selasa, 03 pebruari 2009 bank asi (air

39
Artikel Selasa, 03 Pebruari 2009 Bank Asi (Air Susu Ibu) Kategori: Umum (1601 kali dibaca) Bank Asi (Air Susu Ibu) Apa yang Anda pikirkan melihat seorang bayi prematur baru dilahirkan, sementara sang ibu tak dapat menyusui bayinya karena kondisi khusus? Di negara-negara seperti Australia, Inggris, Kanada, Amerika dan Brazil, masalah ini dijawab dengan hadirnya bank ASI, yaitu suatu sarana yang dibuat untuk menolong bayi-bayi yang tak terpenuhi kebutuhannya akan ASI. Di tempat ini, para ibu dapat menyumbangkan air susunya untuk diberikan pada bayi-bayi yang membutuhkan. Marea Ryan, bidan dan direktur dari Australian Mothers Milk Bank (AMMB) mengatakan, ide ini sebetulnya tidaklah baru, karena sejak ratusan tahun yang lalu telah banyak bayi yang disusui oleh ibu yang bukan ibu kandungnya. “Air susu ibu memang sempurna dan bermanfaat untuk membangun sistem pertahanan tubuh bayi serta melawan infeksi,” katanya. “Oleh sebab itu, sudah sejak dulu bayi yang sakit diberikan air susu dari ibu lain yang sehat. Sayangnya, hal itu berhenti di tahun 70-an, saat virus HIV/AID datang. Baru setelah perkembangan teknologi meningkat dan teknik pasturisasi serta proses uji ASI semakin baik, muncullah bank ASI yang menyatakan kalau susu dari hasil donor aman untuk dikonsumsi.” Bagaimana Prosesnya? Di Australia, ibu yang ingin menyumbangkan air susunya harus

Upload: in17ra

Post on 14-Jun-2015

359 views

Category:

Documents


16 download

TRANSCRIPT

Page 1: Selasa, 03 Pebruari 2009 Bank Asi (Air

Artikel

Selasa, 03 Pebruari 2009Bank Asi (Air Susu Ibu)Kategori: Umum (1601 kali dibaca)

Bank Asi (Air Susu Ibu)

Apa yang Anda pikirkan melihat seorang bayi prematur baru dilahirkan, sementara sang ibu tak dapat menyusui bayinya karena kondisi khusus? Di negara-negara seperti Australia, Inggris, Kanada, Amerika dan Brazil, masalah ini dijawab dengan hadirnya bank ASI, yaitu suatu sarana yang dibuat untuk menolong bayi-bayi yang tak terpenuhi kebutuhannya akan ASI. Di tempat ini, para ibu dapat menyumbangkan air susunya untuk diberikan pada bayi-bayi yang membutuhkan.

Marea Ryan, bidan dan direktur dari Australian Mothers Milk Bank (AMMB) mengatakan, ide ini sebetulnya tidaklah baru, karena sejak ratusan tahun yang lalu telah banyak bayi yang disusui oleh ibu yang bukan ibu kandungnya. “Air susu ibu memang sempurna dan bermanfaat untuk membangun sistem pertahanan tubuh bayi serta melawan infeksi,” katanya. “Oleh sebab itu, sudah sejak dulu bayi yang sakit diberikan air susu dari ibu lain yang sehat. Sayangnya, hal itu berhenti di tahun 70-an, saat virus HIV/AID datang. Baru setelah perkembangan teknologi meningkat dan teknik pasturisasi serta proses uji ASI semakin baik, muncullah bank ASI yang menyatakan kalau susu dari hasil donor aman untuk dikonsumsi.”

Bagaimana Prosesnya?Di Australia, ibu yang ingin menyumbangkan air susunya harus mendaftarkan diri dulu ke bank ASI. Setelah melalui tes kesehatan dan telah dipastikan tak ada infeksi yang bisa ditularkan ibu penyumbang melalui air susunya ke bayi, air susu diperah lalu dibekukan. Tak ada jumlah minimal berapa mililiter air susu yang harus disumbangkan. Bayi prematur biasanya minum susu kurang dari 20 ml, jadi sesedikit apapun susu yang disumbang, diterima oleh bank. Bank lalu mengumpulkan susu perahan tersebut, melakukan proses pasturisasi dan mengetes kembali keamanannya untuk dikonsumsi. Susu kemudian kembali dibekukan dan didistribusikan ke berbagai rumah sakit untuk diberikan pada bayi-bayi yang membutuhkan.

Amankah?Pemilihan dan proses pengetesan air susu ibu sama dengan proses yang dilakukan bank darah. Hal ini

Page 2: Selasa, 03 Pebruari 2009 Bank Asi (Air

sukses dilakukan sebuah bank ASI di Inggris, karena selama 30 tahun beroperasi, belum pernah ada kasus bayi tertular infeksi melalui air susu dari ibu penyumbang. Ibu yang ingin menyumbangkan air susunya dituntut prima kesehatannya, tidak merokok, tidak menggunakan obat-obatan, tidak mengonsumsi alkohol. Mereka juga tak boleh mengonsumsi kafein, dan harus melalui tes yang menyatakan mereka bebas HIV dan hepatitis B. “Proses pasturisasi akan menghancurkan bakteri. Setelah itu, air susu akan diuji lagi untuk diketahui apakah masih ada bakteri sebelum kembali  dibekukan,” kata Marea. “Jika masih ditemukan sisa bakteri di dalamnya, maka susu tersebut akan dibuang.”

Bagaimana di Indonesia?Dr. Jeanne Purnawati, Ketua POKDI ASI PK St. Carolus Jakarta juga sangat mendukung adanya bank ASI. “Tujuan bank ASI sangat bagus dan mulia. Unicef dan WHO pun sangat mendukung adanya bank ini,” katanya. Dr. Jeanne mengatakan, klinik Laktasi Carolus juga pernah melakukan praktek seperti yang dilakukan bank ASI, dengan berbekal berbagai literatur mengenai bank ASI di luar negeri serta pernyataan setuju dari 5 pemuka agama di Indonesia. Tapi nyatanya, praktek tersebut hanya dapat berjalan selama 3 tahun. “Kami memutuskan untuk menghentikannya, karena saat itu kami hanya mampu melakukan tes kesehatan dan wawancara untuk calon ibu penyumbang. Tak ada screening dan teknik pasturisasi canggih seperti yang dilakukan bank ASI di luar negeri. Oleh sebab itu, kami tak dapat menjamin air susu sumbangan ibu 100% aman.”

Memang sepertinya alternatif yang sangat bagus untuk bayi dan ibu ini masih jauh dari jangkauan negara kita. Karena seperti kata Dr. Jeanne lagi, butuh proses yang panjang dan biaya sangat mahal untuk mengadakannya. Dr. Yusfa Rasyid dari RS YPK Jakarta juga mengeluarkan pernyataan yang sama. “Bank ASI adalah isu yang besar dan luar biasa. Oleh sebab itu, banyak ‘PR’ yang harus  dilakukan terlebih dahulu di Indonesia sebelum bisa sampai ke sana.”(Motherandbaby online)

Page 3: Selasa, 03 Pebruari 2009 Bank Asi (Air

Bank Asi Dalam Pandangan Syariat Islam

Bank Asi Dalam Pandangan Syariat IslamZahrul Bawady

Sesungguhnya Allah Swt telah memuliakan manusia dan membedakannya dari segala jenis hewan. Dan sungguh kenikmatan yang Allah berikan tidak terkira bagi manusia.

Diantara kenikmatan tersebut ialah nikmat gizi yang Allah berikan ketika kita masih kecil yaitu melalui menyusui dan karena sebab penyusuan itu berkaitan pula dengan hukum hukum agama. Bahkan orang yang menyusui kita di dalam Alquran disebut dengan kata kata ibu( Surat Annisa Ayat 23)

Karena menyusui merupakan hal yang esensial bagi manusia, maka sebagian orang berpikir cara agar semua orang dengan segala aktivitas dapat menyesui tanpa mengganggu kinerja kerjanya. Maka tercetuslah ide untuk mendirikan bank asi.

