seleksi spesies adaptif pada daerah kering untuk ... · pada makalah ini, hasil identifikasi dan...

13
23 SELEKSI SPESIES ADAPTIF PADA DAERAH KERING UNTUK ANTISIPASI PERUBAHAN IKLIM GLOBAL (Selection of Adaptive Species to Dry Areas to Anticipate Global Climatic Change) Oleh / : By Rina Laksmi Hendrati , Asri Insiana Putri & Dedi Setiadi 1 2 3 1,2,3 Balai Besar Penelitian Bioteknologi dan Pemuliaan Tanaman Hutan, Jl Palagan T. Pelajar Km 15 Purwobinangun, Pakem, Yogyakarta. Telp. 62-0274-896080, 895954, Fax. 62-0274-896080, Email: [email protected] Kementerian Kehutanan, melalui Badan Litbang Kehutanan yang dituangkan dalam 2010-2025 telah mencanangkan kegiatan untuk mengantisipasi terjadinya perubahan iklim global. Berbagai Rencana Penelitian Integratif (RPI) telah ditetapkan termasuk RPI Adaptasi Bioekologi dan Sosial Ekonomi Budaya terhadap Perubahan Iklim yang diinisiasi pada tahun 2010. Dalam RPI ini salah satu penelitian dilakukan untuk mengidentifikasi berbagai spesies pohon dari berbagai provenans yang potensial untuk mengantisipasi perubahan iklim dengan penekanan untuk tujuan pengujian pada daerah kering. Pada makalah ini, hasil identifikasi dan seleksi yang dilakukan tahun 2010 didiskusikan. Identifikasi dari daerah bercurah hujan rendah (<1000-1500mm/tahun) di Indonesia (Sulawesi, Madura, Jawa Timur dan Nusa Tenggara Timur) serta seleksi dengan mempertimbangkan tampilan sebagai pohon, manfaat, kemungkinannya untuk koleksi materi genetik, rekomendasi dan beberapa kriteria lain akhirnya mendapatkan 29 spesies potensial yang adaptif pada daerah kering untuk diuji lebih lanjut. Kata kunci: Perubahan iklim, spesies, adaptasi, kering, provenans Diterima sekretariat : 8 November 2011, siap cetak : 29 Februari 2012 ABSTRACT Indonesia Ministry of Forestry through the Forestry Research and Development Agency has established Roadmap 2010-2025 to carry out activities related to Global Climatic Change. Integrated Research Plan (RPI = Rencana Penelitian Integratif) including RPI for Bioecology and Socio Cultural Adaptation to Global Climatic Change has been initiated in 2010. One research under this RPI is a research aiming to identify and to test variety of tree species originated and adapted from drier provenances. In regard to maintain tree growths that have different abilities in adaptation under dry conditions, species-provenance tests of 10-15 species that had been adapted in dry conditions will be undertaken in 3 locations having low precipitation. In this paper, results of identification and selection carried out in 2010 is discussed. Identification from low rainfall (<1000- 1500mm/year) regions in Indonesia (Sulawesi, Madura, East Java and East Nusa Tenggara) and screening by considering performance, function, availability for genetic material collection, recommendation and other criteria finally selected potential 29 species adapted to dry areas for further trials. Key words: Climatic change, species, adaptation, dry, provenance Roadmap ABSTRAK

Upload: vodan

Post on 30-May-2019

231 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

23

SELEKSI SPESIES ADAPTIF PADA DAERAH KERING UNTUKANTISIPASI PERUBAHAN IKLIM GLOBAL

(Selection of Adaptive Species to Dry Areas to Anticipate GlobalClimatic Change)

Oleh / :ByRina Laksmi Hendrati , Asri Insiana Putri & Dedi Setiadi1 2 3

1,2,3Balai Besar Penelitian Bioteknologi dan Pemuliaan Tanaman Hutan,Jl Palagan T. Pelajar Km 15 Purwobinangun, Pakem, Yogyakarta.

Telp. 62-0274-896080, 895954, Fax. 62-0274-896080, Email: [email protected]

Kementerian Kehutanan, melalui Badan Litbang Kehutanan yang dituangkan dalam2010-2025 telah mencanangkan kegiatan untuk mengantisipasi terjadinya perubahan iklim global.Berbagai Rencana Penelitian Integratif (RPI) telah ditetapkan termasuk RPI Adaptasi Bioekologi danSosial Ekonomi Budaya terhadap Perubahan Iklim yang diinisiasi pada tahun 2010. Dalam RPI ini salahsatu penelitian dilakukan untuk mengidentifikasi berbagai spesies pohon dari berbagai provenans yangpotensial untuk mengantisipasi perubahan iklim dengan penekanan untuk tujuan pengujian pada daerahkering. Pada makalah ini, hasil identifikasi dan seleksi yang dilakukan tahun 2010 didiskusikan.Identifikasi dari daerah bercurah hujan rendah (<1000-1500mm/tahun) di Indonesia (Sulawesi, Madura,Jawa Timur dan Nusa Tenggara Timur) serta seleksi dengan mempertimbangkan tampilan sebagai pohon,manfaat, kemungkinannya untuk koleksi materi genetik, rekomendasi dan beberapa kriteria lainakhirnya mendapatkan 29 spesies potensial yang adaptif pada daerah kering untuk diuji lebih lanjut.

Kata kunci: Perubahan iklim, spesies, adaptasi, kering, provenans

Diterima sekretariat : 8 November 2011, siap cetak : 29 Februari 2012

ABSTRACT

Indonesia Ministry of Forestry through the Forestry Research and Development Agency has establishedRoadmap 2010-2025 to carry out activities related to Global Climatic Change. Integrated Research Plan (RPI =Rencana Penelitian Integratif) including RPI for Bioecology and Socio Cultural Adaptation to Global ClimaticChange has been initiated in 2010. One research under this RPI is a research aiming to identify and to testvariety of tree species originated and adapted from drier provenances. In regard to maintain tree growths thathave different abilities in adaptation under dry conditions, species-provenance tests of 10-15 species that had beenadapted in dry conditions will be undertaken in 3 locations having low precipitation. In this paper, results ofidentification and selection carried out in 2010 is discussed. Identification from low rainfall (<1000-1500mm/year) regions in Indonesia (Sulawesi, Madura, East Java and East Nusa Tenggara) and screening byconsidering performance, function, availability for genetic material collection, recommendation and othercriteria finally selected potential 29 species adapted to dry areas for further trials.

