serotinus

Upload: irene-inkai-kozaly

Post on 27-Mar-2016

212 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

Serotinus

TRANSCRIPT

KEHAMILAN SEROTINUS

Irene11-2013-197

PEMBIMBING :dr. Fx Widiarso,SpOG

DALAM RANGKA MENGIKUTI KEPANITERAAN KLINIKKEBIDANAN DAN PENYAKIT KANDUNGAN RS MARDI RAHAYUFAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS KRIDA WACANAKEPANITERAAN KLINIKSTATUS OBSTETRIFAKULTAS KEDOKTERAN UKRIDAJl. Arjuna Utara No. 6. Kebon Jeruk- Jakarta BaratSMF OBSTETRI RS MARDI RAHAYU KUDUS

Nama : IreneTanda tanganNIM: 11.2013.197Dr pembimbing / penguji : Dr. Fx Widiarso,Sp.OG

IDENTITAS PASIENNama lengkap : Ny. LJenis kelamin : Perempuan

Umur: 23 tahunSuku bangsa : Jawa

Status perkawinan : Kawin (GI P0 A0)Agama : Islam

Pekerjaan : Ibu rumah tanggaPendidikan : SMA

Alamat : Honggosoco RT 01/ RW 05, Jekulo KudusMasuk Rumah Sakit : 27 Maret 2015Pukul 09.50 WIB

Nama suami : Tn. NRUmur : 25 tahunPekerjaan : Buruh PabrikAlamat: Honggosoco RT 01/ RW 05, Jekulo KudusANAMNESIS :Diambil dari : Autoanamnesis Tanggal : 27 Maret 2015 ; Jam : 10.00 WIBKeluhan utama : Perut kenceng-kenceng.Riwayat Penyakit Sekarang :Perempuan GI P0 A0 berumur 23 tahun mengaku hamil 42 minggu, datang dengan keluhan perut terasa mulas dan kencang sejak 1 minggu SMRS. Selama 1 minggu SMRS os merasa kencang-kencang hilang timbul. Os mengaku belum mengeluarkan cairan atau lendir darah. Os memutuskan untuk pergi ke bidan dan memeriksakan kandungannya. Dari bidan os dirujuk ke poliklinik RSMR untuk memeriksakan kehamilannya. Setelah diperiksa barulah diketahui oleh os bahwa kehamilannya sudah melewati waktu perkiraan lahir, dan os akhirnya diberi surat pengantar untuk menginap di RS dan mengurus kelahiran segera. Gerakan janin aktif dan masih dapat dirasakan. Tidak ada mual muntah, tidak ada demam, tidak ada nyeri kepala ataupun nyeri perut.BAB dan BAK os lancar.Os rutin memeriksakan kehamilannya di bidan.Os tidak memiliki riwayat tekanan darah tinggi sebelum dan selama pemeriksaan kehamilan.Os tidak memiliki riwayat operasi sebelumnya.Riwayat Menstruasi Menarche : 14 tahunSiklus haid: 28 hari Dismenorrhea : ( - )Lama haid: 7 hari Leukorrhea : ( - ) Menopause: ( - )Riwayat PerkawinanMenikah 1 kali pada usia 22tahun, selama 9 bulanRiwayat Kehamilan dan KelahiranHamil keUsia kehamilanJenis persalinanPenyulitPenolongJenis kelaminBB/TB lahirUmur sekarang

1 2014 (Hamil ini)

Riwayat kehamilan ini: HPHT : 7 Juni 2014HPL : 14 Maret 2015 Riwayat Kontrasepsi (Keluarga Berencana)( - ) Pil KB( - ) IUD( - ) Suntikan 3 bulan( - ) Lain-lain( - ) Susuk KBRiwayat Antenatal Care :Pasien memeriksakan kehamilannya 1 kali setiap bulan ke bidan. Riwayat Penyakit Dahulu () Cacar() Malaria() Batu ginjal/saluran kemih() Cacar air() Disentri() Burut ( hernia )() Difteri() Hepatitis() Batuk rejan() Tifus abdominalis() Wasir() Campak() Diabetes() Sifilis () Alergi() Tonsilitis() Gonore() Tumor() Hipertensi() Penyakit pembuluh() Demam rematik akut() Ulkus ventrikuli() Pendarahan otak() Pneumonia() Ulkus duodeni() Psikosis() Gastritis() Neurosis() Tuberkulosis() Batu empedu() Jantung() Operasi () KecelakaanLain-lain : tidak adaRiwayat keluargaHubunganUmurJenis kelaminKeadaan kesehatanPenyebab meninggal

Ayah62tahunLaki-lakiHidup-

Ibu57 tahunPerempuanHidup-

Suami28 tahunLaki-lakiHidup-

Ada kerabat yang menderita :PenyakitYaTidakHubungan

Alergi-

Asma-

Tuberkulosis-

HIV-

Hepatitis B-

Hepatitis C-

Hipertensi-

Cacat bawaan-

Lain lain-

Riwayat Operasi Tidak ada

A. PEMERIKSAAN FISIKPemeriksaan UmumTekanan Darah: 130/90 mmHgKeadaan Umum: Sakit sedangNadi:78x/ menit (kuat angkat, teratur)Suhu: 36,5o CPernafasaan:18x/ menit. Abdomino-torakalKesadaran: Compos mentisTinggi Badan: 150 cmBerat Badan : 54 kg

Kulit Warna sawo matang,Turgor Kulit baik, Ikterus(-),KepalaNormocephali, Rambut hitam, distribusi merataMataPupil isokor 3mm, reflek cahaya (+/+), Konjungtiva pucat (-/-), Sklera ikterik (-/-), Edema palpebra (-/-)TelingaSelaput pendengaran utuh, Serumen (-), Perdarahan (-)HidungSekret (-), Deviasi septum (-), Pernapasan cuping hidung (-), epistaksis (-)MulutLidah dalam batas normal, mukosa bucal merah muda.LeherTidak terdapat pembesaran Tiroid dan KGB, Deviasi trachea (), Hipertrofi otot pernapasan tambahan (), Retraksi suprasternal()Dada (Thorax)Inpeksi Bentuk: Normal, pernafasan abdomino-torakal Buah dada: Simetris, tidak ada massa, ASI (-)Paru-paru (Pulmo)KananKiri

InspeksiAnterior

BENTUK- Dalam batas normal- Sela iga tidak melebar-Retraksi(-)PERGERAKAN: Simetris saat statis dan dinamisKULIT : Warna sawo matangPERNAPASAN: Abdominotorakal