karena pentingnya masalah ini maka saya meencoba menulis permasalahan bank asi dalam tinjauan agama Islam dengan mengikuti panduan yang ditulis oleh Profesor. Dr. Muhammad Hilmi Sayid Isa; seorang ulama besar dalam bidang perbandingan Madzhab dan dosen Universitas Alazhar Cairo dengan judulnya “ Hukm Insya’ Bunuuk Allaban”PendahuluanGagasan untuk mendirikan bank asi telah berkembang di Eropa kira-kira lima puluh tahun yang lalu. Dan itu terjadi setelah adanya bank darah. Mereka melakukannya dengan mengumpulkan asi dari wanita dan membelinya kemudian asi tersebut dicampur di dalam satu tempat untuk menunggu orang yang membeli dari mereka.Pemikiran ini sekarang mulai menggerogoti umat Islam bahkan sebagian masyarakat di negara-negara mayoritas Islam telah menggaungkannya karena ikut ikutan ala eropa.Hukum Jual Beli Asi Asi manusia adalah bagian mengalir dari anggota tubuhnya, dan tidak diragukan lagi itu merupakan karunia Allah bagi manusia dimana dengan adanya asi tersebut seorang bayi dapat memperoleh gizi. Dan asi tersebut merupakan sesuatu hal yang urgen di dalam kehidupan mereka( baca: bayi). Karena pentingnya asi tersebut untuk pertumbuhan maka sebagian orang memenuhi kebutuhan tersebut dengan membeli asi pada orang lain. Jual beli asi manusia itu sendiri di dalam fiqih Islam merupakan cabang hukum yang berbeda pendapat para ulama di dalamnya. Ada dua pendapat ulama tentang hal tersebut.Pertama, tidak boleh menjualnya. Ini merupakan pendapat ulama madzhab Hanafi kecuali Abu Yusuf( berkenaan dengan susu seorang budak), salah satu pendapat yang lemah pada madzhab Syafi’I dan juga kata sebagian ulama Hanbali.Kedua, pendapat yang mengatakan dibolehkan jual beli asi manusia. Dan ini merupakan pendapat Abu Yusuf( pada susu seorang budak) , Maliki dan Syafi’I, Khirqi dari madzhab Hanbali, Ibnu Hamid, dikuatkan juga oleh Ibnu Qudamah dan juga madzhab Ibnu Hazm.Sebab Timbulnya Khilaf

Page 4: Selasa, 03 Pebruari 2009 Bank Asi (Air

Menurut Ibn Rusyd, sebab timbulnya perselisihan pendapat ulama di dalam hal tersebut adalah pada boleh tidaknya menjual asi manusia yang telah diperah. Karena proses pengambilan asi tersebut melalui perahan. Imam Malik dan Imam Syafi’I membolehkannya sedangkan Abu Hanifah tidak membolehkannya. Alasan mereka yang membolehkannya adalah karena asi itu halal untuk diminum maka boleh menjualnya seperti susu sapi dan sejenisnya. Sedangkan Abu Hanifah memandang bahwa asi itu dihalalkan karena Dharurah bagi bayi dan dasar hukum dari asi itu sendiri adalah haram karena dia disamakan seperti daging manusia. Maka karena daging manusia tidak boleh memakannya maka tidak boleh menjualnya.Dalil Pendapat Yang Membolehkan Jual Beli Susu ManusiaMereka mengemukakan argument logika yang banyak di dalam masalah ini. Diantaranya, asi manusia bukanlah harta benda maka tidak boleh menjualnya. Dan dalil bahwasannya asi tersebut bukan harta benda adalah tidak dibolehkan bagi kita mengambil mamfaat (Intifa’) dengan asi tersebut. Asi tersebut dibolehkan karena dharurat saja kepada anak bayi karena mereka tidak bisa memperoleh gizi dengan cara lain. Dan apa yang tidak dibolehkan mengambil manfaat kecuali dharurah tidaklah dianggap bagian harta seperti babi dan narkotika. Selain itu asi tersebut juga tidak dijual di pasar karena tidak dianggap bagian dari harta.Pendapat ini ditentang oleh pihak kedua. Mereka mengatakan: Bahwa asi itu suci dan bisa diambil manfaat sehingga boleh menjualnya seperti susu kambing. Adapun sebab tidak dijualnya asi tersebut di pasaran bukanlah landasan barang tersebut tidak boleh dijual karena ada juga barang yang tidak ada di pasaran dan boleh jual beli barang tersebut.Kelompok pertama juga beralasan bahwa asi tersebut merupakan bagian dari manusia dan manusia beserta seluruh organnya adalah terhormat maka menjual jual beli asi tadi dapat menjatuhkan derajat kemuliaan manusia.Kembali ditentang oleh pihak kedua. Ibnu Qudamah berkata bahwa seluruh tubuh manusia dapat dijual seperti bolehnya menjual budak. Sedangkan yang tidak boleh menjualnya adalah orang merdeka dan diharamkan pula menjual anggota tubuh yang sudah terpotong karena tidak bermamfaat.Kasaai dari kelompok pertama menentang bantahan tersebut, beliau berkata bahwa manusia tidak halal kecuali budak dan budak tidak halal kecuali hidup sedangkan asi itu bukanlah sesuatu yang hidup maka tidak boleh dujual.Pendapat kelompok pertama mengatakan bahwa susu manusia itu adalah restan(sisa) dari manusia maka tidak boleh menjualnya seperti air mata, keringat dan ingus.Pendapat ini ditentang denagn mengatakan bahwa mengkiyaskan asi dengan keringat adalah tidak tepat karena keringat, ingus dan air mata tidak bermamfaat. Hal ini seperti keringat kambing yang tidak boleh kita menjualnya, sedangkan susunya tetap boleh.Selanjutnya kelompok pertama mengatkan bahwa daging manusia tidak boleh untuk dimakan maka tidak boleh menjual asinya seperti susu keledai betina.Pendapat ini ditolak oleh pihak kedua, mereka kembali mengatakan bahwa ini adalah qiyas yang tidak sesuai karena asi manusia suci sedangkan susu keledai najisKelompok pertama kembali beralasan bahwasannya dengan adanya proses menyusui tadi diharamkan bagi kita untuk menikahi saudara sesusuan dan ibu susu. Maka pada proses jual beli asi ini akan membuka peluang terjadinya perkawinan yang tidak dibenarkan

Page 5: Selasa, 03 Pebruari 2009 Bank Asi (Air

secara syariat karena asi tadi dicampur sehinnga kita tidak mengetahui asi siapa saja yang diminum oleh bayi.Dalil Pendapat Yang KeduaGolongan kedua yang membolehkan menjual asi manusia berpegang kepada Alquran, Hadits dan logika.Dalil Alquran yaitu firman Allah pada surat Albaqarah ayat 275 yaitu, “ Allah telah menghalalkan jual beli” Ayat tersebut menurut Ibnu Hazm mengisyaratkan bahwa seorang wanita memerah asinya dan mengumpulkannya di dalam suatu bejana kemudian diminumkan pada bayi dan ini adalah milik wanita yang diberikan kepada bayi dan sesuai landasan hukum, apa saja yang boleh kepemilikannya berpindah kepada orang lain maka boleh dilakukan jual beli.Sedangkan di dalam hadits juga terdapat suatu dalil yang diriwayatkan oleh Bukhari dan Abu Daud dari Ibn Abbas, beliau berkata, aku melihat Rasulullah duduk di suatu sudut maka beliau mengangkat pandangan ke langit kemudian tersenyum lalu bersabda, “ Allah Swt. Melaknat golongan yahudi karena tiga perkara. Sesungguhnya Allah mengharamkan kepada mereka lemak namun mereka menjualnya dan memakan hasil penjualannya, dan Allah jika mengharamkan suatu kaum untu memakan sesuatu maka Allah mengharamkan pula memakan harta yang diperoleh darinya.Mawardi berkata bahwa apa yang tidak diharamkan memakannya maka tidak diharamkan memakan hasil penjualannya, oleh karena itu asi manusia boleh dimakan maka otomatis boleh dijual maka tidaklah haram hasil penjualannya.Pendapat ini ditentang oleh kelompok pertama. Mereka mengatakan bahwa asi manusia juga dilarang meminumnya, tetapi karena dharurah dibolehkan. Buktinya, jikaseorang bayi telah kuat dengan tidak meminum asi maka tidak boleh lagi ia meminumnya. Mengambil manfaat dari asi juga haram. Bahkan sebagian mereka melarang orang yang terkena penyakit kabur menggunakannya dan sebagian yang lain membolehkannya jika diketahui itu adalah obat. Dan asijuga tidak dianggap barang yang berharga,dia sama seperti bangkai, yang menjadi gizi hanya ketika darurat saja, dan bukanlah suatu harta yang diperbolehkan menjualnya.Kemudian mereka juga mengatakan bahwa setiap yang suci itu belum tentu dapat dijual. Seperti air, ia tidak boleh dijual kecuali sudah kita olah dan jaga.Golongan kedua mengatakan bahwa asi itu adalah gizi bagi manusia maka boleh dijual seperti beras. Abu Yusuf mengatakan bahwa boleh menjual asi dari budak karena budak itu-pun sah untuk dilakukan akad jual beli maka asi yang merupakan bagiannya pun sah untuk dijual beli.Madzhab Yang DipilihSetelah kita melihat kedua madzhab di atas kita menyadari bahwa dalil yang dilontarkan oleh kedua golongan tersebut tidak pernah berjalan mulus. Selalu saja ada bantahan bantahan. Tetapi kita dapat menangkap pendapat mana yang dalilnya lebih kuat. Penulis sendiri cenderung kepada pendapat yang mengatakan bahwa tidak boleh menjual asi manusia(pendapat pertama) karena asi itu adalah bagian dari manusia dan manusia beserta anggota tubuhnya adalah mulia dan tidak boleh ada jual beli padanya. Selain itu menjual asi manusia juga dapat membawa kepada kemudaratan, yaitu susahnya mengatur perkawinan karena sangat banyak saudara sesusuan yang diharamkan menikahi mereka. Ibu susu tidak mengetahui siapa saja yang meminum susunya dan sebaliknya sang bayi