Key words: Climatic change, species, adaptation, dry, provenance

Roadmap

ABSTRAK

24

I. PENDAHULUAN

Perubahan iklim dunia dengan pening-katan pemanasan global yang diindikasikandengan peningkatan suhu dunia telah meng-akibatkan terjadinya banyak perubahan iklimyang menuju ke arah ekstrim. Prediksi PanelPerubahan Iklim antar negara (IPPC) menye-butkan kemungkinan terjadinya perubahanpola hujan, dengan kekurangan air ataupeningkatan banjir beberapa dekade men-datang, dengan pengaruh terbesar akan dialamijutaan orang di negara berkembang. Pening-katan suhu antara 1-2,5 C di tahun 2030 ber-dampak terutama di daerah tropis padaperubahan musim pola tanam, berkurangnyahasil panen dan distribusinya, serta risikoadanya peningkatan serangan hama danpenyakit pada populasi tanaman (Parry ,2007).

Akibat-akibat lain yang diproyeksikandengan adanya perubahan iklim termasukantara lain meningkatnya daerah-daerah yangakan menderita kekeringan dan mengalamiperubahan ketersediaan air, hilangnya bio-diversitas, serta lebih sering dan lebih inten-sifnya serangan hama dan penyakit. UntukAsia, IPPC menyebutkan akibat perubahaniklim dengan penurunan hasil tanamanpangan, penderitaan >100 juta orang karenapengurangan ketersediaan air, peningkatandegradasi lahan dan proses desertifikasi karenamenurunnya kelembaban tanah serta pening-katan proses evapotranspirasi, serta menurun-nya produktifitas padang rumput hingga 40-90% karena peningkatan suhu 2-3 C yangdikombinasikan dengan pengurangan curahhujan di daerah semi kering dan daerah kering(FAO, 2008).

Dalam menghadapi perubahan iklim,resiliensi pada tataran ekosistem diharapkanterjadi yakni, kemampuan sistem tersebutuntuk menerima perubahan, namun masihmempertahankan 1) struktur dasar yang sama

O

et al.

O

serta fungsinya, 2) kapasitas tatanannya dan 3)kapasitas beradaptasi terhadap perubahan sertaterhadap stres (FAO, 2008). Oleh karenanyauntuk menghadapi perubahan iklim, makhlukhidup di dalam ekosistem termasuk tanaman,perlu tetap dijaga eksistensi dan fungsinya.Dalam rangka mempertahankan keberadaantanaman pohon, yang diketahui mempunyaitingkat kemampuan berbeda untuk beradap-tasi serta bertahan terhadap hama dan penya-kit, variasi spesies merupakan dasar yangpenting untuk menghindari hilangnya biodi-versitas. Secara umum, diversifikasi memper-kecil terjadinya risiko dan meningkatkankeamanan. Dengan adanya diversitas, hasilsecara finansial yang optimal mungkin tidakakan diberikan, namun diversitas menyedia-kan pertahanan terhadap kerusakan danterhadap kerentanan di masa datang. Untukkeamanan pangan, diversifikasi merupakanproyek prioritas dari NAPAs (

), dan hal initermasuk pengembangan dan pengenalantanaman yang toleran terhadap kering, banjirdan salinitas (FAO, 2008).

Ketersediaan berbagai spesies adaptifterhadap perubahan ataupun tekanan yangterbatas akan lebih memberikan jaminankeamanan. Adaptasi seyogyanya mempunyaitingkat kekhususan yang tinggi terhadap lokasimaupun kondisi. Misalnya terhadap kondisikekeringan, spesies-spesies yang telah terbuktitumbuh di daerah yang kering sampaibeberapa generasi akan lebih memberikanjaminan keamanan. Karena distribusi penye-barannya yang luas, tanaman pohon umum-nya menunjukkan struktur genetik yangmampu beradaptasi pada kisaran iklim yanglebar (Rehfeld, 2002). Dicontohkan padatanaman pohon , perubahaniklim dengan adanya kekeringin yang ekstrim,menyebabkan kematian skala besar disemuakelas umur (Chenchouni, 2010). Defisitkelembaban tanah yang terjadi pada periode

NationalAdaptation Programmes of Action

et al.Cedrus antlatica

Jurnal Analisis Kebijakan KehutananVol. 9 No. 1, April 2012 : 23 - 35

25

yang lama serta datangnya berbagai hama danpenyakit ternyata juga menyebabkan parah-nya kematian di daerah kering (Zhang, 2010;Chenchouni, 2010). Oleh karenanya akanbanyak spesies tanaman yang secara cepat akanhilang dari daerah yang kering, jika penyediaanjenis-jenis tanaman yang cocok pada kondisitersebut tidak tersedia (Ouedraogo danThiombiano, 2010).

Dalam tulisan ini disajikan hasil inven-tarisasi dan identifikasi spesies-spesies yangpotensial di Indonesia untuk tumbuh di daerahdataran rendah/pantai yang kering, menye-leksi jenis tersebut melalui ketersediannya,kemanfaatannya serta kemudahan untukdikembangkan yang nantinya dimungkinkanuntuk dilanjutkan dengan pengumpulanmateri genetiknya untuk tujuan uji spesiesdan/genetik. Sasarannya adalah untuk men-dapatkan informasi spesies-spesies potensial diIndonesia yang hidup di dareah kering yangmungkin mampu bertahan pada kondisi

kekeringan karena adanya perubahan iklim.Spesies potensial dimaksudkan sebagai spesiesyang dipilih masyarakat dan atau pemerintahkarena berbagai pertimbangan seperti pertim-bangan sosial, ekonomi, energi, lingkungan,dan lain lain.

Inventarisasi dan identifikasi jenis didaerah kering dilakukan pada lokasi yangmempunyai curah hujan relatif rendah(<1000 - 1500 mm/tahun) yang terekam diIndonesia (Whitten, ,. 1987; Whitten,

1996 dan Monk, , 2000), yang ada diNTT, Jawa Timur, Madura dan SulawesiTengah. Lokasi seperti ini tidak ditemui diSumatera, Kalimantan dan Papua. Kisarantersebut dianggap paling rendah karena diIndonesia curah hujan berkisar antara 600 -4500 mm/tahun (Tabel 1, Gambar 1).