PosteriorBENTUK Vertebra: NormalKULIT Tidak ada lesi patologis

PalpasiAnterior

-Tidak ada nyeri tekan-Sela iga parutidak melebarPERGERAKAN: Simetris saat statis dan dinamis-FREMITUS : simetris kanan kiri

Posterior tidak nyeri tekanFREMITUS: simetris kanan kiri

PerkusiAnteriorSela iga 1-6 sonorSela iga 1-6 sonor

PosteriorLinea skapularis : SonorLinea skapularis : Sonor

AuskultasiAnteriorVesikuler, Rhonki (-), Whezing (-)Vesikuler, Rhonki (-), Whezing (-)

PosteriorVesikuler, Rhonki (-), Whezing (-)Vesikuler, Rhonki (-), Whezing (-)

Jantung (Cor)Inspeksi: ictus cordis tidak tampakPalpasi: ictus cordis teraba pada sela iga V, 2 cm medial dari linea midclavicularissinistraPerkusi: Batas atas : Pada sela iga II garis parasternal kiriBatas kiri: Pada sela iga V, 2 cm medial dari garis midclavicularis kiri Batas kanan: Pada sela iga V, pada garis parasternal kiri.Auskultasi:Bunyi jantung I-II reguler, tidak terdengar murmur dan gallop pada ke 4katup jantungPerut (Abdomen)Inspeksi Bentuk : membuncit membujur lesi luka post operasi (-)Palpasi: Nyeri tekan ( - ), massa ( - ), Defans musculer (-)Hati: tidak teraba Limpa: tidak terabaPerkusi: TimpaniAuskultasi: Bising usus normalAnggota gerak : Tangan Edema -/-, kaki edema -/-, sianosis -/-, clubbing finger -/-Kelenjar getah bening Submandibula : tidak ditemukan pembesaranSupraklavikula : tidak ditemukan pembesaranLipat paha: tidak ditemukan pembesaranLeher: tidak ditemukan pembesaranKetiak : tidak ditemukan pembesaranAspek kejiwaanTingkah laku: tenangAlam perasaan: biasaProses pikir: wajarPemeriksaan GinekologiPemeriksaan Luar Inspeksi Wajah: Chloasma gravidarum (-)Payudara: pembesaran payudara (+), puting susu menonjol, cairan dari mammae (-)Abdomen : membesar memanjangLinea nigra (+), striae livide (+), striae albicans (-), bekas operasi (-) Palpasi : TFU = 2 jari dibawah prosesus xiphoideus (35 cm)TBJ = (35-13) x 155 = 3565 gramLeopold I :Bulat, lunak, tidak melenting (Bokong) Leopold II :Keras memanjang pada bagian kanan (PUKA) Leopold III : Bulat, keras, melenting (Kepala)Leopold IV : Konvergen (belum masuk PAP)HIS = (+) 2 kali dalam 10 menit DJJ = 12-12-12 (144x/menit)PPV= (-)Pemeriksaan DalamVaginal Toucher (pukul 15.10) 1 cm, KK (+), EFF 25%Bag.bawah janin kepala, H IUUK kiri lintangPemeriksaan PenunjangPemeriksaan Laboratorium 27 Maret 2015 (pukul 11.50)Darah rutinHemoglobin10,0 g/dL L(N: 11,7 15,5)Leukosit8.24(N: 3.600 11.000)Eosinofil%0,6 %(N: 1-3)Basofil%0,10 %(N: 0-1)Neutrofil %70,70 % H(N: 50-70)Limfosit%22,70 % L(N: 25-40)Monosit%5,90 %(N: 2-8)MCV83,8 mikro m3(N: 80-100)MCH27,5 pg(N: 26-34)MCHC32,8 g/dL(N: 32-36)Hematokrit30.5 %(N: 30-43)Trombosit272.000(N: 150.000-440.000)Eritrosit3,64 juta(N: 3,8 5,2)RDW15,2 %(N: 11,5 - 14,5)PDW13,1 % (N: 10-18) MPV 11,2 mikro m3 H(N: 6,8 10)Golongan darah/RhO/+Waktu perdarahan/BT 2,0menit(N: 1-3)Waktu pembekuan/CT5.30 menit(N: 2-6)ImunoserologiHBsAG stikNEGATIFNegatifB. RINGKASAN (RESUME)Perempuan berumur 23 tahun GIP0A0 mengaku hamil 42 minggu, datang dengan keluhan perut terasa mulas dan kencang sejak 1 minggu SMRS. Selama 1 minggu SMRS os hanya merasa kencang-kencang saja.Os rutin memeriksakan kehamilannya di bidan.Gerakan janin aktif dan masih dapat dirasakan.Os mengaku ini adalah kehamilan yang pertama. Os memutuskan untuk pergi ke bidan dan memeriksakan kandungannya. Dari bidan os dirujuk ke poliklinik RSMR untuk memeriksakan kehamilannya. Setelah diperiksa barulah diketahui oleh os bahwa kehamilannya sudah melewati waktu perkiraan lahir.HPHT : 7 Juni 2014HPL: 14 Maret 2015Pemeriksaan FISIKTekanan Darah: 130/90 mmHgKeadaan Umum: Sakit sedangNadi:78x/ menit (kuat angkat, teratur)Suhu: 36,5o CPernafasaan:18x/ menit. Abdomino-torakalKesadaran: Compos mentisTinggi Badan: 150 cmBerat Badan: 54 kgMata: CA -/- SI -/-Thorax: Vesikuler Rh -/- wh -/-BJ I/II reguler , murmur (-), gallop (-)Abdomen: membesar, BU (+)Linea nigra (+), Striae Lividae (+)Palpasi : TFU = 2 jari dibawah procesus xiphoideus (35 cm)TBJ = 3565 gram Leopold I:BokongLeopold II:Punggung KananLeopold III: KepalaLeopold IV: belum masuk PAPHIS = (+) 2 kali dalam 10 menit DJJ = 12-12-12 (144x/menit)Extremitas : edema - / - PPV = (-) Leukorea = (-)Pemeriksaan DalamVaginal Toucher (pukul 15.10) 1 cm, KK (+), EFF 25%Bag bawah janin kepala, H IUUK kiri lintangHasil Pemeriksaan Laboratorium: 27 Maret 2015 (pukul 11.50)Darah rutinHemoglobin10,0g/dL(N: 11,7 15,5)

Leukosit8.24 ribu(N: 3.600 11.000)

