makalah frozen shoulder

42
BAB I PENDAHULUAN Frozen shoulder merupakan rasa nyeri yang mengakibatkan keterbatasan lingkup gerak sendi (LGS) pada bahu. Mungkin timbul karena adanya trauma, mungkin juga timbul secara perlahan-lahan tanpa tanda-tanda atau riwayat trauma.Keluhan utama yang dialami adalah nyeri dan penurunan kekuatan otot penggerak sendi bahu dan keterbatasan LGS terjadi baik secara aktif atau pasif.Frozen shoulder secara pasti belum diketahui penyebabnya. Namun kemungkinan terbesar penyebab dari frozen shoulder antara lain tendinitis, rupture rotator cuff, capsulitis, post immobilisasi lama, trauma serta diabetes mellitus. Respon autoimmunal terhadap rusaknya jaringan lokal yang diduga menyebabkan penyakit tersebut. Capsulitis adhesive ditandai dengan adanya keterbatasan luas gerak sendi glenohumeral yang nyata, baik gerakan aktif maupun pasif.Ini adalah suatu gambaran klinis yang dapat menyertai tendonitis, infark miokard, diabetus mellitus, fraktur immobilisasi lama, atau redukulus cervicalis. Frozen shoulder juga dapat disebabkan oleh trauma langsung pada bahu, immobilisasi atau disuse dalam jangka waktu lama misalnya terjadi fraktur disekitar bahu yang pada fase penyembuhannya tidak diikuti dengan gerak aktif yang dilakukan secara teratur pada bahunya, disamping itu juga karena faktor immunologi serta hubungannya dengan penyakit lain misalnya: Tuberkulosa paru, | 1

Upload: najua-saleh

Post on 20-Oct-2015

485 views

Category:

Documents


28 download

DESCRIPTION

Frozen Shoulder

TRANSCRIPT

Page 1: Makalah Frozen Shoulder

BAB I

PENDAHULUAN

Frozen shoulder merupakan rasa nyeri yang mengakibatkan keterbatasan

lingkup gerak sendi (LGS) pada bahu. Mungkin timbul karena adanya trauma,

mungkin juga timbul secara perlahan-lahan tanpa tanda-tanda atau riwayat

trauma.Keluhan utama yang dialami adalah nyeri dan penurunan kekuatan otot

penggerak sendi bahu dan keterbatasan LGS terjadi baik secara aktif atau pasif.Frozen

shoulder secara pasti belum diketahui penyebabnya. Namun kemungkinan terbesar

penyebab dari frozen shoulder antara lain tendinitis, rupture rotator cuff, capsulitis,

post immobilisasi lama, trauma serta diabetes mellitus. Respon autoimmunal terhadap

rusaknya jaringan lokal yang diduga menyebabkan penyakit tersebut. Capsulitis

adhesive ditandai dengan adanya keterbatasan luas gerak sendi glenohumeral yang

nyata, baik gerakan aktif maupun pasif.Ini adalah suatu gambaran klinis yang dapat

menyertai tendonitis, infark miokard, diabetus mellitus, fraktur immobilisasi lama,

atau redukulus cervicalis.

Frozen shoulder juga dapat disebabkan oleh trauma langsung pada bahu,

immobilisasi atau disuse dalam jangka waktu lama misalnya terjadi fraktur disekitar

bahu yang pada fase penyembuhannya tidak diikuti dengan gerak aktif yang dilakukan

secara teratur pada bahunya, disamping itu juga karena faktor immunologi serta

hubungannya dengan penyakit lain misalnya: Tuberkulosa paru, hemiparase,ischemic

heart desease, bronchitis kronis dan Diabetus Melitus. Diduga ini merupakan respon

autoimun karena rusaknya jaringan lokal.

Diantara beberapa faktor yang menyebabkan frozen shoulder adalah capsulitis

adhesiva. Keadaan ini disebabkan karena suatu peradangan yang mengenai kapsul

sendi dan dapat menyebabkan perlengketan kapsul sendi dan tulang rawan, ditandai

dengan nyeri bahu yang timbul secara perlahan-lahan, nyeri yang semakin tajam,

kekakuan dan keterbatasan gerak. Pada pasien yang menderita capsulitis adhesiva

menimbulkan keluhan yang sama seperti pada penderita yang mengalami peradangan

pada jaringan disekitar sendi yang disebut dengan periarthritis, keadaan ini biasanya

timbul gejala seperti tidak bisa menyisir karena nyeri disekitar depan samping bahu.

Nyeri tersebut terasa pula saatb lengan diangkat untuk mengambil sesuatu dari saku

kemeja, ini berarti gerakan aktif dibatasi oleh nyeri. Tetapi bila mana gerak pasif

diperiksa ternyata gerakan itu terbatas karena adanya suatu yang menahan yang

| 1

Page 2: Makalah Frozen Shoulder

disebabkan oleh perlengketan. Gangguan sendi bahu sebagian besar didahului oleh

adanya rasa nyeri, terutama rasa nyeri timbul sewaktu menggerakan bahu, penderita

takut menggerakan bahunya. Akibat immobilisasi yang lama maka otot akan

berkurang kekuatannya.

Aspek fisioterapi sindroma nyeri bahu pada kondisi frozen shoulder akibat

capsulitis adhesiva ini fisioterapis berperan dalam mengurangi nyeri ,meningkatkan

luas gerak sendi (LGS) mencegah kekakuan lebih lanjut dan mengembalikan kekuatan

otot serta meningkatkan aktifitas fungsional pasien. Untuk mengatasinya banyak

modalitas fisioterapi yang dapat digunakan disini penulis mengambil modalitas

fisioterapi berupa penggunaan Short Wave Diathermy (SWD), terapi manipulasi dan

terapi latihan serta latihan fungsional.

| 2

Page 3: Makalah Frozen Shoulder

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. DEFINISI

Capsulitis adhesive adalah gangguan pada permukaan gelang bahu dimana

jaringan lunak disekitar sendi – sendi yang membentuk gelang bahu terjadi inflamasi

dan kekakuan yang lama kelamaan berkembang menjadi adhesion atau perlengketan

sehingga dapat menyebabkan terjadinya pembatasan gerak dan menyebabkan nyeri

yang kronis.

Istilah frozen shouder hanya digunakan untuk penyakait yang sudah diketahui

dengan baik yang ditandai dengan nyeri dan kekakuan progresif bahu yang

berlangsung 18 bulan. Proses peradangan dari tendonitis kronis tapi perubahan-

perubahan peradangan kemudian menyebar melibatkan seluruh cuff dan capsul.

Selama peradangan berkurang jaringan berkontraksi kapsul menempel pada

kaput humeri dan guset sinovial intra artikuler dapat hilang dengan perlengketan.

Frozen merupakan kelanjutan lesi rotator cuff, karena degenerasi yang progresif. Jika

berkangsung lama otot rotator akan tertarik serta memperlengketan serta

memperlihatkan tnada-tanda penipisan dan fibrotisasi. Keadaan lebih lanjut, proses

degenerasi diikuti erosi tuberculum humeri yang akan menekan tendon bicep dan

bursa subacromialis sehingga terjadi penebalan dinding bursa. Frozen shoulder dapat

pula terjadi karena ada penimbunan kristal kalsium fosfat dan karbonat pada rotator

cuff. Garam ini tertimbun dalam tendon, ligamen, kapsul serta dinding pembuluh

darah. Penimbunan pertama kali ditemukan pada tendon lalu kepermukaan dan

menyebar keruang bawah bursa subdeltoid sehingga terjadi rardang bursa, terjadi

berulang-ulang karena tekiri terus-menerus menyebabkan penebalan dinding bursa,

pengentalan cairan bursa, perlengketandinding dasar dengan bursa sehingga timbul

pericapsulitis adhesive akhirnya terjadi frozen shoulder.