Page 6: Selasa, 03 Pebruari 2009 Bank Asi (Air

juga tidak tahu susu siapa saja yang telah ia minum karena di dalam operasional bank asi itu sendiri tidak dapat ditentukan antara penjual dan pembeli asi maka tersebarlah pernikahan pernikahan yang tidak sesuai dengan syariat padahal Allah sendiri tidak menyukai adanya kerusakan dan penyelewengan dan menutup pintu kemunkaran itu lebih diutamakan daripada mengerjakan suatu kebaikan. Wallahu a’lam.Hukum Mendirikan Bank AsiSetelah kita memperhatikan pembahasan yang lalu, dimana kita menganggap bahwa pendapat yang lebih kuat yaitu pendapat yang tidak membolehkan menjual asi manusia. Maka dengan sendirinya kita dapat mengatakan bahwa mendirikan bank yang mengumpulkan asi wanita ke dalam satu wadah yang dicampur antara satu dengan lainnya adalah haram. Ini dikarenakan asi tersebut berasal dari anggota tubuh manusia dan manusia beserta seluruh tubuhnya dimuliakan maka tidak boleh menjadikan bagian tubuhnya itu sebagai barang jual beli.Selain itu kita juga melihat efek yang buruk dari pendirian bank asi ini, karena akan membawa bahaya kepada kita semua, mulai dari bahaya fisik atau rusaknya hubungan darah antara manusia yang dikarenakan bank susu tersebut tidak bisa mengontrol sejauh mana pembelian dan penjualan susu tersebut.Karlany berkata bahwa di dalam pembolehan menjual susu manusia itu ada kemunkaran karena bisa menimbulkan rusaknya pernikahan yang disebabkan kawinnya orang sesusuan dan hal tersebut tidak dapat diketahui jika antara lelaki dan wanita meminum asi yang dijual bank asi tersebut. Namun, ada juga yang berpendapat bahwa menjual asi tersebut membawa manfaat bagi manusia yaitu tercukupinya gizi bagi bayi karena kita melihat bahwa banyak bayi yang tidak memperoleh asi yang cukup baik karena kesibukan sang ibu ataupun karena penyakit yang diderita ibu tersebut. Tetapi pendapat tersebut dapat ditolak karena kemudaratan yang ditimbulkan lebih besar dari manfaatnya yaitu terjadinya percampuran nasab. Padahal Islam menganjurkan kepada manusia untuk selalu menjaga nasabnya. Kaidah ushul juga menyebutkan bahwa jika berseberangan antara kemudaratan dan kemashlahatan maka diutamakan menolak kemudaratan. Seorang manusia dibenarkan untuk mengerjakan ibadah yang memberatkan sesuai dengan apa yang mudah bagi dia, namun syariat Islam tidak pernah membenarkan seseorang mendahulukan kemunkaran apalagi yang merupakan dosa besar.Ibnu Sayuti di dalam kitab Asybah Wa Nadhaair menyebutkan bahwa di dalam kaidah disebutkan bahwa diantara prinsip dasar Islam adalah “dharaarun la yazaal bidh dharaari” kemudaratan itu tidak dapat tertolak dengan kemudaratan pula bahkan akan menambah masalah. Kaitannya dengan pembahasan kita yaitu, ketiadaan asi bagi seorang bayi adalah suatu kemudaratan, maka memberi asi bayi dengan asi yang dijual di bank asi adalah kemudaratan pula. Maka apa yang tersisa dari bertemunya kemudaratan kecuali kemudaratan. Karena Fiqih bukanlah pelajaran fisika dimana bila bertemu dua kutub yang sama akan menghasilkan hasil yang berbeda. Maka penulis sependapat dengan perkataan Ibn Kataany yang mengatakan bahwa hendaknya kita melihat mana yang lebih besar manfaatnya daripada kerusakannya.Sebagian Ulama Kontemporer Membolehkan Bank Asi.Kami akui bahwasannya sebagian ulama kontemporer membolehkan bank asi ini. Mereka beralasan:- Bahwa kata kata ridha’( menyusui) di dalam bahasa Arab bermakna menghisap puting payudara dan meminum asinya. Maka oleh karena itu meminum asi bukan melalui

Page 7: Selasa, 03 Pebruari 2009 Bank Asi (Air

menghisap payudara bukanlah disebut menyusui maka efek dari penyusuan model ini tidak membawa pengaruh apa apa di dalam hukum nasab nantinya.- Yaitu alasan yang dikemukakan oleh beberapa madzhab dimana mereka memberi ketentuan berapa kali penyusuan terhadap seseorang sehingga antara bayi dan ibu susu memilki ikatan yang diharamkan nikah, mereka mengatakan bahwa jika si bayi hanya menyususi kurang dari lima kali susuan maka tidaklah membawa pengaruh di dalam hubungan darah.Kedua pendapat diatas dapat dijawab- Bahwa makna ridhaa’ lebih luas dari apa yang telah disebutkan tadi, makna menyusui adalah meminum air asi bagaimanapun caranya. Kasaany berkata, bahwa kata kata ridhaa’ tidak terbatas pada menyusui melalui payudara saja, bahkan orang arab berkata, “ yatiimun radhii’un” seorang anak yatim meminum susu. Walaupun yang diminum itu adalah susu sapi atau kambing.Alawis di dalam badaai’i shanaai’i mengatakan bahwa seorang perempuan dikatakan menyusui jika ia memiliki anak susuan. Menyusui menurut bahasa ialah menghisap payudara. Sedangkan menurut syariat ialah seorang bayi menyampaikan asi dari payudara wanita kemulutnya atau kehidungnya(melalui selang). Jadi yang dikehendaki oleh syariat ialah bukan pada cara meminumnya tetapi hasil dari minuman tersebut.- Hukum syariat ditetapkan oleh syariat, bukan melalui makna bahasa. Maka tidak ada bedanya antara cara bayi meminum susu tersebut, yang perlu diketahui adlah susu tersebut akan masuk ke wadah penyimpanan makanan pada tubuh bayi dan akan menjadi gizi bagi bayi tersebut dan kemudian akan menghasilkan pertumbuhan pada bayi.Maka dari keterangan diatas kita mempertanyakan kembali hukumnya menyusui dengan cara seperti dituangkan obat kedalam hidung atau ke dalam mulut baik melalui infuse atau lainnya. Ulama ada dua pandangan di dalama hal ini.1. Hukum ini dikembalikian, apakah haramnya menyusui itu hanya dengan menghisap payudara saja? Maka ada dua pendapat ulama:a. Tetap akan mengharamkan pernikahan dengan ibu susu atau saudara sesusuan. Dan ini adalah pendapat jumhur ulama seperti Hanafi, pendapat kuat di dalam madzhab Maliki, Syafi’I dan pendapat yang kuat pada Hanbali serta sependapat juga imam Tsauryb. Penyusuan model ini tidak mengharamkan pernikahan, dan ini pendapat sebagian penganut madzhab maliki dan juga salah satu pendapat lemah pada madzhab Hanbali dan juga madzhab DhahiriIbn Rusyd berkata bahwa pangkal permasalahnnya adalah pada keadaan asi jika disalurkan melalui model infuse atau suntik apakah ia akan sampai ke kerongkongan bayi atau tidak.Dalil Kedua Pendapat DiatasDalil pendapat pertama:Pemegang pendapat pertama berdalil dengan sunnah dan logika

Dalil sunnah: Riwayat Abu daud dan daar Kuthny dari Ibnu Mas’ud bahwasannya Rasulullah Saw. Bersabda," tidak disebut menyusui kecuali apa yang dapat menumbuhkan tulang dan daging dikarenakan penyusuan tersebut”.Hadits diatas menunjukkan kepada kita bahwa penyusuan yang dapat mengharamkan pernikahan adalah apa yang denagn susuan tersebut dapat menumbuhkan daging atau tulang. Jadi pada masalah infuse atau sunti tadi tentu

Page 8: Selasa, 03 Pebruari 2009 Bank Asi (Air

hal ini terjadi. Namun hadit diatas menurut para ulama adalah hadits yang lemah karena ada perawinya yang tidak dikenal.

Pada riwayat lain, diriwayatkan oleh bukhari dan Muslim dan lainnya dari Aisyah bahwa nabi masuk ke rumah Aisyah dan disitu ada lelaki lain sedang berada di dekat Aisyah, maka berobahlah rona wajah rasul karean tidak senang melihat kejadian tersebut. Lalu Aisyah berkata bahwa dia( baca: lelaki tersebut) adalah saudaraku. Maka rasul bersabda,” lihatlah apa hubungan persaudaraan kalian karena penyusuan itu dibolehkan karena kelaparanDari hadits di atas sangat jelas bahwa menyusui yang dapat mengharamkan pernikahan adalah susuan yang dapat menghasilkan pertumbuhan dengan cara apapun dia.Adapun dali secara logika yaitu walaupun menggunakan metode penyuntikan dan

infus, asi tersebut akan tetap berefek seperti jika menghisap langsung maka keadaan seperti itu adalah haram.

Dalil Pendapat KeduaKelompok pendapat kedua yang menagtakan bahwa metode melalui penyuntikan atau infuse tidak menyebabkan haramnya pernikahan adalah dalil Quran, sunnah, Atsar dan logika.Dalil quran( surat Annisa ayat 23) ibn Hazm berkata mengenai ayat tersebut, bahwa

Allah Swt dan rasul tidak mengharamkan pernikaha kecuali karean adanya penyusuan dan penyusan itu hanya terjadi bila bayi menghisap langsung dari payudara perempuan.

