sifat material inda
TRANSCRIPT
Sifat – Sifat Material
Secara garis besar material mempunyai sifat-sifat yang mencirikannya, pada bidang
teknik mesin umumnya sifat tersebut dibagi menjadi tiga sifat. Sifat –sifat itu akan
mendasari dalam pemilihan material, sifat tersebut adalah:
Sifat mekanik
Sifat fisik
Sifat teknologi
Dibawah ini akan dijelaskan secara terperinci tentang sifat-sifat material tersebut
1. Sifat Mekanik
Sifat mekanik material, merupakan salah satu faktor terpenting yang mendasari
pemilihan bahan dalam suatu perancangan. Sifat mekanik dapat diartikan sebagai
respon atau perilaku material terhadap pembebanan yang diberikan, dapat berupa
gaya, torsi atau gabungan keduanya. Dalam prakteknya pembebanan pada material
terbagi dua yaitu beban statik dan beban dinamik. Perbedaan antara keduanya hanya
pada fungsi waktu dimana beban statik tidak dipengaruhi oleh fungsi waktu
sedangkan beban dinamik dipengaruhi oleh fungsi waktu.
Untuk mendapatkan sifat mekanik material, biasanya dilakukan pengujian mekanik.
Pengujian mekanik pada dasarnya bersifat merusak (destructive test), dari pengujian
tersebut akan dihasilkan kurva atau data yang mencirikan keadaan dari material
tersebut.
Setiap material yang diuji dibuat dalam bentuk sampel kecil atau spesimen. Spesimen
pengujian dapat mewakili seluruh material apabila berasal dari jenis, komposisi dan
perlakuan yang sama. Pengujian yang tepat hanya didapatkan pada material uji yang
memenuhi aspek ketepatan pengukuran, kemampuan mesin, kualitas atau jumlah
cacat pada material dan ketelitian dalam membuat spesimen. Sifat mekanik tersebut
meliputi antara lain: kekuatan tarik, ketangguhan, kelenturan, keuletan, kekerasan,
ketahanan aus, kekuatan impak, kekuatan mulur, kekeuatan leleh dan sebagainya.
Sifar-sifat mekanik material yang perlu diperhatikan:
Tegangan yaitu gaya diserap oleh material selama berdeformasi persatuan
luas.
Regangan yaitu besar deformasi persatuan luas.
Modulus elastisitas yang menunjukkan ukuran kekuatan material.
Kekuatan yaitu besarnya tegangan untuk mendeformasi material atau
kemampuan material untuk menahan deformasi.
Kekuatan luluh yaitu besarnya tegangan yang dibutuhkan untuk
mendeformasi plastis.
Kekuatan tarik adalah kekuatan maksimum yang berdasarkan pada ukuran
mula.
Keuletan yaitu besar deformasi plastis sampai terjadi patah.
Ketangguhan yaitu besar energi yang diperlukan sampai terjadi perpatahan.
Kekerasan yaitu kemampuan material menahan deformasi plastis lokal akibat
penetrasi pada permukaan.
2. Sifat Fisik
Sifat penting yang kedua dalam pemilihan material adalah sifat fisik. Sifat fisik
adalah kelakuan atau sifat-sifat material yang bukan disebabkan oleh pembebanan
seperti pengaruh pemanasan, pendinginan dan pengaruh arus listrik yang lebih
mengarah pada struktur material. Sifat fisik material antara lain : temperatur cair,
konduktivitas panas dan panas spesifik.
Struktur material sangat erat hubungannya dengan sifat mekanik. Sifat mekanik dapat
diatur dengan serangkaian proses perlakukan fisik. Dengan adanya perlakuan fisik
akan membawa penyempurnaan dan pengembangan material bahkan penemuan
material baru.
3. Sifat Teknologi
Selanjutnya sifat yang sangat berperan dalam pemilihan material adalah sifat
teknologi yaitu kemampuan material untuk dibentuk atau diproses. Produk dengan
kekuatan tinggi dapat dibuat dibuat dengan proses pembentukan, misalnya dengan
pengerolan atau penempaan. Produk dengan bentuk yang rumit dapat dibuat dengan
proses pengecoran. Sifat-sifat teknologi diantaranya sifat mampu las, sifat mampu
cor, sifat mampu mesin dan sifat mampu bentuk. Sifat material terdiri dari sifat
mekanik yang merupakan sifat material terhadap pengaruh yang berasal dari luar
serta sifat-sifat fisik yang ditentukan oleh komposisi yang dikandung oleh material itu
sendiri.
2.2 Kekerasan
Kekerasan adalah ukuran ketahanan suatu material terhadap deformasi plastis lokal.
Nilai kekerasan tersebut dihitung hanya pada tempat dilakukannya pengujian tersebut
(lokal), sedangkan pada tempat lain bisa jadi kekerasan suatu material berbeda
dengan tempat yang lainnya. Tetapi nilai kekerasan suatu material adalah homogen
dan belum diperlakupanaskan secara teoritik akan sama untuk tiap-tiap titik.
