seminar psikologi klinis

33
SEMINAR PSIKOLOGI KLINIS PEMBERIAN RELAKSASI UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI PADA PEMAIN BOLA BASKET MUHAMMAD ARIFUDDIN (08013206) FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS AHMAD DAHLAN YOGYAKARTA 2012

Upload: muhammad-arifuddin

Post on 24-Oct-2015

28 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Seminar Psikologi Klinis

SEMINAR PSIKOLOGI KLINIS

PEMBERIAN RELAKSASI UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI

PADA PEMAIN BOLA BASKET

MUHAMMAD ARIFUDDIN

(08013206)

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS AHMAD DAHLAN

YOGYAKARTA

2012

Page 2: Seminar Psikologi Klinis

ABSTRAK

Pada olahragawan khususnya bidang bola basket banyak ditemukan tentang

adanya tekanan saat pertandingan. Pemain atau atlet seringkali tidak dapat

fokus dengan permainannya serta instruksi dari sang pelatih, adanya

pemecahan masalah secara tepat dan tepat serta komunikasi dengan rekan satu

tim mengakibatkan tekanan yang cukup besar sehingga sering terjadi para

pemain mengalami kelelahan mental dan fisik yang sering berujung pada

ketegangan tubuh sehingga mengakibatkan cedera. Dengan melakukan

relaksasi pemain dapat mengatasi kecemasan dan ketegangan disaat

pertandingan sehingga memiliki sasaran (goal setting) yang tepat yang

merupakan dasar dan latihan mental. Relaksasi ini diberikan kepada pemain

ketika dalam latihan menghadapi pertandingan, dalam pemberian relaksasi yang

diberikan ada beberapa jenis yaitu relaksasi pernafasan, relaksasi suara,

relaksasi kosong. Hasil yang diharapkan pada pemain akan adanya penekanan

terhadap ketegangan dan kecemasan yang muncul saat pertandingan, pemain

mampu mengolah instruksi pelatih dengan baik, team work yang solid,

meningkatkan motivasi, berpikir positif. Dengan adanya relaksasi yang dilakukan

pemain bola basket maka dapat mengaktualisasikan potensi secara optimal, dan

prestasi yang akan diperoleh dapat dipacu terus menerus.

Page 3: Seminar Psikologi Klinis

BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Olahraga merupakan aktivitas fisik yang dilakukan oleh individu manusia dengan

maksud dan tujuan tertentu, pada saat ini olahraga telah banyak berkembang

disegala lapisan masyarakat. Olahraga juga kerap menjadi ajang perlombaan

untuk menunjukan kemampuan masing-masing baik secara individu ataupun

kelompok. Olahraga yang telah berubah menjadi gaya hidup karena selain

manfaat yang didapatkan namun juga sebagai sarana untuk mempererat

hubungan masing-masing individu dari yang lingkupnya kecil hingga lingkupnya

besar layaknya olimpiade yang masing-masing pesertanya berlomba untuk

mewakili dan mengharumkan nama negaranya dikancah internasional. Didalam

olahraga banyak sekali cabangnya, olahraga menuntut ketahanan fisik yang

prima, ketepatan berpikir pemecahan masalah secara tepat. Dengan adanya

beberapa elemen didalamnya tersebut, tidak ayalnya olahraga menjadi

primadona di beberapa Negara bahkan berubah menjadi sebuah bisnis yang

sangat menggiurkan yang banyak mendatangkan profit karena melibatkan

beberapa aspek kehidupan. Didalam jiwa seseorang olahragawan atau atlet

disamping olahraga yang menyehatkan juga sebagai sarana untuk berprestasi

bagi dirinya sendiri.untuk berprestasi bagi dirinya sendiri.

2. Alasan dan Tujuan

Pemain bola basket sering mengalami ketegangan dan kecemasan ketika saat

bertanding, mereka juga sering kali terkena cedera karena kondisi yang diterima

melebihi kapasitas tubuh sang pemain. Didalam penelitian bermaksud untuk

mengetahui bagaimana seorang atlet bola basket memiliki motivasi berprestasi

sehingga dapat mengoptimalkan apa yang menjadi kebutuhannya didalam

ataupun diluar karena pertandingan. Dengan adanya penelitian ini diharapkan

dapat diketahui apakah yang dapat memotivasi seorang pemain bola basket dari

segi prestasi serta memberikan kontribusi yang cukup untuk para pemain

ataupun masyarakat yang berminat tentang bola basket.

Page 4: Seminar Psikologi Klinis

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2. Pengertian

2.1 Relaksasi

Relaksasi adalah salah satu teknik dalam terapi perilaku yang

dikembangkan oleh Jacobson dan Wolpe untuk mengurangi ketegangan dan

kecemasan (Goldfried dan Davidson, 1976). Teknik ini dapat dilakukan oleh

pasien tanpa bantuan terapis dan dapat digunakan untuk mengurangi

ketegangan dan kecemasan yang dialami sehari-hari dirumah (dalam Walker,

1981). Relaksasi pada dasarnya berguna untuk meringankan beban yang

ada pada tubuh khususnya tubuh manusia yang mengalami ketegangan atau

gangguan yang bersifat fisik ataupun psikis. Gangguan atau ketegangan

yang muncul biasanya dapat menimbulkan stres pada tubuh manusia dimana

sering disebut sebagai distress, karena stres ini menimbulkan efek negatif

pada penderitanya. Dengan adanya stres tersebut, tubuh manusia yang

banyak memiliki tuntutan dari luar diharapkan dapat dengan segera

merespon dan menghilangkannya, salah satunya yaitu dengan relaksasi.

Menurut pandangan ilmiah relaksasi merupakan perpanjangan serabut otot

skeletal, sedangkan ketegangan merupakan kontraksi terhadap perpindahan

serabut otot (Becch dkk, 1982 dalam utami, 1993).