Hematokrit31,10%(N: 30-43)

Trombosit272.000(N: 150.000-440.000)

Eritrosit3,64 juta( N : 3,8 5,2 )

Golongan darah / rhesusO/+

Waktu perdarahan / BT2.0 menit( N : 1 3 )

Waktu pembekuan / CT5.30 menit( N : 2 6 )

DIAGNOSISDiagnosis kerja Diagnosis kerja: pukul 12.10GIP0A0 Umur 23 tahun, Hamil 42 mingguAnak I hidup intrauterinePresentasi Kepala, U , PUKAInpartu kala I fase latenKehamilan serotinusPemeriksaan yang dianjurkan Pemeriksaan USG untuk melihat keadaan cairan ketuban dan adanya kalsifikasi pada plasenta.C. PENATALAKSANAAN IVFD D5% 500cc + Oksitosin 5 IU dalam 12 tpm Bed rest Pengawasan 10 Evaluasi 4 jam Follow UpTanggal 27 Maret 2015, Jam 12.30 WIBS :Perut terasa kencang-kencangO : KU : Tampak sakit ringanTD : 120 / 80 mmHgRR: 20 x/menitHR : 80 x/menitT : 36,7CDJJ: 12 12 12 = 144 x/menitHIS : 2x / 10 menit (40 detik)PPV :(-)Tanda tanda inpartu kala I (+)VT : 1, KK ( + ) Eff 25%Bagian bawah janin kepala H ITeraba UUK kiri lintangA : GIP0 A0 Umur 23 tahun, Hamil 42 mingguAnak I hidup intrauterinePresentasi Kepala, U , PUKAInpartu kala I fase latenKehamilan serotinusP : Pengawasan 10Evaluasi tiap 4 jamTanggal 27 Maret 2015 Pukul 13.30S : perut terasa kencang-kencangO : TD : 130/80 mmHgRR : 20 x/menit HR: 84 x/menitT : 36,5CDJJ: 12 12 11 = 140 x/menitHIS : 2x / 10 menit (40 detik)PPV :(-) lendir darahTanda tanda inpartu kala I (+)VT : 1 cm , KK ( + ) Eff 25%Bagian bawah janin kepala H ITeraba UUK kiri lintangA : GI P0 A0 Umur 23 tahun, Hamil 42 mingguAnak I hidup intrauterinePresentasi Kepala, U , PUKAInpartu kala I fase latenKehamilan serotinusP : Persiapan Operasi SCTP karena tidak ada kemajuan pembukaan LAPORAN OPERASI SECTIO CAESARIATanggal 27 Maret 2015 Pukul 14.201. Insisi linea mediana 10 cm di atas symphisis2. Insisi diperdalam lapis demi lapis sehingga peritoneum terbuka3. Tampak uterus sesuai umur kehamilan aterm4. Buka plica vesica uterina semilunar5. Insisi Segmen Bawah Rahim 10 cm6. Kepala bayi diluksir, dilahirkan kepala, bahu, dan badan janin7. Bayi perempuan, BB 3520 gr, PB 49 cm, APGAR SCORE 9-10-108. Plasenta dilahirkan manual, kotiledon lengkap9. Jahit Segmen Bawah Rahim dengan Chromic catgult no. 2 jelujur10. Overhecting dengan Chromic catgult no. 211. Kontrol perdarahan, perdarahan berhenti12. Jahit peritoneum dengan Plain catgut no. 1-013. Jahit otot dengan Plain catgut no. 1-014. Jahit fascia dengan dexon no. 115. Jahit lemak subkutan dengan plain catgult no. 2-016. Jahit kulit dengan dexon no. 417. Perdarahan selama operasi 400 cc18. Tindakan selesaiInstruksi Tindakan Post Operasi IVFD D5/RL/NaCl 30 tpm Amoxicillin 3 x 1 g IV Alinamin 2 x 1 amp IV Vit C 1 x 1 amp IV Tradyl 2 x 1 amp IV Kaltrofen supp 1 x 1 Cek Hb Tidur bantal tinggiPROGNOSIS :Passage: ad bonamPassanger: ad bonamPower: ad bonam

FOLLOW UP POST OPERASITanggal 28 Maret 2015, Pukul 08.00Hasil LaboratoriumHemoglobin ( 27 Maret 2015, Jam 20:37) = 8,1 gr/dLS : terasa nyeri ditempat jahitan, belum bisa kentutO : KU = baikKes = CMTD : 150/100 mmHgRR : 22 x/menit HR: 84 x/menitT : 36,5CMata : CA-/- SI -/-C/P : dbnASI ( - ), Puting menonjolAbdomen : supel, nyeri tekan (+), BU (+)TFU = 2 jari dibawah pusatPPV: lochea (+), darah (-)Extremitas: Akral hangat, edema -/-A : PIA0 PostSectio Caesar H-1 a/i CPD Bayi perempuan, BB 3565 gr, APGAR SCORE : 9-10-10P : Infus D5/RL/NaCl 20 tpm Amoxicillin 3 x 1 g IVAlinamin 2 x 1 amp IVKaltrofen 1 x 1 suppVit C 1 x 1 amp IVTradil 3 x 1 amp IVMobilisasi Tirah BaringTanggal 29 Maret 2015, Pukul 08.00S : terasa nyeri ditempat jahitan, belum bisa kentutO : KU = baikKes = CMTD : 130/80 mmHgRR : 22 x/menit HR: 90 x/menitT : 36,5CMata : CA-/- SI -/-C/P : dbnASI ( - ), Puting menonjolAbdomen : supel, nyeri tekan (+), BU (+)TFU = 2 jari dibawah pusatPPV: lochea (+), darah (-)Extremitas: Akral hangat, edema -/-A : PI A0 Post Sectio Caesar H-2 a/i CPDP : Infus D5/RL/NaCl 20 tpm Amoxicillin 3 x 1 g IVAlinamin 2 x 1 amp IVVit C 1 x 1 amp IVTradil 3 x 1 amp IVMobilisasiTirah baringTanggal 29 Maret 2015, Pukul 07.00S :terasa nyeri ditempat jahitanO:KU = baikKes = CMTD : 130/80 mmHgRR : 22 x/menit HR: 90 x/menitT : 36,5CMata : CA-/- SI -/-C/P : dbnASI (-), Puting menonjolAbdomen : supel, nyeri tekan (+), BU (+)TFU = 2 jari dibawah pusatPPV: lochea (+), darah (-)Extremitas: Akral hangat, edema -/-A : PI A0 Post Sectio Caesar H-3 a/i CPDP : Infus D5/RL/NaCl 20 tpm Amoxicillin 3 x 1 g IVAlinamin 2 x 1 amp IVVit C 1 x 1 amp IVTradil 3 x 1 amp IVMobilisasiTirah baring

