memperbaiki poruduktifitas dan semangat kerja.

    b. Definisi Kuantitas

    Menurut Cormick dan Tiffin (1980) sebagaimana dikutip

    oleh Sutrisno (2019: 123). Kinerja merupakan kuantitas dan waktu

    yang digunakan untuk menjalankan tugas. Kuantitas adalah hasil

    yang dapat dihitung sejauh mana sesorang dapat berhasil mencapai

    tujuan yang telah ditetapkan. Dan kuantitas adalah bagaimana

    seseorang menjalankan tugasnya, mengenai kedisiplinan,

    ketepatan dan banyaknya kesalahan yang dibuat. Waktu kerja

    adalah mengenai keterlambatan, jumlah absen dan lama kerja yang

    telah dijalani.

    Menurut definisi di atas disimpulkan bahwa kuantitas

    merupakan sejauh mana seseorang bisa mencapai tujuan yang telah

    direncanakan dan dapat dihitung. Penelitian kuantitas yang

    dimaksud peneliti di sini ialah tentang manajemen acara meliputi

    efektifkah dalam berkomunikasi, seberapa banyak membuat

    kesalahan dan jumlah jamaah yang mengikuti pengajian dari awal

    sampai akhir apakah jumlahnya tetap ataupun tidak tetap.

  • 42

    4. Pengajian

    a. Definisi Pengajian

    Pengajian adalah salah satu definisi dari dakwah yang berarti

    ajakan atau seruan. Dalam karya Omar (1992) sebagaimana dikutip

    oleh Wisri (2013: 121), menjelaskan definisi dakwah yaitu

    penerangan, penyiaran, pendidikan, pengajaran dan indoktrinasi.

    1) Penerangan adalah memepunyai suatu tujuan untuk memberi

    pengertian kepada orang lain tentang suatu hal.

    2) Penyiaran merupakan salah satu bagian dari dakwah, atau

    salah satu cara pelaksanaanya. Penyiaran biasa digunakan

    untuk menjelaskan pokok-pokok permasalahan yang sudah

    ada, dan bisa digunakan untuk menyiarkan pokok

    permasalahan yang tidak ada maupun yang sudah ada

    penjelasan.

    3) Pendidikan dan pengajaran adalah satu bagian dalam

    berdakwah, pendidikan lebih banyak ditekankan kepada

    khalayak atau orang untuk bersikap sebagaimana yang

    dimaksud pendidik.

    4) Indoktrinasi berasal dari kata “doktrine” yang berarti ajaran,

    indoktrinasi artinya memberikan ajaran dan menjadi pedoman

    bagi orang yang menerima doktrin untuk bertindak.

  • 43

    b. Bentuk-bentuk Dakwah

    1) Dakwah bi al-Lisan (Ceramah)

    Model dakwah bil-lisan sangat populer dikalangan

    masyarakat biasanya dalam bentuk ceramah, khutbah jum’at,

    dan ceramah pagi. Bentuk dakwah ini menggunakan metode

    ceramah yang sederhana dan simpel, sehingga mudah di

    pahami oleh masyarakat.

    2) Dakwah bi al-Qalam (Tulisan)

    Dakwah bil-Qalam adalah cara penyampainyanya

    melalui tulisan. Metode ini lebih sulit dilakukan oleh para da’i

    terkecuali yang sudah terbiasa melakukan dengan metode ini.

    Dakwah ini menggunakan media surat kabar, majalah, jurnal

    dan sebagainya.

    3) Dakwah bi al-Hal (Tindakan)

    Merupakan bentuk dakwah dengan cara menerapkan

    ajaran-ajaran yang disampaikan secara lisan dan tulisan dalam

    bentuk tindakan atau perbuatan. Dakwah dalam bentuk ini

    lebih mengutamakan penerapan pada ajaran-ajaran agama

    dalam kehidupan sehari-hari. Seperti membantu orang lain,

    rajin dalam beribadah sunah maupun wajib.

    c. Fungsi Pengajian

    Pengajian atau biasa disebut dengan majelis ta’lim umumnya

    berisi tentang ceramah maupun khutbah-khutbah keagamaan

  • 44

    Islam. Tetapi dalam perkembanganya majelis taklim sering

    digunakan sebagai wadah untuk membahas ilmu sosial, hukum dan

    sebagainya, termasuk faktor lingkungan yang mempengaruhi.

