sifat fisik semen

3
4. Sifat Fisik Semen Sifat fisik semen meliputi kehalusan butir, waktu pengikatan, kekekalan, kekuatan tekan, pengikatan semu, panas hidrasi, dan hilang pijar. Berikut ini adalah penjelasan untuk masing- masing sifat. 1. Kehalusan butir ( fineness) Kehalusan butir semen mempengaruhi proses hidrasi. Waktu pengikatan (setting time) menjadi semakin lama jika butir semen lebih besar. Kehalusan penggilingan butir semen dinamakan penampang spesifik, yaitu luas butir permukaan semen. Jika permukaan penampang lebih besar, semen akan memperbesar bidang kontak dengan air. Semakin halus butiran semen, proses hidrasinya semakin cepat, sehingga kekuatan awal tinggi dan kekuatan akhir akan berkurang. Kehalusan butir semen yang tinggi dapat mengurangi terjadinya bleeding atau naiknya air ke permukaan, tetapi menambah kecenderungan beton untuk menyusut lebih banyak dan mempermudah terjadinya retak susut. Menurut ASTM, butir semen yang lewat ayakan No. 200 harus lebih dari 78%. Untuk mengukur kehalusan butir semen digunakan “ Turbidimeter” dari Wagner atau “ air permeability” dari Blaine. 5. Sifat Kimia Semen Dan Pengaruh Pada Pembuatannya Banyaknya komposisi satu kimia pada semen akan berpengaruh pada tipe semen. Tipe ASTM Penggunaan Karakteristi k Prosentase C3S C2S C3A C4AF Tipe I standar Bangunan beton biasa 53 24 8 8 Tipe II Pembetonan missal dan biasa 47 32 3 12 modifiet : - max max

Upload: agusworo-tribagawan

Post on 04-Aug-2015

912 views

Category:

Documents


26 download

TRANSCRIPT

Page 1: Sifat Fisik Semen

4. Sifat Fisik Semen

Sifat fisik semen meliputi kehalusan butir, waktu pengikatan, kekekalan, kekuatan tekan, pengikatan semu, panas hidrasi, dan hilang pijar. Berikut ini adalah penjelasan untuk masing- masing sifat.

1. Kehalusan butir ( fineness)

Kehalusan butir semen mempengaruhi proses hidrasi. Waktu pengikatan (setting time) menjadi semakin lama jika butir semen lebih besar. Kehalusan penggilingan butir semen dinamakan penampang spesifik, yaitu luas butir permukaan semen. Jika permukaan penampang lebih besar, semen akan memperbesar bidang kontak dengan air. Semakin halus butiran semen, proses hidrasinya semakin cepat, sehingga kekuatan awal tinggi dan kekuatan akhir akan berkurang.

Kehalusan butir semen yang tinggi dapat mengurangi terjadinya bleeding atau naiknya air ke permukaan, tetapi menambah kecenderungan beton untuk menyusut lebih banyak dan mempermudah terjadinya retak susut. Menurut ASTM, butir semen yang lewat ayakan No. 200 harus lebih dari 78%. Untuk mengukur kehalusan butir semen digunakan “ Turbidimeter” dari Wagner atau “ air permeability” dari Blaine.

5. Sifat Kimia Semen Dan Pengaruh Pada Pembuatannya

Banyaknya komposisi satu kimia pada semen akan berpengaruh pada tipe semen.

Tipe ASTM Penggunaan Karakteristik Prosentase C3S C2S C3A C4AF

Tipe I standar Bangunan beton biasa 53 24 8 8

Tipe IIPembetonan missal dan biasa 47 32 3 12

modifiet : Panas - max max hidrasi & ketahanan 50 8 terhadap sulfat sedang

Tipe IIIPembetonan musim dingin 58 16 8 8

cepat mengeras dan kekuatan awal tinggi

Tipe IV Pembetonan massalMempunyai C3A dan C3S 26 54 2 12

Panas hidrasi rendah yang rendah max min max 35 40 7

Tipe V Air mengandung sulfatKadar C3A dan C4AF dan Max max

Tahan terhadap sulfat atau air di laut MgO rendah 50 5 Semen putih Beton khusus putih 51 26 61 1

Page 2: Sifat Fisik Semen

Beberapa tipe semen yang dipengaruhi kimi semen:

Tipe I

Semen Portland standart digunakan untuk semua bangunan beton yang tidak akan mengalami perubahan cuaca yang dasyat atau dibangun dalam lingkungan yang sangat korosif.

Kandungan C2S 45-55 %

Kandungan C3A 8- 12 %

Kehalusan 350 – 400 m2 /kg

Tipe II

Untuk bangunan yang menggunakan pembetonan secara missal, seperti dam, panas hidrasi tertahan di dalam bangunan untuk jangka waktu lama. Pada saat terjadi pendinginan timbul tegangan – tegangan akibat perubahan panas yang akan menyebabkan retak- retak pada bangunan. Untuk mencegah hal- hal yang tidak diinginkan dibuat jenis semen yang mengeluarkan panas hidrasi yang lebih rendah dan kecepatan penyebaran panas yang rendah pula.

Dengan memperhatikan rumus untuk menghitung panas hidrasi, terlihat bahwa C3S dan C3A menghidrasi sangat cepat, sedangkan C2S dan C4AF menghidrasi dengan lambat dan mengeluarkan panas hidrasi yang lebih rendah. Dengan menambah prosentase C2S dari semen Portland tipe I dan mengurangi C3A dan C3S akan diperoleh semen dengan panas hidrasi lebih rendah. Di samping itu, semen tipe II lebih tahan terhadap sulfat dari pada semen tipe lain, semen tipe II disebut juga “modifiet Portland cement”

Tipe III

Semen