shalat khusyu - setiap harapan pasti terwujud · 1. jangan menilai shalatmu dan shalat orang lain...
TRANSCRIPT
SHALAT KHUSYU Setiap Harapan Pasti Terwujud
Inilah cara yang pasti untuk mendapatkan jalan keluar bagi semua masalah, untuk mewujudkan setiap harapan, dan untuk memperoleh kebahagiaan hidup. Jalan yang sangat mudah bagi mereka yang beriman.
۩house of sakinah
SHALAT KHUSYU Setiap Harapan Pasti Terwujud
E Prastowo
©2011 House of Sakinah
Mohon membaca terlebih dahulu Ketentuan Penerbit
i
Ketentuan Penerbit
Sufyan bin Abdullah berkata,"Ya Rasulullah, terangkan kepadaku tentang Islam. Aku tidak
akan bertanya lagi kepada orang lain." Lalu Rasulullah SAW menjawab, "Ikrarkanlah aku
beriman kepada Allah, kemudian berlakulah jujur." (HR. Muslim)
House of Sakinah adalah penerbit buku ini, Shalat Khusyu – Setiap Harapan Pasti Terwujud, dalam bentuk ebook maupun cetak. Ebook ini diterbitkan dengan model BACA
BERMANFAAT MEMBAYAR, sebuah model penerbitan yang ditujukan untuk melaksanakan ajaran Islam seperti diamanatkan oleh Rasulullah SAW di atas, sekaligus mengkampanyekan tradisi di Indonesia untuk lebih jujur dan baik bagi berkembangnya ilmu pengetahuan dan seni. Adapun ketentuannya dari model yang dimaksud sebagai berikut; 1. Apabila Anda telah membaca buku ini dan mendapatkan manfaat dari buku ini, Anda
wajib melakukan pembayaran ke penerbit. 2. Apabila Anda telah membaca buku ini dan tidak mendapatkan manfaat apapun dari
buku ini, Anda tidak wajib melakukan pembayaran ke penerbit. 3. Apabila Anda telah membaca buku ini dan mendapatkan manfaat dari buku ini, namun
tidak memiliki kemampuan membayar, Anda tidak wajib melakukan pembayaran. 4. Buku ini dijual dengan harga Rp. .....................,- silahkan Anda isi sendiri menurut nilai
kemanfaatan yang Anda peroleh dan yang lebih utama adalah dukungan Anda kepada tradisi penghargaan bagi ilmu pengetahuan dan seni. Untuk pembayarannya hanya dilakukan melalui transfer ke rekening pengelola House of Sakinah, berikut; - Bank BCA. No. Rekening 4451 1340 81 a.n Oktavia Dwi Pratiwi - Bank Bukopin No. Rekening 1006 0063 84 a.n Oktavia Dwi Pratiwi
5. Dipersilahkan untuk menyebarluaskan file ebook ini ataupun link download yang kami sediakan, namun tidak diijinkan menerbitkan ulang buku ini dalam bentuk apapun dan atau menjual kembali/ memperdagangkan buku ini.
Demikian ketentuan penerbit. Terima kasih telah berkenan membaca dan mendukungnya. Semoga buku ini bermanfaat untuk Anda. Untuk informasi lebih lanjut mengenai buku ini, buku-buku lainnya, dan House of Sakinah, silahkan mengunjungi alamat berikut. Email : [email protected] Twitter : http://twitter.com/houseofsakinah Facebook : http://facebook.com/houseofsakinah House of Sakinah Koordinator Pengelola Oktavia Dwi Pratiwi
ii
Pengantar Penulis Seorang pemuda yang merantau ke kota, meratapi nasibnya. Berbulan-bulan berusaha mengapai harapannya di kota teryata berujung kegagalan. Bukan pekerjaan yang dia dapatkan, justru hidupnya bertambah sulit dengan menipisnya tabungan yang dimilikinya. Akhirnya, pemuda itu kembali ke desa, untuk meminta nasehat kepada ibunya. Dengan sedih ia ceritakan kegagalannya, sang bunda menasehatinya, “shalatlah khusyu.” Pemuda itu berangkat lagi ke kota, namun belum sebulan berlalu dia kembali lagi ke desa, menjumpai ibunya, mengeluh ketidakmampuannya melaksanakan shalat khusyu, ia pun bertanya pada bundanya bagaimana shalat khusyu, sang bunda menjawab, “shalatlah khusyu.” Dengan diliputi ketidaktahuan atas nasehat ibunya, pemuda itu berangkat kembali ke kota. Sebulan kemudian dia pulang lagi ke desa, menjumpai ibunya, dengan bangga diperkenalkannya seorang gadis jelita disampingnya, dan menceritakan bagaimana ia telah berhasil dengan usahanya, sambil menunjukan sebuah mobil baru di depan rumah, sang bunda hanya berkomentar, “shalatlah khusyu.” Semoga buku sederhana ini bermanfaat untuk teman-teman semua. Terimakasih.
E Prastowo
iii
Daftar Isi Ketentuan Penerbit i Pengantar Penulis ii Daftar Isi iii 1. Kembali Kepada Tujuan Hidup 1
Jalan Berhubungan Dengan Tuhan 2 2. Memperbaiki Hubungan Dengan Yang Maha Baik 6
1. Dari Kemalasan Ke Kerinduan 7 2. Dari Kegelisahan Ke Keyakinan 10 3. Dari Keraguan Ke Kepastian 13
3. Berusaha Menjadi dan Semakin Khusyu 16
1. Jangan Menilai Shalatmu dan Shalat Orang Lain 17 2. Mengetahui Allah yang Kita Sembah 21 3. Mendahulukan Shalat dari Urusan Lain 23 4. Mengerti Bacaan Shalat yang Diucapkan 25 5. Menjadi Diri yang Utuh Saat Shalat 28 6. Menangkanlah Pertempuran Dengan Setan 31 7. Relakanlah Shalat Sebagai Kehendak-Nya 34 Ucapan terimakasih 38
1
1. Kembali Kepada Tujuan Hidup
Apakah Anda termasuk di antara orang berikut?
Seorang yang sedang dilanda masalah. Sedang bersedih, galau, dan diliputi
ketidaktahuan untuk mencari jalan keluar dari kesulitan yang sedang dihadapi.
Atau seorang yang mempunyai harapan, baik harapan untuk diri sendiri,
keluarga, maupun untuk orang yang dicintai. Ingin sukses tapi belum berhasil
mencapainya, ingin memiliki sesuatu tapi belum mendapatkannya, atau kurang
puas dengan hasil dari usaha yang dilakukan.
Atau barangkali, seorang yang hidup dalam rutinitas yang teratur yang membuat
bosan dengan kehidupan sehari-sehari, hidup tanpa makna, berkecukupan materi
tetapi dalam kesepian. Orang yang tidak berbahagia dengan hidup yang dijalani.
Bila Anda termasuk di antara ketiga gambaran di atas, atau bahkan semua itu
mengambarkan kondisi diri Anda, tenang saja tak perlu risau.
Setiap orang, tidak hanya Anda, memiliki masalah, mempunyai harapan, dan
ingin hidup bahagia. Tetapi yang perlu Anda ketahui, tidak semua orang
bersedia untuk menempuh jalan yang benar dan mudah untuk menyelesaikan
masalah serta mewujudkan harapannya.
Tahukah Anda jalan itu? Jalan itu adalah shalat serta memohon pertolongan
hanya kepada Allah.
Bila Anda orang yang beriman, segera sudahi kebinggungan Anda melacak
nasib dalam ramalan yang penuh ketidakpastian. Segera hentikan segala macam
kekonyolan mempraktekan jurus rahasia, ilmu ajaib, atau mantera super yang
menjadikan Anda semakin terombang-ambing dalam ketidakpastian.
2
Segeralah Anda kembali ke jalan yang pasti, shalat serta hanya memohon
kepada Allah. Dengan shalat, harapan Anda pasti terwujud.
Jalan Berhubungan Dengan Tuhan
Seberat apapun masalah yang Anda hadapi saat ini, sesulit apapun menurut
Anda untuk mewujudkan harapan, dan serumit apapun urusan hidup Anda
hingga tidak berbahagia menjalaninya, semua itu akan menemukan jalan
keluarnya bila Anda BERSEDIA MEMOHON PERTOLONGAN HANYA
KEPADA ALLAH.
Allah yang akan menyelesaikan masalah Anda. Allah yang akan mewujudkan
harapan Anda. Dan Allah jugalah yang akan membuat Anda berbahagia
menjalani hidup. Tinggal Anda sendiri, bersedia atau tidak, untuk memohon
pertolongan hanya kepada Allah. Sekali lagi, hanya kepada Allah, tidak kepada
yang lain.
Atau, masih adakah jalan lain untuk menyelesaikan masalah Anda maupun
mewujudkan harapan Anda selain memohon hanya kepada-Nya? Bila Anda
menjawab ada, hentikanlah membaca buku ini! Lalu lakukanlah yang menurut
Anda ada itu, dan jangan lupa dimana Anda menyimpan buku ini, karena Anda
akan membacanya lagi.
Bila Anda benar-benar bersedia, hanya memohon kepada Allah. Bacalah ayat
berikut.
Hanya kepada Engkaulah kami menyembah dan hanya kepada Engkaulah kami
mohon pertolongan. (QS. Al Faatihah [1]:5)
3
Ayat tersebut sering kita baca berulang-ulang, sekarang, coba renungkan ayat
tersebut beberapa saat sebelum meneruskan membaca buku ini. Telitilah kata
demi kata dan cermatilah yang terkandung di dalamnya.