BAB IITINJAUAN PUSTAKADEFINISIKehamilan posterm, disebut juga kehamilan serotinus adalah kehamilan yang berlangsung sampai 42 minggu (294 hari) atau lebih, dihitung dari hari pertama haid terakhir menurut rumus Neagle dengan siklus haid rata-rata 28 hari. Kehamilan postterm mempunyai resiko lebih tinggi daripada kehamilan aterm, terutama terhadap kematian perinatal (antepartum, intrapartum, dan post partum) berkaitan dengan aspirasi mekonium dan asfiksia. Tindakan operasi seksio sesarea dapat dipertimbangkan pada Insufisiensi plasenta dengan keadaan serviks belum matang, Pembukaan yang belum lengkap, persalinan lama dan terjadi gawat janin.ETIOLOGIKini dipahami bahwa menjelang partus terjadi penurunan hormon progesteron, peningkatan oksitosin, serta peningkatan reseptor oksitosin, tetapi yang paling menentukan adalah terjadinya produksi prostaglandin yang menyebabkan his yang kuat. Prostaglandin telah dibuktikan berperan paling penting dalam menimbulkan kontraksi uterus. Nwosu dan kawan-kawan menemukan perbedaan dalam rendahnya kadar kortisol pada darah bayi sehingga disimpulkan kerentanan akan stress merupakan faktor tidak timbulnya his, selain kurangnya air ketuban dan insufisiensi plasenta.Sebagian keadaan langka yang berkaitan dengan kehamilan yang lama mencakup anensefalus, hipoplasia adrenal janin, tidak adanya kelenjar hipofise pada janin, defisiensi sulfatase plasenta, dan kehamilan ekstrauteri. Meskipun etiologi kehamilan yang lama tidak dipahami sepenuhnya, keadaan klinis ini memberikan suatu gambaran yang umum yaitu penurunan kadar estrogen yang pada kehamilan normal umumnya tinggi. Penurunan konsentrasi estrogen yang menandai kasus-kasus kehamilan lama ini dianggap merupakan hal penting, karena kehadiran estrogen tidak cukup untuk menstimulasi produksi dan penyimpanan glikofosfolipid di dalam membran janin. Pada jumlah estrogen yang normal dan terus meningkat, dan semakin berlanjutnya kehamilan, membran janin khususnya menjadi kaya akan dua jenis gliserofosfolipid, fosfatidilinositol dan fosfatidiletanolamin yang keduanya mengandung arakidonat pada posisi sn2. Janin manusia tampaknya memicu persalinan melalui mekanisme tertentu yang masih belum dipahami dengan jelas, sehingga terjadi pemecahan arakidonat dari kedua senyawa gliserofosfolipid ini. Dengan demikian arakidonat tersedia bagi konversi menjadi prostaglandin E2 dan E2a yang selanjutnya akan menstimulasi penipisan serviks serta kontraksi ritmik uterus yang menjadi ciri khas persalinan normal. Diduga adanya kadar kortisol yang rendah pada darah janin, selain itu, kurangnya air ketuban dan insufisiensi plasenta juga diduga berhubungan dengan kehamilan lewat waktu.Fungsi plasenta memuncak pada usia kehamilan 38-42 minggu, kemudian menurun setelah 42 minggu, terlihat dari menurunnya kadar estrogen dan laktogen plasenta. Terjadi juga spasme arteri spiralis plasenta. Akibatnya dapat terjadi gangguan suplai oksigen dan nutrisi untuk hidup dan tumbuh kembang janin intrauteri. Sirkulasi uteroplasenta berkurang sampai 50%. Volume air ketuban juga berkurang karena mulai terjadi absorpsi.Etiologi pasti belum diketahui. Faktor yang dikemukakan adalah hormonal yaitu kadar progesteron tidak cepat turun walaupun kehamilan telah cukup bulan, sehingga kepekaan uterus terhadap oksitosin berkurang. Faktor lain adalah faktor herediter, karena postmatritas sering dijumpai pada suatu keluarga tertentu.Menunit Norwitz (2004), pada sebagian besar kasus, etiologi kehamilan lewat waktu tidak diketahui. Banyak faktor yang menyebabkan seorang ibu memiliki resiko tinggi untuk mengalami kehamilan lewat waktu. Insidensinya meningkat pada wanita yang pada kehamilan pertamanya juga mengalami kehamilan lewat waktu. Faktor genetik juga memegang peranan. Suatu studi menunjukkan bahwa resiko kehamilan lewat waktu meningkat pada wanita yang dirinya sendiri juga mengalami kejadian lahir lewat waktu.Bagaimanapun juga, variasi waktu kapan saat ibu mengalami ovulasi dapat menyebabkan kesalahan perhitungan dalam menentukan durasi waktu kehamilan yang tepat dan juga dalam menentukan kapan hari perkiraan persalinan. USG dapat menjadi sarana yang cukup terpercaya untuk menentukan usia kehamilan terutama pada wanita dengan siklus menstruasi yang lama atau tidak teratur.FAKTOR RISIKORisiko kehamilan lewat waktu antara lain adalah gangguan pertumbuhan janin, gawat janin, sampai kematian janin dalam rahim. Resiko gawat janin dapat terjadi 3 kali dari pada kehamilan aterm1. Kulit janin akan menjadi keriput, lemak di bawah kulit menipis bahkan sampai hilang, lama-lama kulit janin dapat mengelupas dan mengering seperti kertas perkamen. Rambut dan kuku memanjang dan cairan ketuban berkurang sampai habis. Akibat kekurangan oksigen akan terjadi gawat janin yang menyebabkan janin buang