sifat fisik polimer

Upload: indah-syafitri

Post on 05-Mar-2016

262 views

Category:

Documents


22 download

DESCRIPTION

sifat fisik dan ciri-ciri

TRANSCRIPT

  • 2. Struktur Kimia Dan Sifat-Sifat Fisis Polimer

    Sifat Mekanik

    Polimer linier yang khas memiliki unit berulang yang seragam dan memiliki gugus-

    gugus ujung yang berbeda. Pada berat molekul rendah, gugus-gugus ujung secara signifikan

    mempunyai kontribusi ke seluruh struktur, dan ini dimanifestasikan dalam sifat-sifat seperti

    kerapatan, indeks refraksi, dan absorpsi spektroskopik, yang bervariasi dangan berat molekul.

    Ketika mencapai berat molekul tertentu katakanlah 15.000, konsentrasi gugus-gugus ujung

    bisa diabaikan dan sifat-sifat ini menjadi tetap, yang tidak bergantung pada kenaikan berat

    molekul lebih lanjut. Hal ini tidak berlaku dengan sifat-sifat mekanik, yang bergantung pada

    gaya-gaya antar molekul. Sifat mekanik jauh lebih bergantung pada berat molekul untuk

    daerah berat molekul yang sangat luas, meskipun juga mendatar pada akhir spektrum berat

    molekul yang lebih tinggi. Dimana mereka mendatar bergantung pada strukturnya. Untuk

    suatu polyolefin seperti polietilena, dimana gaya-gaya dispersi bertanggung jawab terhadap

    sifat-sifat mekanik, pendataran terjadi pada berat molekul molekul yang relative tinggi (di

    atas 105), sedangkan dengan polimer-polimer yang sangat polar seperti poliamida, pendataran

    bila terjadi pada berat molekul serendah sekitar 20.000 sampai 50.000. ketergantungan sifat-

    sifat pada berat molekul ini diperlihatkan untuk suatu polimer hipotesis pada gambar 1

    (asumsinya dibuat disini bahwa sifat nonmekanik naik dengan berat molekul). Daerah kerja

    polimer-polimer komersial yang diperlihatkan pada gambar tersebut ialah pada suatu berat

    moleku yang memberikan sifat-sifat mekanik yang baik pada suatu viskositas yang dapat

    kerja.

    Untuk bahan komersial yang besar, sifat-sifat mekanik merupakan asfek yang sangat

    mendasar. Meskipun sifat-sifat lainnya seperti ketahanan nyala, stabilitas termal, dan

    ketahanan kimia mempunyai kaitan dalam aplikasi-aplikasi yang lebih spesifik, semua

    polimer, apapun pemakaiannya harus memperlihatakan suatu daerah sifat-sifat mekanik yang

    terspesifikasi yang cocok untuk aplikasi tersebut. Diantara lusinan sifat, yang harus

    diperhatikan para produsen polimer adalah kekuatan tarik, kompresif, dan fleksur (dan

    modulus mereka masing-masing) serta perlu perhatian pada ketahanan impak polimer

    tersebut. Sifat-sifat terkait mencakup kekerasan, ketahanan abrasi, dan ketahanan sobek.

    Sifat-sifat ini tepatnya mengacu ke apa? pada semua kasus, mereka merupakan

    ukuran dari beberapa tegangan yang akan ditahan oleh suatu sampel sebelum sampel tersebut

    rusak. Kekuatan tarik mengacu kepada ketahanan terhadap tarikan. Kekuatan kompresif

  • adalah kebalikan dari kekuatan tarik, yang merupakan ukuran sampai dimana suatu sempal

    bisa ditekan sebelum rusak, kekuatan fleksur adalah ukuran dari ketahanan terhadap

    patahan(breaking) atau patah cepat(snapping), ketika suatu sampel ditekuk(difleks). Kekuatan

    impak adalah ukuran dari keuletan

    sifat

    berat molekul

    nonmekanik

    mekanik

    vikositas

    daerah kerja

    Gambar 1. Ketergantung sifat-sifat pada berat molekul(polimer hipotesis)