Dalam ayat tersebut, jelas sekali petunjuk kepada kita; hanya kepada Allah
menyembah dan memohon. Ini berarti, kita dilarang untuk menyembah selain
kepada-Nya sekaligus dilarang untuk memohon pertolongan selain kepada-Nya.
Dilarang untuk tunduk serta ikut kepada apapun selain tunduk dan ikut kepada-
Nya, dilarang untuk menyerahkan diri serta urusan kita selain kepada-Nya, dan
dilarang untuk mengiba serta berharap selain kepada-Nya.
Dalam ayat tersebut, juga diterangkan, bahwa ada kaitan antara menyembah
dengan memohon kepada-Nya. Perintah menyembah dan memohon merupakan
satu rangkaian. Tidak ada gunanya kita memohon terus menerus tanpa
menyembah-Nya, tanpa menyembah kepada-Nya, permintaan kitapun akan sia-
sia belaka. Menyembahlah serta mintalah, shalatlah dan mintalah pertolongan
Allah.
Hai orang-orang yang beriman, mintalah pertolongan (kepada Allah) dengan
sabar dan (mengerjakan) shalat,(QS. Al Baqarah [2]:153)
Ayat di atas juga menjelaskan, meminta pertolongan kepada Allah haruslah
dilakukan dengan sabar dan mengerjakan shalat. Shalat merupakan cara bagi
orang-orang yang beriman menyembah Allah, dan sebenarnya dengan shalat
jugalah orang mampu untuk bersabar.
Shalatlah yang menjadi kunci atau jalan bagi pertolongan Allah. Siapa yang
shalat maka dia mendapat pertolongan Allah. Kenapa shalat menjadi kuncinya?
Bacalah ayat berikut.
Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka
menyembah-Ku.” (QS Adz-Dzariyat [51] : 56)
4
Shalat bukan hanya menjadi kunci bagi diperolehnya pertolongan Allah, shalat
juga merupakan inti dari hidup kita, MENYEMBAH ALLAH ADALAH
TUJUAN HIDUP. Teranglah sudah, kenapa pertolongan Allah hanya bisa
diminta dengan shalat, karena dengan mengerjakan shalat, kita kembali kepada
tujuan hidup di dunia ini, kembali kepada tujuan Tuhan menciptakan kita, yakni
menyembah-Nya.
Di dalam shalat itulah terletak hubungan manusia dengan Allah. Hubungan
antara makhluk dengan Tuhan, hubungan antara ciptaan dengan Pencipta. Dan
bentuk hubungan itu hanya satu, yakni menyembah. Itulah tujuan Allah
menciptakan manusia, dan manusia sebagai ciptaan harus taat dengan tujuan
yang telah ditetapkan oleh penciptanya, dengan menjadikannya sebagai tujuan
dari hidup yang diberikan-Nya.
Maka siapapun yang kembali kepada tujuan hidupnya, siapapun yang
menyembah-Nya, tentu akan ditolong oleh-Nya. Siapapun yang mengerjakan
shalat pasti terkabul permohonannya.
Lalu, kenapa ada orang yang telah mengerjakan shalat tapi masalahnya belum
mendapat jalan keluar? Kenapa harapannya belum terwujud? Kenapa masih
tidak bahagia dalam hidupnya?
Apakah pertanyaan itu juga Anda ajukan untuk keadaan Anda sendiri? Anda
sudah mengerjakan shalat dan sudah berdoa kepada-Nya, tetapi masalah Anda
tak kunjung usai, harapan hanya menjadi impian, dan hidup semakin
membosankan tiada bahagia. Kalau pertanyaan itu dijawab; bersabarlah! Anda
akan bilang sudah ada yang menjawab seperti itu, dan bukankah dengan shalat
maka sabar juga menyertainya, seperti dikatakan di atas.
Kalau begitu, Anda harus memeriksa kembali shalat yang Anda kerjakan,
mengevaluasi kembali shalat yang telah dilakukan. Karena firman Allah itu
5
benar adanya, dan petunjuk Allah itu suatu kepastian. Kitalah yang wajib untuk
berkaca diri.
Yang pertama-tama dipertanyakan (diperhitungkan) terhadap seorang hamba
pada hari kiamat dari amal perbuatannya adalah tentang shalatnya. Apabila
shalatnya baik maka dia beruntung dan sukses dan apabila shalatnya buruk
maka dia kecewa dan merugi. (HR. An-Nasaa'i dan Tirmidzi)
Rasulullah SAW menjelaskan, bahwa shalat yang akan diperiksa pertama kali
saat kiamat nanti, dan ada dua kemungkinan dari hasil pemeriksaan itu, yakni
shalatnya baik atau buruk. Rasulullah SAW juga menjelaskan, orang yang
shalatnya baik adalah yang beruntung dan sukses, sementara yang shalatnya
buruk menjadi kecewa dan merugi. Maka daripada kita menyesal nanti, lebih
baik kita perbaiki shalat sekarang juga. Termasuk, bila Anda merasa sudah
mengerjakan shalat namun pertolongan-Nya belum juga datang, maka langkah
yang harus dilakukan adalah memperbaiki shalat kita.
Adakah cara yang lebih mudah bagi terkabulnya permohonan kepada-Nya,
selain dengan memperbaiki hubungan kita dengan-Nya?
6
2. Memperbaiki Hubungan Dengan Yang Maha Baik
Banyak orang yang beranggapan bahwa shalat hanya berhubungan dengan
urusan akhirat saja. Mengerjakan shalat sekedar memenuhi kewajiban saja
dengan maksud untuk mendapatkan hak atas surga di akhirat. Karena hanya
mengangapnya sebagai kewajiban untuk kepentingan akhirat, akhirnya shalat
justru menjadi beban dalam kehidupan di dunia.
Ada juga yang beranggapan, bahwa shalat sekedar ritual spiritual untuk
menenangkan hati. Ketika ada masalah atau perasaan yang tidak baik sedang
melanda, maka segera bergegas shalat agar hatinya menjadi tenang dan perasaan
menjadi lebih baik.
Apakah anggapan-anggapan itu keliru? Tidak. Yang keliru adalah orang yang
tidak mengerjakan shalat.
Namun, kita perlu untuk selalu meningkatkan shalat, agar semakin hari semakin
lebih baik, dan semakin dekat dengan Tuhan. Bukankah kita juga sering
memikirkan hubungan dengan orang yang kita takuti atau cintai, selalu berusaha
untuk semakin baik berhubungan dengan mereka, apakah mereka lebih kita
takuti dan cintai daripada Tuhan? Tentunya, kita lebih takut dan cinta kepada
Allah melebihi apapun, maka sudah sepantasnyalah kita harus senantiasa
memperbaiki hubungan dengan Allah.
Dengan semakin baik hubungan kita dengan Allah, maka akan semakin dekat
dengan-Nya, hingga apapun yang kita mohon kepada-Nya, pasti Dia berikan.
Perbaikilah hubungan dengan Allah dengan memperbaiki shalat. Itulah jalan
keluar masalah, cara mewujudkan harapan, penyelesaian dari semua urusan, dan
jalan hidup bahagia. Dan itu jugalah yang akan mengantarkan pada kebahagiaan
7
di akhirat, hingga kitapun hidup berbahagia di dunia dan jauh akan lebih bahagia
dalam kehidupan akhirat nanti.
Lalu bagaimana kita memperbaiki shalat? Memperbaiki shalat tidak semata
dengan memperlama waktu dalam shalat, tidak hanya dengan tiba-tiba pergi ke
masjid. Yang paling mendasar yang harus diperbaiki adalah tanggapan kita
terhadap perintah shalat itu sendiri, bagaimana pikiran kita menangapi seruan
shalat? Bagaimana perasaan kita menanggapi pangilan shalat?
Pikiran serta perasaan terhadap shalat inilah yang menjadi kunci bagi perbaikan
shalat. Sama hal dengan aktivitas lain yang Anda lakukan, Anda akan semangat
untuk menjadi semakin baik dalam aktivitas itu bila Anda berpikir serta
berperasaan baik terhadap aktivitas itu. Untuk lebih mudah, coba bayangkan
bagaimana Anda melakukan aktivitas yang paling disukai atau hobi, dan setelah
itu bayangkan bagaimana Anda melaksanakan shalat, bandingkanlah!
Bagaimana?
Lebih menyenangkan mana bertemu dengan orang yang Anda cintai atau shalat?
Apakah saat Anda sedang menonton film atau melakukan hobi menyadari
bergeraknya waktu? Dan apakah juga demikian saat melaksanakan shalat?
Pikiran dan perasaan kita tentang shalat inilah yang harus diperbaiki.
1. Dari Kemalasan Ke Kerinduan
Masih ingatkah waktu kita kecil dulu, orang tua sering menyuruh bahkan
terkadang memaksa untuk melaksanakan shalat. Walau malas, kitapun shalat
karena disuruh oleh orang tua. Tak jarang kita sering menipu orang tua,
mengatakan sudah shalat padahal belum melaksanakannya.
8
Kini, saat kita sudah dewasa dan orang tua tidak lagi menyuruh-nyuruh untuk
mengerjakan shalat, apakah Anda masih malas melaksanakan shalat? Atau
jangan-jangan masih juga menipu dengan menunjukan diri seolah-olah orang
yang tekun shalat padahal kenyataannya bermalas-malasan dengannya.
Bila Anda masih malas-malasan hingga merasa terpaksa mengerjakan shalat,
cobalah perhatikan ayat Al Quran berikut;
Sesungguhnya orang-orang munafik itu menipu Allah, dan Allah akan
membalas tipuan mereka. Dan apabila mereka berdiri untuk shalat mereka
berdiri dengan malas. Mereka bermaksud riya (dengan shalat) di hadapan
manusia. Dan tidaklah mereka menyebut Allah kecuali sedikit sekali. (An Nisaa’
[4]:142)
Anda dalam keadaaan bahaya!