Frozen shoulder dibagi 2 Klasifikasi, yaitu :

a. Primer/ idiopatik frozen shoulder

Yaitu frozen yang tidak diketahui penyebabnya. Frozen shoulder lebih banyak

terjadi pada wanita dari pada pria dan biasanya terjadi usia lebih dari 41 tahun.

Biasanya terjadi pada lengan yang tidak digunakan dan lebih memungkinkan terjadi

pada orang-orang yang melakukan pekerjaan dengan gerakan bahu yang lama dan

berulang.

| 3

Page 4: Makalah Frozen Shoulder

b Sekunder frozen shoulder

Yaitu frozen yang diikuti trauma yang berarati pada bahu misal fraktur,

dislokasi, luka baker yang berat, meskipun cedera ini mungkin sudah terjadi beberapa

tahun sebelumnya.

Kapsul

Sendi mengalami

peradangan

Gambar 2. 1

Capsulitis Adhesiva Bahu Kiri Tampak dari Anterior

B. ANATOMI FUNGSIONAL SENDI BAHU (Shoulder Joint)

Secara anatomi sendi bahu merupakan sendi peluru (ball and socket joint)

yang terdiri atas bonggol sendi dan mangkuk sendi, gambar 2. 2. Cavitas sendi bahu

sangat dangkal, sehingga memungkinkan seseorang dapat menggerakkan lengannya

secara leluasa dan melaksanakan aktifitas sehari-hari. Namun struktur yang demikian

akan menimbulkan ketidakstabilan sendi bahu dan ketidakstabilan ini sering

menimbulkan gangguan pada bahu.

Sendi bahu merupakan sendi yang komplek pada tubuh manusia dibentuk oleh

tulang-tulang yaitu : scapula (shoulder blade),clavicula (collar bone), humerus (upper

arm bone), dan sternum. Daerah persendian bahu mencakup empat sendi, yaitu sendi

sternoclavicular, sendi glenohumeral, sendi acromioclavicular, sendi

scapulothoracal. Empat sendi tersebut bekerjasama secara secara sinkron. Pada sendi

glenohumeralsangat luas lingkup geraknya karena caput humeri tidak masuk ke

dalam mangkok karena fossa glenoidalis dangkal.

| 4

Page 5: Makalah Frozen Shoulder

Berbeda dngan cara berpikir murni anatomis tentang gelang bahu, maka bila

dipandang dari sudut klinis praktis gelang bahu ada 5 fungsi persendian yang

kompleks, yaitu:

a. Sendi Glenohumerale

Sendi glenohumeral dibentuk oleh caput humeri yang bulat dan cavitas

glenoidalisscapula yang dangkal dan berbentuk buah per. Permukaan sendi meliputi

oleh rawan hyaline, dan cavitas glenoidalis diperdalam oleh adanya labrum

glenoidale.

Dibentuk oleh caput humerrus dengan cavitas glenoidalisscapulae, yang

diperluas dengan adanya cartilago pada tepi cavitas glenoidalis, sehingga rongga

sendi menjadi lebih dalam. Kapsul sendi longgar sehingga memungkinkan gerakan

dengan jarak gerak yang lebih luas. Proteksi terhadap sendi tersebut diselenggarakan

oleh acromion, procecus coracoideus, dan ligamen-ligamen. Tegangan otot

diperlukan untuk mempertahankan agar caput humerus selalu dipelihara pada cavitas

glenoidalisnya.

Ligamen-ligamen yang memperkuat sendi glenohumeral antara lain

ligamenglenoidalis, ligamenhumeral tranversum, ligamencoraco humeral dan

ligamencoracoacromiale, serta kapsul sendi melekat pada cavitas glenoidalis dan

collum anatomicum humeri.

Ligament yang memperkuat antara lain:

1) ligamentumcoraco humerale, yang membentang dari procesus coracoideus

sampai tuberculum humeri.

2) ligament coracoacromiale, yang membemtang dari procesus coracoideus

sampai acromion.

3) ligament glenohumerale, yang membentang dari tepi cavitas glenoidalis ke

colum anatobicum, dan ada 3 buah yaitu:

a) ligament gleno humerale superior, yang melewati articulatio sebelah

cranial

b) Ligament glenohumeralis medius, yang melewati articulatio sebelah

ventral.

c) Ligamentum gleno humeralis inferius, yang melewati articulation

sebelah inferius.

| 5

Page 6: Makalah Frozen Shoulder

Bursa-bursa yang ada pada shoulder joint:

1) Bursa otot latisimus dorsi, terletak pada tendon otot teres mayor dan

tendon latisimus dorsi.

2) Bursa infra spinatus, terdapat pada tendon infra spinatus dan

tuberositashumeri.

3) Bursa otot pectoralis mayor, terletak pada sebelah depan insersio otot

pectoralis mayor.

4) Bursa subdeltoideus, terdapat diatas tuberositas mayus humeri dibawah

otot deltoideus.

5) Bursa ligament coraco clavikularis, terletak diatas ligamentum

coracoclaviculare.

6) Bursa otot subscapularis terletak diantar sisi glenoidalis scapulae dengan

otot subscapularis.

7) Bursa subcutanea acromialis, terletak diatas acromion dibawah kulit

Ada dua tipe dasar gerakan tulang atau osteokinematika pada sendi glenoidal

yaitu rotasi atau gerakan berputar pada suatu aksis dan translasi merupakan gerakan

menurut garis lurus dan kedua gerakan tersebut akan menghasilkan gerakan tertentu

dalam sendi atau permukaan sendi yang disebut gerakan artrokinematika.Rotasi

tulang atau gerakan fisiologis akan menghasilkan gerakan roll-gliding di dalam sendi

dan translasi tulang menghasilkan gerakan gliding, traction ataupun compression

dalam sendi yang termasuk dalam joint play movement.

Ada dua tipe dasar gerakan tulang atau osteokinematika adalah rotasi atau

gerakan berputar pada suatu aksis dan translasi merupakan gerakan menurut garis

lurus dan kedua gerakan tersebut akan menghasilkan gerakan tertentu dalam sendi

atau permukaan sendi yang disebut gerakan artrokinematika. Rotasi tulang atau

gerakan fisiologis akan menghasilkan gerakan roll-gliding di dalam sendi dan

translasi tulang menghasilkan gerakan gliding, traction ataupun compression dalam

sendi yang termasuk dalam joint play movement.

Gerakan arthrokinematika pada sendi gleno humeralyaitu : (1) gerakan fleksi

terjadi rollingcaput humeri ke anterior, sliding ke posterior (2) gerakan abduksi

terjadi rollingcaput humeri ke cranio posterior, sliding ke caudo ventral (3) gerakan

eksternal rotasi terjadi rollingcaput humeri ke dorso lateral, sliding ke ventro medial

(4) gerakan internal rotasi terjadi rollingcaput humeri ke ventro medial dan sliding ke

dorso lateral.

| 6

Page 7: Makalah Frozen Shoulder

b. Sendi sterno claviculare

Dibentuk oleh extremitas glenoidalis clavikula, dengan incisura clavicularis

sterni. Menurut bentuknya termasuk articulation sellaris, tetapi fungsionalnya

glubiodea. Diantar kedua facies articularisnya ada suatu discus articularis sehingga

lebih dapat menyesuikan kedua facies articularisnya dan sebagai cavum srticulare.

Capsula articularis luas,sehingga kemungkinan gerakan luas.

