sep.doc

30
SEP 29 PEMERIKSAAN DASAR MATA a. Pemeriksaan Penglihatan sentral Pemeriksaan penglihatan sentral diukur dengan memperlihatkan sasaran dengan berbagai ukuran yang terpisah pada jarak standar dari mata, misalnya “Snellen chart.” Ketajaman penglihatan dapat diukur pada jarak 6 meter atau 20 kaki. Hasil yang didapatkan misalnya 4/6 artinya penderita bisa melihat huruf snellen pada jarak 4 meter sedangkan orang normal masih bisa melihat pada jarak 6 meter. b. Uji pinhole Dengan mata yang sudah dikoreksi, penderita diperintahkan untuk melihat lagi huruf snellen melalui sebuah lempengan dengan lubang kecil untuk mencegah sebagian besar berkas yang tidak terfokus memasuki mata. Bila ketajaman penglihatan bertambah berarti pada penderita terdapat kelainan refraksi yang belum dikoreksi baik. Bila ketajaman penglihatan berkurang berubah berarti pada penderita tersebut terdapat kelainan pada occulusnya. c. Tes penglihatan perifer 1. Tes konfrontasi Tes konfrontasi digunakan untuk menilai lapang pandang penderita. Penderita disuruh untuk melihat gerak dan jumlah tangan pemeriksa di arah: a. Lateral : 90 0 b. Caudal : 70 0 c. Cranial :55 0 d. Medial 60 0 Pemeriksaan masing-masing bola mata dilakukan terpisah. Penderita didudukkan menghadap pemeriksan. Pemeriksaan dimulai dengan menutup mata kiri , sedangkan mata kanan menatap mata kiri pemeriksan. Pemeriksa memperlihatkan beberapa jarinya sebentar di perifer salah satu dari empat kuadran. Penderita diminta untuk

Upload: muhammad-tamlikha

Post on 17-Dec-2015

222 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

SEP29

PEMERIKSAAN DASAR MATAa.Pemeriksaan Penglihatan sentralPemeriksaan penglihatan sentral diukur dengan memperlihatkan sasaran dengan berbagai ukuran yang terpisah pada jarak standar dari mata, misalnya Snellen chart. Ketajaman penglihatan dapat diukur pada jarak 6 meter atau 20 kaki. Hasil yang didapatkan misalnya 4/6 artinya penderita bisa melihat huruf snellen pada jarak 4 meter sedangkan orang normal masih bisa melihat pada jarak 6 meter.b.Uji pinholeDengan mata yang sudah dikoreksi, penderita diperintahkan untuk melihat lagi huruf snellen melalui sebuah lempengan dengan lubang kecil untuk mencegah sebagian besar berkas yang tidak terfokus memasuki mata.Bila ketajaman penglihatan bertambah berarti pada penderita terdapat kelainan refraksi yang belum dikoreksi baik. Bila ketajaman penglihatan berkurang berubah berarti pada penderita tersebut terdapat kelainan pada occulusnya.c.Tes penglihatan perifer1.Tes konfrontasiTes konfrontasi digunakan untuk menilai lapang pandang penderita. Penderita disuruh untuk melihat gerak dan jumlah tangan pemeriksa di arah:a.Lateral : 900b.Caudal : 700c.Cranial :550d.Medial 600Pemeriksaan masing-masing bola mata dilakukan terpisah.Penderita didudukkan menghadap pemeriksan. Pemeriksaan dimulai dengan menutup mata kiri , sedangkan mata kanan menatap mata kiri pemeriksan.Pemeriksa memperlihatkan beberapa jarinya sebentar di perifer salah satu dari empat kuadran. Penderita diminta untuk menyebutkan jumalh jari yang digerakkan sesaat tersebut sambil tetap menatap ke depan.Pemeriksaan diulang untuk kuadran temporal bawah dan atas serta nasal atas dan bawah.Kesalahan interpretasi penderita mengindikasikan kelainan seperti ablatio retina, kelainan nervus optikus, dan iskemik pada jalur visual interkranial.2.Uji konfrontasi simultanPemeriksa mengankat kedua tangannya ke samping.Penderita harus menentukan pada sisi mana jari pemeriksa yang bergerak-gerak. Pemeriksaan ini digunakan untuk mengetahui kelainan misalnya hemianopsia homonim kiri atau kanan.d.Mengukur kekuatan lensa sferisMemasang kacamata pecobaan pada posisi yang tepat (=PD jauh)Pasang penutup (occluder) di depan salah satu mata yang tidak diperiksaPenderita diperintahkan melihat snellen chartMeletakkan lensa S+atau S-tergantung bertambah terang atau tidak pada mata yang diperiksa. Tambah kekuatan lensa sampai penderita puas dengan penglihatannya (Trial and Error)Bila miopi : dipilih untuk kacamata lensa S-terkecil yang memberi penglihatan terbaikBila hipermetropi: dipilih lensa S+terbesare.Pemeriksaan astigmatisma Cara pengaburan (fogging technique)Setelah penderita dikoreksi untuk hipermetropia atau myopia yang ada, maka tajam penglihatannya dikaburkan dengan lensa positif, sehingga tajam penglihatan berkurang 2 baris pada kartu Snellen, misalnya dengan menambah lensa sferis positif 3. penderita diminta melihat kisi-kisi juring astigmatismePenderita ditanyakan garis mana yang paling jelas terlihat. Bila garis juring pada 90 yang jelas, maka tegak lurus padanya ditaruh sumbu lensa silinder atau lensa silinder ditempatkan dengan sumbu 180.Perlahan-lahan kekuatan lensa silinder ini dinaikkan sampai garis juring kisi-kisi astigmatisme vertical sama tegasnya atau kaburnya dengan juring horizontal atau semua juring sama jelasnya bila dilihat dengan lensa silinder yang ditambahkan.Kemudian penderita diminta melihat kartu Snellen dan perlahan-lahan ditaruh lensa negatif sampai penderita melihat jelas pada kartu Snellen. (Vaughan, 1995)f.Pemeriksaan tonometri1.Tonometri SchiotzPenderita tidur terlentang dan diberi anestesi lokal pada kedua mata.Penderita menatap lurus ke depan dan kelopak mata difiksasi agar tetap terbuka dengan menarik palpebra ke arah tepi.Tonometer diturunkan oleh tangan satunya sampai ujung cekung laras menyentuh kornea. Dengan gaya yang ditetapkan dengan beban terpasang, tonjolan plunger berujung tumpul menekan pada kornea dan sedikit melekukkan pusat kornea.Tekanan kornea sebanding dengan TIO, akan mendesark plunger ke atas.Tekanan membuat jarum penunjuk skala bergeser. Makin tinggi TIO makin besar tahanan kornea terhadap indentasi, makin tinggi pula pula geseran plunger untuk menaikkan gaya pada kornea. Kalibrasi dilakukan dengan meletetakkan tonometer pada benda yang mirip dengan kornea yang akan menghasilkan angka 0

