sifat pendidik dalam perspektif...

88
SIFAT PENDIDIK DALAM PERSPEKTIF HADIS Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Agama Islam (S. Pd.I) Oleh: Ummi Hani 105011000081 JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2010 M/1431 H

Upload: buihanh

Post on 09-Mar-2019

224 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: SIFAT PENDIDIK DALAM PERSPEKTIF HADISrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21619/1/UMMI... · Interaksi atau hubungan timbal balik antara pendidik dan siswa itu merupakan

SIFAT PENDIDIK DALAM PERSPEKTIF HADIS

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Pendidikan Agama Islam (S. Pd.I)

Oleh:

Ummi Hani

105011000081

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2010 M/1431 H

Page 2: SIFAT PENDIDIK DALAM PERSPEKTIF HADISrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21619/1/UMMI... · Interaksi atau hubungan timbal balik antara pendidik dan siswa itu merupakan

LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING SKRIPSI

SIFAT PENDIDIK DALAM PERSPEKTIF HADIS

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Pendidikan Agama Islam (S. Pd. I)

Oleh:

Ummi Hani

105011000081

Di Bawah Bimbingan

Dr. H. Abdul Majid Khon, M. Ag

NIP: 195807077198703.1.005

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2010 M/1431 H

Page 3: SIFAT PENDIDIK DALAM PERSPEKTIF HADISrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21619/1/UMMI... · Interaksi atau hubungan timbal balik antara pendidik dan siswa itu merupakan

LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI

Skripsi berjudul: “Sifat Pendidik dalam Perspektif Hadis” diajukan

kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK) UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta, dan telah dinyatakan lulus dalam ujian munaqasah pada tanggal 17 Juni

2010, dihadapan dewan penguji. Karena itu, penulis berhak memperoleh gelar

Sarjana Pendidikan Agama Islam (S.Pd.I).

Jakarta, 17 Juni 2010

Panitia Ujian Munaqasah

Ketua Jurusan/Program Studi Tanggal Tanda Tangan

Bahrissalim, M. Ag.

NIP: 196803071998031002 ……….. ………………

Sekretaris Jurusan/Prodi

Drs. Sapiuddin Shidiq, M. Ag.

NIP: 196703282000031001 ……….. ………………

Penguji I

Dr. H. Ahmad Syafi’i Noor

NIP: 194709021967121001 ………... ………………

Penguji II

Ahmad Irfan Mufid, MA.

NIP: 19740318003121002 ………… ………………

Mengetahui,

Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

Prof. Dr. H. Dede Rosyada, M.A. NIP: 195710051987031003

Page 4: SIFAT PENDIDIK DALAM PERSPEKTIF HADISrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21619/1/UMMI... · Interaksi atau hubungan timbal balik antara pendidik dan siswa itu merupakan
Page 5: SIFAT PENDIDIK DALAM PERSPEKTIF HADISrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21619/1/UMMI... · Interaksi atau hubungan timbal balik antara pendidik dan siswa itu merupakan

ABSTRAK

Nama : UMMI HANI

NIM : 105011000081

Judul : SIFAT PENDIDIK DALAM PERSPEKTIF HADIS

Pendidik (Guru) adalah salah satu komponen manusiawi dalam proses belajar mengajar yang ikut berperan dalam usaha pembentukan sumber daya manusia yang potensial di bidang pembangunan. Ia harus berperan secara aktif dan menempatkan kedudukannya sebagai tenaga professional. Pendidik mempunyai tanggung jawab yang besar dalam proses belajar mengajar, sebab pendidik tidak hanya bertugas menyampaikan materi kepada peserta didik, tetapi lebih dari itu, ia juga bertugas untuk menanamkan nilai positif ke dalam jiwa peserta didik agar tidak hanya cakap dalam ilmu tetapi juga berakhlak mulia. Penelitian terhadap hadis Imam Bukhari, Nasa’i, dan Tirmidzi, adalah untuk mengetahui bagaimana Nabi Muhammad SAW memberikan gambaran dan kriteria tentang sosok pendidik yang ideal. Ini begitu penting untuk diketahui oleh para pendidik. Sebab pendidik tidak hanya dituntut untuk kompeten dalam menyampaikan materi, tetapi juga berusaha untuk mempengaruhi siswa dengan sikap dan keteladanan dirinya. Dengan begitu, proses pendidikan akan berjalan dengan baik. Penelitian ini dilakukan dengan mencari hadis yang di dalam matannya menyebutkan akar kata ‘allama dan ‘alima. Kemudian hadis-hadis tersebut dipilih dengan memilih hadis yang secara substantiv mengandung makna yang berkaitan dengan konsep sifat pendidik. Setelah hadis tersebut terkumpul lalu dicari penjelasan melalui syarahnya yang kemudian ditambah dengan konsep pendidikan modern tentang pendidikan. Selain itu dilengkapi pula dengan ayat-ayat al-Qur’an yang berkaitan dengan hal tersebut. Adapun hasil penelitian diketahui bahwa, sifat pendidik yang ideal dalam hadis tersebut adalah: seorang pendidik harus penuh kasih sayang dalam mendidik siswanya, adil, demokratis serta senantiasa memberikan motivasi, dan transparan dalam menyebarkan ilmunya kepada orang yang membutuhkan. Sehingga dengan adanya sifat tersebut, tujuan pendidikan akan tercapai, yakni mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman, berilmu, cakap, kreatif, mandiri serta menjadi warga Negara yang demokratis dan bertanggung jawab.

i

Page 6: SIFAT PENDIDIK DALAM PERSPEKTIF HADISrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21619/1/UMMI... · Interaksi atau hubungan timbal balik antara pendidik dan siswa itu merupakan

KATA PENGANTAR

الرحيم الرحمن اهللا بسم Alhamdulillah, tidak ada ungkapan yang lebih dahsyat, yang lebih indah,

untuk diungkapkan selain rasa syukur yang sedalam-dalamnya kepada Allah

SWT, Penguasa alam raya ini. Karena berkat izin-Nya, penulis dapat

menyelesaikan penulisan skripsi ini. Shalawat serta salam teruntuk Baginda

Rasulullah Muhammad SAW, keluarganya, sahabat-sahabatnya, sebagai tali

penghubung bagi penulis memohon pertolongan-Nya, dalam setiap aktivitas

selama jantung ini berdetak.

Selama menyusun skripsi ini, banyak kesulitan yang cukup menghambat.

Namun, berkat kesungguhan hati, kerja keras, dan motivasi, serta bantuan dari

semua pihak, akhirnya penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini. Untuk

itu, penulis dalam kesempatan ini, dengan bangga hati mengucapkan terima

kasih kepada:

1. Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Prof. Dr. H. Dede

Rosyada, M. A.

2. Ketua dan Sekretaris Jurusan Pendidikan Agama Islam, UIN Jakarta

Bahrissalim, M. Ag dan Drs. Sapiudin Shidiq, M, Ag.

3. Dosen pembimbing skripsi Dr. H. Abdul Majid Khon, M.Ag yang

telah banyak meluangkan waktu, tenaga, dan pikiran dalam

membimbing penulis.

4. Dra. Hj. Sopiah, M.S, selaku Dosen Penasihat Akademik.

5. . Bapak dan Ibu Dosen yang telah membimbing penulis selama kuliah

di UIN Jakarta.

6. Ayahanda Drs. H. Mulyadi, MM, serta Ibunda Hj. Najuah, S. Pd.I,

yang telah mencurahkan segenap kasih dan sayangnya, mengasuh,

membesarkan, serta mendidik penulis dengan penuh cinta. Semoga

semua pengorbanan kalian dibalas dengan limpahan rahmat dan

maghfirah dari Allah SWT amîn

ii

Page 7: SIFAT PENDIDIK DALAM PERSPEKTIF HADISrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21619/1/UMMI... · Interaksi atau hubungan timbal balik antara pendidik dan siswa itu merupakan

iii

7. Kedua adikku tersayang, Sesilia Umdatul Qori, dan Abu Dzar Al-

Ghifari, yang dengan penuh kasih dan sayang selalu menyemangati

serta membantu dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini.

8. Seseorang yang kini mengisi relung jiwaku, yang penuh kesetiaan dan

tidak pernah lelah untuk memberikan motivasi untuk penulis. Semoga

Allah memberikan restu-Nya untuk kita.

9. Teman-teman terbaikku, Lila, Vera, Hikmah, Yani, Siti, Asep, Tulus,

yang telah banyak memberikan bantuan dan dukungannya kepada

penulis.

10. Mudzakir Kholid An-Nadawy yang telah bersedia menjadi Editor

dalam penulisan skripsi ini.

11. Teman-teman seperjuangan PAI B 2005, yang telah memberikan

pengalaman-pengalaman berharga selama perkuliahan.

Semoga Allah SWT melimpahkan rahmat dan kasih sayang-Nya kepada

mereka semua atas amal baik yang telah mereka berikan.

Akhirnya, penulis berharap semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat

serta menambah khazanah pengetahuan bagi penulis khususnya dan umumnya

semua pihak.

Jakarta, 29 Mei 2010

Penulis

Ummi Hani

Page 8: SIFAT PENDIDIK DALAM PERSPEKTIF HADISrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21619/1/UMMI... · Interaksi atau hubungan timbal balik antara pendidik dan siswa itu merupakan

DAFTAR ISI

PERSETUJUAN PEMBIMBING

PENGESAHAN PANITIA UJIAN

PERNYATAAN KARYA SENDIRI

ABSTRAK ...................................................................................................... i

KATA PENGANTAR .................................................................................... ii

PEDOMAN TRANSLITERASI ................................................................... iv

DAFTAR ISI ................................................................................................... vi

BAB I : PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ........................................................... 1

B. Permasalahan ........................................................................... 5

1. Identifikasi Masalah ........................................................... 5

2. Pembatasan Masalah .......................................................... 5

3. Perumusan Masalah ........................................................... 5

C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian ............................................ 6

1. Tujuan Penelitian ............................................................... 6

2. Kegunaan Penelitian ......................................................... 6

D. Metodologi Penelitian .............................................................. 6

1. Teknik Pengumpulan Data. ................................................ 7

2. Teknik Pengolahan Data .................................................... 7

3. Analisa Data ....................................................................... 7

BAB II : KAJIAN TEORI

A. Pengertian Pendidik ................................................................. 8

B. Para Pendidik dalam Islam ....................................................... 11

C. Peran dan Tugas Pendidik ........................................................ 15

D. Tanggung Jawab Pendidik. ...................................................... 20

E. Syarat dan Sifat Pendidik dalam Perspektif Pendidikan Islam 22

F. Hak Pendidik ............................................................................ 26

G. Kedudukan Pendidik… ............................................................ 27

vi

Page 9: SIFAT PENDIDIK DALAM PERSPEKTIF HADISrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21619/1/UMMI... · Interaksi atau hubungan timbal balik antara pendidik dan siswa itu merupakan

vii

BAB III : HADIS

A. Pengertian Hadis ...................................................................... 30

B. Kedudukan Hadis ..................................................................... 31

1. Sebagai Dasar Hukum Islam .............................................. 31

2. Sebagai Dasar Pendidikan .................................................. 34

3. Sebagai Sumber Ilmu Pengetahuan .................................... 35

4. Sebagai Sumber Peradaban ................................................ 37

C. Fungsi Hadis Terhadap al-Qur’an.. .......................................... 38

1. Bayân Taqrîr ...................................................................... 39

2. Bayân Tafsîr ....................................................................... 39

3. Bayân Tasyri ...................................................................... 43

4. Bayân Nasakh .................................................................... 44

BAB IV : SIFAT PENDIDIK DALAM PERSPEKTIF HADIS

A. Beberapa Sifat Pendidik ........................................................... 46

1. Penyayang. ......................................................................... 46

2. Adil ..................................................................................... 53

3. Demokratis dan Motivator ................................................. 59

4. Transparan .......................................................................... 65

BAB V : PENUTUP

A. Kesimpulan .............................................................................. 70

B. Saran-Saran .............................................................................. 71

DAFTAR PUSTAKA..................................................................................... 72

LAMPIRAN

Page 10: SIFAT PENDIDIK DALAM PERSPEKTIF HADISrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21619/1/UMMI... · Interaksi atau hubungan timbal balik antara pendidik dan siswa itu merupakan

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan adalah proses bantuan yang disengaja dari seseorang kepada

orang lain dalam rangka mengembangkan secara optimal semua aspek

kemanusiaannya. Ranah kognitif, afektif dan psikomotor merupakan orientasi

pengembangan aspek pendidikan. 1 Bantuan ini dapat dilaksanakan dalam

lingkungan rumah, sekolah dan masyarakat.

Keluarga merupakan lembaga pendidikan tertua, bersifat informal, yang

pertama dan utama dialami oleh anak serta lembaga pendidikan yang bersifat

kodrati. Orang tua bertanggung jawab memelihara, merawat, melindungi dan

mendidik anak agar tumbuh dan berkembang dengan baik. 2 Namun, sejalan

dengan perkembangan tuntutan kebutuhan manusia, orang tua dalam situasi

tertentu tidak dapat memenuhi semua kebutuhan pendidikan anaknya. Oleh karena

itu orang tua mengirim anak-anak mereka ke sekolah.3

Sekolah merupakan rumah kedua setelah keluarga bagi anak, pendidikan

di sekolah adalah bagian dari pendidikan dalam keluarga. Di samping itu

1Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional, No. 20, Tahun 2003, (Bandung: Fokus

Media, 2009), h. 2. 2Hasbullah, Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1999),

Cet. Ke-1, h. 33. 3Hery Noer Aly, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1999), Cet. Ke-II,

h. 92.

1

Page 11: SIFAT PENDIDIK DALAM PERSPEKTIF HADISrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21619/1/UMMI... · Interaksi atau hubungan timbal balik antara pendidik dan siswa itu merupakan

2

kehidupan di sekolah merupakan jembatan bagi anak, yang menghubungkan

kehidupan keluarga dengan kehidupan dalam masyarakat kelak. 4 Pendidikan

diharapkan dapat mentransfer ilmu pengetahuan terhadap anak didiknya secara

tepat, sehingga anak didik dapat bertanggung jawab, mandiri, berperilaku baik dan

bermanfaat bagi dirinya maupun lingkungannya.

Proses belajar mengajar merupakan inti dari proses pendidikan secara

keseluruhan dengan pendidik atau guru sebagai pemegang peranan utama. Proses

belajar mengajar merupakan suatu proses yang mengandung serangkaian

perbuatan pendidik dan siswa atas dasar hubungan timbal balik yang berlangsung

dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan tertentu. Interaksi atau hubungan

timbal balik antara pendidik dan siswa itu merupakan syarat utama bagi

berlangsungnya proses belajar mengajar. Interaksi dalam peristiwa belajar

mengajar mempunyai arti yang lebih luas, tidak sekedar hubungan antara pendidik

dengan siswa, tetapi berupa interaksi edukatif. dalam hal ini bukan hanya

penyampaian pesan berupa materi pelajaran, melainkan penanaman sikap dan

nilai pada diri siswa yang sedang belajar.5

Pendidikan akan menghasilkan mutu yang baik jika semua komponen

pendidikan itu dapat berjalan dengan baik. Pada dasarnya komponen-komponen

pendidikan itu dituntut saling menunjang satu sama lain sehingga dapat tercapai

suatu hasil pendidikan yang optimal. Adapun komponen itu antara lain seperti

faktor guru sebagai tenaga professional, sarana dan prasarana, kurikulum dan

sebagainya.

Guru sebagai tenaga pendidik merupakan figur sentral dalam dunia

pendidikan khususnya saat terjalinnya proses interaksi belajar mengajar. Oleh

karenanya pendidik harus memiliki karakteristik kepribadian yang ideal sesuai

dengan persyaratan yang bersifat psikologis-pedagogis. 6 Seseorang dikatakan

sebagai pendidik atau guru, tidak cukup “tahu” sesuatu materi yang akan

4Abudin Nata, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1997), Cet. Ke-1 h.

119. 5Moh. Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2005).

Cet. Ke-17 h. 4. 6Moh. Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional. …, h. ii.

Page 12: SIFAT PENDIDIK DALAM PERSPEKTIF HADISrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21619/1/UMMI... · Interaksi atau hubungan timbal balik antara pendidik dan siswa itu merupakan

3

diajarkan, tetapi pertama kali ia harus merupakan seseorang yang memang

memiliki “kepribadian guru” dengan segala ciri tingkat kedewasaannya.7 Pendidik

juga merupakan faktor yang paling dominan dalam membantu mewujudkan hasil

pendidikan yang baik, karena merekalah yang bersentuhan langsung dengan

peserta didik dalam mentransfer ilmu pengetahuan dan pengalaman-pengalaman

serta membina kepribadian peserta didik ke arah yang lebih baik.

Seorang pendidik harus mempunyai sifat dan akhlak yang baik agar anak

yang ada dalam didikannya menjadi anak yang baik pula. Betapa penting dan

beratnya peranan para guru serta tanggung jawabnya, terutama tanggung jawab

moral untuk digugu dan ditiru, yaitu digugu kata-katanya dan ditiru perbuatan dan

kelakuannya.

Pendidik yang memiliki kepribadian yang baik akan selalu dihormati,

dikagumi dan disayang oleh peserta didik. Adapun kepribadian tersebut dapat

tercermin dari sikap dan tingkah lakunya dalam kehidupan sehari-hari. Seorang

guru harus memiliki sifat dan tingkah laku yang terpuji karena mereka adalah

teladan bagi siswa dan masyarakat. Sifat-sifat itu seperti kasih sayang pada

peserta didiknya, adil, demokratis dan senantiasa memberikan motivasi, serta

transparan dalam menyebarkan ilmunya.

Profesi atau jabatan guru sebagai pendidik formal di sekolah memanglah

tidak dapat dipandang ringan karena menyangkut berbagai aspek kehidupan.

Persyaratan yang cukup banyak untuk dipenuhi oleh guru menunjukkan bahwa

tanggung jawab dan tugas guru memang berat. Namun, justru karena itu dia

mendapatkan kedudukan yang tinggi. Orang yang berpendidikan akan berguna di

lingkungan di mana ia hidup. Orang yang memiliki ilmu pengetahuan akan hidup

mulia dan memiliki derajat yang tinggi di antara manusia-manusia yang lain.ini

semua sesuai dengan firman Allah:

7Sardiman, A.M. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, (Jakarta: PT. Raja Grafindo

Persada, 2000), cet. Ke-7. h. 135.

Page 13: SIFAT PENDIDIK DALAM PERSPEKTIF HADISrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21619/1/UMMI... · Interaksi atau hubungan timbal balik antara pendidik dan siswa itu merupakan

4

...Allah akan meninggikan (mengangkat) derajat orang-orang yang beriman di antara kamu sekalian dan orang-orang yang berilmu pengetahuan. (Q.S. al-Mujadalah: 11). Ayat ini menunjukkan betapa Allah SWT memuliakan dan mengangkat

derajat hamba-hambanya yang beriman atau percaya kepada-Nya, di samping itu

juga mempunyai ilmu pengetahuan. Islam sangat menghargai orang-orang yang

berilmu pengetahuan, sehingga hanya mereka sajalah yang pantas mencapai taraf

ketinggian dan keutuhan hidup. 8

Semua sanjungan, kehormatan dan derajat kemuliaan yang Allah jelaskan

dalam ayat di atas adalah untuk para pendidik (guru) yang memiliki ilmu dan

menghiasi diri mereka dengan sifat terpuji.

Namun kenyataannya pada masa sekarang masih banyak guru yang belum

menghayati peran dan tugas mereka sebagai pendidik, terbukti dalam dunia

pendidikan sekarang ini banyak media massa baik cetak maupun elektronik yang

memuat kasus tindakan asusila yang dilakukan oknum guru, seperti tindak

kekerasan, penganiayaan dan sebagainya.

Berdasarkan kerangka pemikiran di atas dikaitkan dengan kenyataan yang

ada, penulis merasa tertarik untuk melakukan suatu penelitian dan menuliskannya

dalam bentuk karya ilmiah berupa skripsi dengan judul: “Sifat Pendidik Dalam

Perspektif Hadis”. Disamping itu, penelitian tentang sifat pendidik dalam

perspektif hadis perlu dikaji karena dalam Islam hadis memiliki peran yang sangat

penting, hadis yang berfungsi sebagai penjelas (bayan) terhadap al-Qur’an,

memiliki kandungan makna yang luas dan lebih rinci. Hadis disamping sebagai

sumber hukum Islam yang dijadikan pedoman umat Islam dalam beragama kedua

setelah al-Qur’an, penjelasannya meliputi berbagai aspek yaitu aspek aqidah,

aspek syari’ah, dan aspek akhlak. Lebih dari itu hadis sebagaimana al-Qur’an juga

sebagai sumber peradaban dan ilmu pengetahuan.

8Zakiah Daradjat, et. al. Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2004), h. 17

Page 14: SIFAT PENDIDIK DALAM PERSPEKTIF HADISrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21619/1/UMMI... · Interaksi atau hubungan timbal balik antara pendidik dan siswa itu merupakan

5

B. Permasalahan

1. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, dapat diidentifikasi beberapa

masalah sebagai berikut:

a. Apa pengertian pendidik?

b. Siapa saja pendidik menurut pandangan Hadis?

c. Apa saja tugas dan tanggung jawab seorang pendidik?

d. Bagaimana kedudukan pendidik dalam Hadis?

e. Bagaimana sifat-sifat pendidik dalam Hadis?

2. Pembatasan Masalah Untuk lebih memperjelas dan memberi arah yang tepat dalam

pembahasan skripsi ini, maka penulis batasi pembahasannya pada sifat terpuji

yang harus dimiliki guru dalam perspektif hadis.

Kata pendidik dalam skripsi ini adalah guru, termasuk di dalamnya

guru bidang agama maupun umum. Baik dalam pendidikan formal, non

formal, maupun informal. Kemudian maksud kata hadis dalam skripsi ini

adalah hadis-hadis yang membahas tentang sifat pendidik. Penelitian ini juga

dibatasi pada hadis-hadis yang secara eksplisit menyebutkan akar kata ’allama

yu’allimu yang berarti mengajar atau mendidik, dan kata ’alima ya’lamu

’ilman, yang berarti mengetahui ilmu. Kemudian dilengkapi dengan hadis-

hadis lain yang sangat erat kaitannya dengan topik yang dibahas, sekalipun

secara eksplisit tidak menyebutkannya. Tetapi konteknya mempunyai

hubungan antara pendidik dan peserta didik. Adapun hadis yang akan

dijadikan rujukan dalam pembahasan skripsi ini adalah:

a. Kitab Sahih al-Bukhari No. 628 dan No. 2586

b. Kitab Sunan at-Tirmidzi No. 2649

c. Kitab Sunan an-Nasai No. 936.

3. Perumusan Masalah

Selanjutnya sesuai dengan pembatasan masalah di atas, maka rumusan

masalah yang akan diteliti adalah:

Page 15: SIFAT PENDIDIK DALAM PERSPEKTIF HADISrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21619/1/UMMI... · Interaksi atau hubungan timbal balik antara pendidik dan siswa itu merupakan

6

a. Bagaimana sifat-sifat pendidik dalam perspektif hadis?

b. Bagaimana relevansi makna hadis dengan sifat pendidik dalam dunia

pendidikan modern?

C. Tujuan Dan Kegunaan Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah:

a. Untuk mengetahui sifat pendidik dalam perspektif hadis

b. Untuk mengetahui relevansi makna hadis dengan sifat pendidik dalam

pendidikan modern.