II. BAHAN DAN METODEPENELITIAN

et al. etal., et al.

Tabel 1. Lokasi terpilih untuk diidentifikasiTable 1. Selected locations for identification

NoLokasi

(Location )Kondisi

(Condition )Curah hujan(Precipitation )

Suhu(Temperature )

1 JawaTimur(Baluran, AlasPurwo)

Kering/pantai < 1,500 mm/tahun (Dry) bulankering 5-8 bulan <100 mm *)

22-33 ºC *)

2 Sumba timur Kering/pantai 5-8 bulan <10 0 mm (ustic/kering musiman) atau9-12 bulan <100 mm (ardic

kering permanent) **)

13,5 (min) - 38,4(max) ºC **)

3 Sulawesi Tengah Kering/pantai <1000 mm /tahun (Dry), 5 -9bulan kering ***)

26.1- 35 ºC

4 Madura Kering/pantai < 1,500 mm/tahun (Dry) bulankering 5-8 bulan <100 mm *)

22-34 ºC

Sumber ( ); Whitten, , 1996; **) Monk, ., 2000; ***) Whitten, .; 1987Source et al . et al et al

Seleksi Spesies Adaftif pada DaerahRina Laksmi Hendrati, Asri Insiana Putri & Dedi Setiadi

. . .

26

A. *)

B ***)

C. **)

Sumber ( ); Whitten, , 1996; **) Monk, ., 2000; ***) Whitten, .; 1987Source et al . et al et al

Gambar 1. Empat (4) lokasi daerah dengan curah hujan <1000-1500 mm/tahun di Indonesiayang dipilih sebagai area identifikasi spesies; A. Madura bagian selatan (5) dan UjungTenggara Pulau Jawa (6), B. Sulawesi Tengah, sekitar kota Palu (bagian bertitik-titik)dan C. Pulau Sumba (E)

Figure 1. Four (4) locations with low precipitation <1000-1500 mm/tahun in Indonesia selectedfor species identification; A. South Madura (5) and End of South east Java (6), B. CentralSulawesi, around Palu (dotted areas) and C. Sumba Island (E)

Jurnal Analisis Kebijakan KehutananVol. 9 No. 1, April 2012 : 23 - 35

27

Bahan untuk inventarisasi dan identifi-kasi digunakan formulir identifikasi. Semen-tara bagi spesies yang tidak diketahui olehpihak setempat, disiapkan bahan pengambilansampel berupa kantong kertas, kantong plas-tik, plastik clip, tempat spesimen, tambang dantali plastik, cat semprot, silica gel dan karungkain. Peralatan yang diperlukan untuk mere-kam data antara lain: alat tulis (penggaris, label,

dan pensil), kamera, , pitadiameter dan pengukur tinggi.

Persiapan dan pengumpulan informasiprimer dan sekunder dikumpulkan dariliteratur, kontak person maupun pengalamanpetugas pelaksana. Perencanaan, pencocokanjenis dan konfirmasi kelimpahan ini jugadilakukan dengan berdiskusi dengan teknisidan petugas lapangan. Inti dari persiapan danpengumpulan informasi ini adalah untukmelihat potensi spesies, manfaatnya, sebaran-nya serta kelimpahan materi genetiknyasehingga tidak terlalu sempit jika akan dikem-bangkan lebih lanjut. Jika telah diketahui makainventarisasi akan dilakukan pada lokasi yangdiperoleh berdasarkan informasi tersebut.Petak ukur ukuran 100 x 100 m atau 50 x 50 m(sesuai keragaman populasi) yang mewakili 5-10% dibuat untuk menginventarisasi spesiestanaman pohon dewasa yang ada di dalamnyabeserta penampilannya. Jika banyak jenis tidakterekam dalam petak ukur, maka spesies akandisurvei dalam skala lebih luas di luar petakukur yang dianggap mewakili untuk tujuankoleksi materi genetik (>25 pohon yangberjarak masing-masing >100 m). Kelimpahandan nama daerah spesies dicari informasinyadari 2-5 petugas lapangan setempat.

Seleksi dari jenis-jenis yang diperolehdilakukan berurutan berdasarkan: (i). penam-pilan (sebagai tanaman pohon); (ii). manfaat;(iii). ketersediaan populasi untuk pengum-pulan materi genetik; (iv). pertimbanganmasyarakat dan pemerintah untuk dikembang-kan; dan (v). kemudahan memperoleh biji

marker clip board

dengan jumlah memadai untuk koleksi materigenetik serta kemudahan budidaya (agardimungkinkan untuk pembangunan uji)melalui informasi dari masyarakat atau melaluipengecekan di literatur. Selain itu dipilih yangbijinya tidak terlalu rekalsitran sehingga tidakmudah turun viabilitasnya untuk kemudahanpengujian dan pengembangan selanjutnya.

Jika lokasi mempunyai petak ukurpermanen yang telah ada maka identifikasiakan dilakukan di petak ukur tersebut. Jikatidak dimungkinkan membuat petak ukuryang memadai karena relatif tidak ditemuinyahutan alam sementara pohon-pohon perta-namannya relatif tersebar, survei akan dilaku-kan dengan meliputi sebagian besar lokasiuntuk mengetahui potensi materi genetikmasing-masing jenis.

Di TN Alas Purwo, Jawa Timur, padapetak ukur permanen yang ada, data spesiesyang direkam yang sudah ada menunjukkanjumlah jenis yang jauh lebih sedikit dari jumlahspesies potensial yang sebenarnya ada sehinggadiperlukan survei tambahan yang meliputilokasi hutan dataran rendah dan daerah pantai.Agar hasil survei lebih valid, perencanaan,pencocokan jenis dan konfirmasi kelimpahanini juga dilakukan dengan berdiskusi denganteknisi dan teknisi Pengendali EkosistemHutan (PEH) sebanyak 3-5 orang yang telahberpengalaman melakukan patroli rutin dalamrangka pengamanan sekaligus dalam rangkapengenalan dan pengamatan jenis vegetasi padamasing-masing lokasi. Khusus untuk lokasiTN Nasional Baluran yang direncanakanmerupakan salah satu lokasi uji, penggunaandata yang ada dan diskusi yang lebih detaildengan para praktisi lapangan dilakukan untukmengetahui potensi masing-masing jenis.

III . HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Inventarisasi dan Identifikasi

Seleksi Spesies Adaftif pada DaerahRina Laksmi Hendrati, Asri Insiana Putri & Dedi Setiadi

. . .

28

Hampir sebagian besar spesies diketahuinamanya, sementara sebagian kecil spesiesyang tidak diketahui umumnya kelimpahan-nya sangat terbatas sehingga kurang memenuhisyarat untuk dikoleksi sebagai sumber materigenetik untuk dikembangkan.

Jumlah spesies pohon teridentifikasipada masing-masing lokasi berkisar antara 31-130 spesies (Tabel 2).

Tabel 2. Jumlah spesies pohon teridentifikasiTable 2. Number of identified tree species

NoLokasi

(Location)Jumlah spesies pohon teridentifikasi

(Number of identified tree species)

1 Madura 382 TN Alas Purwo 643 TN Baluran 1304 Sulawesi Tengah TN Lore Lindu 54

5 Sumba Timur TN Laiwangi Wanggameti(H. Alam dat aran rendah)

60

6 Sumba Timur (Savana) 317 Sumba Barat (H. Alam dat aran rendah) 42

B. Seleksi

Seleksi bertahap kemudian dilakukanberdasarkan manfaat kayunya (mebel, kayubakar), buahnya ( , sumber industri,sumber makanan), maupun getahnya (sumberindustri), sedangkan manfaat daunnya (untuk

biofuel

Jurnal Analisis Kebijakan KehutananVol. 9 No. 1, April 2012 : 23 - 35

dimakan) dan kemanfaatan sebagai obat-obatan hanya merupakan pertimbangantambahan. Spesies-spesies yang mempunyaimanfaat yang berguna terutama untuk kayumebel, umumnya mempunyai pertumbuhanyang sangat lambat, sementara pada kegiatanini spesies yang dipilih diharapkan memberi-kan manfaat yang relatif tidak terlalu lambatuntuk mempertahankan keberadaan vegetasi

pada ekosistem/lahan. Untuk yang berman-faat untuk kayu energi, didapatkan informasibahwa umumnya sebagian besar kayu akanbisa digunakan untuk kayu untuk tujuanenergi jika bentuknya (termasuk sisa setelahdiambil untuk mebel) tidak lagi memadaiuntuk kayu pertukangan (Tabel 3 kolom 3).

29

Tab

el3.

Nam

ala

tin

dari

spes

ies

teri

den

tifi

kas

i,m

anfa

at, n

ama

daer

ahp

ada

po

pu

lasi

teri

den

tifi

kas

ida

nse

bar

ann

ya

diIn

don

esia

Tab

el3.

Lat

inn

ame

ofid

enti

fied

spec

ies,

its

fun

ctio

n, l

ocal

nam

ein

iden

tifi

edpo

pula

tion

san

dit

sdi

stri

buti

onin

Indo

nes

ia

Nam

ad

iL

ok

asi

(Loc

atio

nN

ame)

Nam

ala

tin

(Lat

inn

ame)

Man

faat

(Uti

lity

)A

las

Pu

rwo

Bal

ura

nSu

lten

gSu

mb

aT

imu

r/Sav

ana

Su

mb

aT

imu

rSu

mb

aB

arat

Mad

ura

Aca

cia

auri

culi

form

isK

ayu

/Kay

ub

akar

Ko

rmis

Po

p.Q

uee

nsl

and,

PN

G

Aca

cia

nel

otic

aK

ayu

bak

arA

caci

an

elot

ica

Aca

cia

nel

otic

aA

caci

an

elot

ica

Agl

aia

arge

nte

aK

ayu

bak

arD

ure

nan

,K

esem

eg,

Sido

, Ban

gsal

Kay

uk

elo

rL

alan

g(A

glai

asp

)L

alan

g(A

glai

asp

)K

alte

ng

Alb

izzi

ale

bbek

oide

sK

ayu

bak

arT

ekik

Ked

indi

ng,

Tek

ikD

alu

Ale

urit

esm

oluc

ana

Kay

u/K

ayu

bak

ar/b

uah

Kem

iri

Kem

iri

Kem

iri

Kal

tim

,K

alte

ng,

Sula

wes

i,A

sli

Mal

uk

u(B

run

aiSa

bah

)A

lsto

nia

scho

lari

sK

ayu

/Kay

ub

akar

Pu

lai

Len

garu

Rit

aR

ita

Kal

tim

,K

alb

ar,

Kal

ten

g,Ja

wa,

Selu

ruh

Nu

san

tara

Als

ton

iasp

ecta

bili

sK

ayu

/get

ahL

egar

anp

anta

iB

alu

ng/

Ilat

2H

alai

Hal

ai

Aza

dira

chta

Indi

ca

Kay

u/K

ayu

bak

ar/d

aun

Mim

bo

Mim

bo

Jati

m,Ja

ten

g

Cal

loph

yllu

min

ophy

llum

Kay

uP

erah

u/b

uah

Ny

amp

lun

gN

yam

plu

ng

Cam

plo

ng

Cal

loph

yllu

mso

ulat

tri

Kay

u/K

ayu

bak

ar(N

yam

plu

ng

bu

ahp

ipih

)B

etau

Wih

ikal

auk

iW

ota

lan

amb

i/w

uk

iih

ikal

aK

alim

anta

n,So

lom

on

,A

ndam

an,Ja

bar

,Ja

tim

Cas

sia

fist

ula

Kay

ub

akar

Tre

ngg

uli

Ten

ggu

li,K

elo

bo

rC

assi

afi

stul

aJa

wa

Cas

uari

na

equi

seti

foli

aK

ayu

bak

ar/b

on

sai

Cem

ara

udan

gD

IY(R

asla

han

)C

ordi

aob

liqu

eK

ayu

Ken

dal

Ken

dal

Dis

oxyl

lum

arbo

resc

enK

ayu

/Kay

ub

akar

Tah

iti

pla

mb

uru

ng

(Dis

oxyl

lum

spp)

mb

uru

ng

(Dis

oxyl

lum

spp)