2.Tonometri Aplanasi GoldmanPenderita diberikan anestesi lokal dan pemberian fluoresceinPenderita duduk di depan slitlamp dan tonometer disiapkan.Untuk bisa melihat fluorocein, dipakai filter biru cobalt dengan penyinaran paling terang.Pemeriksa melihat melalui slitlamp okuler saat ujungnya berkontak dengan korneaSetelah berkontak, ujung tonometer merakan bangian tengah kornea dan menghasilkan garis fluoroscein melingkat tipis. Sebuah prisma di ujung visual memecah lingkaran ini menjadi dua setengah lingkaran yang tampak hijau melalui okuler slitlamp. Beban tonometer diatur secara manual sampai kedua setengah lingkaran tersebut tepat bertumpuk. Titik akhir menunjukkan bahwa kornea telah didatarkan oleh beban standar yang terpasang. Jumlah beban yang dibutuhkan untuk ini diterjemahkan skala menjadi bacaan tekanan dalam milimeter air raksa.Prinsip kerja tonometer ini adalah mengukur besarnya beban yang diperlukan untuk meratakan apeks kornea dengan standar. Makin tinggi TIO makin besar beban yang dibutuhkan.http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/thumb/5/55/PASCAL_tonometer.jpg/250px-PASCAL_tonometer.jpg

http://www.rootatlas.com/wordpress/wp-content/uploads/2007/08/goldmanglaucoma.jpg3.Tonometri Non-Kontak.Udara dihembuskan ke kornea.Udara yang terpantul dari permukaan kornea akan mengenai membran penerima tekanan pada alat.http://www.drberck.com/pics/tonometry.jpg4.Tonometri digital palpasiPenderita disuruh menutup mata dengan pandangan mata ke bawahJari pemeriksa bersandar pada dahi dan pipi penderitaKedua jari telunjuk menenkan bola mata pada bagian belakang ornea bergantianSatu telunjuk mengimbangi tekanan saat telunjuk lainnya menekan bola mataPenilaian dapat dicatat mata N+1, N+2, N+3 atau N-1, N-2 yang menyatakan tekanan lebih tinggi atau lebih rendah dari normal. tekanan normal dimisalkan adalah tekanan lidah pada pipi. ((Vaughan, 1995)

Dasar tekhik pemeriksaan dalam ilmu penyakit mata hal 182g.Tes Buta WarnaTes buta warna yang sering digunakan menggunakan buku pseudochromatis ishihara yang terdiri dari 38 gambar/angka yang berwarna-warni.Lembaran buku harus dibaca dalam ruangan yang cukup dengan cahaya matahari.Pembacaan dengan sinar matahari yang lansung, bila dengan cahaya listrik atau lainnya akan mempengaruhi hasil pembacaan tersebut, sebab hal itu akan dapat merubah warna yang ada di buku ishihara.Pembacaan harus dilakukan pada jarak 75 cm dan tak boleh digerak-gerakkanGambar 1-25 waktu melihat per gambar dilakukan dalam waktu 3 detik.Bila beberapa gambar tidak terbaca tes dilanjutkan gambar 26-38, waktu pembacaan per gambar tidak lebih dari 10 detik.Gambar 22-25 digunakan untuk menentukan macam buawa warna protan atau deutran.Gambar 26-27 menghubungkan jalur dari tanda *yang berwarna merah ungu sampai tanda* yang diseberangnya. Pada protanopia dan protanomali yang kuat, hanya jalur ungu yang bisa ditunjukkan. Pada protanomali yang ringan, kedua jalur merah dan pada deutranomalia yang ringan kedua jalur dapat diikuti tetapi jalur merah lebih mudah diikuti.Gambar 28-29 pada orang normal dan buta warna total tak dapat mengikuti jalur tersebut tetapi sebagian pada kelemahan penglihatan warna hijau-merah mengikuti jalur yang salah.Gambar 30-31 pada sebagian besar kelemahan penglihatan warna tak dapat mgnikuti jalur tersebut.Gambar 32-33 pada kelemahan penglihatan warna tak dapat mengikutiGambar 34-35 pada kelemahan penglihatan warna merah hijau menghubungkan jalur hijau dan ungu. Pada buta warna tak dapat mengikuti jalur tersebut.Gambar 36-37 seperti gambar 34-35Gambar 38 pada orang normal dan kelemahan penglihatan warna dapat mengikuti jalur tersebut. (BPP praktikum fisiologi FK UNS, 2012)h.Tes refleks fundusPemeriksaan reflek fundus menggunakan oftalmoskop langsung.Saat penderita menatap pada sasaran jauh dengan mata sebelah pemeriksa membawa rincian retina ke dalam fokus.Pemeriksa melihat pembuluh darah yang ada di retina yang muncul di diskus.Lalu, berkas oftalmoskop diarahkan ke arah nasal dari sisi pasien untuk menilai bentuk, ukuran, warna diskus, ketajaman tepian, dan ukuran mangkuk fisiologik pucat di pusat.Disebelah temporal diskus terdapat refleks pantulan putih yang menandakan fovea centralisyang dikelilingi bagian gelap (macula lutea).Pembuluh vena terlihat lebih besar dan gelap dari arteri, pada iskemik di retina pembuluh vena dan arteri terlihat terputus-putus.(Vaughan, 1995)Sumber :Vaughan, daniel G et al. 1995. Oftalmologi Umum. Jakarta: Widya Medika(BPP praktikum fisiologi FK UNS, 2012)Posted29th September 2012byyusufbudi hermawan0Add a comment