    Dra. Hj. Tutty Alawiyah AS dalam bukunya “Strategi

    Dakwah Di Lingkungan Majelis Taklim” sebagaimana dikuto oleh

    (Anwar, 2015: 83). merumuskan fungsi pengajian, yaitu:

    1) Berfungsi sebagai tempat belajar, maka tujuan dari pengajian

    adalah menambah ilmu dan menambah keyakinan agama.

    2) Berfungsi sebagai kontak sosial, maka tujuannya ialah untuk

    bersilaturahmi.

    3) Berfungsi untuk meningkatkan minat sosial, maka tujuanya

    ialah untuk meningkatkan kesejahteraan dan kesadaran di

    lingkungan jama’ahnya.

    d. Keutamaan Menghadiri Pengajian

    Ada lima keutamaan menghadiri pengajian, yaiu:

    1) Dimudahkanya jalan menuju surga

    Seseorang yang keluar dari rumah untuk pergi ke masjid

    untuk menuntut ilmu agama, maka seseorang itu sedang

    menempuh jalan untuk menuntut ilmu. Nabi Muhammad Saw

    pernah bersabda:

    به طريقًا ِمن ُطُرِق َمن سلَك طريقًا يطلُُب فيه ِعْلًما، سلَك اللهُ

    الَجناةِ

  • 45

    “Barangsiapa menempuh jalan menuntut ilmu, maka

    Allah akan memudahkan jalannya untuk menuju surga”

    (HR. At Tirmidzi no. 2682, Abu Daud no. 3641,

    dishahihkan Al Albani dalam Shahih Abu Daud).

    2) Mendapat ketenangan dan rahmat para malaikat

    Orang yang mempelajari alqur’an disebut oleh Nabi

    Muhammad SAW akan mendapatkan rahmat serta ketenangan

    dari malaikat, Nabi pernah bersabda:

    َوَما اْجتََمَع قَْوم فِى بَْيٍت ِمْن بُيُوِت اللاِه يَتْلُوَن ِكتَاَب اللاِه

    ْحَمةُ َويَتَدَاَرُسونَهُ بَْينَُهْم إَِّلا نََزلَْت َعلَْيِهُم الساِكينَةُ َوَغِشيَتُْهُم الرا

    َوَحفاتُْهُم اْلَمَلَئَِكةُ َوذََكَرُهُم اللاهُ فِيَمْن ِعْندَه

    “Tidaklah suatu kaum berkumpul di salah satu rumah

    dari rumah-rumah Allah (masjid) membaca Kitabullah

    dan saling mempelajarinya, melainkan akan turun

    kepada mereka sakinah (ketenangan), mereka akan

    dinaungi rahmat, mereka akan dilingkupi para

    malaikat dan Allah akan menyebut-nyebut mereka di

    sisi para makhluk yang dimuliakan di sisi-Nya” (HR.

    Muslim no. 2699).

    3) Merupakan jihad fi sabililah

    Orang yang berangkat ke masjid untuk menimba ilmu

    akan dianggap jihad fi sabilillah. Karena niatnya sama dengan

    orang yang sedang menuntut ilmu.

    4) Dicatat sebagai orang shalat hingga kembali kerumah

    Jika seseorang datang ke masjid untuk sholat dan setelah

    sholat ada pengajian dan orang itu mengikuti pengajian hingga

  • 46

    selesai, maka selama berada di pengajian tersebut dicatat

    sedang shalat hingga kembali ke rumah.

