seminar kiki
DESCRIPTION
seminar kikiTRANSCRIPT
I. Pendahuluan
A.Pendahuluan
Dalam rangka peningkatan pembangunan ini maka pemerintah melakukan berbagai
kebijakan, diantaranya penerimaan pegawai yang tepat sasaran. Yang telah di canangkan
melalui Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 98 Tahun 2000 Tentang Pengadaan
Pegawai Negeri Sipil. Juga dengan mencanangkan diantaranya program Penataan struktur
birokrasi dan Program Penataan jumlah maupun distribusi dan kualitas pegawai negeri sipil
(PNS). Perubahan ini dimaksudkan menata aparatur pemerintah dalam penyelenggaraan
pemerintahan. Aparatur pemerintah atau Pegawai Negeri Sipil didalam melaksanakan tugas
pokok dan fungsinya dituntut untuk bekerja secara professional, efektif dan efisien.
Apabila organisasi kekurangan pegawai mengakibatkan tugas terbengkalai dan beban kerja
perorangan berat. Sebaliknya, jika terjadi kelebihan pegawai dapat menimbulkan
kecemburuan akibat beban kerja tidak merata. Dalam membagi tugas akan terjadi suka dan
tidak suka, pegawai yang rajin akan diberikan banyak tugas, namun yang kurang rajin tidak
diberi tugas, dengan gaji relatif sama. Perbandingan jumlah dan beban kerja pegawai yang
tidak proposional juga dapat mengakibatkan persaingan tidak sehat antar-unit kerja sehingga
kinerja pegawai pun jelas menurun..
B. Tinjauan masalah
1. Perbandingan jumlah dan beban kerja pegawai yang tidak proposional
2.
C. Tujuan
meningkatkan kinerja pegawai, dengan lokus kajian di BKD Kab. Garut.
II. Tinjauan Pustaka
A. Variabel
A. Kebijakan
Easton (dalam Islamy, 2001 : 19) memberikan definisi kebijakan publik sebagai
pengalokasian nilai-nilai secara paksa kepada seluruh anggota masyarakat. Berdasarkan
definisi ini, Easton menegaskan bahwa hanya pemerintahlah yang secara sah dapat berbuat
sesuatu pada masyarakatnya dan pilihan pemerintah untuk melakukan sesuatu atau tidak
melakukan sesuatu tersebut, diwujudkan dalam pengalokasian nilai-nilai kepada masyarakat.
Dalam tingkat operasional, seringkali beranggapan jika suatu ketika pemerintah membuat
kebijakan tertentu, maka kebijakan tersebut dengan sendirinya akan dapat dilaksanakan dan
hasilnyapun akan mendekati seperti yang diharapkan oleh pembuat kebijakan tersebut.
Pandangan demikian ternyata tidak seluruhnya benar, sebab di negara-negara dunia ketiga
menurut Smith (dalam Wahab, 2008 : 100), implementasi kebijakan publik merupakan batu
sandungan terberat dan serius bagi efektivitas pelaksanaan kebijakan pembangunan di bidang
sosial ekonomi.
Mengenai implementasi kebijakan publik, Mazmanian dan Sabatier (dalam Iskandar, 2005 :
78) mengungkapkan bahwa Implementasi adalah pelaksanaan keputusan kebijakan dasar,
biasanya dalam bentuk undang-undang, namun dapat pula berbentuk perintah-perintah atau
keputusan- keputusan eksekutif yang penting atau keputusan badan peradilan. Keputusan
tersebut mengidentifikasikan masalah yang ingin dicapai, dan berbagai cara untuk
menstrukturkan atau mengatur proses implementasinya.
B Perilaku Organisasi
Dalam organisasi terdapat orang-orang yang bekerja sama, maka secara otomatis organisasi
tidak dapat dipisahkan dengan perilaku orang-orang yang melakukan aktivitas di dalam
organisasi dimana mereka mencapai tujuannya. Dapat disimpulkan bahwa perilaku organisasi
adalah studi tentang apa yang dilakuka orang-orang dalam organisasi dan bagaimana perilaku
tersebut mempengaruhi kinerja organisasi. Menurut Toha (2002 : 29) Perilaku organisasi
hakikatnya adalah hasil-hasil interaksi antara individu-individu dalam organisasinya.
Dikatakan pula suatu studi yang mempelajari aspek-aspek tingkah laku manusia dalam suatu
organisasi atau suatu kelompok tertentu.