Um

um

di

Sum

ater

,Ja

wa,

Kal

iman

tan

,N

TT

,M

alu

ku

,P

apu

a

Dra

con

tom

elon

dao

Kay

u/K

ayu

bak

arR

au/D

auW

erau

Kal

ten

g

Dys

oxyl

onam

ooro

ides

Kay

u/K

ayu

bak

arK

eday

a

Gar

uga

flor

ibun

daK

ayu

diam

eter

sd50

Wiy

u, K

lay

uK

elo

nci

ng,

Kla

yu

,N

iyu

,W

iyu

Gar

uga

flor

ibun

da(S

ula

wes

i)

Gar

uga

flor

ibun

da(N

TT

)

Jaw

a,N

TT

.Su

law

esi

Glu

tare

ngh

asK

ayu

/Kay

ub

akar

Inga

sR

ou

taR

ou

taSu

mat

era,

Jaw

a,

Kal

iman

tan

,Su

law

esi,

Mal

uk

uH

ibis

cus

tili

aceu

sK

ayu

/Kay

ub

akar

War

uW

aru

,w

aru

lau

tW

aru

lau

t

Kle

inho

via

hosp

ital

Kay

u/K

ayu

bak

arT

imo

ho

Kat

imo

ngg

o,

Tim

on

ggo

(Kle

inho

via

hosp

ita)

Jaw

a,A

sia

sam

pai

Au

stra

lia

tro

pis

No

1#) 2#) 3 4#) 5#) 6#) 7#) 8#) 9#) 10#)

11#)

12#)

13#)

14#)

15#)

16 17#)

18#)

19#)

20#)

Seleksi Spesies Adaftif pada DaerahRina Laksmi Hendrati, Asri Insiana Putri & Dedi Setiadi

. . .

hu

tan

alam

dat

aran

ren

dah

Pop

ula

sid

ite

mp

atla

in(P

opu

lati

ons

inot

her

plac

es)

30

Tab

el3.

Lan

juta

nT

abel

3.C

onti

nue

d

Nam

ad

iL

ok

asi

(Loc

atio

nN

ame)

Nam

ala

tin

(Lat

inn

ame)

Man

faat

(Uti

lity

)A

las

Pu

rwo

Bal

ura

nSu

lten

gSu

mb

aT

imu

r/

Sav

ana

Su

mb

aT

imu

rh

uta

nal

amd

atar

anre

nd

ah

Su

mb

aB

arat

Mad

ura

Pop

ula

sid

ite

mp

atla

in(P

opu

lati

ons

inot

her

plac

es)

Neo

nau

clea

exce

lsa

Kay

u/K

ayu

bak

arT

um

bu

dab

aA

sia

ten

ggar

a

Pem

pis

acid

ula

Kay

uSe

tigi

Pon

gam

iapi

nn

ata

Kay

u/K

ayu

bak

ar/b

uah

Po

nga

mB

angk

on

g,K

epri

k,

Kar

anji

Kal

sel,

Kal

ten

g,Ja

wa,

Mal

uk

u, B

ali,

NT

B

Pte

roca

rpus

indi

cus

Kay

u/K

ayu

bak

arK

anaw

aSo

no

kem

ban

gK

alim

anta

n,

NT

T

Pte

rosp

erm

umdi

vers

ifol

ium

Kay

u/K

ayu

bak

arB

alan

g,w

alan

g,b

ayu

rW

era/

Bay

ur

Wer

aJa

wa,

Kal

iman

tan

(Dar

Ind

iad

iseb

ark

ansa

mp

aiP

hil

ipin

a)P

tero

sper

mum

java

nic

umK

ayu

/Kay

ub

akar

Bay

ur

Bay

ur

dau

nk

ecil

Kal

iman

tan

, Nu

san

tara

bar

at(B

razi

l,A

mer

ika

sela

tan

, In

dia

sela

tan

,P

NG

)

San

talu

mal

bum

Kay

uC

enda

na

Cen

dan

aN

TT

, DIY

(Ras

lah

an)

Schl

eice

raol

eosa

Kay

ub

akar

/get

ahK

esam

bi,

sam

ba

Kes

amb

iJa

tim

Sesb

ania

gran

difl

ora

Kay

ub

akar

/bu

nga

Tu

riT

uri

Jaw

a

Spon

dias

pin

nat

aK

ayu

/Kay

ub

akar

Ked

on

don

gh

uta

nIn

juw

atu

Inju

wat

uK

edo

nd

on

gH

uta

nK

alte

ng,

Kal

sel,

Mal

uk

uSt

ercu

lia

cam

pan

ulat

aK

ayu

/Kay

ub

akar

Mu

nu

ng/

Sriw

ilk

uth

il

Ster

culi

afo

etid

aK

ayu

/Kay

ub

akar

Kep

uh

Jan

gkan

g,K

epu

hK

alu

mb

ang/

nit

as(S

terc

ulia

sp)

Kal

um

ban

g/n

itas

Kal

um

ban

g/n

itas

Ter

seb

ard

iN

usa

nta

ra

Stre

blus

aspe

rK

ayu

/Tan

hia

sSe

rut

Seru

tP

idi/

Kad

ho

ki

Pid

i/K

adh

ok

iT

oon

asu

ren

iK

ayu

/Kay

ub

akar

Sure

nSo

ren

,D

ure

nan

Hu

ren

iSu

ren

(In

dia

, Ch

ina,

Asi

aT

engg

ara,

PN

G))

Vit

expu

besc

ens

Kay

u/K

ayu

bak

arL

aban

,L

aban

tile

ng

Sum

ater

a,Ja

wa,

Pal

awan

, Su

law

esi,

Tim

or

Ziz

yphu

sro

tun

difo

lia

Kay

ub

akar

/dau

nW

ido

rop

uti

h,

Wid

oro

Bu

ko

lB

idar

a(Z

. mau

rita

nia

)

No

21 22#)

23#)

24#)

25#)

i

26 27#)

28#)

29 30#)

31 32#)

33#)

34#)

35#)