    5) Dicatat amalnya di ‘Illiyyin

    Jika seseorang dating ke masjid dan berniat untuk shalat,

    kemudian setelah shalat ada pengajian hingga sampai waktu

    sholat selanjutnya, maka dicatatlah amalan kebaikan yang ia

    lakukan di masjid, di ‘Illiyyin (catatan di ‘Illiyyin adalah

    catatan amalan yang tidak akan dibuka hingga hari kiamat, dan

    tidak akan berkurang sedikitpun).

  • 47

    BAB III

    METODE PENELITIAN

    A. Jenis Penelitian

    Penelitian ini merpakan penelitian kualitatif yaitu penelitian yang

    menekankan pada aspek suatu pemahaman secara mendalam terhadap suatu

    masalah daripada melihat permasalahan untuk penelitian generalisasi

    dengan menggunakan deskriptif analisis, adapun bentuk penelitianya

    berbentuk peneliti deskriptif karena bentuk penelitian ini memungkinkan

    peneliti untuk menggambarkan obyek penelitian secara deskriptif yang ada

    di lapangan.

    Penelitian kualitatif mengkaji perspektif partisipan dengan multi

    strategi. Strategi-strategi yang bersifat interaktif, seperti observasi langsung,

    observasi partisipan, wawancara mendalam, dokumen-dokumen, teknik-

    teknik perlengkapan seperti foto, rekaman, dan lain-lain (Luthfiyah, 2017:

    95).

    Penulis menggunakan metode kualitatif dengan tujuan mendapat data

    dan landasan teori yang sesuai fakta, penulis dapat berinteraksi langsung

    dalam penelitian dan merasakan apa yang mereka alami dalam kegiatan

    masyarakat, mempelajari kelompok-kelompok serta pengalaman yang

    penulis belum ketahui, yang terakhir ialah penelititian yang dilakukan dapat

    lebih subyektif dan sangat efektif dalam mencari tanggapan karena bertemu

    langsung dengan informan.

  • 48

    B. Lokasi dan Waktu Penelitian

    Lokasi penelitian ini dilaksanakan di Masjid al-Mujahidin yang

    berlokasi di Ambarawa, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah. Pada tanggal

    14 Juli sampai 21 Juli 2019.

    C. Sumber Data

    Sumber data yaitu dari mana data itu diperoleh sehingga peneliti

    memperoleh sumber data yang menurut peneliti berhubungan langsung dan

    megetahui dengan yang diteliti.

    Subjek penelitian dan informan yang diteliti untuk mendapatkan

    sumber data primer adalah:

    1. Takmir Masjid Al-Mujahidin Ambarawa

    2. Jamaah pengajian di Masjid Al-Mujahidin Ambarawa

    3. Masyarakat di sekitar Masjid al-Mujahidin

    Subjek penelitian yang diteliti untuk mendapatkan sumber data

    skunder adalah:

    1. Dokumen tentang Masjid al-Mujahidin Ambarawa

    2. Catatan dan arsip di Masjid al-Mujahidin Ambarawa

    D. Prosedur Pengumpulan Data

    Prosedur pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini

    adalah Observasi, Interview (Wawancara) dan Dokumentasi.

    1. Observasi

    Obervasi atau yang disebut pula dengan pengamatan, meliputi

    kegiatan pemusatan perhatian terhadap sesuatu objek dengan

  • 49

    menggunakan seluruh alat indra (Arikunto, 2010: 199). Observasi

    dilakukan untuk mendapatkan data yang belum diperoleh saat

    wawancara dan dokumentasi.

    2. Interview (Wawancara)

    Interview yang sering juga disebut dengan wawancara atau

    kuisioner lisan, adalah sebuah dialog yang dilakukan oleh pewawancara

    (interviewer) untuk memperoleh informasi dari terwawancara.