air besar dalam rahim yang akan mewarnai cairan ketuban menjadi hijau pekat. Pada saat janin lahir dapat terjadi aspirasi (cairan terisap ke dalam saluran napas) air ketuban yang dapat menimbulkan kumpulan gejala MAS (meconeum aspiration syndrome). Keadaan ini dapat menyebabkan kematian janin. Komplikasi yang dapat mungkin terjadi pada bayi ialah suhu yang tidak stabil, hipoglikemia, polisitemia, dan kelainan neurologik. Kehamilan lewat bulan dapat juga menyebabkan resiko pada ibu, antara lain distosia karena aksi uterus tidak terkoordinir, janin besar, dan moulding (moulage) kepala kurang. Sehingga sering dijumpai partus lama, kesalahan letak, inersia uteri, distosia bahu, dan perdarahan postpartum. DIAGNOSISa. Bila tanggal hari pertama haid terakhir dicatat dan diketahui wanita hamil, diagnosis tidak sukar.b. Bila wanita tidak tahu, lupa atau tidak ingat, atau sejak melahirkan yang lalu tidak dapat haid dan kemudian menjadi hamil, hal ini akan sukar memastikannya. Hanyalah dengan pemeriksaan antenatal yang teratur dapat diikuti tinggi dan naiknya fundus uteri, misalnya gerakan janin dan besarnya janin dapat membantu diagnosis.c. Pemeriksaan berat badan ibu diikuti, kapan menjadi berkurang, begitu pula lingkaran perut dan jumlah air ketuban apakah berkurang.d. Pemeriksaan rontgenologik; dapat dijumpai pusat-pusat penulangan pada bagian distal femur, bagian proksimal tibia, tulang kuboid, diameter biparietal 9,8 cm atau lebih.e. Ultrasonografi; ukuran diameter biparietal, gerakan janin, dan jumlah air ketuban. f. pemeriksaan sitologik air ketuban; air ketuban diambil dengan amniosentesis baik transvaginal maupun transabdominal. Air ketuban akan bercampur lemak dan sel-sel kulit yang dilepas janin setelah kehamilan mencapai lebih dan 36 minggu. Air ketuban yang diperoleh dipulas dengan sulfat biru Nil, maka sel-sel yang mengandung lemak akan berwarna jingga bila : melebihi 10 % = kehamilan di atas 36 minggu melebihi 50 % = kehamilan di atas 39 minggug. Amnioskopi: melihat derajat kekemhan air ketuban, menunit warnanya karena dikeruhi mekoniumh. Kardiotokografi; mengawasi dan membaca denyut jantung janin, karena insufisiensi plasenta.i. Uji oksitosin (stress test); yaitu dengan infus tetes oksitosin dan diawasi reaksi janin terhadap kontraksi uterus. Jika ternyata reaksi janin kurang baik, hal ini mungkin janin mengalami bahaya dalam kandungan.j. Pemeriksaan kadar estriol dalam urine.k. Pemeriksaan pH darah kepala janin.l. Pemeriksaan sitologi vagina.PERUBAHAN PADA KEHAMILAN LEWAT WAKTUTerjadi beberapa perubahan cairan amnion, plasenta dan janin pada kehamilan lewat waktu. Dengan mengetahui perubahan tersebut sebagai dasar untuk mengelola persalinan lewat waktu.1. Perubahan cairan amnionTerjadi perubahan kualitas dan kuantitas cairan amnion. Jumlah cairan amnion mencapai puncak pada usia kehamilan 38 minggu sekitar 1000 ml dan menurun sekitar 800 ml pada 40 minggu. Penurunan jumlah cairan amnion berlangsung terus menjadi sekitar 480 ml, 250 ml, 160 ml pada usia kehamilan 42,43 dan 43 minggu. Penurunan tersebut berhubungan dengan produksi urin janin yang berkurang. Dilaporkan bahwa aliran darah janin menurun pada kehamilan lewat waktu dan menyebabkan oligohidramnion.(Arias, 1993).Selain perubahan volume terjadi pula perubahan komposisi cairan amnion menjadi kental dan keruh. Hal ini terjadi karena lepasnya vernik kaseosa dan komposisi phospholipid. Dengan lepasnya sejumlah lamellar bodies dan paru-pam janin dan perbandingan Lechitin terhadap Spingomielin menjadi 4:1 atau lebih besar. Dengan adanya pengeluaran mekonium maka cairan amnion menjadi hijau atau kuning (Cunningham, 1995; Arias, 1993). Evaluasi volume cairan amnion sangat penting. Dilaporkan kematian perinatal meningkat dengan adanya oligohidramnion yang menyebabkan kompresi tali pusat. Keadaan ini menyebabkan fetal distress intra partum pada persalinan lewat waktu. Untuk memperkirakan jumlah cairan amnion dapat diukur dengan pemeriksan ultrasonografi. Metode empat kuadran sangat populer. Dengan mengukur diameter vertikal dan kantung paling besar pada setiap kuadran. Hasil penjumlahan empat kuadran disebut Amniotic Fluid Index (AFI). Bila AFI kurang dan 5 cm indikasi oligohidramnion. AFI 5-10 cm indikasi penurunan volume cairan amnion. AFI 10-15 cm adalah normal. AFI 15-20 cm terjadi peningkatan volume cairan amnion. Afi lebih dan 25 cm indikasi polihidramnion. (Cunningham, 1995; Arias, 1993)2. Perubahan pada plasentaPlasenta sebagai perantara untuk suplai makanan dan tempat pertukaran gas antara maternal dan fetal. Dengan bertambahnya umur kehamilan, maka terjadi pula perubahan struktur plasenta. Plasenta pada kehamilan lewat waktu memperlihatkan pengurangan diameter dan panjang villi chorialis. Perubahan ini secara bersamaan atau didahului