Pendapat Ibn Hazm dapat dibantah, bahwa yang dikehendaki oelh syariat bukanlah cara meminumnya namun hasilnya maka proses demikian tetap akan mengharamkan pernikahan.- Dalil dari Atsar adalah apa yang diriwayatkan oleh Abdur Razak dari Ibnu Juraij berkata: “Atha ditanyai tentang jika asi disuntikkan atau melalui infuse apakah diharamkan menikahiny? Atha menjawab,” aku tidak pernah mendengar itu diharamkan.- Dalil logikanya ialah asi yang disuntikkan itu seumpama asi yang masuk melalui luka maka tidak diharamkan pernikahan karenanya.Pendapat ini dapat kita bantah, jika asi yang masuk melalui infuse atau suntik itu bisa menjadi gizi bagi bayi dan dapat menjadi pembantu pertumbuhannya, namun jika melalui luka masuknya itu tidak dapat terjadi. Maka menyamakan asi masuk melalui luka dan melalui suntik tadi adalah qiyas yang tidak tepat.Pendapat yang kuatSetelah kita melihat dalil yang diajukan kedua madzhab di atas maka kita bisa menimbang pendapat mana yang lebih kuat argumentnya, maka menurut kami pendapat yang pertama yang mengatakan bahwa pemberian asi melalui infuse itu dapat mengharamkan perkawinan dan itu adlah madzhab jumhur. Karena menyusui itu sendiri tidak di teliti melalui bahasa namun melalui syariat dan syariat menjelaskan bahwa yang menjadi sebab asi itu haram bukan pada cara menyusuinya namun pada hasil dari menyusui tersebut yaitu pertumbuhan pada bayi. Adapun hukum melalui alat yang disambungkan melalui infuse yang disambungkan ke mulut sama saja dengan apa yang disambungkanke hidung dan hukumnya juga sebagimana telah kami sebutkan diatas

Page 9: Selasa, 03 Pebruari 2009 Bank Asi (Air

Sedangkan bagi mereka yang berpendapat bahwa susuan itu dilihat kadarnya maka ini terbantahkan karena sangatlah sulit untuk meneliti hal tersebut.karena di dalam konteks bank asi ini asi telah bercampur dan kita tidak mengetahui berapa persentase asi seseorang di dalm asi yang dibeli tersebut.maka tidak ada pembatasan susuan pada masalah ini.Kemudaratan Yang Disebabkan Pendirian Bank AsiPendirian bank asi sebagaimana penulis sebutkan akan membawa akibat yang tidak baik dan berbahaya bagi kita dan juga umat Islam. Di bawah ini penulis akan menyebut beberapa kemudaratan yang sangat menonjol dari proses bank asi1. Pendirian bank asi merupakan pintu dosa, baik itu kepada penjual atau pembeli.2. Bank asi mengumpulkan asi dari berbagai jenis golongan sehingga sangat mungkin berakibat fatal terhadap bayi yang meminum asi tersebut, karena pertumbuhan bayi juga ditentukan oleh kualitas asi yang dikonsumsi maka rasulullah Saw menganjurkan agar manusia tidak menyusui pada orang yang lemah pemikirannya(idiot) karena akan membawa pengaruh pada dirinya.Selain itu bank asi juga mencampur antara asi dari orang Islam ataupun kafir, dari orang yang baik atau buruk akhlaknya sehingga mengakibatkan terjadinya pewarisan mental yang tidak baik pada bayi.Di dalam masalah ini Ibnu Qudamah di dalam kitab Mughni halaman 346 jilid 11 menyebutkan, Abu Abdullah memakruhkan seorang bayi menyusui asi wanita musyrik atau wanita yang bermaksiat. Umar Ibn Khattab dan Umar Bin Abdul Aziz berkata bahwa penyusuan itu akan membawa pengaruh, maka janganlah menyusui dari orang yahudi, nasrani dan penzina dan juga tidak dari golongan dzimmy karena asi dari pelaku maksiat dapat saja mendorong bayi tersebut untuk melakukan maksiat di kemudian hari. dan menyusui dari orang musyrik bisa saja membawa kita cenderung kepada agamanya.3. Timbulnya penyakit. Merupakan hal yang sangat masuk akal jika wanita yang diambil asinya oleh bank asi merupakan wanita yang tidak sehat dan mengidap penyakit tertentu bahkan bisa saja penyakit yang kronis. Hal ini akan mengakibatkan bayi yang meminum asinya akan tertular juga penyakit tersebut. Bahkan kadang kala penyakit tersebut tidak dapat diobati dengan kecanggihan ilmu kedokteran sekarang. Seperti penyakit HIV-AIDS misalnya dan pakar kedokteran juga telah mengingatkan bahwa penyakit ini bisa menular melalui konsumsi asi yang tidak baik atau terlebih dahulu tertular.4. Bercampurnya keturunan yang menagkibatkan rusaknya perkawinan dan lahirnya generasi yang lemah melalui perkawinan tersebut. Karena ditakutkan nanti seorang lelaki akan mengawini wanita yang merupakan saudara sesusuannya namun mereka tidak menyadarinya karena bank susu ini.5. Menguji kemulian perempuan. Otoritas gender yang saat ini kita dengar sangat keras bergaung akan semakin terhina jika proses bank asi ini berjalan. Betapa tidak, di dalam proses pembelian asi oleh bank asi, pekerja akan memerah asi dari wanita seperti mereka memerah susu binatang. Apakah ini suatu kehormatan???6. Menjual aurat tanpa dharurat. Tidak diragukan lagi bahwa di dalam proses pembelian asi para pekerja akan melihat aurat perempuan yang menjual asinya dan pekerja ini biasanya lelaki. Apakah ini tidak memalukan? Bagaimana bisa perempuan tidak bisa menjaga mahkotanya?

Page 10: Selasa, 03 Pebruari 2009 Bank Asi (Air

7. Menyia-nyiakan karunia asi yang telah diberikan oleh Allah8. Mengambil asi melalui alat alat tertentu adalah membahayakan bagi seorang wanita dan ini dapat menghilangkan hormon asi tersebut sehingga asi itu nantinya tidak bisa dimamfaatkan lagi. Wallahu a’lamDemikianlah risalah singkat ini penulis paparkan, moga dicatat sebagi amal bagi penulis dan dapat bermamfaat bagi kita semua baik di dunia dan di akhirat. Hanya kepada Allah penulis memohon petunjuk dan ampunannya atas kesalahan yang mungkin saja penulis lakukan di dalm menyelesaikan risalah ini. Kritik dan saran membangun sangat penulis harapkan agar tercipta ukhwah dan saling nasehat menasehati diantara kita.

1. Pendapat Yang Membolehkan

Ulama besar semacam Dr. Yusuf Al-Qaradawi tidak menjumpai alasan untuk melarang diadakannya semacam “bank susu.” Asalkan bertujuan untuk mewujudkan maslahat syar’iyah yang kuat dan untuk memenuhi keperluan yang wajib dipenuhi.

Beliau cenderung mengatakan bahwa bank air susu ibu bertujuan baik dan mulia, didukung oleh Islam untuk memberikan pertolongan kepada semua yang lemah, apa pun sebab kelemahannya. Lebih-lebih bila yang bersangkutan adalah bayi yang baru dilahirkan yang tidak mempunyai daya dan kekuatan.

Beliau juga mengatakan bahwa para wanita yang menyumbangkan sebagian air susunya untuk makanan golongan anak-anak lemah ini akan mendapatkan pahala dari Allah, dan terpuji di sisi manusia. Bahkan sebenarnya wanita itu boleh menjual air susunya, bukan sekedar menyumbangkannya. Sebab di masa nabi, para wanita yang menyusui bayi melakukannya karena faktor mata pencaharian. Sehingga hukumnya memang diperbolehkan untuk menjual air susu.

Bahkan Al-Qaradawi memandang bahwa institusiyang bergerak dalam bidang pengumpulan ‘air susu’ itu yang mensterilkan serta memeliharanya agar dapat dinikmati oleh bayi-bayi atau anak-anak patut mendapatkan ucapan terima kasih dan mudah-mudahan memperoleh pahala.

Selain Al-Qaradawi, yang menghalalkan bank susu adalah Al-Ustadz Asy-Syeikh Ahmad Ash-Shirbasi, ulama besar Al-Azhar Mesir. Beliau menyatakan bahwa hubungan mahram yang diakibatkan karena penyusuan itu harus melibatkan saksi dua orang laki-laki. Atau satu orang laki-laki dan dua orang saksi wanita sebagai ganti dari satu saksi laki-laki.

Bila tidak ada saksi atas penyusuan tersebut, maka penyusuan itu tidak mengakibatkan hubungan kemahraman antara ibu yang menyusui dengan anak bayi tersebut.

Page 11: Selasa, 03 Pebruari 2009 Bank Asi (Air

2. Yang Tidak Membenarkan Bank Susu

Di antara ulama kontemporer yang tidak membenarkan adanya bank air susu adalah Dr. Wahbah Az-Zuhayli dan juga Majma’ Fiqih Islami. Dalam kitab Fatawa Mua`sirah, beliau menyebutkan bahwa mewujudkan institusi bank susu tidak dibolehkan dari segi syariah.