Malas dalam mengerjakan shalat adalah ciri orang munafik, orang yang menipu
Allah, dan Allah akan membalas tipuan itu. Tentu kita tidak ingin menjadi orang
munafik, tapi bagaimana bila kenyataannya memang masih malas padahal kita
juga ingin untuk tidak malas mendirikan shalat?
Mari sadari secara sederhana, kenapa Anda begitu bersemangat pergi makan
malam dengan orang yang Anda cintai? Atau kenapa Anda begitu menanti-nanti
program acara televisi yang menampilkan artis idola Anda? Jawabannya, karena
Anda ingin bertemu dengan orang yang Anda cintai atau puja itu.
Berarti, bila Anda malas untuk mengerjakan shalat, sebenarnya Anda malas
bertemu dengan yang akan kita temui dalam shalat, ANDA MALAS
BERTEMU DENGAN TUHAN. Sungguh keterlaluan memang diri kita apabila
ini yang terjadi.
9
Saran:
• Fokuslah pada tujuan jangan fokus pada jalan
Bila Anda masih malas mengerjakan shalat, pikirkan dan ingatlah
selalu; PERTEMUAN DENGAN ALLAH. Silahkan Anda mau
menyebut ini definisi shalat atau apapun, yang jelas kita akan
shalat sama dengan kita akan menemui, menghadap, dan
menyembah Tuhan.
• Perhatikanlah perasaan ingin bertemu Tuhan
Setiap orang pasti pernah merasakan keinginan untuk bertemu
dengan Allah. Setidaknya bila hati sedang bersedih, kita menjadi
ingat Allah serta muncul rasa ingin bertemu dengan-Nya. Setiap
kali rasa ingin bertemu Allah itu muncul, hentikanlah sejenak
kesibukan Anda, perhatikanlah rasa itu. Dengan selalu
memperhatikan perasaan Anda yang ingin bertemu dengan Allah,
maka perasaan itu akan semakin bertambah besar dan akan
semakin sering muncul di diri Anda.
• Tumbuhkanlah malu kepada Tuhan
Ketika Anda bertemu atau sedang bersama dengan orang yang
Anda cintai, biasakan luangkan waktu sedetik saja, syukur-syukur
bisa lebih lama, untuk mengingat Allah. Juga saat Anda sedang
asyik dengan suatu aktivitas yang menyenangkan, ingatlah Allah
sebentar saja di tengah-tengah aktivitas itu. Semakin Anda
membiasakan akan semakin baik. Jika ini sering dilakukan, lama-
lama akan tumbuh rasa malu kepada Allah di diri kita dengan
sendirinya, hingga tanpa disadari kitapun akan tersipu di dalam
kasih sayang-Nya. Perasaan inilah yang memicu rasa rindu Anda
kepada Allah.
10
Bila rasa ingin bertemu dengan Allah semakin kuat di diri kita maka dengan
sendirinya kemalasan melaksanakan shalat akan hilang dan berubah menjadi
kerinduaan kepada-Nya, penuh semangat dan suka cita atas datangnya waktu
shalat. Saat seperti itulah, Anda sudah mampu mengendalikan kehendak diri
Anda berada dalam kehendak-Nya.
2. Dari Kegelisahan Ke Keyakinan
Orang yang dihadapkan pada masalah akan mempunyai perasaan tidak nyaman,
bisa itu berupa binggung, sedih, lemah, dan semacamnya, yang jelas penuh
kegelisahan. Saat seperti itu biasanya menjadi ingat Tuhan, lalu mendirikan
shalat. Namun saat kegelisahan itu sudah berubah menjadi ketenangan atau
masalah itu sudah terselesaikan, shalatpun lalai kembali, bahkan melupakan
shalat. Ini akan berulang dan terus berulang.
Inilah yang terjadi bila kita semata-mata mencari ketenangan batin dalam shalat.
Tidak jauh berbeda dengan orang yang melakukan semedi atau aneka ritual
spiritual lainnya yang buku dan pelatihannya banyak dijual dengan beragam
judul dan metode, yang ingin dicapai adalah ketenangan.
Apakah shalat agar batin mendapat ketenangan keliru? Sekali lagi jawabannya;
tidak, yang keliru bila Anda tidak mendirikan shalat.
Namun mari diperhatikan, SHALAT BUKANLAH OLAH BATIN APALAGI
OLAH RAGA. Apabila setelah shalat kemudian batin kita menjadi tenang dan
raga kita menjadi sehat, itulah bonus yang diberikan oleh Allah. Shalat juga
tidak bisa disamakan dengan berbagai ritual maupun metode yang
mengatasnamakan spiritual maupun terapi dalam bentuk apapun. Shalat adalah
menyembah Allah, menyerahkan diri serta segala urusan hanya kepada Allah.
11
Juga saat dihadapkan pada masalah yang memicu kegelisahan diri, shalat bukan
semata untuk menenangkan diri. Shalat adalah jalan memohon kepada Allah,
mengembalikan dan menyerahkan masalah pada Allah.
Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan,
kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita
gembira kepada orang-orang yang sabar, (yaitu) orang-orang yang apabila
ditimpa musibah, mereka mengucapkan, "Innaa lillaahi wa innaa ilaihi
raaji`uun". Sesungguhnya kami dari Allah dan akan kembali kepada-Nya. (Al
Baqarah [2]:155-156)
Kata-kata dalam ayat tersebut, “Sesungguhnya kami dari Allah dan akan
kembali kepada-Nya” jelas sekali menunjukan perintah untuk mengembalikan
segara urusan hanya kepada Allah.
Dan mintalah pertolongan (kepada Allah) dengan sabar dan (mengerjakan)
salat. Dan sesungguhnya yang demikian itu sungguh berat, kecuali bagi orang-
orang yang khusyuk, (yaitu) orang-orang yang meyakini, bahwa mereka akan
menemui Tuhannya, dan bahwa mereka akan kembali kepada-Nya. (Al Baqarah
[2]:45-46)
Meyakini akan kembali kepada Allah, tidak hanya meyakini diri ini akan
kembali kepada-Nya, juga mengembalikan segala urusan yang terkait dengan
diri ini kepada Allah, dan apabila sedang dilanda masalah yang dikembalikan
juga masalah tersebut. Jadi ketenangan bukanlah yang dituju dalam shalat,
ketenangan adalah bagian dari yang diberikan Allah kepada orang yang
mengerjakan shalat.
Kembali serta mengembalikan kepada Allah bukanlah hal yang mudah
dilakukan, tetapi juga bukan hal yang sulit dilakukan, kuncinya ada pada
keyakinan kepada Allah atau iman. Kalau kita yakin tiada Tuhan selain Allah,
12
hanya menyembah kepada Allah, dan hanya memohon pertolongan kepada
Allah, maka kitapun akan mudah untuk kembali kepada Allah.
Jadi shalat juga merupakan pembelajaran bagi diri kita untuk semakin meyakini
Allah, semakin meningkatkan iman kepada-Nya.
Saran:
• Pilihlah satu saja; jalan Allah atau yang lain
Kalau masih percaya ada kekuatan lain yang bisa menolong selain
Allah, apalagi masih mengerjakan metode atau ritual lain selain
yang dicontohkan oleh Rasulullah SAW, lebih baik tidak usah
mendirikan shalat. Anda tidak bisa mencampurkan, mencari
alternatif, maupun berspekulasi mana yang nanti memberi
manfaat, Anda harus tegas memilih jalan Allah atau jalan lain.
• Berhentilah menduga-duga hidup
Kalau masih sering membaca ramalan dalam bentuk apapun,
apalagi suka meramal orang lain, maupun meminta tolong orang
lain mengurusi nasib atau masalah Anda, berhentilah shalat juga.
Karena menyembah Allah berarti tunduk kepada kehendak-Nya,
dan ingatlah Tuhan Maha Baik, kehendak-Nya pastilah baik.
• Periksalah catatan hidup Anda
Buka kembali buku harian Anda, atau kalau tidak punya ingatlah
saja, bagaimana masalah Anda di masa lalu, amatilah bagaimana
masalah itu mendapatkan jalan keluarnya, amati juga bagaimana
Anda mendapatkan kebahagiaan di masa lalu. Renungkanlah,
bagaimana semua itu bisa terjadi?
13
Orang yang mendirikan shalat dengan sungguh-sungguh adalah orang yang
memiliki keyakinan terhadap Allah, orang yang beriman kepada-Nya. Besar
atau kecilnya iman itu hanyalah Allah yang mengetahui. Yang jelas, semakin
baik shalat yang kita lakukan akan semakin meningkat keyakinan kita kepada
Allah, begitu sebaliknya.
Kita tidak perlu memikirkan atau berusaha merasakan keyakinan itu, yang kita
perlukan hanya mengembalikan diri dan segala urusan yang melekat pada diri
kita hanya kepada Allah, sekali lagi, hanya kepada Allah. Saat seperti itulah,
Anda sudah mampu mengendalikan kehendak diri Anda berada dalam
kehendak-Nya.
3. Dari Keraguan Ke Kepastian
Dan mintalah pertolongan (kepada Allah) dengan sabar dan (mengerjakan)
salat. (QS. Al Baqarah [2]:45)
Saya sudah mengetahui ayat itu jauh-jauh hari, dan saya sudah melaksanakan
shalat tetapi masalah saya tak kunjung mendapatkan jalan keluar, harapan saya
tidak juga terwujud sampai sekarang.