dengan titik-titik penumpukan kalsium dan membentuk infark putih. Pada kehamilan aterm terjadi infark 10%-25% sedangkan pada kehamilan lewat waktu terjadi 60%-80%. Timbunan kalsiumpada kehamilan lewat waktu meningkat sampai 10 g/100g jaringan plasenta kering, sedangkan kehamilan aterm hanya 2-3g/100g jaringan plasenta kering.Secara histologi plasenta pada kehamilan lewat waktu meningkatkan infark plasenta, kalsifikasi, trombosis intervilosus, deposit fibrin perivillosus, trombosis arteial dan endarteritis arterial. Keadaan ini menurunkan fungsi plasenta sebagai suplai makanan dan pertukaran gas. Hal ini dapat menyebabkan malnutrisi dan asfiksia. Dengan pemeriksaan ultrasonografi dapat diketahui tingkat kematangan plasenta.Pada kehamilan lewat waktu terjadi perubahan sebagai berikut: Piling korion: lekukan garis batas piring korion mencapai daerah basal. Jaringan plasenta: berbentuk sirkuler, bebas gema di tengah, berasal dari satu kotiledon (ada daerah dengan densitas gema tinggi dari proses klasifikasi, mungkin memberikan bayangan akustik). Lapisan basal: daerah basal dengan gema kuat dan memberikan gambaran bayangan akustik. Keadaan plasenta ini dikategorikan tingkat tiga.3. Perubahan pada janinSekitar 45% janin yang tidak dilahirkan setelah hari perkiraan lahir, terus berlanjut tumbuh dalam uterus. Ini terjadi bila plasenta belum mengalami insufisiensi. Dengan penambahan berat badan setiap minggu dapat terjadi berat lebih dari 4000g. Keadaan ini sering disebut janin besar. Pada umur kehamilan 38-40 minggu insiden janin besar sekitar 10% dan 43 minggu sekitar 43%. Dengan keadaan janin tersebut meningkatkan risiko persalinan traumatik.Janin postmatur mengalami penurunan jumlah lemak subkutaneus, kulit menjadi keriput dan vernik kaseosa hilang. Hal ini menyebabkan kulit janin berhubungan langsung dengan cairan amnion. Perubahan lain yaitu: rambut panjang, kuku panjang, warna kulit kehijauan atau kekuningan karena terpapar mekonium.Penanganan Suportif PediatrikPada saat persalinan bayi yang diketahui atau dicurigai sebagai bayi lewat waktu, seorang dokter yang terlatih dalam resusitasi neonatal, termasuk petugas yang terampil untuk memasang kateter arteri dan vena umbilikalis, harus mendampingi persalinan tersebut. Pengisapan trakhea segera untuk mengisap mekonium, di samping tenaga terampil untuk menangani tindakan suportif respiratorik segera dan jangka panjang, jika diperlukan terbukti merapakan faktor yang sangat penting dalam upaya menyelamatkan jiwa bayi tersebut. Penatalaksaiiaan terhadap hipoglikemia dan hipokalsemia yang selanjutnya dapat mempersulit masa neonatal, harus sudah diantisipasi terlebih dahulu dan rencana kerja yang tepat sudah dibuat untuk menghadapi keadaan tersebut sebelum bayi dilahirkan(Cunningham et all, 1995).Diagnosis bayi postmatur pascapersalinan, dengan memperhatikan tanda-tanda postmaturitas dapat dibagi ke dalam 3 stadium:1. stadium I : kulit tampak kering, rapuli dan mudah mengelupas (maserasi),verniks kaseosa sangat sedikit sampai tidak ada.2. stadium II : keadaan kulit seperti stadium I disertai dengan pewarnaan kulit yang kehijauan oleh mekonium yang bercampur air ketuban.3. stadium III : terdapat pewarnaan kekuningan pada kuku dan kulit janin serta pada jaringan tali pusat.Pada saat persalinan penting dinilai keadaan cairan ketuban. Jika telah terjadi pewarnaan mekonium (kehijauan) atau bahkan pengentalan dengan warna hijau kehitaman, begitu bayi lahir harus dilakukan resusitasi aktif. Idealnya langsung dilakukan intubasi dan pembilasan trakhea. Kemungkinan komplikasi pada bayi postmatur antara lain hipoksia, hipovolemia, asidosis, sindrom gawat napas, hipoglikemia, hipofungsi adrenal (Marjono, 1999).EFEK PADA JANIN/BAYIKehamilan lewat waktu dapat meningkatkan resiko pada janin, yakni stillbirth atau kematian noenatal, komplikasi dari terjadinya bayi besar, antara lain persalinan lama, disproporsi kepala panggul, trauma janin, dan juga distosia bahu, selain itu jugadapat terjadi dismaturitas fetal atau biasa disebut "postmaturity syndrome", dan juga aspirasi mekonium (Norwitz, 2004).Janin lewat waktu dapat terus bertambah beratnya di dalam uterus dan dengan demikian menjadi bayi besar yang abnormal pada saat lahir, atau bertambah berat lewat waktu serta berukuran besar menurut usia gestationalnya. Kenyataan bahwa janin lewat waktu terus tumbuh merupakan indikasi tidak terganggunya fungsi plasenta dengan implikasi bahwa janin seharusnya mampu menenggang semua beban persalinan normal tanpa masalah. Akan tetapi, keadaan yang terjadi mungkin tidak demikian. Sebagai contoh, pertumbuhan yang terus berlangsung dapat menimbulkan disproporsi fetopelvik dengan derajat yang mengkhawatirkan dan akibatnya persalinan tidak dapat lagi berlangsung secara normal. Lagi