seri analisis makroekonomi rapat dewan gubernur …

3
Ringkasan BI perlu menurunkan suku bunga kebijakan menjadi 5,25% sebagai langkah mengantisipasi perlambatan ekonomi global dan mendorong pertumbuhan domestik Secara keseluruhan, kondisi domestik tetap kuat didukung oleh inflasi yang stabil Kemungkinan penurunan suku bunga the Fed semakin tidak pasti pada pertemuan FOMC mendatang SERI ANALISIS MAKROEKONOMI Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia September 2019 Macroeconomic & Financial Sector Policy Research Febrio N. Kacaribu, Ph.D. (Head of Research) [email protected] Syahda Sabrina [email protected] Nauli A. Desdiani [email protected] Teuku Riefky [email protected] enurunan suku bunga yang tak terduga bulan lalu menyiratkan kekhawatiran BI atas risiko perlambatan ekonomi domestik, yang mendorong BI mengubah arah kebijakannya menjadi kebijakan yang mendukung pertumbuhan. Inflasi rendah dan stabil. Meskipun pertumbuhan ekonomi Triwulan-II 2019 (5,05%) lebih rendah dari perkiraan, ekonomi domestik masih terlihat menarik bagi investor asing. Dari sisi eksternal, ketegangan perang dagang AS-Tiongkok yang mulai mereda dan kemungkinan penurunan suku bunga the Fed pada pertemuan FOMC mendatang juga berkontribusi pada masuknya investasi portfolio. Dari sisi kinerja neraca berjalan, kami melihat beberapa tanda perbaikan yang membuat CAD dapat lebih mudah untuk dikelola sampai akhir tahun. Perkembangan ini seharusnya membuka ruang bagi BI untuk memberi kelonggaran lebih lanjut pada kebijakan moneter. Kami melihat bahwa BI perlu melanjutkan stance pelonggaran dengan melakukan penurunan suku bunga kebijakan sebesar 25 bps bulan ini. Inflasi yang Stabil Memberikan Ruang untuk Kebijakan Moneter Akomodatif Tingkat inflasi tahunan meningkat lebih cepat di bulan Agustus menuju angka tertingginya sejak Desember 2017, menjadi 3,49% (yoy) dari 3,32% (yoy) pada bulan sebelumnya, namun tetap berada dalam target BI. Sementara itu, inflasi bulanan tumbuh 0,12% (mtm) pada bulan Agustus, lebih rendah 0,31% (mtm) pada bulan sebelumnya. Inflasi bulanan pada Agustus didorong oleh kenaikan pada harga tekstil dan biaya pendidikan mengingat sekolah dan perguruan tinggi yang tengah memulai tahun ajaran baru. Ketidakpastian di pasar global, yang membuat investor mengalihkan portofolio ke aset yang lebih aman, seperti emas, juga mempengaruhi naiknya indeks harga konsumen; berkontribusi sebesar 0,05%. Di sisi lain, volatile foods mengalami deflasi sebesar 0,25% (mtm) di bulan Agustus, melambat 0,89% (mtm) dari inflasi bulan sebelumnya karena bertepatan dengan musim panen. Demikian juga administered prices yang tetap mengalami tekanan deflasi yang tercatat sebesar -0,40% (mtm) dibandingkan dengan -0.36% (mtm) pada bulan sebelumnya sebagai hasil dari adanya penyesuaian tarif angkutan udara, terlebih untuk low-cost carriers. Selain itu, komitmen pemerintah untuk tidak meningkatkan government-regulated assistance seperti subsidi harga bahan bakar dan tarif dasar listrik juga ikut berkontribusi pada tingkat inflasi yang stabil. Di sisi lain, baik inflasi inti tahunan dan bulanan melonjak ke level 3,30% (yoy) dan 0,43% (mtm) dari 3,18% (yoy) dan 0,33% (mtm) pada bulan Juli. Secara umum, inflasi yang terkendali dan potensi melambatnya perekonomian seharusnya memberikan dorongan yang cukup untuk BI menurunkan suku bunga kebijakan. Grafik 1: Tingkat Inflasi (%, mtm) Source: CEIC Grafik 2: Tingkat Suku Bunga Kebijakan dan Suku Bunga Pasar Uang Antar Bank (% pa) Source: CEIC -1.0 -0.5 0.0 0.5 1.0 1.5 JASONDJFMAMJJASONDJFMAMJJASONDJFMAMJJ 2016 2017 2018 2019 Headline Core 3 4 5 6 7 Jul-16 Oct-16 Jan-17 Apr-17 Jul-17 Oct-17 Jan-18 Apr-18 Jul-18 Oct-18 Jan-19 Apr-19 Jul-19 Deposit Facility Lending Facility BI 7-day Reverse Repo Rate Interbank rate: 1 Wk Interbank rate: Overnight JIBOR: 1 Wk P