2.2.1 Metoda Pengujian Kekerasan
Pengujian kekerasan sering sekali dilakukan karena mengetahui kekerasan suatu
material maka (secara umum) juga dapat diketahui beberapa sifat mekanik lainnya,
seperti kekuatan. Pada pengujian kekerasan dengan metoda penekanan, penekan kecil
(identor) ditekankan pada permukaan bahan yang akan diuji dengan penekanan
tertentu. Kedalaman atau hasil penekanan merupakan fungsi dari nilai kekerasan,
makin lunak suatu bahan makin luas dan makin dalam akibat penekanan tersebut, dan
makin rendah nilai kekerasannya.
2.2.2 Kerasan Rockwell
Pengujian Rockwell merupakan cara yang paling umum digunakan untuk mengukur
kekerasan, karena pengujiannya sederhana untuk dikerjakan dan tidak dibutuhkan
kemampuan khusus. Dalam uji kekerasan Rockwell ada beberapa skala yang dapat
digunakan dan kombinasi jenis identor dan beban yang diterapkan. Identor yang
digunakan ada dua macam, yaitu:
Bola baja yang dimiliki diameter 1/16, 1/8, 1/4, 1/2 in .
Kerucut intan yang digunakan untuk bahan-bahan yang keras.
Dengan sistem ini, angka kekerasan dapat ditentukan berdasarkan perbedaan
kedalaman hasil penetrasi yang diawali beban minor dan diikuti oleh beban mayor
yang lebih besar. Besarnya beban minor adalah 10 kg dan beban mayor adalah 60,
100, 150 kg. Kekerasan dapat dibaca secara secara langsung dan hanya membutuhkan
beberapa detik saja.
2.2.2.1 Mesin Uji Kekerasan Rockwell
Banyak digunakan model dan tipe mesin uji kekerasan Rockwell pada saat ini.
Penerapan penggunaan beban ada yang dengan pegas maupun benda mati. Beberapa
alat menggunakan alat pencatat dial, akan tetapi penggunaan pencatat digital mulai
popoler akibat peningkatan dari kemampuan baca alat. Bahkan ada yang
menggunakan microprocessors untuk mengontrol proses pengujian dan dapat
dihubungkan dengan komputer.
Bermacam-macam metode telah dikembangkan untuk dapat meningkatkan funsi dari
Mesin uji kekerasan Rockwell. Akan tetapi prinsip dasar dari mesin pengujian itu
semua ada pada mesin yang menggunakan beban mati, seperti pada Gambar 2.1
Gambar 2.2 Skema mesin Uji kekerasan Rockwell dengan beban mati
2.2.2.2 Penggunaan Mesin Uji Kekerasan Rockwell
Lokasi titik pengujian pada mesin uji kekerasan sangat penting. Bila penekanan
dilakukan terlalu dekat dengan bagian tepi dari benda uji maka harga kekerasan yang
didapat akan berkurang dari yang sebenarnya. Untuk memeastikan hasil pengukuran
kekerasan yang didapat akurat, jarak penekanan minimal haruslah dua atau satu
setengah diameter penekanan dari bagian tepi benda uji. Sedangkan jarak minimum
antara satu penekanan dengan penekanan yang lain minimal lima kali diameter
penekanan.
Pemilihan skala yang tepat juga sangat mempengaruhi terhadap hasil pengukuran
kekerasan. Contohnya pada material lunak digunakan Rockwell B dengan indentor
bola baja, bila diganti dengan yang lain maka harga kekerasan yang didapat tidak
benar. Tidak ada batsan maksimum pada pengukuran kekerasan dengan
menggunakan indentor intan. Tetapi bagaimanapun, Rockwell C sebaiknya tidak
digunakan pada material tungsteen, karena material tersebut akan retak atau umur
indentornya intan akan berkurang. Rockwell A adalah skala yang dapat diterima
dalam pengujian kekerasan produk industri karbida. Lebih jelasnya dapat dilihat pada
Tabel 2.1.
Tabel 2.1 Standar Kekerasan Rockwell
Simbol Indentor Beban Aplikasi
SkalaMayor
Kgf
A Kerucut Intan 60 Cemented carbides, baja tebal, shallow case
hardened steel
B Bola Baja 1/16 in 100 Paduan tembaga, baja lunak, paduan alumunim,
meleable iron
C Kerucut Intan 150 Baja, besi cor keras, pearlitic meleable iron,
titanium, deep case-hardened steel, dan material
lain yang lebih keras dari HRB 100
D Kerucut Intan 100 Baja tebal, medium case-hardened steel, pearlitic
meleable iron
E Bola Baja 1/8 in 100 Besi cor, alumunium, paduan magnesium, bearing
metals
F Bola Baja 1/16 in 60 Paduan tembaga annealed, logam plat lunak
G Bola Baja 1/16 in 150 Perunggu fosfor, tembaga beryllium, meable iron,
batas atas 92 HRG untuk menghindari kerusakan
bola baja
H Bola Baja 1/8 in 60 Alumunium, zinc, lead
K Bola Baja 1/8 in 150 Bearing metals dan material yang lunak dan tebal
L Bola Baja 1/4 in 60 Bearing metals dan material yang lunak dan tebal
M Bola Baja 1/4 in 100 Bearing metals dan material yang lunak dan tebal
P Bola Baja 1/4 in 150 Bearing metals dan material yang lunak dan tebal
R Bola Baja 1/4 in 60 Bearing metals dan material yang lunak dan tebal
S Bola Baja 1/4 in 100 Bearing metals dan material yang lunak dan tebal
V Bola Baja 1/4 in 150 Bearing metals dan material yang lunak dan tebal
2.3 Uji Tarik
Uji tarik banyak dilakukan untuk melengkapi informasi rancangan dasar kekuatan
suatu bahan dan sebagai data pendukung bagi spesifikasi bahan. Pada uji tarik benda
uji diberi beban gaya tarik sesumbu yang bertambah secara kontinu, bersamaan
dengan itu dilakukan pengamatan mengenai perpanjang yang dialami benda uji
dengan extensometer, seperti terlihat pada Gambar 2.3.
