shoulder joint

13
1. Shoulder joint Gerakan – geakan yang terjadi di pergelangan bahu yang dimungkinkan oleh sejumlah sendi yang saling berhubungan erat, misalnya sendi kostovertyebral atas, sendi akromioklavikular, sendi sternoklavikular, permukaan pergeseran skapulotorakal dan sendi glenohumeral atau sendi bahu. Gangguan gerakan di dalam sendi bahu sering mempunyai konsekuensi untuk sendi- sendi lain di pergelangan bahu atau sebaliknya. Sendi bahu dibentuk oleh kepala tulang humerus dan mangkok sendi, disebut cavitas glenoidalis. Sendi ini menghasilkan gerakan fungsional sehari-hari seperti menyisir, menggaruk kepala, mengambil dompet dan sebagainya atas kerja sama yang harmonis dan simultan dengan sendi-sendi lainnya. Cavitas glenoidalis sebagai mangkok sendi bentuknya agak cekung tempat melekatnya kepala tulang humerus dengan diameter cavitas glenoidalis yang pendek kira-kira hanya mencangkup sepertiga bagian dari kepala tulang sendi nya yang agak besar, keadaan ini membuat sendi tersebut tidak stabil namun paling luas gerakannya. Beberapa karakteristik dari sendi bahu : a. Perbandingan antara permukaan mangkok sendi dengan kepala sendi tidak sebanding. b. Kapsul sendi relative lemah c. Otot-otot pembungkus sendi relative lemah, seperti otot supraspinatus, infraspinatus, teresminor dan subscapularis. d. Gerakannya paling luas. e. Stabilitas sendi kurang stabil.

Upload: dannia-riski-ariani-notodarmodjo

Post on 20-Nov-2015

15 views

Category:

Documents


7 download

DESCRIPTION

saraf

TRANSCRIPT

1. Shoulder jointGerakan geakan yang terjadi di pergelangan bahu yang dimungkinkan oleh sejumlah sendi yang saling berhubungan erat, misalnya sendi kostovertyebral atas, sendi akromioklavikular, sendi sternoklavikular, permukaan pergeseran skapulotorakal dan sendi glenohumeral atau sendi bahu. Gangguan gerakan di dalam sendi bahu sering mempunyai konsekuensi untuk sendi- sendi lain di pergelangan bahu atau sebaliknya.Sendi bahu dibentuk oleh kepala tulang humerus dan mangkok sendi, disebut cavitas glenoidalis. Sendi ini menghasilkan gerakan fungsional sehari-hari seperti menyisir, menggaruk kepala, mengambil dompet dan sebagainya atas kerja sama yang harmonis dan simultan dengan sendi-sendi lainnya. Cavitas glenoidalis sebagai mangkok sendi bentuknya agak cekung tempat melekatnya kepala tulang humerus dengan diameter cavitas glenoidalis yang pendek kira-kira hanya mencangkup sepertiga bagian dari kepala tulang sendi nya yang agak besar, keadaan ini membuat sendi tersebut tidak stabil namun paling luas gerakannya. Beberapa karakteristik dari sendi bahu : a. Perbandingan antara permukaan mangkok sendi dengan kepala sendi tidak sebanding.b. Kapsul sendi relative lemahc. Otot-otot pembungkus sendi relative lemah, seperti otot supraspinatus, infraspinatus, teresminor dan subscapularis.d. Gerakannya paling luas.e. Stabilitas sendi kurang stabil.Dengan melihat keadaan sendi tersebut, maka sendi bahu lebih mudah mengalami gangguan fungsi dibandingkan dengan sendi lainnya.

2. Kapsul sendiKapsul sendi terdiri dari dua lapisan yaitua. Kapsul synovialKapsul synovial merupakan lapisan bagian dalam dengan karakteristik mempunyai jaringan fibrokolagen agak lunak dan tidak memiliki saraf reseptor dan pembuluh darah. Fungsinya mengahasilkan cairan synovial sendi dan sebagai transformator makanan ke tulang rawan sendi. Bila ada gangguan pada fungsi sendi yang ringan saja, maka pertama kali yang mengalami gangguan fungsi adalah kapsul synovial. Tetapi karena kapsul synovial tidak memlik resetor nyeri, maka tidak akan merasa nyeri jika terjadi gangguan, misalnya pada artrosis sendi.b. Kapsul fibrosaKarakterisktiknya berupa jaringan fibrous keras dan memiliki saraf reseptor dan pembuluh darah. Fungsinya memelihara posisi dan stabilitas sendi, memelihara regenerasi kapsul sendi. Kita dapat merasakan posisi sendi dan merasakan nyeri bila rangsangan tersebut sampai ke kapsul fibrosa.