2. Kegunaan Penelitian

Kegunaan penelitian ini adalah:

a. Sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan

Islam (S.Pd.I) pada fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan di UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta.

b. Dapat menambah wawasan dan pengetahuan penulis tentang sifat yang

harus dimiliki seorang pendidik, sehingga dengan demikian, dapat

memberikan masukan dan pembekalan sebagai calon pendidik.

D. Metodologi Penelitian

Sebelum membahas metode-metode yang akan dibahas pada skripsi ini,

ada baiknya terlebih dahulu diketahui makna penelitian itu sendiri.

Menurut Winarno Surakhmad, “Penyelidikan (penelitian) adalah kegiatan

ilmiah mengumpulkan pengetahuan baru dari sumber-sumber primer, dengan

tekanan pada tujuan penemuan prinsip-prinsip umum, serta mengadakan ramalan

generalisasi di luar sampel yang diselidiki.9

Pada skripsi ini, metode yang digunakan penulis adalah library research

atau studi kepustakaan. Yaitu dengan mengumpulkan data-data dari sumber-

sumber kepustakaan yang berkaitan dengan masalah-masalah yang dikaji, yaitu

9Winarno Surakhmad, Pengantar Penelitian Ilmiah Metode Teknik, (Bandung: Tarsito,

1990).h. 28.

Page 16: SIFAT PENDIDIK DALAM PERSPEKTIF HADISrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21619/1/UMMI... · Interaksi atau hubungan timbal balik antara pendidik dan siswa itu merupakan

7

berupa buku-buku hadis sebagai sumber primer, maupun buku-buku non hadis

sebagai sumber sekunder yang berkaitan dengan sifat pendidik.

Adapun tehnik-tehnik penelitian dalam skripsi ini adalah:

1. Teknik Pengumpulan Data

Untuk memperoleh data yang valid dan dapat dipertanggung

jawabkan dalam penelitian ini, maka penulis menggunakan study teks atau

dokumenter. Suharsimi Arikunto dalam bukunya mengatakan “Study

Dokumentasi adalah mencari data mengenai hal-hal variabel yang berupa

catatan, transkrip, buku, surat, notulen rapat, legger, agenda, dan

sebagainya”.10 Dalam hal ini, penulis menelusuri hadis dengan menggunakan

kamus hadis Al-Mu’jam al-Mufahras Li alfaż al-Hadîs an-Nabawi ke berbagai

kitab induk hadis, dan kitab yang dijadikan rujukan adalah kitab Shahih

Bukhari, Sunan Tirmidzi, dan Sunan an-Nasai melalui kata kunci ’allama dan

’alima. Dan untuk melengkapi data-data yang diperlukan, penulis juga

mencari data melalui internet.

2. Teknik Pengolahan Data

Setelah hadis-hadis yang secara eksplisit dan implisit yang berbicara

tentang sifat pendidik telah terhimpun, penulis menyeleksi beberapa hadis

yang berkaitan dengan sifat pendidik yang sangat urgen bagi penulis.

Kemudian hadis tersebut diterjemahkan.

3. Analisa Data.

Setelah hadis tersebut ditemukan dan diterjemahkan, langkah

selanjutnya adalah menganalisa makna yang terkandung dalam hadis dengan

menggunakan metode deskriptif analisis. Kemudian dipahami dengan

mempertimbangkan komentar-komentar ahli hadis dan syarah hadis dalam

kitab-kitab hadis, kemudian hadis-hadis tersebut dikompromikan dengan

pemikiran tokoh pendidikan modern.

10Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, (Jakarta:

Rineka Cipta, 2006), Cet. 17, h. 231.

Page 17: SIFAT PENDIDIK DALAM PERSPEKTIF HADISrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21619/1/UMMI... · Interaksi atau hubungan timbal balik antara pendidik dan siswa itu merupakan

BAB II

KAJIAN TEORI

A. Pengertian Pendidik

Pendidik (guru), adalah salah satu komponen manusiawi dalam proses

belajar mengajar, yang ikut berperan dalam usaha pembentukan sumber daya

manusia yang potensial di bidang pembangunan. Oleh karena itu guru yang

merupakan salah satu unsur di bidang kependidikan harus berperan serta secara

aktif dan menempatkan kedudukannya sebagai tenaga profesional sesuai dengan

tuntutan masyarakat yang semakin berkembang.1

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, pendidik berasal dari kata “didik”

yang mendapat awalan “pen” yang berarti “orang yang mendidik”. Mendidik pada

hakikatnya adalah memelihara dan memberi latihan (ajaran, tuntunan, pimpinan)

mengenai akhlak dan kecerdasan pikiran.2

Dalam konteks pendidikan Islam, pendidik disebut dengan murabbi,

mu’allim, dan muaddib . Kata murabbi berasal dari kata rabba, yarubbu, rabban,

(mengasuh, memimpin)3 , kata mu’allim merupakan bentuk isim fa’il dari kata

‘allama yu’allimu ta’lîman (melatih) 4 , sedangkan muaddib berasal dari kata

1Sardiman, A.M. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, (Jakarta: PT. Raja Grafindo

Persada, 2000), Cet. Ke-7, h. 125. 2Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka,

2002), Edisi Ke-2, h. 263. 3Mahmud Yunus, Kamus Arab Indonesia, (Jakarta: PT. Hidakarya Agung, 2005), h. 136. 4Mahmud Yunus, Kamus Arab Indonesia…, h. 277.

8

Page 18: SIFAT PENDIDIK DALAM PERSPEKTIF HADISrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21619/1/UMMI... · Interaksi atau hubungan timbal balik antara pendidik dan siswa itu merupakan

9

addaba yuaddibu ta’dîban (mendidik)5. Ketiga istilah itu mengandung makna

yang amat dalam menyangkut manusia dan masyarakat serta lingkungan yang

dalam hubungannya dengan Tuhan saling berkaitan satu sama lain. Istilah-istilah

itu pula sekaligus menjelaskan ruang lingkup pendidikan Islam, baik informal,

formal, dan non formal6.

Kata atau istilah murabbi, sering dijumpai pada kalimat yang orientasinya

lebih mengarah pada pemeliharaan, yang meliputi pemeliharaan jasmani dan

rohani. Pemeliharaan seperti ini terlihat dalam proses orang tua membesarkan

anaknya. Orang tua tentunya berusaha memberikan pelayanan secara maksimal

dengan harapan anaknya akan tumbuh dengan fisik yang sehat, serta memiliki

kepribadian yang terpuji. 7

Adapun istilah mu’allim, umumnya digunakan untuk membicarakan aktifitas

yang lebih terfokus pada pemberian atau pemindahan ilmu pengetahuan, dari

orang yang tahu kepada orang yang belum tahu. Sedangkan menurut Sayed

Naquib al-Attas sebagaimana dikutip oleh Jalaluddin istilah muaddib merujuk

makna pendidikan dari konsep Ta’dib, yang mengacu pada kata “adab” dan

variatifnya. Berangkat dari pemikiran tersebut ia merumuskan definisi mendidik

adalah membentuk manusia dalam menempatkan posisinya sesuai dengan susunan

masyarakat, bertingkah laku secara proporsional dan cocok dengan ilmu serta

teknologi yang dikuasainya.8

Dalam literatur pendidikan Islam penggunaan istilah untuk pendidik begitu

beragam, namun demikian, tampaknya istilah mu’allim lebih sering dijumpai

dalam berbagai literatur pendidikan Islam dibandingkan dengan yang lainnya.

5Mahmud Yunus, Kamus Arab Indonesia… h. 37. 6Azyumardi Azra, Pendidikan Islam, Tradisi dan Modernisasi Menuju Milenium Baru,

(Jakarta: PT. Logos Wacana Ilmu, 1999) Cet. Ke-I, h. 35. 7Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Kalam Mulia, 2008), Cet. Ke-6, h. 56. 8Jalaluddin, Teologi Pendidikan, (Jakarta: PT. Raja Grafndo Persada, 2001) Cet. Ke-I, h.

60.

Page 19: SIFAT PENDIDIK DALAM PERSPEKTIF HADISrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21619/1/UMMI... · Interaksi atau hubungan timbal balik antara pendidik dan siswa itu merupakan

10

Dalam bahasa Inggris, dijumpai pula beberapa kata yang berdekatan artinya

dengan pendidik, seperti kata teacher yang berarti guru, pengajar, dan tutor yang

berarti guru pribadi, atau guru yang memberi les pelajaran.9

Adapun secara terminologis, para pakar menggunakan rumusan yang

berbeda tentang pendidik.

1. Ahmad D Marimba, mengartikan pendidik sebagai orang yang memikul

pertanggung jawaban sebagai pendidik, yaitu manusia dewasa yang

karena hak dan kewajibannya bertanggung jawab tentang pendidikan

peserta didik.10

2. Menurut Hadari Nawawi, di Indonesia pendidik disebut juga guru,

sebagaimana yang dikutip oleh Ramayulis, guru adalah orang-orang

yang bekerja dalam bidang pendidikan dan pengajaran yang ikut

bertanggung jawab dalam membantu anak-anak mencapai kedewasaan

masing-masing11.

3. Zurinal menjelaskan, pendidik adalah tenaga kependidikan yang berasal

dari anggota masyarakat yang mengabdikan diri dan diangkat untuk

menunjang penyelenggaraan pendidikan yang berkualitas sebagai

pendidik, tutor, instruktur, fasilitator, dan sebutan lain yang sesuai

dengan kekhususannya, serta berpartisipasi dalam menyelenggarakan

pendidikan12.

4. Ramayulis menjelaskan, dalam pandangan Islam, pendidik adalah: orang

yang bertanggung jawab untuk mentransformasikan ilmu pengetahuan

serta menginternalisasikan nilai-nilai, serta mengupayakan

perkembangan seluruh potensi anak didik, baik afektif, kognitif maupun

psikomotorik.13

9Jhon M. Echols, dan Hassan Shadily, Kamus Inggris Indonesia, (Jakarta: PT.

Gramedia Pustaka Utama, 2003), Cet. Ke-27, h. 581. 10 Ahmad D Marimba, Pengantar Filsafat Pendidikan Islam, (Bandung: al-

Maarif:2000), h. 37. 11 Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam… , h. 58. 12Zurinal Z, dan Wahdi Sayuthi, Ilmu Pendidikan, Pengantar dan Dasar-Dasar

Pelaksana Pendidikan, (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2006), Cet. Ke-1, h. 71. 13Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam…, h. 59.

Page 20: SIFAT PENDIDIK DALAM PERSPEKTIF HADISrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21619/1/UMMI... · Interaksi atau hubungan timbal balik antara pendidik dan siswa itu merupakan

11

Secara umum, pendidik adalah “orang yang memiliki tanggung jawab untuk

mendidik.14 Mendidik pada hakikatnya ialah segala perbuatan dan perlakuan yang

pada dasarnya memberitahukan, mengesankan dan mengingatkan orang lain

tentang sesuatu yang harus diterima untuk dicontoh, atau setidaknya dijadikan

suatu pedoman yang dianggap benar dalam berpikir, berkehendak, berperasaan

dan berbuat. 15 Sementara secara khusus, pendidik adalah orang-orang yang

bertanggung jawab terhadap perkembangan peserta didik dengan mengupayakan

perkembangan seluruh potensi peserta didik, baik potensi afektif, kognitif maupun

psikomotorik sesuai dengan tujuan yang dicita-citakan.16

Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa, pendidik adalah

seseorang yang bekerja dalam bidang pendidikan dan pengajaran yang

berkewajiban untuk memberikan pengetahuan, keterampilan, pendidikan,

pengalaman dan sebagainya kepada peserta didik serta menginternalisasikan nilai

dalam kehidupan peserta didik sesuai dengan tujuan yang dicita-citakan..

Pada hakikatnya, pendidik (guru) lebih tepat disebut dengan pendidik

dibanding dengan sebutan sebagai pengajar. Sebab, pengajar lebih cenderung

sebatas menyampaikan materi kepada peserta didik (transfer of knowledge),

sedangkan pendidik mempunyai makna yang lebih mendasar, yakni sebagai orang

yang berusaha membina peserta didik secara utuh, baik pada aspek kognitif,

afektif, dan psikomotorik. Jelasnya, mendidik tidak hanya transfer of knowledge,

(menyampaikan materi) tetapi juga transfer of values (mentransformasikan nilai

dalam jiwa peserta didik).17

B. Para Pendidik dalam Islam

Pendidik dalam pendidikan Islam ada beberapa macam:

1. Allah SWT

14Samsul Nizar, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Ciputat Pers, 2002), Cet. Ke-1, h. 41. 15A. Ridwan Halim, Tindak Pidana Pendidikan, (Jakarta: Ghalia Indonesia, 2000), h. 37 16Samsul Nizar, Filsafat Pendidikan Islam…, h. 41. 17Sardiman, A.M. Interaksi dan Motivasi…, h. 125.

Page 21: SIFAT PENDIDIK DALAM PERSPEKTIF HADISrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21619/1/UMMI... · Interaksi atau hubungan timbal balik antara pendidik dan siswa itu merupakan

12

Allah merupakan pendidik hakiki dalam Islam, semua ilmu

bersumber dari Allah SWT. Al-Razi, yang membuat perbandingan antara

Allah sebagai pendidik dengan manusia sebagai pendidik sangatlah berbeda,

Allah sebagai pendidik mengetahui segala kebutuhan orang yang dididiknya

sebab Dia adalah Zat Pencipta. Perhatian Allah tidak terbatas hanya terhadap

sekelompok manusia saja, tetapi mendidik dan memperhatikan seluruh

alam.18

Adapun hadis yang menjelaskan Allah sebagai pendidik hakiki

adalah:

نى بيحي نع اشيع نب لياعمسا إنثدة حفرع نب نسحا الحدثن نب اهللادبع تعمس الق يمليالد نب اهللا دبع ني عانبيشو الرمع هقلخ قلخ لجو زع اهللا نإ لوقي اهللا لوسر تعمس لوقو يرمعى دتهإ روالن كذل نم هابصأ نمف هرون نم مهيلى عقلأف ةملظ يف هاور. (اهللا ملى علع ملقلا فج لوقأ كذللف لض هأطخأ نمو 19)ىذمرالت

Bersumber dari Hasan Ibn Arafah dari Ismail Ibnu Ayyasy dari Yahya Ibn ‘Amr al-Syaibani dari Abdillah Ibn al-Dailamy ia berkata, Rasulullah SAW bersabda: sesunnguhnya Allah Azza Wajalla telah menciptakan ciptaan-Nya dalam kegelapan, kemudian Ia melemparkan kepada mereka petunjuk-Nya, barang siapa yang mendapatkan darinya niscaya ia akan mendapatkan petunjuk, dan barang siapa yang menyalahinya niscaya ia akan sesat, maka yang demikian itu, aku katakan keringnya pena (ilmu) atas ilmu Allah. (H. R. Tirmidzi). 2. Nabi Muhammad SAW

Yang menjadi guru atau pendidik dalam Islam adalah Nabi

Muhammad SAW. Para Rasul yang diutus Allah dengan risalah Ilahiyah,

semuanya adalah para mu’allim yang ditugasi untuk menyampaikan

petunjuk kepada ummatnya agar menempuh jalan yang lurus, serta

18Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam. . .., h. 59. 19Abî Isâ Muhammad ibnu Ĩsa ibnu Saurah at-Tirmidzî, Sunan at-Tirmidzî,, Kitâb

al-Imân, Bâb. Man Jâa Fi Iftiraq Hâdzihi al-Ummah, (tt.p., Dar al-Fikr, 1994), Juz 4, h. 292.

Page 22: SIFAT PENDIDIK DALAM PERSPEKTIF HADISrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21619/1/UMMI... · Interaksi atau hubungan timbal balik antara pendidik dan siswa itu merupakan

13

menyelamatkan mereka dari kegelapan menuju alam yang terang. Juga

mengajarkan kepada ummatnya apa yang belum mereka ketahui.20

Nabi sendiri mengidentifikasikan dirinya sebagai mu’allim

(pendidik). Nabi sebagai penerima wahyu al-Qur’an yang bertugas

menyampaikan petunjuk-petunjuk kepada seluruh umat Islam kemudian

dilanjutkan dengan mengajarkan kepada manusia ajaran-ajaran tersebut.

Hal ini pada intinya menegaskan bahwa kedudukan nabi sebagai pendidik

ditunjuk langsung oleh Allah SWT21. Hadis Nabi:

أشي نإف اهللا نوعديو نآرقال نؤرقي ءآلؤه ريى خلع لآ … تثعا بمنإو نوملعيو نوملعتي ءآلؤهو مهعنم أشي نإو ماهطعأ 22)بن ماجهرواه ا( املعم

…Semua orang berada dalam kebaikan. Yaitu orang-orang yang membaca al-Qur’an dan berdoa kepada Allah, jika Allah berkehendak Ia akan memberikannya (pahala), dan jika Ia berkehendak Ia akan mencegahnya, dan orang-orang yang belajar dan mengajarkan, sesunnguhnya aku diutus sebagai seorang pendidik. (H.R. Ibnu Majah).

3. Orang Tua

Islam mengajarkan bahwa pendidik pertama dan utama yang paling

bertanggung jawab terhadap perkembangan jasmani dan rohani preserta

didik adalah kedua orang tua untuk mendidik diri dan keluarganya,

terutama anak-anaknya. Dalam ilmu pendidikan kedudukan orang tua

adalah sebagai pendidik kodrat/primair. Karena secara kodrat memang

anak berasal dari orang tua, sehingga orang tua lah yang mempunyai

tanggung jawab primair dalam mendidik anak.23

Keluarga disebut sebagai lingkungan pertama karena dalam

keluarga inilah anak pertama kalinya mendapatkan pendidikan dan

bimbingan. Dan keluarga disebut sebagai lingkungan pendidikan yang

utama karena sebagian besar hidup anak berada dalam keluarga, maka

20Abudin Nata, Pendidikan Dalam Perspektif Hadits . .., h. 209. 21Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam. . .., h. 59. 22Ibnu Mâjah, Zawâid Ibnu Mâjah ala al-Kutub al-Khamsah, (Beirut: Dar al-Kutub

al-Alamiyah, 1993), h. 60. 23M Alisuf Sabri, Pengantar Ilmu Pendidikan, (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2005),

Cet. Ke-1, h. 10.

Page 23: SIFAT PENDIDIK DALAM PERSPEKTIF HADISrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21619/1/UMMI... · Interaksi atau hubungan timbal balik antara pendidik dan siswa itu merupakan

14

pendidikan yang paling banyak diterima oleh anak adalah di dalam

keluarga, dari merekalah anak mulai mengenal pendidikannya. Dasar

pandangan hidup, sikap hidup, dan keterampilan hidup banyak tertanam

sejak anak berada di tengah orang tua dan keluarganya.

Oleh karena itu kehidupan dalam keluarga jangan sampai

memberikan pengalaman-pengalaman atau meninggalkan kebiasan-

kebiasaan yang tidak baik yang dapat merugikan perkembangan anak

kelak di masa dewasa. 24 Dan orang tua berkewajiban memberikan

pendidikan yang terbaik untuk anak-anak mereka. Sabda Nabi:

25)بن ماجهرواه ا( بهموأحسنو أد مآادلوا أومرآا Muliakanlah anak-anakmu dan perbaguslah adab mereka. (H.R. Ibnu Majah).

4. Guru

Sejalan dengan perkembangan tuntutan kebutuhan manusia, orang

tua dalam situasi tertentu tidak dapat memenuhi semua kebutuhan

pendidikan anaknya. Untuk itu, mereka melimpahkan pendidikan anaknya

kepada lingkungan sekolah.

Namun, pelimpahan ini tidak sama sekali mengurangi tanggung

jawab orang tua. Mereka tetap memegang tanggung jawab pertama dan

terakhir dalam pendidikan anak, mempersiapkannya agar beriman kepada

Allah dan berakhlak mulia, membimbingnya untuk mencapai kematangan

berpikir dan keseimbangan psikis, serta mengarahkannya agar membekali

diri dengan berbagai ilmu dan keterampilan yang bermanfaat.

Orang yang menerima amanat orang tua untuk mendidik anak itu

disebut guru, yang meliputi guru madrasah atau sekolah, sejak dari taman

kanak-kanak sampai sekolah menengah, dosen di perguruan tinggi, kyai di

pondok pesantren, dan sebagainya. Namun guru bukan hanya penerima

24M Alisuf Sabri, Pengantar Ilmu Pendidikan …, h. 22. 25Ibnu Mâjah, Zawâid Ibnu Mâjah…, h. 486.

Page 24: SIFAT PENDIDIK DALAM PERSPEKTIF HADISrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21619/1/UMMI... · Interaksi atau hubungan timbal balik antara pendidik dan siswa itu merupakan

15

Hadis Nabi:

) اه أحمدرو(وال تعسروا اورسا يورشبو علموا Ajarilah (orang lain tentang agama) dan berilah berita gembira, mudahkanlah mereka, dan janganlah kamu mempersulit mereka. (H.R. Ahmad). Dengan demikian dalam Islam ada empat yang dapat menjadi

pendidik, yaitu: Allah, para Nabi, kedua orang tua dan orang lain (guru).

C. Peran dan Tugas Pendidik

Kehadiran guru dalam proses pembelajaran merupakan peranan yang

penting, peranan guru itu belum dapat digantikan oleh teknologi apapun, baik

radio, tape recorder, internet maupun oleh komputer yang paling modern. Banyak

unsur-unsur manusiawi seperti sikap, sistem nilai, perasaan, motivasi kebiasaan

dan keteladanan, yang diharapkan dari proses pembelajaran, yang tidak dapat

kecuali melalui pendidik.

1. Guru Sebagai Pendidik dan Pengajar

Guru mempunyai peran ganda sebagai pendidik dan pengajar, kedua

peran tersebut dapat dilihat perbedaannya, tetapi tidak bisa dipisahkan. Tugas

utama sebagai pendidik adalah membantu mendewasakan anak. Dewasa

secara psikologis, sosial, dan moral.

Dewasa secara psikologis berarti individu telah bisa berdiri sendiri tidak

bergantung pada orang lain serta telah mampu bertanggung jawab atas

perbuatannya, serta mampu bersikap objektif. Dewasa secara sosial berarti

telah mampu menjalin hubungan sosial dan kerja sama dengan orang dewasa

lainnya, dan telah mampu melaksanakan peran-peran sosial. Dewasa secara

moral, yaitu telah memiliki seperangkat nilai yang ia akui kebenarannya, ia

26Hery Noer Ali, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1999), Cet. Ke-2,

h. 92-93.

Page 25: SIFAT PENDIDIK DALAM PERSPEKTIF HADISrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21619/1/UMMI... · Interaksi atau hubungan timbal balik antara pendidik dan siswa itu merupakan

16

pegang teguh dan mampu berperilaku sesuai dengan nilai-nilai yang menjadi

pegangannya.

Tugas utama guru sebagai pengajar adalah membantu perkembangamn

intelektual, afektif, psikomotor melalui penyampaian pengetahuan, pemecahan

masalah, latihan-latihan afektif dan keterampilan. Pada waktu guru

menyampaian pengetahuan, tidak mungkin terlepas dari upaya mendewasakan

anak, dan upaya mendewasakan tidak mungkin dilepaskan dari mengajar.