C Perilaku Sehat Reproduksi Remaja
Kinerja adalah hasil pencapaian atau suatu prestasi kerja secara kualitas dan kuantitas yang
dilaksanakan oleh kelompok dan perorangan dengan saling pengertian dan pertimbangan
bersama yang berpedoman pada suatu standar kerja (Iskandar, 2005/b:127). Kinerja bidan
dalam melaksanakan tugas pelayanan akan terlihat dalam wujud kemampuan untuk
melaksanakan tugas pokok dan fungsi masing-masing. Untuk mengetahui kinerja pegawai,
dapat dilihat dari beberapa aspek sebagaimana dikemukakan Michell (dalam Sedarmayanti,
2001:51) sebagai berikut: 1)quality of work 2; ketepatan waktu 3, prakarsa dalam
penyelesaian tugas 4; kemampuan menyelesaikan tugas dan kemampuan menjalin kerjasama
dengan pihak lain
III. Metodologi
Model kajian dalam paper ini menggunakan analisis kualitatif, yang meninjau hubungan
kasusal efektual antar variabel.Model analisis ini menggunakan pendekatan analisis rasional
yang diperkuat/ dikonfirmasi dengan hasil penelitian dan/ atau tinjauan pustaka yang
membahas topic-topik yang relevan dengan fokus penelitian.
Pembahasan
Fokus penelitian yang akan dilakukan berhubungan dengan konsep administrasi negara,
karena dinamika administrasi negara tidak lepas dari persoalan kepentingan masyarakat
(public Interest) di berbagai bidang, termasuk bidang kesehatan, yang mempunyai ciri-ciri
pelayanan yang diberikan oleh administrasi negara bersifat lebih urgen, karena menyangkut
kepentingan semua masyarakat. Gejala-gejala ini kemudian harus ditangkap dan
diakumulasikan serta diformulasikan oleh pemerintah dalam suatu kebijakan di mana
kegiatan-kegiatan pemerintah untuk memenuhi kebutuhan warga negaranya.
Administrasi Negara sebagai suatu ilmu mengalami perkembangan sesuai dengan
perkembangan peradaban dunia terutama perkembangan sisi pelaksanaan organisasi
pemerintahan.Perkembangan tersebut melahirkan perkembangan paradigma yang digunakan
yakni tinjauan lokus dan fokus Administrasi Negara yang berbeda sesuai dengan kebutuhan
perkembangan. Lokus artinya letak perkembangan dari Adminitrasi Negara sedangkan Fokus
artinya sesuatu yang dikhususkan dan dijadikan dasar atau acuan dalam praktek administrasi
Negara (Iskandar 2013;49).
Kebijakan publik merupakan suatu ilmu multidisipliner karena melibatkan banyak disiplin
ilmu seperti ilmu politik, sosial, ekonomi, dan psikologi. Studi kebijakan berkembang pada
awal 1970-an terutama melalui tulisan Harold D. Laswell. Menurut Thomas R. Dye dalam
Howlett dan Ramesh (2005:2), kebijakan publik adalah adalah “segala yang dikerjakan
pemerintah, mengapa mereka melakukan, dan perbedaan yang dihasilkannya (what
government did, why they do it, and what differences it makes)”. Dalam pemahaman bahwa
“keputusan” termasuk juga ketika pemerintah memutuskan untuk “tidak memutuskan” atau
memutuskan untuk “tidak mengurus” suatu isu, maka pemahaman ini juga merujuk pada
definisi Thomas R. Dye dalam Tilaar dan Nugroho (2008:185) yang menyatakan bahwa
kebijakan publik merupakan “segala sesuatu yang dikerjakan dan tidak dikerjakan oleh
pemerintah”. Senada dengan definisi Dye, George C. Edwards III dalam Suwitri (2008: 9)
juga menyatakan bahwa kebijakan publik merupakan “Apa yang dinyatakan dan dilakukan
atau tidak dilakukan oleh pemerintah yang dapat ditetapkan dalam peraturan perundang-
undangan atau dalam policy statement yang berbentuk pidato-pidato dan wacana yang
diungkapkan pejabat politik dan pejabat pemerintah yang segera ditindaklanjuti dengan
programprogram dan tindakan pemerintah”.