    Interview digunakan oleh peneliti untuk menilai keadaan seseorang,

    misalnya untuk mencari data tentang variabel latar belakang murid,

    orang tua, pendidikan, perhatian, sikap terhadap sesuatu (Arikunto,

    2010: 198). Dari hasil wawancara ini diharapkan penulis dapat

    memperoleh data yang diperlukan yang berkaitan dengan strategi

    komunikasi takmir masjid dalam meningkatkan kualitas dan kuatitas

    pengajian serta faktor pendukung dan penghambat dalam

    meningkatkan kualitas dan kuantitas pengajian rutin ahad pagi di

    Masjid al-Mujahidin Ambarawa.

    Penelitian ini menggunakan interview bebas terpimpin, yaitu

    dalam melaksanakan interview pewawancara membawa pedoman yang

    hanya merupakan garis besar tentang hal-hal yang akan ditanyakan

    (Arikunto, 2010: 1996). Dimana pewawancara dalam melakukan

    wawancara berpegang pada pedoman yang telah disusun sebelumnya

    dan mengajukan pertanyaan yang dijawab oleh responden dengan

    bebas, pewawancara mengarahkan kepada alur yang telah ditentukan

  • 50

    jika jawaban dari respondern mulai menyimpang dari pertanyaan.

    Dalam hal ini peneliti memperoleh keterangan langsung dengan

    responden dengan berdialog.

    3. Dokumentasi

    Dokumentasi dari asal katanya dokumen, yang artinya barang-

    barang tertulis. Di dalam melaksanakan metode dokumentasi, peneliti

    menyelidiki benda-benda tertulis seperti buku-buku, majalah,

    dokumen, peraturan-peraturan, notulen rapat, catatan harian, dan

    sebagainya (Arikunto, 2010: 201). Peneliti menggunakan metode ini

    guna memperoleh data yang berkaitan dengan penelitian seperti:

    a) Deskripsi Masjid al-Mujahidin Ambarawa.

    b) Struktur organisasi masjid al-Mujahidin Ambarawa.

    c) Strategi komunikasi takmir masjid dalam meningkatkan kualitas

    dan jamaah pengajian rutin ahad pagi.

    E. Analisis Data

    Analisis Data adalah proses mencari dan menyusun secara

    sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan,

    dan bahan-bahan lain, sehingga mudah dipahami, dan temuanya dapat

    diinformasikan kepada orang lain.

    Penelitian ini menggunakan analisis secara kualitatif untuk

    mengolah data dari lapangan:

  • 51

    a) Pengumpulan data

    Proses analisis data dimulai dari menelaah seluruh data yang

    diperoleh dengan menggunakan beberapa teknik, seperti wawancara

    mendalam, observasi dan dokumentasi yang diperoleh dari penelitian.

    b) Penyajian data

    Menggambarkan keadaan atau fenomena yang sesuai dengan

    pengumpulan data dengan mereduksi data terlebih dahulu.

    c) Kesimpulan

    Pokok pemikiran permasalahan dalam penelitian terhadap apa

    yang akan diteliti.

    F. Pengecekan keabsahan data

    Membuktikan validitas data yang diperoleh, maka peneliti

    menggunakan cara triangulasi, yaitu data informasi atau data yang

    diperoleh dari satu pihak dicek kebenaranya dengan memperoleh data

    dari sumber lain, seperti pihak kedua, ketiga dan seterusnya dengan

    metode yang berbeda-beda. Hal ini bertujuan untuk membandingkan

    informasi data yang didapatkan, tentang hal yang sama diperoleh dari

    berbagai pihak, bermaksud menghindari subjektivitas.

    Triangulasi adalah teknik pemeriksaaan data dengan

    memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data, untuk melakukan

    pengecekan maupun sebagai pembanding diantara dua data itu.

    Triagulasi dalam pengujian ini dapat diartikan sebagai data dari

    berbagai sumber dengan berbagai cara dan berbagai waktu.

  • 52

    a) Triangulasi dengan sumber berarti melakukan pengecekan dan dan

    membandingkan derajat suatu kepercayaan informasi yang didapat

    melalui alat dan waktu yang berbeda dalam metode kualitatif.

    Dapapat dicapai dengan:

    1) Membandingkan data hasil wawancara dan pengamatan.

