senin selasa rabu 2 3 9 10 12 13 14 15 17 18 19 20 21 22 23 24...

3
KORAN TEMPO Senin o Sabtu 0 Minggu o Selasa 0 Rabu 0 Kamis 0 Jumat 23 17 18 19 4 5 678 9 10 @ 20 21 22 23 24 25 26 12 13 14 15 27 28 29 30 31 OJan OPeb OSep OOkt ONov ODes .. o Mar OApr OMel eJun OJul 0 Ags Sentimen N egatif F oke- N ara Ali Nurdin, KANDIDAT DOKTOR ILMU POLlTIK UNIVERSITAS PADJADJARAN, BANDUNG; DIREKTUR STRATEGY PR JAKARTA J ika hasil survei Lingkaran Survei Indonesia (LSI) dapat dipercaya, pasang- an calon gubemur dan wakil gubemur Fauzi Bowo dan Nachrowi Ramli (Foke- Nara) boleh jadi sedang berada dalam situasi kritis menghadapi pemilihan kepala daerah DKI Jakarta pada 11Juli mendatang. Dalam survei yang dirilis pada 8 Aprillalu, LSI menyimpulkan Foke-Nara memiliki elek- tabilitas sekitar 49,1 persen dan berpotensi menang dalam satu putaran. Namun, dalam survei berikutnya dengan metode yang sama, yang diumumkan pada 27 Mei lalu, Foke- Nara diprediksi oleh LSI hanya bakal meraih suara sekitar 43,3 persen. Artinya, dalam waktu kurang dari dua bulan, dukungan ter- hadap Foke-Nara tergerus hampir 6 persen. Sementara itu, dukungan bagi pesaing terde- katnya, Jokowi-Ahok, mengalami kenaikan lebih dari 6 persen, dari 14,4 persen menjadi 20,9 persen pada periode yang sama. Apa artinya? Gejala penurunan dukungan ini menunjukkan bahwa Foke-Nara memiliki sentimen negatif yang sangat besar dan terus membesar mendekati hari pemilihan. Padahal popularitas Foke di kalangan calon pemilih DKI Jakarta mendekati angka 100 persen, karena dia adalah kandidat petahana (mcumbent) yang sudah tersosialisasi sejak sedikitnya lima tahun lalu. . Sentimen publik merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari demokrasi (Axrnann, 2003~ Understanding Democratic Politis, Sage . Publications). Sentimen ini dapat bersifat posi- tif ~tau negatif. Sentimen negatif dapat dilihat: dan gap antara tingkat popularitas dan elek- tabilitas seorang.kandidat. Makin tinggi jarak an~ tingkat dikenalnya dan kemungkinan terpilih seorang calon, makin tinggi sentimen negati:fnya.Sentimen ini bisa muncul dari berbagai faktor, salah satunya dari penilaian terhadap rekam jejak kandidatyang dianggap tidak mampu menunjukkan kepemimpinan dan kinerja yang mumpuni. Dengan berbagai problem yang membelit Jakarta, seperti ancam- an banjir dan kemacetan, Fake sangat rawan t~rkena s~~en negatif yang tinggi, karena dia dinilai tidak mampu mengatasi kedua masalah akut tersebut. Sentimen ini juga bisa bersumber dari kepribadian kandidat yang dianggap tidak layak memimpin, misalnya dianggap sorn- bong, arogan, dan kurang sopan-santun. Atau . bisa jadi karena pemilihan pasangan wakil gubemur yang dianggap tidak cocok. Isu-isu seputar kandidat yang belum jelas kebenar- annya juga sering menjadi sumber sentimen ne atif. Celakanya, sentimen negatif ini biasanya semakin besar sejalan dengan peningkatan popularitas seorang kandidat. Karena semakin tinggi tingkat dikenalnya kandidat semakin banyak informasi tentang kandidat itu yang diketahui oleh publik, ada kemung- kinan akan semakin banyak pula informasi negatif mengenai kandidat yang bersangkut- an, yang sampai ke khalayak calon pemilih. Dalam situasi ini, tantangan bagi Foke bukan lagi memperkenalkan diri ke seba- nyak-banyaknya pemilih, melainkan meya- kinkan calon pemilih yang sudah mengenal- nya bahwa dia adalah kandidat yang paling layak di antara kandidat lainnya. Dengan kebutuhan seperti itu, strategi penyebaran poster, spanduk, billboard, atau "serangan udara"melalui iklan televisi dan media massa lainnya ada kemungkinan tidak lagi efektif bagi Foke-Nara. Publik membutuhkan konfirmasi yang lebih konkret bahwa kan- didatyan.g sudah terkenal itu adalah yang terbaik di antara beberapa pilihan. Upaya memp.erbanyak turun ke lapangan, kampanye dari pintu ke pintu, dan testimonial adalah beberapa strategi yang dapat dipilih Foke- Nara untuk mengurangi sentimen negatif terhadap dirinya. N~un pengalaman pada beberapa pemilihan di tempat lain membuktikan ~paya mengatasi stigma atas petahana ini tidak mudah dilakukan. Sejumlah kasus . menunjukkan petahana yang elektabilitasnya melorot sulit mengalami recovery untuk tetap berada di atas para pesaingnya. Kekalahan Presiden Megawatt Soekarnoputri dari Susilo BambangYudhoyono (2004),Danny Setiaw di Jawa Barat (2007),Syahrial Oesman di l Sumatera Selatan (2008),atau Irwandi Yusuf di Aceh (2012)memperlihatkan bagaimana sulitnya membendung sentimen negatif terhadap petahana. Kllplng Humas Un pad 2012