pula, oligohidramnion sering terjadi pada kehamilan yang melampaui usia 42 minggu, dan penurunan jumlah cairan amnion akan disertai dengan kompresi tali pusat yang menimbulkan gawat janin, termasuk defekasi dan aspirasi mekonium yang kental.Pada sisi ekstrim lainnya, lingkungan intrauteri dapat bermusuhan sehingga pertumbuhan janin yang lebih lanjut akan terhenti dan janin menjadi lewat waktu serta mengalami retardasi pertumbuhan. Pada saat lahir bisa terlihat bahwa janin sebenarnya sudah mengalami kehilangan berat yang cukup banyak, khususnya akibat hilangnya lemak subkutan dan massa otot. Pada kenyataannya, sebagian bayi yang sudah mengalami retardasi pertumbuhan dapat menjadi lewat waktu, dan proses patologis ini dapat semakin parah. Pada kasus yang ekstrim, ekstremitas tampak panjang dan sangat kurus, terdapat deskuamasi yang parah, dan kuku jari tangan serta amnion sering diwarnai dengan bercak-bercak mekonium. (Cunningham et all, 1995).Keadaan-keadaan ini merupakan kondisi yang tidak baik untuk janin. Resiko kematian perinatal pada bayi postmatur cukup tinggi, 30% prepartum, 55% intrapartum, 15%postpartum (Marjono, 1999)Tanda-tanda bayi postmatur:a. biasanya lebih berat dari bayi maturb. tulang dan sutura kepala lebih keras dari bayi maturc. rambut lanugo hilang atau sangat kurangd. verniks kaseosa di badan kurange. kuku-kuku panjangf. rambut kepala agak tebalg. kulit agak pucat dengan deskuamasi epitel (Mochtar, 1998).Clifford (1954) mendeskripsikan bayi postmatur menjadi derajat atau stage, yakni :1. keriput, kulit mengelupas, badan kecil dan kurus.2. ciri-ciri stage 1 diusertai dengan fetal distress dan adanya mekonium.3. ciri-ciri stage 1 dan 2 disertai dengan ditemukannya kulit dan kuku janin yang dikotori oleh mekonium.Penatalaksanaan Antepartum Kehamilan Lewat WaktuBahkan tanpa adanya komplikasi material yang dapat dikenali sekalipun, masih terdapat sedikit keraguan apakah sebagian janin yang berada di dalam uterus lebih dari 42 minggu akan menghadapi ancaman yang progresif untuk mengalami morbiditas yang serius atau bahkan kematian. Karena itu, tindakan yang menguntungkan bagi janin semacam itu adalah melahirkannya pada kehamilan 42 minggu. Sayangnya, paling tidak ada lima permasalahan sulit yang menghalangi kebijakan untuk melahirkan semua janin hanya dengan usia gestational yang dicurigai paling sedikit sudah mencapai 42 minggu :1. usia gestational tidak selalu diketahui dengan tepat, dan dengan demikian, janin bias saja belum matur sebagaimana yang diperkirakan.2. sangat sangat sulit untuk menentukan dengan tepat janin mana yang akan meninggal atau mengalami morbiditas serius bila dibiarkan di dalam uterus.3. bagian bagian terbesar janin ini dalam keadaan yang cukup baik.4. induksi persalinan tidak selalu berhasil5. persalinan dengan section caesaria meningkatkan secara nyata resiko morbiditas maternal yang serius bukan hanya pada kehamilan ini tetapi juga hingga taraf tertentu pada kehamilan berikutnya.Ditinjau dari daftar permasalahan ini, rencana penatalaksanaan yang pasti harus sudah disusun bagi semua kasus dengan kehamilan lama. Tampaknya logis bila sebagai tahap awal sudah diputuskan apakah usia gestational dapat ditentukan dengan tegas ataukah diragukan.Dalam pengelolaan antepartum diperhatikan tentang umur kehamilan. Menentukan umur kehamilan dapat dengan menghitung dari tanggal menstruasi terakhir, atau dari hasil pemeriksaan ultrasonografi pada kehamilan 12-20 minggu. Pemeriksaan ultrasonografi pada kehamilan lewat waktu tidak akurat untukmenentukan umur kehamilan. tetapi untuk menentukan volume cairan amnion (AFI), ukuran janin, malformasi janin dan tingkat kematangan plasenta.Untuk menilai kesejahteraan janin dimulai dari umur kehamilan 40 minggu dengan pemeriksaan Non Stress Test (NST). Pemeriksaan ini untuk mendeteksi terjadinya insufisiensi plasenta tetapi tidak adekuat untuk mendiagnosis oligohidramnion, atau memprediksi trauma janin.Secara teori pemeriksaan profil biofisik janin lebih baik. Selain NST juga menilai volume cairan amnion, gerakan nafas janin, tonus janin dan gerakan janin. Pemeriksaan lain yaitu Oxytocin Challenge Test (OCT) menilai kesejahteraan janin dengan serangkaian kejadian asidosis, hipoksia janin dan deselerasi lambat. Penilaian ini dikerjakan pada umur kehamilan 40 dan 41 minggu. Setelah umur kehamilan 41 minggu pemeriksaan dikerjakan 2 kali seminggu. Pemeriksaan tersebut juga untuk menentukan pengelolaan. Penulis lain melaporkan bahwa kematian janin secara bermakna meningkat mulai umur kehamilan 41 minggu. Oleh karena itu pemeriksaan kesejahteraan janin dimulai dari umur kehamilan 41 minggu.TABEL-2: Skoring biofisik menurut ManningDikutip dari: Hidayat W. Pemantauan biofisik Janin, JilidI. Unpad. Bandung. 1997Variabel biofisikNilai 2Nilai 0