Guru sebagai pendidik terutama berperan dalam menanamkan nilai-nilai

ideal yang merupakan standar dalam masyarakat. Sebagai pendidik guru

bukan hanya penanam dan pembina nilai-nilai, tetapi ia juga berperan sebagai

model, dan sebagai suri tauladan bagi anak.27

2. Guru sebagai Pembimbing

Selain sebagai pendidik dan pengajar, guru juga mempunyai peran

sebagai pembimbing. Perkembangan anak tidak selalu mulus dan lancar,

adakalanya lambat dan mungkin berhenti sama sekali, dalam situasi seperti itu

mereka perlu mendapatkan bantuan dan bimbingan dalam upaya membantu

anak mengatasi kesulitan atau hambatan yang dihadapi dalam

perkembangannya, guru berperan sebagai pembimbing.28

Sebagaimana yang dijelaskan Ahmad D. Marimba bahwa upaya

melakukan bimbingan kepada peserta didik merupakan tugas seorang

pendidik, termasuk juga mengenali segala sesuatu yang berkenaan dengan

peserta didik, baik menyangkut kebutuhan maupun kesanggupannya.

Jabatan pendidik atau guru memiliki banyak tugas, baik yang terikat

oleh dinas maupun di luar dinas dalam bentuk pengabdian. Tugas pendidik

tidak hanya sebagai suatu profesi, tetapi juga sebagai suatu tugas kemanusiaan

dan kemasyarakatan.

Tugas pendidik sebagai suatu profesi menuntut kepada pendidik untuk

mengembangkan profesionalitas diri sesuai perkembangan ilmu pengetahuan

dan teknologi. Mendidik, mengajar, dan melatih anak didik adalah tugas

27Nana Saodih Sukmadinata, Landasan Psikologis Proses Pendidikan, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2003), Cet. I, h. 253.

28Nana Saodih Sukmadinata, Landasan Psikologis…, Cet. I, h. 254.

Page 26: SIFAT PENDIDIK DALAM PERSPEKTIF HADISrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21619/1/UMMI... · Interaksi atau hubungan timbal balik antara pendidik dan siswa itu merupakan

17

pendidik sebagai suatu profesi. Pekerjaan yang bersifat profesi adalah

pekerjaan yang hanya dapat dilakukan oleh mereka yang khusus dipersiapkan

untuk itu, bukan sembarang orang yang mengemban pekerjaan itu sebatas

coba-coba karena tidak ada lapangan pekerjaan lain.

Selanjutnya, mengingat tugas dan tanggung jawab pendidik yang

begitu kompleknya, maka profesi ini memerlukan persyaratan khusus antara

lain:

a. Menuntut adanya keterampilan yang berdasarkan konsep dan teori ilmu

pengetahuan yang mendalam

b. Menekankan adanya tingkat pendidikan dalam bidang tertentu sesuai

dengan bidang profesinya

c. Menuntut adanya tingkat pendidikan keguruan yang memadai

d. Adanya kepekaan terhadap dampak kemasyarakatan dari pekerjaan yang

dilaksanakannya

e. Memungkinkan perkembangan sejalan dinamika dari pekerjaan.29

Tugas guru sebagai pendidik berarti meneruskan dan mengembangkan

nilai-nilai hidup kepada anak didik. Tugas pendidik sebagai pengajar berarti

meneruskan dan mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi kepada

anak didik. Tugas pendidik sebagai pelatih berarti mengembangkan

keterampilan dan menerapkannya dalam kehidupan demi masa depan anak

didik.30

Tugas kemanusiaan adalah salah satu segi dari tugas pendidik atau

guru. Sisi ini tidak bisa pendidik abaikan, karena pendidik harus terlibat

dengan kehidupan di masyarakat dengan interaksi sosial. pendidik harus

menanamkan nilai-nilai kemanusiaan kepada anak didik. Dengan begitu anak

didik dididik agar mempunyai sifat kesetiakawanan sosial.

Pendidik harus dapat menempatkan diri sebagai orang tua kedua,

dengan mengemban tugas yang dipercayakan orang tua kandung anak didik

29 Moh. Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2005), Cet ke-17, h. 15.

30Moh. Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional…, h. 7.

Page 27: SIFAT PENDIDIK DALAM PERSPEKTIF HADISrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21619/1/UMMI... · Interaksi atau hubungan timbal balik antara pendidik dan siswa itu merupakan

18

عليه رضي اهللا عنه قال قال رسول اهللا صلى اهللا ةريره ىبأ نع …31إنما انا لكم بمنزلة الوالد اعلمكم : وسلم

Dari Abi Hurairah ia berkata, Rasulullah SAW bersabda: aku bagi kalian seperti orang tua yang akan mengajarkan kalian…

Dari Hadis di atas dijelaskan Nabi sebagai seorang Rasul ia juga

berperan sebagai pendidik untuk ummatnya dan memposisikan dirinya sebagai

orang tua ke dua yang penuh rasa kasih dan sayang dalam mendidik anak-

anaknya, memahami kondisi dan watak peserta didiknya. Dengan begitu,

proses pendidikan akan berjalan dengan baik.

Di bidang kemasyarakatan merupakan tugas pendidik yang juga tidak

kalah pentingnya. Pada bidang ini pendidik mempunyai tugas mendidik dan

mengajar masyarakat untuk menjadi warga negara Indonesia yang bermoral

pancasila. Memang tidak dapat dipungkiri bila pendidik mendidik anak didik

sama halnya ia mencerdaskan bangsa Indonesia. Bila dipahami, maka tugas

pendidik tidak hanya sebatas dinding sekolah, tetapi juga sebagai penghubung

antara sekolah dan masyarakat.32

Mengenai tugas pendidik atau guru, para ahli pendidik Islam dan ahli

pendidikan Barat telah sepakat bahwa tugas pendidik ialah mendidik. Yaitu

mengupayakan perkembangan seluruh potensi anak didik, baik potensi

psikomotorik, kognitif, maupun potensi afektif. Semua potensi ini harus

dikembangkan secara simbang sampai ke tingkat setinggi mungkin.33

31Abî at-Ŧayyib, Muhammad Syams al-Haq al-Adzîm Abâdî, Aun al-Ma’bũd, Kitâb at-

Tahârah , (Beirut: Dar al-Kutub al-Alamiyyah), Jilid I, t.t. 32Syaiful Bahri Djamarah, Guru Dan Anak Didik . . ., h. 37. 33 Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan Dalam Perspektif Islam, (Bandung: PT. Remaja

Rosdakarya, 2001), Cet. Ke-4, h. 74.

Page 28: SIFAT PENDIDIK DALAM PERSPEKTIF HADISrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21619/1/UMMI... · Interaksi atau hubungan timbal balik antara pendidik dan siswa itu merupakan

19

Ramayulis dalam bukunya Ilmu Pendidikan Islam, menjelaskan tugas

pendidik atau guru dalam pendidikan Islam di bagi kepada dua:

1. Tugas Secara Umum

Guru, sebagai “warasat al-anbiya” (pewaris para Nabi) yang pada

hakikatnya mengemban misi rahmatan lil-‘âlamin, yakni suatu misi yang

mengajak manusia untuk tunduk dan patuh pada hukum-hukum Allah, guna

memperoleh keselamatan dunia dan akhirat. Kemudian misi ini dikembangkan

kepada pembentukan kepribadian yang berjiwa tauhid, kreatif, beramal saleh

dan bermoral tinggi.

Selain itu tugas pendidik yang utama adalah menyempurnakan,

membersihkan, menyucikan hati manusi untuk bertaqarrub kepada Allah.

Sejalan dengan ini Abd al-Rahman al-Nahlawi menyebutkan tugas pendidik

yang pertama: fungsi penyucian yakni berfungsi sebagai pembersih,

pemelihara, dan pengemban fitrah manusia. Kedua: fungsi pengajaran yakni

menginternalisasikan dan mentransformasikan pengetahuan dan nilai-nilai

agama kepada manusia.

2. Tugas Secara Khusus adalah:

a. Sebagai pengajar (intruksional) yang bertugas merencanakan program

pengajaran dan melaksanakan program yang telah disusun, dan

penilaian setelah program itu dilaksanakan.

b. Sebagai pendidik (edukator) yang mengarahkan peserta didik pada

tingkat kedewasaan yang berkepribadian insan kamil, seiring dengan

tujuan Allah menciptakan manusia.

c. Sebagai pemimpin (managerial), yang memimpin dan mengendalikan

diri sendiri, peserta didik dan masyarakat yang terkait. Menyangkut

upaya pengarahan, pengawasan, pengorganisasian, pengontrolan,

partisipasi atas program yang dilakukan itu.34

Secara singkat penulis dapat menyimpulkan, bahwa guru memiliki

peran yang begitu urgen, terutama dalam proses kegiatan belajar mengajar. Ia

34 Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam . . ., h. 63

Page 29: SIFAT PENDIDIK DALAM PERSPEKTIF HADISrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21619/1/UMMI... · Interaksi atau hubungan timbal balik antara pendidik dan siswa itu merupakan

20

tidak hanya berperan sebagai pengajar, tetapi juga sebagai pendidik dan

pembimbing. Kemudian pendidik juga mempunyai tugas yang begitu berat.

Oleh karena itu, kegiatan mendidik ini harus dilakukan oleh orang-orang yang

memiliki kemampuan dari segi kognitif saja, tetapi juga semua aspek

kepribadiaannya.

D. Tanggung Jawab Pendidik

Sebagai pendidik, guru bertanggung jawab mencerdaskan kehidupan anak

didik. Pribadi susila yang cakap adalah yang diharapkan ada pada diri setiap anak

didik. Tidak ada seorang guru pun yang mengharapkan anak didiknya menjadi

sampah masyarakat. Untuk itulah guru dengan penuh dedikasi dan loyalitas

berusaha membimbing dan membina anak didik agar di masa mendatang menjadi

orang yang berguna bagi nusa dan bangsa.35

Memberikan ilmu pengetahuan kepada anak didik adalah suatu perbuatan

yang mudah, tetapi untuk membentuk jiwa dan watak anak didik itulah yang

sukar, sebab anak didik yang dihadapi adalah makhluk hidup yang memiliki otak

dan potensi yang perlu dipengaruhi dengan sejumlah norma hidup sesuai ideologi,

falsafah dan bahkan agama.

Menjadi tanggung jawab pendidik untuk memberikan sejumlah norma itu

kepada anak didik agar tahu mana perbuatan yang susila dan asusila, mana

perbuatan yang bermoral dan amoral. Semua norma itu tidak mesti pendidik

berikan ketika di kelas, di luar kelas pun sebaiknya pendidik contohkan melalui

sikap, tingkah laku, dan perbuatan. Pendidikan dilakukan tidak semata-mata

dengan perkataan, tetapi dengan sikap, tingkah laku, dan perbuatan.

Anak didik lebih banyak menilai apa yang pendidik tampilkan dalam

pergaulan di sekolah dan di masyarakat daripada apa yang guru katakan, tetapi

baik perkataan maupun apa yang pendidik tampilkan, keduanya menjadi penilaian

anak didik. Jadi apa yang pendidik katakan harus pendidik paraktekkan dalam

kehidupan sehari-hari.

35Syaiful Bahri Djamarah, Guru Dan Anak Didik Dalam Interaksi Edukatif, (Jakarta:PT. Rineka Cipta, 2000), Cet. Ke-1 h . 34.

Page 30: SIFAT PENDIDIK DALAM PERSPEKTIF HADISrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21619/1/UMMI... · Interaksi atau hubungan timbal balik antara pendidik dan siswa itu merupakan

21

Pendidik atau guru yang bertanggung jawab memiliki beberapa sifat,

Sebagaimana yang dikutip oleh Syaiful Bahri Djamarah menurut Wens Tanlain

ialah:

1. Menerima dan mematuhi norma, nilai-nilai kemanusiaan 2. Memikul tugas mendidik dengan bebas, berani, gembira (tugas

bukan menjadi beban baginya) 3. Sadar akan nilai-nilai yang berkaitan dengan perbuatannya serta

akibat-akibat yang timbul 4. Menghargai orang lain, termasuk anak didik 5. Bijaksana dan hati-hati, dan 6. Takwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa.36

Jadi pendidik harus bertanggung jawab atas segala sikap, tingkah laku, dan

perbuatannya dalam rangka membina jiwa dan watak anak didik. Dengan

demikian, tanggung jawab pendidik adalah untuk membentuk anak didik agar

menjadi orang bersusila yang cakap, berguna bagi agama, dan bangsa di masa

yang akan datang.

Adapun tanggung jawab pendidik dalam perspektif Islam menurut pendapat

Abd al-Rahman al-Nahlawi yang dikutip oleh Ramayulis adalah:

“Tanggung jawab pendidik dalam perspektif Islam adalah mendidik individu supaya beriman kepada Allah dan melaksanakan syariat-Nya, mendidik diri supaya beramal saleh, dan mendidik masyarakat untuk saling menasehati dalam melaksanakan kebenaran, saling menasehati agar tabah dalam menghadapi kesusahan beribadah kepada Allah serta menegakkan kebenaran”.37

Tanggung jawab itu bukan hanya tanggung jawab moral seorang pendidik

terhadap peserta didik, akan tetapi lebih jauh dari itu pendidik akan

mempertanggung jawabkan atas segala tugas yang dilaksanakannya kepada Allah.

Sebagaimana hadis Rasul:

:صلى اهللا عليه وسلم ابن عمر رضي اهللا عنه قال قال رسول اهللا عنعلى أهل آلكم راع وآلكم مسؤل عن رعيته والأمير راع والرجل راع

لؤسم مكلآو اعر مكلكف هدلوبيته والمرأة راعية على بيت زوجها و )يذمرالت اهور( .هتيعر نع

36Syaiful Bahri Djamarah, Guru Dan Anak Didik Dalam…,h. 36. 37Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam…, h. 63

Page 31: SIFAT PENDIDIK DALAM PERSPEKTIF HADISrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21619/1/UMMI... · Interaksi atau hubungan timbal balik antara pendidik dan siswa itu merupakan

22

Dari Ibnu Umar ra. berkata: Rasulullah SAW bersabda: masing-masing

kamu adalah pengembala dan masing-masing bertanggung jawab atas gembalanya: pemimpin adalah pengembala, suami adalah pengembala terhadap anggota keluarga, dan istri adalah pengembala di tengah-tengah rumah tangga suaminya dan terhadap anaknya. Setiap orang diantara kalian adalah pengembala, dan masing-masing bertanggung jawab atas apa yang digembalanya.38 (H.R. Tirmidzi).

D. Syarat dan Sifat Pendidik dalam Perspektif Pendidikan Islam

Salah satu unsur penting dari proses kependidikan adalah pendidik. Di

pundak pendidik terletak tanggung jawab yang amat besar dalam upaya

mengantarkan peserta didik kearah tujuan yang dicita-citakan. Dalam hal ini

pendidik bertanggung jawab memenuhi kebutuhan kebutuhan peserta didik, baik

spiritual, intelektual, moral, estetika maupun kebutuhan pisik peserta didik. Untuk

dapat mengemban dan melaksanakan tugas dan tanggung jawab tersebut

dibutuhkan syarat dan sifat yang harus dimiliki oleh seorang pendidik agar kelak

diharapkan bisa menunaikan tugasnya dengan baik.

Ahmad Tafsir menyebutkan dalam bukunya “Ilmu Pendidikan Dalam

Perspektif Islam” sebagaimana yang dikutip dari pendapat Soejono, menyebutkan

bahwa syarat pendidik atau guru adalah sebagai berikut:

1. Dewasa

Tugas mendidik adalah tugas yang amat penting karena menyangkut

perkembangan seseorang jadi menyangkut nasib seseorang. Oleh

karena itu, tugas itu harus dilakukan secara bertanggung jawab, itu

hanya dapat dilakukan oleh orang yang telah dewasa; anak-anak tidak

dapat dimintai pertanggung jawaban.

2. Sehat Jasmani dan Rohani

Jasmani yang tidak sehat akan menghambat pelaksanaan pendidikan,

bahkan dapat membahayakan anak didik bila mempunyai penyakit

38Nadjid ahjad, Tarjamah al-Jâmi’ as-Şagîr, Jilid IV, (Surabaya: PT. Bina Ilmu, 1995,

Cet. Ke- II, h. 121.

Page 32: SIFAT PENDIDIK DALAM PERSPEKTIF HADISrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21619/1/UMMI... · Interaksi atau hubungan timbal balik antara pendidik dan siswa itu merupakan

23

menular. Dari segi rohani, orang gila berbahaya juga bila ia mendidik

karena ia tidak akan mampu bertanggung jawab.

3. Ahli dalam Mengajar

Ini penting sekali bagi pendidik, termasuk guru, orang tua di rumah

sebenarnya perlu sekali mempelajari teori-teori ilmu pendidikan.

Dengan pengetahuannya itu diharapkan ia akan lebih berkemampuan

menyelenggarakan pendidikan bagi anak-anaknya di rumah. Sering

kali terjadi kelainan pada anak didik disebabkan oleh kesalahan

pendidikan di dalam rumah tangga.

4. Berkesusilaan dan Berdedikasi Tinggi.

Syarat ini amat penting dimiliki untuk melaksanakan tugas-tugas

mendidik selain mengajar. Bagaimana guru akan memberikan contoh-

contoh kebaikan bila ia sendiri tidak baik perangainya? Dedikasi tinggi

tidak hanya diperlukan dalam mendidik. Selain mengajar, dedikasi

tinggi juga diperlukan dalam meningkatkan mutu mengajar.39

Mereka yang dianggap layak untuk mendidik sebagai pengajar di

lembaga-lembaga pendidikan formal (sekolah-sekolah atau perguruan tinggi)

tentu saja tidak cukup bila hanya mereka yang telah memenuhi syarat-syarat

formal empiris belaka, atau hanya mereka yang memenuhi formalitas saja. Hal ini

disebabkan karena untuk mengisi pekerjaan atau jabatan sebagai pengajar yang

dapat dipertanggungjawabkan untuk mendidik murid dengan sebaik-baiknya,

diperlukan orang-orang yang sungguh berjiwa asli sebagai pengajar.

Dalam perspektif ilmu pendidikan Islam, maka secara umum untuk

menjadi pendidik atau guru yang baik dan diperkirakan dapat memenuhi tanggung

jawab yang dibebankan kepadanya, menurut Prof. Dr. Zakiah Daradjat tidak

sembarangan, tetapi harus memenuhi beberapa persyaratan seperti di bawah ini:

1. Takwa Kepada Allah SWT

Guru, sesuai dengan tujuan ilmu pendidikan Islam, tidak mungkin

mendidik anak didik agar bertakwa kepada Allah, jika ia sendiri tidak

bertakwa kepada-Nya. Sebab ia adalah teladan bagi anak didiknya

39Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan…, h. 80-81.

Page 33: SIFAT PENDIDIK DALAM PERSPEKTIF HADISrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21619/1/UMMI... · Interaksi atau hubungan timbal balik antara pendidik dan siswa itu merupakan

24

sebagaimana Rasulullah saw menjadi teladan bagi umatnya. Sejauhmana

seorang guru mampu memberi teladan yang baik kepada semua anak

didiknya. Sejauh itu pulalah ia akan diperkirakan berhasil mendidik

mereka agar menjadi generasi penerus bangsa yang baik dan mulia.

2. Berilmu

Ijazah bukan semata-mata secarik kertas, tetapi suatu bukti, bahwa

pemiliknya telah mempunyai ilmu pengetahuan dan kesanggupan tertentu

yang diperlukannya untuk suatu jabatan.

Guru pun harus mempunyai ijazah agar ia diperbolehkan mengajar.

Kecuali dalam keadaan darurat, misalnya jumlah anak didik sangat

meningkat, sedang jumlah guru jauh dari mencukupi. Tetapi dalam

keadaan normal ada patokan bahwa makin tinggi pendidikan guru makin

baik pendidikan dan pada gilirannya makin tinggi pula derajat masyarakat.

3. Berkelakuan Baik

Budi pekerti guru penting dalam pendidikan watak anak didik.

Guru harus menjadi teladan, karena anak-anak bersifat suka meniru. Di

antara tujuan pendidikan yaitu membentuk akhlak yang mulia pada diri

pribadi anak didik dan ini hanya mungkin bisa dilakukan jika pribadi guru

berakhlak mulia pula. 40

Guru yang tidak berakhlak baik tidak mungkin dipercaya untuk

mendidik. Di antara akhlak mulia guru tersebut adalah mencintai

jabatannya sebagai guru, bersikap adil terhadap semua anak didiknya,

berlaku sabar dan tenang, berwibawa, gembira, bersifat manusiawi,

bekerjasama dengan guru-guru lain, bekerjasama dengan masyarakat.

Di Indonesia untuk menjadi guru diatur dengan beberapa

persyaratan, yakni berijazah, profesional, sehat jasmani dan rohani, takwa

kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berkepribadian luhur, bertanggung

jawab, dan berjiwa nasional.41

40Zakiah Dradjat, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2004), Cet

ke-4, h. 41-42 41Syaiful Bahri Djamarah, Guru Dan Anak Didik Dalam …, h. 34.

Page 34: SIFAT PENDIDIK DALAM PERSPEKTIF HADISrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21619/1/UMMI... · Interaksi atau hubungan timbal balik antara pendidik dan siswa itu merupakan

25

Adapun syarat-syarat pendidik dalam perspektif Islam menurut an-

Nahlawi yang dikutip oleh Samsu Nizar adalah:

1. Mempunyai watak dan sifat rubbaniyah yang terwujud dalam tujuan, tingkah laku, dan pola pikirnya.

1. Bersifat ikhlas; melaksanakan tugasnya sebagai pendidik semata-mata untuk mencari keridhaan Allah dan menegakkan kebenaran.

3. Bersifat sabar dalam mengajarkan berbagai pengetahuan kepada peserta didik.

4. Jujur dalam menyampaikan apa yang diketahuinya. 5. Senantiasa membekali diri dengan dengan ilmu, kesediaan diri untuk

terus mendalami dan mengkajinya lebih lanjut. 6. Mampu menggunakan metode mengajar secara bervariasi. 7. Mampu mengelola kelas dan peserta didik, tegas dalam bertindak dan

proporsional. 8. Mengetahui kehidupan psikis peserta didik. 9. Tanggap terhadap berbagai kondisi dan perkembangan dunia yang

dapat mempengaruhi jiwa, keyakinan atau pola berpikir peserta didik. 10. Berlaku adil terhadap peserta didiknya. 42

Adapun sifat yang harus dimiliki pendidik dalam perspektif

pendidikan Islam menurut para ahli pendidikan Islam , diantaranya:

1. Menurut al-Abrasyi, seperti yang dikutip oleh Ahmad Tafsir dalam

buku “Ilmu Pendidikan Dalam Perspektif Islam” menyatakan sifat

yang harus dimiliki oleh pendidik adalah:

a. Zuhud b. Tidak ria c. Tidak memendam rasa dengki dan iri hati d. Ikhlas dalam melaksanakan tugas e. Konsisten f. Bijaksana g. Lemah lembut.43

2. Menurut al-Ghazali, seperti yang dikutip oleh Ramayulis dan Samsul

Nizar dalam buku “Ensiklopedi Tokoh Pendidikan Islam”

menyebutkan sifat yang harus dimiliki seorang pendidik, adalah:

a. Pendidik hendaknya memandang serta menyanyangi anak didiknya

seperti anak sendiri

b. Dalam melaksanakan tugasnya, tidak mengharapkan imbalan

42 Samsul Nizar, Filsafat Pendidikan Islam …, h. 45-46. 43Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan Dalam…, h. 82.

Page 35: SIFAT PENDIDIK DALAM PERSPEKTIF HADISrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21619/1/UMMI... · Interaksi atau hubungan timbal balik antara pendidik dan siswa itu merupakan

26

c. Mengamalkan ilmunnya

d. Kepada peserta didik yang berakhlak buruk, sebaiknya pendidik

menegurnya sebisa mungkin dengan penuh kasih sayang.