Yusuf Budi Hermawan

Classic Flipcard Magazine Mosaic Sidebar Snapshot Timeslide1. SEP29

PEMERIKSAAN DASAR MATAa.Pemeriksaan Penglihatan sentralPemeriksaan penglihatan sentral diukur dengan memperlihatkan sasaran dengan berbagai ukuran yang terpisah pada jarak standar dari mata, misalnya Snellen chart. Ketajaman penglihatan dapat diukur pada jarak 6 meter atau 20 kaki. Hasil yang didapatkan misalnya 4/6 artinya penderita bisa melihat huruf snellen pada jarak 4 meter sedangkan orang normal masih bisa melihat pada jarak 6 meter.b.Uji pinholeDengan mata yang sudah dikoreksi, penderita diperintahkan untuk melihat lagi huruf snellen melalui sebuah lempengan dengan lubang kecil untuk mencegah sebagian besar berkas yang tidak terfokus memasuki mata.Bila ketajaman penglihatan bertambah berarti pada penderita terdapat kelainan refraksi yang belum dikoreksi baik. Bila ketajaman penglihatan berkurang berubah berarti pada penderita tersebut terdapat kelainan pada occulusnya.c.Tes penglihatan perifer1.Tes konfrontasiTes konfrontasi digunakan untuk menilai lapang pandang penderita. Penderita disuruh untuk melihat gerak dan jumlah tangan pemeriksa di arah:a.Lateral : 900b.Caudal : 700c.Cranial :550d.Medial 600Pemeriksaan masing-masing bola mata dilakukan terpisah.Penderita didudukkan menghadap pemeriksan. Pemeriksaan dimulai dengan menutup mata kiri , sedangkan mata kanan menatap mata kiri pemeriksan.Pemeriksa memperlihatkan beberapa jarinya sebentar di perifer salah satu dari empat kuadran. Penderita diminta untuk menyebutkan jumalh jari yang digerakkan sesaat tersebut sambil tetap menatap ke depan.Pemeriksaan diulang untuk kuadran temporal bawah dan atas serta nasal atas dan bawah.Kesalahan interpretasi penderita mengindikasikan kelainan seperti ablatio retina, kelainan nervus optikus, dan iskemik pada jalur visual interkranial.2.Uji konfrontasi simultanPemeriksa mengankat kedua tangannya ke samping.Penderita harus menentukan pada sisi mana jari pemeriksa yang bergerak-gerak. Pemeriksaan ini digunakan untuk mengetahui kelainan misalnya hemianopsia homonim kiri atau kanan.d.Mengukur kekuatan lensa sferisMemasang kacamata pecobaan pada posisi yang tepat (=PD jauh)Pasang penutup (occluder) di depan salah satu mata yang tidak diperiksaPenderita diperintahkan melihat snellen chartMeletakkan lensa S+atau S-tergantung bertambah terang atau tidak pada mata yang diperiksa. Tambah kekuatan lensa sampai penderita puas dengan penglihatannya (Trial and Error)Bila miopi : dipilih untuk kacamata lensa S-terkecil yang memberi penglihatan terbaikBila hipermetropi: dipilih lensa S+terbesare.Pemeriksaan astigmatisma Cara pengaburan (fogging technique)Setelah penderita dikoreksi untuk hipermetropia atau myopia yang ada, maka tajam penglihatannya dikaburkan dengan lensa positif, sehingga tajam penglihatan berkurang 2 baris pada kartu Snellen, misalnya dengan menambah lensa sferis positif 3. penderita diminta melihat kisi-kisi juring astigmatismePenderita ditanyakan garis mana yang paling jelas terlihat. Bila garis juring pada 90 yang jelas, maka tegak lurus padanya ditaruh sumbu lensa silinder atau lensa silinder ditempatkan dengan sumbu 180.Perlahan-lahan kekuatan lensa silinder ini dinaikkan sampai garis juring kisi-kisi astigmatisme vertical sama tegasnya atau kaburnya dengan juring horizontal atau semua juring sama jelasnya bila dilihat dengan lensa silinder yang ditambahkan.Kemudian penderita diminta melihat kartu Snellen dan perlahan-lahan ditaruh lensa negatif sampai penderita melihat jelas pada kartu Snellen. (Vaughan, 1995)f.Pemeriksaan tonometri1.Tonometri SchiotzPenderita tidur terlentang dan diberi anestesi lokal pada kedua mata.Penderita menatap lurus ke depan dan kelopak mata difiksasi agar tetap terbuka dengan menarik palpebra ke arah tepi.Tonometer diturunkan oleh tangan satunya sampai ujung cekung laras menyentuh kornea. Dengan gaya yang ditetapkan dengan beban terpasang, tonjolan plunger berujung tumpul menekan pada kornea dan sedikit melekukkan pusat kornea.Tekanan kornea sebanding dengan TIO, akan mendesark plunger ke atas.Tekanan membuat jarum penunjuk skala bergeser. Makin tinggi TIO makin besar tahanan kornea terhadap indentasi, makin tinggi pula pula geseran plunger untuk menaikkan gaya pada kornea. Kalibrasi dilakukan dengan meletetakkan tonometer pada benda yang mirip dengan kornea yang akan menghasilkan angka 0http://www.medindia.net/health-screening-test/images/Schiotz-tonometry.jpg2.Tonometri Aplanasi GoldmanPenderita diberikan anestesi lokal dan pemberian fluoresceinPenderita duduk di depan slitlamp dan tonometer disiapkan.Untuk bisa melihat fluorocein, dipakai filter biru cobalt dengan penyinaran paling terang.Pemeriksa melihat melalui slitlamp okuler saat ujungnya berkontak dengan korneaSetelah berkontak, ujung tonometer merakan bangian tengah kornea dan menghasilkan garis fluoroscein melingkat tipis. Sebuah prisma di ujung visual memecah lingkaran ini menjadi dua setengah lingkaran yang tampak hijau melalui okuler slitlamp. Beban tonometer diatur secara manual sampai kedua setengah lingkaran tersebut tepat bertumpuk. Titik akhir menunjukkan bahwa kornea telah didatarkan oleh beban standar yang terpasang. Jumlah beban yang dibutuhkan untuk ini diterjemahkan skala menjadi bacaan tekanan dalam milimeter air raksa.Prinsip kerja tonometer ini adalah mengukur besarnya beban yang diperlukan untuk meratakan apeks kornea dengan standar. Makin tinggi TIO makin besar beban yang dibutuhkan.http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/thumb/5/55/PASCAL_tonometer.jpg/250px-PASCAL_tonometer.jpg

