bab 2 landasan teori teori makroekonomi · landasan teori 2.1 teori makroekonomi makroekonomi...

21
15 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Teori Makroekonomi Makroekonomi adalah teori dasar kedua dalam ilmu ekonomi, setelah mikroekonomi. Teori mikroekonomi menganalisis mengenai kegiatan di dalam perekonomian dengan melihat bagian-bagian kecil dari keseluruhan kegiatan ekonomi. (Sukirno, 2011: 26) Terdapat beberapa indikator makroekonomi atau alat pengamat makroekonomi, yaitu salah satunya adalah PDB dan inflasi dan salah satu alat pengamat prestasi kegiatan ekonomi adalah dengan melihat kestabilan kurs valuta asing. Beberapa bentuk kebijakan ekonomi dapat dijalankan pemerintah untuk menangani permasalahan makroekonomi, yaitu: (Sukirno, 2011: 24) 1. Kebijakan fiskal Kebijakan fiskal meliputi langkah – langkah pemerintah untuk membuat perubahan dalam bidang perpajakan dan pengeluaran pemerintah dengan maksud untuk mempengaruhi pengeluaran agregat dalam perekonomian. Dalam masa inflasi, dimana kenaikan harga-harga semakin pesat, pajak harus dinaikkan dan pengeluaran pemerintah dikurangi. Langkah ini dilakukan untuk menurunkan pengeluaran agregat, sehingga tekanan inflasi dapat berkurang. 2. Kebijakan moneter Kebijakan moneter meliputi langkah-langkah pemerintah yang dilaksanakan oleh Bank Sentral untuk mempengaruhi penawaran uang dalam perekonomian, atau mengubah suku bunga, dengan maksud untuk mempengaruhi pengeluaran agregat. 3. Kebijakan segi penawaran Kebijakan segi penawaran bertujuan untuk mempertinggi efisiensi kegiatan perusahaan-perusahaan sehingga dapat menawarkan barangnya dengan harga yang lebih murah atau dengan mutu yang lebih baik. Salah satu kebijakan segi penawaran adalah kebijakan pendapatan (income policy), yaitu langkah pemerintah yang bertujuan untuk mengendalikan tuntutan kenaikan pendapatan yang berlebihan.

Upload: vankien

Post on 27-Jul-2018

256 views

Category:

Documents


8 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB 2 LANDASAN TEORI Teori Makroekonomi · LANDASAN TEORI 2.1 Teori Makroekonomi Makroekonomi adalah teori dasar kedua dalam ilmu ekonomi, setelah mikroekonomi. Teori ... Dalam masa

15

BAB 2

LANDASAN TEORI

2.1 Teori Makroekonomi

Makroekonomi adalah teori dasar kedua dalam ilmu ekonomi, setelah

mikroekonomi. Teori mikroekonomi menganalisis mengenai kegiatan di dalam

perekonomian dengan melihat bagian-bagian kecil dari keseluruhan kegiatan

ekonomi. (Sukirno, 2011: 26)

Terdapat beberapa indikator makroekonomi atau alat pengamat

makroekonomi, yaitu salah satunya adalah PDB dan inflasi dan salah satu alat

pengamat prestasi kegiatan ekonomi adalah dengan melihat kestabilan kurs

valuta asing. Beberapa bentuk kebijakan ekonomi dapat dijalankan pemerintah

untuk menangani permasalahan makroekonomi, yaitu: (Sukirno, 2011: 24)

1. Kebijakan fiskal

Kebijakan fiskal meliputi langkah – langkah pemerintah untuk

membuat perubahan dalam bidang perpajakan dan pengeluaran

pemerintah dengan maksud untuk mempengaruhi pengeluaran agregat

dalam perekonomian.

Dalam masa inflasi, dimana kenaikan harga-harga semakin pesat,

pajak harus dinaikkan dan pengeluaran pemerintah dikurangi. Langkah

ini dilakukan untuk menurunkan pengeluaran agregat, sehingga tekanan

inflasi dapat berkurang.

2. Kebijakan moneter

Kebijakan moneter meliputi langkah-langkah pemerintah yang

dilaksanakan oleh Bank Sentral untuk mempengaruhi penawaran uang

dalam perekonomian, atau mengubah suku bunga, dengan maksud untuk

mempengaruhi pengeluaran agregat.

3. Kebijakan segi penawaran

Kebijakan segi penawaran bertujuan untuk mempertinggi efisiensi

kegiatan perusahaan-perusahaan sehingga dapat menawarkan barangnya

dengan harga yang lebih murah atau dengan mutu yang lebih baik.

Salah satu kebijakan segi penawaran adalah kebijakan pendapatan

(income policy), yaitu langkah pemerintah yang bertujuan untuk

mengendalikan tuntutan kenaikan pendapatan yang berlebihan.

Page 2: BAB 2 LANDASAN TEORI Teori Makroekonomi · LANDASAN TEORI 2.1 Teori Makroekonomi Makroekonomi adalah teori dasar kedua dalam ilmu ekonomi, setelah mikroekonomi. Teori ... Dalam masa

16

Pemerintah akan melarang tuntutan kenaikan upah yang

melebihi kenaikan produktivitas pekerja. Kebijakan ini akan

menghindari kenaikan biaya produksi yang berlebihan.