Berdasarkan definisi-definisi kebijakan publik yang dipaparkan di atas, maka kebijakan
publik memiliki konsep-konsep sebagai berikut: a. Kebijakan publik berisi tujuan, nilai-nilai,
dan praktik/ pelaksanaannya. b. Kebijakan publik tersebut dibuat oleh badan pemerintah,
bukan organisasi swasta.
c. Kebijakan publik tersebut menyangkut pilihan yang dilakukan atau tidak dilakukan oleh
pemerintah.
Secara umum pengertian perilaku organisasi menurut Robbins (2010 : 19) adalah seuatu
bidang studi yang mempelajari dampak perorangan, kelompok dan struktur pada perilaku
dalam organisasi, dengan tujuan mengaplikasikan pengetahuan semacam itu untuk
memperbaiki efektivitas organisasi.
Penelitian ini akan mengkaji Pelaksanaan Kebijakan Seleksi Pegawai Berpengaruh Secara
Postif Terhadap Perilaku Organisasi Untuk Meningkatkan Kinerja Pegawai di Badan
Kepegawaian
71JurnalIlmuSosial Vol. 02, No. 01, Jan 2014 ISSN: 2301-4873 pp. 69-74
Garut. Selanjutnya uraian tentang variabel-variabel di atas dapat dijelaskan sebagai berikut: 1.
Pelaksanaan Kebijakan Seleksi Pegawai
Kebijakan publik adalah apa saja yang dipilih pemerintah untuk dikerjakan atau tidak
dikerjakan (Dye dalam Iskandar, 2005.b). Pernyataan tersebut menunjukkan bahwa kebijakan
publik merupakan upaya memahami dan mengartikan apa yang atau tidak dilakukkan oleh
pemerintah mengenai masalah, apa yang menyebabkan atau yang memepengaruhi, dan apa
pengaruh dan dampak kebijakan publik tersebut. Kebijakan merupakan upaya untuk
memahami dan mengartikan: 1) apa yang dilakukan (atau tidak dilakukan) atau pemerintah
mengenai suatau masalah; 2) apa yang dapat menyebabkan atau mempengaruhi; dan 3) apa
pengaruh dan dampak dari kebijakan publik tersebut.
Pelaksanaan kebijakan merupakan suatu proses dalam kebijakan publik yang mengarah pada
pelaksanaan kebijakan. Dalam praktiknya implementasi kebijakan merupakan suatu proses
adanya intervensi dari berbagai kepentingan. Bahwa pelaksanaan kebijakan menyangkut
minimal tiga hal yaitu, adanya tujuan atau sasaran kebijakan, adanya aktivitas atau kegiatan
pencapaian tujuan dan adanya hasil kegiatan.
Dalam tingkat operasional, seringkali beranggapan jika suatu ketika pemerintah membuat
kebijakan tertentu, maka kebijakan tersebut dengan sendirinya akan dapat dilaksanakan dan
hasilnyapun akan mendekati seperti yang diharapkan oleh pembuat kebijakan tersebut.
Pandangan demikian ternyata tidak seluruhnya benar, sebab di negara-negara dunia ketiga
menurut Smith (dalam Wahab, 2008 : 100), implementasi kebijakan publik merupakan batu
sandungan terberat dan serius bagi efektivitas pelaksanaan kebijakan pembangunan di bidang
sosial ekonomi.
Sebaik apapun sebuah kebijakan disusun apabila tidak diikuti oleh implementasi maka
kebijakan tersebut tidak akan mendapatkan hasil yang baik, karena semua itu tidak
berpengaruh apapun terhadap berbagai permasalahan yang ada. Oleh karena itu dalam
birokrasi pemerintah dituntut adanya satu kesatuan yang efektif, efisien dan berorientasi pada
tujuan sehingga tidak akan menjadi kendala guna mewujudkan sebuah birokrasi yang baik.
Kebijakan yang berupa Undang-undang, Peraturan Pemerintah, Keputusan Presiden ataupun
Peraturan Daerah seringkali dalam penerapannya mengalami berbagai kendala, hal tersebut
bisa dilihat dengan tidak mengacunya pada pokok permasalahan yang ada sehingga sering
berakibat pada kegagalan dalam pelaksanaannya. Kegagalan tersebut disebabkan karena
keterbatasan sumber daya manusia, struktur organisasi yang kurang memadai, lemahnya
kinerja pegawai, tidak ada komitmen yang serius dari para pelaksana serta koordinasi dari
pihak-pihak yang berkepentingan dengan kebijakan yang dimaksud. Jadi disini sangat
diperlukan adanya strategi agar efektivitas pelaksanaan kebijakan dapat terwujud.