    Bagaimana suatu sampel akan menahan pukulan stress yang tiba-tiba, seperti pukulan

    palu. Sifat mekanik lainnya yang menarik perhatian adalah kelelahan(fatigue) yang

    merupakan ukuran bagaimana suatu sampel bisa menahan aplikasi berulang dari tegangan

    tarik, fleksur, atau kompresif. Meskipun setiap sifat mekanik mmiliki keistimewaannya

    masing-masing, semua sifat demikian terjadi dari karakteristik struktur dan morfologi yang

    sama dan cara dimana matriks polimerik menjalani reorientasi molekul akibat respon

    terhadap tegangan.

    Tabel 1. Sifat-sifat mekanik dari homopolimer umum

    Polimer Kekuatan (MPa) Modulus (MPa) Perpanjangan(%)

    Polietilena(massa

    jenis rendah)

    Polietilena(massa

    jenis tinggi)

    8,3 31

    22 31

    172 283

    1070 1090

    100 650

    10 1200

  • Polipropilena

    Poli(vinil klorida)

    Polistirena

    Poli(metal

    metakrilat)

    Politetrafluoroetilena

    Nilon 6,6

    Poli(etilena

    tereftalat)

    Polikarbonat

    31 41

    41 52

    36 52

    48 76

    14 34

    76 83

    48 72

    66

    1170 1720

    2410 4140

    2280 3280

    2240 3240

    400 552

    -

    2760 4140

    2380

    100 600

    40 80

    1,2 2,5

    2 10

    200 400

    60 300

    50 300

    110

    Lanjutan..

    Kekuatan kompresif

    (MPa)

    Kekuatan fleksur (MPa) Kekuatan impak (N/cm)

    -

    20 25

    38 55

    55 90

    83 90

    72 124

    12

    103

    76 103

    86

    -

    -

    41 55

    69 110

    69 101

    72 131

    -

    42 117

    96 124

    93

    Tidak patah

    0,23 2,3

    0,23 0,57

    0,23 1,3

    0,20 0,26

    0,17 0,34

    1,7

    0,46 1,2

    0,14 0,37

    9,1

  • Tabel 1 memberikan beberapa sifat mekanik representative untuk beberapa

    homopolimer komersial yang penting. Daerah sifat-sifat yang luas mencerminkan banyaknya

    variabel yang terlibat dalam pengujian fisik. Yang menjadi catatan penting yaitu kekuatan

    impak yang sangat tinggi dari polikarbonat. Karakteristik ini, bersama dengan karakteristik

    kekuatan lainnya , merupakan faktor kunci dari bahan yang relatif mahal ini yang banyak

    dipakai sebagai plastik teknik. Naiknnya sifat-sifat kekuatan tarik yang signifikan dari

    polietilena kerapatan tinggi yang Kristal dan sebagian besar linier, dibandingkan dengan

    polietilena kerapatan rendah yang bercabang, timbul akibat pengepakan rantai yang rapat

    pada polietilena kerapatan tinggi. Berbagai teknik telah dikembangakan untuk memperhalus

    lebih lanjut morfologi Kristal polietilena untuk pemakaiannya dalam aplikasi-aplikasi serat

    berkekuatan tinggi. Disebut pemintalan gel, metode tersebut melibatkan konversi polimer

    linier dengan berat molekul sangat tinggi (>106) ke suatu gel dengan pelarut, yang diikuti

    dengan pemintalan dan penarikan. Pembentukan gel memberikan kebebasan molekul yang

    diperlukan untuk mencapai suatu tingkat penjajaran yang tinggi. Hasil-hasil serupa diperoleh

    dengan film-film polietilena yang dipreparasi secara khusus tanpa melalui pembentukan gel.

    Film-film dapat tarik didepositkan langsung dalam suatu keadaan Kristal yang terurai selama

    berlangsungnya polimerisasi diatas permukaan-permukaan yang dimodifikasi inisiator. Sifat-

    sifat polietilena barkekuatan tinggi diperbandingkan dengan sifat-sifat serat lainnya pada

    table 2. kekuatan tarik diberikan sebagai keuletan (tenacity).