Upload: phungkhuong

Post on 23-May-2019

214 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

KORAN TEMPO• Senin o Sabtu 0 Mingguo Selasa 0 Rabu 0 Kamis 0 Jumat

2 317 18 19

4 5 6 7 8 9 10 @20 21 22 23 24 25 26

12 13 14 1527 28 29 30 31

OJan OPeb OSep OOkt ONov ODes ..oMar OApr OMel eJun OJul 0 Ags

Sentimen Negatif Foke- NaraAli Nurdin, KANDIDAT DOKTOR ILMU POLlTIK UNIVERSITAS PADJADJARAN, BANDUNG; DIREKTUR STRATEGY PR JAKARTA

J ika hasil survei Lingkaran SurveiIndonesia (LSI) dapat dipercaya, pasang-an calon gubemur dan wakil gubemurFauzi Bowo dan Nachrowi Ramli (Foke-Nara) boleh jadi sedang berada dalam

situasi kritis menghadapi pemilihan kepaladaerah DKI Jakarta pada 11 Juli mendatang.Dalam survei yang dirilis pada 8 Aprillalu,

LSI menyimpulkan Foke-Nara memiliki elek-tabilitas sekitar 49,1 persen dan berpotensimenang dalam satu putaran. Namun, dalamsurvei berikutnya dengan metode yang sama,yang diumumkan pada 27 Mei lalu, Foke-Nara diprediksi oleh LSI hanya bakal meraihsuara sekitar 43,3 persen. Artinya, dalamwaktu kurang dari dua bulan, dukungan ter-hadap Foke-Nara tergerus hampir 6 persen.Sementara itu, dukungan bagi pesaing terde-katnya, Jokowi-Ahok, mengalami kenaikanlebih dari 6 persen, dari 14,4 persen menjadi20,9 persen pada periode yang sama.Apa artinya? Gejala penurunan dukungan

ini menunjukkan bahwa Foke-Nara memilikisentimen negatif yang sangat besar danterus membesar mendekati hari pemilihan.Padahal popularitas Foke di kalangan calonpemilih DKI Jakarta mendekati angka 100persen, karena dia adalah kandidat petahana(mcumbent) yang sudah tersosialisasi sejaksedikitnya lima tahun lalu.. Sentimen publik merupakan bagian yangtidak terpisahkan dari demokrasi (Axrnann,2003~Understanding Democratic Politis, Sage .Publications). Sentimen ini dapat bersifat posi-tif ~tau negatif. Sentimen negatif dapat dilihat:dan gap antara tingkat popularitas dan elek-tabilitas seorang.kandidat. Makin tinggi jarakan~ tingkat dikenalnya dan kemungkinanterpilih seorang calon, makin tinggi sentimennegati:fnya.Sentimen ini bisa muncul dariberbagai faktor, salah satunya dari penilaianterhadap rekam jejak kandidatyang dianggaptidak mampu menunjukkan kepemimpinandan kinerja yang mumpuni. Dengan berbagaiproblem yang membelit Jakarta, seperti ancam-an banjir dan kemacetan, Fake sangat rawant~rkena s~~en negatif yang tinggi, karenadia dinilai tidak mampu mengatasi keduamasalah akut tersebut.Sentimen ini juga bisa bersumber dari

kepribadian kandidat yang dianggap tidaklayak memimpin, misalnya dianggap sorn-bong, arogan, dan kurang sopan-santun. Atau .bisa jadi karena pemilihan pasangan wakilgubemur yang dianggap tidak cocok. Isu-isuseputar kandidat yang belum jelas kebenar-annya juga sering menjadi sumber sentimenne atif.