http://www.rootatlas.com/wordpress/wp-content/uploads/2007/08/goldmanglaucoma.jpg3.Tonometri Non-Kontak.Udara dihembuskan ke kornea.Udara yang terpantul dari permukaan kornea akan mengenai membran penerima tekanan pada alat.http://www.drberck.com/pics/tonometry.jpg4.Tonometri digital palpasiPenderita disuruh menutup mata dengan pandangan mata ke bawahJari pemeriksa bersandar pada dahi dan pipi penderitaKedua jari telunjuk menenkan bola mata pada bagian belakang ornea bergantianSatu telunjuk mengimbangi tekanan saat telunjuk lainnya menekan bola mataPenilaian dapat dicatat mata N+1, N+2, N+3 atau N-1, N-2 yang menyatakan tekanan lebih tinggi atau lebih rendah dari normal. tekanan normal dimisalkan adalah tekanan lidah pada pipi. ((Vaughan, 1995)

Dasar tekhik pemeriksaan dalam ilmu penyakit mata hal 182g.Tes Buta WarnaTes buta warna yang sering digunakan menggunakan buku pseudochromatis ishihara yang terdiri dari 38 gambar/angka yang berwarna-warni.Lembaran buku harus dibaca dalam ruangan yang cukup dengan cahaya matahari.Pembacaan dengan sinar matahari yang lansung, bila dengan cahaya listrik atau lainnya akan mempengaruhi hasil pembacaan tersebut, sebab hal itu akan dapat merubah warna yang ada di buku ishihara.Pembacaan harus dilakukan pada jarak 75 cm dan tak boleh digerak-gerakkanGambar 1-25 waktu melihat per gambar dilakukan dalam waktu 3 detik.Bila beberapa gambar tidak terbaca tes dilanjutkan gambar 26-38, waktu pembacaan per gambar tidak lebih dari 10 detik.Gambar 22-25 digunakan untuk menentukan macam buawa warna protan atau deutran.Gambar 26-27 menghubungkan jalur dari tanda *yang berwarna merah ungu sampai tanda* yang diseberangnya. Pada protanopia dan protanomali yang kuat, hanya jalur ungu yang bisa ditunjukkan. Pada protanomali yang ringan, kedua jalur merah dan pada deutranomalia yang ringan kedua jalur dapat diikuti tetapi jalur merah lebih mudah diikuti.Gambar 28-29 pada orang normal dan buta warna total tak dapat mengikuti jalur tersebut tetapi sebagian pada kelemahan penglihatan warna hijau-merah mengikuti jalur yang salah.Gambar 30-31 pada sebagian besar kelemahan penglihatan warna tak dapat mgnikuti jalur tersebut.Gambar 32-33 pada kelemahan penglihatan warna tak dapat mengikutiGambar 34-35 pada kelemahan penglihatan warna merah hijau menghubungkan jalur hijau dan ungu. Pada buta warna tak dapat mengikuti jalur tersebut.Gambar 36-37 seperti gambar 34-35Gambar 38 pada orang normal dan kelemahan penglihatan warna dapat mengikuti jalur tersebut. (BPP praktikum fisiologi FK UNS, 2012)h.Tes refleks fundusPemeriksaan reflek fundus menggunakan oftalmoskop langsung.Saat penderita menatap pada sasaran jauh dengan mata sebelah pemeriksa membawa rincian retina ke dalam fokus.Pemeriksa melihat pembuluh darah yang ada di retina yang muncul di diskus.Lalu, berkas oftalmoskop diarahkan ke arah nasal dari sisi pasien untuk menilai bentuk, ukuran, warna diskus, ketajaman tepian, dan ukuran mangkuk fisiologik pucat di pusat.Disebelah temporal diskus terdapat refleks pantulan putih yang menandakan fovea centralisyang dikelilingi bagian gelap (macula lutea).Pembuluh vena terlihat lebih besar dan gelap dari arteri, pada iskemik di retina pembuluh vena dan arteri terlihat terputus-putus.(Vaughan, 1995)Sumber :Vaughan, daniel G et al. 1995. Oftalmologi Umum. Jakarta: Widya Medika(BPP praktikum fisiologi FK UNS, 2012)Posted29th September 2012byyusufbudi hermawan0Add a comment