    Tabel 2. Sifat-sifat serat

    Jenis serat Keuletan (N/teks) Gaya berat spesifik

    Alam

    Kapas

    Wol

    Sintetis

    Polyester

    Nilon

    Poliamida aromatik

    (aramid)

    Polibenzimidazola

    0,26 0,44

    0,09 0,15

    0,35 0,53

    0,40 0,71

    1,80 2,0

    0,27

    1,50

    1,30

    1,38

    1,14

    1,44

    1,43

  • Polipropilena

    Polietilena (kekuatan tinggi)

    Anorganik

    Gelas

    Baja

    0,44 0,79

    2,65

    0,53 0,66

    0,31

    0,90

    0,95

    2,56

    2,7

    Parameter kekutan tarik yang umum dipakai oleh ilmuan serat. Satuan keuletan adalah

    newton per teks, dimana teks didefinisikan sebagai berat dalam gram 1000 meter serat

    tersebut. Satu-satunya serat dengan kekuatan yang sebanding dengan polietilena berkekuatan

    tinggi dalam daftar tersebut adalah poliamida aromatik yang dipreparasi melalui metode

    Kristal cair.

    Stabilitas Panas

    Ketika zat-zat organik dipanaskan sampai suhu tinggi mereka memiliki

    kecenderungan untuk membentuk senyawa-senyawa aromatik. Hal ini mengikuti fakta bahwa

    polimer-polimer aromatik mesti tahan tehadap suhu tinggi. Akhir-akhir ini telah

    dikembangkan berbagi polimer yang memiliki unit-unit ulang aromatik, sebagian besar

    didorong oleh motivasi akan perlunya industri-industri penerbangan memakai bahan-bahan

    dengan kinerja yang tinggi yang akan tahan tehadap suhu-suhu yang teristimewa tinggi. Agar

    suatu polimer layak dianggap stabil panas atau tahan panas, polimer tersebut mesti tidak

    terurai dibawah suhu 400 oC dan mesti mempertahankan sifat-sifatnya yang bermanfaat pada

    suhu-suhu dekat suhu dekomposisi tersebut. Sebagaimana yang diperkirakan, polimer-

    polimer demikian harus memiliki suhu-suhu transisi gelas atau peleburan Kristal yang tinggi.

    Beberapa polimer representatif yang stabil panas, bersama dengan suhu-suhu dekomposisi

    mereka, diberikan pada tabel 3.

    Stabilitas panas utamanya merupakan fungsi dari energi ikatan. Ketika suhu naik

    ketitik dimana energi getaran menimbulkan putusnya ikatan, polimer yang bersangkutan akan

    terurai. Dalam kasus unit-unit siklik, putusnya suatu ikatan dalam suatu cincin tidak

    mengasilkan penurunan berat molekul, dan kemungkinan(peluang) putusnya dua ikatan

    dalam suatu cincin adalah rendah. Dengan demikian, polimer-polimer tangga atau semi

    tangga diharapkan memiliki stabilitas panas yang lebih tinggi dari pada polimer-polimer

  • dengan rantai terbuka. Suhu-suhu dekomposisi yang diberikan pada tabel 3 ditentukan dalam

    atmosfer-etmosfer lembam. Dekomposisi dalam udara suatu ukuran stabilitas

    termooksidatif bahan polimer pada umumnya mengikuti mekanisme yang berbeda. Akan

    tetpai hadirnya oksigen, pada kebanyakan kasus , memiliki efek kecil terhadap suhu

    dekomposisi awal, oleh karena itu putusnya ikatan utamanya merupakan sebuah proses

    termal bukan oksidatif.