Pernyataan di atas sering kita dengar atau barangkali Anda juga pernah
mengatakannya meskipun dengan kalimat berbeda. Inilah tabiat orang yang
tidak bersabar. Tidak hanya, tidak bersabar karena tidak mau menunggu
datangnya pertolongan Allah, tetapi juga tidak bersabar karena tidak mau
memeriksa dirinya sendiri. Ujung-ujungnya ketidaksabaran seperti ini
menyebabkan munculnya keraguan kepada Allah, dan inilah awal hilangannya
iman. Meragukan Allah menerima atau tidak shalat yang dilakukan, meragukan
Allah mengabulkan atau tidak permohonan dalam doa, akhirnya meragukan
keberadaan Allah, ada atau tidak.
14
Hati manusia adalah kandungan rahasia dan sebagian lebih mampu
merahasiakan dari yang lain. Bila kamu mohon sesuatu kepada Allah 'Azza
wajalla maka mohonlah dengan penuh keyakinan bahwa doamu akan terkabul.
Allah tidak akan mengabulkan doa orang yang hatinya lalai dan lengah. (HR.
Ahmad)
Maka segera saja hentikan ketidaksabaran itu, hentikan keraguan kepada-Nya.
Lanjutkan shalat dan kembali memohon kepada-Nya dengan sungguh-sungguh
hanya memohon kepada Allah.
Karena, bila Anda sudah shalat dan memohon dengan sungguh-sungguh hanya
kepada Allah, sebenarnya Anda tidak perlu lagi berharap atas terkabulnya
permohonan Anda itu. Untuk apa berharap? Karena PERMOHONAN KEPADA
ALLAH PASTI TERWUJUD.
Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia memohon kepada-
Ku, maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah) Ku dan hendaklah
mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran. (QS.
Al Baqarah [2]:186)
Firman tersebut jelas sekali menerangkan kepada kita, bahwa Allah pasti
mengabulkan setiap permohonan bila kita memohon kepada-Nya. Syaratnya,
mengerjakan perintah Allah dan yakin kepada-Nya.
Ketika sudah shalat, Anda tidak perlu berpikir macam-macam tentang apa yang
Anda harapan, baik harapan di dunia maupun di akhirat. Tidak perlu
membayangkan atau memvisualisasikan bagaimana Anda naik mobil yang Anda
harapan, tidak perlu menerka bagaimana wajah bidadari yang akan menyambut
Anda di surga. Anda juga tidak perlu menebak bagaimana Tuhan akan
mewujudkan segala harapan itu. Anda hanya diminta untuk menyerahkan semua
itu kepada Allah, untuk itu berusahalah menghidari diri dari mendikte Tuhan,
apalagi sok lebih tahu dari-Nya.
15
Ketika kita sudah menyerahkan harapan itu hanya kepada Allah, saat itulah kita
bisa menyadari bahwa hidup ini adalah kenyataan dan Allah itu ada, Dia
mengatur ciptaan-Nya dalam ketentuan-ketentuan yang pasti. Saat seperti itulah,
Anda sudah mampu mengendalikan kehendak diri Anda berada dalam
kehendak-Nya.
Saran:
• Buanglah sumber ketidakpastian
Apakah Anda termasuk orang yang disibukan dengan harapan
Anda sendiri? Sibuk mencari jalan bagaimana meraih harapan,
hingga Anda beli buku, ikut seminar, dan mempratekan segala
macam tehnik mewujudkan harapan. Itulah sumber ketidakpastian
itu, dan apabila didalamnya juga disertai cara memohon kepada
selain Allah, itulah sumber runtuhnya iman dalam diri Anda. Bila
itu yang terjadi, segeralah buang sumber ketidakpastian itu,
buang! Jangan diberikan kepada orang lain. Dan kembalilah
kepada yang pasti; shalat dan hanya memohon kepada Allah.
• Kerjakan saja apa yang bisa dilakukan, jangan pikirkan
bagaimana Allah menolongmu
Bila Anda ingin kepastian atas terkabulnya permohonan Anda
kepada Allah, jangan sesekali membatasi kemampuan Allah
dengan pengetahuan Anda, jangan bertanya-tanya bagaimana
Allah akan menolong Anda. Ingatlah, Allah Maha Kuasa, Maha
Mengetahui Segalanya, lebih mengetahui diri Anda daripada Anda
sendiri. Kerjakan saja apa yang bisa dilakukan saat ini dengan
tenang, tenang karena harapan itu pasti terwujud.
16
3. Berusaha Menjadi dan Semakin Khusyu
Bila Anda masuk ke toko buku ataupun melakukan pencarian di internet tentang
bagaimana cara shalat khusyu, Anda akan mendapatkan banyak referensi yang
bisa membantu Anda untuk meningkatkan kekhusyukan shalat.
Semua itu baik, dan semakin banyak membaca pengetahuan tentang shalat tentu
semakin baik, kecuali bila ada referensi yang menambah-nambahkan ataupun
mengurangi dari rukun shalat yang telah diajarkan Rasulullah SAW, nah itu
yang tidak boleh diikuti, karena shalat wajib hukumnya mengikuti seperti apa
yang telah dilakukan dan diajarkan oleh Rasulullah SAW.
Rasulullah SAW, bersabda; shalatlah kamu sebagaimana kamu melihat aku
shalat. (HR. Bukhari)
Kitapun tentu sudah mengetahui dan telah mengerjakan shalat sesuai dengan
rukun dan bacaannya, sebagaimana yang telah kita lakukan sehari-hari. Namun,
apa sebenarnya shalat khusyu itu? Kembali kita perhatikan ayat Al Baqarah 45-
46, berikut;
Dan mintalah pertolongan (kepada Allah) dengan sabar dan (mengerjakan)
salat. Dan sesungguhnya yang demikian itu sungguh berat, kecuali bagi orang-
orang yang khusyuk, (yaitu) orang-orang yang meyakini, bahwa mereka akan
menemui Tuhannya, dan bahwa mereka akan kembali kepada-Nya. (QS. Al
Baqarah [2]:45-46)
Dalam ayat tersebut jelas sekali pengertian KHUSYU ADALAH MEYAKINI
AKAN MENEMUI TUHAN DAN AKAN KEMBALI KEPADA-NYA. Berarti,
menjadi khusyu adalah memiliki keyakinan tersebut dan berusaha untuk menjadi
khusyu adalah berusaha untuk memiliki keyakinan tersebut.
17
Lalu, bagaimana menilai khusyu atau tidaknya shalat? Kita tidak bisa menilai,
hanya Allah yang mampu menilai seberapa besar keyakinan kita akan bertemu
Tuhan, baik dalam shalat maupun dalam kehidupan sehari-hari. Dan yang kita
perlukan bukanlah mengukur diri atas kekhusyukan itu, yang diperlukan ialah
berusaha menjadi khusyu dan semakin khusyu. Berikut hanyalah beberapa saran
untuk itu.
1. Jangan Menilai Shalatmu dan Shalat Orang Lain
Siapa yang berhak menilai shalat itu khusyu atau tidak? Jawabnya, hanya Allah
yang berhak menilai shalat seseorang. Tidak ada yang berhak menilai shalat
selain Allah. Dan harus diingat, khusyu adalah meyakini kembali kepada Allah,
berarti juga mengembalikan semua urusan hanya kepada Allah, termasuk urusan
penilaian tentang shalat itu sendiri.
Katakanlah: "Sesungguhnya salat, ibadah, hidup dan matiku hanyalah untuk
Allah, Tuhan semesta alam, (QS. Al An’aam [6]:162)
Kita sendiripun tidak berhak untuk memberikan penilaian atas shalat yang kita
kerjakan, apakah shalat yang kita lakukan itu sudah khusyu atau belum? Yang
bisa kita lakukan hanya shalat sebaik-baiknya dan terus meningkatkan agar
shalat bertambah semakin baik. Apalagi bermaksud menilai shalat orang lain,
jelas kita tidak berhak sama sekali untuk menilai shalat orang lain.
Berhati-hatilah, agar tidak terpancing untuk menilai shalat yang kita lakukan.
Karena, bila penilaian kita mengatakan shalat kita sudah khusyu, maka tanpa
kita sadari, penilaian itu akan mencari pembanding dengan shalat yang
dilakukan oleh orang lain, akhirnya akan berkembang menjadi riya atau
menyombongkan shalat yang kita lakukan. Dan, bila penilaian kita mengatakan
shalat kita tidak khusyu, maka tanpa kita sadari penilaian itu akan menyebabkan
kita risau dengan shalat yang telah dilakukan, dan akhirnya menjadi tidak yakin
18
dengan shalat kita, lebih parah lagi akan bermalas-malasan untuk mengerjakan
shalat. Selalu ingatlah, riya dan malas dalam shalat merupakan ciri-ciri orang
munafik.
Termasuk jangan menilai shalat ketika kita sedang shalat, memikirkan shalat
kita khusyu atau tidak saat sedang shalat. Pikiran seperti inilah yang justru
menyebabkan lalai dalam shalat yang sedang kita kerjakan, asyik berpikir
tentang shalat itu sendiri, lupa kalau sedang berhadapan dengan Allah.
Kita juga harus lebih berhati-hati agar tidak terpancing untuk menilai shalat
yang dilakukan orang lain. Terkadang tanpa disadari, kita masih suka menilai
orang dengan menghubungkan keadaan dirinya dengan shalat yang ia kerjakan.
Semisal, melihat orang yang rajin berpergian ke masjid menunaikan shalat,
namun keadaan ekonomi orang itu menurut penglihatan kita serba kekurangan,
kita menjadi heran, kenapa dia hidupnya dalam kekurangan padahal dia rajin
shalat? Atau saat menyaksikan orang yang rajin shalatnya tetapi dalam
kehidupan sehari-hari masih kita lihat suka berbuat maksiat, kita jadi
mempertanyakan, untuk apa dia shalat kalau dia masih berbuat maksiat? Dan
banyak lagi contoh, bahwa tanpa sadar kita masih suka menilai shalat orang lain,
baik itu sekedar mempertanyakan, menghubungkan dengan keadaan dirinya,
atau yang lebih parah menyatakan sesat kepada orang yang telah shalat.