Di dalam sistem saraf manusia terdapat sistem saraf pusat dan sistem

saraf otonom. Sistem saraf pusat berfungsi mengendalikan gerakan-gerakan

yang dikehendaki, misalnya gerakan tangan, kaki, leher, dan jari-jari. Sistem

saraf otonom berfungsi mengendalikan gerakan-gerakan yang otomatis,

misalnya fungsi digestif, proses kardiovaskuler dan gairah seksual. Sistem

saraf otonom ini terdiri dari dua subsistem yaitu sistem saraf simpatetis dan

sistem saraf parasimpatetis yang kerjanya saling berlawanan. Jika sistem

saraf simpatetis meningkatkan rangsangan atau memacu organ-organ tubuh,

memacu meningkatnya denyut jantung dan pernafasan, serta menimbulkan

penyempitan pembuluh darah tepi (peripheral) dan pembesaran pembuluh

darah pusat, maka sebaliknya sistem saraf parasimpatetis menstimulasi

turunnya semua fungsi yang dinaikkan oleh sistem saraf simpatetis dan

menaikkan semua fungsi yang diturunkan oleh sistem saraf simpatetis

Page 5: Seminar Psikologi Klinis

(Utami, 2002). Pada saat individu mengalami ketegangan dan kecemasan

yang bekerja adalah sistem saraf simpatetis, sedangkan saat rileks yang

bekerja adalah sistem saraf para simpatetis. Jadi relaksasi dapat menekan

rasa tegang dan cemas dengan cara resiprok, sehingga timbul counter

conditioning dan penghilangan (Prawitasari, 1988).

Ada bermacam-macam teknik relaksasi. Seperti pada relaksasi otot yang

bertujuan untuk mengurangi ketegangan dan kecemasan dengan cara

melemaskan otot-otot badan. Termasuk dalam relaksasi otot adalah:

Relaxation via tension-Relaxation. Metode ini digunakan agar

individu dapat merasakan perbedaan antara saat-saat otot tubuhnya

tegang dan saat otot dalam keadaan lemas. Selain itu individu dilatih

untuk melemaskan otot-otot yang tegang tersebut sehingga dapat

mencapai keadaan rileks. Otot yang dilatih adalah otot lengan,

tangan, biceps, bahu, leher, wajah, perut, dan kaki.

Relaxation via Letting Go. Metode ini biasanya merupakan tahap

berikutnya dari pelatihan Relaxation via Tension-Relaxation yaitu

latihan untuk lebih memperdalam dan menyadari relaksasi. Pada

metode ini diharapkan individu dapat lebih peka terhadap

ketegangan dan lebih ahli dalam mengurangi ketegangan.

Differential Relaxation. Relaksasi diferensial merupakan salah satu

penerapan ketrampilan relaksasi progresif. Dalam pelatihan relaksasi

diferensial ini individu tidak hanya menyadari kelompok otot yang

diperlukan untuk melakukan aktivitas tertentu saja tetapi juga

mengidentifikasi dan lebih menyadari lagi otot-otot yang tidak perlu

untuk melakukan aktivitas tersebut.

Pelatihan relaksasi semakin sering dilakukan karena dari hasil

penelitian-penelitian yang dilakukan Jacobson dan Wolpe terbukti bahwa

relaksasi secara efektif dapat mengurangi ketegangan dan kecemasan

(Prawitasari, 1988). Di Indonesia penelitian tentang relaksasi ini juga sudah

cukup banyak dilakukan. Penelitian tersebut antara lain dilakukan oleh

Prawitasari (1988) yang meneliti pengaruh relaksasi terhadap keluhan fisik”,

kemudian Utami (1991) mengukur efektivitas latihan relaksasi dan terapi

kognitif untuk mengurangi kecemasan berbicara di muka umum”, selanjutnya

Page 6: Seminar Psikologi Klinis

Karyono (1994) juga melakukan penelitian untuk mengungkap efektivitas

latihan relaksasi ini dalam menurunkan tekanan darah pada penderita

hipertensi ringan, dan masih banyak penelitian-penelitian lain tentang

relaksasi. Jenis latihan Relaksasi :

Relaksasi Pernafasan (breathing relaxation)

Relaksasi Suara (humming relaxation)

Relaksasi Kosong (blank relaxation).

Ada banyak manfaat nyata dari latihan relaksasi. Burn (dalam Utami, 2002)

melaporkan beberapa keuntungan yang diperoleh dari latihan relaksasi,

antara lain:

Relaksasi akan membuat individu lebih mampu menghindari reaksi

yang berlebihan karena adanya stres. Penelitian yang dilakukan

Dewi (1998) menunjukkan bahwa relaksasi dapat menurunkan

ketegangan pada siswa sekolah penerbang.

Masalah-masalah yang berhubungan dengan stres seperti

hipertensi, sakit kepala, insomnia dapat dikurangi atau diobati

dengan relaksasi. Penelitian Hoelscher dan Lichstein (1986) serta

Karyono (1994) menunjukkan bahwa relaksasi dapat menurunkan

tekanan darah systolic dan diastolic pada penderita hipertensi.

Selanjutnya Weil dan Goldfried dan Davidson (dalam Utami, 2002)

bahkan telah membuktikan keberhasilan penggunaan relaksasi

pada penderita insomnia yang berusia 11 tahun.

Mengurangi tingkat kecemasan. Beberapa bukti telah menunjukkan

bahwa individu dengan tingkat kecemasan yang tinggi dapat

menunjukkan efek fisiologis positif melalui latihan relaksasi.

Mengurangi kemungkinan gangguan yang berhubungan dengan

stres, dan mengontrol anticipatory anxiety sebelum situasi yang

menimbulkan kecemasan, seperti pertemuan penting, wawancara

dan sebagainya.