Gerak nafasDalam 30 menit ada gerak nafas minimal selama 30 detikTidak ada gerak nafas lebih dari 30 detik

Gerak JaninDalam 30 menit minimal ada 3 gerak janin yang terpisahGerak kurang dari 3 kali

TonusAda gerak ekstensi dan fleksi sempurna, atau gerak membuka dan menutup tanganTidak ada gerak/ekstensi lambat disusul fleksi parsial

NST reaktifDalam 30 menit minimal 2 akselerasi selama 15 detik dengan amplitude 15 kali/menitKurang dari 2 akselerasi, kurang dari 15 kali/menit

Cairan AmnionMinimal ada satu kantung amnion dengan ukuran vetikal >1 cmKantung amnion 250 mmPolihidramnion

< 50 mmoligohidramnion

Walaupun demikian dari ketiga penilaian tersebut tidak ada yang dapat digunakan sebagai gold standard.Velosimetri DopplerVelositas aorta decenden janin benar-benar menurun dengan semakin bertambahnya lama kehamilan. Farmakides dkk (1988) meneliti hasil pemeriksaan velosimetri Doppler pada arteri uterina dan umbilikalis di antara 149 wanita hamil yang kehamilannya melampaui 41 minggu dan tidak menemukan perubahan pada velositas aliran darah. Hasil ini juga diperoleh sekalipun terdapat tanda lain yang membuktikan adanya gangguan pada janin.Waktu Yang Tepat Untuk Pelaksanaan PersalinanKeputusan pertama yang harus dibuat saat melakukan penatalaksanaan kehamilan lewat waktu adalah kapan saatnya untuk melaksanakan persalinan. Pada beberapa kasus (seperti pada pengawasan yang gawat, oligohidramnion, pertumbuhan terhambat, penyakit-penyakit maternal khusus), pengambilan keputusan harus didahulukan. Pada situasi dengan resiko tinggi seperti ini, waktu dimana resiko dari sisa-sisa kehamilan menjadi lebih berat daripada resiko persalinan dapat terjadi pada usia kehamilan yang lebih muda. Bagaimanapun juga, biasanya terdapat beberapa pilihan untuk mempertimbangkan kapan harus diambil keputusan dalam menentukan tindakan yang harus dilakukan pada kehamilan dengan resiko rendah.Morbiditas dan mortalitas perinatal tidak mengalami peningkatan secara nyata pada minggu ke 40-41 usia kehamilan. Bagaimanapun juga, beberapa komplikasi sering terkait dengan semakin lamanya usia kehamilan. Denganpengecualian dari insufisiensi uteroplasental dan pertumbuhan janin terhambat, kehamilan lewat waktu memiliki resiko yang cenderung lebih luas bila dibandingkan dengan kehamilan yang aterm. Resiko makrosomia, distosia bahu, dan disproporsi kepala panggul akan meningkat pada kehamilan lewat waktu. Pada kenyataannya, resiko kematian perinatal akan meningkat pada kehamilan lewat waktu (Mannino, 1988). Komplikasi ini mendukung opini bahwa kehamilan dengan waktu yang tepat tidak boleh dibiarkan mencapai usia 42 minggu, tapi pertanyaan tentang bagaimana penatalaksanaan kehamilan antara 41-42 minggu kini dipertanyakan.Alasan utama yang menentang kebijakan induksi rutin kehamilan dengan usia 41-42 minggu yakni induksi meningkatkan angka persalinan dengan sectio caesaria tanpa menurunkan morbiditas maternal dan neonatal. Beberapa studi gagal menunjukkan penurunan angka morbiditas fetal atau neonafal yang diikuti dengan perkiraan usia kehamilan yang tidak bagus dan tidak pasti lewat waktu. Pada kenyataannya, potensi kenaikan resiko dilakukannya sectio caesaria akibat kegagalan induksi tergantung dari keamanan dan efektivitas agen pematangan serviks.Namun pada banyak penelitian yang antara lain dilakukan oleh Yeast et al, Herabutya et al, the National institute of Child Health and Human Development, dan juga the Canadian Multicenter Lewat waktu Pregnancy, tidak terbukti induksi rutin pada kehamilan usia 41 minggu dapat meningkatkan resiko persalinan dengan sectio caesaria, bahkan hal tersebut menurunkan insidensi terjadinya persalinan dengan sectio caesaria, tanpa mempengaruhi morbiditas dan mortalitas perinatal secara negatif. Faktanya, bahkan terdapat keuntungan baik bagi ibu maupun bagi janin dengan dilakukannya induksi pada saat usia kehamilan mencapai 41 minggu. Kebijaksanaan dilakukannya induksi pada umur kehamilan 40 minggu hanya memiliki sedikit keuntungan, sementara banyak alasan untuk tidak membiarkan usia kehamilan diperpanjang hingga mencapai lebih dari 42 minggu.Penatalaksanaan Intrapartum Kehamilan Lewat WaktuPersalinan merupakan saat yang berbahaya terutama bagi janin lewat waktu. Sementara dilakukan observasi untuk dugaan persalinan, pemantauan elektronik frekuensi denyut jantung janin dan kontraksi uterus harus dilakukansecara sangat ketat untuk memantau variasi frekuensi yang konsistsn dengan keadaan gawat janin.Kapan ketuban harus dipecah merupakan pertanyaan yang sulit untuk dijawab. Penurunan lebih lanjut volume cairan amnion sesudah amniotomi dapat memperbesar kemungkinan terjadinya kompresi tali pusat, tetapi di lain pihak, amniotomi memungkinkan kita untuk mengenali adanya mekonium yang kental, yang berbahaya bagi janin bila teraspirasi selama persalinan. Lagi pula sesudah ketuban pecah, elektroda kulit kepala dan kateter tekanan intrauteri dapat dipasang. Penggunaan alat elektronik secara internal ini biasanya akan memberikan data-data yang tepat mengenai frekuensi denyut jantung janin dan kontraksi uterus daripada penggunaan pemantauan elektronik eksternal. Pada pemantauan janin internal, pasien sebaiknya berbaring miring sehingga menguntungkan bagi perfusi plasenta, sementara pada pemantauan esternal dengan peralatan yang dipasang pada abdomen, pasien terpaksa harus berbaring terlentang.Ditemukannya mekonium yang kental dalam cairan amnion merupakan hal yang mengkhawatirkan. Keadaan ini membuktikan adanya gawat janin yang baru terjadi dan bisa menetap bisa pula tidak (Cunningham et all, 1995). Bayi lewat waktu dengan cairan amnion yang diwarnai dengan mekonium yang kental mempunyai nilai pH yang lebih rendah secara bermakna daripada pH cairan amnion dengan mekonium yang encer. Dikemukakan bahwa pada persalinan yang dipersulit dengan mekonium yang kental, pengambilan sampel dan kulit kepala janin untuk pemeriksaan pH patut dilakukan sekalipun pola frekuensi denyut jantung janin normal (Miller dan Read, 1981).Yang sangat penting, aspirasi mekonium dapat menyebabkan disfungsi pulmoner yang berat dan kematian selama periode neonatal. Keadaan ini dapat dikurangi tetapi tidak bisa dihilangkan sama sekali dengan pengisapan sekret faring secara efektif begitu kepala bayi dilahirkan. Jika mekoniumnya sudah dikenali, trakhea harus diaspirasi secepat mungkin begitu bayi dilahirkan. Segera sesudah itu, pernapasan bayi harus dibantu jika diperlukan. Kemungkinan berhasilnya persalinan per vaginam akan berkurang secara nyata pada wanita nulipara yang berada dalam awal persalinan dengan cairan amnion yang diwarnai oleh mekonium yang kental. Karena itu, ketika ibu masih jauh dari prosespersalinan, sectio caesaria segera harus sudah dipertimbangkan, khususnya bila ditemukan kecurigaan akan disproporsi sefalopelvik atau tanda yang membuktikan adanya persalinan disfungsional yang hipertonik atau hipotonik. Tentu saja pada kasus-kasus semacam ini pemberian oksitosin harus dihindari.Kadang-kadang pertumbuhan janin lewat waktu yang berlangsung terus akan menghasilkan bayi yang lewat waktu dan berukuran besar menurut usia gestational dan distosia bahu dapat terjadi setelah kepala dilahirkan.Yang tidak menjadi suatu kontroversi dalam manajemen pada kehamilan lewat waktu adalah: Jangan membiarkan kehamilan dengan resiko tinggi menjadi kehamilan lewat waktu, sebab semakin mempertinggi angka kematian perinatal. Ratio resiko kematian dua kali lebih tinggi pada wanita hamil dengan resiko tinggi dibandingkan dengan wanita hamil beresiko rendah yang mengalami kehamilan lewat waktu. Eden (1988) menemukan bahwa ratio morbiditas perinatal lima kali lebih tinggi pada wanita hamil dengan hipertensi dan diabetes melitus dibandingkan dengan pasien tanpa komplikasi. Jika wanita yang mengalami kehamilan lewat waktu mempunyai cervix yang baik dan menguntungkan untuk dilakukan persalinan pervaginam (Bishop's score >6), maka induksi persalinan merupakan manajemen pilihan.Sementara itu, yang masih menjadi kontroversi adalah apa yang harus dilakukan pada pasien dengan kehamilan lewat waktu dengan kondisi serviks yang kurang menguntungkan (Bishop's score