Upload: others

Post on 27-Nov-2021

4 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: SERI ANALISIS MAKROEKONOMI Rapat Dewan Gubernur …

Ringkasan • BI perlu menurunkan suku

bunga kebijakan menjadi 5,25% sebagai langkah mengantisipasi perlambatan ekonomi global dan mendorong pertumbuhan domestik

• Secara keseluruhan, kondisi domestik tetap kuat didukung oleh inflasi yang stabil

• Kemungkinan penurunan suku bunga the Fed semakin tidak pasti pada pertemuan FOMC mendatang

SERI ANALISIS MAKROEKONOMI

Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia September 2019

Macroeconomic & Financial Sector Policy Research Febrio N. Kacaribu, Ph.D. (Head of Research) [email protected]

Syahda Sabrina [email protected]

Nauli A. Desdiani [email protected]

Teuku Riefky [email protected]

enurunan suku bunga yang tak terduga bulan lalu menyiratkan kekhawatiran BI atas risiko perlambatan ekonomi domestik, yang mendorong BI mengubah arah kebijakannya menjadi

kebijakan yang mendukung pertumbuhan. Inflasi rendah dan stabil. Meskipun pertumbuhan ekonomi Triwulan-II 2019 (5,05%) lebih rendah dari perkiraan, ekonomi domestik masih terlihat menarik bagi investor asing. Dari sisi eksternal, ketegangan perang dagang AS-Tiongkok yang mulai mereda dan kemungkinan penurunan suku bunga the Fed pada pertemuan FOMC mendatang juga berkontribusi pada masuknya investasi portfolio. Dari sisi kinerja neraca berjalan, kami melihat beberapa tanda perbaikan yang membuat CAD dapat lebih mudah untuk dikelola sampai akhir tahun. Perkembangan ini seharusnya membuka ruang bagi BI untuk memberi kelonggaran lebih lanjut pada kebijakan moneter. Kami melihat bahwa BI perlu melanjutkan stance pelonggaran dengan melakukan penurunan suku bunga kebijakan sebesar 25 bps bulan ini.

Inflasi yang Stabil Memberikan Ruang untuk Kebijakan Moneter Akomodatif

Tingkat inflasi tahunan meningkat lebih cepat di bulan Agustus menuju angka tertingginya sejak Desember 2017, menjadi 3,49% (yoy) dari 3,32% (yoy) pada bulan sebelumnya, namun tetap berada dalam target BI. Sementara itu, inflasi bulanan tumbuh 0,12% (mtm) pada bulan Agustus, lebih rendah 0,31% (mtm) pada bulan sebelumnya. Inflasi bulanan pada Agustus didorong oleh kenaikan pada harga tekstil dan biaya pendidikan mengingat sekolah dan perguruan tinggi yang tengah memulai tahun ajaran baru. Ketidakpastian di pasar global, yang membuat investor mengalihkan portofolio ke aset yang lebih aman, seperti emas, juga mempengaruhi naiknya indeks harga konsumen; berkontribusi sebesar 0,05%.

Di sisi lain, volatile foods mengalami deflasi sebesar 0,25% (mtm) di bulan Agustus, melambat 0,89% (mtm) dari inflasi bulan sebelumnya karena bertepatan dengan musim panen. Demikian juga administered prices yang tetap mengalami tekanan deflasi yang tercatat sebesar -0,40% (mtm) dibandingkan dengan -0.36% (mtm) pada bulan sebelumnya sebagai hasil dari adanya penyesuaian tarif angkutan udara, terlebih untuk low-cost carriers. Selain itu, komitmen pemerintah untuk tidak meningkatkan government-regulated assistance seperti subsidi harga bahan bakar dan tarif dasar listrik juga ikut berkontribusi pada tingkat inflasi yang stabil. Di sisi lain, baik inflasi inti tahunan dan bulanan melonjak ke level 3,30% (yoy) dan 0,43% (mtm) dari 3,18% (yoy) dan 0,33% (mtm) pada bulan Juli. Secara umum, inflasi yang terkendali dan potensi melambatnya perekonomian seharusnya memberikan dorongan yang cukup untuk BI menurunkan suku bunga kebijakan.