Mengurangi perilaku tertentu yang sering terjadi selama periode

stres seperti mengurangi jumlah rokok yang dihisap, konsumsi

alkohol, pemakaian obat-obatan, dan makan yang berlebihan.

Page 7: Seminar Psikologi Klinis

Penelitian yang dilakukan oleh Sutherland, Amit, Golden dan

Rosenberger (dalam Walker dkk, 1981) membuktikan bahwa

relaksasi dapat membantu mengurangi merokok.

Meningkatkan penampilan kerja, sosial, dan ketrampilan fisik. Hal

ini mingkin terjadi sebagai hasil pengurangan tingkat ketegangan.

Kelelahan, aktivitas mental, dan atau latihan fisik yang tertunda

dapat diatasi lebih cepat dengan menggunakan latihan relaksasi.

Kesadaran diri tentang keadaan fisiologis seseorang dapat

meningkat sebagai hasil latihan relaksasi, sehingga memungkinkan

individu untuk menggunakan ketrampilan relaksasi untuk timbulnya

rangsangan fisiologis.

Relaksasi merupakan bantuan untuk menyembuhkan penyakit

tertentu dan operasi.

Konsekuensi fisiologis yang penting dari relaksasi adalah bahwa

tingkat harga diri dan keyakinan diri individu meningkat sebagai

hasil kontrol yang meningkat terhadap reaksi stres.

Meningkatkan hubungan interpersonal. Orang yang rileks dalam

situasi interpersonal yang sulit akan lebih berpikir rasional.

2.2 Motivasi

Secara sederhana motivasi diartikan sebagai dorongan. Dorongan yang

muncul akibat adanya tekanan kebutuhan pada manusia yang

menginginkan suatu kondisi ideal dari perilaku yang dilakukan. Motivasi

banyak berpengaruh terhadap kendali manusia akan suatu tujuan dalam

kebutuhan kehidupan, seperti contohnya kebutuhan penghidupan yang

layak, kebahagiaan, kebutuhan akan pengakuan (recognition) dari

lingkungan, dll. Motivasi adalah keinginan untuk mengerahkan usaha yang

besar untuk mencapai tujuan, yang dipengaruhi oleh kemampuan usaha

untuk memuaskan beberapa kebutuhan individu. Secara garis besar

motivasi melandasi segala kegiatan manusia itu.

Menurut Wulyo (1990) seluruh proses gerakan, termasuk situasi yang

mendorong timbulnya kekuatan pada diri individu, sikap yang dipengaruhi

untuk pencapaian suatu tujuan. Dengan bertambah banyaknya manusia,

Page 8: Seminar Psikologi Klinis

maka bertambah pula kebutuhan yang harus dipenuhinya, meskipun sering

terjadi ketidak seimbangan diantara pemenuhan kebutuhan dan objek

penyedianya.

Kebutuhan yang menyebabkan motivasi menjadi semakin tinggi karena

pada posisi seimbang motivasi yang tinggi akan terjadi karena kebutuhan

yang tinggi juga.

Timbulnya motivasi seiring adanya kebutuhan manusia menuju suatu

tujuan tertentu seperti yang dikemukakan J.P. Chaplin (2001) suatu variabel

yang ikut campur tangan yangg digunakan untuk menimbulkan faktor-faktor

tertentu di dalam organisme, yang membangkitkan, mengelola,

mempertahankan, dan menyalurkan tingkah laku menuju suatu sasaran.

Dibutuhkan tekad yang kuat dari manusia tersebut selaku organisme yang

memilki keinginan tersebut agar tercapai. Suatu kekuatan yang mendorong

atau menarik yang tercermin dalam tingkah laku yang konsisten menuju

tujuan tertentu (Lusi, 1996). Selain itu McClleland (dalam Irmawati, 2002)

juga mengartikan motivasi sebagai standar of excellence, kemudian juga

dikemukakan oleh Eccles (Hetherington & Parke, 1999) bahwa motivasi

berprestasi adalah kecenderungan seseorang berusaha mencapai

kesuksesan, untuk mengevaluasi prestasi dengan standar keunggulan

(standar of excellence) dan merasa puas akan prestasi yang diraihnya.

2.2.1 Aspek-aspek yang mempengaruhi motivasi

Fernald & Fernald (1999) mengungkapkan beberapa hal yang dapat

mempengaruhi motivasi berprestasi seseorang, yaitu :

Keluarga dan kebudayaan (family and cultural). Motivasi

berprestasi seseorang dapat dipengaruhi oleh lingkungan sosial

dan teman (Eastwood, 1983) sedangkan McClleland (dalam

Schultz & Schultz, 1994) menyatakan bahwa bagaimana cara

orangtua dalam mengasuh anak mempunyai pengaruh terhadap

motivasi berprestasi anak. Bernstein (dalam Fernald & Fernald,

1993) menyatakan bahwa kebudayaan dapat mempengaruhi

kekuatan motivasi berprestasi individu

Konsep diri (self concept), merupakan bagaimana seseorang

berpikir mengenai dirinya sendiri. Apabila individu percaya bahwa

Page 9: Seminar Psikologi Klinis

dirinya mampu untuk melakukan sesuatu, maka individu akan

termotivasi untuk melakukan hal tersebut sehingga berpengaruh

dalam bertingkah laku.

Jenis kelamin (sex roles), prestasi yang tinggi biasanya

diidentikan dengan maskulinitas sehinggga banayak para wanita

belajar tidak maksimal khususnya jika wanita tersebut berada

diantara para pria, yang menurut Stein & Baileyu (dalam Fernald

& Fernald, 1999) menyatakan bahwa banyak perempuan dengan

motivasi berprestasi tinggia tidak menampilakn karakteristik

perilaku seperti laki-laki. Homer (dalam Morgan, dkk. 1986) bahwa

pada wanita terdapat kecenderungan takut akan kesuksesan,

dirinya akan ditolak oleh masyarakat jika mendapat kesuksesan

Kemudian juga adanya pengakuan dan prestasi (recognition and

achievement) yang akan membuat individu lebih termotivasi untuk

bekerja lebih keras apabila diri merasa dipedulikan atau

diperhatikan oleh orang lain.