3. Menurut Ibnu Khaldun

a. Pendidik hendaknya menjadi uswatun hasanah bagi peserta didik

b. Pendidik hendaknya memperhatikan kondisi peserta didik dalam

memberikan setiap pelajaran

c. Pendidik hendaknya memiliki kemampuan intelektual yang luas, yang

paham betul dengan pertumbuhan dan perkembangan peserta didik.44

Dari persyaratan-persyaratan di atas, terlihat jelas bahwa menjadi

seorang pendidik tidak mudah. Ia menghendaki sifat dan persyaratan

tertentu yang perlu dipenuhi sebelum profesi tersebut ditekuninya. Oleh

karena itu, tak heran jika Islam meletakkannya pada posisi sangat mulia dan

terhormat.

E. Hak Pendidik

Pendidik merupakan orang yang begitu berjasa dalam mencerdaskan anak

bangsa. Di tangan merekalah tercipta generasi-generasi yang menjadi kebanggaan

bangsa dan negara, oleh karena itu, pendidik berhak untuk mendapatkan:

1. Gaji. Dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional pada bab XI

Pasal 40, dijelaskan bahwa tenaga pendidik dan kependidikan berhak

untuk memperoleh penghasilan dan jaminan kesejahteraan sosial yang

pantas dan memadai. 45 Karena pekerjaan mendidik sudah menjadi

lapangan profesi, maka ia berhak untuk untuk mendapatkan kesejahteraan

dalam kehidupan ekonomi berupa gaji atau honorarium. Seperti di negara

Indonesia ini, pendidik merupakan bagian aparat negara yang mengabdi

untuk kepentingan negara melalui sektor pendidikan. Namun jika

dibandingkan dengan negara maju, penghasilan untuk pendidik belum

44Ramayulis dan Samsul Nizar, Ensiklopedi Tokoh Pendidikan di Dunia dan Indonesia,

(Ciputat, PT. Ciputat Press Group, 2005) h. 12. 45Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional, (Bandung: Fokus Media, 2009), h. 21.

Page 36: SIFAT PENDIDIK DALAM PERSPEKTIF HADISrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21619/1/UMMI... · Interaksi atau hubungan timbal balik antara pendidik dan siswa itu merupakan

27

memadai. akan tetapi, karena dedikasi dan loyalitas yang tinggi tidak

menjadi halangan bagi para pendidik untuk mendidik para siswanya.

2. Penghargaan. Dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional juga

dijelaskan bahwa pendidik berhak untuk mendapatkan penghargaan sesuai

dengan tugas dan prestasi kerja46.

F. Kedudukan Pendidik

Pendidikan merupakan cultural transition yang bersifat dinamis ke arah

suatu perubahan yang kontinu sebagai sarana vital bagi membangun kebudayaaan

dan peradaban umat manusia. Dalam hal ini pendidik bertanggung jawab

memenuhi kebutuhan peserta didik baik spiritual, intelektual, moral, estetika

maupun kebutuhan fisik peserta didik.

Dalam kegiatan belajar mengajar, pendidik memegang peranan penting

dan kunci bagi berlangsungnya kegiatan pendidikan. Tanpa kelas, gedung dan

peralatan-peralatan lainnya proses pendidikan masih dapat berjalan walaupun

dalam keadaan darurat. Tetapi tanpa guru, proses pendidikan hampir tidak

mungkin dapat berjalan. Pendidik dalam kegiatan pendidikan bagaikan ruh bagi

jasad.47

Persyaratan yang cukup banyak untuk dipenuhi oleh guru menunjukkan

bahwa tanggung jawab dan tugas guru memang berat. Namun, justru karena itulah

dia mendapatkan kedudukan yang amat tinggi. Guru mendapat kedudukan dan

penghormatan yang tinggi, karena amat besar jasa dalam membimbing,

mengarahkan, memberi pengetahuan, membentuk akhlak, dan menyiapkan diri

agar siap menghadapi hari depan. Dalam Islam pendidik sangatlah dihargai

kedudukannya. Hal ini dijelaskan oleh Rasul, dalam sebuah hadis yang berbunyi:

ى تح ضرألي اف نمو اتاومالس يف نم هل رفغتسيل ماللعا نإو… رئاى سلع رمقال لضفآ دابعى اللع ماللعا لضفو اءمي الف انتيحال

46 Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional…, h. 22. 47Abuddin Nata, Perspektif Islam Tentang Pola Hubungan Guru dan Murid, (Jakarta:

Raja Grafindo Persada 2001), h. 206.

Page 37: SIFAT PENDIDIK DALAM PERSPEKTIF HADISrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21619/1/UMMI... · Interaksi atau hubungan timbal balik antara pendidik dan siswa itu merupakan

28

Dan sesungguhnya para penuntut ilmu akan dimohonkan ampunan oleh

semua yang ada di langit dan bumi hingga ikan-ikan di lautan. Dan keutamaan seorang yang berilmu (pendidik) atas orang yang ahli ibadah seperti halnya bulan dan bintang bintang, sesungguhnya ulama adalah pewaris para Nabi. Sesungguhnya Nabi tidak mewariskan dinar dan dirham, sesungguhnya para Nabi hanya mewarisi ilmu pengetahuan, maka barangsiapa mengambilnya maka ambillah dengan bagian yang besar. (H.R. Abu Daud).48 Sabda Rasul tersebut menggambarkan tingginya kedudukan orang yang

mempunyai ilmu pengetahuan (pendidik) dengan diberikan kedudukan yang

begitu istimewa oleh Allah, yakni dimintakan ampunan oleh seluruh makhluk

yang ada di langit dan dibumi, mempunyai derajat yang lebih mulia dari pada

seorang yang ahli ibadah, serta menjadi seseorang yang dipercaya untuk

meneruskan tugas yang sangat mulia, yaitu sebagai pewaris para Nabi.

Hal ini beralasan karena dengan pengetahuan dapat mengantarkan manusia

untuk selalu berpikir dan menganalisa hakikat semua fenomena yang ada di alam,

sehingga mampu membawa manusia semakin dekat dengan Allah. Dengan

kemampuan yang ada pada manusia terlahir teori-teori untuk kemaslahatan

manusia.

Namun perlu diingat bahwa pendidik yang mendapat keistimewaan

tersebut adalah para pendidik yang mengamalkan ilmu yang dimilikinya. ilmunya

tidak hanya ia manfaatkan untuk dirinya, tapi juga untuk orang-orang di

sekitarnya.

Pendidikan Islam sarat dengan konsepsi ketuhanan yang memiliki

berbagai keutamaan. Abd al-Rahman al-Nahlawi menggambarkan orang yang

berilmu diberi kekuasaan menundukkan alam semesta demi kemaslahatan

manusia. Oleh karena itu dalam kehidupan sosial masyarakat, para ilmuwan

(pendidik) dipandang memiliki harkat dan martabat yang tinggi. Dan itu pulalah

sebabnya al-Ghazali meletakkan posisi pendidik pada posisi yang penting, dengan

48Sunân abî Dâud, Bab. Al-Hatsu ‘Ala Ŧalab al-Ilmi, (tt.p: Dar al-Fikr, t.t.), Jilid Ke-3, h. 313.

Page 38: SIFAT PENDIDIK DALAM PERSPEKTIF HADISrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21619/1/UMMI... · Interaksi atau hubungan timbal balik antara pendidik dan siswa itu merupakan

29

keyakinan bahwa pendidik yang benar merupakan jalan untuk mendekatkan diri

pada Allah dan untuk mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat.

Keutamaan dan tingginya kedudukan guru dalam Islam merupakan realisasi

ajaran Islam itu sendiri, Islam memuliakan ilmu pengetahuan, sedangkan ilmu

pengetahuan itu di dapat dari belajar dan mengajar, maka sudah pasti agama Islam

memuliakan seorang pendidik.49

49Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam…, h. 61.

Page 39: SIFAT PENDIDIK DALAM PERSPEKTIF HADISrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21619/1/UMMI... · Interaksi atau hubungan timbal balik antara pendidik dan siswa itu merupakan

BAB III

KEDUDUKAN HADIS A. Pengertian Hadis

Kata hadis dalam Kamus Arab Indonesia, mempunyai arti berlaku, lawan

kata lama, menceritakan dan memberitahukan.1

Kata hadis berasal dari akar kata: Dari segi اثيدحو حدث يحدث حدوثا bahasa, kata hadis mempunyai beberapa arti yaitu:

1. Baru (jadîd), lawan kata dari terdahulu (qadîm)

2. Dekat (qarîb), tidak lama lagi terjadi, lawan dari jauh (ba’îd)

3. Warta berita (khabar), sesuatu yang dipercakapkan dan dipindahkan

dari seseorang kepada orang lainnya.2

Sedangkan dari segi terminologi menurut para ahli hadis adalah:

وتقريرا ما أضيف الى النبي صلى اهللا عليه وسلم قولا أوفعلا أ"

".أوصفةSesuatu yang disandarkan kepada Nabi SAW, baik berupa

perkataan, perbuatan, taqrir, maupun sifat beliau”. Menurut Mahmud at-Thahan sebagaimana dikutip Abdul Majid Khon,

hadis adalah:

.اريرقتوا ألعفوأ الوق انآ اءوس ملسو هيلع ى اهللالى صبالن نع اءا جم

1Mahmud Yunus, Kamus Arab Indonesia, (Jakarta: Hidakarya Agung, 2007), h. 99. 2Muhammad Ahmad, et. al. Ulumul Hadis, (Bandung: CV. Pustaka Setia, 2000), Cet. Ke-

2, h.18.

30

Page 40: SIFAT PENDIDIK DALAM PERSPEKTIF HADISrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21619/1/UMMI... · Interaksi atau hubungan timbal balik antara pendidik dan siswa itu merupakan

31

Sesuatu yang datang dari Nabi SAW baik berupa perkataan atau perbuatan atau persetujuan”.3

Dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa hadis merupakan sumber

berita yang datang dari Nabi SAW. Adakalanya hadis itu bersifat qauli

(perkataan), adakalanya bersifat fi’li (perbuatan), dan adakalanya bersifat taqrîri

(persetujuan).

B. Kedudukan Hadis

1. Sebagai Dasar Hukum Islam

Seluruh umat Islam telah sepakat bahwa hadis merupakan salah satu

sumber ajaran Islam. Ia menempati posisi ke dua sebagai sumber ajaran Islam.

Keharusan mengikuti hadis bagi umat Islam baik berupa perintah maupun

larangannya sama halnya dengan kewajiban mengikuti al-Qur’an.4 Hal ini

karena hadis Nabi merupakan penafsiran al-Qur’an dalam praktek atau

penerapan ajaran ajaran Islam secara faktual dan ideal. Mengingat bahwa

pribadi Rasulullah merupakan perwujudan dari al-Qur’an yang ditafsirkan

untuk manusia, serta ajaran agama Islam yang dijabarkan dalam kehidupan

sehari-hari, 5 dengan demikian segala uraian dalam hadis berasal dari al-

Qur’an.

Hadis sebagai sumber Islam ke dua setelah al-Qur’an, selalu

berintegrasi dengan al-Qur’an. Beragama tidak mungkin bisa sempurna tanpa

sunnah sebagaimana syariah tidak mungkin sempurna tanpa didasarkan

kepada sunnah, begitu pula halnya menggunakan hadis tanpa al-Qur’an.

Antara hadis dengan al-Qur’an memiliki kaitan sangat erat yang untuk

memahami dan mengamalkannya tidak bisa dipisahkan atau berjalan sendiri-

sendiri.

3Abdul Majid Khon, Ulumul Hadis, (Jakarta: Amzah, 2008) Cet. Ke-1 h.2 4Utang Ranuwijaya, Ilmu Hadis, (Jakarta: Gaya Media Pratama, 2001) Cet. Ke-4 h. 19 5Muhammad Ahmad, Ilmu Hadis…, h. 18

Page 41: SIFAT PENDIDIK DALAM PERSPEKTIF HADISrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21619/1/UMMI... · Interaksi atau hubungan timbal balik antara pendidik dan siswa itu merupakan

32

Untuk mengetahui sejauh mana kedudukan hadis sebagai sumber ajaran

Islam, dapat dilihat beberapa dalil dari al-Qur’an dan hadis seperti di bawah

ini:

a. Dalil al-Qur’an

⌧ .

Wahai orang-orang yang beriman, tetaplah beriman kepada Allah

dan rasul-Nya dan kepada Kitab yang Allah turunkan kepada rasul-Nya serta Kitab yang Allah turunkan sebelumnya. barangsiapa yang kafir kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya, dan hari Kemudian, Maka Sesungguhnya orang itu telah sesat sejauh-jauhnya. (QS: an-Nisa: 36)

Pada surat di atas Allah menyeru kaum muslimin agar beriman

kepada Allah, Rasul-Nya (Muhammad SAW), al-Qur’an, dan kitab yang

diturunkan sebelumnya. Kemudian pada akhir ayat Allah SWT

mengancam orang-orang yang mengingkari seruan-Nya.

Selain memerintahkan umat Islam agar percaya kepada Rasulullah

SAW, Allah juga menyerukan agar umat-Nya mentaati segala bentuk

perundang-undangan dan peraturan yang dibawanya baik berupa perintah

maupun larangan. Tuntutan taat dan patuh pada Rasululah ini sama halnya

dengan tuntutan taat dan patuh pada Allah SWT.

b. Dalil hadis

Selain berdasarkan ayat-ayat al-Qur’an di atas, kedudukan hadis ini

juga dapat dilihat melalui hadis-hadis Rasul sendiri. Banyak hadis yang

Page 42: SIFAT PENDIDIK DALAM PERSPEKTIF HADISrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21619/1/UMMI... · Interaksi atau hubungan timbal balik antara pendidik dan siswa itu merupakan

33

menggambarkan hal ini dan menunjukkan perlunya ketaatan kepada

perintah-Nya. Dalam salah satu pesannya berkenaan dengan keharusan

menjadikan hadis sebagai pedoman hidup di samping al-Qur’an Rasulullah

SAW bersabda sebagai berikut:

اهللا ابتا آهمب متكسمت نا إا مدبا أولضت نل نيرما مكيف تآرت 6 )كالم اهور(. هلوسر ةنسو

Aku tinggalkan dua pusaka pada kalian, jika kalian berpegang pada keduanya niscaya tidak akan tersesat, yaitu kitab Allah (al-Qur’an) dan sunnah Rasul-Nya. (HR. Mâlik).

Dalam salah satu taqrir (ketetapan) Rasul juga memberikan

petunjuk kepada umat Islam, bahwa dalam menghadapi berbagai persoalan

hukum dan kemasyarakatan, ke dua sumber ajaran yakni al-Qur’an dan

hadis merupakan sumber asasi, sebagaimana dialog antara Rasul SAW

dengan Muadz bin Jabal menjelang keberangkatannya ke Yaman.

Rasulullah bertanya”bagaimana kamu akan menetapkan hukum bila kamu

dihadapkan pada suatu masalah yang memerlukan penetapan hukum?

Muadz menjawab” saya akan menetapkannya dengan kitab Allah”. Lalu

Rasul bertanya lagi “bagaimana seandainya kamu tidak mendapatkannya

dalam kitab Allah”, Muadz menjawab” dengan sunnah Rasulullah, lalu

Rasulllah bertanya lagi “seandainya kamu tidak mendapatkannya dalam

kitab allah dan sunnah Rasul? Muadz menjawab “saya akan berijtihad

dengan pendapat saya sendiri. Kemudian Rasulullah menepuk pundak

Muadz seraya berkata “ segala puji bagi Allah yang telah menyelaraskan

utusan seorang Rasul dengan sesuatu yang Rasul kehendaki.(HR. Abi

Daud).7

Berdasarkan penjelasan di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa

dalam Islam hadis memiliki kedudukan yang begitu penting, selain al-

6Manşũr Alî Nâşif, al-Jâmi’ lil Uşũl, Kitâb al-Islâm wal îman, Juz I, (Beirut: Dar

al-Jâih, t.t.), h. 47. 7 Abî Dâud Sulaiman bin al-Asy’at as-Sijistânî, Sunân Abî Dâud, Kitab al-

Aqdhiyah, Juz 5, (Suriyah: Dar al-Hadis, t.t.), h. 18.

Page 43: SIFAT PENDIDIK DALAM PERSPEKTIF HADISrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21619/1/UMMI... · Interaksi atau hubungan timbal balik antara pendidik dan siswa itu merupakan

34

Qur’an hadis juga dapat dijadikan sumber asasi dalam menghadapi

berbagai persoalan hukum dan kemasyarakatan. Jika dalam menyelesaikan

suatu perkara tidak didapati penjelasannya dari al-Qur’an, maka langkah

selanjutnya adalah merujuk pada hadis Nabi. Kemudian, jika tidak

ditemukan penjelasannya, maka seseorang boleh mengambil langkah

ijtihad. Mengikuti hadis merupakan kewajiban bagi umat Islam

sebagaimana halnya mengikuti al-Qur’an baik dalam bentuk larangan

maupun perintahnya. Al-Qur’an dan hadis mempunyai kaitan yang sangat

erat, hal ini karena hadis merupakan penafsiran dari al-Qur’an.

Oleh karena itu dalam mengamalkannya tidak bisa dipisahkan atau

berjalan sendiri-sendiri.

2. Sebagai Dasar Pendidikan

Selain sebagai sumber hukum dalam Islam, hadis juga mempunyai

peran penting dalam pendidikan. Sebagaimana diketahui, Nabi dikatakan

sebagai orang yang ummi (tidak bisa baca dan tulis), namun, beliau mempuyai

pengetahuan yang sangat dahsyat dalam berbagai bidang ilmu pengetahuan.

Terbukti bahwa dalam hadisnya Rasul tidak hanya memberikan tuntunan

kepada manusia dalam masalah ibadah saja, namun lebih dari itu, Nabi

memperhatikan semua aspek kehidupan.

Sebagai contoh, banyak hadis-hadis Nabi yang berbicara masalah

pemeliharaan lingkungan, (masalah aferostasi, reboisasi), perlindungan

terhadap kekayaan satwa, kesehatan, kebersihan, motivasi untuk gerak dan

olahraga, dan selainnya. Bahkan penjelasan yang Nabi berikan melalui hadis-

hadisnya lebih lengap dan rinci, mengingat bahwa hadis memang berfungsui

untuk memperjelas isi kandungan al-Quran yang begitu global. Dengan

demikian jelaslah bahwa selain sebagai sumber hukum Islam, hadis juga

berperan penting dalam Pendidikan. Hal ini membuktikan bahwa, sebagai

seorang Rasul yang diutus Allah untuk memberikan petunjuk kepada seluruh

manusia, Nabi juga berperan sebagai pendidik. Hadis Nabi:

Page 44: SIFAT PENDIDIK DALAM PERSPEKTIF HADISrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21619/1/UMMI... · Interaksi atau hubungan timbal balik antara pendidik dan siswa itu merupakan

35

آل على خير هوآلء يقرؤن القرآن ويدعون اهللا فإن يشأ …أعطاهم وإن يشأ منعهم وهوآلء يتعلمون ويعلمون وإنما بعثت

8)رواه إبن ماجه(معلما …semua orang berada dalam kebaikan. Yaitu orang-orang yang

membaca al-Qur’an dan berdoa kepada Allah, jika Allah berkehendak ia akan memberikannya (pahala), dan jika ia berkehendak Ia akan mencegahnya, dan orang-orang yang belajar dan mengajarkan, sesunnguhnya aku diutus sebagai seorang pendidik. (H.R. Ibnu Majah).

3. Sebagai Sumber Ilmu Pengetahuan

Kedudukan yang lain dari hadis adalah sebagai sumber ilmu

pengetahuan. Akal dan panca indera adalah dua sumber yang teramat penting

dalam ilmu pengetahuan. Dan keduanya merupakan kenikmatan dan karunia

yang besar yang dianugerahkan Allah SWT kepada manusia agar dapat

memahami dirinya dan alam sekitarnya. 9 Semua ini sebagaimana tertuang

dalam al-Qur’an sebagai berikut:

☺ ⌧ ☺

.

Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatupun, dan dia memberi kamu pendengaran, penglihatan dan hati, agar kamu bersyukur”. (QS: an-Nahl: 18)

Akal dan panca indera adalah termasuk sarana terpenting yang dapat

membantu manusia membangun peradaban di bumi dan melaksanakan tugas

kekhalifahan sebagaimana yang dikehendaki oleh Allah SWT.

Menurut Yusuf al-Qardlawy, “ ….., keunggulan ilmu pengetahuan

yang dimiliki oleh Adam ‘Alaihissalam, bapak seluruh umat manusia,

terhadap para malaikat adalah merupakan kelebihan yang paling menonjol

8Ibnu Mâjah, Zawâid Ibnu Mâjah ala al-Kutub al-Khamsah, (Beirut: Dar al-Kutub al-Alamiyah, 1993), h. 60.

9Yusuf Al-Qardlawy, Sunnah Ilmu …, h, 17.

Page 45: SIFAT PENDIDIK DALAM PERSPEKTIF HADISrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21619/1/UMMI... · Interaksi atau hubungan timbal balik antara pendidik dan siswa itu merupakan

36

yang mengistimewakan Adam ‘Alaihissalam atas para malaikat itu, dan ilmu

itu yang menentukan pilihan kepada Adam Alaihissalam untuk dapat

menduduki status khalifah di dunia.10

Ditambahkan lagi oleh beliau, “…., sungguhpun demikian akal juga

tidak terhindar dari kesalahan, akal juga sering tergesa-gesa, sombong, atau

dikuasai oleh ambisi.11

Karena itu, akal sebagaimana dikemukakan oleh Imam Muhammad

Abduh memerlukan penolong yang dapat membimbingnya ke jalan yang

benar ketika ia melalui persimpangan jalan, jebakan-jebakan, dan kawasan

asing bagi akal. Pembimbing akal adalah wahyu Ilahi. Wahyu ini diturunkan

oleh Allah kepada Rasul-Nya yang dijadikan sebagai penjelasan dan

pengurai kandungan al-Qur’an.12

Dari keterangan di atas, dapat disimpulkan bahwa hadis juga

merupakan sumber ilmu pengetahuan yang paling sempurna dibanding

dengan panca indera dan akal. Dikatakan demikian, karena keduanya tidak

luput dari kekurangan, keterbatasan, dan kesalahan.

Kemudian menurut M. Quraiys Syihab, al-Qur’an menganjurkan

manusia untuk memperhatikan alam raya, langit, bumi, bintang-bintang,

udara, darat lautan dan sebagainya, agar manusia melalui perhatiaannya

tersebut mendapat berganda yaitu:

a. Menyadari kebesaran dan keagungan Tuhan dan

b. Memanfaatkan segala sesuatu untuk membangun dan memakmurkan

bumi di mana ia hidup.13

Dari pernyataan di atas, al-Qur’an sebagai sumber hukum Islam

pertama merupakan sumber ilmu pengetahuan. Dikatakan demikian karena

al-Qur’an berisi anjuran kepada manusia untuk memperhatikan alam raya ini,

dan ini secara tidak langsung memerintahkan kepada manusia untuk berfikir.