3. KartilagoKartilago atau ujung tulang rawan sendi berfungsi sebagai bantalan sendi, sehingga tidak nyeri sewaktu penderita berjalan. Namun demikian pada gerakan tertentu sendi dapat nyeri akibat gangguan yang dikenal dengan degenerasi kartilago.

4.

Capsulitis adhesiva adalah hilangnya mobilitas aktif dan pasif dari sendi glenohumeral secara insidious (tidak jelas pemunculannya) dan progresif akibat kontraktur kapsul sendi. (Vermeulen et al 2000). Capsulitis adhesiva terjadi akibat trauma lansung, disuse atau auto immobilisasi yang berlansung lama dimana lengan terpaku dalam keadaan diam atau jarang digerakkan.

epidemiologi onset Frozen Shoulder terjadi sekitar usia 40-65 tahun. Dari 2-5% populasi sekitar 60% dari kasus Frozen Shoulder lebih banyak mengenai perempuan dibanding laki-laki. Frozen Shoulder juga terjadi pada 10-20% dari penderita diabetes mellitus yang merupakan salah satu faktor resiko Frozen Shoulder (Sandor,2004).

Etiologi capsulitis adhesiva masih belum diketahui dengan pasti. Adapun faktor predisposisinya antara lain periode immobilisasi yang lama, akibat trauma, over use, injuries atau operasi pada sendi, hyperthyroidisme, penyakit cardiovascular,clinical depression dan Parkinson.Adapun beberapa teori yang dikemukakan AAOS tahun 2007 mengenai frozen shoulder, teori tersebut adalah :1. Teori hormonal.Pada umumnya frozen shoulder terjadi 60% pada wanita bersamaan dengan datangnya menopause.2. Teori genetik.Beberapa studi mempunyai komponen genetik dari frozen shoulder, contohnya ada beberapa kasus dimana kembar identik pasti menderita pada saat yang sama.3. Teori auto immuno.Diduga penyakit ini merupakan respon auto immuno terhadap hasil-hasil rusaknya jaringan lokal.4. Teori postur.Banyak studi yang belum diyakini bahwa berdiri lama dan berpostur tegap menyebabkan pemendekan pada salah satu ligamen bahu.

Keterbatasan sendi bahu dikaitkan dengan capsulitis adhesiva secara langsung dibagi 2 Klasifikasi, yaitu :a.Primer/ idiopetik frozen shoulderYaitu frozen yang tidak diketahui penyebabnya. Frozen shoulder lebih banyak terjadi pada wanita dari pada pria dan biasanya terjadi usia lebih dari 41 tahun. Biasanya terjadi pada lengan yang tidak digunakan dan lebih memungkinkan terjadi pada orang-orang yang melakukan pekerjaan dengan gerakan bahu yang lama dan berulang. Hal ini terjadi pengerutan atau atrofi dari hampir seluruh atau sebagian kapsula sendi glenohumeral pada bagian anterior dan caudal, terjadi perlengketan antara kapsula sendi jaringan lunak disekitarnya, dan terjadi penurunan tingkat elastisitas kapsula sendi.a. Sekunder frozen shoulderYaitu frozen yang diikuti trauma yang berarati pada bahu misal fraktur, dislokasi, luka baker yang berat, meskipun cedera ini mungkin sudah terjadi beberapa tahun sebelumnya. Hal ini ditandai dengan adanya nyeri saat sendi diupayakan bergerak atau digerakkan (mobilisasi) dan kelemahan otot disekitar bahu.keadaan bahu seperti ini dapat diawali dengan tendinitis surasinatus/bisipitalis atau bursitis acromialis, karena tidak diobati dan gerakan di sendi bahu yang menimbulkan nyeri tidak dilatih,maka lama kelamaan menimbulkan perlengketan.