    Carl S. Marvel menonjol sebagai pemimpin dalam bidang polimer-polimer yang stabil

    panas dengan justifikasi dia telah disebut bapak polimer-polimer bersuhu tinggi penelitian

    pionir Marvel menghasilkan pengembangan komersial polibenzimidazola (celanese nama

    dagang PBI). Dalam bentuk serat polibenzimidazola dipakai sebagai pakaian astronot, salah

    satu diantara jumlah aplikasi dalam program-program luar angkasa. Berbagai jenis polimer-

    polimer aromatik dan organometalik yang stabil panas telah dikembangkan. Sedikit saja

    diantaranya telah menemukan pemakaian yang komersial karena adanya kombinasi antara

    biaya tinggi dan kemampuan proses yang rendah. Karena struktur rangkanya yang kaku,

    polimer-polimer aromatik secara karakteristik memperlihatkan suhu-suhu transisi gelas yang

    sangat tinggi, dan kelarutan randah dan oleh karenanya lebih menyulitkan dari pada sebagian

    besar jenis-jenis polimer yang lain. Pada umumnya diakui batas atas stabilitas panas dari

    polimer-polimer organiktelah dicapai, oleh karenanya penekanan akhir-akhir ini adalah suatu

    mengintrodusir variasi-variasi struktur yang memungkinkan lebih baiknya kemampuan

    proses inkorporasi gugus-gugus fleksibilisator seperti ester atau sulfon ke dalam rangka

    polimer merupakan salah satu strategi.

    Tabel 3. Polimer-polimer stabil panas representatifa

    Tipe Struktur Suhu

    dekomposi

    si (oC)

    b

    Poli(p-fenilena)

    Polibenzimidazola

    N

    NH

    NH

    N

    660

    650

  • Polikuionoksalin

    Polioksazola

    Polimida

    Poli(fenilena

    oksida)

    Politiadiazola

    Poli(fenilena

    sulfide)

    N

    N

    N

    N

    N

    o o

    N

    N N

    O

    O

    O

    O

    O

    NN

    S

    S

    640

    620

    585c

    570

    490

    490

    adata dari kharsak

    batmosfer nitrogen jika tidak ada catatan lain

    catmosfer helium

    Meskipun aksi-aksi ini sering menghasilkan lebih besarnya kelarutan dan lebih

    rendahnya viskositas, stabilitas panas biasanya akan berkurang.

  • NN

    N

    N

    Ar

    Ar

    4

    Tg=265oC

    N

    N

    Ar C

    N

    N

    CAr

    C C

    3

    4

    Tg=215oC

    N

    N

    N

    N

    HH

    1

    Ar= O

    Skema 1. naiknya Tg polikuionoksalin oleh sikloadisi intramolekul.

    Pendekatan lainnya adalah untuk mengintrodusir gugus-gugus aromatik siklik yang

    terletak tegak lurus terhadap rangka aromatik datar, sebagimana dalam polibenzimidazola,

    struktur-struktur demikian yang dinyatakan sebagi polimer cardo (dari bahasa latin cardo,

    putaran) biasanya memperlihatkan kelarutan yang lebih baik tanpa mengorbankan sifat-sifat

    termal.

  • Introdusir gugus-gugus reaktif ke rangka polimer yang kemudian mengalami

    sikloadisi inframolekul selama pemanasan merupakan cara lain untuk memperbaiki

    kemampuan proses. Dasar pemikirannya adalah bahwa aktu alir yang,

    N

    N

    H

    N

    N

    H

    lebih lama terjadi mungkin sedikit atau tidak terjadi proses ikat silang, agaknya suhu transisi

    gelas naik akibat pengerasan rantai. Suatu contoh yang dilihatkan pada skema 1 adalah

    konversi polikuinoksalin aromatik 3 menjadi 4 melalui reaksi-reaksi sikloadisi kompleks dari

    substituen-substituen feniletinil, yang menghasilkan naiknya suhu transisi gelas sebesar 50

    oC.

    Pendekatan paling produktif dari suatu pandang pengembangan komersial adalah

    sintetis oligomer atau prapolimer aromatik yang ditutup dengan gugus-gugus reaktif.

    Oligomer-oligomer yang betutup gugus ujung tersebut melebur pada suhu yang relatif rendah

    dan dapay larut dalam barbagai polimer oleh pemanasan, mereka dikonversi oleh polimer-

    polimer jaringan yang stabil panas. Gugus-gugus ujung representatif diberikan pada tabel 4

    kimia dari pembentukan jaringan biasanya melibatkan reaksi-reaksi polimerisasi sikloadisi

    atau adisi dari gugus-gugus ujung.