2. SEP29

PEMERIKSAAN DASAR MATAa.Pemeriksaan Penglihatan sentralPemeriksaan penglihatan sentral diukur dengan memperlihatkan sasaran dengan berbagai ukuran yang terpisah pada jarak standar dari mata, misalnya Snellen chart. Ketajaman penglihatan dapat diukur pada jarak 6 meter atau 20 kaki. Hasil yang didapatkan misalnya 4/6 artinya penderita bisa melihat huruf snellen pada jarak 4 meter sedangkan orang normal masih bisa melihat pada jarak 6 meter.b.Uji pinholeDengan mata yang sudah dikoreksi, penderita diperintahkan untuk melihat lagi huruf snellen melalui sebuah lempengan dengan lubang kecil untuk mencegah sebagian besar berkas yang tidak terfokus memasuki mata.Bila ketajaman penglihatan bertambah berarti pada penderita terdapat kelainan refraksi yang belum dikoreksi baik. Bila ketajaman penglihatan berkurang berubah berarti pada penderita tersebut terdapat kelainan pada occulusnya.c.Tes penglihatan perifer1.Tes konfrontasiTes konfrontasi digunakan untuk menilai lapang pandang penderita. Penderita disuruh untuk melihat gerak dan jumlah tangan pemeriksa di arah:a.Lateral : 900b.Caudal : 700c.Cranial :550d.Medial 600Pemeriksaan masing-masing bola mata dilakukan terpisah.Penderita didudukkan menghadap pemeriksan. Pemeriksaan dimulai dengan menutup mata kiri , sedangkan mata kanan menatap mata kiri pemeriksan.Pemeriksa memperlihatkan beberapa jarinya sebentar di perifer salah satu dari empat kuadran. Penderita diminta untuk menyebutkan jumalh jari yang digerakkan sesaat tersebut sambil tetap menatap ke depan.Pemeriksaan diulang untuk kuadran temporal bawah dan atas serta nasal atas dan bawah.Kesalahan interpretasi penderita mengindikasikan kelainan seperti ablatio retina, kelainan nervus optikus, dan iskemik pada jalur visual interkranial.2.Uji konfrontasi simultanPemeriksa mengankat kedua tangannya ke samping.Penderita harus menentukan pada sisi mana jari pemeriksa yang bergerak-gerak. Pemeriksaan ini digunakan untuk mengetahui kelainan misalnya hemianopsia homonim kiri atau kanan.d.Mengukur kekuatan lensa sferisMemasang kacamata pecobaan pada posisi yang tepat (=PD jauh)Pasang penutup (occluder) di depan salah satu mata yang tidak diperiksaPenderita diperintahkan melihat snellen chartMeletakkan lensa S+atau S-tergantung bertambah terang atau tidak pada mata yang diperiksa. Tambah kekuatan lensa sampai penderita puas dengan penglihatannya (Trial and Error)Bila miopi : dipilih untuk kacamata lensa S-terkecil yang memberi penglihatan terbaikBila hipermetropi: dipilih lensa S+terbesare.Pemeriksaan astigmatisma Cara pengaburan (fogging technique)Setelah penderita dikoreksi untuk hipermetropia atau myopia yang ada, maka tajam penglihatannya dikaburkan dengan lensa positif, sehingga tajam penglihatan berkurang 2 baris pada kartu Snellen, misalnya dengan menambah lensa sferis positif 3. penderita diminta melihat kisi-kisi juring astigmatismePenderita ditanyakan garis mana yang paling jelas terlihat. Bila garis juring pada 90 yang jelas, maka tegak lurus padanya ditaruh sumbu lensa silinder atau lensa silinder ditempatkan dengan sumbu 180.Perlahan-lahan kekuatan lensa silinder ini dinaikkan sampai garis juring kisi-kisi astigmatisme vertical sama tegasnya atau kaburnya dengan juring horizontal atau semua juring sama jelasnya bila dilihat dengan lensa silinder yang ditambahkan.Kemudian penderita diminta melihat kartu Snellen dan perlahan-lahan ditaruh lensa negatif sampai penderita melihat jelas pada kartu Snellen. (Vaughan, 1995)f.Pemeriksaan tonometri1.Tonometri SchiotzPenderita tidur terlentang dan diberi anestesi lokal pada kedua mata.Penderita menatap lurus ke depan dan kelopak mata difiksasi agar tetap terbuka dengan menarik palpebra ke arah tepi.Tonometer diturunkan oleh tangan satunya sampai ujung cekung laras menyentuh kornea. Dengan gaya yang ditetapkan dengan beban terpasang, tonjolan plunger berujung tumpul menekan pada kornea dan sedikit melekukkan pusat kornea.Tekanan kornea sebanding dengan TIO, akan mendesark plunger ke atas.Tekanan membuat jarum penunjuk skala bergeser. Makin tinggi TIO makin besar tahanan kornea terhadap indentasi, makin tinggi pula pula geseran plunger untuk menaikkan gaya pada kornea. Kalibrasi dilakukan dengan meletetakkan tonometer pada benda yang mirip dengan kornea yang akan menghasilkan angka 0http://www.medindia.net/health-screening-test/images/Schiotz-tonometry.jpg2.Tonometri Aplanasi GoldmanPenderita diberikan anestesi lokal dan pemberian fluoresceinPenderita duduk di depan slitlamp dan tonometer disiapkan.Untuk bisa melihat fluorocein, dipakai filter biru cobalt dengan penyinaran paling terang.Pemeriksa melihat melalui slitlamp okuler saat ujungnya berkontak dengan korneaSetelah berkontak, ujung tonometer merakan bangian tengah kornea dan menghasilkan garis fluoroscein melingkat tipis. Sebuah prisma di ujung visual memecah lingkaran ini menjadi dua setengah lingkaran yang tampak hijau melalui okuler slitlamp. Beban tonometer diatur secara manual sampai kedua setengah lingkaran tersebut tepat bertumpuk. Titik akhir menunjukkan bahwa kornea telah didatarkan oleh beban standar yang terpasang. Jumlah beban yang dibutuhkan untuk ini diterjemahkan skala menjadi bacaan tekanan dalam milimeter air raksa.Prinsip kerja tonometer ini adalah mengukur besarnya beban yang diperlukan untuk meratakan apeks kornea dengan standar. Makin tinggi TIO makin besar beban yang dibutuhkan.http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/thumb/5/55/PASCAL_tonometer.jpg/250px-PASCAL_tonometer.jpg