Gambar 2.3 Skema pengujian tarik dengan UTM
Tegangan yang didapatkan dari kurva tegangan teoritik adalah tegangan yang
membujur rata-rata dari pengujian tarik. Tegangan tersebut diperoleh dengan cara
membagi beban dengan luas awal penampang lintang benda uji itu.
= P / Ao …..2.1
Regangan yang didapatkan adalah regangan linear rata-rata, yang diperoleh dengan
cara membagi perpanjangan (gage length) benda uji ( atau L), dengan panjang
awal.
e = / Lo = L/ Lo = ( L - Lo ) / Lo …….2.2
Karena tegangan dan regangan dipeoleh dengan cara membagi beban dan
perpanjangan dengan faktor yang konstan, kurva beban – perpanjangan akan
mempunyai bentuk yang sama seperti pada gambar 2.4. Kedua kurva sering
dipergunakan.
Gambar 2.4 Kurva Tegangan Regangan teknik ( - )
Bentuk dan besaran pada kurva tegangan-regangan suatu logam tergantung pada
komposisi, perlakukan panas, deformasi plastis yang pernah dialami, laju regangan,
temperatur, dan keadaan tegangan yang menentukan selama pengujian. Parameter-
parameter yang digunakan untuk menggambarkan kurva tegangan-regangan logam
adalah kekuatan tarik, kekuatan luluh atau titik luluh, persen perpanjangan, dan
pengurangan luas. Parameter pertama adalah parameter kekuatan, sedangkan yang
kedua menyatakan keuletan bahan.
2.3.1 Kekuatan Tarik
Kekuatan tarik atau kekuatan tarik maksimum (ultimate tensile strenght), adalah nilai
yang paling sering dituliskan sebagai hasil suatu uji tarik, tetapi pada kenyataannya
nilai tersebut kurang bersifat mendasar dalam kaitannya dengan kekuatan material.
Untuk logam ulet, kekuatan tariknya harus dikaitkan dengan beban lmaksimum,
diman logam dapat menahan beban sesumbu untuk keadaan yang sangat terbatas.
Pada tegangan yang lebih komplek, kaitan nilai tersebut dengan kekuatan logam,
kecil sekali kegunaannya. Kecenderungan yang banyak ditemui adalah, mendasarkan
rancangan statis logam ulet pada kekuatan luluhnya. Tetapi karena jauh lebih praktis
menggunakan kekuatan tarik untuk menentukan kekuatan bahan, maka metode ini
lebih banyak dipakai.
Kekuatan tarik adalah besarnya beban maksimum dibagi dengan luas penampang
lintang awal benda uji.
u = P maks / Ao …………… 2.3
Korelasi emperis yang diperluas antar kekuatan tarik dengan sifat mekanik lainnya
seperti kekerasan dan kekuatan lelah, sering dipergunakan. Hubungan tersebut hanya
terbatas pada hasil penelitian beberapa jenis material.
2.3.2 Kekuatan Luluh
Kekuatan luluh menyatakan besarnya tegangan yang dibutuhkan tegangan yang
dibutuhkan untuk berdeformasi plastis material. Pengukuran besarnya tegangan pada
saat mulai terjadi deformasi plastis atau batas luluh, tergantung pada kepekaan
pengukuran regangan. Sebagian besar material mengalami perubahan sifat dari elastis
menjadi plastis, yang berlangsung sedikit demi sedikit dan titik saat deformasi plastis
mulai terjadi, sukar ditentukan secara teliti. Sehingga kekuatan luluh sering
dinyatakan sebagai kekuatan luluh offset, yaitu besarnya tegangan yang dibutuhkan
untuk menghasilkan sejumlah kecil deformasi plastis yang ditetapkan (regangan
offset). Kekuatan luluh offset ditentukan tegangan pada perpotongan antara kurva
tegangan-regangan dengan garis sejajar dengan kemiringan kurva pada regangan
tertentu. Di Amerika Serikat regangan offset ditentukan sebesar 0,2 atau 0,1 %
( e = 0,002 atau 0,001 mm/mm)
y = P(offset) / Ao …….2.4
Gambar 2.5 Kurva tegangan regangan yang mengindikasikan kriteria luluh
Beberapa bahan pada dasarnya tidakmempunyai bagian linear pada kurva tegangan-
regangan, misalnya tembaga lunak atau besi cor kelabu. Untuk bahan-bahan tersebut,
metode offset tidak dapat digunakan dan untuk pemakaian praktis, kekuatan luluh
didiefinisikan sebagai tegangan yang diperlukan untuk menghasilkan regangan total
tertentu, misalnya e = 0,5 %.