    Daya nyala dan ketahanan nyala

    Untuk memahami mekanisme penjalaran nyala dan penahanan nyala banyak usaha

    yang dilakukan yaitu mencakup pengurangan gas-gas berasap dan beracun yang terbentuk

    selama pembakaran, dan pengembangan serat-serat tekstil yang tidak dapat nyala.

    Beberapa polimer pada dasarnya tidak dapat nyala, misalnya poli(vinil klorida) dan

    polimer yang memiliki kandungan halogen yang tinggi. Lainya, seperti polikarbonat dan

    poliuretana, akan terbakar sepanjang sumber nyala tetap hidup, tetapi pembakaran terhenti

    ketika sumber nyala dimatikan. Sebagian besar polimer bisa segera terbakar. Pembakaran

    terjadi bertahap, pertama, sumber panas luar menaikan suhu panas polimer tersebut kesuatu

  • suhu dimana ia mulai terurai dan melepas gas-gas yang mudah terbakar. Gas-gas yang mudah

    terbakar mungkin berupa monomer karena terjadi depolimerisasi rantai yang diinduksi panas.

    Tabel 4.gugus-gugus ujung reaktif untuk mengkonversi oligomer-oligomer aromatik

    ke polimer-polimer jaringan

    Dalam memperbaiki ketahanan nyala bahan-bahan polimer terfokus pada tiga strategi:

    1. Menahan proses pembakaran dalam fasa uap

    Dalam fasa uap, pembakaran terjadi melalui serangkaian reaksi-reaksi propagasi

    radikal bebas dan transfuse radikal yang rumit. Retardasi pembakaran bisa dilakukan

    dengan menginkorporasi dalam trap-trap radikal polimer tersebut, senyawa-senyawa

    yang mengurangi konsentarasi radikal dalam uap.

  • Gambar 2. representasi dari pembakaran polimer , difusi gas, aliran panas.

    2. Menimbulkan pembentukan arang dalam daerah pirolisis

    Pembentukan arang pada permukaan polimer mengurangi daya nyala dengan cara

    bereaksi sebagai suatu penghalang (mengandung karbon) untuk menghalangi produk-

    produk gas dari berdifusi ke nyala tersebut, dan untuk melindungi permukaan polimer

    dari aliran panas. Polimer aromatic memiliki kecenderungan alami terhadap

    pembentukan arang, yang menjelaskan daya nyala yang biasanya rendah.

    3. Menambahakan bahan-bahan yang terurai baik untuk memberikan gas-gas tak dapat

    nyala atau secara endotermik untuk mendinginkan zona pirolisis

    Untuk mengurangi daya nyala melibatkan penggunaan senyawa-senyawa seperti

    alumina terhidrasi Al2O2.3H2O, yang melepaskan air secara endotermik untuk

    mendinginkan zona pirolisis, atau natrium bikarbonat, yang terurai untuk membentuk

    karbon dioksida yang selanjutnya mengencerkan gas-gas yang mudah terbakar.

    Ketahanan Kimia

    Masalah yang dihadapi perusahaan minyak dengan tangki penyimpanan minyak

    raksasa adalah perkaratan logam. Solusinya dengan koting semprot lantai dalam dari tangki

    dengan polyester tak jenuh yang diperkuat serat gelas.

  • Tidak semua polyester memiliki stabilitas hidrofilik yang baik, dan mereka yang memilih

    melapisi dasar tangki akan memilih suatu polimer yang terbukti sangat tahan terhadap air.