Ketika motivasi terbentuk dalam individu organisme secara otomatis

segala proses pembelajaran yang telah dilakukan dijadikan bahan

pemikirannya tentang bagaimana pencapaian sasaran yang ingin diperoleh.

Di dalam menjalani suatu proses tersebut suatu organisme akan banyak

menemukan tantangan dan hambatan. Adanya proses pembelajaran dalam

proses yang berjalan karena tuntutan yang ada untuk mencapai standar

keunggulan. Dimana standar keunggulan (standar of excellence) tersebut

menurut Monks dan Knoers (1999) berhubungan dengan :

Prestasi orang lain artinya bahwa anak ingin berbuat lebih baik

daripada apa yang telah diperbuat oleh orang lain.

Prestasi diri sendiri yang lampau, berarti bahwa anak ingin berbuat

melebihi prestasinya yang lalu, ingin menghasilkan lebi baik daripada

apa yang telah dihasilkan semula.

Tugas yang harus dilakukannya berarti bahwa anak ingin

menyelesaikan tugas sebaik mungkin. Jadi tugasnya sendiri

merupakan tantangan bagi anak.

Page 10: Seminar Psikologi Klinis

Dengan adanya beberapa kebutuhan organisme, juga dikemukakan oleh

Maslow (1940) adanya teori hierarki kebutuhan bahwa kebutuhan manusia

disusun secara hierarki berdasarkan kepentingan. Yang masing-masing

digolongkan menjadi :

deficincy need yaitu tiga kelompok kebutuhan pada hierarki bawah

yang harus dipuaskan agar kebutuhan individu secara mendasar

terpenuhi (kebutuhan fisiologis, kebutuhan keamanan, dan kebutuhan

sosial).

Lalu growth needs yang merupakan dua kelompok kebutuhan diatas

karena mengutamakan pertumbuhan dan pengembangan diri

(kebutuhan penghargaan dan aktualisasi diri).

Dimana masing-masing kebutuhan yang paling bawah harus dipenuhi

terlebih dahulu sebelum kebutuhan diatasnya menjadi lebih penting.

Meskipun sudah mencapai kebutuhan yang diatas tetapi dapat mengalami

penurunan sehingga perlu pemuasan pada kebutuhan dibawahnya.

2.3 Permainan Bola Basket

Bola basket adalah salah satu jenis permainan olahraga beregu yang

dimainkan oleh 5 orang dalam satu tim. Bola basket merupakan olahraga

terpopuler kedua didunia setelah Sepak bola, bahkan dinegara Amerika

Serikat Bola basket adalah olahraga yang paling populer dibandingkan

dengan Sepak bola. Sejarah Bola basket awal mula ditemukan secara

tidak sengaja pada tahun 1891, Dr. James Naismith seorang guru

Olahraga asal Kanada yang mengajar di sebuah perguruan tinggi untuk

para siswa profesional di YMCA (sebuah wadah pemuda umat Kristen) di

Springfield, Massachusetts. Dia harus membuat suatu permainan di ruang

tertutup untuk mengisi waktu para siswa pada masa liburan musim dingin

di New England. Terinspirasi dari permainan yang pernah ia mainkan saat

kecil di Ontario, Naismith menciptakan permainan yang sekarang dikenal

sebagai Bola basket pada 15 Desember 1891.

Pertandingan resmi bola basket yang pertama, diselenggarakan pada

tanggal 20 Januari 1892 di tempat kerja Dr.James Naismith.Basket adalah

sebutan yang diucapkan oleh salah seorang muridnya. Olahraga ini pun

Page 11: Seminar Psikologi Klinis

menjadi segera terkenal di seantero Amerika Serikat. Penggemar fanatik

ditempatkan di seluruh cabang di Amerika Serikat. Pertandingan demi

pertandingan pun segera dilaksanakan di kota-kota di

seluruh negara bagian Amerika Serikat.

2.3.1 Peraturan dalam Bola basket

Pada awalnya, setiap tim berjumlah sembilan orang dan tidak ada

dribble, sehingga bola hanya dapat berpindah melalui lemparan. Sejarah

peraturan permainan basket diawali dari 13 aturan dasar yang ditulis

sendiri oleh James Naismith. Aturan dasar tersebut adalah sebagai

berikut.

a. Bola dapat dilemparkan ke segala arah dengan menggunakan salah

satu atau kedua tangan.

b. Bola dapat dipukul ke segala arah dengan menggunakan salah satu

atau kedua tangan, tetapi tidak boleh dipukul menggunakan kepalan

tangan (meninju).

c. Pemain tidak diperbolehkan berlari sambil memegang bola. Pemain

harus melemparkan bola tersebut dari titik tempat menerima bola,

tetapi diperbolehkan apabila pemain tersebut berlari pada kecepatan

biasa.

d. Bola harus dipegang di dalam atau di antara telapak tangan. Lengan

atau anggota tubuh lainnya tidak diperbolehkan memegang bola.

e. Pemain tidak diperbolehkan menyeruduk, menahan, mendorong,

memukul pemain lawan dengan cara disengaja. Pelanggaran pertama

terhadap peraturan ini akan dihitung sebagai kesalahan, pelanggaran

kedua akan diberi sangsi berupa diskualifikasi pemain pelanggar

hingga keranjang tim nya dimasuki oleh bola lawan, dan apabila

pelanggaran tersebut dilakukan dengan tujuan untuk mencederai

lawan, maka pemain pelanggar akan dikenai hukuman tidak boleh ikut

bermain sepanjang pertandingan. Pada masa ini, pergantian pemain

tidak diperbolehkan.