10Yusuf Al-Qardlawy, Sunnah Ilmu Pengetahuan dan Peradaban…., h. 118. 11Yusuf Al-Qardlawy, Sunnah Ilmu Pengetahuan dan Peradaban…, h, 119. 12Yusuf Al-Qardlawy, Sunnah Ilmu Pengetahuan dan Peradaban…, h. 120. 13M. Quraiys Syihab, Membumikan Al-Qur’an, Fungsi dan Peran wahyu dalam

Kehidupan Masyarakat, (Bandung: Mizan, 2007), Cet. Ke-8, h. 65.

Page 46: SIFAT PENDIDIK DALAM PERSPEKTIF HADISrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21619/1/UMMI... · Interaksi atau hubungan timbal balik antara pendidik dan siswa itu merupakan

37

Berfikir dari mana asal usulnya dan apa arti dari hidupnya serta ke mana

akhir hayatnya. Hal ini sesuai dengan pendapat beliau pula bahwa al-Qur’an

dengan isinya “membangkitkan rasa yang terpendam dalam jiwa, yang dapat

mendorong manusia untuk mempertanyakan dari mana ia datang, bagaimana

unsur-unsur dirinya, apa arti hidupnya dan ke mana akhir hayatnya”. 14

Ketika manusia dapat memanfaatkan akalnya secara baik maka ia akan

menyadari kebesaran Allah serta keagungan-Nya, dan dapat memanfaatkan

sesuatu yang berada di bumi ini sebagai upaya membangun dan

memakmurkan bumi.

Dengan demikian jika al-Qur’an merupakan sumber ilmu

pengetahuan, maka hadis sebagai penjelas dari al-Qur’an itu sendiri

merupakan sumber ilmu pengetahuan pula.

4. Hadis Sebagai Sumber Peradaban

Peradaban adalah sebuah fenomena kemajuan dalam bidang material,

intelektual, seni, sastra, dan sosial yang terdapat dalam suatu kelompok

masyarakat atau dalam beberapa kelompok masyarakat yang memiliki

kesamaan.

Kata peradaban atau (Hađârah) lawan katanya adalah al-Badawah

(Badui) atau orang yang terkenal bersikap kasar dan liar. Kemudian kata al-

Hađârah bermakna kota, dan lawan katanya adalah al-Badiyah maknanya

desa. al-Hađârah adalah berarti orang kota atau penduduk kota dan al-

Badw adalah orang Badui. Orang Badui terkenal bersikap kaku, kasar, keras,

bodoh dan buta huruf.15

Islam datang untuk mengeluarkan manusia dari kegelapan ke jalan yang

terang. Contohya adalah Islam mengeluarkan manusia dari gelapnya

kehidupan Badui yang ganas menuju kehidupan yang terang yakni kehidupan

yang berperadaban dan berbudaya.

Semua ini seperti dijelaskan di dalam al-Qur’an, sebagai berikut:

14M. Quraiys Syihab, Membumikan Al-Qur’an…, h. 65. 15Yusuf Al-Qardlawy, Sunnah Ilmu …, h. 292.

Page 47: SIFAT PENDIDIK DALAM PERSPEKTIF HADISrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21619/1/UMMI... · Interaksi atau hubungan timbal balik antara pendidik dan siswa itu merupakan

38

⌧ ⌧ ☺

Orang-orang Arab Badwi itu lebih sangat kekafiran dan kemunafikannya, dan lebih wajar tidak mengetahui hukum-hukum yang diturunkan Allah kepada Rasul-Nya. dan Allah Maha mengetahui lagi Maha Bijaksana. (QS: at-Taubah: 97) Karena itu, Islam dengan dalil-dalil al-Qur’an dan Hadis benar-benar

ingin mengubah orang Badui; mengubah sifatnya yang keras dan bodoh

menjadi berdisiplin dan beradab. Dengan demikian mereka akan meningkat

dari segi materi, keilmuan, peradaban, kesenian, sosial, juga dari segi ruh dan

akhlak.16

Dari keterangan di atas, dapat diketahui bahwa hadis pun selain menjadi

sumber ilmu pengetahuan, ia juga menjadi sumber peradaban bagi manusia.

Akan tetapi peradaban yang dikehendaki oleh Islam adalah peradaban yang

menghubungkan manusia dengan Allah dan bumi dengan langit. Dunia

dijadikan sarana untuk menuju akhirat; menggabungkan unsur spiritual

dengan material, menyeimbangkan antara akal dan hati, menyatukan ilmu

dan iman dan meningkatkan moral seiring dengan peningkatan material.17

Dengan demikian, telah jelas bahwa hadis yang merupakan sumber

peradaban hendaknya ditujukan untuk dapat menghubungkan manusia

dengan Allah dan langit dengan bumi. Kemudian dunia dijadikan sarana

untuk menuju akhirat, yang antara lain seperti menyatukan ilmu dan iman,

peningkatan moral seiring dengan peningkatan material.

C. Fungsi Hadis Terhadap al-Qur’an

Secara umum fungsi hadis terhadap al-Qur’an adalah untuk menjelaskan

makna kandungan al-Qur’an yang sangat dalam dan global. Sebagai sumber

ajaran ke dua ia menjadi penjelas (mubayyin) isi kandungan al-Qur’an tersebut.

Hal ini sesuai dengan firman Allah:

16Yusuf Al-Qardlawy, Sunnah Ilmu…, h. 293 17Yusuf Al-Qardlawy, Sunnah Ilmu…, h. 297.

Page 48: SIFAT PENDIDIK DALAM PERSPEKTIF HADISrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21619/1/UMMI... · Interaksi atau hubungan timbal balik antara pendidik dan siswa itu merupakan

39

⌧ Dan kami turunkan kepadamu Al Quran, agar kamu menerangkan pada

umat manusia apa yang Telah diturunkan kepada mereka dan supaya mereka memikirkan. (QS. An-Nahl:44)

Hanya penjelasan itu kemudian oleh para ulama diperinci ke berbagai

bentuk penjelasan.

Secara garis besar ada empat makna fungsi penjelasan hadis terhadap al-

Qur’an yaitu:18

1. Bayân Taqrîr

Bayân taqrîr disebut juga dengan bayan ta’kîd. Yang dimaksud

dengan bayan ini ialah menetapkan dan memperkuat apa yang telah

diterangkan di dalam al-Qur’an. Fungsi hadis dalam hal ini hanya

memperkokoh isi kandungan al-Qur’an. Suatu contoh hadis yang

diriwayatkan oleh Bukhâri, yang berbunyi sebagai berikut:

19)يارخبال اهور(أحدث حتى يتوضاء ا ذإ مآدحأ اةلص لاتقبل

Tidak diterima shalat seseorang yang berhadas sebelum ia berwudhu. (HR. Bukhari).

Hadis di atas menaqrir QS Al-Maidah: 6 mengenai keharusan

berwudhu jika berhadas, ketika seseorang akan melaksanakan shalat. Ayat

yang dimaksud berbunyi20:

18 Abdul Majid Khon, Ulumul Hadis…, h. 16. 19Abî Abdillah Muhammad bin Ismâ’îl al-Bukhâri, Şahîh Bukhâri, Bâb. Wujũb

at-Ŧahârah Li as-Şhalât, (tt.p.: Dar al-Fikr, 1981), Jilid Ke-3, h. 104. 20Munzier Suparta, Ilmu Hadis, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2006), h.

58.

Page 49: SIFAT PENDIDIK DALAM PERSPEKTIF HADISrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21619/1/UMMI... · Interaksi atau hubungan timbal balik antara pendidik dan siswa itu merupakan

40

…Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu hendak mengerjakan shalat, Maka basuhlah mukamu dan tanganmu sampai dengan siku, dan sapulah kepalamu dan (basuh) kakimu sampai dengan kedua mata kaki. (QS. Al-Maidah: 6).

2. Bayân Tafsîr

Yang dimaksud dengan bayân tafsîr adalah bahwa kehadiran hadis

berfungsi untuk memberikan rincian dan tafsiran terhadap ayat-ayat al-

Qur’an yang masih bersifat global (mujmâl), memberikan

persyaratan/batasan (taqyîd) ayat-ayat al-Qur’an yang bersifat mutlak, dan

mengkhususkan (takhsîs) terhadap ayat-ayat al-Qur’an yang masih bersifat

umum.21

Dalam bayân tafsîr ini ada beberapa macam:

a. Tafsîr Mujmal

Mujmal artinya ringkas atau singkat. Dari ungkapan yang

singkat terkandung banyak makna yang perlu dijelaskan. Dengan kata

lain ungkapannya masih bersifat global yang membutuhkan mubayyin

(penjelas).

Diantara contoh tentang ayat-ayat al-Qur’an yang masih

mujmal adalah perintah mengerjakan shalat, puasa, zakat,

disyariatkannya jual beli, nikah qhishas, hudud dan sebagainya. Ayat-

ayat al-Qur’an tentang hal ini masih bersifat global. Teknik

operasional dari kewajiban-kewajiban tersebut tidak dijumpai dalam

al-Qur’an tapi teknik tersebut dijelaskan dalam hadis Rasulullah SAW.

Sebagai contoh di bawah ini akan dikemukakan beberapa hadis

yang berfungsi sebagai bayan tafsir:

21Munzier Suparta, Ilmu Hadis…,h. 61.

Page 50: SIFAT PENDIDIK DALAM PERSPEKTIF HADISrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21619/1/UMMI... · Interaksi atau hubungan timbal balik antara pendidik dan siswa itu merupakan

41

22)يارخبال اهور(ي لصأ ينومتيأا رما آوصلShalatlah kamu sebagaimana kau melihat aku shalat”. (H.R.

Bukhari).

Hadis ini menjelaskan bagaimana mendirikan shalat. Sebab

al-Qur’an tidak menjelaskan secara rinci. Dikatakan bahwa salat itu

wajib bagi setiap orang mukallaf, namun, kapan dan dalam keadaan

bagaimanakah kewajiban itu dilaksanakan. Rasulullah dalam hal ini

menjelaskan syarat, rukun serta praktek pelaksanaannya bagi setiap

orang sesuai keadaannya. Cara salat orang yang muqim, tidak

berpergian dan tidak dalam keaadaan sedang berperang berbeda

dengan orang yang sedang bepergian atau perang.

Demikian pula orang yang keadaan fisiknya tidak

memungkinkan dapat melaksanakan salat dengan cara berdiri, boleh

sambil duduk atau berbaring. Semua penjelasan ini terdapat di dalam

petunjuk Rasulullah SAW. 23 Salah satu ayat yang memerintahkan

shalat adalah:

☺ ⌧

…Dan Dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan ruku'lah

beserta orang-orang yang ruku”. (al-Baqarah: 43).

b. Taqyîd al-Muţlaq

mentaqyid yang muthlaq, artinya membatasi ayat-ayat yang

muthlaq dengan sifat, keadaan, atau syarat-syarat tertentu.24 contoh

hadis yang membatasi (taqyîd) ayat-ayat yang bersifat mutlak, adalah

sabda Rasulullah SAW. Berikut ini:

22Abî Abdillâh…, Bâb. Rahmat an-Nâsi wa al-Bahâimi, (Beirut: Maktabah Al-AŞriyyah, t.t.,), Jilid Ke- 4, h. 1901.

23Abuddin Nata, Al-Qur’an dan Hadits, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2000), Cet. Ke-7 h. 210 24 Utang Ranuwijaya, Ilmu Hadis…, h. 31

Page 51: SIFAT PENDIDIK DALAM PERSPEKTIF HADISrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21619/1/UMMI... · Interaksi atau hubungan timbal balik antara pendidik dan siswa itu merupakan

42

فكال لصفم نم هدي عطقف قارسب ملسو هيلع ى اهللالص اهللا لوسر ىتا )رواه الترمذي(

Rasulullah SAW di datangi seseorang yang membawa pencuri,

maka beliau memotong tangan pencuri tersebut dari pergelangan tangan.25

Hadis ini mentaqyid ayat al-Qur’an surat al-Maidah ayat 38:

☺ ⌧ ⌧

… Laki-laki yang mencuri dan perempuan yang mencuri,

potonglah tangan keduanya (sebagai) pembalasan bagi apa yang mereka kerjakan dan sebagai siksaan dari Allah. (QS: al-Maidah: 38)

Pemotongan tangan pencuri dalam ayat di atas secara

mutlak nama tangan tanpa dijelaskan batas tangan yang harus

dipotong apakah dari pundak, sikut, dan pergelangan tangan. Kata

tangan mutlak meliputi hasta dari bahu pundak, lengan, dan sampai

telapak tangan . kemudian pembatasan itu baru dijelaskan dalam

hadis ketik ada seorang pencuri datang ke hadapan Nabi dan

diputuskan hukuman dengan pemotongan tangan pada pergelangan

tangan.26

c. Tahksîs al-Âm

yang dimaksud mentakhsis yang am di sini, ialah

membatasi keumuman ayat al-Qur’an, sehingga tidak berlaku pada

bagian-bagian tertentu.27

25Abî Isa Muhammad bin Isa bin Saurah Ibnu Mũsa at-Tirmidzi, Sunan at-

Tirmidzi, al-Jâmi’ as-Şaħiħ, Kitab al-Ħudũd, (al-Qahirah: Dar al-Hadis, t.t), Juz 4. h, 51. 26Achmad Gholib, Studi Islam, Pengantar Memahami Agama, Al-Qur’an, Al-

Hadis, dan Sejarah Peradaban Islam, (Jakarta: Faza Media, 2006) Cet Ke-1 h. 104 27Utang Ranuwijaya, Ilmu Hadis… h. 32

Page 52: SIFAT PENDIDIK DALAM PERSPEKTIF HADISrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21619/1/UMMI... · Interaksi atau hubungan timbal balik antara pendidik dan siswa itu merupakan

43

Adapun contoh hadis yang berfungsi untuk mentakhsis

keumuman ayat-ayat al-Qur’an adalah:

ا لو رافلكا ملسملا ثرا يل ملسو هيلع اهللا ىلص يبالن الق 28)يارخبال اهور( .ملسلما رفكاال

Nabi SAW bersabda: Tidaklah oramg Muslim mewarisi dari orang kafir, begitu juga kafir tidak mewarisi dari oramg Muslim. (H.R. Bukhari) Hadis di atas mentakhsis surat an-Nisa ayat: 11

.ثييننالا ظح لثم رآلذل مآدالوى أف اهللا مكيصويAllah mensyariatkan bagimu tentang bagian harta pusaka

anak-anakmu. Yaitu bagian seorang laki-laki sama dengan bagian orang perempuan”. (QS. An-Nisa: 11).

Kandungan ayat di atas menjelaskan pembagian harta

pusaka terhadap ahli waris, baik anak lelaki, anak perempuan, satu

atau banyak, orang tua jika ada anak ataupun tidak, jika ada

saudara maupun tidak, dan seterusnya. Ayat ini bersifat umum,

kemudian dikhususkan dengan hadis Nabi yang melarang

mewarisi harta peninggalan jika berlainaan agama ataupun

pembunuh.

3. Bayân Tasyri

Yang dimaksud dengan bayân tasyri’ adalah mewujudkan suatu

hukum atau ajaran-ajaran yang tidak didapati dalam al-Qur’an. Hadis

Rasulullah dalam segala bentuknya berusaha menunjukkan suatu kepastian

hukum terhadap berbagai persoalan yang tidak terdapat dalam al-Qur’an.

Beliau berusaha menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diajukan para

sahabat atau yang tidak diketahuinya, dengan memberikan bimbingan dan

menjelaskan persoalannya.29

28Abî Abdillâh… Bab. Lâ Yaritsu al-Muslima al-Kâfira, (tt.p.: Dar al-Fikr, t.t.),

Jilid Ke-8, h.14. 29Mudasir, Ilmu Hadis, (Jakarta: Pustaka Setia, 2007), Cet Ke-3, h. 84.

Page 53: SIFAT PENDIDIK DALAM PERSPEKTIF HADISrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21619/1/UMMI... · Interaksi atau hubungan timbal balik antara pendidik dan siswa itu merupakan

44

Dalam hadis terdapat hukum-hukum yang tidak dijelaskan al-

Qur’an. Ia bukan berfungsi sebagai penjelas atau penguat, tetapi hadis

sendirilah yang menjelaskan sebagai dalil atau ia menjelaskan yang tersirat

dalam ayat-ayat al-Qur’an.30

Contoh hadis yang berfungsi untuk bayan tasyri’ ini adalah hadis

tentang perkawinan senasab yang berbunyi:

31)ملسم اهور. (بسالن نم مرا حم ةاعضالر نم مرح اهللا نإ

Sesungguhnya Allah mengharamkan pernikahan karena persusuan sebagaimana halnya Allah telah mengharamkan karena senasab. (H.R. Muslim).

Hadis yang termasuk bayan tasyri’ ini wajib diamalkan

sebagaimana halnya dengan hadis-hadis lain. Ibnu al-Qayyim berkata

bahwa hadis-hadis Rasulullah SAW yang berupa tambahan terhadap al-

Qur’an harus ditaati dan tidak boleh menolak atau mengingkari.32

4. Bayân Nasakh

Secara bahasa, Nasakh, berarti al-Ibtħâl (membatalkan), Izâlah

(menghilangkan), dan Taghyîr (mengubah). Yang kemudian para ulama,

melalui pendekatan bahasa, memberikan pengertian bayan nasakh.

Sedangkan menurut ulama Ushul, nasakh berarti penghapusan oleh syariat

terhadap suatu hukum syara’ dengan dalil syara’yang datang kemudian.

Bagi Ulama Mutaqaddimin, nasakh terjadi karena adanya dalil syara’ yang

mengubah suatu hukum (ketentuan), karena telah berakhir masa

keberlakuannya serta tidak bisa diamalkanlagi. Dan pembuat syariat ayat

tersebut tidak diberlakukan untuk selama-lamanya33.

Intinya, ketentuan yang datang kemudian menghapus ketentuan

yang terdahulu, karena yang terakhir dipandang lebih luas dan lebih cocok

dengan nuansanya. Sehingga hadis yang datangnya sesudah al-Qur’an

30Abdul Majid Khon, Ulumul Hadis…, h. 19. 31Abî al-Ħusain Muslîm al-Ħajjâj, Şâhiħ Muslîm, Bâb. Al-Rađa’, (tt.p., t.p., t.t.),

Jilid Ke- 9, h. 21. 32Mudasir, Ilmu Hadis, (Jakarta: Pustaka Setia, 2007), Cet Ke-3, h. 85. 33Ajjaj al-Khatib, Pokok-Pokok Ilmu Hadis, Ter. Dari Ushul al-Hadits. Oleh

Qodirun Nur, (Jakarta: Gaya Media Pratama, 2003), Cet. Ke-3, 258.

Page 54: SIFAT PENDIDIK DALAM PERSPEKTIF HADISrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21619/1/UMMI... · Interaksi atau hubungan timbal balik antara pendidik dan siswa itu merupakan

45

dapat menghapus ketentuan dan isi kandungan al-Qur’an. Akan tetapi

ketidak berlakuan suatu hukum, harus terlebih dahulu memenuhi syarat-

syarat yang ditentukan. Terutama syarat atau ketentuan adanya nasakh dan

mansukh.

Dalam bayan nasakh ini, ada perbedaan pendapat dikalangan ulama.

Sebagian ada yang mengakui adanya bayan nasakh, dan sebagian lagi

tidak mengakui adanya bayan nasakh ini.

Di antara golongan yang mengaki adanya bayan nasakh adalah

golongan Mu’tazilah, Hanafiyah dan Hazm al-Dhariri. Bagi Mu’tazilah,

fungsi nasakh ini hanya berlaku untuk hadis-hadis yang mutawatir.

Sementara golongan Hanafiyah dalam hal nasakh al-Qur’an dengan

sunnah, tidak mensyaratkan hadisnya mutawatir, tetapi boleh dari hadis

selainnya. Dan Ibnu Hazm berpendapat, meskipun dengan hadis Ahad

sekalipun, sunnah bisa menasakh hukum yang ada dalam al-Qur’an.34

Sedangakn golongan yang tidak mengakui adanya bayan nasakh ini

di antaranya adalah golongan Imam Syafi’i, Madzhab Zahiriyah dan

kelompok Khawarij. Mereka berpendapat, sunnah tidak bisa menghapus

ketentuan yang ada dalam al-Qur’an meskipun di nasakh denagn hadis

mutawatir.35

Salah satu contoh yang biasa diajukan oleh para ulama adalah hadis

yang berbunyi:

36)ىذمرالت اهور( ثارول ةيصا ول

Tidak ada wasiat bagi ahli waris (H.R. Tirmidzi).

Hadis ini menurut mereka menasakh firman Allah surat al-Baqarah:

180:

34Munzir Suparta, Ilmu Hadis…, h. 66. 35 Munzir Suparta, Ilmu Hadis…, h. 66-67. 36Abi Isa Muhammad bin Isa bin Saurah Ibn Musa at-Turmudzi, Sunan at-

Tirmidzi, al-Jâmi’ as-Şaħiħ, Bab Mâ Jâa Lâ Wasiyyat li Wâritsin, (al-Qahirah: Dar al-Hadis, t.t.), Juz 6, h. 309.

Page 55: SIFAT PENDIDIK DALAM PERSPEKTIF HADISrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21619/1/UMMI... · Interaksi atau hubungan timbal balik antara pendidik dan siswa itu merupakan

46

☺ Diwajibkan atas kamu, apabila seorang di antara kamu

kedatangan (tanda-tanda) maut, jika ia meninggalkan harta yang banyak, berwasiat untuk ibu-bapak dan karib kerabatnya secara ma'ruf (Ini adalah) kewajiban atas orang-orang yang bertakwa. (QS. Al-Baqarah: 180).

Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan, bahwa hadis dalam

Islam merupakan sumber hukum kedua setelah al-Qur’an, dan mempunyai

fungsi yang begitu penting dalam Islam. Diantara fungsi hadis adalah

bayân taqrîr, bayân tafsir, bayân tasyri’, serta bayân nasakh.

Page 56: SIFAT PENDIDIK DALAM PERSPEKTIF HADISrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21619/1/UMMI... · Interaksi atau hubungan timbal balik antara pendidik dan siswa itu merupakan

BAB IV

SIFAT PENDIDIK DALAM PERSPEKTIF HADIS

A. Beberapa Sifat Pendidik

Faktor guru sebagai tenaga pendidik sangat dominan dalam menentukan

keberhasilan pendidikan, guru memiliki banyak fungsi di antaranya sebagai

pendidik, pengajar dan pembimbing siswa di sekolah. Terlepas dari fungsi guru

yang telah dikemukakan di atas, faktor terpenting dari seorang guru adalah sifat

dan kepribadiannya.

Sebagai suri tauladan, pendidik (guru) harus memiliki kepribadian yang

dapat dijadikan profil dan idola, seluruh kehidupannya adalah figur yang

paripurna. Itulah kesan terhadap pendidik sebagai sosok ideal, sedikit saja

pendidik berbuat yang kurang baik, akan mengurangi kewibawaannya dan

kharisma pun secara perlahan lebur dari jati diri. Sifat seorang pendidik sangat

besar peranannya dan turut menuntukan keberhasilan proses belajar mengajar.