    Untuk menaikan ketahanan kimia yaitu dengan menaikan rintangan sterik di sekitar gugus-

    gugus ester, dan satunya lagi untuk mengurangi jumlah gugus-gugus ester per satuan panjang

    rantai. Kedua yang akan menaikan sifat hidrofobik dari formulasi-formulasi polyester yang

    tahan kimia adalah 2,2-4-trimetilpentana-1,3-diol(7) dan turunan bisfenol A-propilena

    oksida(8)

    Untuk mengurangi sifat hidrofilik gugus-gugus ujung lain. Fenil isosianat, misalnya,

    mengkonversikan gugus-gugus hidroksil polyester ke uretana,

    dan karboksil ke amida,

    Flour telah terbukti menjadi suatu unsure yang memberikan ketahanan air dan pelarut

    sekaligus kepada berbagai polimer. Polifosfazena(9) yang anorganic, yang sangat tidak stabil

    ketika ada uap air, berbalik menjadi sangat tahan uap air dengan mengkonversikannya(10)

  • Karena kelembaban kimianya, berbagai polimer terflourinasi termasuk

    politetraflourotilena(11), poli(vinil klorida)(12), dan kopolimer-kopolimer seperti

    poli[heksaflouropropilena-co-(vinilidena flourida)](13) telah dikembangkan secara komersial

    untuk berbagai keperluan.

    Ozon yang terbentuk oleh aksi sinar ultraviolet atau pelepasan arus listrik ke oksigen,

    menguraikan polimer yang mengandung ikatan rangkap dua dalam rangkanya melalui proses

    ozonolisis yang diikuti dengan hidrolisis:

    Sinar matahari merupakan materi lain yang bisa mengadakan degradasi polimer. Monomer-

    monomer yang mengandung kromofor-kromofor penyerap ultraviolet seperti 2,4-dihidroksi-

    4-vinilbenzonefenon(15) telah diinkorporasi ke dalam polimer-polimer vinil untuk

    memperbaiki stabilitas cahaya.

  • Gambar 3. Skematik suatu prosedur khas untuk memproduksi (a) resis negative (b) resis

    positif dalam pembuatan sirkuit-sirkuit gabungan

    Degradabilitas

    Sebagian besar polimer mempunyai sifat yang sangat tahan lama, sesungguhnya ini

    merupakan sifat yang memungkinkan berkompetisi dengan bahan-bahan awet lain seperti

    gelas dan logam.

    Polimer-polimer bisa dibuat terurai secara fotokimia dengan menginkorporasi gugus-

    gugus karbonil yang menyerap radiasi ultraviolet untuk membentuk keadaan tereksitasi yang

    cukup berenergi untuk melakukan pembelahan ikatan. Proses demikian (dinyatakan sebagai

    reaksi si Norris tipe II) terjadi sebagai berikut:

    Untuk mensintensis polimer degradable timbul dari pertimbangan ekologis, banyak

    penelitian diarahkan ke teknologi resis dan aplikasi pelepasan terkontrol. Pada teknologi

    resis, polimer degradable dipakai untuk resis positif, yang bekerja secara berlawanan dengan

    resis lain, yakni radiasi meningkatkan degradasi resis yang terekpose oleh cetakan, yang

    meninggalkan koting utuh yang tidak terekpos.

  • Aplikasi melibatkan pengikatan bahan-bahan kimia pertanian dalam formulasi

    polimer untuk pelepasan yang lambat pada suatu laju yang efektif untuk tujuan mereka tanpa

    resiko dari pereaksi yang tercuci hilang oleh hujan atau irigasi. Herbisida asam 2,4-

    diklorofenok-siasatat(2,4-D), misalnya, telah diinkorporasi ke dalam polimer baik sebagai

    kelat dengan bes(16) atau sebagai suatu gugus ester pedan yang bisa terhidrolisis di atas suatu

    polimer vinil(17).

    Obat-obat farmasi berkapsul telah tersedia selama bertahun-tahun. Strip-strip

    reservoir yang disebut transdermal patches dipakai untuk obat-obatan melalui kulit.

    Instrument-instrumen matrik polimerik yang ditanam, termasuk beberapa diantaranya yang

    dibuat dengan polimer dapat diurai untuk melepas obat melalui erosi permukaan, sedang

    diteliti. Poliester dapat urai telah dipakai sebagai jahitan-jahitan bedah yang bisa hilang.

    Gambar 5. Instrument-instrumen pelepasan yang dikontrol membrane: (a) mikroenkapsulasi

    (b) strip.