f. Sebuah kesalahan dibuat pemain apabila memukul bola dengan

kepalan tangan (meninju), melakukan pelanggaran terhadap aturan 3

Page 12: Seminar Psikologi Klinis

dan 4, serta melanggar hal-hal yang disebutkan pada aturan 5.

g. Apabila salah satu pihak melakukan tiga kesalahan berturut-turut,

maka kesalahan itu akan dihitung sebagai gol untuk lawannya

(berturut-turut berarti tanpa adanya pelanggaran balik oleh lawan).

h. Gol terjadi apabila bola yang dilemparkan atau dipukul dari lapangan

masuk ke dalam keranjang, dalam hal ini pemain yang menjaga

keranjang tidak menyentuh atau mengganggu gol tersebut. Apabila

bola terhenti di pinggir keranjang atau pemain lawan menggerakkan

keranjang, maka hal tersebut tidak akan dihitung sebagai sebuah gol.

i. Apabila bola keluar lapangan pertandingan, bola akan dilemparkan

kembali ke dalam dan dimainkan oleh pemain pertama yang

menyentuhnya. Apabila terjadi perbedaan pendapat tentang

kepemilikan bola, maka wasit yang akan melemparkannya ke dalam

lapangan. pemain yang melempar bola diberi waktu 5 detik untuk

melemparkan bola. Apabila ia memegang lebih lama dari waktu

tersebut, maka kepemilikan bola akan berpindah. Apabila salah satu

pihak melakukan hal yang dapat menunda pertandingan, maka wasit

dapat memberi mereka sebuah peringatan pelanggaran.

j. Wasit berhak untuk memperhatikan permainan para pemain dan

mencatat jumlah pelanggaran dan memberi tahu wasit pembantu

apabila terjadi pelanggaran berturut-turut. Wasit memiliki hak penuh

untuk memberikan diskualifikasi pemain yang melakukan pelanggaran

sesuai dengan yang tercantum dalam aturan 5.

k. Wasit pembantu memperhatikan bola dan mengambil keputusan

apabila bola dianggap telah keluar lapangan, pergantian kepemilikan

bola, serta menghitung waktu. Wasit pembantu berhak menentukan

sah tidaknya suatu gol dan menghitung jumlah gol yang terjadi.

l. Waktu pertandingan adalah 4 babak masing-masing 10 menit

m. Pihak yang berhasil memasukkan gol terbanyak akan dinyatakan

sebagai pemenang.

2.3.2 Lapangan, waktu, dan jumlah pemain Bola basket

Permainan bola basket adalah persegi panjang dengan ukuran

panjang lapangan yaitu 26 meter serta lebar lapangan yaitu 14 meter.

Page 13: Seminar Psikologi Klinis

Tiga buah lingkaran yang terdapat di dalam lapangan basket memiliki

panjang jari-jari yaitu 1,80 meter.

Keliling bola yang digunakan dalam permainan bola basket adalah 75

cm - 78 cm. Sedangkan berat bola adalah 600 - 650 gram. Jika bola

dijatuhkan dari ketinggian 1,80 meter pada lantai papan, maka bola harus

kembali pada ketinggian antara 1,20 - 1,40 meter.

Panjang papan pantul bagian luar adalah 1,80 meter sedangkan lebar

papan pantul bagian luar adalah 1,20 meter. Dan panjang papan pantul

bagian dalam adalah 0,59 meter sedangkan lebar papan pantul bagian

dalam adalah 0,45 meter.

Jarak lantai sampai ke papan pantul bagian bawah adalah 2,75 meter.

Sementara jarak papan pantul bagian bawah sampai ke ring basket

adalah 0,30 meter. Ring basket memiliki panjang yaitu 0,40 meter.

Sedangkan jarak tiang penyangga sampai ke garis akhir adalah 1 meter.

Panjang garis tengah lingkaran pada lapangan basket adalah 1,80

meter dengan ukuran lebar garis yaitu 0,05 meter. Panjang garis akhir

lingkaran daerah serang yaitu 6 meter. Sedangkan panjang garis

tembakan hukuman yaitu 3,60 meter.

Permainan 4 X 10 menit. Di antara babak 1, 2, 3, dan babak 4 terdapat

waktu istirahat selama 10 menit. Bila terjadi skor yang sama pada akhir

pertandingan harus diadakan perpanjangan waktu sampai terjadi

selisih skor. Di antara dua babak tambahan terdapat waktu istirahat

selama 2 menit. Waktu untuk lemparan ke dalam yaitu 5 detik.

Jumlah pemain dalam permainan bola basket adalah 5 orang dalam

satu regu dengan cadangan 5 orang. Sedangkan jumlah wasit dalam

permainan bola basket adalah 2 orang. Wasit 1 disebut Referee

sedangkan wasit 2 disebut Umpire.

Page 14: Seminar Psikologi Klinis

BAB III

PEMBAHASAN

3.1 Relaksasi pada pemain Bola basket

Dalam pertandingan bola basket yang dibutuhkan oleh seorang atlet

atau pemain adalah stamina yang prima, yang diperoleh dari latihan yang

keras, disiplin serta kesiapan mental dari masing-masing pemain. Ketika

Page 15: Seminar Psikologi Klinis

berada pada situasi pertandingan segala aspek akan bercampur menjadi

satu yang menyebabkan pemain kehilangan perhatiannya terhadap

intruksi-intruksi yang diberikan oleh pelatih karena adanya kecemasan

dan ketegangan. Pemain memiliki tuntutan dalam pertandingan seperti

komunikasi dengan teman satu tim serta dengan pelatihnya, ketika kurang

terjalinnya komunikasi yang baik antara pemain dengan pelatih akan

menimbulkan salah pengertian yang menyebabkan pemain merasa

diperlakukan tidak adil, sehingga tidak mau bersikap terbuka, dan lebih

jauhnya adalah berkurangnya kepercayaan satu sama lain yang

mengakibatkan tidak adanya kerjasama (team work) yang baik.