2.2 Teori Perdagangan Internasional

Teori perdagangan internasional terdiri dari dua kelompok, yaitu teori

klasik dan teori moderen. Teori klasik atau lebih dikenal sebagai teori

keunggulan absolut dari Adam Smith dan teori David Ricardo mengenai

keunggulan komparatif, yang disebut juga dengan teori biaya relatif, sedangkan

teori faktor proporsi dari Heckscher – Ohlin. (Helpman, 2011: 13)

2.2.1 Teori Keunggulan Absolut

Teori mengenai perdagangan internasional klasik dipelopori oleh

Adam Smith. Teori ini menerangkan bahwa suatu negara akan

melakukan spesialisasi dan ekspor terhadap suatu jenis barang tertentu

dimana negara tersebut memiliki keunggulan absolut dan tidak

memproduksi atau melakukan impor terhadap jenis barang lain, dimana

negara tersebut tidak mempunyai keunggulan mutlak terhadap negara

lain yang memproduksi barang sejenis. Atau, suatu negara akan

melakukan impor suatu jenis barang jika negara tersebut tidak dapat

membuat dengan biaya produksi lebih efisien atau dengan harga jual

yang lebih murah dibandingkan negara lain. Teori ini lebih menekankan

kepada efisiensi penggunaan input atau faktor produksi, misalnya tenaga

kerja yang dapat mempengaruhi tingkat daya saing produk.

Teori ini juga memiliki penekanan pada keunggulan absolut, hal ini

menjadi masalah dimana perdagangan internasional antar dua negara

terjadi jika keduanya mendapatkan manfaat dari perdagangan luar negeri

dan terjadi jika masing-masing negara memiliki keunggulan absolut yang

berbeda. Apabila suatu negara tidak memiliki keunggulan absolut, maka

perdagangan internasional tidak akan terjadi.

2.2.2 Teori Keunggulan Komparatif

Teori keunggulan komparatif yang dicetuskan oleh David Ricardo

merupakan penyempurnaan terhadap teori keunggulan absolut. Teori ini

Page 3: BAB 2 LANDASAN TEORI Teori Makroekonomi · LANDASAN TEORI 2.1 Teori Makroekonomi Makroekonomi adalah teori dasar kedua dalam ilmu ekonomi, setelah mikroekonomi. Teori ... Dalam masa

17

menjelaskan bahwa perdagangan antar dua negara akan terjadi apabila

masing-masing negara memiliki biaya relatif lebih kecil untuk dua jenis

barang yang berbeda.

Kelemahan dalam teori ini adalah perdagangan internasional dapat

terjadi jika terdapat perbedaan faktor produksi, yaitu produktifitas dan

efisiensi. Akibatnya, terjadi perbedaan harga barang sejenis di antara dua

negara.

2.2.3 Teori Heckscher – Ohlin

Teori ini menekankan pada perbedaan opportunity cost suatu

produk antara satu negara dengan negara lain dapat terjadi karena adanya

perbedaan jumlah atau proporsi faktor produksi yang dimiliki masing-

masing negara. Faktor tersebut seperti tenaga kerja, tekhnologi, lahan,

dll.

Suatu negara akan mengimpor barang tertentu jika negara tersebut

memiliki faktor yang relatif sedikit dan mahal dalam memproduksinya.

Implikasi dari Heckscher Ohlin ini adalah perdagangan internasional

tidak akan terjadi jika jumlah atau proporsi faktor produksi yang dimiliki

masing-masing negara relatif sama, sehingga harga barang yang sejenis

akan sama pula.

2.2.4 Teori Impor

Impor dapat diartikan sebagai memasukkan barang atau jasa yang

dihasilkan dari luar negeri ke negara lain dengan mengikuti ketentuan

yang berlaku. Tinggi rendahnya nilai impor sangat ditentukan oleh

kemampuan produsen dalam negeri dalam menghasilkan barang yang

dibutuhkan masyarakat. Apabila produksi barang dan jasa luar negeri

memiliki kualitas baik dengan harga yang lebih murah, maka

kecenderungan impor barang atau jasa dari negara lain akan tinggi. Impor

dapat dikatakan baik jika kegiatan impor dapat memenuhi kebutuhan

masyarakat yang tidak dipenuhi oleh produsen lokal. Di sisi lain,

kegiatan impor dapat mematikan produk sejenis dalam negeri sendiri.

Pada prinsipnya, impor suatu produk terjadi karena tiga alasan.

Pertama, produksi dalam negeri terbatas, sedangkan permintaan domestik

Page 4: BAB 2 LANDASAN TEORI Teori Makroekonomi · LANDASAN TEORI 2.1 Teori Makroekonomi Makroekonomi adalah teori dasar kedua dalam ilmu ekonomi, setelah mikroekonomi. Teori ... Dalam masa

18

tinggi (kelebihan permintaan pasar domestik). Keterbatasan produksi

dalam negeri dapat terjadi karena dua hal yaitu kapasitas produksi yang

terbatas, misalnya lahan yang terbatas atau karena keterbatasan yang

disebabkan oleh dana dan kurangnya tenaga kerja. Kedua, impor lebih

murah dibandingkan dengan harga produk sendiri, yang dikarenakan

berbagai faktor, seperti ekonomi biaya tinggi atau tingkat efisiensi yang

rendah dalam produksi dalam negeri, atau dapat juga kualitas produk

impor lebih baik dengan harga yang relatif sama. Ketiga, dilihat dari sisi

neraca perdagangan (atau neraca pembayaran), impor lebih

menguntungkan karena produksi dalam negeri bisa dimaksimalkan untuk

kegiatan ekspor, karena harga di pasar luar negeri lebih tinggi daripada

harga impor yang harus dibayar. (M. Azhar, 2013)

Faktor – faktor dalam kegiatan impor suatu barang dapat dilihat

dari aspek permintaan dan penawaran. Permintaan adalah jumlah barang

dan jasa yang diminta oleh seseorang atau konsumen atau pembeli pada

waktu tertentu, pada tingkat harga tertentu. Teori permintaan

menjelaskan hubungan antara jumlah barang yang diminta dengan suatu

tingkat harga. Hukum permintaan adalah “jika harga suatu barang naik

maka permintaan barang akan turun”.

Hubungan yang terjadi antara jumlah barang yang diminta atau

biasa disebut sebagai demand dengan suatu tingkat harga, dapat

digambarkan dengan kurva permintaan. Terdapat beberapa faktor yang

mempengaruhi permintaan, yaitu faktor harga, pendapatan pembeli,

selera masyarakat dan jumlah penduduk.