Edward (dalam Iskandar, 2005 : 221) menyatakan bahwa pelaksanaan kebijakan publik dapat
dilihat dari : a. Komunikasi, terdiri dari : kejelasan dan ketepatan kebijakan, dan sasaran
kebijakan. b. Sumber daya, terdiri dari : sumber daya manusia, dan sumber daya material lain.
c. Perilaku aparatur, terdiri dari : kesepakatan dikalangan pelaksana untuk melaksanakan
kebijakan, dan kemampuan pelaksana. d. Struktur birokrasi, terdiri dari : penggunaan sikap
dan prosedur yang rutin, dan fragmentasi dalam pertanggungjawaban diantara berbagai unit
organisasi. Mengenai implementasi kebijakan publik, Mazmanian dan Sabatier (dalam
Iskandar, 2005 : 78) mengungkapkan bahwa Implementasi adalah pelaksanaan keputusan
kebijakan dasar, biasanya dalam bentuk undang-undang, namun dapat pula berbentuk
perintah-perintah atau keputusan- keputusan eksekutif yang penting atau keputusan badan
peradilan. Keputusan tersebut mengidentifikasikan masalah yang ingin dicapai, dan berbagai
cara untuk menstrukturkan atau mengatur proses implementasinya. Selanjutnya Mazmanian
dan Sabastian (dalam Wahab,
72
www.insanakademika.com InsanAkademika Publications
2008 : 81) bahwa peran penting dari analisis implementasi kebijakan adalah
mengidentifikasikan variabel-variabel yang mempengaruhi tercapainya tujuan-tujuan formal
pada keseluruhan proses implementasi antara lain meliputi : a. Mudah tidaknya masalah yang
akan digarap dikendalikan.
b. Kemampuan keputusan kebijakan untuk menstrukturkan secara tepat proses
implementasi. c. Pengaruh langsung sebagai variabel politik terhadap keseimbangan
dukungan bagi tujuan yang termuat dalam keputusan kebijakan itu.
2. Perilaku Organisasi Perilaku umumnya dapat diperkirakan jika tahu bagaimana orang
tersebut menyikapi situasi dan apa yang penting baginya. Meski perilaku seseorang mungkin
tampak tidak rasional bagi orang lain, terdapat alas an untuk meyakini bahwa perilaku
tersebut biasanya dimaksudkan agar rasional dan dianggap rasional oleh mereka. (Robbins,
2010 : 11)
Lebih lanjut lagi, Robbins dalam Organizational Behavior membagi perilaku organisasi
menjadi tiga bagian, diantaranya : 1. Individu, dengan indikatornya terdiri dari : perilaku
individu, nilai, sikap dan kepuasan kerja, kepribadian dan emosi, motivasi, persepsi dan
pengambilan keputusan individu.
2. Kelompok, dengan indikatornya terdiri : Dasar perilaku kelompok, pemahaman kerja tim,
komunikasi, pendekatan-pendekatan, kepemimpinan, kekuasaan dan politik, konflik dan
negosiasi. 3. Sistem Organisasi, dengan indikatornya terdiri dari : Fondasi struktur organisasi,
Desain kerja dan teknologi, kebijakan dan Sumber daya manusia, dan budaya organisasi.
Dalam organisasi terdapat orang-orang yang bekerja sama, maka secara otomatis organisasi
tidak dapat dipisahkan dengan perilaku orang-orang yang melakukan aktivitas di dalam
organisasi dimana mereka mencapai tujuannya. Dapat disimpulkan bahwa perilaku organisasi
adalah studi tentang apa yang dilakuka orang-orang dalam organisasi dan bagaimana perilaku
tersebut mempengaruhi kinerja organisasi. Menurut Toha (2002 : 29) Perilaku organisasi
hakikatnya adalah hasil-hasil interaksi antara individu-individu dalam organisasinya.
Dikatakan pula suatu studi yang mempelajari aspek-aspek tingkah laku manusia dalam suatu
organisasi atau suatu kelompok tertentu.
3. Kinerja Pegawai Kinerja menurut Henry simamora (2003;339), kinerja (performance)
mengacu kepada kadar pencapaian tugas-tugas yang membentuk sebuah pekerjaan karyawan.