Grafik 1: Tingkat Inflasi (%, mtm)

Source: CEIC

Grafik 2: Tingkat Suku Bunga Kebijakan dan Suku Bunga Pasar Uang Antar Bank (% pa)

Source: CEIC

-1.0

-0.5

0.0

0.5

1.0

1.5

JASONDJ FMAMJ JASONDJ FMAMJ JASONDJ FMAMJ J2016 2017 2018 2019

Headline Core

3

4

5

6

7

Jul-1

6

Oct-16

Jan-17

Apr-17

Jul-1

7

Oct-17

Jan-18

Apr-18

Jul-1

8

Oct-18

Jan-19

Apr-19

Jul-1

9

Deposit Facility Lending FacilityBI 7-day Reverse Repo Rate Interbank rate: 1 WkInterbank rate: Overnight JIBOR: 1 Wk

P

Page 2: SERI ANALISIS MAKROEKONOMI Rapat Dewan Gubernur …

Angka-angka Penting • BI Repo Rate (7-day, Agus ‘19)

5,5% • Pertumbuhan PDB (Q2 ‘19)

5,05% • Inflasi (y.o.y, Agus ‘19)

3,49% • Inflasi Inti (y.o.y, Agus ‘19)

3,30% • Inflasi (mtm, Agus ‘19)

0,12% • Inflasi Inti (mtm, Agus ‘19)

0,43% • Cadangan Devisa (Agus ‘19)

USD 126,4 miliar

SERI ANALISIS MAKROEKONOMI

Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia September 2019

Untuk mendapatkan publikasi kami secara rutin, silahkan berlangganan dengan memindai QR code di bawah ini

atau klik tautan http://bit.ly/LPEMCommentarySubscription

Pelonggaran Kebijakan Moneter Berlanjut

Meskipun ketegangan perang dagang telah berkurang akhir-akhir ini, ketidakpastian di pasar global masih tetap tinggi seiring perkembangan ekonomi global menuju Triwulan-III 2019. Perlambatan ekonomi, terutama di beberapa negara maju, India, dan Tiongkok yang dapat menyebabkan melemahnya aktivitas manufaktur global, menyebabkan gejolak pasar keuangan global dan mendorong pergeseran portfolio ke aset safe-haven seperti komoditas emas. Sebagai akibatnya, Rupiah melemah sekitar 2% terhadap Dolar pada bulan lalu, menjadi Rp14.300 setidaknya sampai pertengahan Agustus 2019. Risiko besar tersebut mempengaruhi peningkatan arus modal keluar pada awal bulan lalu, sehingga memicu kenaikan dalam imbal hasil obligasi pemerintah 10-tahun dan 1-tahun menjadi masing-masing 7,6% dan 6,3% pada bulan Agustus. Sementara itu, meski terjadi sedikit lonjakan dalam imbal hasil bulan lalu, meredanya ketegangan perang dagang baru-baru ini telah memicu penurunan kembali imbal hasil obligasi pemerintah 10-tahun dan 1-tahun menjadi 7,35% dan 6,16%. Kami melihat bahwa masih ada kecenderungan untuk terjadi penurunan imbal hasil obligasi hingga mencapai 7% pada akhir tahun.

Di sisi domestik, BI menjadi lebih memerhatikan risiko pertumbuhan ekonomi dan menggeser arah kebijakannya menjadi kebijakan yang mendukung pertumbuhan. BI secara tak terduga memangkas suku bunganya sebesar 25bps menjadi 5,5% bulan lalu. Selain itu, BI mengelola likuiditas dan mendukung pendalaman pasar keuangan dengan beroperasi di pasar melalui tiga intervensi: di pasar spot, pasar Surat Berharga Negara (SBN), dan pasar DNDF.

Grafik 3: IDR/USD dan Akumulasi Portfolio Aliran Modal Masuk (Sejak Jan-2018)

Sumber: CEIC

Grafik 4: Imbal Hasil Obligasi Pemerintah (% pa)

Sumber: CEIC

Rupiah berangsur-angsur menguat sejak awal September 2019 menjadi Rp13.950 akibat adanya peningkatan arus modal dalam beberapa pekan terakhir. Secara year-to-date, Rupiah sekarang terlihat cukup baik dibandingkan dengan pasar negara berkembang lainnya (Gambar 6), terapresiasi sebesar 3,56% (ytd). Meskipun pertumbuhan ekonomi lebih rendah dari yang diperkirakan (5,05%) pada Triwulan-II 2019, pertumbuhan Indonesia masih relatif lebih tinggi dibandingkan dengan negara-negara berkembang lainnya sehingga mendorong sentiment positif di kalangan investor dan mendorong aliran masuk modal untuk kembali ke pasar keuangan Indonesia.