Sedangkan, penawaran merupakan keinginan para penjual dalam

menawarkan barangnya pada berbagai tingkat harga yang ditentukan oleh

faktor harga barang itu sendiri, harga barang lain, biaya produksi, tujuan

operasi perusahaan dan tingkat tekhnologi yang digunakan.

2.3 Produk Domestik Bruto (PDB)

Pertumbuhan ekonomi adalah perkembangan kegiatan dalam

perekonomian yang menyebabkan produksi barang dan jasa dalam masyarakat

bertambah serta kemakmuran masyarakat meningkat dalam jangka waktu yang

panjang (Untoro dalam Purnamasari, 2011:10). Pertumbuhan ekonomi

Page 5: BAB 2 LANDASAN TEORI Teori Makroekonomi · LANDASAN TEORI 2.1 Teori Makroekonomi Makroekonomi adalah teori dasar kedua dalam ilmu ekonomi, setelah mikroekonomi. Teori ... Dalam masa

19

merupakan gambaran dari keadaan suatu masyarakat di daerah tertentu,

semakin tinggi pertumbuhan ekonomi suatu negara, maka dapat disimpulkan

bahwa keadaan ekonomi suatu negara tersebut baik, sedangkan apabila

pertumbuhan ekonomi suatu negara rendah, maka hal tersebut dapat

menggambarkan keadaan ekonomi negara tersebut buruk.

Berdasarkan pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa pertumbuhan

ekonomi merupakan proses dari kenaikan Produk Domestik Bruto (PDB). PDB

merupakan salah satu konsep yang paling penting jika dibandingkan dengan

konsep pendapatan nasional lainnya. PDB dapat diartikan sebagai nilai barang

dan jasa yang diproduksikan di dalam suatu negara pada periode tertentu.

Dalam suatu perekonomian, terdapat barang dan jasa yang diproduksi bukan

hanya berasal dari produsen lokal, namun juga dari luar negeri. Berkaitan

dengan hal ini, faktor produksi dari luar negeri mempengaruhi produksi

nasional. PDB atau Gross Domestic Product juga dapat diartikan sebagai nilai

barang dan jasa dalam suatu negara yang diproduksikan oleh faktor-faktor

produksi milik negara tersebut dan negara asing. (Sukirno, 2011: 35)

PDB menghitung nilai barang dan jasa yang diproduksi di suatu wilayah

negara tanpa membedakan kewarganegaraan pada periode tertentu. PDB sangat

mempengaruhi pola konsumsi masyarakat di negara berkembang, seiring

peningkatan pola konsumsi, maka impor akan cenderung meningkat. Hal

semacam ini diakibatkan oleh tingkat produktifitas suatu negara yang belum

mampu melakukan pemenuhan seluruh kebutuhan masyarakat (Nanga, 2005:9)

Nopirin (2009:148) berpendapat bahwa, semakin tinggi tingkat PDB

(Produk Domestik Bruto), maka semakin besar kemungkinan untuk

pengimporan suatu barang.

2.3.1 Komponen Produk Domestik Bruto (PDB)

Komponen – komponen dalam Produk Domestik Bruto (PDB)

adalah sebagai berikut: (Sukirno, 2011:38)

1. Konsumsi rumah tangga (C), nilai perbelanjaan yang dilakukan oleh

rumah tangga untuk membeli berbagai jenis kebutuhan dalam satu

tahun tertentu disebut sebagai pengeluaran konsumsi rumah tangga.

Pengeluaran rumah tangga akan digunakan untuk membeli

makanan, pakaian, jasa pengangkutan, pendidikan anak, sewa

Page 6: BAB 2 LANDASAN TEORI Teori Makroekonomi · LANDASAN TEORI 2.1 Teori Makroekonomi Makroekonomi adalah teori dasar kedua dalam ilmu ekonomi, setelah mikroekonomi. Teori ... Dalam masa

20

rumah, dll. Barang – barang tersebut dibeli rumah tangga untuk

memenuhi kebutuhannya dan perbelanjaan tersebut dinamakan

konsumsi, yaitu pembelian barang dan jasa untuk memuaskan

keinginan memiliki dan menggunakan barang tersebut. Namun,

tidak semua transaksi yang dilakukan oleh rumah tangga

digolongkan sebagai konsumsi (rumah tangga), yaitu kegiatan yang

berhubungan dengan investasi. Investasi dapat berupa pembelian

rumah, pembayaran asuransi, dll.

2. Pengeluaran pemerintah (G), yaitu pembelian barang oleh pemerintah

untuk kepentingan masyarakat. Pengeluaran pemerintah dibagi

menjadi dua yaitu konsumsi pemerintah dan investasi pemerintah.

Konsumsi pemerintah dapat berupa pembelian atas barang dan jasa

yang akan dikonsumsikan, seperti pembelian bensin untuk

kendaraan pemerintah, membayar gaji guru di sekolah, dll.

Sedangkan investasi pemerintah meliputi pengeluaran untuk

pembangunan prasarana seperti jalan, sekolah, rumah sakit, dan

irigasi.

3. Pembentukan modal tetap sektor swasta (I), yaitu pengeluaran untuk

membeli barang modal yang dapat menaikkan produksi barang dan

jasa di masa depan. Investasi dapat berupa pembangunan gedung

perkantoran, dan mendirikan bangunan industri.

4. Ekspor neto (NX), yaitu nilai ekspor yang dilakukan suatu negara

dalam suatu tahun tertentu, dikurangi dengan nilai impor dalam

periode yang sama. Ekspor suatu negara, seluruh maupun sebagian

dari nilainya, merupakan barang dan jasa yang dihasilkan dalam

negeri. Barang impor merupakan produksi dari negara lain, oleh

sebab itu impor tidak perlu dihitung ke dalam pendapatan nasional.