Penilaian-penilaian seperti itu harus kita buang jauh-jauh, kita harus mampu
untuk selalu BERPRASANGKA BAIK KEPADA ORANG YANG TELAH
MELAKSANAKAN SHALAT SEKALIGUS BERPRASANGKA BAIK ATAS
SHALAT YANG DILAKSANAKANNYA. Karena kebiasaan menilai orang
yang shalat dan shalatnya, akan membuat kita terjerumus untuk mengambil hak
Allah, akhirnya tanpa sadar menobatkan diri menjadi hakim yang seolah-olah
paling benar hingga melupakan Allah Yang Maha Benar. Bahkan malaikatpun
hanya mampu untuk mencatat perbuatan manusia, termasuk dalam hal shalat,
tidak berhak untuk untuk menghakimi benar atau salah, jadi hindarilah untuk
menjadi hakim atas hubungan orang lain dengan Allah.
19
Yang mungkin dilakukan, hanyalah melihat bagaimana cara orang shalat,
melihat apakah shalat yang dilakukan sesuai atau tidak dengan rukun yang
dicontohkan oleh Rasulullah SAW. Di sini sajalah sudut pandang kita untuk
saling ingat mengingatkan, mengingatkan jikalau ada orang yang menambah
atau mengurangi dari contoh shalat yang dilakukan oleh Rasulullah SAW.
Saran:
• Senanglah membaca tentang shalat
Anda tentu mempunyai tema favorit untuk dibaca, hingga bila
menemukan buku sesuai tema tersebut akan Anda beli. Mulailah
untuk menjadikan shalat sebagai tema favorit Anda, koleksilah
buku dan download di internet referensi tentang shalat, tentunya
Anda juga harus membiasakan untuk membacanya. Nah, pada saat
membaca inilah, kita harus mampu mengendalikan diri untuk
tidak berprasangka buruk kepada apa yang dibaca, cernalah
pengetahuan itu sebagai suatu masukan untuk memperbaiki shalat
kita, dan bila tidak setuju carilah referensi lagi.
• Senanglah menulis tentang shalat
Bila Anda hobi menulis, apakah itu menulis buku harian atau
sekedar menulis di Twitter atau Facebook, tulislah yang bertema
shalat, bisa pengalaman, pemikiran, lebih hebat lagi ajakan untuk
shalat. Jangan risau bila ada yang mengatakan sok alim, karena
kita memang ingin memperbaiki diri agar semakin alim. Nah,
pada saat menulis itulah kita belajar untuk menghindarkan diri
dari keinginan mengurui orang lain dan menghilangkan keinginan
dari menunjuk diri seolah sudah shalat lebih baik dari orang lain.
20
Jangan menilai shalat kita dan shalat orang lain, cukuplah kita terus
memperbaiki shalat yang kita kerjakan, maka dengan sendirinya tanpa kita
sadari (dan tidak perlu kita sadari) kita akan semakin khusyu.
• Senanglah melihat orang shalat
Ketika Anda melihat orang akan atau sedang shalat, perhatikanlah
dia dan senanglah melihatnya. Bila Anda melihat orang berangkat
ke masjid untuk shalat, tersenyumlah dan berikan sapaan yang
baik kepadanya. Begitu juga, ketika Anda sehabis shalat,
tersenyumlah dan sapalah dengan baik orang-orang yang Anda
temui, baik itu orang yang mengerjakan shalat maupun tidak,
menjadi sungguh aneh bila ada orang setelah menghadap Allah
Yang Maha Penyayang, justru menampakan muka masam dan
menjadi garang.
• Ajaklah si kecil untuk menyukai shalat
Bila Anda seorang ayah atau bunda yang memiliki putera puteri
yang masih kecil atau seorang kakak yang mempunyai adik yang
masih kecil, ajaklah si kecil untuk shalat. Jangan mengajak
dengan nada memaksa apalagi disertai dengan kata-kata; nanti
Tuhan marah, nanti disiksa di neraka, dan semacamnya yang
membuat dirinya jadi takut. Ajaklah dengan mengatakan; Tuhan
sangat menyayangi orang yang shalat. Ungkapkan juga kasih
sayang Anda ke mereka, dengan mengatakan, bahwa di antara
orang-orang yang shalat ada kasih sayang yang diberikan Tuhan
di antara mereka, seperti aku dan kamu yang saling menyayangi.
Jangan lupa untuk memberi kecupan atau elusan sayang di kepala
si kecil setelah Anda dan dia shalat bersama.
21
2. Mengetahui Allah yang Kita Sembah
Shalat adalah menyembah Tuhan. Di dalamnya kita bersaksi bahwa tiada Tuhan
selain Allah, memuji-Nya, memohon ampun dan pertolongan kepada-Nya. Saat
kita shalat adalah saat kita menghadap dan bertemu dengan Allah.
Begitulah yang kita ketahui tentang shalat, hingga pikiran kitapun terdorong
untuk memikirkan Allah saat shalat. Repotnya, pikiran manusia terbiasa dengan
hal-hal yang bisa dilihat oleh mata dan bisa didengar oleh telinga, hingga saat
berpikir tentang Allah yang muncul adalah beraneka gambaran yang silih
berganti. Padahal Allah tidak mungkin digambarkan oleh manusia, tidak bisa
disamakan dengan apapun yang diketahui manusia.
Tidak ada sesuatu pun yang serupa dengan Dia, dan Dia-lah Yang Maha
Mendengar lagi Maha Melihat. (QS. Asy Syura [42]:11)
Maka ketika shalat maupun saat mengingat Allah, muncul gambaran tentang
Allah dalam pikiran, kita harus segera menghilangkan gambaran itu, meskipun
gambaran itu berwujud huruf arab yang berbunyi Allah, kita harus
menghilangkannya. Karena menghadirkan gambaran atau memvisualisasikan
Allah dalam pikiran kita dalam wujud apapun akan menjadikan kita
menyekutukan-Nya.
Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan
sesuatupun. (QS An-Nisa [4]:36)
Inilah indahnya dan KEBENARAN ISLAM BAGI ORANG YANG MAU
BERPIKIR, hanya agama Islam yang menjelaskan bahwa Tuhan tidak serupa
dengan sesuatu apapun. Mari kita pikirkan, seberapa besar kapasitas berpikir
manusia, apakah kita bisa mengambarkan alam semesta dan seisinya? Allah jauh
lebih besar dari itu, jauh lebih besar dari perkiraan manusia terhadap bentangan
22
alam semesta. Rasakan juga, seberapa besar kapasitas perasaan manusia, apakah
kita bisa mengambarkan kasih sayang semua ibu yang ada di dunia? Kasih
sayang Allah kepada Anda jauh lebih besar daripada kasih sayang semua ibu di
dunia bila dikumpulkan. Jadi tidak mungkin mengambarkan maupun
menyerupakan Allah dengan segala yang diketahui dan dirasakan manusia.
Lalu bagaimana saat kita shalat maupun mengingat Allah? Relakanlah diri kita
sebagai mahkluk ciptaan-Nya, menghadaplah dan ingatlah Allah dengan
ketidaktahuan serta ketidakmampuan kita. Sembahlah maupun ingatlah Allah
tanpa bertanya dan menduga tentang-Nya, tanpa sok berpikir kritis di depan-
Nya, tanpa sok tahu, tanpa sok merasa, dan lebih baik lagi tanpa memikirkan
apapun dihadapan-Nya, melepaskan segala pengetahuan dan keingintahuan kita.
Saran:
• Katakan bukan pada pikiran yang mengambarkan Allah
Saat menyebut, mendengar, maupun mengingat Allah dan pikiran
Anda menghadirkan gambaran tertentu, katakanlah pada pikiran
Anda; bukan, itu bukan Allah. Selalu lakukanlah ini, hingga
pikiran kitapun menjadi biasa untuk tidak mengambarkan Allah
saat mengingat-Nya.
• Sebutlah Allah dengan sungguh-sungguh
Saat menyebut Allah baik secara lisan maupun di batin, sebutlah
asma-Nya dengan sungguh-sungguh. Anda tentu sering melihat
dan mendengar nama Allah disebut dalam candaan, bahkan di
televisi kita lihat kalimat pujian kepada Allah diucapkan dengan
gerak gaya tertentu yang jauh dari sikap memuji-Nya, apapun
alasannya, jangan ditiru. Mulailah dari diri kita, untuk
menghormati asma Allah, agar kita mampu untuk bersungguh-
sungguh takut hanya kepada-Nya.
23
Bila Anda berhasil menghilangkan segala gambaran apapun dalam pikiran Anda
pada saat shalat maupun mengingat Allah, saat itu Anda sudah berhasil untuk
tidak menyekutukan Allah dengan segala apapun, maka dengan sendirinya Anda
akan mengetahui Allah tanpa harus mencari tahu, saat itulah Anda benar-benar
berada dalam kekhusyukan.
3. Mendahulukan Shalat dari Urusan Lain
Kita mengetahui bahwa shalat tepat waktu adalah sebaik-baiknya waktu untuk
shalat, sekaligus juga merasakan bagaimana sulitnya untuk mendirikan shalat
tepat waktu. Ada saja yang memberatkan langkah untuk segera mengambil air
wudhu begitu masuk waktu shalat.