Rasul dalam hadisnya banyak menjelaskan bagaimana sifat seorang

pendidik yang ideal. Diantara sifat guru yang ideal itu, diantaranya:

1. Penyayang

ثنا معلى بن أسد قال حدثنا وهيب عن أيوب عن أبي قلابة عن حدابن الحويرث أتيت النبي صلى اهللا عليه وسلم في نفر من مالك

رفيقا فلما رأى قومي فأقمنا عنده عشرين ليلة وآان رحيما وا فإذا موهم وصلرجعوا فكونوا فيهم وعلانا إلى أهالينا قال شوق

46

Page 57: SIFAT PENDIDIK DALAM PERSPEKTIF HADISrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21619/1/UMMI... · Interaksi atau hubungan timbal balik antara pendidik dan siswa itu merupakan

47

Dari Mâlik bin Huwairits berkata: aku menemui Rasulullah saw yang berada dalam kelompok kami dari kaumku kemudian kami tinggal bersamanya selama dua puluh malam, dan Rasulullah selalu bersikap ramah dan penuh kasih sayang. Ketika Rasul mengetahui kami telah merasa rindu kepada keluarga kami, maka beliau berkata: “Pulanglah dan temui keluarga kalian, dan tinggallah bersama mereka, ajarilah mereka dan shalatlah kalian ketika telah tiba waktunya dan hendaklah seseorang diantara kalian mengumandangkan adzan dan orang yang lebih tua di antara kami menjadi imam. (H.R. Bukhari).

Pada hadis di atas disebutkan bahwa Rasulullah memerintahkan

para sahabatnya, mereks adalah Bani Laits yang terdiri dari tiga hingga

sepuluh orang,2 untuk pulang dan menemui keluarga mereka ketika para

sahabat berkumpul di kediaman Rasul. Selama mereka tinggal bersama,

Rasul senantiasa mengajak mereka untuk melakukan shalat secara

berjama’ah dan menunjuk seseorang untuk menjadi Imam ketika shalat,

serta mencontohkan kepada mereka tata cara shalat yang benar.

Karena para sahabat sudah lama tidak bertemu dengan keluarga

mereka, Rasul mengetahui bahwa para sahabatnya telah merasa rindu,

menyadari hal itu, dengan sifat kasih dan sayangnya, ia memerintahkan

para sahabat untuk pulang. Rasul tidak mau memaksakan para sahabat

untuk tetap tinggal bersamanya dan melanjutkan pelajaran sedangkan

mereka sudah tidak dapat berkonsentrasi. Karena jika dipaksakan,

dikhawatirkan para sahabat tidak dapat menyerap pelajaran yang diberikan

dengan baik.

Kemudian tidak lupa Rasul berpesan kepada para sahabat untuk

mengajarkan kepada keluarga mereka apa yang telah Ia ajarkan, serta

1Abî Abdillah Muhammad bin Ismâ’íl al-Bukhârî, Şaħîħ al-Bukhâri, Bab Man

Qâla liyuadzin fî as-Safari Muadzinun Wâhidun, (Beirut: Maktabah al-Aşriyyah, t.t.,) Juz 4, h. 1901.

2 Ahmad bin Alî bin Hajar al-Asqalânî, Fatħ al-Bâri, Bab Man Qâla liyuadzin fî as-Safari Muadzinun Wâhidun, (Beirut: Dar al-Fikr, 1993) Juz 2, h. 320.

Page 58: SIFAT PENDIDIK DALAM PERSPEKTIF HADISrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21619/1/UMMI... · Interaksi atau hubungan timbal balik antara pendidik dan siswa itu merupakan

48

beradzan ketika waktu shalat tiba dan menunjuk salah seorang untuk

menjadi Imam ketika melaksanakan shalat berjamaah.

Dalam kitab Fatħ al-Bâri yang merupakan kitab penjelas dari kitab

Şahîh Bukhâri, dikatakan bahwa kata “irji’ũ fakũnu fîhim wa’allimũhum”

menjelaskan bahwa dalam suatu kelompok atau golongan, tidak sepatutnya

seluruh anggota kelompok ikut pergi berperang (ketika itu sedang terjadi

perang Tabuk), tapi utuslah sebagian orang3 untuk pergi mencari ilmu

pengetahuan. Hal ini menunjukkan bahwa, menuntut ilmu sangat

dianjurkan walau dalam keadaan bagaimanapun. Dan orang yang telah

diutus untuk mencari pengetahuan tersebut mempunyai kewajiban untuk

menyebarkan ilmu yang telah didapatnya kepada orang-orang di

sekelilingnya.

Kemudian pada kalimat “Irjiũ ilâ ahlîkum” juga menjelaskan

bahwa Rasul memerintahkan para sahabat untuk pulang menemui keluarga

mereka, karena ia mengetahui para sahabat telah begitu rindu dengan

keluarganya, dan Rasul juga berpesan agar mereka melaksanakan shalat

dan mengajarkan kepada keluarga mereka sebagaimana yang telah Rasul

contohkan, dan menganjurkan untuk orang yang lebih dewasa menjadi

imam dalam shalat.

Tindakan Rasul memerintahkan para sahabat untuk pulang

menemui keluarga mereka merupakan bentuk kasih sayang Rasul, karena

Rasul tidak ingin membiarkan sahabatnya menyimpan kerinduan begitu

lama kepada keluarganya. Disamping itu Rasul tahu, jika memaksakan

para sahabatnya untuk terus belajar, sedangkan mereka sudah tidak lagi

bisa fokus dan berkonsentrasi, hal tersebut tidak akan bermanfaat, karena

mereka tidak akan bisa menyerap pelajaran yang diberikan dengan baik.

Seorang pendidik dituntut untuk dapat memahami kondisi psikologis anak

didiknya, karena dengan begitu, kegiatan belajar mengajar dapat berjalan

dengan kondusif.

3Ahmad bin Alî bin Hajar al-Asqalânî, Fatħ al-Bâri, Kitâb al-Adâb, Bab Rahmat

an-Nâsi wal Bahâimi, (t.tp.: Dar al-Fikr, 1992), Juz, 12. h. 51.

Page 59: SIFAT PENDIDIK DALAM PERSPEKTIF HADISrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21619/1/UMMI... · Interaksi atau hubungan timbal balik antara pendidik dan siswa itu merupakan

49

Hadis di atas menunjukkan keagungan perisai Rasul dengan

memiliki sikap yang lemah lembut dan mengasihi peserta didiknya. Rasul

sejak awal sudah mencontohkan dan mengimplementasikan metode

pendidikan yang tepat terhadap para sahabatnya. Strategi pembelajaran

yang beliau terapkan sangat akurat dalam menyampakan ajaran Islam.

Rasul sangat memperhatikan kondisi dan karakter seseorang, sehingga

nila-nilai Islami dapat ditransfer dengan baik. Rasul juga sangat

memahami naluri dan kondisi setiap orang sehingga beliau mampu

menjadikan peserta didiknya suka cita baik material maupun spiritual4.

Hal ini juga merupakan perintah untuk para pendidik (guru)

berperilaku sebagaimana halnya Rasul dalam mendidik. Seorang pendidik

harus mempunyai sifat lembut dan kasih sayang kepada muridnya, dan hal

ini harus betu-betul dirasakan oleh anak didiknya. Rasa kasih sayang guru

dapat direalisasikan berupa memberi perhatian kepada peserta didiknya,

serta bersedia menjadi tempat untuk mencurahkan hati di saat mereka ada

permasalahan. Sifat seperti ini secara psikologis akan memberikan rasa

nyaman di hati mereka, dan dalam keadaan seperti inilah ilmu

pengetahuan dapat diterima dengan baik oleh peserta didik, sehingga

mereka mampu mendapatkan nilai akhir yang baik dan memuaskan.

Kemudian kata “wa şallũ” dalam riwayat lain dikatakan “wa şallũ

kamâ roaitumũnî uşallî”, menjelaskan bahwa Rasul memerintahkan para

sahabat untuk melakukan shalat sebagaimana yang telah ia ajarkan kepada

mereka 5 . Hal ini mengindikasikan bahwa, sebelum seorang pendidik

memerintahkan orang lain untuk melakukan sesuatu, hendaknya pendidik

memberikan contoh terlebih dahulu. Atau dalam hal ini disebut dengan

metode demonstrasi.

4Abu Aqil Dilangsa. Hadis Metode Pendidikan, dalam www.google.com/Hadis

Pendidikan, 19 Maret, 2009 atau http://alatsar.wordpress.com/19/03/ 2009 Hadis Metode Pendidikan.

5Ahmad bin Alî bin Hajar al-Asqalânî, Fatħ al-Bâri…, h. 51.

Page 60: SIFAT PENDIDIK DALAM PERSPEKTIF HADISrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21619/1/UMMI... · Interaksi atau hubungan timbal balik antara pendidik dan siswa itu merupakan

50

Metode demonstrasi ini dimaksudkan sebagai suatu kegiatan yang

memperlihatkan suatu gerakan atau proses kerja sesuatu, dan metode ini

bertujuan agar pesan yang disampaikan dapat dikerjakan dengan baik dan

benar. 6 Menurut teori belajar sosial, hal yang amat penting dalam

pembelajaran adalah kemampuan individu untuk mengambil intisari

informasi dari tingkah laku orang lain.

Di sisi lain, pendidik tidak boleh memberikan hinaan, omelan

bahkan bentakan kepada peserta didik yang melakukan kesalahan, terlebih

jika kesalahan itu dikarenakan peserta didik tidak mampu untuk menjawab

pertanyaan yang diberikan pendidik. Pendidik harus bersikap bijaksana,

jika hal itu terjadi, maka berikanlah bimbingan yang lebih intensif kepada

mereka, karena kemungkinan hal itu terjadi karena peserta didik tersebut

mempunyai tingkat intelegensi yang rendah, atau bahkan bisa terjadi

karena kesalahan dari pendidik sendiri dalam menyampaikan materi

tersebut, seperti penyampaian dan penggunaan metode yang kurang tepat

atau sebagainya. Mengapa harus demikian? Karena di samping sebagai

sahabat, pendidik juga merupakan pembina dan pembimbing yang

memberikan stimulus bukan dengan dominasi dan paksaan, dan dengan

dorongan bukan dengan celaan.7

Firman Allah:

⌧ ☺

Musa berkata: "Janganlah kamu menghukum aku karena

kelupaanku dan janganlah kamu membebani aku dengan sesuatu kesulitan dalam urusanku". (QS. Al-Kahfi: 73)

Oleh sebab itu, seharusnya para pendidik memahami sisi ini dan

mempraktikkannya kepada siswa didiknya. Berlaku kasar terhadap siswa

dapat membahayakan mereka.

6Abu Aqil Dilangsa. Hadis Metode Pendidikan,,, 7Dede Rosyada, Paradigma Pendidikan Demokratis, (Jakarta: Kencana Prenada

Media Group, 2002), Cet. Ke-III, h. 101.

Page 61: SIFAT PENDIDIK DALAM PERSPEKTIF HADISrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21619/1/UMMI... · Interaksi atau hubungan timbal balik antara pendidik dan siswa itu merupakan

51

Selain itu, pendidik juga tidak boleh menghukum siswa secara fisik

maupun mental dengan semena-mena. Ada tahapan-tahapan yang harus

dilakukan sebelum pendidik memberikan hukman fisik kepada siswa.

Menurut hasil penelitian, di Indonesia ini cukup banyak guru yang menilai

cara kekerasan masih efektif untuk mengendalikan siswa. Akibatnya

adalah terjadi traumatis psikologis, dendam yang mendalam, makin kebal

hukuman, dan cenderung akan melampiaskan kemarahan dan agresif

terhadap siswa lain yang dianggap lemah.8

Kekerasan yang dilakukan oleh pendidik kepada siswa disebabkan

oleh beberapa faktor, di antaranya adalah:

a. Kurangnya pengetahuan pendidik bahwa kekerasan itu tidak efektif

untuk memotivasi siswa atau merubah tingkah laku. Selama ini

kekerasan dilakukan pendidik dengan dalih untuk mendisiplinkan

siswa, justru kekerasan akan mengakibatkan hal-hal yang berdampak

bagi masa depan anak, baik dari segi perkembangan, pertumbuhan

dan kepribadiannya. Akibat kekerasan akan membuat perilaku siswa

menjadi tidak konsisten, yakni “patuh di depan dan berani di

belakang guru”.

b. Adanya persepsi yang parsial dalam menilai siswa. Misalnya, ketika

siswa melanggar, bukan sebatas menangani, tetapi seharusnya

mencari tahu apa yang melandasi tindakan tersebut.

c. Adanya hambatan psikologis, sehingga dalam menangani masalah

pendidik lebih sensitiv dan reaktif.

d. Adanya tekanan kerja; adanya target (standarisasi) yang harus

dipenuhi pendidik, seperi kurikulum, materi, dan prestasi yang harus

dicapai siswa.

e. Pola yang dianut adalah mengedepankan kepatuhan dan ketaatan pada

siswa.

8Abdul Halim Rahmat. Menghilangkan Kekerasan Guru Pada Siswa, 17 Desember, 2008, dalam www.google.com/, Kasih Sayang Guru Pada Siswa, 01 Maret 2010.

Page 62: SIFAT PENDIDIK DALAM PERSPEKTIF HADISrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21619/1/UMMI... · Interaksi atau hubungan timbal balik antara pendidik dan siswa itu merupakan

52

f. Muatan kurikulum yang menekankan pada kemampuan kognitif dan

cenderung mengabaikan kemampuan afektif. Sehingga pendidik dalam

mengajar suasananya cenderung kering, stressful dan tidak menarik,

padahal mereka dituntut untuk mencetak siswa-siswi yang berprestasi.

g. Adanya tekanan ekonomi pada pendidik yang akhirnya menjelma

menjadi bentuk kepribadian yang tidak stabil, emosional, mudah goyah

ketika merealisasikan rencana-rencana yang sulit diwujudkan.9

Karena itu solusi yang bisa ditawarkan untuk menghentkan

kekerasan ini adalah: Pertama, pendidik dan semua warga sekolah

membuat kesepakatan untuk menerapkan pendidikan tanpa kekerasan di

sekolah. Kedua, mendorong dan mengembangkan humanisasi pendidikan

dengan menyatu padukan kesadaran hati dan pikiran, membutuhkan

keterlibatan mental dan tindakan sekaligus, serta mengembangkan suasana

belajar yang meriah, gembira, dengan memadukan potensi fisik dan psikis

menjadi sesuatu kekuatan yang integral. Ketiga, lebih mengedepankan

penghargaan dari pada hukuman. Keempat, terus menerus membekali

pendidik untuk menambah wawasan pengetahuan, kesempatan,

pengalaman baru untuk mengembangakan kreativitas mereka. Kelima,

adanya konseling, tidak hanya siswa yang membutuhkan bimbingan, tetapi

juga pendidik. Sebab pendidik juga mengalami masa sulit yang

membutuhkan dukungan, penguatan dan bimbingan untuk menemukan

jalan keluar yang terbaik. Keenam, segera memberikan pertolongan bagi

siapa pun juga yang mengalami tindakan kekerasan di sekolah, dan

menindaklanjuti serta mencari solusi alternatif yang terbaik. Sehingga

kekerasan tidak menjadi hal yang “biasa dan lumrah” tetapi menjadi suatu

tindakan yang harus mendapat perhatian serius.

Di samping itu, Pendidik dalam mencurahkan kecintaan dan rasa

kasih sayangnya kepada siswa tidak harus selalu diberikan dalam bentuk

hadiah ataupun pujian, akan tetapi sikap tersebut dapat diwujudkan dengan

9Abdul Halim Rahmat. Menghilangkan Kekerasan Guru Pada Siswa…,

Page 63: SIFAT PENDIDIK DALAM PERSPEKTIF HADISrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21619/1/UMMI... · Interaksi atau hubungan timbal balik antara pendidik dan siswa itu merupakan

53

sikap pemberian kesempatan kepada kepada peserta didik yang dipandang

sudah mampu menguasai pelajaran dan mampu untuk mengajarkannya

kepada orang lain, maka hendaknya pendidik memberikan kesempatan

kepada mereka untuk mengajarkannya.

Sikap pendidik seperti itulah yang menjadi idola para siswa,

seorang yang penyayang, lembut, memahami kondisi siswa, serta

bersahabat, dan pendidik seperti inilah yang berpeluang besar mencetak

peserta didik yang tidak hanya pandai pada segi kognitif, tetapi juga dalam

semua aspek kehidupannya.

2. Adil

ديمح نع ابهش ناب نع كالا منربخأ فسوي نب اهللا دبا عنثدح نع اهثدا حمهنأ ريشب نب انمعالن دمحمو نمحالر دبع نب تلحن ينإ القف اهللا لوسى رلا هى بتأ اهبأن أ" ريشب نب انمعالن هعجراف الا قل ال؟ قهلثم تلحن كدلو لآأ القا فاملا غذه يناب 10)يارخلبا اهور(

Dari Nu’mân bin Basyîr r.a. dia berkata: ”Bapak saya mendatangi

Rasulullah ia berkata kepada Rasulullah”Aku memberikan hadiah untuk anakku seorang pembantu, kemudian Rasul bertanya”Apakah semua anakmu kamu berikan hadiah seperti itu? Ia (ayah saya) berkata “Tidak” Rasulullah bersabda”Pulangkan kembali hadiah itu. (H.R. Bukhari).

Dalam hadis ini, dijelaskan bahwa Basyir (ayah Nu’man) datang

menemui Rasulullah dan berkonsultasi kepada beliau tentang pemberian

hadiah yang ia berikan kepada anaknya (Nu’man) berupa seorang

pembantu yang ia berikan untuk membantu Nu’man. Basyir bertanya

kepada Rasul, wahai Rasulullah! Aku telah memberikan anakku seorang

pembantu, kemudian Rasul bertanya kepadanya “Apakah semua anakmu

kau berikan hal yang sama? Ia menjawab “tidak”, maka Rasul bersabda

“Ambil kembali hadiah tersebut”. Setelah itu, Basyir kembali dan

mengambil kembali hadiah yang ingin diberikannya kepada Nu’man.

10Abi Abdillah Muhammad bin Ismail al-Bukhari, Şahîh Bukhari, Kitâb al-

Hibah, Bab al-Isyhâd Fî al-Hibah, (Beirut: Maktabah Ashriyyah, t.t.,) Jilid 5, h. 212.

Page 64: SIFAT PENDIDIK DALAM PERSPEKTIF HADISrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21619/1/UMMI... · Interaksi atau hubungan timbal balik antara pendidik dan siswa itu merupakan

54

Hadis di atas menekankan kepada para orang tua agar bersikap adil.

Hal tersebut sebagaimana digambarkan oleh ayah Nu’mân bin Basyîr

ketika ia mengambil kembali pemberiannya kepada salah satu anaknya

karena dikhawatirkan terjadi keributan diantara mereka.

Secara etimologis, walad berarti sesuatu yang dilahirkan. kata

tersebut merupakan perubahan bentuk dari susunan kata kerja (fi’il)

walada yalidu wilâdatan, wilâdan, wildan 11 . Penggunaan kata tersebut

terkadang dipergunakan sebagai penggambaran anak dalam bentuk fisik

atau sosok seorang anak kecil, terkadang sebagai seorang pemuda atau

bahkan keseluruhan anggota keluarga.

Di dalam Kitab Fatħul Bârî yang merupakan penjelas dari kitab

Şahîh Bukhârî dikatakan bahwa kata “waladika” dalam kalimat “akullu

waladika nahalta mislahu” mencakup anak laki-laki dan perempuan.12 Ini

berarti bahwa dalam memberikan hadiah kepada anak, orang tua harus

memberikannya secara merata kepada semua anaknya baik laki-laki

maupun perempuan, karena mereka mempunyai hak yang sama untuk

mendapatkan perlakuan adil dari orang tua. Di samping itu, orang tua

yang tidak menerapkan sifat adil di antara anak-anaknya dikhawatirkan

akan menimbulkan hubungan yang tidak harmonis dalam keluarganya.

Karena adanya rasa cemburu dan iri dalam hati anak-anaknya.

Adil sering diartikan sebagai sikap moderat, obyektif terhadap

orang lain dalam memberikan hukum, persamaan dan keseimbangan

dalam memberikan hak orang lain tanpa ada yang dilebihkan atau

dikurangi. Kata adil sering disinonimkan dengan kata al-Musawah

(persamaan), dan al-Qisth (moderat/seimbang). Kata adil merupakan

lawan kata zalim13.

Dari penjelasan hadis di atas dapat dipahami, jika orang tua

bermaksud memberikan hadiah kepada salah satu anaknya, maka ia wajib

11 Ahmad Warson Munawwir, al-Munawwir, Kamus Arab Indonesia, (Yogyakarta:1995), h. 1688.

12Ibnu Hajar al-Asqalânî, Fatħul Bârî, Bab al-Isyhâd Fî al-Hibah…, h. 212. 13Abu Mujahid, Berlaku Adil, dalam www.google.com/adil, 19 Maret 2010.

Page 65: SIFAT PENDIDIK DALAM PERSPEKTIF HADISrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21619/1/UMMI... · Interaksi atau hubungan timbal balik antara pendidik dan siswa itu merupakan

55

memberikan hadiah yang sama kepada anak-anaknya yang lain, ia tidak

boleh memberikan hadiah kepada anak tertentu saja, sebab perbuatan

semacam itu sebuah kezaliman kepada anak-anaknya yang lain. Sikap adil

dan tidak pilih kasih orang tua harus diberlakukan kepada pada seluruh

anak-anaknya tanpa pandang bulu. Mereka tidak boleh bersikap pilih kasih

terhadap anak tertentu. Baik kepada anak laki-laki atau perempuan, cantik

ataupun tidak, cerdas ataupun tidak, orang tua harus mencurahkan

perasaan cinta dan kasih sayang yang sama, tegasnya mereka harus

memberikan perlakuan yang sama kepada semua anaknya.14.

orang tua dalam memberikan hibah kepada anak-anaknya dituntut

untuk memberikan hak yang sama, baik untuk anak- laki-laki maupun

perempuan. Tapi tidak halnya dengan warisan. Dalam hal ini anak laki-

laki mendapat bagian lebih banyak dibanding perempuan. Sebab laki-laki

mempunyai tanggungan yang lebih besar untuk keluarganya. Sebagaimana

firman Allah:

… ⌧

Untuk laki-laki semisal dua bagian orang perempuan.

Kemudian pada kata “faarji’hu” menjelaskan bahwa orang tua

sebaiknya menarik kembali pemberian yang diberikan kepada anak

tertentu, jika orang tua tidak bisa untuk memberikannya kepada semua

anak-anaknya. Dalam pengembalian hadiah tersebut ada beberapa

pendapat. Sebagian ulama yang membedakan antara shadaqah dan hibah,

mengatakan jika orang tua memberikan pemberian kepada anaknya

sebagai bentuk shadaqah, maka pemberian tersebut tidak perlu

dikembalikan. Sebab, pemberian tersebut hanya bertujuan untuk

mengaharap pahala di sisi Allah.

Namun, orang tua boleh memberikan pemberian lebih kepada

sebagian anaknya, jika anak yang dilebihkan tersebut mempunyai

14Ibrahim Amini, Anakku Amanat-Nya, Terj. oleh M Anis Manlachela, (Jakarta: al-Huda, 2006), h. 133

Page 66: SIFAT PENDIDIK DALAM PERSPEKTIF HADISrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21619/1/UMMI... · Interaksi atau hubungan timbal balik antara pendidik dan siswa itu merupakan

56

kebutuhan yang lebih besar dibanding anak-anaknya yang lain.15 Sejalan

dengan hal tersebut, M Quraish Syihab, berpendapat bahwa adil adalah

menempatkan segala sesuatu pada tempatnya. Dalam pengertian ini dapat

dipahami bahwa adil bukan berarti sama rata, namun melihat kondisi serta

keperluan. Keadilan merupakan kata yang menunjuk substansi ajaran

Islam. Islam tidak menjadikan sifat kasih sebagai tuntunan tertinggi, ini

karena kasih Dalam kehidupan pribadi apalagi masyarakat dapat

berdampak buruk.16

Anak-anak perlu diajarkan dan diperlakukan adil. Jika ada

perbedaan yakinkan mereka hal itu hanya berdasarkan kebutuhan yang

berbeda, bukan berarti orang tua tidak berlaku adil, sikap adil merupakan

sikap mulia yang perlu diterapkan oleh umat Islam. Sebagai orang tua

penting untuk berlaku adil terhadap seluruh anaknya agar tidak timbul

kecemburuan yang dapat mengganggu keharmonisan keluarga. Namun

yang tak kalah penting, keadilan bukan berarti pembagian uang yang sama.