Akan tetapi, hal ini kaitannya dengan barang impor jadi. Produksi

dalam negeri masih membutuhkan barang impor yang masih

mentah atau sifatnya sebagai pendukung, maka dari itu tingginya

Produk Domestik Bruto (PDB) juga meningkatkan nilai impor

bahan mentah. Sehingga terdapat hubungan tidak langsung antara

Produk Domestik Bruto (PDB) dan nilai impor bahan mentah.

Page 7: BAB 2 LANDASAN TEORI Teori Makroekonomi · LANDASAN TEORI 2.1 Teori Makroekonomi Makroekonomi adalah teori dasar kedua dalam ilmu ekonomi, setelah mikroekonomi. Teori ... Dalam masa

21

Secara matematika, perhitungan Produk Domestik Bruto

(PDB) dapat dirumuskan sebagai berikut:

2.4 Kurs

Kurs valuta asing adalah salah satu alat pengukur yang selalu digunakan

untuk menilai keteguhan suatu kondisi ekonomi melalui perbandingan nilai

mata uang asing dengan nilai mata uang domestik. Kurs ini digunakan untuk

mengetahui banyaknya uang domestik yang dibutuhkan untuk membeli satu

unit valuta asing tertentu. Secara singkat, kurs dapat dianggap sebagai harga

dari suatu mata uang asing. (Sukirno, 2011: 21)

Kurs valuta asing juga dapat didefinisikan sebagai pertukaran antara dua

mata uang yang berbeda, yaitu merupakan perbandingan nilai atau harga antara

kedua mata uang tersebut. Triyono (2008)

Penentuan nilai kurs juga erat kaitannya dengan permintaan dan

penawaran mata uang yang bersangkutan, jika permintaan rupiah lebih banyak

maka kurs akan terapresiasi, dan juga sebaliknya. Apresiasi atau depresiasi

akan terjadi jika suatu negara menganut kebijakan free floating exchange rate

sehingga nilai tukar ditentukan oleh mekanisme pasar tanpa adanya campur

tangan dari pemerintah dalam upaya stabilisasi melalui kebijakan moneter,

akibatnya pergerakan nilai tukar rupiah menjadi sangat rentan oleh faktor

ekonomi dan non ekonomi. Kuncoro (2011).

2.4.1 Kurs Nominal dan Kurs Riil

Dalam teori ekonomi, terdapat dua jenis kurs yaitu: kurs nominal

dan kurs riil. Kurs Nominal (nominal exchange rate) adalah harga relatif

dari mata uang dua negara. sebagai contoh, jika kurs antara dollar AS dan

yen Jepang adalah 150 yen per dolar, maka kita bisa menukar 1 dolar

untuk 150 yen di pasar dunia untuk mata uang asing. Orang Jepang yang

ingin mendapatkan dollar akan membayar 150 yen untuk setiap dollar

yang dibelinya, dan orang Amerika yang ingin mendapatkan 150 yen

untuk setiap dollar yang ia bayar. Jika kurs tukar nominal sebuah negara,

misalnya yen, mengalami depresiasi (penurunan nilai), terhadap kurs

Y = C + I + G + NX

Page 8: BAB 2 LANDASAN TEORI Teori Makroekonomi · LANDASAN TEORI 2.1 Teori Makroekonomi Makroekonomi adalah teori dasar kedua dalam ilmu ekonomi, setelah mikroekonomi. Teori ... Dalam masa

22

tukar negara lain, misalnya US$ maka yen akan menjadi murah bagi

penduduk negara Amerika. Hal ini akan memicu ekspor dari Jepang ke

Amerika meningkat, sedangkan impor dari Amerika ke Jepang menurun.

Namun, kurs tukar riil berbeda dengan kurs nominal, kurs tukar riil

yaitu kurs tukar efektif setelah memperhitungkan inflasi. Misalnya,

terjadi inflasi besar-besaran di Jepang sebesar 120%, sementara tidak

terjadi inflasi di Amerika. Inflasi di Jepang ini akan menaikkan harga-

harga barang di Jepang. Sementara itu harga barang – barang di Amerika

masih tetap. Maka Jepang akan tetap mengimpor dari Amerika karena

harga barang buatan Amerika tetap lebih murah, sedangkan ekspor

Jepang ke Amerika akan cenderung turun.

2.4.2 Faktor yang Mempengaruhi Kurs

Perubahan nilai kurs dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain:

(Sukirno, 2011: 402)

1. Perubahan dalam citarasa masyarakat

Perubahan citarasa dalam masyarakat mempengaruhi tingkat

konsumsi. Perubahan citarasa ini dapat meningkatkan dan

menurunkan nilai impor. Dengan adanya perubahan citarasa ini,

dapat menimbulkan efek perbaikan kualitas barang impor maupun

dalam negeri. Perubahan-perubahan ini akan berdampak pada

permintaan dan penawaran valuta asing.

2. Perubahan harga barang ekspor dan impor

Semakin tinggi harga barang ekspor dan impor maka nilai

ekspor dan impor suatu barang akan semakin rendah, dan

sebaliknya. Dengan demikian, perubahan harga barang ekspor dan

impor akan mempengaruhi tingkat penawaran dan permintaan kurs

mata uang negara tersebut.

3. Kenaikan harga umum (inflasi)

Kenaikan harga umum atau inflasi dapat menjadi salah satu

faktor yang pengaruhnya besar terhadap nilai kurs mata uang.

Dengan adanya inflasi, maka:

- Terdapat kecenderungan impor yang lebih besar karena harga

barang di dalam negeri lebih tinggi daripada luar negeri.

Page 9: BAB 2 LANDASAN TEORI Teori Makroekonomi · LANDASAN TEORI 2.1 Teori Makroekonomi Makroekonomi adalah teori dasar kedua dalam ilmu ekonomi, setelah mikroekonomi. Teori ... Dalam masa

23

Keadaan ini menyebabkan permintaan kurs mata uang asing

bertambah.

- Terdapat kecenderungan pengurangan ekspor karena biaya

produk dalam negeri lebih tinggi.