Kenapa? Karena kita belum terbiasa mendahulukan shalat daripada urusan yang
lain. Seperti saat mendengarkan adzan, sementara kita masih disibukan dengan
pekerjaan, kita takut kehilangan kesempatan untuk menyelesaikan pekerjaan itu,
dan berpikir shalat masih bisa dilakukan nanti. Kita sadar harus shalat terlebih
dahulu, tapi pikiran kita membenarkan untuk menunda shalat dengan melihat
waktu shalat masih lama. Jadi persoalannya bukan masalah ingat waktu shalat,
persoalannya adalah tidak memprioritaskan shalat lebih dari urusan atau
kegiatan yang lain, bahasa lebih lugasnya, menyepelekan shalat.
Ini terjadi karena kita menganggap lebih berharga urusan yang sedang
dikerjakan, hilanglah kesempatan bila meninggalkan urusan itu. Seperti seorang
penulis, yang merasa akan kehilangan ide ketika tidak segera menuliskannya,
atau seorang pedagang yang merasa rugi kalau menutup jualannya. Sama juga,
kita akan kehilangan bagian cerita yang menarik bila mematikan tayangan
sinetron di televisi, atau takut mengecewakan orang yang sedang berbincang-
bicang dengan kita. MERASA RUGI ITULAH PENYEBAB MENUNDA
ATAU MENINGGALKAN SHALAT. Rasa yang kemudian dirasionalkan oleh
pikiran; masih ada waktu yang cukup untuk mendirikan shalat.
24
Jadi yang harus diselesaikan dari diri kita, bukan pada bagaimana shalat tepat
waktu, tetapi lebih kepada bagaimana menyadari bahwa shalat harus
didahulukan daripada urusan yang lain.
Saran:
• Biasakanlah mendengar adzan
Di Indonesia, pada saat masuk waktu shalat hampir di semua
tempat terdengar adzan, namun pernahkah Anda berpikir, berapa
banyak orang yang mendengarkannya adzan dari awal sampai
selesai. Mulailah dari diri kita, biasakan mendengarkan adzan
serta tirukanlah baik dengan berbisik di hati atau dengan lisan.
Dan bila saat mendengar adzan, Anda sedang berbicara dengan
orang lain, beranikan diri untuk minta izin mendengarkan adzan.
• Perbaikilah sarana shalatmu
Anda pasti punya baju yang paling Anda sayangi, sesekali
pakailah baju itu untuk shalat sebelum dipakai untuk kemanapun.
Pakailah pakaian yang menurut Anda paling bagus dan nyaman
untuk menghadap Allah. Bagi para perempuan yang tidak biasa
mencuci pakaian sendiri, luangkanlah waktu untuk mencuci
mukena Anda sendiri. Dan biasakanlah membersihkan tempat
shalat setiap hari, lakukan sendiri, lakukanlah sendiri menyapu
dan mengepel lantai tempat shalat kita di rumah.
• Perhatikanlah perasaan antara wudhu dan shalat
Jangan berbicara, bersenandung, atau memikirkan sesuatu saat
berjalan dari tempat wudhu sampai tempat mendirikan shalat.
Berjalanlah dengan diam dan rasakanlah perasaan saat itu,
perasaan Anda saat akan menemui Tuhan.
25
Tentu solusi yang lebih cepat adalah mengubah cara pandang terhadap shalat
dibanding dengan segala urusan lain, bahwa shalat jauh lebih penting daripada
segala urusan dan kegiatan apapun. Namun bagi yang kesulitan untuk
melakukan perubahan secara cepat, tidaklah perlu memaksakan diri, karena
keterpaksaan akan membuat ketidaknyamanan yang berujung penolakan diri
pada shalat itu sendiri. Lebih baik, memulai untuk lebih tertarik dan mencintai
shalat, yang beransur-ansur akan menjadikan diri kita berketetapan, shalat
sebagai urusan nomor satu dalam hidup, hingga shalat tepat waktupun menjadi
kebiasaan dengan sendirinya.
Bila Anda mulai tertarik dengan shalat melebihi ketertarikan Anda kepada
aktivitas lain yang selama ini menurut Anda menyenangkan, bila Anda mulai
menghargai shalat Anda lebih berharga daripada urusan-urusan lain yang selama
ini menyibukan, dan bila Anda sudah mencintai waktu menghadap Tuhan lebih
dari segala peruntukan waktu sehari-sehari, Andapun dengan sendirinya akan
digerakan untuk shalat tepat waktu, dan dengan sendirinya juga menjadi orang
yang khusyu, orang yang menyakini bertemu dan kembali kepada Tuhan.
4. Mengerti Bacaan Shalat yang Diucapkan
Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu shalat, sedang kamu dalam
keadaan mabuk, sehingga kamu mengerti apa yang kamu ucapkan, (An Nisaa’
[4]:45)
Dalam ayat tersebut, kita diperintah untuk mengerti bacaan shalat yang kita
ucapkan. Untuk bisa mengerti berarti harus mengetahui apa yang dibaca,
masalahnya, bacaan shalat wajib diucapkan dalam bahasa arab, tentu ini menjadi
kendala tersendiri bagi yang tidak mampu berbahasa arab, bagaimana akan
mengerti kalau artinya saja tidak mengetahui?
26
Inilah yang kemudian membuat kita berusaha menerjemahkan bacaan shalat
ketika sedang menjalankan shalat, saat membaca atau setelah membaca, kita
berusaha untuk mengingat dan berpikir terjemahan dari apa yang dibaca ke
dalam bahasa kita sehari-hari, saat shalat kita jadi penerjemah bahasa arab ke
bahasa indonesia.
Ada juga yang tidak peduli, karena memang tidak mengetahui terjemahannya,
jadi asal dibaca saja, dan karena tidak mengerti apa yang diucapkan maka dibaca
cepat-cepat, akhirnya shalat menjadi terburu-buru.
Sebenarnya, ini bukanlah suatu kendala, bahasa bukanlah kendala untuk
berkomunikasi dengan Tuhan. Namun bukan dengan menganti bacaan shalat
dengan bahasa Indonesia atau bahasa lain, jelas ini tidak diperbolehkan, bukan
juga dengan memaksakan diri membaca bacaan shalat dengan dua bahasa, mulut
mengucap dalam bahasa arab dan kemudian otak menerjemahkan dalam bahasa
indonesia. Ini bukan kendala, bila kita menyadari Allah Maha Pemberi Petunjuk,
apalagi kepada mereka yang menyembah-Nya.
Sesungguhnya kewajiban Kami-lah memberi petunjuk, (QS. Al Lail [92]:12)
Tentunya yang dimaksud petunjuk juga termasuk kemampuan untuk mengerti
bacaan shalat, bukan hanya sekedar terjemahannya saja, lebih dari itu, mengerti
kandungan serta maksud dari bacaan itu, hingga mampu menyadari KETIKA
SHALAT KITA SEDANG BERBICARA KEPADA TUHAN, bersaksi,
memuji, dan memohon kepada-Nya.
Usaha yang bisa dilakukan terkait bahasa arab dengan bahasa sehari-hari adalah
membaca buku yang ada terjemahan bacaan shalatnya. Bacalah sesering
mungkin tanpa harus memaksakan hafal seketika setiap arti kata, karena dengan
sekedar hafalpun belum menjamin kita bisa mengerti saat membacanya.
27
Saran:
• Jangan menerjemahkan bacaan shalat saat shalat
Bila Anda membaca bacaan shalat saat shalat serta berusaha
menerjemahkannya saat itu, justru pikiran Anda disibukan untuk
mengingat-ingat setiap arti terjemahan dari kata-kata yang Anda
ucapkan. Diri Anda jadi terkonsentrasi pada usaha mengartikan
bahasa, bahkan tegang karena memikirkannya. Relakanlah saja
ketidaktahuan atas arti bacaan itu, tugas kita adalah membaca
bacaan dengan benar bukan mengartikannya.
• Bacalah sebagaimana sedang berbicara
Shalat adalah menghadap Allah, maka bacalah bacaan shalat
seperti Anda berbicara dengan Allah, karena memang kita sedang
berbicara dengan Allah. Saat membaca bacaan yang mengandung
permohonan kepada-Nya, bacalah dengan bersikap memohon.
Saat membaca bacaan yang mengandung pujian kepada-Nya,
bacalah dengan bersikap tunduk dan takut pada-Nya. Saat
membaca bacaan yang mengandung perintah Allah, bacalah
dengan bersikap patuh dan taat kepada-Nya.
• Jangan membayangkan atau mengambarkan bacaan
Anda tidak perlu membayangkan bagaimana kebesaran Allah saat
bertakbir dengan gambaran tertentu, tidak perlu membayangkan
sosok Muhammad saat membaca shalawat dalam tasyahud, dan
lain semacamnya. Sadarilah, Anda sedang berhadapan dengan
Allah, dan itu nyata. Saat shalat kita berbicara dengan Allah
merupakan kenyataan, tidak perlu dibayang-bayangkan apalagi
diada-adakan, karena begitulah kenyataannya.
28
Cukuplah kita membaca bacaan shalat dengan benar, menyadari bahwa kita
sedang berbicara dengan Allah, dan bersikap dengan sikap yang paling baik saat
mengucapkan bacaan, maka Andapun dengan sendirinya akan mengerti apa
yang Anda ucapkan, lebih daripada sekedar mengetahui arti terjemahannya. Dan
saat Anda mengerti, Anda juga akan mengerti apa itu khusyu tanpa harus repot
memperkirakannya, karena Anda mengalami sendiri.