Dengan adanya pemberian relaksasi pada pemain bola basket

diharapkan para pemain dapat tetap fokus pada tujuan serta intruksi yang

diberikan. Dalam olahraga sangat penting peranannya konsentrasi

dimana kesadaran seseorang tertuju kepada suatu objek tertentu dalam

waktu tertentu. Beberapa hal yang merupakan akibat hilangnya

konsentrasi dalam olahraga adalah berkurangnya akurasi lemparan yang

mengakibatkan strategi yang dipersiapkan tidak berjalan. Relaksasi dapat

membantu pemain dalam penetapan sasaran (goal setting) yang

merupakan dasar dan latihan mental.

Relaksasi dapat menekan rasa tegang dan cemas dengan cara

resiprok, sehingga timbul counter conditioning dan penghilangan

(Prawitasari, 1988). Kecemasan tersebut yang membuat pemain menjadi

tegang bisa dihindari, sehingga bila terjun ke pertandingan akan optimal

penampilannya. Pemain menjadi tidak merasa takut akan kehilangan

sesuatu, kegagalan, rasa salah, takut mengecewakan orang lain, dan

perasaan tidak enak lainnya. Perasaan percaya pada diri sendiri dengan

selalu berpikir sesuatu ke arah positif, melihat segi baiknya dari suatu

pertandingan. Pikiran positif akan dibarengi tindakan dan perkataan positif

pula, karena pikiran akan menentukan tindakan. Di setiap pertandingan

harus ada yang menang dan kalah, dengan berpikir positif dapat memiliki

ketrampilan psikologis atau mental yang tangguh.

Page 16: Seminar Psikologi Klinis

Dalam bertanding pemain akan dikuras habis-habisan tenaga dan

pikirannya secara bersamaan, hal seperti ini sering terjadi pada setiap

pertandingan apalagi dalam pertandingan bergengsi memperebutkan

sebuah gelar sebagai pencapaian akhir dari tujuan yang menuntut

konsentrasi tinggi serta emosi yang stabil. Pemain dengan karakter

temperamental akan sangat sulit jika dihadapkan pada situasi seperti ini

karena akan berpengaruh pada setiap pengambilan keputusan.

Pengendalian emosi dalam pertandingan olahraga bola basket seringkali

menjadi penentu kemenangan di dalam suatu pertandingan. Dari

relaksasi dapat diperoleh keseimbangan emosi karena gejolak emosi

yang akan muncul yang dapat menimbulkan gangguan psikofisiologis

seperti gemetar, sakit perut, kejang otot, dan sebagainya dapat terhindari

karena dapat bekonsentrasi dengan baik dan pemain dapat tampil

maksimal.

Relaksasi juga berfungsi agar pemain atau atlet bola basket dapat

mengenali dirinya sendiri, keadaan apa saja yang terjadi dalam dirinya.

Sehingga atlet mengetahui kelamahan dan kelebihan dirinya pada saat

yang lalu maupun saat ini, dan ketika pada kondisi mendapat tekanan

pertandingan bola basket pemain mengetahui bagaimana penyelesaian

yang tepat untuk dirinya agar berada pada kondisi normal mampu

memproses informasi dari pelatih dan pemain lain dengan baik.

3.2 Motivasi pada pemain Bola basket

Menjadi atlet olahraga atau pemain bola basket merupakan suatu

profesi yang digeluti oleh sebagian orang. Di Indonesia banyak di jumpai

orang yang memilki pekerjaan ini dimana berasal dari hobi lalu

mendapatkan imbalan dan pendapatan tetap dari hobi tersebut. Di dalam

jiwa seorang pemain ataupun atlet bola basket terdapat keinginan untuk

mengaktualisasikan dirinya secara total pada profesinya agar tercapai

suatu kepuasan dari tujuan. Motivasi menurut Wulyo (1990) seluruh

proses gerakan, termasuk situasi yang mendorong timbulnya kekuatan

pada diri individu, sikap yang dipengaruhi untuk pencapaian suatu tujuan.

Didalam berlatih para pemain mempunyai harapan akan gelar, dimana

Page 17: Seminar Psikologi Klinis

gelar tersebut adalah bagian yang penting disamping mendapatkan profit.

Pemain yang telah berlatih secara intensif bahkan dbiberikan perlakuan

agar dapat mendorong kemampuan secara optimal kala bertanding nanti.

Suatu kekuatan yang mendorong atau menarik yang tercermin dalam

tingkah laku yang konsisiten menuju tujuan tertentu (Lusi, 1996).

Motivasi dapat dibedakan antara motivasi yang berasal dari luar

(ekstrinsik) dan motivasi yang berasal dari dalam (intrinsik). Para pemain

diharapkan dalam setiap penampilannya dapat memperlihatkan motivasi

untuk bermain sebaik-baiknya, sehingga dapat memenangkan

pertandingan. Fernald & Fernald (1999) adanya pengakuan dan prestasi

(recognition and achievement) yang akan membuat individu lebih

termotivasi untuk bekerja lebih keras apabila diri merasa dipedulikan atau

diperhatikan oleh orang lain. Diantara keuntungan yang didapat dari

pemain bola basket yang sudah professional yaitu pengakuan terhadap

keahliannya, kesehatan jasmani yang diperoleh karena rajin berolahraga,

profit atau pendapatan yang datang karena jasanya sebagai ikon olahraga

bola basket. Selain itu di dalam melakukan profesi sebagai pemain bola

basket juga banyak sekali mendapatkan manfaat ketika dihadapkan

terhadap pemecahan masalah, penetapan tujuan bersama, sebagai

prestasi untuk kepuasan dalam hal aktualisasi diri. Dengan adanya

motivasi yang tinggi pemain bola basket dapat menerima segala

keputusan dari wasit yang memimpin pertandingan, karena hala yang

paling menentukan dalam pertandingan olahraga bola basket adal

kemampuan dari masing-masing pemain yang ada dilapangan sehingga

dapat memberikan alur permainan yang solid serta teamwork yang indah

sebagai suguhan kepada penonton akan seni keindahan olahraga bola

basket.