Keadaan yang demikian menyebabkan harga mata uang

negara yang mengalami inflasi menjadi merosot.

4. Perubahan suku bunga dan tingkat pengembalian investasi

Suku bunga dan tingkat pengembalian investasi yang rendah

cenderung menyebabkan modal dalam negeri mengalir ke luar

negeri. Sedangkan suku bunga dan tingkat pengembalian investasi

yang tinggi akan menyebabkan modal luar negeri masuk ke negara

tersebut. Dengan demikian, semakin banyak modal yang mengalir

ke suatu negara, permintaan mata uang negara tersebut akan

bertambah, dengan demikian nilai mata uang tersebut akan

bertambah, dan sebaliknya.

2.4.3 Kebijakan Pemerintah dalam Ekonomi Terbuka

Dalam perekonomian terbuka, masalah yang harus diperhatikan

adalah masalah inflasi dan pengangguran. Tak hanya demikian, dalam

perekonomian terbuka pemerintah harus memperhatikan dampak dari

adanya kebijakan yang dirumusukan untuk mengatasi masalah tersebut

terhadap neraca pembayaran dan kurs valuta asing. Defisit dalam neraca

pembayaran menyebabkan terpuruknya nilai mata uang suatu negara.

Terdapat dua kebijakan yang dapat dilakukan pemerintah untuk

mengatasi masalah tersebut, yaitu: (Sukirno, 2011:405)

1. Kebijakan memindahkan perbelanjaan

Kebijakan memindahkan perbelanjaan adalah langkah yang

dilakukan pemerintah untuk mengatasi masalah defisit dalam

neraca pembayaran, dengan dampak peningkatan ekspor dan

pengurangan impor. Langkah kebijakan ini adalah sebagai berikut:

i. Melakukan pembatasan impor

Pembatasan impor dapat dilaksanakan dengan beberapa

kebijakan impor, yaitu peningkatan tarif, pembatasan kuota,

dll.

Page 10: BAB 2 LANDASAN TEORI Teori Makroekonomi · LANDASAN TEORI 2.1 Teori Makroekonomi Makroekonomi adalah teori dasar kedua dalam ilmu ekonomi, setelah mikroekonomi. Teori ... Dalam masa

24

ii. Menekan (mengurangi penggunaan valuta asing)

Pemerintah melalui bank sentral melakukan

pembatasan dalam penggunaan valuta asing. Penggunaan

valuta asing kegunaannya diutamakan dalam impor barang

keperluan pokok dan bahan mentah sektor industri.

iii. Menurunkan nilai mata uang (devaluasi)

Devaluasi adalah sebuah tindakan pemerintah yang

menurunkan nilai mata uangnya terhadap mata uang asing.

Devaluasi biasa dilakukan oleh negara yang menjalankan

sistem kurs pertukaran tetap. Beberapa efek yang akan

ditimbulkan oleh devaluasi adalah sebagai berikut:

- Ekspor akan bertambah, karena di pasaran luar negeri

ekspor negara menjadi lebih murah

- Impor berkurang, karena barang luar negeri akan

menjadi lebih mahal.

- Kenaikan ekspor dan penurunan impor akan

memperbaiki neraca pembayaran sehingga pendapatan

nasional akan meningkat, tentunya hal ini juga

mendorong investasi.

2. Kebijakan Pengurangan Perbelanjaan

Kebijakan pengurangan perbelanjaan yaitu adalah langkah

pemerinyah untuk mengatasi masalah keuangan dalam neraca

pembayaran dengan mengurangi perbelanjaan agregat dan tingkat

kegiatan ekonomi di suatu negara. Kebijakan ini dapat dilakukan

dengan langkah berikut:

i. Menaikkan pajak pendapatan, tentunya pajak ini akan

mengurangi pendapatan disposebel dan konsumsi rumah

tangga

ii. Menaikkan suku bunga dan menurunkan penawaran uang, hal

ini dapat dicapai dengan menjalankan kebijakan moneter,

misal dengan menaikkan tingkat cadangan minimum dan

menaikkan suku bank (suku diskonto). Pengurangan

penawaran uang dan suku bunga yang tinggi akan

Page 11: BAB 2 LANDASAN TEORI Teori Makroekonomi · LANDASAN TEORI 2.1 Teori Makroekonomi Makroekonomi adalah teori dasar kedua dalam ilmu ekonomi, setelah mikroekonomi. Teori ... Dalam masa

25

mempengaruhi investasi yang selanjutnya akan mengurangi

pengeluaran agregat.

iii. Mengurangi pengeluaran pemerintah, oleh karena pengeluaran

pemerintah adalah sebagian dari pengeluaran agregat, maka

pengeluaran pemerintah dapat mengurangi pengeluaran

agregat.

2.5 Teori Inflasi

Dalam ilmu ekonomi, inflasi adalah sebuah peristiwa yang

mempengaruhi perekonomian suatu negara melalui proses meningkatnya

harga-harga secara umum dan berkelanjutan, serta berkaitan dengan

mekanisme pasar yang dapat disebabkan oleh beberapa faktor, salah satunya

yaitu konsumsi masyarakat yang tinggi. Tingkat inflasi ini berbeda dari satu

periode ke periode lainnya, berbeda pula dari negara satu ke negara lainnya.

Inflasi adalah kecenderungan dari harga untuk naik secara umum dan

terus menerus. Namun, apabila terjadi kenaikan harga pada satu atau dua

barang saja, hal tersebut tidak dapat disebut sebagai inflasi, kecuali apabila

kenaikan tersebut meluas dan menyebabkan kenaikan sebagian besar dari harga

barang-barang lain (Boediono, 2013).

Inflasi dapat menimbulkan beberapa akibat buruk kepada individu,

masyarakat dan kegiatan perekonomian suatu negara secara keseluruhan.