1. Terapi istirahat / terapi dinginPada nyeri bahu yang bersifat akut, dimana proses pembengkakan masih bekerja, diperlukan imobilisasi sampai proses pembengkakan berhenti. Selama bahu tidak digerakan untuk menghentikan pembengkakan diberikan kompres dingin atau es dan obat anti nyeri dan anti bengkak.2. Terapi panasDiberikan beberapa hari sesudah proses pembengkakan berhenti atau pada bahu yang nyeri tanpa pembengkakan pada jaringan oto yang spasme. Terapi anas bertujuan untuk:a. memperbaiki sirkulasi darah dan metabolism setempatb. mengurangi rasa nyeric. relaksasi terutama untuk otot yang spasme terapi panas yang digunakan:1) terapi panas superficial : HCP, sinar infrared2) terapi panas dalam : MWD, SWD, USDa) MWD (Micro Wave Diathermy)Terapi modalitas dimana sumber energinya menggunakan gelombang elektromagnetik, dengan panjang gelombang 12,25 cm dan frekuensinya 2450 mc/detik. Dosis : jarak emitor dengan kulit pada punggung bawah antara 10 20 cm, intensitas 200 watt, tetai untuk semua kasus tergantung toleransi penderita. Durasi dan frekuensinya 10 -30 menit/hari (kondisi akut kurang dari 10 menit)b) SWD (Short Wave Diathermy)Terapi modalitas dimana sumber energinya menggunakan arus listrik dengan frekuensi tinggi yaitu 27,33 MHz dan panjang gelombang 11 meter. Dosis : electrode yang digunakan dengan kondensor (pad) kondisi akut intensitasnya kurang dari 40mA (dibawah sensasi panas) durasi dan frekuensi nya 2,5 10 menit/har. Kondisi kronis intensitasnya antara 40-60 mA (panas comfortable) durasi da frekuensinya 20 menit/hari.c) USD (Ultra Sound Diathermy)Terapi modalitas dimana sumber energinya berasal dari gelombang suara dengan frekuensi tinggi antara 0,8-1 MHz dan panjang gelombang 1,5 mm. dosis : kondisi akut intensitasnya 0,25-0,5 W/cm2 durasi 2-3 menit. Apabila tidak ada perbaikan intensitasny adinaikkan 0,8 W/cm2 durasinya 4-5 menit. Kondisi kronis intensitasnya 2W/cm2 durasinya 5-10 menit, apabila tidak ada perbaikan intensitasnya dinaikkan maksimal 3W/cm2 durasinya 10-15 menit, jika tidak ada perbaikan sampai 6x terapi, maka terapi dihentikan mungkin ada sebab lain. Pasien dalam posisi tidur bed, kemudian tranduser diberi gel atau baby oil dan tranduser digosokkan ada daerah bahu asien dengan teknik transversal maupun longitudinal.3. Terapi ManipulasiTerapi manipulasi adalah suatu gerakan pasif yang digerakkan dengan tiba- tiba, amplitude kecil dan kecepatan yang tinggi, sehingga pasien tidak mampu menghentika gerakan yang terjadi ( Mudatsir, 2007).Tujuan mobilisasi sendi adalah untuk mengembalikan fungsi sendi normal dan tanpa nyeri. Secara mekanis, tujuannya adalah untuk memperbaiki joint play movement dan dengan demikian memperbaiki roll-gliding yang terjadi selama gerakan aktif. Terapi manipulasi harus diakhiri apabila sendi telah mencapai LGS maksimal tanpa nyeri dan pasien dapat melakukan gerakan aktif dengan normal (Heru P Kuntono, 2007).Gerakan translasi (traksi dan gliding) dibagi menjadi tiga gradasi. Gradasi gerakan ini ditentukan berdasarkan tingkat kekendoran (slack) sendi yang dirasakan fisioterapis saat melakukan gerakan pasif seperti yang ditunjukkan pada Grade I.Grade I traksi merupakan gerakan dengan amplitudo sangat kecil sehingga tidak sampai terasa adanya geseran permukaan sendi. Kekuatan gaya tarik yang diberikan sebatas cukup untuk menetralisir gaya kompresi yang bekerja pada sendi. Kombinasi antara tegangan otot, gaya kohevisitas kedua permukaan sendi dan tekiri atmosfer menghasilkan gaya kompresi pada sendi. Grade II traksi dan gliding gerakan sampai terjadi slack taken up jaringan di sekitar persendian meregang. Grade III traksi dan gerakan sampai diperoleh slack taken up kemudian diberi gaya lebih besar lagi sehingga jaringan di sekitar persendian teregang.Traksi untuk memperbaiki luas gerak sendi: Traksi mobilisasi grade III efektif untuk memperbaiki mobilitas sendi karena dapat meregang (streatch) jaringan lunak sekitar persendian yang memendek. Traksi-mobilisasi dipertahamkan selama 7 detik atau lebih dengan kekuatan maksimal sesuai dengan toleransi pasien. Antara dua traksi yang dilakukan, traksi tidak perlu dilepaskan total keposisi awal melainkan cukup diturunkan kegrade II dan kemudian lakukan traksi grade III lagi. (Mudatsir S, 2002).4. Terapi Latihan.Adapun metode yang digunakan adalah :a. Active exerciseLatihan aktif disini bertujuan untuk menjaga serta menambah lingkup gerak sendi (LGS).Disini penulis memberikan latihan dengan menggunakan metode free active exercise.Gerakan dilakukan oleh kekuatan otot penderita itu sendiri dengan tidak menggunakan suatu bantuan dan tahanan yang berasal dari luar.Latihan ini bisa dilakukan kapan pun dan dimana pun penderita berada.b. Overhead pulleyTujuan dari pemberian overhead pulley adalah untuk menambah lingkup gerak sendi dan meningkatkan nilai kekuatan otot dengan bantuan alat ini. Dengan adanya gerakan yang berulang-ulang maka akan terjadi penambahan lingkup gerak sendi serta menjaga dan menambah kekuatan otot jika diberi beban (Kisner, 1996).c. Codman pendulum exercis.Codman pendulumexercise dilakukan pada stadium akut.1) Tujuan : Untuk mencegah perlengketan pada sendi bahu dengan melakukan gerakan pasif sedini mungkin yang dilakukan pasien secara aktif. Gerakan pasif dilakukan untuk mempertahankan pergerakan pada sendi & mencegah pelengketan permukaan sendi. Sedangkan pencegahan gerakan aktif adalah untuk mencegah terjadinya kontraksi otot- otot rotator cuff & abductor bahu2) Cara melakukan:Pasien membungkukkan badan dan lengan yang sakit tergantung vertical. Posisi ini menyebabkan lengan fleksi 90 pada bahu tanpa adanya kontraksi otot- otot deltoid maupun rotator cuff. Gravitasi/gaya tarik bumi menyebabkan pemisahan permukaan sendi glenohumeral sehingga kapsul sendi tersebut akan memanjang. Lutut pasien dalam keadaan fleksi untuk mencegah timbulnya gangguan pada pinggang.