Ligamentum yang memperkuat:

1) ligamentum interclaviculare, yang membentang diantara medial

extremitassternalis, lewat sebelah cranial incisura jugularis sterni.

2) ligamentum costoclaviculare, yang membentang diantara costae pertama

sampai permukaan bawah clavicula.

3) ligamentum sterno claviculare, yang membentang dari bagian tepi caudal

incisura clavicularis sterni, kebagian cranial extremitas sternalis

claviculare.

Gerak osteokinematika yang terjadi adalah gerak elevasi 45° dan gerak depresi

70°, serta protraksi 30° dan retraksi 30°. Sedangkan gerak osteokinematikanya

meliputi: (1) gerak protraksi terjadi roll clavicula kearah ventral dan slide kearah

ventral, (2) gerak retraksi terjadi roll clavicula kerah dorsal dan slide kearah dorsal,

(3) gerak elevasi terjadi roll kearah cranial dan slide kearah caudal, gerak fleksi

shoulder 10° (sampai fleksi 90°) terjadi gerak elevasi berkisasr 4°, (4) gerak depresi

terjadi roll ke arah caudal dan slide clavicula kearah cranial.

c. Sendi acromioclaviculare

Dibentuk oleh extremitas acromialisclavicula dengan tepi medial dari

acromion scapulae. Facies articularisnya kecil dan rata dan dilapisi oleh fibro

cartilago. Diantara facies articularis ada discus artucularis. Secara morfologis

termasuk ariculatio ellipsoidea, karena facies articularisnya sempit, dengan

ligamentum yang longgar.

Ligamentum yang memperkuatnya:

1) ligamentacromio claiculare, yamg membentang antara acromion dataran

ventral sampai dataran caudal clavicula.

2) ligament coraco clavicuculare, terdiri dari 2 ligament yaitu:

a) Ligamentum conoideum, yang membentang antara dataran medial

procecuscoracoideus sampai dataran caudal claviculare.

| 7

Page 8: Makalah Frozen Shoulder

b) Ligamentum trapezoideus, yang membentang dari dataran lateral

procecuscoraoideus sampai dataran bawah clavicuare,

Gerak osteokinematika sendi acromio clavicularis selalu berkaitan dengan

gerak pada sendi scapulothoracalis saat elevasi diatas kepala maka terjadi rotasi

clavicula mengitari sumbu panjangnya. Rotasi ini menyebabkan elevasi clavicula,

elevasi tersebut pada sendi sterno clavicularis kemudian 30% berikutnya pada rotasi

clavicula.

d. Sendi subacromiale

Sendi subacromiale berada diantara arcus acromioclaviculare yang berada di

sebelah cranial dari caput serta tuberositas humeri yang ada di sebeleh caudal,

dangan bursa subacromiale yang besar bertindak sebagai rongga sendi.

e. Sendi scapulo thoracic

Sendi scapulo thoracic bukan sendi yang sebenarnya, hanya berupa

pergerakan scapula terhadap dinding thorax.

Gerak osteokinematika sendi ini meliputi gerakan kerah medial lateral yang

dalam klinis disebut down ward-up wardrotasi juga gerak kerah cranial-caudal yang

dikenal dengan gerak elevasi-depresi.

Join play movement adalah istilah yang digunakan pada Manipulative therapy

untuk menggambarkan apa yang terjadi didalam sendi ketika dilakukan gerakan

translasi, gerakan-gerakan tersebut dilakukan secara pasif oleh terapis pada saat

pemeriksaan maupun terapi. Ada 3 macam joint play movement: (1). Traction/ traksi,

(2). Compression/ kompresi, (3). Gliding.

1) Gliding

Gliding yaitu gerakan permukaan sendi dimana hanya ada satu titik kontak

pada satu permukaan sendi yang selalu kontak dengan titik kontak yang baru (selalu

berubah) pada permukaan sendi laannya. Arah gliding permukaan sendi sesuai dengan

hukum konkaf konvek yaitu : jika permukaan sendi konkaf, maka arah gliding

berlawanan dengan gerakan tulang. Sedangkan bila permukaan sendi konvek maka

arah gliding searah dengan gerakan tulang. Untuk sendi bahu arah gliding berlawanan

dengan arah gerakan tulang, karena pertmukaan sendi konfek bergerak peda

permukaan sendi konkaf (caput humei dengan cavitas glenoidal).

| 8

Page 9: Makalah Frozen Shoulder

2) Traksi

Traksi adalah gerakan translasi tulang yang arah geraknya tegak lurus dan

menjauhi bidang terapi sehimgga terjadi peregangan sendi, biasanya dapat

mengurangi nyeri pada sendi,

3) Kompresi

Kompresi adalah gerakan translasi tulang yang arahnyategak lurus tetapi

kedua pernukaan sendi saling mendekati, biasanya akan menimbulkan nyeri.

Pelaksanaan Join Play movement :

Join Play dilakukan dengan pasien pada posisi tidur terlentang, rileks. Adapun

gerakannya yaitu; backward glide of the humerus, forward glide of the humerus,

lateral distraction of the humerus, caudal glide of the humerus, backward glide of the

humerus in abduktion, lateral distraktion of the humerus in abduktion, anterior

posterior dan cepalo caudal movement the clavicula in acromio clavicula, anterior

posterior dan cepalo caudal movement the clavicula in sterno clavicula, dan general

movement of the scapula (magee).

C. ETIOLOGI

Etiologi dari frozen shoulder akibat capsulitis adhesiva masih belum diketahui

dengan pasti. Adapun faktor predisposisinya antara lain periode immobilisasi yang

lama, akibat trauma, over use, injuries atau operasi pada sendi, hyperthyroidisme,

penyakit cardiovascular,clinical depression dan Parkinson.

Adapun beberapa teori yang dikemukakan AAOS tahun 2007 mengenai frozen

shoulder, teori tersebut adalah :

a. Teori hormonal.

Pada umumnya frozen shoulder terjadi 60% pada wanita bersamaan dengan

datangnya menopause.

b. Teori genetik.

Beberapa studi mempunyai komponen genetik dari frozen shoulder, contohnya

ada beberapa kasus dimana kembar identik pasti menderita pada saat yang sama.

c. Teori auto immuno.

Diduga penyakit ini merupakan respon auto immuno terhadap hasil-hasil

rusaknya jaringan lokal.

| 9

Page 10: Makalah Frozen Shoulder

d. Teori postur.

Banyak studi yang belum diyakini bahwa berdiri lama dan berpostur tegap

menyebabkan pemendekan pada salah satu ligamen bahu.

D. PATOFISIOLOGI

Kapsul sendi terdiri dari selaput penutup fibrosa padat, suatu lapisan dalamnya

terbentuk dari jaringan penyambung berpembuluh darah banyak dan sinovium, yang

berbentuk suatu kantong yang melapisi seluruh sendi, dan membungkus tendon-

tendon yang melintasi sendi, sinovium tidak meluas melampaui permukaan sendi

tetapi terlipat sehingga memungkinkan gerakan secara penuh. Sinovium menghasilkan

cairan yang sangat kental yang membasahi permukaan sendi. Cairan sinovium

normalnya bening, tidak membeku, tidak berwarna. Jumlah yang di permukaan sendi

relative kecil (1-3 ml). Cairan sinovium juga bertindak sebagai sumber nutrisi bagi

tulang rawan sendi. Capsulitis adhesiva merupakan kelanjutan dari lesi rotator cuff,

karena terjadi peradangan atau degenerasi yang meluas ke sekitar dan ke dalam kapsul

sendi dan mengakibatkan terjadinya reaksi fibrous. Adanya reaksi fibrous dapat

diperburuk akibat terlalu lama membiarkan lengan dalam posisi impingement yang

terlalu lama.