Demikian juga dengan Majma’ Fiqih Al-Islamimelalui Badan Muktamar Islam yang diadakan di Jeddah pada tanggal 22 – 28 Disember 1985/ 10 – 16 Rabiul Akhir 1406. Lembaga inidalam keputusannya (qarar) menentang keberadaan bank air susu ibu di seluruh negara Islam serta mengharamkan pengambilan susu dari bank tersebut.

Perdebatan Dari Segi Dalil

Ternyata perbedaan pendapat dari dua kelompok ulama ini terjadi di seputar syarat dari penyusuan yang mengakibatkan kemahraman. Setidaknya ada dua syarat penyusuan yang diperdebatkan. Pertama, apakah disyaratkan terjadinya penghisapan atas puting susu ibu? Kedua, apakah harus ada saksi penyusuan?

1. Haruskah Lewat Menghisap Puting Susu?

Kalangan yang membolehkan bank susu mengatakan bahwa bayi yang diberi minum air susu dari bank susu, tidak akan menjadi mahram bagi para wanita yang air susunya ada di bank itu. Sebab kalau sekedar hanya minum air susu, tidak terjadi penyusuan. Sebab yang namanya penyusuan harus lewat penghisapan puting susu ibu.

Mereka berdalil dengan fatwaIbnu Hazm, di mana beliau mengatakan bahwa sifat penyusuan haruslah dengan cara menghisap puting susu wanita yang menyusui dengan mulutnya.

Dalam fatwanya, Ibnu Hazm mengatakan bahwa bayi yang diberi minum susu seorang wanita dengan menggunakan botol atau dituangkan ke dalam mulutnya lantas ditelannya, atau dimakan bersama roti atau dicampur dengan makanan lain, dituangkan ke dalam mulut, hidung, atau telinganya, atau dengan suntikan, maka yang demikian itu sama sekali tidak mengakibatkan kemahraman

Dalilnya adalah firman Allah SWT:

‘Dan ibu-ibumu yang menyusui kamu dan saudara perempuanmu sepersusuan…‘ (QS An-Nisa’:23)

Menurut Ibnu Hazm, proses memasukkan puting susu wanita di dalam mulut bayi harus terjadi sebagai syarat dari penyusuan.

Page 12: Selasa, 03 Pebruari 2009 Bank Asi (Air

Sedangkan bagi mereka yang mengharamkan bank susu, tidak ada kriteria menyusu harus dengan proses bayi menghisap puting susu. Justru yang menjadi kriteria adalah meminumnya, bukan cara meminumnya.

Dalil yang mereka kemukakan juga tidak kalah kuatnya, yaitu hadits yang menyebutkan bahwa kemahraman itu terjadi ketika bayi merasa kenyang.

عَنْ عَائÙØ´ÙŽØ©ÙŽ رَضÙÙŠÙŽ اَللَّه٠� � �عَنْهَا قَالَتْ: قَالَ رَسÙول٠� �اَللَّه٠اÙنْظÙرْنَ مَنْ � � �Ø¥ÙخْوَانÙÙƒÙنَّ, ÙÙŽØ¥Ùنَّمَا � � � � �اَلرَّضَاعَة٠مÙنْ اَلْم� �َجَاعَة٠مÙتَّÙÙŽÙ‚ÙŒ عَلَيْهÙ� � � �

Dari Aisyah ra berkata bahwa Rasulullah SAW bersabda, “Perhatikan saudara laki-laki kalian, karena saudara persusuan itu akibat kenyangnya menyusu. (HR Bukhari dan Muslim)

2. Haruskah Ada Saksi?

Hal lain yang menyebabkan perbedaan pendapat adalah masalah saksi. Sebagian ulama mengatakan bahwa untuk terjadinya persusuan yang mengakibatkan kemahraman, maka harus ada saksi. Seperti pendapat Ash-Sharabshi, ulama Azhar. Namun ulama lainnya mengatakan tidak perlu ada saksi. Cukup keterangan dari wanita yang menyusui saja.

Bagi kalangan yang mewajibkan ada saksi, hubungan mahram yang diakibatkan karena penyusuan itu harus melibatkan saksi dua orang laki-laki. Atau satu orang laki-laki dan dua orang saksi wanita sebagai ganti dari satu saksi laki-laki.

Bila tidak ada saksi atas penyusuan tersebut, maka penyusuan itu tidak mengakibatkan hubungan kemahraman antara ibu yang menyusui dengan anak bayi tersebut.Sehingga tidak perlu ada yang dikhawatirkan dari bank susu ibu. Karena susu yang diminum oleh para bayi menjadi tidak jelas susu siapa dari ibu yang mana. Dan ketidak-jelasan itu malah membuat tidak akan terjadi hubungan kemahraman.

Dalilnya adalah bahwa sesuatu yang bersifat syak (tidak jelas, ragu-ragu, tidak ada saksi), maka tidak mungkin ditetapkan di atasnya suatu hukum. Pendeknya, bila tidak ada saksinya, maka tidak akan mengakibatkan kemahraman.

Sedangkan menurut ulama lainnnya, tidak perlu ada saksi dalam masalah penyusuan. Yang penting cukuplah wanita yang menyusui bayi mengatakannya. Maka siapa pun bayi yang minum susu dari bank susu, maka bayi itu menjadi mahram buat semua wanita yang menyumbangkan air susunya. Dan ini akan mengacaukan hubungan kemahraman dalam tingkat yang sangat luas.

Dari pada kacau balau, maka mereka memfatwakan bahwa bank air susu menjadi haram.

Page 13: Selasa, 03 Pebruari 2009 Bank Asi (Air

Dan kesimpulan akhirnya, masalah ini tetap menjadi titik perbedaan pendapat dari dua kalangan yang berbeda pandangan. Wajar terjadi perbedaan ini, karena ketiadaan nash yang secara langsung membolehkan atau mengharamkan bank susu. Nash yang ada hanya bicara tentang hukum penyusuan, sedangkan syarat-syaratnya masih berbeda. Dan karena berbeda dalam menetapkan syarat itulah makanya para ulama berbeda dalam menetapkan hukumny

BANK ASI

December 17, 2009 at 8:50 am | Fikih - Posted by Muhsin Hariyanto | Add Your Comments

BANK ASI

Akhir-akhir ini, beberapa yayasan berusaha menghimpun susu ibu-ibu yang sedang menyusui agar  bermurah hati memberikan sebagian air susunya. Kemudian susu itu dikumpulkan dan disterilkan untuk  diberikan kepada bayi-bayi prematur pada tahap kehidupan yang rawan ini, yang kadang-kadang  dapat  membahayakannya  bila  diberi  susu selain air susu ibu (ASI).

Sudah  barang  tentu yayasan tersebut menghimpun air susu dari puluhan bahkan ratusan kaum ibu, kemudian diberikan kepada berpuluh-puluh bahkan beratus-ratus bayi prematur, laki-laki dan perempuan tanpa saling mengetahui dengan jelas susu siapa dan  dikonsumsi  siapa,  baik pada masa sekarang maupun masa mendatang.

Hanya saja, penyusuan ini tidak terjadi secara langsung, yakni tidak langsung menghisap dari puting susu. Maka,  apakah  oleh syara’ (agama) mereka ini dinilai sebagai saudara? Dan haramkah susu dari bank susu itu meskipun ia  turut  andil dalam menghidupi sekian banyak jiwa anak manusia?

Jika mubah dan halal, maka apakah alasan yang memperbolehkannya?  Apakah  dipandang   karena   tidak menetek   secara   langsung?   Atau   karena ketidakmungkinan memperkenalkan saudara-saudara sesusuan — yang  jumlah  mereka sangat sedikit — dalam suatu masyarakat yang kompleks, artinya jumlah sedikit yang sudah membaur itu  tidak  mungkin  dilacak atau diidentifikasi?

Tidak diragukan lagi bahwa tujuan diadakannya  bank  air  susu ibu sebagaimana dipaparkan dalam pertanyaan adalah tujuan yang baik dan mulia, yang didukung  oleh  Islam,  untuk  memberikan pertolongan   kepada   semua   yang   lemah,   apa  pun  sebab kelemahannya. Lebih-lebih bila yang bersangkutan  adalah  bayi yang lahir prematur yang tidak mempunyai daya dan kekuatan.

Tidak disangsikan  lagi  bahwa  perempuan  yang menyumbangkan sebagian air susunya untuk makanan  golongan anak-anak lemah ini  akan mendapatkan  pahala dari Allah, dan terpuji di sisi manusia. Bahkan air susunya itu boleh dibeli darinya, jika  ia tak  berkenan  menyumbangkannya,  sebagaimana ia diperbolehkan mencari upah dengan

Page 14: Selasa, 03 Pebruari 2009 Bank Asi (Air

menyusui anak orang lain, sebagaimana nash (teks) al-Quran serta contoh riil kaum muslim.

Juga  tidak diragukan bahwa yayasan yang bergerak dalam bidang pengumpulan “air susu” itu   — yang   mensterilkan   serta memeliharanya   agar dapat dikonsumsi oleh bayi-bayi atau anak-anak — patut diapresiasi. Lalu, apa yang dikhawatirkan  di balik  kegiatan  yang mulia ini?