    Konduktivitas Listrik

    Sebagian besar polimer merupakan insulator yang baik. Misalnya poli(N-

    vinilkarbazola) (18), bersifat fotokonduktif, yakni menghantarkan arus listrik sampai suatu

    tingkat yang kecil dibawah pengaruh cahaya, dan dipakai dalam industry elektrofotografi.

  • Polimer lainya menjalani pirolisis untuk menghasilkan arang yang memperlihatkan

    konduktivitas sedang. Beberapa polimer, khususnya poli(sulfur nitride)(19) dan

    poliasetilena(20) bisa dibuat sangat konduktif ketika hadir beberapa bahan tambahan yang

    disebut dopan. Terobosan utama ini mengawali usaha penelitian untuk mengungkapkan

    mekanisme konduksi listrik dan mengaplikasikan ke teknologi baterai ringan yang praktis.

    Beberapa sifat structural diketahui memiliki pengaruh terhadap konduktifitas. Sikap-sikap ini

    mencakup :

    1. Delokalisasi, suatu system terkonyugasi yang diperluas biasanya perlu untuk eksisnya

    konduktivitas rangka polimer, akan tetapi muatan bisa ditransfer dalam beberapa

    kasus melalui gugus pedan.

    2. Doping, dopan bisa berupa akseptor electron seperti pentaflourida arsenat atau

    halogen, atau donor-donor electron seperti logam alkali. Konduktifitas bervariasi

    dengan konsentrasi dopan. Doping bisa juga mengefektifkan penyusunan ulang ikatan

    rangkap dua dari polimer nonkonyugasi menjadi poli konduktif yang terkonyugasi.

    3. Morfologi, konduksi listrik dipengaruhi oleh factor-faktor konfigurasi dan

    konformasi, sebagaimana juga kristalinitas. Konduktifitas film poliasetilena dalam

    arah penjajaran molekul secara signifikan bertambah oleh terjadinya peregangan

    molekul.

  • Konduktifitas intrinsic poliasetalena sebesar 1,7x10-9

    ohm-1

    cm-1

    untuk isometer cis(21) dan

    4,4X10-5

    ohm-1

    cm-1

    (semikondutor lemah) untuk isomer trans(22). Doping meningkat

    konduktivitas poliasetilena secara drastic menjadi konduktifitas konduktor logam.

    Polimer-polimer lain yang memperlihatkan konduksi listrik melalui doping mencakup poli(p-

    fenilena)(23), poli(fenilena sulfide)(24), polipirola(25), dan polimer logam ftalosianin(26),

    yang tidak punya rangka terkonyugasi tetapi menjalani transpor electron melalui cincin

    heterosiklik yang tampak enak dipandang. Konduktifitas berbagai polimer ini dibandingkan

    dengan konduktor logam.

    Polielektrolit untuk aplikasi baterai padat pada umumnya terdiri dari polimer seperti

    poli(etilena oksida)(27) atau polifosfazena(28) dalam kombinasi dengan garam logam. Suatu

    rasio 4:1 dari poli(etilena oksida) terhadap NaBF4 merupakan kekhasan.

    Bahan Tambahan (additive)

  • Sesungguhnya setiap polimer yang dipakai komersial mengandung bahan-bahan

    tambahan, seringkali dalam bentuk kombinasi. Tujuannya ada dua yaitu untuk mengubah

    sifat-sifat polimer dan untuk meningkatkan kemampuan prosesnya. Bahan-bahan tambahan

    untuk tujuan yang pertama berkisar dari pigmen dan odoran yang dipakai karena alasan

    estetis terhadap bahan pemlastis yang dipakai untuk memperbaiki sifat-sifat mekanik. Bahan-

    bahan tambahan untuk tujuan yang kedua bervariasi dari pelumas untuk mengecegah lengket

    ke mesin-mesin pemroses hingga senyawa-senyawa yang mengubah struktur kimia, seperti

    bahan pengikat silang. Bahan-bahan tambahan bisa dapat campur dengan sempurna atau,

    sebagaimana kasus dengan bahan pemerkuat, sama sekali tidak dapat tercampur

    Table 4. Bahan-bahan tambahan polimer