Motivasi agar menjadi yang terbaik dari orang lain melalui

pembelajaran masa lampau dan masa kini. Menjadi pahlawan bagi nusa

dan bangsanya ketika seorang pemain sudah mewakili negaranya di laga

inernasional adalah suatu penghargaan yang diraih karena motivasi yang

tinggi agar dapat berseragam tim nasional merah putih walaupun tidak

mendapatkan imbalan sekalipun. Eccles (Hetherington & Parke, 1999)

bahwa motivasi berprestasi adalah kecenderungan seseorang berusaha

Page 18: Seminar Psikologi Klinis

mencapai kesuksesan, untuk mengevaluasi prestasi dengan standar

keunggulan (standar of excellence) dan merasa puas akan prestasi yang

diraihnya. Karena puncak dari segala pengabdian akan profesi atau

kegemaran bagi para atlet atau pemain bola basket adalah dapat

membela negaranya.

3.3 Hubungan pemberian relaksasi untuk meningkatkan motivasi

pada pemain Bola basket

Adanya hubungan dalam pemberian relaksasi untuk meningkatkan

motivasi pada pemain bola basket, karena di dalam pertandingan yang

sangat penting diperlukan konsentrasi yang tinggi sehingga dapat

mencapai sasaran yang diharapkan. Motivasi pemain bola basket yang

muncul harus tinggi karena nantinya akan dibutuhkan tekad yang kuat

dalam menggapai tujuan. Di dalam olahraga bola basket yang di

harapkan memiliki kemampuan fisik yang menunjang, namun juga

dibarengi dengan kemampuan individu yang kuat dihadapkan terhadap

tekanan. Ketika sang pemain sedang berlaga di lapangan akan banyak

sekali tekanan yang muncul, di samping tekanan dari lawannya secara

langsung serta penonton yang kemungkinan tidak berpihak padanya

maka dapat dibayangkan jika atlet atau pemain bola basket yang tidak

kuat mentalnya konsentrasi akan buyar, strategi tidak dapat dijalankan,

bahkan tidak tahu apa yang harus dirinya perbuat. Disinilah perlunya

diketahui cara-cara mengatasi ketegangan bagi masing-masing individu

pemain bola basket itu. Dengan adanya relaksasi yang dapat digunakan

oleh pasien tanpa bantuan terapis dan mereka dapat menggunakannya

untuk mengurangi ketegangan dan kecemasan yang dialami sehari-hari

dirumah (dalam Walker, 1981). Tujuan latihan relaksasi, termasuk juga

latihan manajemen stres, adalah untuk mengendalikan ketegangan, baik

ketegangan otot maupun ketegangan psikologis yang nantinya akan

terjadi pada pemain bola basket ketika mereka bertanding. Relaksasi

dengan cara-cara melemaskan otot-otot badan, tujuan relaksasi ini adalah

agar pemain bola basket dapat mengenali dan membedakan keadaan

rileks dan tegang. Dari keadaan ini yang ketika sudah diketahui oleh

Page 19: Seminar Psikologi Klinis

masing-masing pemain dalam olahraga bola basket khususnya, dapat

memberi kontribusi yang besar terhadap permainan karena para pemain

akan tahu bagaimana respon seperti apa yang dilakukan agar dapat

bermain secara fokus, aspek-aspek psikologis yang diperoleh setelah

melakukan relaksasi dalam olahraga adalah sebagai berikut :

Berpikir positif, dengan mengarahkan sesuatu ke arah positif, melihat

segi baiknya. Dalam pertandingan pasti ada pihak yang kalah dan

yang menang, pemain bisa mempersiapkan dirinya untuk menggapai

kemenangan dan menerima kekalahan dengan berlapang dada.

Seorang pemain bola basket harus bijak dalam menerima suatu hasil

pertandingannya, mereka yang berjiwa besar akan terus pantang

mundur terhadap hasil apapun yang diraih dengan menghadapi

berbagai hambatan. Dengan anggapan tantangan dan peluang

meraih ahal yang lebih tinggi dari yang belum diraih oleh orang lain.

Memiliki penetapan sasaran (goal setting) sebagai latihan mental

sebelum bertanding, sehingga ada sasaran jangka pendek,

menengah, dan panjang. Bagaimana seorang mampu meraih hasil

yang telah ditargetkan sebelumnya sehingga pembelajaran bisa

optimal karena dilakukan secara berjenjang dalam jangka waktu

tertentu.

Meningkatkan motivasi yang ada dalam diri pemain untuk melakukan

sesuatu sebagai usaha dalam mencapai tujuan tertentu. Motivasi

yang kuat menunjukan adanya dorongan yang tertanam kuat untuk

dapat melakukan sesuatu. Pemain bola basket yakin akan sasaran

yang akan dicapainya, ketika pertama kali memiliki suatu rencana

besar dalam dirinya pemain akan selalu terdorong terus semangat

agar mendapatkan hasil yang mendekati sempurna.