5. Menjadi Diri yang Utuh Saat Shalat
Shalat bukanlah olah batin, olah raga, ataupun olah diri. Shalat adalah
menyembahkan Allah, dan khusyu adalah mengembalikan diri kepada Allah,
tidak semata-mata diri ini saja, melainkan semua yang melekat di diri ini,
termasuk segala urusan dunia sampai urusan akhirat dikembalikan sepenuhnya
hanya kepada Allah. Shalat dilakukan dengan diri yang total, tidak ada yang
tercecer dari diri kita. Menjadi diri yang utuh menyembah hanya kepada Allah.
"Khusyu kepadaMu pendengaranku, penglihatanku, otakku, tulangku dan otot-
ototku". (HR Muslim).
Tentu semua orang ingin khusyu seperti itu, namun tidak sedikit yang
mengeluhkan sulitnya untuk menjadi diri yang utuh dan patuh hanya kepada
Allah. Meski gerakan dan bacaan sudah dilakukan dengan baik, sudah mengikuti
rukun yang ada, tetapi pikiran liar tidak terkendali.
Memang otak atau pikiran merupakan hambatan yang berat dalam mendirikan
shalat yang khusyu, dari mulai mengingat urusan yang belum selesai, melamun
tentang masa lalu, sampai usil mengambarkan bagaimana sosok Allah yang
disembah. Bahkan sesuatu yang tidak pernah dipikirkan lagi tiba-tiba muncul
begitu saja di benak saat shalat. Akhirnya dalam shalat, diri kita yang mengikuti
pikiran, bukan pikiran yang mengikuti diri kita untuk kembali kepada-Nya.
29
Terjadinya kekacauan pikiran juga menyebabkan perasaan terbawa kacau.
Pikiran mengingatkan hutang yang belum terbayar, perasaanpun menjadi takut
ditagih hutang. Pikiran membayangkan mobil baru yang diharapkan,
perasaanpun terlena seakan sedang mengendarai mobil baru itu. Pikiran
memikirkan tanda-tanda bagaimana shalat yang khusyu, perasaanpun menjadi
bangga seolah telah khusyu.
Begitulah campur aduk antara pikiran dan perasaan yang tidak bisa dikendalikan
menjadikan lalai dalam shalat yang dikerjakan, tinggalah shalat hanya gerakan
dan bacaan saja. Diri kitapun tercerai berai, tidak utuh dalam mendirikan shalat.
Bagaimana akan mengembalikan diri dan semua urusan kepada-Nya, bagaimana
diri ini sepenuhnya tunduk kepada-Nya, kalau pikiran dan perasaan sendiri tidak
bisa ditundukan. Kalau ini yang terjadi, shalat hanya membuat lelah dan capek
dalam keterpaksaan saja.
Untuk mengatasi masalah pikiran ini, sebagian orang menyarankan agar kita
berkonsentrasi saat shalat, pertanyaannya, berkonsentrasi pada apa? Konsentrasi
adalah memfokuskan pikiran pada sesuatu, nah bila sesuatu ini adalah Tuhan,
bukankah justru konsentrasi akan memunculkan gambaran tentang Tuhan,
bukankah itu akan menjadikan kita menyekutukan-Nya. Disamping itu,
konsentrasi juga berakibat pada kelelahan berpikir yang menjadikan shalat justru
penuh ketegangan. Karenanya, tidak perlu berkonsentrasi, shalat bukanlah olah
pikir, lebih baik rileks saja dengan pikiran kita.
Yang kita perlukan sebenarnnya hanyalah menjaga kesadaran, bahwa SAAT
SHALAT KITA SEDANG BERHADAPAN DENGAN ALLAH DAN TIDAK
ADA YANG MENYERUPAI DENGAN-NYA. Dengan menjaga kesadaran itu,
lama-lama Anda justru tidak lagi memikirkan apapun, seperti orang tidur
nyenyak tanpa mimpi, tapi ini dalam keadaan Anda sadar, dalam keadaan
telingga Anda masih mendengar dan mata masih melihat.
30
Saat Anda tidak memiliki apapun, tidak mempunyai pengetahuan, tubuh, nama,
harta , dan segala urusan yang mengikat Anda sejak terlahir di dunia, siapakah
Anda saat itu? Jawabannya hanya bisa didapatkan dalam shalat yang khusyu,
saat itulah diri menjadi utuh dan patuh dalam kehendak yang menciptakan.
Saran:
• Jangan perhatikan pikiran dan perasaan yang menganggu
Bila pikiran mengingatkan pada sesuatu yang menganggu shalat,
biarkan saja pikiran itu, jangan dilawan, ibarat air yang kita beri
saluran, biarlah ia lewat mengalir begitu saja, caranya; jangan
diperhatikan. Bila perasaan yang menganggu datang, perlakukan
sama, jangan diberi perhatian. Dan bila itu memunculkan takut
atau cemas, relakanlah dengan menyadari Anda berada dalam
lindungan Allah, baik buruk pikiran atau perasaan, semua itu tidak
berakibat apapun pada diri Anda.
• Sadarilah dengan keyakinan bukan dengan otak dan rasa
Cobalah untuk membiasakan, saat Anda menerima apapun,
buatlah pernyataan di hati, itu adalah pemberian Allah. Begitu
juga sebaliknya, ketika kehilangan apapun, nyatakan di hati, Allah
mengambil kembali milik-Nya. Anda dapat membuat pernyataan
itu dengan ungkapan lain yang mudah dimengerti diri Anda
sendiri, yang penting terbiasa dulu. Bila saat menyatakan itu
pikiran berkata lain, jangan pedulikan, tidak usah merasionalkan
ataupun memunculkan perasaan atas pernyataan itu, yang penting
nyatakan dan biasakan. Kalau tadi pagi lupa menyatakan itu saat
sarapan, tidak usah disesalkan, yang penting saat makan siang,
nyatakan di hati, makanan ini dari Allah.
31
6. Menangkanlah Pertempuran Dengan Setan
Orang yang sungguh-sungguh mengerjakan shalatnya, akan merasakan betul
bagaimana pertempuran dengan musuh manusia yang paling nyata. Siapakah
musuh itu? Musuh itu tidak lain adalah setan.
sesungguhnya setan itu adalah musuh yang nyata bagimu. (QS. Al Baqarah
[2]:168)
Setan selalu berusaha untuk merusak shalat yang dilakukan oleh manusia, tidak
hanya saat akan shalat, ketika sedang shalat, maupun sesudah shalatpun, setan
akan terus memerangi shalat kita, hingga shalat yang kita lakukanpun menjadi
buruk dan semakin buruk, sampai akhirnya meninggalkan perintah shalat. Setan
akan menipu dengan segala cara agar shalat kita menjadi rusak dan buruk.
Seperti saat membaca bacaan istighfar dalam shalat, teringatlah sekian dosa dan
kesalahan yang pernah dilakukan, ingat bagaimana kesalahan terhadap kedua
orang tua, ingat bagaimana mereka meyayangi kita sejak masa kecil, dan
kitapun larut dalam rasa keterharuan karenanya. Di situlah setan menyamarkan
bisikannya secara halus, melarutkan pikiran, perasaan, serta diri kita selain
kepada Allah, dan seringkali itu nampak seperti sesuatu yang murni, baik, dan
benar. Seperti halnya, ketika Anda sudah yakin hanya kepada Allah menyembah
dan memohon pertolongan, shalat yang Anda kerjakanpun semakin baik dan
bertambah baik, hingga beberapa waktu kemudian, Anda mulai berpikir tidak
adanya tanda-tanda bagi terwujudnya harapan, tiba-tiba terjadilah tanya jawab
antara Anda dengan diri Anda sendiri, di situlah setan akan ikut bertempur,
menyodorkan pertanyaan dan memberikan jawaban.
Sesungguhnya setan itu hanya menyuruh kamu berbuat jahat dan keji, dan
mengatakan terhadap Allah apa yang tidak kamu ketahui. (QS. Al Baqarah
[2]:169)
32
Begitulah, setan mengunakan segala daya untuk merusak shalat manusia, tidak
hanya terang-terangan membisikan untuk tidak shalat, namun juga
menyamarkan bisikan ke dalam pikiran dan perasaan yang seolah-olah baik dan
seperti murni dari diri Anda sendiri.
Setan mempunyai tujuan besar, yakni memalingkan manusia dari Tuhan,
menyuruh manusia untuk melupakan, menyekutukan, sampai akhirnya
mengingkari keberadaan Allah. Dan setan juga mengetahui, bahwa shalatlah
yang menjadi inti dari hubungan manusia dengan Allah, maka setan akan habis-
habisan menyerang manusia pada shalatnya.
Namun tenang saja, sesungguhnya setan itu sangatlah takut kepada manusia
yang mendirikan shalat, karena dengan mengerjakan shalat, manusia menjadi
terhindar dari perbuatan yang dibujukan setan kepada manusia.
Sesungguhnya salat itu mencegah dari (perbuatan-perbuatan) keji dan
mungkar. (QS. Al ‘Ankabuut [29]:45)
Tentu saja yang ditakuti oleh setan, adalah manusia yang shalat dengan
sungguh-sungguh hanya berserah diri kepada Allah. Orang yang berserah diri
inilah yang mampu membentengi diri dari segala macam gangguan setan, mau
berupa bisikan yang samar-samar, serangan sihir, apalagi hanya sekedar
penampakan yang aneh-aneh. SETAN TIDAK BERDAYA DI HADAPAN
ORANG YANG BERSERAH DIRI HANYA KEPADA ALLAH.
Sesungguhnya setan ini tidak ada kekuasaannya atas orang-orang yang
beriman dan berserah diri kepada Tuhannya. (QS. An Nahl [16]:99)
Dengan berserah diri kepada Allah, dengan sendirinya setan tidak berdaya untuk
mengoda dan menggangu kita. Tidak ada yang perlu ditakutkan dari setan
selama kita takut hanya kepada Allah.