http://www.rootatlas.com/wordpress/wp-content/uploads/2007/08/goldmanglaucoma.jpg3.Tonometri Non-Kontak.Udara dihembuskan ke kornea.Udara yang terpantul dari permukaan kornea akan mengenai membran penerima tekanan pada alat.http://www.drberck.com/pics/tonometry.jpg4.Tonometri digital palpasiPenderita disuruh menutup mata dengan pandangan mata ke bawahJari pemeriksa bersandar pada dahi dan pipi penderitaKedua jari telunjuk menenkan bola mata pada bagian belakang ornea bergantianSatu telunjuk mengimbangi tekanan saat telunjuk lainnya menekan bola mataPenilaian dapat dicatat mata N+1, N+2, N+3 atau N-1, N-2 yang menyatakan tekanan lebih tinggi atau lebih rendah dari normal. tekanan normal dimisalkan adalah tekanan lidah pada pipi. ((Vaughan, 1995)

Dasar tekhik pemeriksaan dalam ilmu penyakit mata hal 182g.Tes Buta WarnaTes buta warna yang sering digunakan menggunakan buku pseudochromatis ishihara yang terdiri dari 38 gambar/angka yang berwarna-warni.Lembaran buku harus dibaca dalam ruangan yang cukup dengan cahaya matahari.Pembacaan dengan sinar matahari yang lansung, bila dengan cahaya listrik atau lainnya akan mempengaruhi hasil pembacaan tersebut, sebab hal itu akan dapat merubah warna yang ada di buku ishihara.Pembacaan harus dilakukan pada jarak 75 cm dan tak boleh digerak-gerakkanGambar 1-25 waktu melihat per gambar dilakukan dalam waktu 3 detik.Bila beberapa gambar tidak terbaca tes dilanjutkan gambar 26-38, waktu pembacaan per gambar tidak lebih dari 10 detik.Gambar 22-25 digunakan untuk menentukan macam buawa warna protan atau deutran.Gambar 26-27 menghubungkan jalur dari tanda *yang berwarna merah ungu sampai tanda* yang diseberangnya. Pada protanopia dan protanomali yang kuat, hanya jalur ungu yang bisa ditunjukkan. Pada protanomali yang ringan, kedua jalur merah dan pada deutranomalia yang ringan kedua jalur dapat diikuti tetapi jalur merah lebih mudah diikuti.Gambar 28-29 pada orang normal dan buta warna total tak dapat mengikuti jalur tersebut tetapi sebagian pada kelemahan penglihatan warna hijau-merah mengikuti jalur yang salah.Gambar 30-31 pada sebagian besar kelemahan penglihatan warna tak dapat mgnikuti jalur tersebut.Gambar 32-33 pada kelemahan penglihatan warna tak dapat mengikutiGambar 34-35 pada kelemahan penglihatan warna merah hijau menghubungkan jalur hijau dan ungu. Pada buta warna tak dapat mengikuti jalur tersebut.Gambar 36-37 seperti gambar 34-35Gambar 38 pada orang normal dan kelemahan penglihatan warna dapat mengikuti jalur tersebut. (BPP praktikum fisiologi FK UNS, 2012)h.Tes refleks fundusPemeriksaan reflek fundus menggunakan oftalmoskop langsung.Saat penderita menatap pada sasaran jauh dengan mata sebelah pemeriksa membawa rincian retina ke dalam fokus.Pemeriksa melihat pembuluh darah yang ada di retina yang muncul di diskus.Lalu, berkas oftalmoskop diarahkan ke arah nasal dari sisi pasien untuk menilai bentuk, ukuran, warna diskus, ketajaman tepian, dan ukuran mangkuk fisiologik pucat di pusat.Disebelah temporal diskus terdapat refleks pantulan putih yang menandakan fovea centralisyang dikelilingi bagian gelap (macula lutea).Pembuluh vena terlihat lebih besar dan gelap dari arteri, pada iskemik di retina pembuluh vena dan arteri terlihat terputus-putus.(Vaughan, 1995)Sumber :Vaughan, daniel G et al. 1995. Oftalmologi Umum. Jakarta: Widya Medika(BPP praktikum fisiologi FK UNS, 2012)Posted29th September 2012byyusufbudi hermawan0Add a comment