36

*)Su

mb

er: -

info

rmas

ila

ngs

un

g,da

tase

ku

nde

r,H

eyn

e19

87,

Arg

ent

dkk

2000

*)Sp

esie

ste

rpil

ihse

tela

hp

erti

mb

anga

n1)

han

ya

dip

op

ula

situ

ngg

al2)

Nam

asp

esie

sy

ang

tida

kje

las

3)C

ende

run

gtu

mb

uh

dida

tara

nti

ngg

ida

n4)

Pro

duk

ku

alit

ask

ayu

ny

are

nda

hSo

urce

s:- D

irec

tin

form

atio

n, s

econ

dary

data

,Hey

ne

1987

,Arg

ent

etal

. 200

0

Sele

cted

spec

ies

beca

use

of1)

only

avai

labl

eat

1po

pula

tion

2)un

clea

rsp

ecie

sn

ame

3)te

nd

togr

owin

high

elev

atio

nan

d4)

low

woo

dqu

alit

y

#) #)

Jurnal Analisis Kebijakan KehutananVol. 9 No. 1, April 2012 : 23 - 35

Berdasarkan kelimpahan individunya(≥50 individu/populasi), dan jarak antaraindividu (±100m) serta dimungkinkanditemukannya pada lebih dari 1 (satu)populasi/lokasi/daerah, baik pada lokasi yangdiidentifikasi pada penelitian ini ataupun padapopulasi tambahan berdasarkan data sekunderdi Indonesia (Tabel 3 kolom 11), makadidapatkan 36 jenis beserta nama-nama daerah.Jenis yang dipilih diutamakan jenis asli diIndonesia, namun untuk kasus tertentu, jenisyang memang sangat tahan terhadap keke-ringan (misalnya , -

), atau jenis yang tahan pada kondisimarginal (misalnyayang sangat tahan di daerah berpasir pinggirpantai), meskipun populasinya terbatas di satulokasi atau meskipun jenis eksotik, dipertim-bangkan untuk bisa dipilih karena dapatdijadikan untuk pembanding untuk tujuan ujinantinya.

Beberapa spesies dipilih karena disaran-kan oleh pihak setempat, maupun karenainformasi masa kini serta referensi yang meng-indikasikan bahwa spesies yang bersangkutanbanyak diminati. Dari ke 36 spesies yangterpilih pada Tabel 3 berdasarkan hasil kondisidi lapangan, data sekunder dan dari hasil lite-ratur, ada beberapa yang kemudian dihilang-kan karena dianggap kurang menguntungkanuntuk dipilih menjadi salah satu spesies uji.Pertimbangan tersebut adalah : 1) Adanyahanya di populasi tunggal (berdasarkan hasilinformasi sekunder dan literatur), 2) Namaspesies yang tidak jelas (berdasarkan datasekunder), 3) Cenderung tumbuh di datarantinggi (berdasarkan literatur) dan 4) Produkkualitas kayunya rendah (berdasarkanlapangan dan literatur).

Seleksi lanjutan terhadap 36 spesiesmenghasilkan pilihan sebanyak 29 spesies(disajikan pada kolom pertama Tabel 3 dengantanda ).

Sebagai bahan uji nantinya seleksilanjutan spesies juga perlu dilakukan terutama

Acacia nilotica Acacia auriculiformis

Casuarina equisetifolia

#)

tentang kemudahan budidaya sehinggamemungkinkan spesies-spesies tersebut untukdijadikan bahan uji dengan desain tertentu. Halini mencakup kemudahan mendapatkan danmenangani bijinya, serta kemudahan per-kecambahannya/regenerasinya. Informasi inididapatkan berdasarkan pengalaman, infor-masi para peneliti dan pihak-pihak yang telahmenangani jenis tersebut dan informasi darireferensi. Mengingat bahwa belum semuaspesies tersebut dibudidayakan secara memadaidi Indonesia, maka informasi yang didapatkandalam hal kemudahan biji dan budidayanyaakan memerlukan proses. Informasi berdasar-kan literatur, internet dan peneliti/praktisitelah dilakukan, namun masih menyisakanbeberapa spesies yang belum diketahui secaralengkap. Sekiranya diperoleh informasi darihasil komunikasi yang didapatkan hanyasecara umum berdasarkan pengalaman yangpernah dilakukan, namun tidak disertaidengan data numerik untuk menunjangnya.Oleh karenanya seleksi lanjutan terhadap 29spesies tersebut telah dan akan terus dilakukansampai menjelang pelaksanaan eksplorasi danpembangunan uji. Pada akhirnya nanti jumlahspesies yang akan digunakan untuk uji, selainditentukan oleh informasi kemudahan biji danbudidayanya juga akan ditentukan oleh jumlahbiji hasil eksplorasi yang diperoleh, viabilitasbenih dan persen hidup semai sampai siapuntuk ditanam pada plot uji. Oleh karenanyapertambahan jumlah spesies yang menunjuk-kan potensi yang bagus sebagai spesies yangadaptif pada daerah kering dimungkinkanbertambah, manakala informasi baru (mis.tentang kemanfaatan dan kelimpahannya)tentang jenis-jenis diluar yang terseleksinantinya diperoleh. Pertimbangan akhir, yangjuga akan menentukan jumlah spesiesterseleksi adalah luasan lahan yang tersediauntuk pelaksanaan pengujian di daerah keringdengan pengujian kombinasi uji spesies-

di beberapa lokasi uji.provenans

31

Seleksi Spesies Adaftif pada DaerahRina Laksmi Hendrati, Asri Insiana Putri & Dedi Setiadi

. . .

Populasi dari suatu spesies yang mem-punyai adaptasi genetik terhadap suatu kondisilingkungan tertentu disebut darisuatu species tersebut. Dibandingkan

lain dari spesies yang sama, seringini bisa beradaptasi lebih baik pada

lingkungan yang dimaksud. Hal seperti initerutama sering ditemui pada spesies dengandistribusi sebaran yang luas (Harwood, 1990;Marcar dan Floyd, 2004). Oleh karenanya,beberapa spesies yang asal tumbuhnya berasaldari lokasi yang kering diharapkan berpotensiuntuk dipergunakan sebagai vegetasi untukantisipasi kondisi ekstrim karena perubahaniklim, karena telah terbukti mampu hidupdidaerah kering dalam kurun waktu yangcukup lama. Mengingat bahwa spe iesmempunyai level adaptasi yang berbeda danbanyak spesies pohon yang mengalamigangguan kematian karena kondisi keringyang lama (Allen, 2010; Chenchouni, 2010),maka diversitas jenis merupakan kunci yangpenting dalam pemilihan jenis pohon karenaakan menyediakan kisaran variasi materigenetik yang jauh lebih tahan untuk keamananeksistensi pohon untuk mengantisipasi kondisiyang akan datang yang tidak terduga (Kang,2010; Lindgren, 2010).