Akibat buruk yang dapat dirasakan adalah menurunkan taraf kemakmuran

masyarakat secara garis besar. Prospek pembangunan ekonomi jangka panjang

akan menjadi semakin memburuk sekiranya inflasi tidak secepatnya ditangani.

Inflasi yang bertambah serius akan cenderung mengurangi investasi yang

produktif, mengurangi tingkat ekspor dan meningkatkan nilai impor.

Tingkat inflasi yang meningkat tiba-tiba adalah wujud dari suatu

peristiwa tertentu yang sangat besar atau di luar ekspektasi pemerintah,

misalnya efek dari pengurangan nilai uang (depresiasi nilai uang) yang sangat

besar atau ketidak stabilan politik. (Sukirno, 2011: 333)

Page 12: BAB 2 LANDASAN TEORI Teori Makroekonomi · LANDASAN TEORI 2.1 Teori Makroekonomi Makroekonomi adalah teori dasar kedua dalam ilmu ekonomi, setelah mikroekonomi. Teori ... Dalam masa

26

2.5.1 Jenis Inflasi

1. Jenis Inflasi Menurut Sifat

Berdasarkan tingkat kelajuan kenaikan harga yang berlaku,

inflasi dapat dibedakan menjadi 3, yaitu: (Sukirno, 2011:337)

i. Inflasi Merayap (creeping inflation)

Inflasi merayap ditandai dengan laju inflasi yang

rendah yaitu kurang dari 10% per tahun. Kenaikan harga

berjalan secara lambat, dengan persentasi yang kecil, dalam

jangka waktu yang relatif lama.

ii. Inflasi Sederhana (moderate inflation)

Inflasi sederhana adalah inflasi dengan tingkat rata-rata

sebesar 5-10%. Inflasi ini terjadi tidak berlangsung cepat,

akan tetapi juga tidak berlangsung lamban. Contohnya di

beberapa negara berkembang, adakalanya tingkat inflasi tidak

mudah dikendalikan, namun keadaan ekonomi negara juga

tidak mampu menurunkan inflasi ke tingkat rendah.

Inflasi sederhana terjadi lebih cepat jika dibandingkan

dengan inflasi merayap, penambahan persentase inflasi dapat

terjadi dalam hitungan minggu, maupun bulan.

iii. Inflasi Tinggi (hyper inflation)

Inflasi tinggi atau hiperinflasi adalah suatu jenis inflasi

dengan tingkat paling parah, inflasi jenis ini tidak mudah

dikendalikan. Hal ini ditandai dengan kenaikan harga diatas

100% dan nilai uang merosot dengan tajam. Hiperinflasi

menyebabkan tingkat harga naik dua atau beberapa kali lipat

pada waktu yang singkat.

Hiperinflasi sering terjadi ketika suatu negara

menghadapi peperangan atau kekacauan politik di dalam

negeri. Beberapa cara yang dilakukan pemerintah

menghadapi hiperinflasi adalah mengendalikan harga

(menetapkan harga maksimum), membuat peraturan yang

melarang menyimpanan barang, serta memberikan subsidi

kepada produsen.

Page 13: BAB 2 LANDASAN TEORI Teori Makroekonomi · LANDASAN TEORI 2.1 Teori Makroekonomi Makroekonomi adalah teori dasar kedua dalam ilmu ekonomi, setelah mikroekonomi. Teori ... Dalam masa

27

Di Indonesia, pernah mengalami hiperinflasi yang

terjadi pada tahun 1955. Defisit negara yang semula sebesar

14% membengkak menjadi 175% dikarenakan propaganda

politik, pemadaman aksi militer di beberapa daerah seperti di

Irian Barat. Pada tahun 1964, Indonesia juga mengalami

hiperinflasi sebesar 109% yang diakibatkan oleh adanya mata

uang yang berbeda di daerah Riau dan Papua.

2. Jenis Inflasi Menurut Sebab Terjadi

Sebab terjadinya inflasi dibagi menjadi 3, yaitu: (Sukirno,

2011:333)

i. Inflasi Tarikan Permintaan

Inflasi ini terjadi karena adanya kenaikan permintaan

total (aggregate demand) pada masa perekonomian yang

berkembang dengan pesat. Dengan perekonomian yang

berkembang dengan pesat, hal ini meningkatkan pendapatan

yang selanjutnya akan menimbulkan pengeluaran yang

melebihi kemampuan ekonomi mengeluarkan barang dan

jasa.

Tingkat pengeluaran yang berlebihan akan

menimbulkan terjadinya inflasi. Gambar 2.1 dapat digunakan

untuk menerangkan terjadinya inflasi tarikan permintaan.

Gambar 2.1 Inflasi Tarikan Permintaan 1

Page 14: BAB 2 LANDASAN TEORI Teori Makroekonomi · LANDASAN TEORI 2.1 Teori Makroekonomi Makroekonomi adalah teori dasar kedua dalam ilmu ekonomi, setelah mikroekonomi. Teori ... Dalam masa

28

Sumber: adaptasi dari Sukirno, 2011: 333

Kurva AS adalah penawaran agregat dalam ekonomi,

sedangkan AD1, AD2, AD3 adalah permintaan agregat. Pada

mulanya, permintaan agregat adalah AD1, maka pendapatan

nasional adalah Y1, serta tingkat harga adalah P1.

Perekonomian yang terus berkembang pesat mendorong

kenaikan permintaan agregat menjadi AD2, hal ini

mengakibatkan pendapatan nasional mencapai tingkat

kesempatan kerja penuh yaitu YF. Kenaikan permintaan

agregat ini menyebabkan harga naik dari P1 ke PF. Kondisi ini

sudah membuktikkan adanya inflasi. Apabila masyarakat

masih tetap menambah pengeluarannya, maka permintaan

agregat menjadi AD3. Maka dari itu pendapatan nasional riil

meningkat dari YF menjadi Y2, serta menyebabkan kenaikan

harga yang lebih cepat, yaitu PF menjadi P2.