Terkendalinya perasaan-perasaan pribadi yang kemungkinan dapat

mengganggu atlet dalam bentuk emosi seperti senang, sedih, marah,

cemas, takut sehingga dapat mengakibatkan gejolak yang

mengganggu kesimbangan psikofisiologis seperti gemetar, sakit

perut, kejang otot, dan sebagainya kemudian mengakibatkan pemain

atau atlet teidak dapat tampil maksimal. Hambatan-hambatan seperti

Page 20: Seminar Psikologi Klinis

ini yang mungkin menyebabkan pemain bola basket hilang

harapannya karena tidak dapat mencapai suatu hasil yang

diharapkannya, dan ketika gangguan psikofisiologis tadi berakibat

sangat besar yang menimbulkan cedera serius.

Menghilangkan kecemasan dan ketegangan sehingga pemain bola

basket tidak takut kehilangan sesuatu, mengalami kegagalan, rasa

bersalah, dan takut mengecewakan orang lain. Apa yang ada dalam

diri pemain bola basket dapat di keluarkan sepenuhnya, yakin akan

kemampuan yang dimiliki serta dapat memberikan suatu kebanggaan

bagi diri masing-masin pemain dan bagi orang yang telah melatih dan

mendukungnya.

Meningkatkan kepercayaan diri sebagai salah satu faktor penentu

suksesnya seorang pemain atau atlet. Segala tindakan yang

dilakukan bisa tercurah secara maksimal, mampu melakukan

tembakan ke jaring lawan secara akurat, memberikan operan yang

tepat kepada rekan satu tim, dan membantu memaksimalkan peluang

yang ada untuk meraih kemenangan bagi timnya.

Mampu menjalankan perintah dari pelatih terhadap pola permainan,

meskipun akhirnya dituntut kreativitas dari pemain ketika bermain

karena pelatih hanya sebagai penghubung komunikasi antar pemain

bola basket yang berada di pinggir lapangan, mampu berkomunikasi

dengan baik bersama teman satu tim lainnya karena adanya fokus

masing-masing pemain yang berperan di lapangan.

Mampu mengevaluasi diri untuk mengenali keadaan yang terjadi pada

diri masing-masing pemain bola basket. Dengan bekal pengetahuan

keadaan ini maka pemain dapat memasang target latihan maupun

target pertandingan, serta mengevaluasi hal-hal yang terlah dilakukan

yang memungkinkan untuk mengulangi penampilan terbaiknya dan

mencegah terulangnya penampilan buruk.

Burn (dalam Utami, 2002) melaporkan beberapa keuntungan yang

diperoleh dari latihan relaksasi, relaksasi akan membuat individu lebih

mampu menghindari reaksi yang berlebihan karena adanya stres.

Penelitian yang dilakukan Dewi (1998) menyebutkan bahwa relaksasi

Page 21: Seminar Psikologi Klinis

dapat menurunkan ketegangan pada siswa sekolah penerbang. Karena

tidak stabilnya emosi pemain bola basket saat bertanding tidak jarang

masing-masing pemain melakukan tindakan kurang fair play, dimana bisa

menghargai keputusan wasit yang memimpin pertandingan serat

bersiakap terpuji terhadap lawan tanding agar tidak memicu ketegangan

yang dapat menimbulkan keributan. Pelampiasan kecemasan dairi

pemain bola basket yang berbeda-beda yang kemudian dapat ditekan

karena adanya suatu pemecahan masalah dalam diri pemain bola basket

yang dihasilkan dari melakukan relaksasi sebelumnya.

BAB V

KESIMPULAN

Dari makalah diatas dapat disimpulkan bahwa untuk mengurangi

ketegangan dan kecemasan yang ada di dalam olahraga bola basket

pemainnya dapat melakukan terapi perilaku relaksasi. Pemain bola basket

dapat melakukannya tanpa bantuan terapis serta dapat dilakukan untuk

Page 22: Seminar Psikologi Klinis

mengurangi ketegangan dalam kehidupan sehari-hari. Menurut

pandangan ilmiah relaksasi adalah perpanjangan 2 serabut otot skeletal,

sedangkan ketegangan adalah kontraksi otot terhadap perpindaha

serabut otot. Tujuan relaksasi merupakan manajemen stress untuk

mengendalikan ketegangan dan kecemasan. Relaksasi mampu

menghindarkann reaksi yang berlebihan karena adanya stress yang

timbul oleh ketegangan pemain bola basket pada waktu bertanding.

4.1 Saran

Untuk para pemain bola basket dapat melakukan relaksasi agar dapat

mengoptimalkan konsentrasi pada saat bertanding, dengan adanya

pertandingan yang sangat menguras tenaga dan pikiran serta tujuan

untuk mencapai sasaran yang diinginkan agar suatu profesi yang berawal

dari hobi masing-masing ini dapat bermanfaat bagi diri pemain bola

basket juga bagi nusa dan bangsa karena dapat memberikan prestasi

yang membanggakan dan pada dasarnya oahraga yang memiliki manfaat

untuk menyehatkan badan “men sana en corpore sano” didalam tubuh

yang sehat terdapat jiwa yang kuat.

Untuk para pelatih bola basket juga dapat memberikan terapi

relaksasi ini dengan tujuan meningkatkan efektifitas pemain dalam

bertanding sehingga mampu meraih tujuan dari tim secara keseluruhan.

DAFTAR PUSTAKA

Catur wahyu prayitno, 04 januari 2010, latihan relaksasi,

[email protected] (diakses tanggal 27oktober 2011 jam 21:49

wib)

Page 23: Seminar Psikologi Klinis

Thomas G. Zenzen, 2002, Achievement Motivation, 46 h, 1 – 46

Lili Garliah dan Fatma Kartika Sari Nasution, 2005, Peran Pola Asuh Orang Tua

Dalam Motivasi Berprestasi, 10 h, 1 – 10

Neila Ramdhani, Adhiyos Aulia Putra, 2000, Studi Pendahuluan Interaktif “Pelatihan Relaksasi”, 15 h, 1 - 15