    2) Membandingkan apa yang dikatakan orang umum dengan yang

    dikatakanya secara pribadi.

    3) Membandingkan apa yang dikatakan orang-orang tentang

    situasi penelitian dengan apa yang dikatan setiap waktu.

    4) Membandingkan keadaan dan pendapat seseorang dengan

    berbagai pendapat dan pandangan dari masyarakat biasa,

    masyarakat berpendidikan, masyarakat menengah maupun

    tinggi.

    5) Membandingkan hasil wawancara dengan isi dari suatu

    dokumen yang berkaitan.

    b) Triangulasi dengan metode adalah melakukan perbandingan,

    kesesuaian data penelitian dan pengecekan kebenaran melalui

    metode yang berbeda.

  • 53

    BAB IV

    HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

    A. Gambaran Umum Masjid Al-Mujahidin Ambarawa

    1. Sejarah Berdirinya Masjid

    Berdasarkan data yang diperoleh dari wawancara dan dokumen

    mengenai sejarah Masjid al-Mujahidin di Ambarawa. Masjid ini

    didirikan sekitar tahun 1700 masehi, sekitar 3 abad lalu oleh Kyai

    Tholahudin seorang keturunan kerajaan Demak yang merantau ke

    Ambarawa dengan misi menyiarkan agama dan berdakwah. Akan tetapi

    karena kondisi saat itu, didirikanlah masjid untuk sarana ibadah dan

    tempat berkumpulnya para mujahid dalam melakukan perjuangan

    melawan penjajah Belanda saat itu.

    Masjid ini juga menjadi saksi sejarah umat Islam di ambarawa

    dan seseorang yang terkenal adalah Menteri Agama pada era Soeharto

    yaitu Dr. Munawwir Sadjali ikut berperang melawan Belanda pada saat

    itu, bahkan dulu di Ambarawa pernah ada serangan pesawat

    menjatuhkan bom-bom di Ambarawa yang dengan kuasa Allah masjid

    ini masih berdiri kokoh tidak terkena serangan, sehingga para pejuang

    dan masyarakat yang bersembunyi di masjid aman, termasuk Dr.

    Munawwir.

    Masyarakat di Ambarawa menjadikan masjid al-Mujahidin

    sebagai tempat bersejarah karena menjadi tempat berdakwah dan

    perjuangan umat Islam di Ambarawa dalam mengusir penjajah. Dan

  • 54

    mereka menjadikan masjid ini memiliki nilai sejarah karena bisa

    dikatakan ia menjadi satu-satunya masjid tertua di Ambarawa.

    Masjid al-Mujahidin seiring berjalanya waktu, menjadi kian

    renta, baik atap masjid, kubah, maupun pilar-pilar masjid. Karenanya,

    pada tahun 1971 masjid ini direnovasi. Dan dilakukan perombakan total

    pada tahun 1991, mulai dari prasasti bertuliskan aksara Jawa pada

    gapura masjid, yang pada akhirnya dihilangkan. Walaupun dengan

    membongkar secara keseluruhan masjid, tidak berarti menghilangkan

    cerita sejarah yang ada pada bangunannya, tetapi pilihan itu dilakukan

    karena masjid yang sudah sangat renta dan demi tujuan masjid untuk ke

    depanya. Jika renovasi tidak dilakukan maka akan membahayakan

    jamaah masjid yang ada di dalamnya jika suatu saat bangunannya

    semakin rapuh dan ada material yang jatuh.

    Diangkatlah KH Harun Rasyidin sebagai ketua panitia

    pembangunan masjid saat itu, dia memberi motivasi kepada anak muda

    agar merenovasi penuh bangunan masjid dan membangunya kembali

    dengan lebih kokoh dan megah, mumpung masih di dunia dan diberi

    rezeki buat anak cucu nanti.

    Posisi yang dipegang KH Harun Rasyidin pada saat itu

    membuatnya sangat dekat dengan Menteri Agama Bapak Munawwir.