Sindroma nyeri bahu sangat komplek dan sulit untuk diidentifikasi satu

persatu bagian secara detail. Guna memahami penyebab dan patologi sindroma nyeri

bahu, maka dapat dikelompokkan menjadi:

a. Faktor Penyebab:

1) Faktor penyebab gerak dan fungsi, yang terkait dengan aktifitas gerak

dan struktur anatomi

2) Faktor penyebab penyebab secara neurogenik yang berkaitan dengan

keluhan neurologik yang menyertai baik secara langsung maupun tidak

langsung yang berupa nyeri rujukan.

b. Berdasarkan sifat keluhan nyeri bahu dapat dikelompokkan menjadi 2

yaitu :

(a) Kelompok spesifik, mengikuti pola kapsuler dan

(b) Kelompok tidak spesifik sebagai kelompok yang bukan

mengikuti pola kapsuler.

| 10

Page 11: Makalah Frozen Shoulder

E. TANDA DAN GEJALA

a. Nyeri

Pasien berumur 40-60 tahun, dapat memiliki riwayat trauma, seringkali ringan,

diikuti sakit pada bahu dan lengan nyeri secara berangsur-angsur bertambah berat dan

pasien sering tidak dapat tidur pada sisi yang terkena. Setelah beberapa lama nyeri

berkurang, tetapi sementara itu kekakuan semakin terjadi, berlanjut terus selama 6-12

bulan setelah nyeri menghilang. Secara berangsur-angsur pasien dapat bergerak

kembali, tetapi tidak lagi normal.

b. Keterbatasan Lingkup gerak sendi

Capsulitis adhesive ditandai dengan adanya keterbatasan luas gerak sendi

glenohumeral yang nyata, baik gerakan aktif maupun pasif. Ini adalah suatu gambaran

klinis yang dapat menyertai tendinitis, infark myokard, diabetes melitus, fraktur

immobilisasi berkepanjangan atau redikulitis cervicalis. Keadaan ini biasanya

unilateral, terjadi pada usia antara 45–60 tahun dan lebih sering pada wanita.

Nyeri dirasakan pada daerah otot deltoideus. Bila terjadi pada malam hari

sering sampai mengganggu tidur. Pada pemeriksaan fisik didapatkan adanya

kesukaran penderita dalam mengangkat lengannya (abduksi), sehingga penderita akan

melakukan dengan mengangkat bahunya (srugging).

c. Penurunan Kekuatan otot dan Atropi otot

Pada pemeriksaan fisik didsapat adanya kesukaran penderita dalam

mengangkat lengannya (abduksi) karena penurunan kekuatan otot. Nyeri dirasakan

pada daerah otot deltoideus, bila terjadi pada malam hari sering menggangu tidur.

Pada pemeriksaan didapatkan adanya kesukaran penderita dalam mengangkat

lengannya (abduksi), sehingga penderita akan melakukandengan mengangkat bahunya

(srugging). Juga dapat dijumpai adanya atropi bahu (dalam berbagaoi tingkatan).

Sedangkan pemeriksaan neurologik biasanya dalam batas normal.

d. Gangguan aktifitas fungsional

Dengan adanya beberapa tanda dan gejala klinis yang ditemukan pada

penderita frozen shoulder akibat capsulitis adhesiva seperti adanya nyeri, keterbatasan

LGS, penurunan kekuatan otot dan atropi maka secara langsung akan mempengaruhi

(mengganggu) aktifitas fungsional yang dijalaninya.

| 11

Page 12: Makalah Frozen Shoulder

F. KOMPLIKASI

Pada kondisi frozen shoulder akibat capsulitis adhesiva yang berat dan tidak

dapat mendapatkan penanganan yang tepat dalam jangka waktu yang lama, maka

akan timbul problematik yang lebih berat antara lain : (1) Kekakuan sendi bahu (2)

Kecenderungan terjadinya penurunan kekuatan otot-otot bahu (3) Potensial terjadinya

deformitas pada sendi bahu (4) Atropi otot-otot sekitar sendi bahu (5) Adanya

gangguan aktifitas keseharian (AKS).

G. DIAGNOSIS BANDING

Kekakuan pasca trauma setelah setiap cedera bahu yang berat, kekakuan dapat

bertahan beberapa bulan. Pada mulanya kekurangan ini maksimal dan secara

berangsur-angsur berkurang, berbeda dengan pola bahu beku.

Kondisi pembanding dari kondisi Frozen shoulder yang diakibatkan capsulitis

adhesiva antara lain: 1) Bursitis subacromial, 2) Tendinitis bicipitalis 3) Lesi rotator

cuff.

H. MASALAH PADA FISIOTERAPI

Adapun berbagai macam gangguan yang ditimbulkan dari frozen shoulder

adalah sebagai berikut :

1. Impairment.

Pada kasus frozen shoulder akibat capsulitis adhesiva permasalahan yang

ditimbulkan antara lain adanya nyeri pada bahu, keterbatasan lingkup gerak sendi dan

penurunan kekuatan otot di sekitar bahu.

2. Functional limitation.

Masalah-masalah yang sering ditemui pada kondisi-kondisi frozen shoulder

adalah keterbatasan gerak dan nyeri, oleh karena itu dalam keseharian sering

ditemukan keluhan-keluhan seperti tidak mampu untuk menggosok punggung saat

mandi, menyisir rambut, kesulitan dalam berpakaian, mengambil dompet dari saku

belakang kesulitan memakai breast holder (BH) bagi wanita dan gerakan-gerakan

lain yang melibatkan sendi bahu.

3. Participation restriction.

Pasien yang mengalami frozen shoulderakan menemukan hambatan untuk

melakukan aktifitas sosial masyarakat karena keadaannya, hal ini menyebabkan

pasien tersebut tidak percaya diri dan merasa kurang berguna dalam masyarakat, tapi

pada umumnya frozen shoulder jarang menimbulkan disability atau kecacatan.

| 12

Page 13: Makalah Frozen Shoulder

I. TEKNOLOGI INTERFENSI FISIOTERAPI

1. Diatermi gelombang pendek (Short Wave Diathermy/ SWD)

Short wave diathermy merupakan suatu pengobatan dengan menggunakan

stressor berupa energi elektromagnetik yang dihasilkan oleh arus listrik bolak- balik

frekuensi 27, 12 MHz, dengan panjang gelombang 11m.

Efektifitas dalam penggunaan SWD ditentukan oleh penentuan intensitas dan

dosis.Intensitas ditentukan oleh perasaan penderita terhadap panas yang diterimanya.

Besar kecilnya intensitas bersifat subjektif tergantung sensasi panas yang diterima

pasien oleh karena itu antara orang satu dengan lainnya mungkin bisa berbeda

intensitas SWD yang diberikan . Menurut schliphake, intensitas dibagi menjadi empat

tingkat yaitu : (a) Intensitas submitis (penderita tidak merasakan panas), (b) Intensitas

mitis (penderita merasakan sedikit panas), (c) Intensitas normalis (penderita

merasakan hangat yang nyaman), (d) Intensitas fortis (Penderita merasakan panas

yang kuat, tapi masih bisa ditahan).