Inflasi tarikan permintaan juga dapat terjadi pada masa

perang atau ketidakstabilan politik. Dalam masa seperti ini

pemerintah akan berbelanja jauh melebihi pajak yang

dipungutnya. Untuk membiayai belanja tersebut maka

pemerintah terpaksa melakukan pencetakan uang atau

meminjam dari bank sentral. Pengeluaran pemerintah yang

berlebihan ini akan menimbulkan permintaan agregat

melebihi kemampuan ekonomi dalam penyediaan barang dan

jasa. Tentunya hal ini juga menimbulkan inflasi.

ii. Inflasi Desakan Biaya (Cost Push Inflation)

Inflasi desakan biaya terjadi jika perekonomian

berkembang pesat, ketika tingkat pengangguran sangat

rendah. Apabila perusahaan masih menghadapi permintaan

yang bertambah, mereka akan berusaha menaikkan produksi

dengan cara memberikan gaji dan upah yang lebih tinggi

kepada karyawan, serta karyawan baru dengan tawaran gaji

Page 15: BAB 2 LANDASAN TEORI Teori Makroekonomi · LANDASAN TEORI 2.1 Teori Makroekonomi Makroekonomi adalah teori dasar kedua dalam ilmu ekonomi, setelah mikroekonomi. Teori ... Dalam masa

29

yang lebih tinggi. Hal ini meningkatkan biaya produksi,

hingga pada akhirnya akan menyebabkan kenaikan harga

berbagai barang.

Gambar 2.2 Inflasi Desakan Biaya 2

Sumber: adaptasi dari Sukirno, 2011: 335

Gambar 2.2 menerangkan mengenai inflasi desakan

biaya. Kurva AS1, AS2 dan AS3 adalah kurva penawaran

agregat, sedangkan kurva AD adalah permintaan agregat.

Kondisi pertama dijelaskan pada AS1, sehingga pada

mulanya keseimbangan ekonomi negara tercapai pada

pendapatan nasional Y1, kondisi ini mencerminkan

pendapatan nasional pada kesempatan kerja penuh, serta

harga berada pada tingkat P1. Pada tingkat kesempatan kerja

yang tinggi, perusahaan-perusahaan sangat memerlukan

tenaga kerja. Keadaan ini cenderung akan meningkatkan

upah dan gaji, karena:

- Perusahaan berusaha mencegah berpindahnya

para tenaga kerja dengan cara menaikkan upah.

- Perusahaan berusaha untuk memeroleh pekerja

tambahan dengan cara menawarkan upah dan gaji

yang lebih tinggi.

Page 16: BAB 2 LANDASAN TEORI Teori Makroekonomi · LANDASAN TEORI 2.1 Teori Makroekonomi Makroekonomi adalah teori dasar kedua dalam ilmu ekonomi, setelah mikroekonomi. Teori ... Dalam masa

30

Kenaikan upah akan meningkatkan biaya produksi,

sehingga hal ini akan menggerakkan penawaran agregat

keatas, yaitu AS1 menjadi AS2. Akibatnya, tingkat harga naik

dari P1 menjadi P2. Harga barang yang tinggi akan mendorong

karyawan menuntut kenaikan upah, maka biaya produksi

akan semakin meningkat. Hingga hal ini akan menyebabkan

kurva penawaran agregat bergerak dari AS2 menjadi AS3.

Pergerakan kurva ini menaikkan harga dari P2 menjadi P3.

Proses kenaikan harga barang yang disebabkan oleh kenaikan

upah dan kenaikan penawaran agregat, akan menyebabkan

pendapatan nasional riil terus mengalami penurunan, yaitu

dari YF (atau Y1) menjadi Y2 dan Y3. Dengan demikian,

akibat dari kenaikan upah akan menyebabkan kegiatan

ekonomi menurun dibawah tingkat kesempatan kerja penuh.

Dalam analisis diatas, dikondisikan apabila kenaikan

upah tidak menyebabkan kenaikan dalam permintaan agregat.

Namun dalam prakteknya, kenaikan upah mungkin juga

diikuti oleh kenaikan dalam permintaan agregat riil. Apabila

keadaan ini berlaku, maka harga akan naik semakin cepat dan

kesempatan kerja tidak mengalami penurunan. Andaikan

setelah AS1 menjadi AS2, lalu perubahan permintaan agregat

berubah dari AD ke AD1, maka akibat dari perubahan ini

adalah kesempatan kerja penuh tetap tercapai, namun tingkat

harga lebih tinggi dari P2. Apabila proses kenaikan upah baru

berlaku, penawaran agregat akan bergerak dari AS2 ke AS3.

Jika hal ini diikuti oleh kenaikan permintaan agregat menjadi

AD2, maka tingkat kesempatan kerja penuh masih tetap

tercapai, namun harga-harga akan mencapai tingkat yang

lebih tinggi yaitu dari P3 menjadi P4.

iii. Inflasi Diimpor

Inflasi dapat juga bersumber dari kenaikan harga-harga

yang diimpor. Inflasi akan terwujud apabila barang-barang

impor yang memiliki peranan penting bagi perusahaan.

Page 17: BAB 2 LANDASAN TEORI Teori Makroekonomi · LANDASAN TEORI 2.1 Teori Makroekonomi Makroekonomi adalah teori dasar kedua dalam ilmu ekonomi, setelah mikroekonomi. Teori ... Dalam masa

31

Dengan adanya kenaikan harga barang impor yang memiliki

peranan penting untuk perusahaan akan menyebabkan

stagflasi.

Pada tahun 1997, keadaan stagflasi dialami oleh

Indonesia sebagai dampak dari krisis ekonomi di Asia. Pada

tahun berikutnya, pendapatan nasional Indonesia mengalami

penurunan sebesar 13%, tingkat pengangguran tinggi, serta

tingkat inflasi berada pada level lebih dari 70%. Stagflasi ini

terjadi sebagai akibat dari merosotnya nilai mata uang rupiah

serta ketidakstabilan politik yang ditimbulkan oleh penurunan

nilai mata uang rupiah yang drastis tersebut.