Kinerja mereflesikan seberapa baik karyawan memenuhi persyaratan sebuah
pekerjaan.kinerja adalah hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai seseorang
pekerja dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan
kepadanya.
Menurut mangkunegara (2004:67) istilah kinerja berasal dari kata job performance atau actual
performance (prestasi kerja atau prestasi sesungguhnya yang dicapai oleh seseorang).
Kinerja sebagai kesediaan seseorang atau kelompok orang untuk melakukan sesuatu kegiatan
dan menyempurnakannya sesuai dengan tanggung jawabnya dengan hasil seperti yang
diharapkan.Kinerja individu dipengaruhi oleh kepuasan kerja.Kepuasan kerja itu sendiri
adalah perasaan individu terhadap pekerjaannya.Perasaan tersebut berupa suatu hasil
penilaian mengenai seberapa jauh pekerjaannya secara keseluruhan mampu memuaskan
kebutuhannya. Kepuasan tersebut berhubungan dengan faktor-faktor individu, yakni: (a)
kepribadian seperti aktualisasi diri, kemampuan menghadapi tantangan, kemampuan
menghadapi tekanan; (b) status dan senioritas, makin tinggi hierarkis di dalam perusahaan
lebih mudah individu tersebut untuk puas; (c) kecocokan dengan minat, semakin cocok minat
individu semakin tinggi kepuasan kerjanya; (d) kepuasan individu dalam hidupnya, yaitu
individu yang mempunyai kepuasan
73
JurnalIlmuSosial Vol. 02, No. 01, Jan 2014 ISSN: 2301-4873 pp. 69-74
yang tinggi terhadap elemen-elemen kehidupannya yang tidak berhubungan dengan kerja,
biasanya akan mempunyai kepuasankerja yang tinggi (Veithzal Rivai & A Fawzi M Basri,
2005:17)
Kinerja dalam menjalankan fungsinya tidak berdiri sendiri, tapi berhubungan dengan faktor-
faktor lainnya seperti kepuasan kerja, tingkat imbalan, keterampilan, kemampuan dan sifat-
sifat individu. Menurut Donnely, Gibson dan Ivancevich (1994), kinerja individu pada
dasarnya dipengaruhi oleh faktor-faktor: (a) harapan mengenai imbalan; (b) dorongan; (c)
kemampuan; kebutuhan dan sifat; (d) persepsi terhadap tugas; (e) imbalan internal dan
eksternal; (f) persepsi terhadap tingkat imbalan dan kepuasan kerja.
Menurut Hasibuan (2006;105) mendefinisikan Kinerja sebagai berikut: “Kinerja adalah suatu
hasil kerja yang dicapai seseorang dalam melaksanakan tugas-tugas yang dibebankan
kepadanya didasarkan atas kecakapan, pengalaman, dan kesungguhan serta waktu.” Melihat
definisi kinerja Adapun untuk mengukur kinerja menurut Hasibuan (2006) adalah:
1. Kualitas Kerja 2. Ketepatan Waktu 3. Inisiatif 4. Kemampuan 5. kerja sama
Suatu kinerja yang baik diperlukan beberapa faktor, menurut mathis dan Jackson dalam
mangkunegara (2009;10) faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja individu tenaga kerja
yaitu kemampuan mereka, motivasi, dukungan yang diterima, keberadaan pekerjaan yang
mereka lakukan, dan hubungan mereka dengan organisasi. Kinerja pegawai sangat
dipengaruhi oleh faktor-faktor tersebut diatas antara lain seperti faktor kemampuan, seorang
dokter harus mampu mendiagnosa suatu penyakit dengan tepat agar tidak terjadi kesalahan
dalam memberikan therapi atau pengobatan dan tindakan yang harus diberikan kepada pasen.
Motivasi yang tinggi sangat berpengaruh terhadap kinerja.
Dalam pelaksanaan kebijakan tentang seleksi pegawai akan berdampak terhadap perilaku
organisasi, karena dalam kebijakan seleksi pegawai sudah diatur kebutuhan dan kualifikasi
pegawai sesuai dengan beban kerja per unitnya dalam pelaksanaan pekerjaan, dengan perilaku
organisasi yang baik maka akan berpengaruh terhadap terwujudnya kinerja pegawai yang
optimal.
IV.Kesimpulan
Pelaksanaan kebijakan seleksi pegawai dokter berpengaruh secara positif terhadap perilaku organisasi untuk mewujudkan kinerja pegawai.