Yang  dikhawatirkan ialah bahwa anak yang disusui (dengan air susu ibu) itu kelak akan menjadi besar dengan izin Allah, dan akan  menjadi seorang remaja di tengah-tengah masyarakat, yang suatu  ketika  hendak  menikah  dengan  salah seorang   dari putri-putri  bank  susu  itu.  Ini yang dikhawatirkan, bahwa wanita tersebut adalah saudaranya sesusuan. Sementara itu  dia tidak mengetahuinya karena memang tidak pernah tahu siapa saja yang menyusu bersamanya dari  air  susu  yang  ditampung  itu.

Lebih dari itu, dia tidak tahu siapa saja perempuan yang turut serta menyumbangkan ASI-nya kepada bank  susu  tersebut,  yang sudah  tentu menjadi ibu susuannya. Maka haram bagi ibu itu menikah dengannya dan haram pula ia menikah dengan putri-putri ibu  tersebut,  baik  putri  itu  sebagai anak kandung (nasab) maupun anak susuan. Demikian pula diharamkan bagi  pemuda  itu menikah  dengan saudara-saudara perempuan ibu tersebut, karena mereka sebagai bibi-bibinya. Diharamkan pula baginya menikah dengan putri dari suami ibu susuannya itu dalam perkawinannya dengan wanita lain — menurut pendapat jumhur  fuqahâ’ (para ahli fikih) –  karena mereka  adalah  saudara-saudaranya dari jurusan ayah, serta masih banyak masalah dan hukum lain  berkenaan  dengan  susuan ini.

Oleh  karena  itu,  masalah  ini sebaiknya menjadi beberapa poin, sehingga hukumnya menjadi jelas.

Pertama, menjelaskan  pengertian  radhâ’ah (penyusuan)   yang menjadi acuan syara’ untuk menetapkan pengharaman.

Kedua,  menjelaskan  kadar  susuan  yang  menjadikan  haramnya perkawinan.

Ketiga, menjelaskan hukum meragukan susuan.

Pengertian Radhâ’ah (Penyusuan)

Makna radhâ’ah (penyusuan)  yang  menjadi  acuan  syara’  dalam menetapkan  pengharaman  (perkawinan),  menurut  jumhur (mayoritas) fuqahâ’ (para ahli fikih) — termasuk tiga orang imam mazhab,  yaitu  Imam  Abu Hanifah, Imam  Malik,  dan  Imam  Syafi’i –  ialah  segala sesuatu yang sampai ke perut bayi melalui kerongkongan atau lainnya, dengan cara menghisap  atau  lainnya, seperti dengan al-wajûr (yaitu menuangkan air susu  melalui  mulut  ke  kerongkongan),  bahkan mereka  samakan  pula dengan jalan as-sa’ûth yaitu menuangkan air susu ke hidung (lantas kerongkongan), dan ada pula yang berlebihan  dengan  menyamakannya dengan suntikan melalui dubur

Page 15: Selasa, 03 Pebruari 2009 Bank Asi (Air

(anus). Tetapi semua itu ditentang oleh Imam al-Laits bin Sa’ad,  yang hidup sezaman dengan Imam Malik. Begitu pula golongan Zhahiriyah dan salah satu riwayat dari Imam Ahmad.

Al-Allamah Ibnu Qudamah (penulis kita al-Mughni) menyebutkan  dua  riwayat dari Imam Ahmad mengenai al-wajûr dan as-sa’ûth.

Riwayat pertama, lebih dikenal sebagai riwayat dari Imam Ahmad dan sesuai dengan pendapat jumhur ulama, bahwa pengharaman itu terjadi melalui keduanya  (yakni  dengan  memasukkan  susu  ke dalam perut baik melalui mulut maupun melalui hidung). Adapun yang melalui mulut (al-wajûr),  karena hal ini menumbuhkan  daging  dan membentuk  tulang,  maka  sama  saja dengan menyusu. Sedangkan melalui hidung  (as-sa’ûth),  karena  merupakan  jalan  yang  dapat membatalkan puasa,  maka ia juga menjadi jalan terjadinya pengharaman (perkawinan)  karena  susuan,  sebagaimana  halnya melalui mulut.

Riwayat  kedua, bahwa  hal  ini  tidak  menyebabkan  haramnya perkawinan, karena kedua cara ini bukan penyusuan.

Disebutkan  di  dalam  kitab al-Mughni “Ini  adalah  pendapat  yang dipilih Abu Bakar, mazhab Zhahiriyah (Daud bin Ali), dan  perkataan  Atha’ al-Khurasani mengenai as-sa’ûth, karena yang demikian  ini bukan penyusuan, sedangkan Allah dan Rasul-Nya hanya mengharamkan (perkawinan) karena penyusuan. Karena  memasukkan  susu  melalui hidung  bukan  penyusuan (menghisap puting susu), maka ia sama saja dengan memasukkan susu melalui luka pada tubuh.”

Sementara itu, pengarang kitab al-Mughni sendiri menguatkan  riwayat yang pertama berdasarkan hadis Ibnu Mas’ud yang diriwayatkan oleh Abu Daud dari Abdullah bin Mas’ud:

م� الل�ح� �ن�ب�ت� أ و� ال�ع�ظ�م� د� ش� م�ا إ�ال� اع� ض� ر� ال�

“Tidak ada penyusuan kecuali yang membesarkan tulang dan menumbuhkan daging”

Hadis yang dijadikan hujjah (argumen) oleh  pengarang  kitab  al-Mughni ini  sebenarnya  tidak dapat dijadikan hujjah untuknya, bahkan kalau  direnungkan  justeru  menjadi  hujjah untuk  menyanggah pendapatnya. Sebab hadis ini membicarakan penyusuan yang mengharamkan perkawinan, yaitu yang mempunyai pengaruh (bekas) dalam   pembentukan   anak   dengan   membesarkan  tulang  dan menumbuhkan  dagingnya.  Hal  ini menafikan (tidak memperhitungkan)   penyusuan   yang   sedikit,   yang   tidak mempengaruhi pembentukan anak, seperti sekali  atau  dua  kali isapan,  karena  yang demikian itu tidak mungkin mengembangkan tulang  dan  menumbuhkan  daging.  Maka  hadis  itu  hanya menetapkan  pengharaman  (perkawinan)  karena  penyusuan yang mengembangkan tulang dan menumbuhkan daging. Oleh karena  itu, pertama-tama  harus  ada  penyusuan  sebelum segala sesuatunya (yakni penyusuan itu merupakan faktor yang utama dan  dominan).

Page 16: Selasa, 03 Pebruari 2009 Bank Asi (Air

Selanjutnya  pengarang  al-Mughni berkata, “Karena dengan cara ini air susu dapat sampai ke tempat yang sama — jika dilakukan melalui  penyusuan –  serta  dapat  mengembangkan  tulang  dan menumbuhkan daging sebagaimana melalui penyusuan, maka hal itu wajib disamakan   dengan penyusuan dalam  mengharamkan (perkawinan).  Karena  hal  itu  juga merupakan jalan yang membatalkan puasa bagi orang yang  berpuasa, maka ia juga merupakan jalan untuk mengharamkan  perkawinan  sebagaimana halnya penyusuan dengan mulut.”

Saya mengomentari  pengarang  kitab  al-Mughni (Ibnu Qudamah rahimahullah), “Kalau ‘illah (sebab-hukum)-nya adalah karena mengembangkan  tulang  dan menumbuhkan  daging  dengan  cara  apa pun,  maka  wajib kita mengatakan sekarang bahwa mentransfusikan darah  seorang  wanita kepada  seorang  anak  menjadikan  wanita tersebut haram kawin dengan anak itu, sebab transfusi melalui  pembuluh  darah  ini lebih  cepat  dan lebih kuat pengaruhnya daripada susu. Tetapi hukum-hukum  agama   tidaklah   dapat    dipastikan dengan dugaan-dugaan, karena persangkaan adalah sedusta-dusta perkataan, dan persangkaan tidak  berguna  sedikit  pun  untuk mencapai kebenaran.”

Menurut pendapat saya, asy-Syâri’ (Pembuat Syariat, Allah) menjadikan asas pengharamnya itu pada “keibuan yang menyusukan” sebagaimana firman Allah SWT ketika menerangkan wanita-wanita yang diharamkan mengawininya:

“Diharamkan atas kamu (mengawini) ibu-ibumu; anak-anakmu yang perempuan; saudara-saudaramu yang perempuan, saudara-saudara bapakmu yang perempuan; saudara-saudara ibumu yang perempuan; anak-anak perempuan dari saudara-saudaramu yang laki-laki; anak-anak perempuan dari saudara-saudaramu yang perempuan; ibu-ibumu yang menyusui kamu; saudara perempuan sepersusuan; ibu-ibu isterimu (mertua); anak-anak isterimu yang dalam pemeliharaanmu dari isteri yang telah kamu campuri, tetapi jika kamu belum campur dengan isterimu itu (dan sudah kamu ceraikan), Maka tidak berdosa kamu mengawininya; (dan diharamkan bagimu) isteri-isteri anak kandungmu (menantu); dan menghimpunkan (dalam perkawinan) dua perempuan yang bersaudara, kecuali yang telah terjadi pada masa lampau; sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (QS an-Nisâ’, 4: 23)

Maksud “ibu” di dalam ayat tersebut ialah: ibu, nenek dan seterusnya ke atas. dan yang dimaksud dengan “anak perempuan” ialah: anak perempuan, cucu perempuan dan seterusnya ke bawah, demikian juga yang lain-lainnya. Sedang yang dimaksud dengan “anak-anak isterimu yang dalam pemeliharaanmu”, menurut jumhur ulama,  termasuk juga anak tiri yang tidak dalam pemeliharaannya.