2.3.3 Keuletan (e)
Keuletan adalah suatu besaran kualitatif dan sifat subyektif suatu bahan, yang secara
umum pengukurannya dilakukan untuk memenuhi tiga kepentingan, yaitu:
Menyatakan besarnya deformasi yang mampu dialami suatu material, tanpa
terjadi patah. Hal ini penting untuk proses pembentukan logam, seperti
pengerolan dan ekstruksi.
Menunjukkan kemampuan logam untuk mengalir secara plastis sebelum
patah.Keuletan logam yang tinggi menunjukkan kemungkinan yang besar
untuk berdeformasi secara lokal tanpa terjadi perpatahan.
Sebagai petunjuk adanya perubahan kondisi pengolahan.
Ukuran keuletan dapat digunakan untuk memperkirakan kualitas suatu bahan,
walaupun tidak ada hubungan langsung antara keuletan dengan perilaku dalam
pemakaian bahan.
Cara untuk menentukan keuletan yang diperoleh dari uji tarik adalah regangan teknis
pada saat patah (ef), yang biasa disebut perpanjangan dan pengukuran luas
penampang pada patahan (q). Kedua sifat ini didapat setelah terjadi patah, dengan
cara menaruh benda uji kembali, kemudian diukur panjang akhir benda uji (Lf) dan
diameter pada patahan (Df), untuk menghitung luas penampang patahan (Af).
ef = ( Lf – Lo ) / Lo ………..2.5
q = ( Ao – Af ) / Ao ……….2.6
Baik perpanjangan maupun pengurangan luas penampang, biasanya dinyatakan dalam
persentase. Karena cukup besar bagian deformasi plastis yang akan terkonsentrasi
pada daerah penyempitan setempat, maka harga ef akan bergantung pada panjang
ukur awal (Lo). Makin kecil panjang ukur, makin besar pengaruhnya pada
perpanjangan keseluruhan. Oleh karena itu bila diberikan harga persentase
perpanjangan, maka panjang ukur Lo akan selalu disertakan.
2.3.4 Modulus Elastisitas ( E )
Gradien bagian linear awal kurva tegangan-regangan adalah modulus elastisitas atau
modulus Young. Modulus elastisitas adalah ukuran kekakuan suatu bahan. Makin
besar modulus elastisitas makin kecil regangan elastis yang dihasilkan akibat
pemberian tegangan.
Modulus elastisitas dirumuskan seperti persamaan 2.7.
E = / e …………….2.7
Modulus elastisitas biasanya diukur pada temperatur tinggi dengan metode dinamik.
2.3.5 Kelentingan (Resilience)
Kelentingan adalah kemampuan suatu bahan untuk menyerap energi pada waktu
berdeformasi secara elastis dan kembali kebentuk awal apabila bebannya dihilangkan.
Kelentingan biasa dinyatakan sebagai modulus kelentingan, yaitu energi regangan
tiap satuan volume yang dibutuhkan untuk menekan bahan dari tegangan nol hingga
tegangan luluh. Modulus kelentingan (Resilience Mudulus) dapat dicari dengan
menggunakan persamaan 2.8.
UR = o2 / 2E ……………2.8
2.3.6 Ketangguhan (Toughness)
Ketangguhan adalah jumlah energi yang diserap material sampai terjadi patah, yang
dinyatakan dalam Joule. Energi yang diserap digunakan untuk berdeformasi,
mengikuti arah pembebanan yang dialami. Pada umumnya ketangguahan
menggunakan konsep yang sukar dibuktikan atau didefinisikan..Terdapat beberapa
pendekatan matematik untuk menentukan luas daerah dibawah kurva tegangan-
regangan.
Untuk logam-logam ulet mempunyai kurva yang dapat didekati dengan persamaan-
persamaan berikut:
UT u .ef ………..2.9
UT ( o + u ) ef / 2 ………..2.10
UT 2/3 ( u ) ef .………..2.11
2.3.7 Kurva Tegangan Regangan Sesungguhnya
Kurva tegangan regangan teknik tidak memberikan indikasi karekteristik deformasi
yang sesungguhnya, karena kurva tersebut semuanya berdasarkan pada dimensi awal
benda uji, sedangkan selama pengujian terjadi perubahan dimensi. Pada tarik untuk
logam liat, akan terjadi penyempitan setempat pada saat beban mencapai harga
maksimum. Karena pada tahap ini luas penampang lintang benda uji turun secara
cepat, maka beban yang dibutuhkan untuk melanjutkan deformasi akan segera
mengecil.
Kurva tegangan regangan teknik juga menurun setelah melewati beban maksimum.
Keadaan sebenarnya menunjukkan, logam masih mengalami pengerasan regangan
sampai patah sehingga tegangan yang dibutuhkan untuk melanjutkan deformasi juga
bertambah besar. Tegangan yang sesungguhnya (s) adalah beban pada saat manapun
dibagi dengan luas penampang lintang benda uji, Ao dimana beban itu bekerja.