AAOS. 2007. Frozen Shoulder. available at, http://orthoinfo.aaos.org/topic.cfm?topic=A00071. accetted. January, 28, 2015

Appley, A Graham Louis Solomon, 2007 ; Buku Ajar Orthopedic dan fraktur system appley. Edisi ke 10. Widya Medika. JakartaDurall, C. 2011. Adhesiva Capsulitis. In : Brotzman, S.B., Manske, R.C., editors. Clinical Orthopedic Rehabilitation :an evidence-based. second edition. Philadelphia : Elsevier.Graham, A. 2008. Buku Ajar Ortopedi Fraktur Sistem Apley 7th ed, Widya Medika.Hand, G.C., Athanasou, N.A., Matthews, T. 2007. The pathology of frozen shoulder. J Bone Joint Surg Br; 89: 928-932.Jason, E. et al. 2011. Current Review of Adhesive Capsulitis. J Bone Joint Surg Br; 20: 502-514.Kelley, M.J., Mcclure, P.W., Leggin, B.G. 2013. Frozen shoulder : evidence and a proposed model guiding rehabilitation. J Orthop Sports Phys Ther; 39(2): 135-148.Mutdatsir, Syatibi, 2007. Terapi Manipulasi Extremitas. Pelatihan manual terapi,SurakartaRober,t C. Manske., & Daniel, Prohask. 2008. Management and Diagnosis and management of adhesive capsulitis. Curr Rev Musculoskelet Med.1:180189Sandor, Risk, 2004: Frozen shoulder/ epidemiology. www.aaos.orgSnell RS. 2006. Clinical neuroanatomy for medical students. 5th ed. Washington DC: Lippincott Williams & Wilkins Inc. USA; p. 67-70Uhthoff, H.K., Boileau, P. 2007 . Primary frozen shoulder; global capsular stiffness versus localized contracture. Clin Orthop Rela Res; 456: 79-84.Vermeulen H. et al. 2000. End-range mobilization techniques in Adhesive Capsulitis of the shoulder joint: A multiple-subject case report. Phys Ther;80:1204-13