Adapun “keibuan” yang ditegaskan al-Quran itu tidak terbentuk semata-mata  karena  diambilkan  air  susunya,  tetapi  karena menghisap  puting susunya  dan selalu  lekat padanya sehingga melahirkan kasih  sayang si ibu dan ketergantungan si anak. Dari keibuan ini maka  muncullah  persaudaraan  sepersusuan. Jadi,  keibuan ini merupakan asal (pokok), sedangkan yang lain itu mengikutinya.

Page 17: Selasa, 03 Pebruari 2009 Bank Asi (Air

Dengan demikian, kita wajib berhenti pada lafal-lafal yang dipergunakan asy-Syâri’ (Pembuat Syari’ah, Allah) di sini. Sedangkan  lafal-lafal yang dipergunakanNya  itu  seluruhnya   membicarakan   irdhâ’ dan radhâ’ah (penyusuan),  dan  makna  lafal  ini  menurut bahasa al-Quran  dan  as-Sunnah  sangat  jelas  dan  terang,   yaitu: “memasukkan  ‘puting susu’ ke mulut dan menghisapnya, bukan sekadar memberi minum susu dengan cara apa pun”.

Pandangan  Ibnu  Hazm  mengenai  hal  ini, ketika beliau berhenti  pada petunjuk nash (teks) — tidak melampaui batas-batasnya,  sehingga  mengenai sasaran — menurut pendapat saya, lebih mendekati kebenaran.

Tetapi harus diingat juga, bahwa penyusuan itu tidak akan bermakna kecuali dengan keluarnya air susu yang dikonsumsi oleh sang bayi, seberapa pun kuantitas dan kualitasnya. Sehingga tidak tepat seandainya kita nafikan pertimbangan para ulama selain Ibnu Hazm yang mengisyaratkan arti pentingnya ASI yang dikonsumsi oleh Sang Bayi, di samping penyusuan pada puting wanita itu.

Dalam hal ini penulis berpendapat bahwa radha’ah itu di samping berkenaan dengan pengisapan puting susu, juga (berkenaan) dengan pengisapan ASI oleh bayi.

BANK SUSU (2/2) Dr. Yusuf Qardhawi

Saya kutipkan di sini beberapa poin dari perkataan beliau, karena cukup memuaskan dan jelas dalilnya. Beliau berkata:

"Adapun sifat penyusuan yang mengharamkan (perkawinan) hanyalah yang menyusu dengan cara menghisap tetek wanita yang menyusui dengan mulutnya. Sedangkan orang yang diberi minum susu seorang wanita dengan menggunakan bejana atau dituangkan ke dalam mulutnya lantas ditelannya, dimakan bersama roti atau dicampur dengan makanan lain, dituangkan kedalam mulut, hidung, atau telinganya, atau dengan suntikan, maka yang demikian itu sama sekali tidak mengharamkan (perkawinan) , meskipun sudah menjadi makanannya sepanjang masa.

Alasannya adalah firman Allah Azza wa Jalla: 'Dan ibu-ibumu yang menyusui kamu dan saudara perempuanmu sepersusuan ...' (an-Nisa':23)

Page 18: Selasa, 03 Pebruari 2009 Bank Asi (Air

Dan sabda Rasulullah saw.:

"Haram karena susuan apa yang haram karena nasab."

Maka dalam hal ini Allah dan Rasul-Nya tidak mengharamkan nikah kecuali karena irdha' (menyusui), kecuali jika wanita itu meletakkan susunya ke dalam mulut yang menyusu. Dikatakan (dalam qiyas ishtilahi): ardha'athu-turdhi' uhu-irdha' an, yang berarti menyusui. Tidaklah dinamakan radha'ah dan radha'/ridha (menyusu) kecuali jika anak yang menyusu itu mengambil tetek wanita yang menyusuinya dengan mulutnya, lalu menghisapnya. Dikatakan (dalam qiyas ishtilahi, dalam ilmu sharaf): radha'a - yardha'u/yardhi' u radha'an/ridha' an wa radha'atan/ridha' atan. Adapun selain cara seperti itu, sebagaimana yang saya sebutkan di atas, maka sama sekali tidak dinamakan irdha', radha'ah, dan radha', melainkan hanya air susu, makanan, minuman, minum, makan, menelan, suntikan, menuangkan ke hidung, dan meneteskan, sedangkan Allah Azza wa Jalla tidak mengharamkan perkawinan sama sekali yang disebabkan hal-hal seperti ini.

Abu Muhammad berkata, Orang-orang berbeda pendapat mengenai hal ini. Abul Laits bin Sa'ad berkata, 'Memasukkan air susu perempuan melalui hidung tidak menjadikan haramnya perkawinan (antara perempuan tersebut dengan yang dimasuki air susunya tadi), dan tidak mengharamkan perkawinan pula jika si anak diberi minum air susu si perempuan yang dicampur dengan obat, karena yang demikian itu bukan penyusuan, sebab penyusuan itu ialah yang dihisap melalui tetek. Demikianlah pendapat al-Laits, dan ini pula pendapat kami dan pendapat Abu

Page 19: Selasa, 03 Pebruari 2009 Bank Asi (Air

Sulaiman --yakni Daud, imam Ahli Zhahir-- dan sahabat-sahabat kami, yakni Ahli Zhahir."'

Sedangkan pada waktu menyanggah orang-orang yang berdalil dengan hadits: "Sesungguhnya penyusuan itu hanyalah karena lapar," Ibnu Hazm berkata:

"Sesungguhnya hadits ini adalah hujjah bagi kami, karena Nabi

saw. hanya mengharamkan perkawinan disebabkan penyusuan yang berfungsi untuk menghilangkan kelaparan, dan beliau tidak mengharamkan (perkawinan) dengan selain ini. Karena itu tidak ada pengharaman (perkawinan) karena cara-cara lain untuk menghilangkan kelaparan, seperti dengan makan, minum, menuangkan susu lewat mulut, dan sebagainya, melainkan dengan jalan penyusuan (menetek, yakni menghisap air susu dari tetek dengan mulut dan menelannya), sebagaimana yang disabdakan Rasulullah saw. (firman Allah):

"... Barangsiapa yang melanggar hukum-hukum Allah, mereka itulah orang-orang yang zalim." (al-Baqarah: 229)2

Dengan demikian, saya melihat bahwa pendapat yang menenteramkan hati ialah pendapat yang sejalan dengan zhahir nash yang menyandarkan semua hukum kepada irdha' (menyusui) dan radha'/ridha' (menyusu). Hal ini sejalan dengan hikmah pengharaman karena penyusuan itu, yaitu adanya rasa keibuan yang menyerupai rasa keibuan karena nasab, yang menumbuhkan rasa kekanakan (sebagai anak), persaudaraan (sesusuan), dan

Page 20: Selasa, 03 Pebruari 2009 Bank Asi (Air

kekerabatan- kekerabatan lainnya. Maka sudah dimaklumi bahwa tidak ada proses penyusuan melalui bank susu, yang melalui bank susu itu hanyalah melalui cara wajar (menuangkan ke mulut --bukan menghisap dari tetek-- dan menelannya), sebagaimana yang dikemukakan oleh para fuqaha.

Seandainya kita terima pendapat jumhur yang tidak mensyaratkan penyusuan dan pengisapan, niscaya terdapat alasan lain yang menghalangi pengharaman (perkawinan) . Yaitu, kita tidak mengetahui siapakah wanita yang disusu (air susunya diminum) oleh anak itu? Berapa kadar air susunya yang diminum oleh anak tersebut? Apakah sebanyak yang dapat mengenyangkan --lima kali susuan menurut pendapat terpilih yang ditunjuki oleh hadits dan dikuatkan oleh penalaran-- dapat menumbuhkan daging, dan mengembangkan tulang, sebagaimana pendapat mazhab Syafi'i dan Hambali?

Apakah air susu yang sudah dicampur dengan bermacam-macam air susu lainnya terhukum sama dengan air susu murni? Menurut mazhab Hanafi, sebagaimana yang dikatakan oleh Abu Yusuf, bahwa air susu seorang perempuan apabila bercampur dengan air susu perempuan lain, maka hukumnya adalah hukum air susu yang dominan (lebih banyak), karena pemanfaatan air susu yang tidak dominan tidak tampak bila dibandingkan dengan yang dominan.

Seperti yang telah dikenal bahwa penyusuan yang meragukan tidaklah menyebabkan pengharaman.