Tujuan terapi panas yang dihasilkan pada pemberian SWD ini adalah:

a) Mengurangi nyeri

Adanya gejala nyeri menunjukkan dalam keadaan tidak normal. Jaringan

tersebut merupakan sumber nyeri, keadaan yang tidak normal tadi memberikan iritasi

kepada reseptor nyeri. Stimulus tadi selanjutnya akan dihantarkan oleh serabut “C”

tanpa myelin (nyeri tumpul, lamban, diffuse) atau serabut “A” delta bermielin (nyeri

tajam, cepat). Panas yang diberikan akan memberikan efek sedative karena adanya

kenaikan nilai ambang nyeri.karena adanya vasodilatasi akan memperlancar

pembuangan zat “pain producing substance”.

b) Memberikan relaksasi otot- otot spasme

Nyeri bahu akan merangsang reaksi protektif dari tubuh berupa spasme otot-

otot sekitar bahu. Ini dimaksudkan untuk memfiksir sendi bahu agar tidak bergerak,

yang selanjutnya akan terhindar rasa nyeri. Reaksi spasme itu sendiri akan

menghambat sistem peredaran darah setempat yang mengakibatkan terhambatnya

reorgnisasi jaringan dan “pain producing substance”. Hal ini akan menambah nyeri,

sehingga siklus yang tidak menguntungkan, sel-sel abnormal yang menyebabkan

bengkak dan nyeri oleh pengaruh medan magnit yang ditimbukan oleh gelombang

pulsa SWD, sel-sel abnormal dapat dinormalkan.

| 13

Page 14: Makalah Frozen Shoulder

Syarat-syarat untuk menentukan indikasi pemberian terapi dengan SWD:

1) Stadium dari penyembuhan luka

2) Sifat dari jaringan atau organ yang mengalami kerusakan

3) Lokalisasi dari jaringan/ organ yang mengalami kerusakan

2. Terapi Manipulasi

Terapi manipulasi adalah suatu gerakan pasif yang digerakkan dengan tiba-

tiba, amplitude kecil dan kecepatan yang tinggi, sehingga pasien tidak mampu

menghentika gerakan yang terjadi.

Tujuan mobilisasi sendi adalah untuk mengembalikan fungsi sendi normal dan

tanpa nyeri. Secara mekanis, tujuannya adalah untuk memperbaiki joint play

movement dan dengan demikian memperbaiki roll-gliding yang terjadi selama

gerakan aktif. Terapi manipulasi harus diakhiri apabila sendi telah mencapai LGS

maksimal tanpa nyeri dan pasien dapat melakukan gerakan aktif dengan normal.

Gerakan translasi (traksi dan gliding) dibagi menjadi tiga gradasi. Gradasi

gerakan ini ditentukan berdasarkan tingkat kekendoran (slack) sendi yang dirasakan

fisioterapis saat melakukan gerakan pasif seperti yang ditunjukkan pada Grade I

Grade I traksi merupakan gerakan dengan amplitudo sangat kecil sehingga

tidak sampai terasa adanya geseran permukaan sendi. Kekuatan gaya tarik yang

diberikan sebatas cukup untuk menetralisir gaya kompresi yang bekerja pada sendi.

Kombinasi antara tegangan otot, gaya kohevisitas kedua permukaan sendi dan

tekiri atmosfer menghasilkan gaya kompresi pada sendi.

Grade II traksi dan gliding gerakan sampai terjadi slack taken up jaringan di

sekitar persendian meregang.

Grade III traksi dan gerakan sampai diperoleh slack taken up kemudian diberi

gaya lebih besar lagi sehingga jaringan di sekitar persendian teregang.

Traksi untuk memperbaiki luas gerak sendi:

Traksi mobilisasi grade III efektif untuk memperbaiki mobilitas sendi karena

dapat meregang (streatch) jaringan lunak sekitar persendian yang memendek. Traksi-

mobilisasi dipertahamkan selama 7 detik atau lebih dengan kekuatan maksimal sesuai

dengan toleransi pasien. Antara dua traksi yang dilakukan, traksi tidak perlu

dilepaskan total keposisi awal melainkan cukup diturunkan kegrade II dan kemudian

lakukan traksi grade III lagi. (Mudatsir S, 2002).

| 14

Page 15: Makalah Frozen Shoulder

2. Terapi Latihan.

Adapun metode yang digunakan adalah :

a. Active exercise

Latihan aktif disini bertujuan untuk menjaga serta menambah lingkup gerak

sendi (LGS).Disini penulis memberikan latihan dengan menggunakan metode free

active exercise.Gerakan dilakukan oleh kekuatan otot penderita itu sendiri dengan

tidak menggunakan suatu bantuan dan tahanan yang berasal dari luar.Latihan ini bisa

dilakukan kapan pun dan dimana pun penderita berada.

b. Overhead pulley

Tujuan dari pemberian overhead pulley adalah untuk menambah lingkup gerak

sendi dan meningkatkan nilai kekuatan otot dengan bantuan alat ini. Dengan adanya

gerakan yang berulang-ulang maka akan terjadi penambahan lingkup gerak sendi serta

menjaga dan menambah kekuatan otot jika diberi beban.

c. Codman pendulum exercis.

Codman pendulumexercise dilakukan pada stadium akut.

1) Tujuan :

Untuk mencegah perlengketan pada sendi bahu dengan melakukan gerakan

pasif sedini mungkin yang dilakukan pasien secara aktif.

Gerakan pasif dilakukan untuk mempertahankan pergerakan pada sendi &

mencegah pelengketan permukaan sendi. Sedangkan pencegahan gerakan aktif adalah

untuk mencegah terjadinya kontraksi otot- otot rotator cuff & abductor bahu

2) Cara melakukan:

Pasien membungkukkan badan dan lengan yang sakit tergantung vertical.

Posisi ini menyebabkan lengan fleksi 90۫ pada bahu tanpa adanya kontraksi otot- otot

deltoid maupun rotator cuff. Gravitasi / gaya tarik bumi menyebabkan pemisahan

permukaan sendi glenohumeral sehingga kapsul sendi tersebut akan memanjang.

Lutut pasien dalam keadaan fleksi untuk mencegah timbulnya gangguan pada

pinggang.

| 15

Page 16: Makalah Frozen Shoulder

BAB III

PENATALAKSANAAN

Dalam memberikan pelayanan kepada pasien, seorang fisioterapis seharusnya

selalu memulai dengan melakukan “Assessment” yang terdiri dari pengumpulan data,

pengelompokan data, interpretasi data, pemeriksaan dasar, pemeriksaan khusus, dan

pemeriksaan lain yang diperlukan untuk mendukung dalam pelaksanaan pemecahan

masalah.

Sehubungan dengan kondisi frozen shoulder akibat capsulitis adhesiva dextra,

maka pemeriksaan yang dilakukan meliputi:

A. PENGKAJIAN FISIOTERAPI

Proses pemeriksaan fisioterapi dimulai dari anamnesis, pemeriksaan dan

dilanjutkan dengan menentulkan diagnosis fisioterapi.

1. Anamnesis

a. Anamnesis umum.

Anamnesis umum memuat tentang identitas pasien, dan disini hanya

memberikan informasi tentang siapakah pasien, memberikan gambaran orang seperti

apa yang kita ajak bicara, serta masalah apa yang mungkin ada.

b. Anamnesis khusus.

Didalam anamnesa khusus ini, hal-hal atau keterangan yang di dapat digali

dari pasien meliputi :

1) Keluhan utama.

2) Riwayat penyakit sekarang.

3) Riwayat penyakit dahulu.

4) Riwayat keluarga.

2. Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan fisik yang merupakan pemeriksaan awal yang dilakukan pada

pasien meliputi :

a. Pemeriksaan vital sign

b. Inspeksi.