Kebutuhan anak harus diukur dengan cermat berdasarkan kebutuhannya.17

Contohnya, seorang mahasiswa di Universitas tentu membutuhkan

keuangan yang lebih banyak dibandingkan adiknya yang masih di SMP.

Begitu halnya dengan pendidik, pendidik juga diperintahkan agar

bersikap adil dalam bergaul dengan anak-anak. Tidak boleh bertindak

diskriminatif atau membedakan anak berdasarkan latar belakang maupun

statusnya. Baik terhadap anak orang kaya atau orang miskin, anak laki-laki

maupun perempuan, pintar ataupun tidak. Abuddin Nata menyatakan

bahwa peserta didik yang masuk di lembaga pendidikan tidak ada

perbedaan derajat atau martabat, karena penyelenggaraan pendidikan

dilaksanakan dalam suatu ruangan dengan tujuan untuk memperoleh

pengetahuan dari pendidik. Pendidik harus mengajar anak orang yang

15 Ibnu Hajar al-Asqalânî, Fatħul Bârî, Bab al-Isyhâd Fi al-Hibah…, h. 214. 16 M Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah, Vol 3, (Jakarta: Lentera Hati, 2006), h.

42. 17 Islam Online, Berlaku Adil, dalam www.google.com/, Adil pada Anak, 12

Januari 2009.

Page 67: SIFAT PENDIDIK DALAM PERSPEKTIF HADISrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21619/1/UMMI... · Interaksi atau hubungan timbal balik antara pendidik dan siswa itu merupakan

57

tidak mampu dengan yang mampu secara bersama atas dasar penyediaan

kesempatan belajar yang sama bagi semua peserta didik.18

Di samping itu, Pendidik harus mencurahkan kasih sayang yang

sama, sebab jika pendidik berlaku tidak adil kepada anak-anak didiknya,

dalam hati mereka akan muncul rasa kecemburuan, kedengkian, dan

kebencian kepada anak yang lain. Agar tercipta rasa saling mencintai

diantara anak didiknya, hendaknya para pendidik menciptakan persamaan

derajat tanpa adanya sikap diskriminasi dalam pergaulan kehidupan anak-

anak.19

Namun perlu diingat, walaupun sikap adil harus dirasakan oleh

semua, bukan berarti adanya perlakuan yang sama rata dalam pemberian

waktu luang dan kesempatan yang sama dalam memberikan bimbingan.

Karena tiap siswa mempunyai tingkat intelegensi yang berbeda, ada yang

mudah menangkap pelajaran, dan ada sebagian siswa yang harus

diberikan pelajaran dan perhatian ekstra untuk memahami pelajaran.

Agar tercipta rasa saling mencintai diantara peserta didik,

hendaklah diciptakan persamaan dan kesamaan derajat tanpa adanya

diskriminasi dalam kehidupan peserta didik. Sehingga terciptalah iklim

sosio emosional yang bersahabat antar sesama peserta dan bahkan peserta

didik dengan pendidik di dalam kelas. Hal tersebut memungkinkan siswa

dapat belajar dengan nyaman dan menyenagkan.

Berlaku adil merupakan hal yang sangat penting dalam kehidupan

manusia, Islam memerintahkan ummatnya untuk senantiasa berlaku adil.

Firman Allah:

18Abuddin Nata, Pemikiran Para Tokoh Pendidikan Islam, (Jakarta: PT Raja

Grafindo Persada, 2000), h. 67. 19Muhammad Athiyat al-Abrasyi, Beberapa Pemikiran Pendidikan Islam, Terj.

dari Rûh al-Islâm, oleh Syamsuddin Asyrofi, at all. (Yogyakarta: Titian Ilahi Press, 1996), h. 84

Page 68: SIFAT PENDIDIK DALAM PERSPEKTIF HADISrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21619/1/UMMI... · Interaksi atau hubungan timbal balik antara pendidik dan siswa itu merupakan

58

Hai orang-orang yang beriman hendaklah kamu Jadi orang-orang yang selalu menegakkan (kebenaran) karena Allah, menjadi saksi dengan adil. dan janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap sesuatu kaum, mendorong kamu untuk Berlaku tidak adil. Berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat kepada takwa”. (QS. al-Mâidah: 8).

Tindakan Rasulullah dalam hadis di atas yang membatalkan

keinginan orang tua untuk memberikan hadiah kepada salah seorang

anaknya, menunjukkan bahwa memperlakukan anak secara tidak adil

merupakan perlakuan yang salah. Karena seorang anak mempunyai hak

untuk mendapatkan keadilan dari orang tuanya. Begitu pun dalam dunia

pendidikan sikap adil sangat diperlukan. Karena setiap siswa mempunyai

hak untuk mendapatkan pendidikan dan perlakuan yang sama dari

pendidiknya. Oleh karena itu, jika pendidik bersikap tidak adil, maka

siswa tersebut mempunyai hak untuk menuntut.

Sikap adil memiliki beberapa keitimewaan di antaranya:

a. Sikap adil akan menjamin kelangsungan sebuah konsep

b. Sikap adil lebih menjamin keadaan istiqamah/lurus dan

terhindar dari penyimpangan

c. Sikap adil menunjukkan nilai khairiyah (kebaikan)

d. Posisi adil adalah posisi yang paling aman, jauh dari bahaya

e. Posisi adil adalah pusat persatuan dan kesatuan, dan20

f. Adil merupakan simbol kekuatan.

3. Demokratis dan Motivator

الق ليفن نب رفعج وبا أنثدح الق ورصنم نو ابرمع ينربخأ نب ديعس نع دالخ نب ةمركع نع اهللا ديبع نب لقعى ملع تأرق اهللا لوسر يأنرقأ الق بعآ نب يبأ نع اسبع ناب نع ريبج

20Abu Mujahid, Berlaku adil…

Page 69: SIFAT PENDIDIK DALAM PERSPEKTIF HADISrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21619/1/UMMI... · Interaksi atau hubungan timbal balik antara pendidik dan siswa itu merupakan

59

Dari Ubay bin Ka’ab berkata “Rasulullah membacakan sebuah

surat, lalu ketika aku berada di masjid, tiba-tiba aku mendengar seorang laki-laki membacanya tidak sama dengan bacaanku. Saya berkata ”siapa yang mengajarkanmu surat ini? Dia berkata “Rasulullah”, saya berkata “ kamu tidak boleh meninggalkanku hingga aku datang kepada Rasulullah saw. Maka kami datang kepada beliau, saya berkata “Wahai Rasulullah, sesungguhnya orang ini telah menyelisihi bacaanku dalam surat ini yang engkau ajarkan kepadaku, beliau berkata “wahai Ubay, bacalah!, maka saya membaca dan beliau berkata “bagus!”. Kemudian Rasululah berkata kepada orang laki-laki itu, “bacalah!, maka orang itu membaca selain dengan bacaanku, lalu beliau berkata kepadanya “bagus!”, kemudian beliau bersabda “wahai Ubay, sesungguhnya al-Qur’an diturunkan dalam tujuh huruf (bacaan), semuanya dapat mengobati ketidak pahaman maksudnya dan memadai sebagai hujjah. (H.R. Nasâ’î).

Dalam hadis ini, dijelaskan bahwa ketika Ubay bin Ka’ab sedang

berada di masjid ia mendengar seorang laki-laki membaca al-Qur’an

dengan bacaan yang berbeda dengan yang Rasulullah ajarkan kepadanya.

Kemudian Ubay menghampiri laki-laki itu dan bertanya kepadanya, “siapa

yang mengajarimu cara membacanya?”, laki-laki itu menjawab

“Rasulullah”, kemudian Ubay mengajak laki-laki tersebut untuk menemui

21an-Nasâ’î, al-Mujtabâ, Kitâb al-Iftitâh, Bâb Jâmi’ Ma Jâa Fî al-Qur’ân, (Beirut::

Dar al-Fikr, 1995) Jilid I, h. 164.

Page 70: SIFAT PENDIDIK DALAM PERSPEKTIF HADISrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21619/1/UMMI... · Interaksi atau hubungan timbal balik antara pendidik dan siswa itu merupakan

60

Rasulullah dan menanyakan masalah tersebut kepada Rasul. “wahai Rasul,

laki-laki ini membaca al-Qur’an berbeda dengan bacaan yang telah engkau

ajarkan kepadaku”, kemudian Rasul memerintahkan kepada Ubay untuk

membaca al-Qur’an seperti yang telah ia ajarkan kepadanya, setelah Ubay

membaca, Rasul berkata “bagus”, setelah itu Rasul juga memerintahkan

orang laki-laki tersebut untuk membaca, ia membaca dengan bacaan yang

berbeda dengan Ubay, setelah laki-laki tersebut membaca, Rasul berkata

“bagus”. Kemudian Rasulullah menjelaskan kepada Ubay bahwa al-

Qur’an diturunkan dengan tujuh macam bacaan yang berbeda.

Dalam kitab al-Mujtaba dijelaskan kata “yukhâlifu Qirâatî”

maksudnya adalah ia membaca al-Qur’an dengan sebuah bacaan yang

berbeda dengan bacaanku (Ubay), karena Ubay dan orang laki-laki

tersebut berasal dari daerah yang berbeda, sehingga dalam membaca al-

Qur’an mereka memiliki perbedaan dalam hal dialek. “man ‘allamaka”

maksudnya siapa yang mengajarimu bacaan tersebut.22

Dari hadis di atas bisa ditarik dua hal pokok yang merupakan sikap

agung Rasulullah. Yaitu sikap demokratis Rasul dalam menghadapai

perbedaan dialek seseorang dalam membaca al-Qur’an serta sikap

apresiasi Rasulullah terhadap sahabatnya dengan mengucapkan kalimat

“ahsanta” sebagai pujian dan motivasi untuk sahabatnya dalam belajar al-

Qur’an.

a. Demokratis

Dalam hadis terlihat jelas sikap demokrasi Rasulullah kepada para

sahabatnya dalam membaca al-Qur’an. Rasul tidak memaksakan seseorang

untuk membaca al-Qur’an dengan gaya satu bacaan yang baku dalam

membaca al-Qur’an, sebab Rasul mengerti tiap orang dari daerah yang

berbeda mempunyai dialek (cara membaca) yang berbeda dengan yang

lainnya. Seperti dialek orang Persia berbeda dengan dialek orang Mesir,

dialek orang Arab berbeda dengan dialek orang Non Arab dan sebagainya.

22an-Nasâ’î, al-Mujtabâ…, h. 164.

Page 71: SIFAT PENDIDIK DALAM PERSPEKTIF HADISrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21619/1/UMMI... · Interaksi atau hubungan timbal balik antara pendidik dan siswa itu merupakan

61

Oleh karena itu Rasulullah membolehkan orang membaca al-Qur’an

dengan dialek yang berbeda-beda.

Penjelasan dari hadis di atas merupakan perintah agar pendidik

berperilaku sebagaimana sikap demokratis yang Rasulullah terapkan

dalam mendidik. Sikap demokratis dalam pendidikan sangat penting.

Pendidikan akan memberdayakan manusia untuk menjadi manusia yang

seutuhnya bila mana di dalamnya dikembangkan dan dipegang kukuh

prinsip-prinsip demokrasi.23

Pendidikan yang demokrasi menurut M. Muchjiddin Dimjati dan

Muhammad Roqib, sebagaimana yang dikutip oleh Ramayulis adalah

pendidikan yang berprinsip dasar rasa cinta dan kasih sayang terhadap

semua. Pendidikan yang membedakan anak menurut suku, ras, golongan,

aspirasi politik, sekte, jenis kelamin atau kondisi sosial ekonomi adalah

pendidik yang teoritis yang didasarkan pada prinsip sentimen,

kekhawatiran dan dendam.24

Seorang pendidik selayaknya menerapkan sikap demokratis dalam

proses belajar mengajar. Pendidik harus membiasakan peserta didiknya

untuk berpegang teguh pada kemampuan dirinya sendiri dan diberi

kebebasan dalam berfikir tanpa terpaku pada pendapat orang lain,

sehingga peserta didik bisa menentukan secara bebas masa depannya

sendiri berdasarkan kemampuan yang ada pada dirinya.25

kebebasan seperti ini dapat membiasakan peserta didik menjadi

manusia yang berani mengemukakan pendapat dengan penuh tanggung

jawab. Islam menganjurkan kepada para pendidik agar tidak mengekang

kebebasan individu peserta didik dalam mengembangkan potensi-potensi

yang telah dibawanya sejak lahir.

23Mulyoto, Pendidikan Yang Demokratis, dalam www.google.com/ Demokrasi Pendidikan, 28 Januari, 2010.

24Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Kalam Mulia, 2002), Cet ke-6, h. 325. 25Muhammad Athiyat al-Abrasyi, Beberapa Pemikiran Pendidikan… h. 57.

Page 72: SIFAT PENDIDIK DALAM PERSPEKTIF HADISrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21619/1/UMMI... · Interaksi atau hubungan timbal balik antara pendidik dan siswa itu merupakan

62

Pendidik bukan menekan kebebasan pendapat (bersifat otoriter)

pada peserta didik yang mengakibatkan jiwanya terbelenggu seperti

adanya rasa cemas, gelisah, dan kecewa selama berlangsungnya proses

belajar mengajar.

Menurut Abdurrahman Saleh Abdullah, pendidikan tidak

dipandang sebagai proses pemaksaan dari seorang pendidik untuk

menentukan setiap langkah yang harus diterima oleh peserta didiknya

secara individual. Dengan demikian dalam proses pembelajaran harus

dilandasi oleh nilai-nilai demokrasi yaitu dengan penghargaan terhadap

kemampuan peserta didik, menerapkan persamaan kesempatan dan

memperhatikan keragaman peserta didik.

Pendidik hendaknya memposisikan peserta didiknya sebagai insan

yang harus dihargai kemampuannya dan diberi kesempatan untuk

mengembangkan kemampuannya tersebut. Oleh sebab itu dalam proses

pembelajaran harus dihindari suasana belajar yang kaku, penuh dengan

ketegangan, syarat dengan perintah dan intruksi yang membuat peserta

didik menjadi pasif dan tidak bergairah, cepat bosan dan mengalami

kelelahan26.

b. Motivator

Selain itu, Hadis di atas juga menjelaskan pendidik dianjurkan

untuk memberikan penghargaan kepada peserta didik, baik dalam bentuk

materi, doa, sanjungan dan pujian, sebagai bentuk motivasi yang ia

berikan untuk muridnya.

Penghargaan dengan berbagai bentuknya memiliki pengaruh

ampuh dalam memacu dan memotivasi para siswa untuk giat belajar.

Sebaiknya guru menggunakan metode ini ketika siswa merasa jenuh dan

bosan dalam kegitan belajar mengajar. 27

26Abdurrahman Saleh Abdullah, Teori-Teori Pendidikan Menurut al-Qur’an,

(Jakarta: Rineka Cipta, 1990), h. 84. 27Fuad bin Abdul Aziz, Begini Seharusnya menjadi Guru, Panduan lengkap

Metode Rasulullah, Terj Dari al-Mu’alimu Awwal, Qudwatun Likulli Mu’allim Wal Mu’allimah, oleh Jamaluddin ( Jakarta : Darul Haq, 2009), Cet. Ke-II, h. 79.

Page 73: SIFAT PENDIDIK DALAM PERSPEKTIF HADISrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21619/1/UMMI... · Interaksi atau hubungan timbal balik antara pendidik dan siswa itu merupakan

63

Dalam kegiatan belajar mengajar, peranan motivasi sangat

diperlukan. Motivasi bagi siswa dapat mengembangkan aktifitas dan

inisiatif, dapat mengarahkan dan memelihara ketekunan dalam melakukan

kegiatan belajar. Cara dan jenis menumbuhkan motivasi bermacam-

macam, namun dalam memberikan motivasi tersebut, guru juga harus

berhati-hati, Sebab mungkin maksudnya memberikan motivasi tetapi

justru tidak menguntungkan perkembangan belajar siswa.28

Bentuk penghargaan sangat bervariasi, diantaranya:

a. Penghargaan dalam bentuk materi, merupakan penghargaan dan

motivator yang paling kuat pengaruhnya terhadap terhadap siswa.

Karena di dalamnya terkandung nilai plus dari sekedar memperoleh

materi, yaitu unggul diantara rekan-rekannya, rasa puas guru

terhadapnya, dan memperoleh pujian dari guru-gurunya.

b. Penghargaan dalam bentuk do’a. yaitu mendoakan siswa dengan

keberkahan, kebaikan , taufik, dan yang sejenisnya.

c. Penghargaan dalam bentuk sanjungan (pujian). Yaitu memberikan

pujian kepada murid, contohnya ketika peserta didik mampu

menjawab pertanyaan yang diberikan pendidik dengan perkataan

“bagus”, “pintar”, “hebat”, dan sejenisnya. Metode ini mampu

menumbuhkan rasa percaya diri siswa terhadap keilmuannya, dan

memotivasi siswa yang lain untuk lebih giat belajar, serta memberi

siswa rasa puas dengan apa yang telah dicurahkannya dalam belajar.29

Senada dengan hal tersebut, Sardiman, dalam bukunya “Interaksi

dan Motivasi Belajar Mengajar” menyebutkan beberapa bentuk dan cara

yang dapat digunakan untuk menumbuhkan motivasi dalam kegiatan

belajar mengajar di sekolah, diantaranya:

a. Memberi angka/nilai

Angka dalam hal ini sebagai simbol dari nilai kegiatan

belajarnya. Dalam belajar, banyak siswa yang belajar dengan tujuan

28 Sardiman A.M. Interaksi dan Motivas Belajar Mengajar, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2000), Cety. Ke-7. h. 91.

29 Fuad bin Abdul Aziz…, h. 79-80

Page 74: SIFAT PENDIDIK DALAM PERSPEKTIF HADISrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21619/1/UMMI... · Interaksi atau hubungan timbal balik antara pendidik dan siswa itu merupakan

64

utama untuk mencapai nilai yang bagus. Nilai yang bagus itu bagi para

siswa merupakan motivasi yang sangat kuat. Namun demikian harus

diingat oleh guru bahwa pencapaian angka-angka seperti itu belum

merupakan hasil belajar yang bermakna. Oleh karena itu langkah

selanjutnya yang ditempuh guru adalah bagaimana cara memberikan

angka-angka dapat dikaitkan dengan values yang terkandung di dalam

setiap pengetahuan yang diajarkan kepada para siswa sehingga tidak

sekedar kognitif saja tetapi juga ranah afektif dan psikomotoriknya.

b. Hadiah

c. Saingan/kompetisi

Saingan atau kompetisi dapat digunakan sebagai alat motivasi

untuk mendorong belajar siswa. Persaingan, baik persaingan

individual maupun kelompok dapat meningkatkan prestasi belajar

siswa.

d. Ego-involvement

Menumbuhkan kesadaran kepada siswa agar merasakan

pentingnya tugas dan menerimanya sebagai tantangan sehingga bekerja

keras dengan mempertaruhkan harga diri adalah sebagai salah satu

bentuk motivasi yang sangat penting. Seseorang akan berusaha

dengan segenap tenaga untuk mencapai prestasi yang baik dengan

menjaga harga dirinya. Penyelesaian tugas dengan baik adalah symbol

kebanggaan dan harga diri sebagai tantangan, sehingga bekerja keras

dengan mempertaruhkan harga diri. Begitu juga dengan siswa, mereka

akan belajar dengan keras untuk menjaga harga dirinya.

e. Memberi ulangan

Para siswa akan menjadi giat belajar jika mengetahui akan ada

ulangan. Oleh karena itu memberi ulangan juga merupakan sarana

motivasi. Tetapi yang harus diingat oleh guru, jangan terlalu sering

memberikan ulangan karena akan membuat siswa merasa jenuh.

f. Pujian

Page 75: SIFAT PENDIDIK DALAM PERSPEKTIF HADISrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21619/1/UMMI... · Interaksi atau hubungan timbal balik antara pendidik dan siswa itu merupakan

65

Apabila ada siswa yang yang sukses dan berhasil

menyelesaikan tugas dengan baik, perlu diberikan pujian. Pujian

ini adalah bentuk reinforcement yang positif sekaligus merupakan

motivasi yang baik. Oleh karena itu, agar pemberian ini diharapkan

dapat memberikan motivasi, pemberiannya harus dilakukan

dengan tepat. Dengan pujian yang tepat akan memupuk suasana

yang menyenangkan dan mempertinggi gairah belajar sekaligus

akan membangkitkan harga diri.

g. Hukuman

Hukuman merupakan reinforcement yang negative, namun,

jika diberikan secara tepat dan bijaksana bisa menjadi alat motivasi.

Oleh karena itu, guru harus memahami prinsip-prinsip pemberian

hukuman.30

Adanya motivasi yang baik dalam belajar akan menunjukkan

hasil yang baik pula, dengan adanya usaha yang tekun terutama di

dasari oleh adanya motivasi, maka seseorang yang belajar itu akan

dapat melahirkan prestasi yang baik. Intensitas motivasi seseorang

siswa akan sangat menentukan tingkat pencapaian prestasinya, oleh

karena itu, dalam kegiatan belajar mengajar, pemberian motivasi

seorang pendidik berpengaruh besar bagi peserta didik. 4. Transparan

ابن اهللا دبا عنثدح يفوكال ياميلا شيرق نب ليدب ناب دمحا أنثدح نع اءطع نع مكحال ناب يلع نع انادز ناب ةارمع نع ريمن لئس نم" ملسو هيلع ى اهللالص اهللا لوسر الق: الق ةريري هبأ اهور" (ارالن نم امجلب ةاميلقا موي مجلأ همتآ مث هملع ملع نع 31)يذمرالت

Dari Abî Hurairah r.a. berkata, Rasulullah saw bersabda:”Barang siapa yang ditanya tentang ilmu yang diketahuinya, kemudian ia

30 Sardiman… 92-94 31Abî Isâ Muhammad ibn Ĩsa ibn Saurah ibn Mũsa at-Tirmudzî, Jâmi’ at-

Tirmidzî, Bâb Man jâa Fi Kitmân al-Ilmi, (Riyad: Dâr as-Salâm, t.t.), h. 601.

Page 76: SIFAT PENDIDIK DALAM PERSPEKTIF HADISrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21619/1/UMMI... · Interaksi atau hubungan timbal balik antara pendidik dan siswa itu merupakan

66

menyembunyikannya maka dibelenggulah ia pada hari kiamat dengan belenggu dari api neraka. (H.R. Tirmidzi).

Melalui hadis di atas, Rasulullah memerintahkan kita untuk tidak

menyembunyikan ilmu dan pengetahuan yang kita miliki kepada siapa pun.