Al-Allamah Ibnu Qudamah berkata dalam al-Mughni:

Page 21: Selasa, 03 Pebruari 2009 Bank Asi (Air

"Apabila timbul keraguan tentang adanya penyusuan, atau mengenai jumlah bilangan penyusuan yang mengharamkan, apakah sempurna ataukah tidak, maka tidak dapat menetapkan pengharaman, karena pada asalnya tidak ada pengharaman. Kita tidak bisa menghilangkan sesuatu yang meyakinkan dengan sesuatu yang meragukan, sebagaimana halnya kalau terjadi keraguan tentang adanya talak dan bilangannya. "3

Sedangkan di dalam kitab al-Ikhtiar yang merupakan salah satu kitab mazhab Hanafi, disebutkan:

"Seorang perempuan yang memasukkan puting susunya kedalam mulut seorang anak, sedangkan ia tidak tahu apakah air susunya masuk ke kerongkongan ataukah tidak, maka yang demikian itu tidak mengharamkan pernikahan.

Demikian pula seorang anak perempuan yang disusui beberapa penduduk kampung, dan tidak diketahui siapa saja mereka itu,

lalu ia dinikahi oleh salah seorang laki-laki penduduk kampung

(desa) tersebut, maka pernikahannya itu diperbolehkan. Karena kebolehan nikah merupakan hukum asal yang tidak dapat dihapuskan oleh sesuatu yang meragukan.

Dan bagi kaum wanita, janganlah mereka menyusui setiap anak kecuali karena darurat. Jika mereka melakukannya, maka hendaklah mereka mengingatnya atau mencatatnya, sebagai sikap hati-hati."4

Tidaklah samar, bahwa apa yang terjadi dalam persoalan kita

Page 22: Selasa, 03 Pebruari 2009 Bank Asi (Air

ini bukanlah penyusuan yang sebenarnya. Andaikata kita terima bahwa yang demikian sebagai penyusuan, maka hal itu adalah

karena darurat, sedangkan mengingatnya dan mencatatnya tidaklah memungkinkan, karena bukan terhadap seseorang yang tertentu, melainkan telah bercampur dengan yang lain.

Arahan yang perlu dikukuhkan menurut pandangan saya dalam masalah penyusuan ini ialah mempersempit pengharaman seperti mempersempit jatuhnya talak, meskipun untuk melapangkan kedua masalah ini juga ada pendukungnya.

Khulashah

Saya tidak menjumpai alasan untuk melarang diadakannya semacam "bank susu" selama bertujuan untuk mewujudkan maslahat syar'iyah yang muktabarah (dianggap kuat); dan untuk memenuhi kebutuhan yang wajib dipenuhi, dengan mengambil pendapat para fuqaha yang telah saya sebutkan di muka, serta dikuatkan dengan dalil-dalil dan argumentasi yang saya kemukakan di atas.

Kadang-kadang ada orang yang mengatakan, "Mengapa kita tidak mengambil sikap yang lebih hati-hati dan keluar dari perbedaan pendapat, padahal mengambil sikap hati-hati itu lebih terpelihara dan lebih jauh dari syubhat?"

Saya jawab, bahwa apabila seseorang melakukan sesuatu untuk dirinya sendiri, maka tidak mengapalah ia mengambil mana yang lebih hati-hati dan lebih wara' (lebih jauh dari syubhat),

Page 23: Selasa, 03 Pebruari 2009 Bank Asi (Air

bahkan lebih dari itu boleh juga ia meninggalkan sesuatu yang

tidak terlarang karena khawatir terjatuh ke dalam sesuatu yang terlarang.

Akan tetapi, apabila masalah itu bersangkut paut dengan masyarakat umum dan kemaslahatan umum, maka yang lebih utama bagi ahli fatwa ialah memberi kemudahan, bukan memberi kesulitan, tanpa melampaui nash yang teguh dan kaidah yang telah mantap.

Karena itu, menjadikan pemerataan ujian sebagai upaya meringankan beban untuk menjaga kondisi masyarakat dan karena kasihan kepada mereka. Jikalau kita bandingkan dengan masyarakat kita sekarang khususnya, maka masyarakat sekarang ini lebih membutuhkan kemudahan dan kasih sayang.

Hanya saja yang perlu diingat disini, bahwa memberikan pengarahan dalam segala hal untuk mengambil yang lebih hati-hati tanpa mengambil mana yang lebih mudah, lebih lemah lembut, dan lebih adil, kadang-kadang membuat kita menjadikan hukum-hukum agama itu sebagai himpunan "kehati-hatian" dan jauh dari ruh kemudahan serta kelapangan yang menjadi tempat berpijaknya agama Islam ini. Dari Jabir r.a. bahwa Rasulullah saw. bersabda:

"Aku diutus dengan membawa agama yang lurus dan toleran. "(HR al-Kharaithi)

Dari Abu Hurairah r.a. bahwa Rasulullah saw bersabda:

"Sesungguhnya kamu diutus untuk memberikan kemudahan, tidak diutus untuk memberikan kesulitan." (HR Tirmidzi)

Page 24: Selasa, 03 Pebruari 2009 Bank Asi (Air

Manhaj (metode) yang kami pilih dalam masalah-masalah ini ialah pertengahan dan seimbang antara golongan yang memberat-beratkan dan yang melonggar-longgarka n:

"Dan demikian pula Kami jadikan kamu (umat Islam) umat yang adil dan pilihan ..." (al-Baqarah: 143)

Allah memfirmankan kebenaran, dan Dia-lah yang memberi petunjuk ke jalan yang lurus.

Catatan kaki:

1 Maksudnya, tidak ada pengaruhnya penyusuan untuk mengharamkan perkawinan kecuali ... (Pen;.).

2 Al-Muhalla. karya Ibnu Hazm, juz 10, him. 9-11.

3 Al-Mughni ma'a asy-Syarh al-Kabir, juz 9, him. 194.

4 Al-Ikhtiar, Ibnu Maudud al-Hanafi, juz 3, hlm. 120; dan lihat Syarah Fathul-Qadir, Ibnul Hammam, juz 3, him.2-3.

Separuh Jiwaku Pergioleh: Anang Hermansyah

Separuh Jiwaku Pergi

Memang indah semua

Tapi berakhir luka

Kau main hati dengan sadarmu

Kau tinggal aku

Page 25: Selasa, 03 Pebruari 2009 Bank Asi (Air

Reff:

Benar ku mencintaimu

Tapi tak begini

Kau khianati hati ini

Kau curangi aku

Kau bilang tak pernah bahagia

Selama dengan aku

Itu ucap bibirmu

Kau dustakan semua

Yang kita bina

Kau hancurkan semua

Back to Reff

Benar ku mencintaimu

Tapi tak begini

Kau khianati

Kau curangi aku

Kau dustai hati

Benar ku mencintaimu

Catatanku (Ost Buku Harian Baim) Feat Baimoleh: Melly Goeslaw

(Melly)

Awan awan menghitam

Langit runtuhkan dunia

Saat aku tahu ternyata akhir ku tiba

(Baim)

Mengapa semua menangis

Padahal ku selalu tersenyum

Usap air matamu

Aku tak ingin ada kesedihan

Reff :

(Melly)

Burung sampaikan nada pilu

Angin terbangkan rasa sedih

Page 26: Selasa, 03 Pebruari 2009 Bank Asi (Air

Jemput bahagia diharinya

Berikan dia hidup

(Baim)

Tuhan terserah mau-Mu

Aku ikut mau-Mu Tuhan

Ku catat semua ceritaku

Dalam harianku

I'm Yoursoleh: Jason Mraz

Well you done done me and you bet I felt it

I tried to be chill but you're so hot that I melted

I felt right trough the cracks,now I'm trying to get back

Before the cool done run out I'll be giving it my bestest

And nothing's going to stop me but divine intervention

I reckon it's again my turn to win some or learn some

But I won't hesitate no more,no more

It cannot wait,I'm yours

Well up your mind and see like me

Open up your plans and damn you're free

Look into your heart and you'll find love love love love

Listen to the music of the moment people, dance and sing

We're just one big family

And it's our God-forsaken right to be loved loved loved loved

So I won't hesitate no more,no more

It cannot wait,I'm sure

There's no need to complicate,our time is short

This is our fate I'm yours

D-d-do do you,but do you,d-d-do

But do you want to come on

Scooch on over closer dear

And I will nibble your ear

Page 27: Selasa, 03 Pebruari 2009 Bank Asi (Air

I've been spending way too long checking my tongue in the mirror

And bending over backwards just to try to see it clearer

But my breath fogged up the glass

And so I drew a new face and laughed

I guess what I be saying is there ain't no better reason

To rid yourself of vanaties and just go with the seasons

It's what we aim to do,our name is our virtue

But I won't hesitate no more,no more

It cannot wait,I'm yours

(I won't hesitate)

Open up your mind and see like me

(no more,no more)

Open up your plans and damn you're free

Look into your heart and you'll find that the sky is yours

(It cannot wait,I'm sure)

so please don't,please don't,please don't

(There's no need to complicate)

There's no need to complicate

(Our time is short)

'Cause our time is short

(This is our fate)

This is,this is,this is our fate

I'm yours

More Jason Mraz« Semua Lagu Jason Mraz

Jason Mraz

  » Lihat Profil

Page 28: Selasa, 03 Pebruari 2009 Bank Asi (Air