Gambar 2.6 Perbandingan antara kurva tegangan regangan teknikDengan kurva tegangan regangan sesungguhnya
2.4 Metalografi
Metalografi adalah suatu teknik atau metode persiapan material untuk mengukur, baik
secara kuantitatif maupun kualitatif dari informasi-informasi yang terdapat dalam
material yang dapat diamati, seperti fasa, butir, komposisi kimia, orientasi butir, jarak
atom, dislokasi, topografi dan sebagainya. Adapun secara garis besar langkah-
langkah yang dilakukan pada metalografi adalah:
1. Pemotongan spesimen (sectioning)
2. Pembikaian (mounting)
3. Penggerindaan, abrasi dan pemolesan (grinding, abrasion and polishing)
4. Pengetsaan (etching)
5. Observasi pada mikroskop optik
Pada metalografi, secara umum yang akan diamati adalah dua hal yaitu
macrostructure (stuktur makro) dan microstructure (struktur mikro). Struktur makro
adalah struktur dari logam yang terlihat secara makro pada permukaan yang dietsa
dari spesimen yang telah dipoles. Sedangkan struktur mikro adalah struktur dari
sebuah permukaan logam yang telah disiapkan secara khusus yang terlihat dengan
menggunakan perbesaran minimum 25x.
2.4.1 Pemotongan (Sectioning)
Proses Pemotongan merupakan pemindahan material dari sampel yang besar menjadi
spesimen dengan ukuran yang kecil. Pemotongan yang salah akan mengakibatkan
struktur mikro yang tidak sebenarnya karena telah mengalami perubahan.
Kerusakan pada material pada saaat proses pemotongan tergantung pada material
yang dipotong, alat yang digunakan untuk memotong, kecepatan potong dan
kecepatan makan. Pada beberapa spesimen, kerusakan yang ditimbulkan tidak terlalu
banyak dan dapat dibuang pada saat pengamplasan dan pemolesan.
2.4.2 Pembingkaian ( Mounting)
Pembingkaian seringkali diperlukan pada persiapan spesimen metalografi, meskipun
pada beberapa spesimen dengan ukuran yang agak besar, hal ini tidaklah mutlak.
Akan tetapi untuk bentuk yang kecil atau tidak beraturan sebaiknya dibingkai untuk
memudahkan dalam memegang spesimen pada proses pngamplasan dan pemolesan.
Sebelum melakukan pembingkaian, pembersihan spesimen haruslah dilakukan dan
dibatasi hanya dengan perlakuan yang sederhana detail yang ingin kita lihat tidak
hilang. Sebuah perbedaan akan tampak antara bentuk permukaan fisik dan kimia yang
bersih. Kebersihan fisik secara tidak langsung bebas dari kotoran padat, minyak
pelumas dan kotoran lainnya, sedangkan kebersihan kimia bebas dari segala macam
kontaminasi. Pembersihan ini bertujuan agar hasil pembingkaian tidak retak atau
pecah akibat pengaruh kotoran yang ada.
Dalam pemilihan material untuk pembingkaian, yang perlu diperhatikan adalah
perlindungan dan pemeliharaan terhadap spesimen. Bingkai haruslah memiliki
kekerasan yang cukup, meskipun kekerasan bukan merupakan suatu indikasi, dari
karakteristik abrasif. Material bingkai juga harus tahan terhadap distorsi fisik yang
disebabkan oleh panas selama pengamplasan, selain itu juga harus dapat melkukan
penetrasi ke dalam lubang yang kecil dan bentuk permukaan yang tidak beraturan.
2.4.3 Pengerindaan, Pengamplasan dan Pemolesan
Pada proses ini dilakukan penggunaan partikel abrasif tertentu yang berperan sebagai
alat pemotongan secara berulang-ulang. Pada beberapa proses, partikel-partikel
tersebut dsisatukan sehingga berbentuk blok dimana permukaan yang ditonjolkan
adalah permukan kerja. Partikel itu dilengkapi dengan partikel abrasif yang menonjol
untuk membentuk titik tajam yang sangat banyak.
Perbedaan antara pengerindaan dan pengamplasan terletak pada batasan kecepatan
dari kedua cara tersebut. Pengerindaan adalah suatu proses yang memerlukan
pergerakan permukaan abrasif yang sangat cepat, sehingga menyebabkan timbulnya
panas pada permukaan spesimen. Sedangkan pengamplasan adalah proses untuk
mereduksi suatu permukaan dengan pergerakan permukaan abrasif yang bergerak
relatif lambat sehingga panas yang dihasilkan tidak terlalu signifikan.
Dari proses pengamplasan yang didapat adalah timbulnya suatu sistim yang memiliki
permukaan yang relatif lebih halus atau goresan yang seragam pada permukaan
spesimen. Pengamplasan juga menghasilkan deformasi plastis lapisan permukaan
spesimen yang cukup dalam.
Proses pemolesan menggunakan partikel abrasif yang tidak melekat kuat pada suatu
bidang tapi berada pada suatu cairan di dalam serat-serat kain. Tujuannya adalah
untuk menciptakan permukaan yang sangat halus sehingga bisa sehalus kaca
sehingga dapat memantulkan cahaya dengan baik. Pada pemolesan biasanya
digunakan pasta gigi, karena pasta gigi mengandung Zn dan Ca yang akan dapat
mengasilkan permukaan yang sangat halus. Proses untuk pemolesan hampir sama
dengan pengamplasan, tetapi pada proses pemolesan hanya menggunakan gaya yang
kecil pada abrasif, karena tekanan yang didapat diredam oleh serat-serat kain yang
menyangga partikel.