33
Saran:
• Jangan termakan informasi yang mengaburkan setan
Banyak sekali sumber informasi yang mengaburkan setan ke
dalam sosok tertentu, dari yang menakutkan sampai yang
membuat tertawa. Masyarakat Indonesia sendiri termasuk yang
hobi dengan informasi tentang setan, lihatlah mulai dari film,
buku, sampai media sosial yang membahas setan begitu laku.
Silahkan saja menonton film dan membicarakan cerita tentang
setan, yang terpenting jangan sampai takut atau justru mengangap
setan sebagai bahan cerita belaka. Setan itu benar-benar ada, dan
setan lebih nyata dalam bisikan ke pikiran, perasaan, dan hati
daripada sosok yang aneh-aneh itu.
• Jangan membiasakan bicara sendiri
Orang suka gelisah bertanya-tanya tentang dirinya, menjawab
sendiri pertanyaannya, dan akhirnya bicara dengan diri sendiri.
Hindarilah ini, biasakan bila gelisah untuk mengingat Allah, dan
bila semakin gelisah shalatlah, kita dianjurkan shalat sunah dua
rakaat bila dalam gelisah atau binggung. Dan meskipun banyak
orang menyuruh untuk mendengarkan suara hati, namun banyak
orang juga tidak tahu perbedaan suara hati dengan pikiran,
perasaan, atau malah bisikan setan, di mana suara hati itu?
Sudahlah, tidak perlu mencari-cari tentang suara hati, bacalah saja
Al Quran, itu lebih pasti dan pasti benar daripada hati yang entah
bersuara atau tidak.
34
Setan itu bukan sekedar makhluk halus, juga sangat halus bisikannya kepada
manusia. Menyamarkan ajakannya seakan-akan itu berasal dari diri kita sendiri
bahkan seolah-olah itu adalah kebenaran. Tidak gampang untuk bisa mengetahui
dan menyadari bisikan setan, kecuali orang-orang yang selalu memperhalus diri,
memperhalus pikiran, perasaan, dan perbuatan sehari-hari, orang yang tidak
pernah mencelakai dan melukai orang lain, baik perasaan apalagi tubuhnya,
orang yang senantiasa berusaha agar orang lain menjadi nyaman, damai, dan
merindukan di dekatnya.
Setan juga makhluk yang paling sombong, namun setan juga mengetahui
manusia itu hobi menyombongkan diri. Maka pintu masuk utama bisikan setan
adalah kesombongan manusia. Kesombongan dalam bentuk apapun itu akan
menjadi pintu bagi setan, tidak hanya sekedar sombong atas harta atau
kekuasaan, juga sombong merasa paling benar, termasuk sombong karena
shalat. Dan dari kesombongan inilah awal keingkaran kepada Allah.
Maka berhati-hatilah dengan segala yang ada di diri kita, jangan sampai itu
membuat diri menjadi sombong dan menyebabkan penderitaan orang lain.
Sadarilah bahwa semua itu milik Allah, termasuk juga keimanan kita itu adalah
pemberian dan akan kembali kepada Allah, dengan begitu kitapun akan menjadi
mahkluk yang sanggup merendahkan diri dan mampu khusyu kepada Allah.
7. Relakanlah Shalat Sebagai Kehendak-Nya
Apapun masalah yang dihadapi, relakanlah masalah itu dengan menerima
kenyataan yang ada, relakanlah dengan menyerahkan jalan keluarnya
sepenuhnya hanya kepada Allah. Apapun harapan yang diinginkan, relakanlah
harapan itu dengan menjalani kenyataan yang ada, relakanlah dengan
menyerahkan cara mewujudkannya sepenuhnya hanya kepada Allah. Karena
Allah hanya ridho kepada orang-orang yang ridho kepada kehendak-Nya.
35
Sesungguhnya Allah Azza Wajalla menguji hambanya dalam rezeki yang
diberikan Allah kepadanya. Kalau dia ridho dengan bagian yang diterimanya
maka Allah akan memberkahinya dan meluaskan pemberianNya. Kalau dia
tidak ridho dengan pemberianNya maka Allah tidak akan memberinya berkah.
(HR. Ahmad)
Juga dalam shalat yang kita dirikan, kita harus merelakan shalat kita, khusyu
ataupun tidak khusyu hanyalah Allah yang menilai, yang bisa kita lakukan
hanyalah berusaha memperbaikinya dan terus memperbaiki untuk menjadi lebih
baik dan semakin baik.
Saran:
• Jangan berhitung dengan shalat Anda
Berapa lama waktu shalatku? Berapa kali shalat dhuha yang
kulakukan? Berapa derajat pahala yang kudapat? Berapa dosaku
yang terhapus? Berapa... dan berapa? STOP, JANGAN
BERHITUNG DENGAN SHALAT, jangan biasakan diri
mengunakan kalkulator dalam berhubungan dengan Allah.
Relakanlah shalat Anda sebagaimana Anda juga merelakan
hidung Anda bernafas sesukanya tanpa Anda hitung.
• Jangan mengingat shalat yang telah Anda lakukan
Sejak kapan aku shalat? Berapa kali aku melalaikan shalat selama
ini? Seberapa khusyukah shalatku tadi? Sudahlah, jangan
mengingat shalat yang telah dilakukan, ganti saja pertanyaannya
dengan, sudah shalatkah aku sekarang? Lebih baik memohon
ampunan-Nya atas segala kesalahan di masa lalu dan memulai
belajar serta berusaha terus dan terus memperbaiki shalat kita.
36
Relakanlah shalat kita sebagai ketaatan kepada Allah, taat menjalankan perintah-
Nya, mengikuti apa yang telah ditentukan-Nya kepada manusia, tunduk kepada
tujuan-Nya menciptakan manusia.
Katakanlah: "Tuhanku menyuruh menjalankan keadilan". Dan (katakanlah):
"Luruskanlah muka (diri) mu di setiap shalat dan sembahlah Allah dengan
mengikhlaskan ketaatanmu kepada-Nya. Sebagaimana Dia telah menciptakan
kamu pada permulaan (demikian pulalah) kamu akan kembali kepada-Nya)".
(QS. Al A’raaf [7]:29)
Relakanlah semuanya hanya kepada Allah, berserah diri utuh dan patuh kepada-
Nya. Selalu ingatlah, Allah Maha Baik. Kehendak-Nya pasti baik, kehendak
kepada Anda, saya, dan semua manusia. Jangan takut, cemas, dan ragu
mengembalikan diri dan segala urusan hanya kepada-Nya. Karena semakin
Anda menolak, memprotes, dan mengingkari, semakin Anda terikat kencang
dalam penderitaan. Semakin Anda menerima, merelakan, dan mensyukuri,
semakin Anda lepas bebas dalam kebahagiaan. Kehendak Allah pasti baik,
beradalah dalam kehendak-Nya selalu.
SHALATLAH DENGAN KHUSYU SEKARANG JUGA!
RELAKAN DIRIMU DALAM KEHENDAK-NYA SEKARANG JUGA!
Dan setelah mendirikan shalat. Kerjakan apa yang bisa dikerjakan, lakukan apa
yang diketahui. Jangan binggung lagi dengan masalah yang sedang dihadapi,
jangan bermimpi lagi dengan harapan yang belum terwujud, dan jangan murung
lagi dengan ketidakbahagian yang menyandera. Bekerjalah dengan apa yang
diketahui dan mampu dikerjakan.
Apabila telah ditunaikan shalat, maka bertebaranlah kamu di muka bumi; dan
carilah karunia Allah dan ingatlah Allah banyak-banyak supaya kamu
beruntung.(QS: Al Jumuah [62]:10)
37
Ingatlah terus Allah dan terus perbaiki hubungan dengan-Nya, sembahlah Allah
dengan shalat yang baik dan semakin baik. Berpegang teguhlah untuk hanya
menyembah dan memohon kepada Allah.
ALLAH PASTI MENYELESAIKAN MASALAHMU!
ALLAH PASTI MEWUJUDKAN HARAPANMU!
ALLAH PASTI MEMBAHAGIAKAN HIDUPMU!
Dengan merelakan shalat, kitapun akan mampu untuk merelakan hidup kita
hanya kepada Allah. Membebaskan diri dari pembatas hubungan dengan Allah,
yakni kehendak diri. Andapun dengan sendirinya menjadi orang yang
dikehendaki-Nya untuk memimpin, berilmu, bergembira, sehat, dan berlimpah
rezeki, serta yang jauh melebihi dari semua itu adalah diterima dan ditemui-Nya
diri Anda.
Katakanlah: "Wahai Tuhan Yang mempunyai kerajaan, Engkau berikan
kerajaan kepada orang yang Engkau kehendaki dan Engkau cabut kerajaan dari
orang yang Engkau kehendaki. Engkau muliakan orang yang Engkau kehendaki
dan Engkau hinakan orang yang Engkau kehendaki. Di tangan Engkaulah
segala kebajikan. Sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu.
Engkau masukkan malam ke dalam siang dan Engkau masukkan siang ke dalam
malam. Engkau keluarkan yang hidup dari yang mati, dan Engkau keluarkan
yang mati dari yang hidup. Dan Engkau beri rezeki siapa yang Engkau
kehendaki tanpa batas." (QS. Ali ‘Imran [3]:26-27)
Selamat menjalankan shalat.
Selamat hidup berbahagia menuju kebahagiaan akhirat.
38
Terimkasih telah membaca buku ini, termasuk membaca
KETENTUAN PENERBIT di dalamnya. Silahkan juga mengikuti
pesan-pesan tentang shalat melalui media sosial berikut.
http://twitter.com/ShalatKhusyu