Hasil inspeksi yang dapat diperoleh dari pengamatan terhadap pasien antara

lain melalui inspeksi statis adalah (1) keadaan umum pasien baik (wajah tidak pucat),

| 16

Page 17: Makalah Frozen Shoulder

(2) bahu simetris antara bahu kiri dan kiri, (3) tidak tampak adanya oedem pada bahu

kiri, (4) tidak ada adanya atropi pada bahu kiri dan tidak ada warna kulit kemerah-

merahan pada bahu kiri. Inspeksi dinamis yang dapat diperoleh dari pemeriksaan

antara lain (1) pasien terlihat kesakitan terutama saat melakukan gerakan abduksi

lebih dari 90 derajad, (2) ekspresi wajah pasien terlihat menahan sakit saat lengan

kirinya digerakkan.

c. Palpasi

Palpasi adalah pemeriksaan dengan cara meraba, menekan dan memegang

bahu penderita yang dikeluhkan. Dari pemeriksaan ini didapatkan (1) tidak ditemukan

adanya oedem, (2) adanya spasme otot-otot sekitar sendi bahu terutama deltoid

anterior, (3) suhu lokal sendi bahu kiri normal.

d. Pemeriksaan kognitif, interpersonal dan intrapersonal.

Pemeriksaan kognitif yang diperoleh kognitif pasien baik karena mempunyai

atensi yang baik dan mampu mengorientasi waktu dan ruang. Intra personal pasien

baik, pasien mampu menerima keadaan dirinya saat ini dan mempunyai semangat dan

motivasi untuk sembuh. Interpersonal yang dimiliki pasien baik, karena pasien

mampu berkomunikasi dengan baik dan dapat mengikuti intruksi terapis dengan baik.

e. Pemeriksaan kemampuan fungsional dan lingkungan aktivias

Pemeriksaan kemampuan fungsional yang telah dilakukan adalah untuk

mengetahui kemampuan pasien dalam melakukan aktivitas sehari-hari, selain itu

untuk mengetahui sebagaimana ketergantungan pasien terhadap bantuan orang lain

atau lingkungan sekitarnya dalam melakukan aktifitas fungsional. Pemeriksaan

kemampuan fungsional dan lingkungan aktivitas meliputi fungsional dasar diperoleh

(1) pasien mampu miring, tengkurap dan bangun dari tempat tidur tanpa bantuan, (2)

pasien mampu melakukan gerakan aktif pada sendi bahu kiri dengan disertai nyeri, (3)

pasien belum mampu bergerak full Lingkup Gerak Sendi nya (LGS) pada sendi bahu

kiri. Aktifitas fungsional pasien terganggu diantaranya mengalami kesulitan saat

melakukan aktifitas kesehariannya terutama yang melibatkan bahu kiri diantaranya (1)

menyisir rambut, (2) menggosok punggung saat mandi, (3) memakai dan melepas

baju, (4) mengambil benda yang berada diatas. Lingkungan aktifitas dari pasien

adalah lingkungan keluarga pasien yang sangat mendukung kesembuhan pasien.

| 17

Page 18: Makalah Frozen Shoulder

3. Pemeriksaan Gerak Dasar

Pemeriksaan gerak yang dilakukan meliputi :

a. Gerak aktif.

Dalam pemeriksaan gerak aktif, pasien diminta untuk menggerakkan secara

aktif bahunya kearah fleksi, ekstensi, abduksi, adduksi, endorotasi, eksorotasi, elevasi,

depresi, protraksi, retraksi dan sirkumduksi. Dalam pemeriksaan ini diperoleh hasil

(1) adanya rasa nyeri pada bahu kiri setiap akhir gerakan pada semua arah gerak baik

gerakan fleksi, ekstensi, endorotasi, eksorotasi, abduksi dan adduksi sendi bahu, (2)

adanya keterbatasan lingkup gerak sendi ke semua arah gerak.

b. Gerak pasif.

Merupakan pemeriksaan gerak sendi bahu yang dilakukan oleh fisioterapis

kearah fleksi, ekstensi, eksorotasi, endorotasi, sementara pasien dalam keadaan pasif

dan rileks abduksi dan adduksi horizontal dari hasil pemeriksaan ini diperoleh

informasi berupa (1) adanya rasa nyeri pada setiap akhir gerakan pada semua arah

gerak baik gerakan fleksi, ekstensi, endorotasi, eksorotasi, abduksi dan adduksi sendi

bahu, (2) adanya keterbatasan lingkup gerak sendi ke semua arah gerak, (3) rasa pada

akhir gerakan (end feel) sendi bahu ini adalah lunak terulur.

c. Gerak isometris melawan tahanan.

Pada pemeriksaan gerak ini prinsipnya masih sama seperti pada pemeriksaan

gerak aktif pada sendi bahu ke segala arah hanya saja pada pemeriksaan gerak ini

masih ditambah dengan tahanan secara isometrik oleh terapis dan hasil yang diperoleh

adalah (1) pasien mampu melakukan gerakan isometris melawan tahanan terapis tanpa

timbul adanya nyeri, (2) adanya penurunan kekuatan otot penggerak bahu kiri baik

fleksor, ekstensor, endorotator, eksorotator, abduktor dan adduktor sendi bahu.

4. Pemeriksaan khusus

Pemeriksaan khusus yang dilakukan untuk memeriksa hal-hal yang diperlukan

untuk menegakkan diagnosa ataupun dasar penyusunan problematik, tujuan dan

tindakan fisioterapi, antara lain sebagai berikut :

a. Pemeriksaan derajat nyeri

Disini penulis menggunakan verbale diskriptive scale (VDS) yaitu cara

pengukuran derajat nyeri dengan tujuh nilai yaitu : nilai 1 tidak nyeri, nilai 2 nyeri

sangat ringan, nilai 3 nyeri ringan, nilai 4 nyeri tidak begitu berat, nilai 5 nyeri cukup

| 18

Page 19: Makalah Frozen Shoulder

berat, nilai 6 nyeri berat, nilai 7 nyeri tak tertahankan. Dalam pemeriksaan diperoleh

informasi yang ditulis dalam tabel 3.1 di bawah ini.

TABEL 3.1

PEMERIKSAAN DERAJAT NYERI PADA SENDI BAHU KIRI DALAM

SKALA VDS

Nilai Keterangan

1 Tidak terasa nyeri

2 Nyeri sangat ringan

3 Nyeri ringan

4 Nyeri tidak begitu berat

5 Nyeri cukup berat

6 Nyeri berat

7 Nyeri tak tertahankan

b. Pemeriksaan lingkup gerak sendi (LGS)

Pemeriksaan ini dilakukan untuk mengetahui adanya keterbatasan lingkup

gerak sendi menggunakan alat yang disebut dengan goneometer, dalam

pelaksanaannya banyak hal yang harus diperhatikan dalam melakukan pengukuran

diantaranya letak goneometer yang merupakan aksis dari sendi bahu. Hasil

pengukuran ditulis dengan standar International Standard Orthopedic Measurement

(ISOM). Cara penulisannya yaitu dimulai dari gerakan yang menjauhi tubuh-posisi

netral-gerakan mendekati tubuh. Pemeriksaan lingkup gerak sendi bahu ini dilakukan

dalm bidang gerak frontal (F), sagital (S), tranversal (T) dan rotasi (R), adapun hasil

yang telah diperoleh seperti yang ditulis dalam tabel 3.2 di bawah ini.

| 19

Page 20: Makalah Frozen Shoulder

TABEL 3.2

PEMERIKSAAN LINGKUP GERAK SENDI BAHU KIRI

c. Appley strech test

1) Eksternal rotasi dan abduksi

Pasien diminta menggaruk daerah sekitar angulus medialis scapula dengan

tangan sisi kontra lateral melewati belakang kepala. Pada penderita frozen shoulder

akibat capsulitis adhesiva biasanya tidak bisa melakukan gerakan ini. Bila pasien

tidak dapat melakukan karena adanya nyeri maka ada kemungkinan terjadi tendinitis

rotator cuff. Pada pemeriksaan ini didapatkan hasil bahwa tangan pasien tidak mampu

menyentuh angulus medialis scapula kiri dikarenakan adanya rasa nyeri pada daerah

bahu kirinya.