2.4.4 Pengetsaan (Etching)
Etsa dilakukan dalam proses metalografi adalah untuk melihat struktur mikro dari
sebuah spesimen dengan menggunakan mikroskop optik. Spesimen yang cocok untuk
proses etsa harus mencakup daerah yang dipoles dengan hati-hati, yang bebas dari
deformasi plastis karena deformasi plastis akan mengubah struktur mikro dari
spesimen tersebut. Proses etsa untuk mendapatkan kontras dapat diklasifikasikan atas
proses etsa tidak merusak (non disctructive etching) dan proses etsa merusak
(disctructive etching).
2.4.4.1 Etsa Tidak Merusak (Non Discructive Etching)
Etsa tidak merusak terdiri atas etsa optik dan perantaraan kontras dari struktur dengan
pencampuran permukaan secara fisik terkumpul pada permukaan spesimen yang telah
dipoles. Pada etsa optik digunakan teknik pencahayaan khusus untuk menampilkan
struktur mikro. Beberapa metode etsa optik adalah pencahayaan gelap (dark field
illumination), polarisasi cahaya mikroskop (polarized light microscopy) dan
differential interfence contrast.
Pada penampakan kontras dengan lapisan perantara, struktur mikro ditampilkan
dengan bantuan interfensi permukaan tanpa bantuan bahan kimia. Spesimen dilapisi
dengan lapisan transparan yang ketebalannya kecil bila dibandingkan dengan daya
pemisah dari mikroskop optik. Pada mikroskop interfensi permukaan, cahaya ynag
terjadi pada sisa-sisa film dipantulkan ke permukaan perantara spesimen.
2.4.4.2 Etsa Merusak (Desctructive Etching)
Etsa merusak adalah proses perusakan permukaan spesimen secara kimia agar terlihat
kontras atau perbedaan intensitas dipermukaan spesimen. Etsa merusak terbagi dua
metode yaitu etsa elektrokimia (electochemical etching) dan etsa fisik
(phisical etching). Pada etsa elektrokimia dapat diasumsikan korosi terpaksa, dimana
terjadi reaksim serah terima elektron akibat adanya beda potensial daerah katoda dan
anoda. Beberapa proses yang termasuk etsa elektokimia adalah etsa endapan
(precipitation etching), metode pewarnaan panas (heat tinting), etsa kimia (chemical
etching) dan etsa elektrolite (electrolytic etching).
Pada etsa fisik dihasilkan permukaan yang bebas dari sisa zat kimia dan menawarkan
keuntungan jika etsa elektrokimia sulit dilakukan. Etsa ion dan etsa termal adalah
teknik etsa fisik yang mengubah morfologi permukaan spesimen yang telah dipoles.
2.4.5 Mikroskop Optik
Mikroskop optik (cahaya) merupakan peralatan yang sangat penting untuk studi
mikrostruktur, meskipun telah terjadi evolusi peralatan metalografi elektron yang
canggih. Scanning Electron Microscopy (SEM) dan Transmission Electron
Microscopy (TEM) merupakan beberapa peralatan yang tak ternilai harganya;
meskipun demikian, peralatan tersebut musti dapat digunakan dikarenakan adanya
penggabungan dengan mikroskop optik.
Semua pengujian mikrostruktur harus dimulai dengan penggunaan mikroskop optik,
dimulai pada pembesaran rendah, seperti 100, diikuti pembesaran yang lebih tinggi
secara progresif untuk menaksir karakteristik-karakteristik dasar dari mikrostruktur
secara efisien. Kebanyakan mikrostruktur dapat diamati dengan mikroskop optik dan
diidentifikasikan berdasarkan karakteristik-karakteristiknya.
Mikroskop optik dapat digunakan untuk menguji spesimen metalografi yang telah
dipoles atau dietsa. Unsur-unsur pokok tertentu dapat lebih mudah diamati setelah
dipoles, karena lebih mudah dietsa. Spesimen yang merespon cahaya terpolarisasi,
seperti material dengan struktur kristal non-kubik, umumnya dapat diuji tanpa
pengetsaan.
2.4.5.1. Komponen-Komponen Mikroskop Optik
Mikroskop optik sangat bervariasi berdasarkan harga dan kemampuan. Jenis
reflected-light digunakan untuk studi logam. Jenis transmitted-light microscope
digunakan untuk studi mineral dan polimer, yang mana dapat juga diuji dengan
menggunakan jenis reflected-light. Mikroskop optik juga diklasifikasikan atas jenis
“upright” dan “inverted”; pembagian ini didasarkan kepada orientasi bidang poles
dari spesimen selama pengamatan.
1. Sistem Iluminasi (Penerangan)
Bermacam-macam sumber cahaya untuk mikroskop optik tersedia. Lampu filamen
tungsten voltase rendah digunakan dengan mikroskop bench memiliki intensitas
memadai untuk pengamatan, tapi tidak untuk fotografi.
Sistem penerangan busur karbon, suatu kelaziman pada metalograf, fungsinya
digantikan oleh sumber cahaya busur atau filamen. Sumber cahaya busur xenon lazim
digunakan karena intensitasnya tinggi dan karakteristik warna terang. Intensitas
cahaya, bagaimanapun, dapat disesuaikan hanya oleh penggunaan penyaring density
netral. Lampu filamen halogen tungsten juga secara luas digunakan untuk
intensitasnya yang tinggi dan temperatur warna yang tinggi. Intensitas cahaya dapat
diatur dengan memvariasikan arus atau dengan penggunaan penyaring density netral.