Data sekunder tidak seluruhnya diper-oleh secara memuaskan pada setiap lokasi yangdiidentifikasi. Di Alas Purwo, identifikasispesies dilakukan di lokasi petak ukur diMangleng, Trianggulasi dan sekitarnya sampaike Parangedeg (dekat Parangireng). Lokasi-lokasi tersebut dipilih yang relatif dekatdengan area padang rumput ( ). Datayang bersumber dari Buletin Cuaca StasiunMeteorologi Banyuwangi tahun 2010(Anonim 2010) dari pengamatan selama 10tahun (1995-2004) menunjukkan bahwa padalokasi identifikasi terutama pada bulan April(A), Mei (B) dan Juni (C) dari pengamatan

provenansprove-

nansprovenans

s

savana

C. Kondisi Terkini Curah Hujan

cenderung mempunyai curah hujan (100-200mm/bulan) yang lebih rendah dibandingkanlokasi-lokasi lain.

Pengamatan di Baluran berdasarkandata-data iklim pada periode 1981-2007menunjukkan kecenderungan adanya kisaranCurah Hujan umum yang masih relatif rendahyang berkisar antara 700-1800 mm/tahun(Harjadi, , 2010).

Curah hujan di kota Palu dari BadanMeteorologi Klimatologi dan Geofisikastasiun bandara Mutiara, Palu selama 10 tahun(2001-2010) menunjukkan bahwa jumlah rata-rata total curah hujan per tahun cukup rendah(<1000 mm/tahun). Selama 10 tahun (2001-2007), tahun 2007 dan 2008 menunjukkancurah hujan yang lebih tinggi (950 mm/tahun)dibandingkan 6 (enam) tahun sebelumnya,namun 2 (dua) tahun berikutnya (2009 dan2010) menurun lagi. Jumlah curah hujanterendah ada pada tahun 2004 dengan hanya434 mm/tahun. Survei di lapangan menunjuk-kan bahwa hampir sebagian pohon pada lokasiyang kering tidak lagi bisa diperoleh.Gerombolan kecil-kecil dengan sedikit pohonyang mengelompok di sana-sini dengan jarakcukup jauh diperoleh pada lokasi ini. Olehkarenanya, identifikasi spesies tidak bisadilakukan di sekitar lokasi yang kering karenatidak diperolehnya materi genetik yangmemadai. Diperkirakan banyak spesies yangsudah tergeser atau mungkin punah. Identifi-kasi kemudian di lakukan di lokasi yang masihmempunyai spesies-spesies yang asli yakni diTaman Nasional Lore Lindu yang berjaraksekitar 80 km dari kota Palu. Dalam laporaninventarisasi potensi kawasan Taman NasionalLorelindu TN tersebut mempunyai curahhujan melebihi kriteria yakni <2000 mm/tahun (Anonim, 2009).

Daerah Sumba Timur merupakandaerah yang mempunyai curah hujan sangatrendah tahun 1989 (<600 mm/tahun)(Direktorat Jenderal Penyiapan Pemukiman,

et al.

32

Jurnal Analisis Kebijakan KehutananVol. 9 No. 1, April 2012 : 23 - 35

1989) dengan iklim F. Sementara dari StasiunMeteorologi Waingapu (Sumba Timur dalamangka 2005/2006), curah hujan tahun 2003,2004, 2005 dan 2008 berturut-turut adalah,1105, 531, 355 dan 912 mm/tahun.

Populasi asli jenis-jenis pohon di PulauMadura tumbuh pada pulau-pulau kecil disekitarnya, namun daerah tersebut umumnyamempunyai curah hujan yang tinggi misalnyapulau Bawean dengan 3090 mm/tahun,sehingga inventarisasi tidak dilakukan di sana.Di pulau Madura sendiri, curah hujan yangdidapatkan dari Balai Pengelolaan DaerahAliran Sungai Jawa Timur untuk daerahMadura selama pengamatan 10 tahun (1995-2006) menunjukkan curah hujan yang relatifrendah di keempat kabupatennya yakniBangkalan, Sampang, Pamekasan danSumenep yang berturut-turut menunjukkancurah hujan 1411, 1120, 790 dan 928 mm/tahun.

Data curah hujan yang dikumpulkandari berbagai lokasi tersebut menunjukkancurah hujan yang umumnya rendah (<1500mm/tahun). Diharapkan spesies yang ter-seleksi yang berasal dari daerah-daerah tersebutmerupakan spesies yang telah terbukti lebihtahan terhadap kondisi kering karena telahmampu tumbuh sampai dewasa bahkan sampaibeberapa generasi. Dengan justifikasi tersebutspesies terpilih tersebut akan digunakansebagai bahan uji spesies adaptif pada daerahkering untuk antisipasi perubahan iklim.

Sejumlah 29 spesies yang potensial diIndonesia untuk tumbuh di daerah dataranrendah/pantai yang kering (Curah hujan 1000-1500 mm/tahun) telah diseleksi berdasarkanpenampilannya, kemanfaatannya, ketersedianmateri genetiknya, serta kemudahan untuk

IV. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

dikembangkan. Agar nantinya dimungkinkanuntuk digunakan sebagai uji spesies dangenetik, maka seleksi berdasarkan hasileksplorasi, viabilitas benih dan persen jadisemainya perlu dilaksanakan.

1. Spesies-spesies terpilih diasumsikan telahberadaptasi di daerah kering sesuai asalpengkoleksiannya, sehingga pengujiandiperlukan untuk membuktikannya.