3. SEP29

PEMERIKSAAN DASAR MATAa.Pemeriksaan Penglihatan sentralPemeriksaan penglihatan sentral diukur dengan memperlihatkan sasaran dengan berbagai ukuran yang terpisah pada jarak standar dari mata, misalnya Snellen chart. Ketajaman penglihatan dapat diukur pada jarak 6 meter atau 20 kaki. Hasil yang didapatkan misalnya 4/6 artinya penderita bisa melihat huruf snellen pada jarak 4 meter sedangkan orang normal masih bisa melihat pada jarak 6 meter.b.Uji pinholeDengan mata yang sudah dikoreksi, penderita diperintahkan untuk melihat lagi huruf snellen melalui sebuah lempengan dengan lubang kecil untuk mencegah sebagian besar berkas yang tidak terfokus memasuki mata.Bila ketajaman penglihatan bertambah berarti pada penderita terdapat kelainan refraksi yang belum dikoreksi baik. Bila ketajaman penglihatan berkurang berubah berarti pada penderita tersebut terdapat kelainan pada occulusnya.c.Tes penglihatan perifer1.Tes konfrontasiTes konfrontasi digunakan untuk menilai lapang pandang penderita. Penderita disuruh untuk melihat gerak dan jumlah tangan pemeriksa di arah:a.Lateral : 900b.Caudal : 700c.Cranial :550d.Medial 600Pemeriksaan masing-masing bola mata dilakukan terpisah.Penderita didudukkan menghadap pemeriksan. Pemeriksaan dimulai dengan menutup mata kiri , sedangkan mata kanan menatap mata kiri pemeriksan.Pemeriksa memperlihatkan beberapa jarinya sebentar di perifer salah satu dari empat kuadran. Penderita diminta untuk menyebutkan jumalh jari yang digerakkan sesaat tersebut sambil tetap menatap ke depan.Pemeriksaan diulang untuk kuadran temporal bawah dan atas serta nasal atas dan bawah.Kesalahan interpretasi penderita mengindikasikan kelainan seperti ablatio retina, kelainan nervus optikus, dan iskemik pada jalur visual interkranial.2.Uji konfrontasi simultanPemeriksa mengankat kedua tangannya ke samping.Penderita harus menentukan pada sisi mana jari pemeriksa yang bergerak-gerak. Pemeriksaan ini digunakan untuk mengetahui kelainan misalnya hemianopsia homonim kiri atau kanan.d.Mengukur kekuatan lensa sferisMemasang kacamata pecobaan pada posisi yang tepat (=PD jauh)Pasang penutup (occluder) di depan salah satu mata yang tidak diperiksaPenderita diperintahkan melihat snellen chartMeletakkan lensa S+atau S-tergantung bertambah terang atau tidak pada mata yang diperiksa. Tambah kekuatan lensa sampai penderita puas dengan penglihatannya (Trial and Error)Bila miopi : dipilih untuk kacamata lensa S-terkecil yang memberi penglihatan terbaikBila hipermetropi: dipilih lensa S+terbesare.Pemeriksaan astigmatisma Cara pengaburan (fogging technique)Setelah penderita dikoreksi untuk hipermetropia atau myopia yang ada, maka tajam penglihatannya dikaburkan dengan lensa positif, sehingga tajam penglihatan berkurang 2 baris pada kartu Snellen, misalnya dengan menambah lensa sferis positif 3. penderita diminta melihat kisi-kisi juring astigmatismePenderita ditanyakan garis mana yang paling jelas terlihat. Bila garis juring pada 90 yang jelas, maka tegak lurus padanya ditaruh sumbu lensa silinder atau lensa silinder ditempatkan dengan sumbu 180.Perlahan-lahan kekuatan lensa silinder ini dinaikkan sampai garis juring kisi-kisi astigmatisme vertical sama tegasnya atau kaburnya dengan juring horizontal atau semua juring sama jelasnya bila dilihat dengan lensa silinder yang ditambahkan.Kemudian penderita diminta melihat kartu Snellen dan perlahan-lahan ditaruh lensa negatif sampai penderita melihat jelas pada kartu Snellen. (Vaughan, 1995)f.Pemeriksaan tonometri1.Tonometri SchiotzPenderita tidur terlentang dan diberi anestesi lokal pada kedua mata.Penderita menatap lurus ke depan dan kelopak mata difiksasi agar tetap terbuka dengan menarik palpebra ke arah tepi.Tonometer diturunkan oleh tangan satunya sampai ujung cekung laras menyentuh kornea. Dengan gaya yang ditetapkan dengan beban terpasang, tonjolan plunger berujung tumpul menekan pada kornea dan sedikit melekukkan pusat kornea.Tekanan kornea sebanding dengan TIO, akan mendesark plunger ke atas.Tekanan membuat jarum penunjuk skala bergeser. Makin tinggi TIO makin besar tahanan kornea terhadap indentasi, makin tinggi pula pula geseran plunger untuk menaikkan gaya pada kornea. Kalibrasi dilakukan dengan meletetakkan tonometer pada benda yang mirip dengan kornea yang akan menghasilkan angka 0http://www.medindia.net/health-screening-test/images/Schiotz-tonometry.jpg2.Tonometri Aplanasi GoldmanPenderita diberikan anestesi lokal dan pemberian fluoresceinPenderita duduk di depan slitlamp dan tonometer disiapkan.Untuk bisa melihat fluorocein, dipakai filter biru cobalt dengan penyinaran paling terang.Pemeriksa melihat melalui slitlamp okuler saat ujungnya berkontak dengan korneaSetelah berkontak, ujung tonometer merakan bangian tengah kornea dan menghasilkan garis fluoroscein melingkat tipis. Sebuah prisma di ujung visual memecah lingkaran ini menjadi dua setengah lingkaran yang tampak hijau melalui okuler slitlamp. Beban tonometer diatur secara manual sampai kedua setengah lingkaran tersebut tepat bertumpuk. Titik akhir menunjukkan bahwa kornea telah didatarkan oleh beban standar yang terpasang. Jumlah beban yang dibutuhkan untuk ini diterjemahkan skala menjadi bacaan tekanan dalam milimeter air raksa.Prinsip kerja tonometer ini adalah mengukur besarnya beban yang diperlukan untuk meratakan apeks kornea dengan standar. Makin tinggi TIO makin besar beban yang dibutuhkan.http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/thumb/5/55/PASCAL_tonometer.jpg/250px-PASCAL_tonometer.jpg