Sumber cahaya lainnya seperti busur zirconium, busur sodium, kwarsa iodine, atau
lampu uap mercury kurang lazim digunakan.
2. Kondenser
Merupakan sebuah lensa bebas untuk penyimpangan berbentuk bola yang
ditempatkan di depan sumber cahaya untuk memfokuskan cahaya pada titik yang
diinginkan di dalam tempat optik. Sebuah bidang diafragma ditempatkan di depan
lensa untuk meminimalkan cahaya yang menyilaukan dan refleksi internal di dalam
mikroskop. Bidang diafragma dihentikan hingga tepi bidang dari bidang pandang.
Dan sebuah diafragma dengan selaput yang dapat disesuaikan, lobang lensa
diafragma, ditempatkan di dalam tempat jalannya cahaya di depan illuminator
vertical.
Pembukaan atau penutupan diafragma ini mengalternatifkan sejumlah cahaya dan
sudut datang memasuki lensa objektif. Pengesetan yang optimum untuk lobang
cahaya memvariasikan tiap-tiap lensa objektif dan adalah sebuah pengaturan antara
kontras bayangan, ketajaman, dan dalam bidang. Saat pembesaran ditingkatkan,
diafragma lubang cahaya diturunkan. Dengan membuka lobang cahaya akan
meningkatkan ketajaman bayangan, tetapi mengurangi kontras; dengan menutup
lobang cahaya akan meningkatkan kontras, tetapi mengurangi ketajaman bayangan.
Diafragma lobang cahaya tidak digunakan untuk pengurangan intensitas cahaya.
Seharusnya digunakan untuk penyesuaian kontras dan ketajaman.
2. Penyaring Cahaya
Digunakan untuk memodifikasi cahaya untuk memudahkan pengamatan, untuk
memperbaiki foto-mikroskop atau untuk mengalternatifkan kontras. Penyaring
kerapatan netral digunakan untuk mengurangi intensitas cahaya secara seragam
melewati spectrum yang tampak (kasat mata). Bermacam-macam penyaring
kerapatan netral dari kira-kira 85 hingga 0,01% yang ditransmisikan, tersedia.
Kebanyakan mikroskop optik menawarkan pilihan sekurang-kurangnya dua jenis
penyaring.
Penyaring yang dipilih digunakan untuk membalans temperatur warna sumber cahaya
ke film. Hal ini sering membutuhkan reproduksi yang tepat untuk warna gambar,
tergantung pada sumber cahaya yang digunakan dan jenis film. Sebuah penyaring
hijau atau kuning-hijau secara luas digunakan di dalam fotografi hitam-putih untuk
mengurangi efek cacat lensa pada kualitas gambar. Kebanyakan lensa objektif,
terutama sekali akromat harga rendah, membutuhkan penyaringan untuk hasil terbaik.
3. Lensa Objektif
Lensa objektif membentuk bayangan primer mikrostruktur dan merupakan komponen
paling penting dalam mikroskop optik. Lensa objektif mengumpulkan cahaya
sebanyak mungkin dari spesimen dan menggabungnya dengan cahaya ini
menghasilkan gambar.
Lensa objektif biasanya disangga pada sebentuk menara kecil yang dapat menampung
empat hingga enam lensa objektif. Beberapa alat metalografi tidak menggunakan alat
penyangga semacam ini, dan hanya satu lensa objektif dalam satu waktu dapat
ditempatkan pada illuminator vertical yang mengandung reflector atau prisma yang
memantulkan cahaya ke bawah lensa objektif ke permukaan spesimen.
Kebanyakan lensa objektif yang secara lazim digunakan adalah akromat, yang mana
dibenarkan secara sferikal untuk satu warna (biasanya kuning-hijau) dan untuk
pembiasan kromatik longitudinal untuk dua warna (biasanya merah dan hijau). Oleh
karena itu, akromat tidak cocok untuk foto-mikroskop warna.
4. Lensa Okuler
Eyepiece atau lensa okuler, membesarkan bayangan primer yang dihasilkan oleh
lensa objektif; mata kemudian dapat menggunakan kemampuan resolusi penuh
objektif. Mikroskop menghasilkan bayangan virtual spesimen pada titik yang
kebanyakan terang yang dapat dilihat, biasanya 250 mm (10 in.) dari mata. Eyepiece
membesarkan bayangan, pencapaian yang diizinkan pembesaran yang dapat
digunakan. Eyepiece standar memiliki diamater bidang pandang 24 mm; lebar bidang
eyepiece untuk objektif plano memiliki diameter bidang pandang 30 mm, yang
meningkatkan daerah mampu guna bayangan primer.
Eyepiece paling sederhana adalah Huygenian, untuk penggunaan dengan lensa
objektif achromat bertenaga rendah dan medium. Akibatnya eyepiece digunakan
dengan objektif achromat dan terkoreksi lebih tinggi dengan NA tinggi. Karena
beberapa koreksi lensa dipakai menggunakan eyepiece ini, eyepiece musti dicocokkan
dengan jenis objektif yang digunakan.