    Pada saat itu Bapak Munawwir menyumbang untuk kelancaran

    pembangunan masjid. Saat pergantian kabinet dan diganti oleh H.

    Tarmidzi Taher, beliau juga mengikuti pendahulunya dengan

  • 55

    menyumbang dana untuk pembangunan masjid. Meskipun

    pembangunan masjid ini medapat bantuan, tapi sebagian besar dana

    pembangunan masjid yang didapat dari jariyah masyarakat.

    Masjid ini dibangun dengan mengikuti tradisi Jawa yaitu pada

    serambinya berbentuk segi empat dan memanjang dengan beberapa

    tiang penyangga dan kubahnya ber aksitektur Madinah. Pilar di dalam

    masjid ini ada empat yang semuanya terbuat dari kayu jati, masjid ini

    memiliki dua lantai dengan dua mimbar dai lantai atas dan bawah.

    Jamaah dapat naik ke lantai dua masjid ini dengan tangga yang berada

    di sisis kanan dan kiri masjid, jamaah juga dipermudah dalam

    menjalankan ibadah karena tempat untuk bersuci sudah memadai dan

    cukup banyak.

    Unsur tradisional masjid al-Mujahidin masih dapat ditemu

    dengan adanya bedug besar yang ada dan ukiran-ukiran kaligrafi di

    kubahnya yang biasa kita lihat di masjid-masjid modern saat ini, namun

    tidak mengurangi kemegahan dan ke kokohan masjid ini.

    2. Letak Geografis

    Masjid al-Mujahidin terletak di Desa Kranggan Kecamatan

    Ambarawa Kabupaten Semarang, dengan menempati area tanah 2003

    m2 mencakup masjid dan halaman masjid. Masjid ini terdiri dari dua

    lantai, yang sebagian bangunan di bawah digunakan sebagai tempat

    wudhu dan kamar mandi.

  • 56

    Adapun batasanya yaitu:

    a. Sebelah barat berbatasan dengan rumah penduduk

    b. Sebelah timur berbatasan dengan jalan raya

    c. Sebelah utara berbatasan dengan pertokoan

    d. Sebelah Selatan berbatasan Pondok Pesantren Al Mujadihin

    Letak geografisnya sangat strategis, karena di lingkungan masjid

    terdapat rumah penduduk, jalan raya yang menghubungan daerah

    Ambarawa dengan Bandungan, area pertokoan dan Pondok Pesantren

    al-Mujahidin, sehingga secara otomatis lingkungan masjid ini sangat

    erat hubunganya dengan pendidikan agama Islam (observasi pada

    tanggal 21 Juli 2019)

    3. Susunan Organisasi

    Organisasi merupakan kerja sama antara beberapa orang untuk

    mencapai suatu tujuan, untuk mencapai tujuan diperlukan kerjasama

    dalam sebuah organisasi melalui struktur organisasi.

    Berdasarkan dokumentasi dari takmir masjid memberikan rincian

    struktur organisasi sebagai berikut :

    SUSUNAN TAKMIR MASJID BESAR AL-MUJAHIDIN

    AMBARAWA PERIODE 2018-2020

    Pelindung : Muspika Kecamatan Ambarawa

    Penasehat : 1. Kepala KUA Kecamatan Ambarawa

    2. Dewan MUI Ambarawa

    3. Kepala Kelurahan Kranggan

  • 57

    Ketua Umum : KH. M. Sholeh Miyanto

    Ketua I :H. Abu Mashudi

    Ketua II :H. Sunarto, S. Ag

    Sekretaris I :Syaiful Bahri Zen, Spd.I

    Sekretaris II :Muhamad Ulil Abshor S.Pd

    Bendahara I :M. Imron, S.H

    Bendahara II :H. Abdullah Rochim S

    Bidang-Bidang

    A. Idaroh

    1. Peribadatan : a. KH. Abdul Qodir A.

    b. Imam Turmudzi

    2. Pendidikan/TPA : a. Muchsinin

    b. Ircham

    3. Dakwah & Majelis Taklim : H