Surplus neraca perdagangan sebesar USD85 juta pada bulan Agustus diperkirakan akan memberikan sinyal positif pada peningkatan kinerja neraca berjalan, yang berada di tingkat 3,0% pada Triwulan-II 2019. Kami memperkirakan CAD akan lebih baik di Triwulan-III 2019 sebesar 1,9%. Tanda-tanda pemulihan harga minyak sawit baru-baru ini secara umum akan membantu ekspor. Prospek neraca berjalan yang lebih baik akan mengurangi risiko terjadinya capital

13,000

13,500

14,000

14,500

15,000

15,500

-4

-2

0

2

4

6

8

10

12

Jan-18

Feb-18

Mar-18

Apr-18

May-18

Jun-18

Jul-1

8

Aug-18

Sep-18

Oct-18

Nov-18

Dec-18

Jan-19

Feb-19

Mar-19

Apr-19

May-19

Jun-19

Jul-1

9

Aug-19

Sep-19

USD billion

Total Portfolio IDR/USD (RHS)

7,35

6,16

4

5

6

7

8

9

Jan-17

Mar-17

May-17

Jul-1

7

Sep-17

Nov-17

Jan-18

Mar-18

May-18

Jul-1

8

Sep-18

Nov-18

Jan-19

Mar-19

May-19

Jul-1

9

Sep-19

10 Year 1 Year

Page 3: SERI ANALISIS MAKROEKONOMI Rapat Dewan Gubernur …

Angka-angka Penting • BI Repo Rate (7-day, Agus ‘19)

5,5% • Pertumbuhan PDB (Q2 ‘19)

5,05% • Inflasi (y.o.y, Agus ‘19)

3,49% • Inflasi Inti (y.o.y, Agus ‘19)

3,30% • Inflasi (mtm, Agus ‘19)

0,12% • Inflasi Inti (mtm, Agus ‘19)

0,43% • Cadangan Devisa (Agus ‘19)

USD 126,4 miliar

SERI ANALISIS MAKROEKONOMI

Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia September 2019

Untuk mendapatkan publikasi kami secara rutin, silahkan berlangganan dengan memindai QR code di bawah ini

atau klik tautan http://bit.ly/LPEMCommentarySubscription

outflow. BI mengakumulasi lebih banyak cadangan devisa bulan lalu sebesar USD126,4 miliar, mencapai angka tertinggi sejak Februari 2018. Cadangan tersebut diperlukan sebagai penyangga untuk potensi terjadinya guncangan global di masa yang akan datang.

Di sisi lain, keputusan tingkat suku bunga the Fed mendatang menjadi semakin tidak pasti dibanding sebelumnya. Persepsi pasar pada kemungkinan penurunan suku bunga saat pertemuan FOMC telah menurun signifikan dalam beberapa hari terakhir. Data yang lebih baik dari yang diperkirakan pada kegiatan ekonomi AS baru-baru ini memiliki banyak pengaruh terhadap hal ini. Terlepas dari perkembangan tersebut, kami melihat bahwa the Fed akan terus melanjutkan sikap kebijakan “dovish”-nya. Akan tetapi memang untuk pertemuan FOMC bulan ini, kemungkinan penurunan suku bunga the Fed sebesar 25bps semakin tidak pasti; menunjukkan tambahan ketidakpastian kebijakan moneter AS.

BI akan tetap perlu membaca pergerakan pasar di masa mendatang. Tren arus modal masuk yang berkelanjutan akan semakin menurunkan suku bunga pasar, memberikan ruang lebih bagi BI untuk kembali memangkas tingkat suku bunga. Kami melihat bahwa perbedaan bunga saat ini masih cukup menarik untuk menghasilkan aliran modal masuk. Mengingat perkembangan kondisi internal dan eksternal, kami melihat BI harus menurunkan suku bunga acuannya sebesar 25bps menjadi 5,25% bulan ini sebagai langkah awal untuk mengantisipasi perlambatan ekonomi global dan mendorong pertumbuhan domestik.

Grafik 5: IDR/USD dan Cadangan Devisa

Sumber: CEIC

Grafik 6: Depresiasi Nilai Tukar Beberapa Negara Berkembang

Sumber: CEIC

126

14,242

12,000

13,000

14,000

15,000

16,000

100

110

120

130

140

Aug-17 Dec-17 Apr-18 Aug-18 Dec-18 Apr-19 Aug-19

IDR/USDUSD Billion

Official Reserve Assets IDR/USD

49,03

8,47

5,24

3,16

1,76

0,84

0,62

-1,07

-2,82

-3,56

-5,96

-20 -10 0 10 20 30 40 50 60

Argentina

Turkey

Brazil

China

India

South Africa

Malaysia

Philippines

Russia

Indonesia

Thailand

Jan19-Sep19 (ytd) Sep18-Sep19 (yoy)