5. Tempat Kedudukan
Tempat kedudukan mekanik disediakan untuk focus dan menggerakkan spesimen,
yang ditempatkan pada tempat kedudukan dan ditahan menggunakan jepitan. Tempat
kedudukan dari mikroskop jenis inverted-light memiliki pelat center yang dapat
dipindahkan dengan ukuran lubang yang berbeda. Permukaan yang dipoles
ditempatkan melawan lubang untuk pengamatan. Meskipun demikian, permukaan
dalam tidak dapat diamati, dan pada pembesaran tinggi tidak memungkinkan untuk
memfokuskan objektif dekat bidang lubang disebabkan jarak kerja yang terbatas.
Tempat kedudukan mesti kaku untuk mengatasi getaran. Pergerakan tempat
kedudukan, diatur dengan micrometer arah x- dan y-, mesti lembut dan presisi; rak
dan roda gigi pinion digunakan secara normal. Banyak tempat kedudukan memiliki
skala untuk pengukuran jarak dalam arah x- dan y-. Pengaturan pemfokusan sering
mengandung aturan untuk perkiraan pergerakan vertical. Beberapa unit memiliki
pengaturan tempat kedudukan yang digerakkan dan pemfokusan.
7. Stand
Mikroskop membutuhkan sebuah stand yang kaku, terutama sekali jika mikroskop
foto dilakukan dalam unit tersebut. Bermacam-macam bagian mikroskop diletakkan
pada sebuah stand ketiaka dirakit. Dalam beberapa kasus, bench mikroskop
ditempatkan pada sebuah stand yang terpisah yang juga memegang system fotografik.
2.4.5.2 Cara-cara Pengujian
Untuk mendapatkan kemampuan resolusi dari lensa objektif yang digunakan, kontras
bayangan haruslah mencukupi. Kontras bayangan bergantung pada persiapan
spesimen dan optika. Perbedaan pada pemantulan sinar dari permukaan spesimen
mengakibatkan adanya amplitudo bentuk yang dapat dilihat oleh mata setelah adanya
perbesaran. Perbedaan fase yang ditimbulkan oleh pemantulan sinar pasti dapat
dilihat dengan penggunaan fase kontras atau dengan menambahkan alat interferensi
kontras pada mikroskop.
1. Penyinaran Daerah Terang
Penyinaran daerah terang , merupakan cara pengujian yang paling banyak digunakan.
Dalam operasinya, sinar dilewatkan melalui lensa objektif dan menumbuk permukaan
spesimen secara tegak lurus. Bentuk permukaan yang normal terhadap sinar datang
akan memantulkan sinar itu kembali melalui lensa objektif menuju mata. Permukaan
yang miring akan memantulkan sinar lebih sedikit ke lensa objektif dan kelihatan
lebih gelap, tergantung pada sudutnya.
2. Penyinaran Miring
Pada beberapa mikroskop, dapat dipasangi dngan kondensator atau cermin sehingga
sinar yang lewat melalui lensa objektif menumbuk permukaan spesimen pada sudut
yang tidak tegak lurus. Kekasaran permukaan spesimen akan membentuk bayangan–
bayangan, menghasilkan tampilan tiga dimensi. Hal ini memungkinkan kita untuk
menentukan bentuk relif atau lekukan. Namun hanya sedikit tingkat kemiringan yang
dapat digunakan, karena cara ini menyebabkan penyinaran menjadi tidak seragam dan
mengurangi resolusi.
3. Penyinaran Daerah Gelap
Sinar yang dipantulkan oleh bentuk yang miring, dikumpulkan, dan sinar yang
dipantulkan dari bentuk yang normal terhadap pancaran sinar datang diblok. Oleh
karena itu kontras merupakan kebalikan dari penyinaran daerah terang; dimana
bentuk yang terang pada penyinaran daerah terang kelihatan gelap. Ini akan
menghasilkan kontras bayangan yang sangat kuat, dengan adanya kemiringan benda
akan kelihatan berkilauan. Pada beberapa kondisi, mungkin tidak bisa melihat bentuk
dengan menggunakan penyinaran daerah terang. Cara penyinaran daerah gelap
sangatlah praktis untuk digunakan dalam mempelajari struktur-struktur butir, namun
intensitas cahaya yang rendah akan membuat fotomikroskop menjadi lebih rumit,
namun masalah ini dapat diatasi dengan menggunakan alat pengatur cahaya otomatis.
2.4.5.3 Prinsip Kerja Mikroskop Optik
Secara umum prinsip kerja mikroskop optik adalah sinar datang yang berasal dari
sumber cahaya melewati lensa kondenser, lalu sinar datangitu menuju glass plane
yang akan memantulkan sinar datang itu menuju spesimen. Sebelum mencapai
spesimen sinar datang itu melewati beberapa lensa pembesar. Kemudian sinar datng
tersebut sebagian akan dipantulkan kembali, sedangkan sebagian lagi akan
menyimpang akibat mengenai permukaan yang telah terkorosi pada saat pengetsaan.
Sinar datang yang dipantulkan kembali ke mikroskop optik akan diteruskan ke lensa
okuler sehingga dapat diamati. Urutan jalannya sinar pada mikroskop optik akan
dilihat lebih jelas pada Gambar 2.7
Gambar 2.7 Skema perjalanan sinar pada mikroskop optik