2) Internal rotasi dan adduksi

Pasien diminta untuk menyentuh angulus inferior scapula dengan sisi

kontralateral, bergerak menyilang punggung. Pada penderita frozen shoulder akibat

capsulitis adhesiva biasanya tidak bisa melakukan gerakan ini. Pada pemeriksaan ini

didapatkan hasil bahwa tangan pasien tidak mampu menyentuh angulus inferior

scapula kiri dikarenakan adanya rasa nyeri pada daerah bahu kirinya.

c. Joint play movement test

Pemeriksaan ini dilakukan dengan melakukan gerakan transalasi (traksi,

kompresi, dan gliding) secara pasif untuk menggambarkan apa yang terjadi di dalam

sendi ketika dilakukan gerakan translasi. Pada frozen shoulder terjadi akibat capsulitis

| 20

No Pemeriksaan LGS LGS normal

1

2

Gerak aktif

Gerak pasif

S 43 º-0-95 º

F : 85 º-0-45 º

R(F90) : 39 º-0-42 º

S : 45 º-0-105 º

F :98 º-0-48 º

R(F90) :43 º-0-45 º

S : 45 º-0-180 º

F : 180 º-0-45 º

R(F90) : 90 º-0-90 º

S : 45 º-0-180 º

F : 180 º-0-45 º

R(F90) : 90 º-0-90 º

Page 21: Makalah Frozen Shoulder

adhesiva, pola keterbatasan gerak sendi bahu dapat menunjukkan pola yang spesifik,

yaitu pola kapsuler saat dilakukan pemeriksaan ini. Pola kapsuler sendi bahu yaitu

gerak eksorotasi paling nyeri dan terbatas kemudian diikuti gerak abduksi dan

endorotasi, atau dengan kata lain gerak eksorotasi lebih nyeri dan terbatas

dibandingkan dengan gerak endorotasi. Bila pada pemeriksaan gerak eksorotasi

ditemukan paling nyeri dan terbatas kemudian diikuti gerak abduksi dan abduksi lebih

terbatas daripada gerak endorotasi maka tes positif adanya frozen shoulder dan

terdapat pola kapsuler. Pada kasus ini didapatkan hasil positif yaitu gerakan eksorotasi

lebih terbatas dari gerak abduksi dan lebih terbatas dari gerakan endorotasi. Pada

frozen shoulder yang diakibatkan capsulitis adhesiva kualitasa gerakan yang terjadi

pada saat menggerakkan bonggol sendi humerus terasa adanya suatu tahanan dari

dalam, yang dapat menyebabkan munculnya rasa nyeri dan keterbatasan LGS pada

saat menggerakkan sendi bahu.

Pada pemeriksaan ini didapatkan adanya keterbatasan gerak humerus, slide

keposterior, slide keanterior dan slide ke caudal, yang artinya ada keterbatasan gerak

kearah eksorotasi, endorotasi, abduksi, dan fleksi yang berarti sesuai dengan pola

kapsuler yaitu, eksorotasi>abduksi>endorotasi.

d. Drop arm test/tes Mosley

Drop arm test bertujuan untuk memeriksa adanya kerobekan dari rotator cuff

terutama otot supraspinatus. Dimana pasien disuruh mengabduksikan lengannya

dalam posisi lurus secara penuh, kemudian pasien disuruh menurunkannya secara

perlahan-lahan apabila pasien tidak bisa menurunkan dengan perlahan tapi lengan

langsung jatuh berarti tes positif.Pada Pemeriksaan ini didapatkan hasil negatif karena

pasien mampu menurunkan lengannya secara perlahan dan ini menunjukkan tidak

adanya kerobekan pada otot supraspinatus.

B. TUJUAN FISIOTERAPI

Tujuan dari terapi yang akan dilaksanakan harus berorientasi kepada

problematik yang dialami pasien dari hasil pemeriksaan yang telah dilakukan. Penulis

mengklasifikasikan tujuan fisioterapi menjadi dua kelompok yaitu :

1. Tujuan jangka pendek

Tujuan jangka pendek ini merupakan tujuan yang bersifat segera untuk dapat

dicapai,yang merupakan awal dari pemulihan aktifitas fumgsional, antara lain :

| 21

Page 22: Makalah Frozen Shoulder

a. Mengurangi nyeri sendi bahu

b. Mengurangi spasme pada otot sekitar bahu kiri terutama deltoid, supra

spinatus.

c. Meningkatkan lingkup gerak sendi bahu.

d. Meningkatkan kekuatan otot penggerak sendi bahu.

2. Tujuan jangka panjang.

Adapun tujuan jangka panjang yang merupakan tujuan akhir adalah

melanjutkan tujuan jangka pendek dan mengembalikan aktifitas fungsional seperti

semula.

C. PELAKSANAAN FISIOTERAPI

1. Short Wave Diathermy (SWD)

a. Persiapan alat

Pastikan mesin SWD dalam kondisi baik. Sebelum terapi dilakukan dilakukan

pengecekan kabel, pemilihan elektroda, kabel elektroda tidak boleh kontak dengan

lantai, pasien ataupun bersilangan. Setelah semua dipastikan siap dan aman nyalakan

SWD.

b. Persiapan pasien

Sebelum dilakukan terapi kita jelaskan terlebih dahulu tentang tujuan dan

pemberian terapi. Pasien diposisikan duduk senyaman mungkin. Sebelumnya

diberikan tes sensibilitas rasa panas dan dingin menggunakan tabung reaksi yang

berisi air hangat dan dingin, selain itu diperiksa daerah yang akan diterapi bebas dari

logam. Selanjutnya pasien diberi penjelasan terlebih dahulu mengenai prosedur terapi.

Apabila pasien merasa kepanasan segera memberi tahu terapis.

c. Pelaksanaan terapi

Setelah persiapan alat dan pasien telah selesai maka pelaksanaan terapi dapat

dimulai. Disini penulis memilih menggunakan elektroda yang biasanya dipakai adalah

diplode elektroda diletakkan pada bahu bagian anterior. Intensitas dinaikkan perlahan

sampai pasien merasakan hangat intensitas dinaikkan sesuai dengan toleransi pasien.

waktu ± 15 menit dan terapis harus tetap mengontrol keadaan pasien selama terapi

| 22

Page 23: Makalah Frozen Shoulder

berlangsung untuk mencegah terjadinya terbakarnya kulit. Setelah pelaksanaan terapi

selesai turunkan intensitas, matikan alat dan kembalikan alat pada keadaan semula.

2. Terapi manipulasi

Terapi manipulasi dalam kasus frozen shoulder terjadi akibat capsulitis

adhesiva, dimana problem yang terjadi merupakan keterbatasan gerak sendi pola

kapsuler, pada kasus ini penanganan yang diutamakan adalah keterbatasan lingkup

gerak sendi dengan pola kapsuler.

a. Traksi latero ventro cranial

Posisi pasien berbaring terlentang, posisi terapis berdiri di samping sisi yang

akan diterapi. Pelaksanaannya kedua tangan terapis memegang humerus sedekat

mungkin dengan sendi glenohumeral, kemudian melakukan traksi ke arah latero

ventro cranial. Lengan bawah pasien rilek disangga lengan terapis, lengan bawah

terapis yang berlainan mengarahkan gerakan. Traksi diawali dengan grade I atau

grade II, kemudian dilanjutkan dengan traksi grade III. Traksi dilakukan secara

perlahan. Traksi mobilisasi dipertahankan selama ± 7 detik kemudian dilepaskan

sampai grade II kemudian dilakukan traksi grade III lagi. Prosedur tersebut dilakukan

6x pengulangan.