Gambar 2.3 Inflasi Diimpor 3

Sumber: diadaptasi dari Sukirno, 2011: 337

Pada Gambar 2.3, dapat ditunjukkan mengenai wujud

stagflasi sebagai akibat dari inflasi diimpor dan penurunan

nilai mata uang. Permintaan agregat adalah AD, sedangkan

penawaran agregat pada kondisi pertama adalah AS1.

Pendapatan nasional adalah Y1. Pada gambar 2.4,

menunjukkan pendapatan nasional dicapai di bawah

pendapatan pada kesempatan kerja penuh (YF), maka tingkat

pengangguran tinggi.

Page 18: BAB 2 LANDASAN TEORI Teori Makroekonomi · LANDASAN TEORI 2.1 Teori Makroekonomi Makroekonomi adalah teori dasar kedua dalam ilmu ekonomi, setelah mikroekonomi. Teori ... Dalam masa

32

Kenaikan harga barang impor yang mendukung

kegiatan industri sebuah perusahaan akan meningkatkan

biaya produksi, hal ini akan menyebabkan pergerakan kurva

dari AS1 menjadi AS2. Sehingga pendapatan menurun dari Y1

ke Y2 sedangkan harga naik dari P1 menjadi P2. Hal ini

menunjukkan keadaan ekonomi yang memburuk secara

serentak, dimana terjadi tingkat pengangguran yang tinggi,

bersamaan dengan kenaikan harga yang cepat, serta kegiatan

ekonomi semakin menurun. Hal inilah yang disebut sebagai

stagflasi.

2.5.2 Efek Buruk Inflasi

Tingkat inflasi yang tinggi akan mengganggu perkembangan

ekonomi. Biaya yang naik terus menerus menyebabkan kegiatan produksi

menjadi tidak menguntungkan, sehingga pemiliki modal biasanya lebih

suka menggunakan hartanya untuk tujuan spekulasi, seperti pembelian

tanah, rumah dan bangunan. Oleh karena pengusaha lebih suka

menjalankan kegiatan investasi yang bersifat demikian, hal ini akan

membuat kegiatan ekonomi menurun, sehingga pengangguran akan

meningkat.

Kenaikan harga juga menimbulkan efek buruk ke perdagangan.

Kenaikan harga barang dalam negeri menyebabkan harga jual produk

tersebut tidak dapat bersaing di pasar internasional, dengan demikian

tingkat ekspor akan menurun, dan sebaliknya, harga barang impor akan

menjadi terlihat semakin murah karena barang tersebut diimpor dari

negara yang tingkat inflasi nya rendah. (Sukirno, 2011: 339)

Page 19: BAB 2 LANDASAN TEORI Teori Makroekonomi · LANDASAN TEORI 2.1 Teori Makroekonomi Makroekonomi adalah teori dasar kedua dalam ilmu ekonomi, setelah mikroekonomi. Teori ... Dalam masa

33

2.6 Kerangka Pikir

Gambar 2.4 Kerangka Pikir 4

Sumber: Peneliti, 2016

2.7 Hipotesis

Berdasarkan kerangka pikir diatas, maka berikut adalah hipotesisnya:

1. H0: Tidak terdapat pengaruh antara PDB terhadap volume impor baja

CRC di PT. Handy Mandiri Steel.

H1: Terdapat pengaruh antara PDB terhadap volume impor baja CRC di

PT. Handy Mandiri Steel.

2. H0: Tidak terdapat pengaruh antara kurs dollar AS terhadap volume

impor baja CRC di PT. Handy Mandiri Steel.

Page 20: BAB 2 LANDASAN TEORI Teori Makroekonomi · LANDASAN TEORI 2.1 Teori Makroekonomi Makroekonomi adalah teori dasar kedua dalam ilmu ekonomi, setelah mikroekonomi. Teori ... Dalam masa

34

H1: Terdapat pengaruh antara kurs dollar AS terhadap volume impor

baja CRC di PT. Handy Mandiri Steel.

3. H0: Tidak terdapat pengaruh antara inflasi terhadap terhadap volume

impor baja CRC di PT. Handy Mandiri Steel.

H1: Terdapat pengaruh antara inflasi terhadap terhadap volume impor

baja CRC di PT. Handy Mandiri Steel.

4. H0: Tidak terdapat pengaruh antara PDB dan kurs dollar AS terhadap

volume impor baja CRC di PT. Handy Mandiri Steel.

H4: Terdapat pengaruh antara PDB dan kurs dollar AS terhadap volume

impor baja CRC di PT. Handy Mandiri Steel.

5. H0: Tidak terdapat pengaruh antara PDB dan inflasi terhadap volume

impor baja CRC di PT. Handy Mandiri Steel.

H5: Terdapat pengaruh antara PDB dan inflasi terhadap volume impor

baja CRC di PT. Handy Mandiri Steel.

6. H0: Tidak terdapat pengaruh antara kurs dollar AS dan inflasi terhadap

volume impor baja CRC di PT. Handy Mandiri Steel.

H6: Terdapat pengaruh antara kurs dollar AS dan inflasi terhadap volume

impor baja CRC di PT. Handy Mandiri Steel.

7. H0: Tidak terdapat pengaruh antara PDB, kurs dollar AS dan inflasi

terhadap volume impor baja CRC di PT. Handy Mandiri Steel.

H7: Terdapat pengaruh antara PDB, kurs dollar AS dan inflasi terhadap

volume impor baja CRC di PT. Handy Mandiri Steel.

Page 21: BAB 2 LANDASAN TEORI Teori Makroekonomi · LANDASAN TEORI 2.1 Teori Makroekonomi Makroekonomi adalah teori dasar kedua dalam ilmu ekonomi, setelah mikroekonomi. Teori ... Dalam masa

35