2. Dalam pengujian karakter utama tanamanadaptif perlu diungkapkan termasukkarakter morfologis maupun fisiologis.

3. Karakter yang dipengaruhi secara genetikperlu diobservasi sehingga memungkinkanpelaksanaan seleksi.

Allen, C.D. 2010. Drought-induced treemortality: Global interview of patternsand emerging climate change risks forforests. In: Parrota, JA and Carr, M.A.Editors. The International ForestryReview, XXIII IUFRO WorldCongress. Forest for the future:Sustaining society and the environment.23-28 Agustus 2010. Seoul. Republic ofKorea.

Anonim, 2009. Laporan kegiatan inven-trarisasi potensi kawasan Taman Nasio-nal Lorelindu bekerjasama dengan:Herbarium Celebense UniversitasTandulako (Palu) Sulawesi Tengah. TNLorelindu.

Anonim, 2010. Buletin Cuaca, Stasiun Meteo-rologi Banyuwangi, Badan Meteorologi,Klimatologi dan Geofisika.

Argent, G. A., E.J.F. Saridan, P. Campbell, G.Wilkie, J.T. Fairweather, D.J. Hadia, C.Middleton, M. Pendry, M. Pinard

B. Saran

DAFTAR PUSTAKA

33

Seleksi Spesies Adaftif pada DaerahRina Laksmi Hendrati, Asri Insiana Putri & Dedi Setiadi

. . .

Warwick and K.S. Yulita. 2000. Manualof the Larger and More Important NonDipterocarp Tree s o f Centra lKalimantan. Indonesia. Forest ResearchInstitute. Samarinda. Indonesia.

Chenchouni, H. 2010. Drought-induced massmortality of Atlas cedar forest (

) in Algeria, In: Parrota, JA andCarr, M.A. Editors. The InternationalForestry Review, XXIII IUFRO WorldCongress. Forest for the future:Sustaining society and the environment.23-28 Agustus 2010. Seoul. Republic ofKorea.

Direktorat Jenderal Penyiapan Pemukiman,1989. Regional Physical PlanningPrograme for Transmigration Review ofPhase 1 Results Maluku and NusaTenggara Volume 1-2. Direktorat BinaProgram. Direktorat Jenderal PenyiapanPemukiman Departemen TransmigrasiJakarta.

FAO, 2008. Climate change adaptation andmitigation in the food and agriculturesesector. Technical background documentfrom the Expert Consultation held on 5-7 March 2008. FAO. Rome.

Harjadi, B. 2010. Analisis kerentanantumbuhan hutan akibat perubahan iklim(ekosistem pantai dan pegunungan).Laporan Hasil Penelitian Balai Peneli-tian Kehutanan Solo.

Harwood, C. 1990. Aspects of species andprovenance selection. In: Sowing theseeds: Direct seeding and Naturalregeheration Conference. Proceedings:Greening Australia Conference. 22-25May 1990. Adelaide SA pp 127-133.

Heyne, K. 1987. Tumbuhan bergunaIndonesia. Buku I-IV. Badan LitbangKehutanan. Jakarta.

Cedrusatlantica

Kang, K.S. 2010. Sustainable utilization andconservation of forest genetic resourcesthrough tree breeding and seed orchardmanagement in Korea. In: Parrota, JAand Carr, M.A. Editors. The Inter-national Forestry Review. XXIIIIUFRO World Congress. Forest for thefuture: Sustaining society and theenvironment. 23-28 Agustus 2010. Seoul.Republic of Korea.

Lindgren, D. 2010. Seed orchards in a warmfuture. In: Parrota, JA and Carr, M.A.Editors. The International ForestryReview. XXIII IUFRO World Congress.Forest for the future: Sustaining societyand the environment. 23-28 Agustus2010. Seoul. Republic of Korea.

Marcar, N. and R. Floyd 2004. Species andManagement. In: N.E.Marcar and D.F.Crawford. Editors. Trees for SalineLandscape. pp 19-44.

Monk, K.A., Y. Fretes dan G. Reksodihardjo-Lilley, 2000. Ekologi Nusa Tenggaradan Maluku. Seri Ekologi IndonesiaBuku V. (S.N. Kartikasari. Editor).Prenhallindo, Jakarta.

Oedraogo, A. and A. Thiombiano. 2010.Assessment of woody species diversityand the natural potentials for itsconservation in semi-arid areas: casestudy in Burkin Faso. In: Parrota, J.A.and M.A. Carr . Ed i tor s . TheInternational Forestry Review. XXIIIIUFRO World Congress. Forest for thefuture: Sustaining society and theenvironment. 23-28 Agustus 2010. Seoul.Republic of Korea.

Parry, M.L., O.F. Canziani, J.P. Palutikof, P.J.van der Linden and C.E Hanson, 2007.The Fourth Assessment Report of theIntergovernmental Panel on ClimateChange. Cambridge University Press.

34

Jurnal Analisis Kebijakan KehutananVol. 9 No. 1, April 2012 : 23 - 35

Cambridge. United Kingdom and NewYork. USA.

Rehfeldt, G.E., C.C. Ying and W.R. Wykoff,2002. Physiology plasticity, evolutionand impacts of a changing climate on

. Climatic Change. 50:355-376.

Sumba Timur dalam angka, 2005/2006.Stasiun Meteorologi kelas III. Mau HauWaingapu. Sumba. Nusa TenggaraTimur.

Whitten, T., G.S. Henderson and M. Mustafa.1987. The Ecology of Sulawesi, TheEcology of Indonesian Series VolumeIV. Gadjah Mada University Press.Yogyakarta. Indonesia.

Pinus contorta

Whitten, T., R.E. Soeriaatmadja and S.A.Afiff, 1996. The Ecology of Java and Bali.The Ecology of Indonesian Series.Volume II. Periplus Editions Ltd.Singapore.

Zhang, Z. 2010. Chinese and global examplesof drought and heat-induced forestmortality associated with insect pestsand pathogen. In: Parrota, JA and M.A.Carr. Editors. The InternationalForestry Review. XXIII IUFRO WorldCongress. Forest for the future: Sus-taining society and the environment. 23-28 Agustus 2010. Seoul. Republic ofKorea.

35

Seleksi Spesies Adaftif pada DaerahRina Laksmi Hendrati, Asri Insiana Putri & Dedi Setiadi

. . .