Celakanya, sentimen negatif ini biasanyasemakin besar sejalan dengan peningkatanpopularitas seorang kandidat. Karenasemakin tinggi tingkat dikenalnya kandidatsemakin banyak informasi tentang kandidatitu yang diketahui oleh publik, ada kemung-kinan akan semakin banyak pula informasinegatif mengenai kandidat yang bersangkut-an, yang sampai ke khalayak calon pemilih.Dalam situasi ini, tantangan bagi Foke

bukan lagi memperkenalkan diri ke seba-nyak-banyaknya pemilih, melainkan meya-kinkan calon pemilih yang sudah mengenal-nya bahwa dia adalah kandidat yang palinglayak di antara kandidat lainnya. Dengankebutuhan seperti itu, strategi penyebaranposter, spanduk, billboard, atau "seranganudara"melalui iklan televisi dan mediamassa lainnya ada kemungkinan tidak lagiefektif bagi Foke-Nara. Publik membutuhkankonfirmasi yang lebih konkret bahwa kan-

didatyan.g sudah terkenal itu adalah yangterbaik di antara beberapa pilihan. Upayamemp.erbanyak turun ke lapangan, kampanyedari pintu ke pintu, dan testimonial adalahbeberapa strategi yang dapat dipilih Foke-Nara untuk mengurangi sentimen negatifterhadap dirinya.N~un pengalaman pada beberapa

pemilihan di tempat lain membuktikan~paya mengatasi stigma atas petahana initidak mudah dilakukan. Sejumlah kasus .menunjukkan petahana yang elektabilitasnyamelorot sulit mengalami recovery untuk tetapberada di atas para pesaingnya. KekalahanPresiden Megawatt Soekarnoputri dari SusiloBambangYudhoyono (2004),Danny Setiawdi Jawa Barat (2007), Syahrial Oesman di

l Sumatera Selatan (2008), atau Irwandi Yusufdi Aceh (2012)memperlihatkan bagaimanasulitnya membendung sentimen negatifterhadap petahana.

Kllplng Humas Un pad 2012

Namun pengalaman padabeberapa pemilihan ditempat lain membuktikanupaya mengatasi stigmaetas petahana ini tidakmudah dilakukan. Sejumlahkasus memmjukkan bahwa

, petahana yang elektabilitas-nya melorot sulit mengaiamirecovery untuk tetap beradadi atas para pesaingnya.

Putaran keduaFoke-Nara harus bersiap menerima

kenyataan bahwa pemilihan kepala daerahDKI Jakarta akan berlanjut ke putarankedua untuk mencari pasangan yang meraihdukungan di atas 50 persen. Bahkan, jika

tren penurunan dukungan terhadap Foke-Nara ini berlanjut sampai hari pemungutansuara, tidak mustahil suara petahana akantersalip oleh para pesaingnya, terutamaJokowi-Ahok. ~Para penantang Foke-Nara pada umumnya

memiliki sentimen negatif yang relatif lebihrendah. Belum banyak informasi negatifmengenai Jokowi-Ahok, Hidayat-Didik, atauAlex-Nono yang sampai ke benak pemilih,sehingga membentuk resistansi tertentu.Tingkat popularitas para kandidat penantangkalangan pemilih Jakarta masih terbilangrendah, di kisaran 50-60 persen.Para penantang yang belum terlalu dike-

nal publik memiliki peluang yang cukupterbuka untuk meningkatkan elektabilitasmereka dalam rentang waktu yang cukuppendek. Presiden Yudhoyono (2004),AhmadHeryawan di Jawa Barat (2007),Alex Noerdindi Sumatera Selatan (2008), atau ZainiAbdullah di Aceh (2012) adalah contoh-contoh kandidat penantang yang suksesmeningkatkan elektabilitasnya dalam waktusekitar enam bulan saja-dan pada akhirnyamemenangi pemilihan.Strategi bagi para penantang ini biasanya

sederhana: genjot popularitas setinggi-tingginya, maka elektabilitas akan ikutterdorong naik. Karena itu, para penantangberkepentingan memasang alat peragakampanye mereka seluas-luasnya agar dapatdilihat oleh sebanyak-banyaknya pemilih.Penyebaran poster, spanduk, pemasanganbillboard, dan iklan di media massa ataumedia apa saja yang dapat menjangkauorang banyak menjadi pilihan strategispara penantang Foke-Nara yang ingin lebihbanyak dikenal pemilih.Sentimen negatif terhadap Foke-Nara

dapat menjadi ancaman mematikan jikapemilihan kepala daerah DKI Jakarta ber-lanjut ke putaran kedua-ada kemungkinanFoke-Nara berhadapan dengan Jokowi-Ahok. Foke-Nara berpotensi menjadi "musuhbersama" sehingga pasangan yang kalahdi putaran pertama secara bersama-samamendukung pemenangan penantang Foke-Nara. Jika itu terjadi, kiprah "Bang Kumis"di panggung pemerintahan Jakarta boleh jadiakan segera menjadi sejarah .•