Traksi untuk mengurangi nyeri menggunakan traksi grade I atau traksi dalam

grade II tetapi tidak sampai terjadi slack taken up. Traksi untuk menambah mobilitas

sendi menggunakan grade III dengan cara meregangkan jaringan yang memendek.

Kedua traksi ini dilakukan pada resting position atau actual resting position.

Gambar 3. 1

Traksi latero ventro cranial (Kisner, 1996)

b. Slide ke arah postero lateral

Posisi pasien berbaring terlentang, posisi terapis duduk di kursi menghadap

pasien. Pada pelaksanaannya kedua tangan terapis memegang bagian proksimal

| 23

Page 24: Makalah Frozen Shoulder

lengan atas, siku pasien diletakkan pada bahu terapis kemudian terapis mendorong ke

arah postero lateral. Tujuan pemberian terapi ini adalah untuk memperbaiki gerak

endorotasi sendi bahu.

Gambar 3. 2

Slide ke arah postero lateral

c. Slide ke arah caudal

Posisi pasien berbaring terlentang, lengan abduksi sebatas nyeri, posisi terapis

berdiri di samping sendi bahu pasien. Pelaksanaannya siku terapis ditekuk dan

diposisikan menempel pada tubuh terapis, sedangkan jari I dan II diletakkan pada

daerah caput humeri pasien, lengan terapis yang lain menyangga pada siku pasien

dengan fiksasi, terapis mendorong caput humeri ke arah caudal dengan dorongan dari

siku terapis yang menempel pada tubuh terapis dan dorongan bisa ditambah dengan

gaya berat badan. Tujuan pemberian terapi ini adalah untuk memperbaiki gerak

abduksi sendi bahu.

Gambar 3. 3

Slide ke arah caudal

d. Slide ke arah antero medial

Posisi pasien berbaring terlentang, posisi terapis berdiri di samping sisi yang

akan diterapi. Pelaksanaan tangan terapis di letakkan pada bagian proksimal lengan

atas (sedekat mungkin dengan axilla). Lengan bawah pasien dijepit dengan lengan

terapis kemudian terapis menggerakakkan ke arah antero medial. Tujuan pemberian

terapi ini adalah untuk memperbaiki gerak eksorotasi sendi bahu.

| 24

Page 25: Makalah Frozen Shoulder

Gambar 3. 4

Slide ke arah antero medial

Dalam melakukan sliding selalu disertai dengan traksi grade I yang tujuannya

untuk menetralisir gaya kompresi yang ada pada sendi sehingga mempermudah

terjadinya sliding. Sliding dipertahankan selama ± 7 detik kemudian secara perlahan

dilepaskan dan istirahat ± 10 detik. Setiap satu arah gerakan dilakukan 6x

pengulangan.

3. Terapi latihan

Prinsip dasar dalam melakukan terapi latihan adalah dengan dilakukan dengan

tehnik yang benar, teratur, berulang-ulang dan berkesinambungan.Laihan ini

dilakukan sebatas toleransi nyeri dengan penambahan intensitas latihan secara

bertahap. Tujuan pemberian terapi latihan pada studi kasus ini adalah untuk mengulur

jaringan lunak sekitar sendi yang mengalami pemendekan serta meningkatkan lingkup

gerak sendi dan kekuatan otot serta mengurangi nyeri, modalitas yang digunakan

penulis antara lain :

a. Active exercise

Posisi pasien berdiri, posisi terapis berdiri di samping pasien. Pelaksanaan

pasien diminta menggerakkan sendi bahu perlahan ke segala arah sampai batas

toleransi nyeri yang dirasakan pasien. Gerakan ini bisa di sesuaikan dengan

dimodifikasi sesuai AKS yang sering dilakukan pasien. Setiap satu arah gerakan

dilakukan 8x pengulangan.

4. Edukasi

Edukasi yang diberikan pada pasien dengan kondisi frozen shoulder akibat

capsulitis adhesiva antara lain : (1) pasien diminta melakukan kompres panas (jika

pasien tahan) ± 15 menit pada bahu yang sakit untuk mengurangi rasa nyeri yang

timbul, (2) pasien dianjurkan agar tetap meggunakan lengannya dalam batas toleransi

| 25

Page 26: Makalah Frozen Shoulder

pasien untuk menghindari posisi immobilisasi yang lama yang dapat memperburuk

kondisi frozen shoulder, (3) latihan sesuai metode Codman pendular exercise di

rumah dengan beban minimal dan dapat ditambah secara bertahap, (4) latihan

merambatkan jari lengan yang sakit ke dinding (walking finger), (5) menghindari

posisi menetap yang lama yang dapat memicu rasa nyeri, (6) latihan dengan handuk,

posisi lengan seperti huruf “S” terbalik kedua lengan memegang handuk kemudian

bahu yang sehat menarik ke atas sampai lengan yang sakit tertarik, (7) latihan

penguatan dengan prinsip Codman pendular exercise yang dilakukan di dalam kolam

atau bak mandi dengan melawan tahanan air.

| 26

Page 27: Makalah Frozen Shoulder

BAB IV

PENUTUP

KESIMPULAN

Pasien dengan namaNy. Suprapti dengan diagnosa Frozen shoulder akibat

capsulitis adhesiva dextra dengan keluhan utama nyeri pada bahunya disertai dengan

keterbatasan lingkup gerak sendi (LGS) pada bahu. Dengan keadaan seperti ini pasien

merasa sangat mengganggu aktivitas kesehariannya

Dengan beracuan dengan permasalahan tersebut penulis mencoba memberikan

program fisioterapi dengan modalitas short wave diathermy, terapi manipulasi dengan

pemberian traksi dan slide pada sendi bahu tangan dengan ditambah terapi latihan

menggunakan active exercise, dengan tujuan untuk mengatasi problematik yang

muncul pada pasien ini dengan program dua kali terapi. Setelah diberikan program

fisioterapi selama dua kali pertemuan diperoleh hasil yang cukup baik hal ini dapat

dilihat dari: 1) penurunan nyeri dilihat dari evaluasi VAS LGS sendi bahu juga

mengalami kenaikan baik pada gerak aktif maupun pasif, gerak aktif yang

sebelumnya

| 27

Page 28: Makalah Frozen Shoulder

BAB V

DAFTAR PUSTAKA

1. Kissner, Carolyn Lyyn:2007 Therapeutik Exercise, Fifth edition, (F.A. Davis

Company Philadelphia)

2. Norkin, Chyntya C. and D. Joice white. 1995 (Measurement Of Joint Motion,

(F.A. Davis Company)

3. Sianturi, Goldfried. Studi Komparatif injeksi dan oral triamcinolone acetonide

pada sindroma frozen sholuder. Semarang. 2003

4. Deutsch A, Altchek DW, Veltri DM, Potter HG, Warren RF. Traumatic tears of

the subscapularis tendon: clinical diagnosis, magnetic resonance imaging

findings, and operative treatment. Am J Sports Med. 1997;25:13–22.

5. Skinner H. Current Diagnosis and Treatment in Orthopedics. 2003. New

Hampshire : Appleton & Lange

6. Solomon, Louis. Apley’s System of Orthopaedics and Fractures, Ninth edition.

2010. Hodder Arnold

| 28