Dan itu berarti adanya perintah untuk mengajarkannya tanpa membedakan

murid atas dasar kekayaan dan kedudukan antara orang miskin dan orang

kaya. Apalagi jika yang dimaksud merupakan pengetahuan yang berkaitan

dengan permintaan fatwa atas perkara tertentu. Karena menyembunyikan

ilmu pengetahuan berakibat buruk bagi orang yang berilmu, yaitu adanya

ancaman hukuman yang berat di akhirat nanti dengan dibelenggu dengan

api neraka.

Pada kata “Man suila a’n i’lmin ‘alimahu” yang dimaksud ilmu di

sini adalah ilmu yang dibutuhkan oleh seseorang yang bertanya terutama

pada masalah agama, “Tsumma katamahu” artinya sengaja diam dan tidak

memberikan jawaban atau menahan penjelasan, “uljima” artinya pada hari

kiamat nanti orang yang berilmu namun sengaja menyembunyikan ilmu

pengetahuan yang dimilikinya tersebut mulutnya akan dimasukkan sebuah

cambuk, karena mulut merupakan tempat keluarnya ilmu dan perkataan32.

Imam at-Taibi berkata: balasannya adalah dikekang atau diikat

seperti hewan yang dikendalikan dengan tali kekang, dikekang dari apa

yang dikehendakinya. Karena karakter seorang alim yang hakiki adalah

menyeru kepada kebaikan. Imam Ibnu Hajar berkata: hal di atas

merupakan gambaran jauhnya seseorang dari ahli ilmu dan hikmah. Sebab,

menimba ilmu tujuannya adalah untuk disebarkan dan dimanfaatkan oleh

orang lain.

Ibnu Sayyid berkata: ilmu yang tidak boleh disembunyikan adalah

ilmu yang harus diajarkan kepada orang lain dan hukumnya fardu ain,

misalnya orang kafir yang ingin memeluk Islam dan berkata “ajarilah aku

apa itu Islam?” contoh lain adalah orang yang baru saja masuk Islam dan

32Al-Imâm al-hâfidz Abî al-Ulâ Muhammad Abd ar-Rahman al-Mubârkafũrî

Tuhfat al-Ahwadzi, Bab Man Jâa Fî Kitmân al-Ilmi, (tt.p.: Dar al-Fikr , t.t.) h. 408.

Page 77: SIFAT PENDIDIK DALAM PERSPEKTIF HADISrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21619/1/UMMI... · Interaksi atau hubungan timbal balik antara pendidik dan siswa itu merupakan

67

belum dapat mengerjakan shalat dengan baik, sementara waktu shalat telah

tiba lalu ia berkata “ajarilah aku cara mengerjakan shalat”, dan contoh

lainnya adalah ada orang yang datang meminta fatwa tentang halal atau

haram. Maka dalam perkara-perkara seperti itu janganlah menahan

jawaban, barang siapa yang melakukannya maka ia berhak mendapat

ancaman tersebut.33

Hadis di atas menjelaskan kewajiban para ulama (pendidik) untuk

mengamalkan dan mengajarkan ilmu yang dimilikinya kepada orang yang

membutuhkannya. Sebab, orang yang dengan sengaja menyembuyikan

ilmu pengetahuan merupakan dosa besar dan Allah akan memberikan siksa

yang berat pada hari kiamat nanti, yaitu mulut orang yang

menyembunyikan ilmu tersebut akan di kekang dengan api neraka.

Sudah sewajibnya para pendidik untuk menyebarkan ilmu yang

diketahuinya kepada orang yang membutuhkan, terutama pada hal-hal

yang berkaitan dengan masalah agama. Sebab tujuan seseorang menuntut

ilmu adalah untuk dapat diamalkan dan disebarkan kepada orang lain, agar

orang-orang di sekitarnya dapat mengambil manfaat dari ilmunya tersebut.

Di samping itu, orang berilmu yang tidak mengamalkan ilmunya

merupakan gambaran yang yang jauh dari sosok ahli ilmu dan hikmah.34

Seseorang yang mengamalkan ilmunya tidak akan rugi, semakin

banyak ilmu yang ia sebarkan kepada orang lain, maka akan semakin

bertambah dalam pula ilmu yang dimilikinya. Sebab, seseorang yang

mengajarkan ilmu yang telah diketahuinya kepada orang lain, secara tidak

langsung ia sedang mengulang pelajaran yang telah ia pelajari, dengan

demikian, pengetahuannya pun akan semakin bertambah dan berkembang.

Di samping itu, dalam meyebarkan ilmunya, seorang pendidik tidak boleh

memandang seseorang berdasarkan status sosial dan latar belakang peserta

didiknya.

33Abu Amin Cepu, Larangan Menyembunyikan Ilmu, dalam www.google.com/,

menyebarkan ilmu, 12 Januari, 2010. 34 Abu Amin Cepu, Larangan Menyembunyikan Ilmu…

Page 78: SIFAT PENDIDIK DALAM PERSPEKTIF HADISrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21619/1/UMMI... · Interaksi atau hubungan timbal balik antara pendidik dan siswa itu merupakan

68

Pendidik dituntut untuk mengetahui berbagai informasi yang

berkembang di dalam masyarakat, karena pendidik merupakan tempat

untuk bertanya atau tempat pemberian jalan atau solusi atas berbagai

permasalahan yang terjadi dalam masyarakat. 35 Allah memberikan

kepercayaan kepada orang yang berilmu untuk dijadikan tempat bertanya

atau meminta fatwa tentang suatu masalah. Fiman Allah:

.

Maka bertanyalah kepada orang yang mempunyai pengetahuan

jika kamu tidak mengetauhi. (QS. AN-Nahl: 43) Selain itu, pendidik mempunyai dua fungsi yang berbeda dengan

pekerjaan lain dalam masyarakat yaitu:

a. Menjadi jembatan antara sekolah denagn dunia atau kehidupan nyata

yang terjadi dalam masyarakat

b. Mengadakan hubungan antara masa muda dan masa tua, artinya ia

harus berusaha memberikan penjelasan kepada para pemuda

mengenai kehidupan dewasa, sehingga diharapkan para pemuda

mampu berpikir dewasa.36

Namun, kapan ilmu itu wajib diamalkan? Apabila ada orang yang

dapat menyampaikan ilmu tersebut dan lebih menguasai dari dirinya, maka

gugurlah kewajibannya, dan ia tidak akan mendapat siksaan karna ia tidak

mengamalkan ilmunya. Namun, jika tidak ada orang lain yang dapat

menyampaikan ilmu tersebut, ia berkewajiban untuk menyampaikannya.37

Karena tidak setiap orang berhak untuk memberi fatwa dan

berbicara tentang berbagai masalah kecuali berdasarkan ilmu dan

menguasainya. Memberi fatwa tanpa penguasaan dan berbicara tanpa ilmu

merupakan dosa besar. Oleh karena itu dalam memberikan ilmu tidak

35M. Ngalim Purwanto, Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis, (Bandung: PT

Remaja Rosdakarya, 2002), h. 148 36 M. Ngalim Purwanto, Ilmu Pendidikan…, h. 148 37Tarbiyah net, Tidak Boleh Menyembunyikan Ilmu, dalam www.google.com/.

Menyebarkan Ilmu, 12 Januari 2010.

Page 79: SIFAT PENDIDIK DALAM PERSPEKTIF HADISrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21619/1/UMMI... · Interaksi atau hubungan timbal balik antara pendidik dan siswa itu merupakan

69

boleh sembarangan, karena akan sesat dan menyesatkan orang banyak.

Jika memang masalah yang ditanyakan kepada pendidik masalah yang

belum dikuasainya, maka hendaklah ia berkata jujur, bahwa ia belum

mengetahuinya, atau limpahkan permasalah tersebut kepada orang yang

lebih berkompeten darinya. Dalam hal ini Rasulullah bersabda:

ا هيا اي: الق دوعسم ناب اهللا دبى علا عنلخد الق قورسم نع اهور(... ملعأ هللاا لقيلف ملعي مل نمو هب لقيلف أيش ملع نم اسالن .38)يارخبال

Dari Masruq ia berkata: Abdullah bin Mas’ud datang kepada kami dan berkata: wahai manusia, barang siapa yang mengetahui sesuatu (ilmu) hendaklah ia mengatakannya, dan barang siapa yang tidak mengetahuinya maka katakanlah: Allah lebih mengetahui. (H.R. Bukhari).

Dari pembahasan di atas, dapat disimpulkan bahwa guru

merupakan figur sentral dalam kegiatan belajar mengajar. Ia mempunyai

pegaruh besar dalam keberhasilan proses belajar mengajar, sebab

pendidiklah yang bersentuhan langsung dengan peserta didik. Oleh karena

itu, pendidik dituntut untuk memiliki sifat dan kepribadian terpuji. Di

antara sifat tersebut adalah, penyayang, adil, demokratis, pemberi motivasi

serta transparan dalam menyebarkan ilmunya.

38Ibnu Hajar al-Asqalânî, Fatħul Bârî, Kitab at-Tafsir, Jilid 8, h. 547.

Page 80: SIFAT PENDIDIK DALAM PERSPEKTIF HADISrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21619/1/UMMI... · Interaksi atau hubungan timbal balik antara pendidik dan siswa itu merupakan

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari penjelasan mengenai Sifat Pendidik Dalam Perspektif Hadis pada

bab-bab sebelumnya, dapat ditarik beberapa kesimpulan penting di antaranya:

1. Pendidik merupakan figur yang dijadikan suri tauladan bagi peserta

didiknya, oleh karena itu pendidik selayaknya mempunyai sifat yang

mulia. Dalam hadis-hadis Rasul dijelaskan beberapa sifat yang harus

dimiliki oleh pendidik diantaranya adalah, kasih sayang, adil, demokratis

dan motivator, serta tranparan dalam penyebaran ilmunya.

2. Hadis-hadis Rasulullah tentang sifat pendidik, sesuai dengan pemikiran

para tokoh pendidikan modern. Dimana dalam pendidikan modern

dijelaskan untuk menjadi pendidik yang baik dan disenangi oleh peserta

didiknya, pendidik harus mempunyai rasa kasih sayang kepada pesrta

didiknya, memperlakukan mereka dengan adil tanpa ada perbedaan,

memberikan motivasi dan bersikap demokratis pada setiap perbedaan

yang muncul. Semua sifat-sifat tersebut juga terkandung dalam hadis-

hadis Rasul, terbukti dengan hadis-hadis penelitian ini.

B. Saran

Dari kesimpulan yang penulis paparkan di atas, kiranya penulis merasa

perlu untuk menyampaikan saran-saran sebagai berikut:

1. Hadis-hadis yang dalam matannya menyebutkan key word (kata kunci)

dari akar kata ‘allama dan ‘alima tidak hanya terdapat dalam kitab Imam

Bukhari, Nasai, dan Dawud dan Tirmidzi saja. Oleh karena itu perlu dicari

70

Page 81: SIFAT PENDIDIK DALAM PERSPEKTIF HADISrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21619/1/UMMI... · Interaksi atau hubungan timbal balik antara pendidik dan siswa itu merupakan

71

lagi hadis-hadis yang berbicara tentang sifat pendidik dari kitab-kitab

lainnya.

2. Hadis-hadis yang berkaitan dengan sifat pendidik dalam perspektif hadis

belum sepenuhnya memberikan gambaran utuh. Oleh karena itu

diperlukan penjelasan dari sumber-sumbert lainnya mengenai hal tersebut.

3. Untuk para pendidik, hendaknya mencontoh dan meneladani sifat

Rasulullah dalam mendidik, sebab pendidik tidak hanya menjadi sorotan

ketika mereka berada di dalam kelas, tetapi juga sikap dan kepribadiannya

ketika di luar kelas.

4. Untuk para tokoh pendidikan, terutama para pendidik, hendaknya

mengkaji lebih jauh lagi hadis-hadis Rasul yang berbicara tentang

pendidikan khususnya yang membahas tentang sifat pendidik. Mengingat

hadis Rasul selain sebagai sumber hukum Islam, ia juga berperan sebagai

sumber pendidikan dan peradaban.

Page 82: SIFAT PENDIDIK DALAM PERSPEKTIF HADISrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21619/1/UMMI... · Interaksi atau hubungan timbal balik antara pendidik dan siswa itu merupakan

72

DAFTAR PUSTAKA

Abd, Al-Baqi, Muhammad Fuad, Al-Mu’jam, Al-Mufahras li Al-Faz Al-Hadits, t.tp., Juz 4, 1926.

Abdul Aziz as-Syalhub, Fuad, Begini Seharusnya Menjadi Guru, Panduan

Lengkap Metode Rasulullah, Jakarta: Darul Haq, Cet. II, 2009. Ahjad, Nadjid, Tarjamah al-Jâmi’ as-Şagîr, Surabaya: PT. Bina Ilmu, Cet. II,

1995 Ahmad, Muhammad, Ulumul Hadis, Bandung: Pustaka Setia, Cet. II, 2000. Al-Abrasyi, Athiyat Muhammad, Beberapa Pemikiran Pendidikan Islam,

Yogyakarta: Titian Ilahi Press, 2006. Al-Bukhari, Abu Abdillah Muhammad bin Isma’il. Shahih Bukhari, Beirut:

Maktabah al-Asriyyah, Juz 4, 1994. _____, Juz 7, t.t. _____, Dar al-Fikr, Juz 8, t.t. Adzim Abâdi, Abi Tayyib Muhammad Syams al-Haq, Aun al-Ma’bûd, Syarah

Sunan Abî Dâud, Beirut: Dar al-Kutub al-Alamiyyah, Jilid 5, t.t. Asqalânî, Ahmad bin Ali bin Hajar, Fatħ al-Bâri, as-Sa’udi: Maktabah as-

Salafiyyah, Juz. 2, t.t. _____, as-Sa’udi: t.p., Juz. 5, t.t. Al-Khatib, Ajjaj, Pokok-Pokok Ilmu Hadits, Jakarta: Gaya Media Pratama, Cet.

III, 2003. Alî Nâsif, Mansũr, al-Jâmi’ lil-Uşũl, Beirut: Dar al-Jâih, Juz I, t.t. Al-Nasâ’i, Abu abdurrahman Ahmad Ibnu Syuaib Ibnu Alî al-Khurasani, al-

Mujtabâ, Beirut: Dar al-Fikr, Jilid I, 1995. Al-Mubâr Kafũri, Abî al-Ula Muhammad Abdurrahman, Tuhfat al-Ahwadzi, tt.p:

Dar al-Fikr, t.t. Al-Sijistânî, Abî Dâud Sulaiman al-Asy’at, Sunan Abî Dâud, t.p., Dar al-Fikr, Juz

3. t.t. _____,Suriyah: Dar-Al Hadits

Page 83: SIFAT PENDIDIK DALAM PERSPEKTIF HADISrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21619/1/UMMI... · Interaksi atau hubungan timbal balik antara pendidik dan siswa itu merupakan

73

Al-Tirmidzi, Abi Isa Muhammad bin Isa bin Saurah ibn Musa, Jami’ al-Tirmidzi, Riyad: Dar As-Salam, 1999.

Al-Qardlawy, Yusuf, Sunnah Ilmu Pengetahuan Dan Peradaban, Yogyakarta:

Tiara Wacana Ilmu, Cet. I, 2001 A.M, Sardiman, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, Jakarta: Raja Grafindo

Persada, Cet. X, 2003. Amini, Ibrahim, Anakku Amanat-Nya, Jakarta: al-Huda, 2006.

Arikunto, Suharsimi, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, Jakarta:

Rineka Cipta, Cet. 17, 2006. Azra, Azyumardi, Pendidikan Islam, Tradisi dan Modernisasi, Menuju Milenium

Baru, Jakarta:Logos Wacana Ilmu, Cet. I, 1999. Bahri Djamarah, Syaiful, Guru dan Anak Didik Dalam Interaksi Edukatif, Jakarta:

Rineka Cipta, Cet. I, 2000. Dradjat, Zakiah, et. al, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Bumi Aksara, 2004. Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, Jakarta: CV. Samara

Mandiri, 1999. Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai

Pustaka, Edisi 2, 2002. D Marimba, Ahmad, Pengantar Filsafat Pendidikan Islam, Bandung: al- Ma’arif,

2000. Gholib, Ahmad, Studi Islam Pengantar Memahami al-Qur’an, al-Hadis dan

Sejarah Peradaban Islam, Jakarta: Faza Media, Cet. I, 2006. Hasbullah, Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Logos Wacana Ilmu,

Cet. II, 1999. Jalaluddin, Teologi Pendidikan, Jakarta: Raja Grafindo Persada, Cet. I, 2001. Khon, Abdul Majid, Ulumul Hadis, Jakarta: Amzah, Cet. I, 2006. M. Jhon, Echols, dan Shadily, Hasan, Kamus Inngris Indonesia, Jakarta:

Gramedia Pustaka Utama, Cet. 27, 2003. Mudasir, Ilmu Hadis, Jakarta: Pustaka Setia, Cet. III, 2007.

Page 84: SIFAT PENDIDIK DALAM PERSPEKTIF HADISrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21619/1/UMMI... · Interaksi atau hubungan timbal balik antara pendidik dan siswa itu merupakan

74

Nata, Abudin, Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta: Logos Wacana Ilmu, Cet. I, 1997.

_____, al-Qur’an Dan al-Hadis, Dirasah Islamiyah I, Jakarta: Raja Grafindo

Persada, Cet. VII, 2000. _____, Pemikiran Para Tokoh Pendidikan Islam, Jakarta: PT. Raja Grafindo

Persada, 2000. _____, Perspektif Islam Tentang Pola Hubungan Guru dan Murid, Studi

Pemikiran Tasawuf al-Ghazali, Jakarta: Raja Grafindo Persada, Cet. I, 2001. _____, dan Fauzan, Pendidikan Dalam Perspektif Hadis, Jakarta: UIN Jakarta

Press, Cet. IV, 2005. Ngalim, Purwanto, M., Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis, Bandung: Remaja

Rosdakarya, 2002. Nizar, Samsul, Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta: Ciputat Press, Cet. 1, 2002. Noer Aly, Hery, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Logos Wacana Ilmu, Cet. II,

1992. Nur Abdul Hafiz Suwaid, M., Mendidik Anak Bersama Rasulullah, Bandung: al-

Bayan, Cet. I, 1997. Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Kalam Mulia, Cet. VI, 2008. _____, Nizar, Samsul, Ensiklopedi Tokoh Pendidikan di Dunia dan Indonesia,

Ciputat: PT. Ciputat Press Group, 2005. Ranuwijaya, Utang, Ilmu Hadis, Jakarta: Gaya Media Pratama, Cet. IV, 2001 Ridwan, Halim, A., Tindak Pidana Pendidikan, Jakarta: Ghalia Indonesia, Cet. I,

2000. Rosyada, Dede, Paradigma Pendidikan Demokratis, Jakarta: Prenada Media

Group, Cet. III, 2001. Sabri, Alisuf, M., Pengantar Ilmu Pendidikan, Jakarta: UIN Jakarta Press, Cet. I,

2005. Saleh Abdullah, Abdurrahman, Teori-Teori Pendidikan Menurut al-Qur’an,

Jakarta: Rineka Cipta, 1990.

Page 85: SIFAT PENDIDIK DALAM PERSPEKTIF HADISrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21619/1/UMMI... · Interaksi atau hubungan timbal balik antara pendidik dan siswa itu merupakan

75

Sardiman, A.M., Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, Jakarta: Raja Grafindo Persada, Cet. X, 2003.

Surakhmad, Winarno, Pengantar Penelitian Ilmiah Metode Teknik, Bandung:

Tarsito, 1990. Suparta, Munzier, Ilmu Hadis, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2006.

Syaodih, Nana, Sukmadinata, Landasan Psikologis ProsesPendidikan, Bandung:

Remaja Rosdakarya, Cet.I, 2003.

Syihab, Quraish, M., Membumikan al-Qur’an, Bandung: Mizan, Cet. VIII, 2007. _____, Tafsir al-Misbah, Jakarta:Lentera Hati, Vol. 3, 2006.

Tafsir, Ahmad, Ilmu Pendidikan Dalam Perspektif Islam, Bandung: Remaja Rosdakarya, Cet. IV, 2001.

Tim Penyusun, Pedoman Penulisan Skripsi, Jakarta: Fakultas Ilmu Tarbiyah dan

Keguruan, 2007. Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional, Bandung: Fokus Media, 2009. Uzer Usman, Moh., Menjadi Guru Profesional, Bandung: Remaja Rosdakarya,

Cet. 17, 2005 Warson Munawwir, Ahmad, al-Munawwir, Kamus Arab Indonesia, Yogyakarta:

1995. Yunus, Mahmud, Kamus Arab Indonesia, Jakarta: Hidakarya Agung, 2005. Z, Zurinal, dan Sayuthi, Wahdi, Ilmu Pendidikan Pengantar dan Dasar-Dasar

Pelaksana Pendidikan, Jakarta: UIN Jakarta Press, Cet. I, 2006. INTERNET:

Abdul Halim Rahmat, “Menghilangkan Kekerasan Guru Pada Siswa”, dari www. google. com, 01 Maret 2010.

Abu Aqil Dilangsa, “Hadis Metode Pendidikan”, dari www.google.com, 19 Maret

2009. Abu Mujahid, “Berlaku Adil”, dari www.google.com, 19 Maret 2010. Abu Amin Cepu, “Larangan Menyembunyikan Ilmu”, dari www.google.com, 12

Januari 2010. Islam Online, “Berlaku Adil”, dari www.google.com, 19 Januari 2009.

Page 86: SIFAT PENDIDIK DALAM PERSPEKTIF HADISrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21619/1/UMMI... · Interaksi atau hubungan timbal balik antara pendidik dan siswa itu merupakan

76

Mulyoto, “Demokrasi Pendidikan, dari www.google.com, 28 Januari 2010. Tarbiyah Net, “Menyebarkan Ilmu”, dari www.google.com, 12 Januari 2010.

Page 87: SIFAT PENDIDIK DALAM PERSPEKTIF HADISrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21619/1/UMMI... · Interaksi atau hubungan timbal balik antara pendidik dan siswa itu merupakan

Pedoman Transliterasi Padanan Aksara

Huruf Arab

Huruf Latin keterangan

Tidak dilambangkan - ا

b be ب

t te ت

ts te dan es ث

j je ج

ħ ha dengan garis di atas ح

kh ka dan ha خ

d de د

dz de dan zet ذ

r er ر

z zet ز

s es س

sy es dan ye ش

ş es dengan titik dibawah ص

đ de dengan garis di atas ض

ţ te dengan titik di bawah ط

ż zet dengan titik di atas ظ

Koma terbalik ‘ ع

gh ge dan ha غ

f ef ف

q ki ق

k ka ك

l el ل

m em م

n en ن

w we و

h ha ه

iv

Page 88: SIFAT PENDIDIK DALAM PERSPEKTIF HADISrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21619/1/UMMI... · Interaksi atau hubungan timbal balik antara pendidik dan siswa itu merupakan

v

apostrof ‘ ء

y ye ي

Vokal

Vokal dalam bahasa Arab seperti vokal bahasa Indonesia, terdiri dari vokal

tunggal atau monoftong dan vokal rangkap atau diftong. Untuk vokal tunggal,

ketentuan alih aksaranya adalah:

Tanda Vokal Arab Tanda Vokal

Latin

keterangan

__ a fathah

__ i kasrah

__ u đammah

Adapun untuk vokal rangkap, ketentuan alih aksaranya adalah sebagai berikut:

Tanda Vokal Arab Tanda Vokal

Latin

keterangan

ai a dan i ي

au a dan u و

Vokal panjang

Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin keterangan

â a dengan topi di ا

atas

î i dengan topi di اي

atas

ũ u dengan او

bendera di atas