http://www.rootatlas.com/wordpress/wp-content/uploads/2007/08/goldmanglaucoma.jpg3.Tonometri Non-Kontak.Udara dihembuskan ke kornea.Udara yang terpantul dari permukaan kornea akan mengenai membran penerima tekanan pada alat.http://www.drberck.com/pics/tonometry.jpg4.Tonometri digital palpasiPenderita disuruh menutup mata dengan pandangan mata ke bawahJari pemeriksa bersandar pada dahi dan pipi penderitaKedua jari telunjuk menenkan bola mata pada bagian belakang ornea bergantianSatu telunjuk mengimbangi tekanan saat telunjuk lainnya menekan bola mataPenilaian dapat dicatat mata N+1, N+2, N+3 atau N-1, N-2 yang menyatakan tekanan lebih tinggi atau lebih rendah dari normal. tekanan normal dimisalkan adalah tekanan lidah pada pipi. ((Vaughan, 1995)

Dasar tekhik pemeriksaan dalam ilmu penyakit mata hal 182g.Tes Buta WarnaTes buta warna yang sering digunakan menggunakan buku pseudochromatis ishihara yang terdiri dari 38 gambar/angka yang berwarna-warni.Lembaran buku harus dibaca dalam ruangan yang cukup dengan cahaya matahari.Pembacaan dengan sinar matahari yang lansung, bila dengan cahaya listrik atau lainnya akan mempengaruhi hasil pembacaan tersebut, sebab hal itu akan dapat merubah warna yang ada di buku ishihara.Pembacaan harus dilakukan pada jarak 75 cm dan tak boleh digerak-gerakkanGambar 1-25 waktu melihat per gambar dilakukan dalam waktu 3 detik.Bila beberapa gambar tidak terbaca tes dilanjutkan gambar 26-38, waktu pembacaan per gambar tidak lebih dari 10 detik.Gambar 22-25 digunakan untuk menentukan macam buawa warna protan atau deutran.Gambar 26-27 menghubungkan jalur dari tanda *yang berwarna merah ungu sampai tanda* yang diseberangnya. Pada protanopia dan protanomali yang kuat, hanya jalur ungu yang bisa ditunjukkan. Pada protanomali yang ringan, kedua jalur merah dan pada deutranomalia yang ringan kedua jalur dapat diikuti tetapi jalur merah lebih mudah diikuti.Gambar 28-29 pada orang normal dan buta warna total tak dapat mengikuti jalur tersebut tetapi sebagian pada kelemahan penglihatan warna hijau-merah mengikuti jalur yang salah.Gambar 30-31 pada sebagian besar kelemahan penglihatan warna tak dapat mgnikuti jalur tersebut.Gambar 32-33 pada kelemahan penglihatan warna tak dapat mengikutiGambar 34-35 pada kelemahan penglihatan warna merah hijau menghubungkan jalur hijau dan ungu. Pada buta warna tak dapat mengikuti jalur tersebut.Gambar 36-37 seperti gambar 34-35Gambar 38 pada orang normal dan kelemahan penglihatan warna dapat mengikuti jalur tersebut. (BPP praktikum fisiologi FK UNS, 2012)h.Tes refleks fundusPemeriksaan reflek fundus menggunakan oftalmoskop langsung.Saat penderita menatap pada sasaran jauh dengan mata sebelah pemeriksa membawa rincian retina ke dalam fokus.Pemeriksa melihat pembuluh darah yang ada di retina yang muncul di diskus.Lalu, berkas oftalmoskop diarahkan ke arah nasal dari sisi pasien untuk menilai bentuk, ukuran, warna diskus, ketajaman tepian, dan ukuran mangkuk fisiologik pucat di pusat.Disebelah temporal diskus terdapat refleks pantulan putih yang menandakan fovea centralisyang dikelilingi bagian gelap (macula lutea).Pembuluh vena terlihat lebih besar dan gelap dari arteri, pada iskemik di retina pembuluh vena dan arteri terlihat terputus-putus.(Vaughan, 1995)Sumber :Vaughan, daniel G et al. 1995. Oftalmologi Umum. Jakarta: Widya Medika(BPP praktikum fisiologi FK UNS, 2012)Posted29th September 2012byyusufbudi hermawan0Add a comment

Loading

Send feedback_1424099676.unknown