sel saraf sensorik 2
TRANSCRIPT
-
7/28/2019 Sel Saraf Sensorik 2
1/3
SEL SARAF SENSORIK
Sel Saraf Motoris dan Sensoris
Sel saraf, atau neuron dapat pula digolongkan berdasarkan peran fungsionalnya. Neuron motoris
(eferen) mengendalikan organ efektor seperti seret otot dan kelenjar eksokrin dan endokrin. Neuron
sensoris (aferen) terlibat daam penerimaan stimulus sensoris dari lingkungan dan dari dalam tubuh.
Interneuron mengadakan hubungan sesame neuron, membentuk rantai atau sirkuit fungsional kompleks
(seperti pada retina).
Dalam susunan saraf pusat, badan sel-sel saraf hanya terdapat dalam substansi kelabu. Substansi putih
mengandung juluran-juluran neuron tanpa perikarion. Dalam susunan saraf tepi ditemukan perikarion
dalam ganglion dan dalam beberapa daerah sensoris (misalnya mukosa olfaktoris).Sel saraf pada
umumnya memiliki inti yang bulat, amat besar, eukromatik (pucat) dengan anak inti yang jelas. Sel saraf
binukleus tampak pada ganglion simpatis dan sensoris. Kromatinnya halus merata, hal ini mencerminkanaktivitas sel-selnya yang besar.
Gejala neuorologik yang timbul akibat gangguan peredaran darah diotak bergantung pada berat
ringannya gangguan pembuluh darah dan lokalisasinya.Gejala utama stroke iskemik akibat trombosis
serebri adalah timbulnya deficit neurologic secara mendadak/sub, didahului gejala prodormal, terjadi
pada waktu istirahat atau bangun pagi dan kesadaran biasanya tidak menurun.Komplikasi cacat akibat
stroke berdasarkan gangguan neurology fokal otak dapat berupa: (1) gangguan motoris: kelemahan atau
kelumpuhan separo anggota gerak, kekakuan pada satu extremitas atau separo tubuh, mulut dan atau
bibir mencong, lidah mencong, pelo, melihat dobel (diplopi), kelopak mata sulit di buka (ptosis), gerakan
tak terkendali (chorea / atetosis), kejangkejang (seizer), tersedak (aspirasi), tidak keluar suara(disfoni/afoni)(2) gangguan sensoris: gangguan perasaan (deficit sensoris), kesemutan (parestesi), rasa
tebal tebal (hipertesi), tidak bisa membedakan rabaan (anestesi), pendengaran terganggu
(tinnitus/deafness), penglihatan terganggu (gangguan visus) (3) gangguan bicara: sulit berbahasa
(disfasia), tidak bisa bicara (afasia motorik), tidak bisa memahami bicara orang (afasia sensorik), tidak
dapat mengerti apa yang dilihat (visual agnosia), tidak dapat menulis (agrafia), kepandaian mundur
(predemensia), tidak dapat berhitung (acalculia), pelupa (demensia) (5) gangguan psikiatris : mudah
menangis (force crying), mudah tertawa (force laughing), depresi, bingung, gangguan otonom, keringat,
seksual, sindroma menggerutu (7) gangguan kongnitif : yaitu pasien mengalami kesulitan untuk
mengorganisasikan informasi secara efisien dan terarah, dan juga paisen mengalami kesulitan dalam
mengingat perintah yang diberikan kepadanya (Soetedjo, 2004).
-
7/28/2019 Sel Saraf Sensorik 2
2/3
Dibawah ini akan dijelaskan beberapa fungsi dari lobus frontalis :
- Pada lobus frontal terdapat : 1) pusat motoris yang terletak antara dua sulci, yaitu sulcus sentral dan
sulcus prasentral 2) pusat pramotoris yang treletak didepan pusat motoris 3) pusat sensoris lapang
pandang yang terletak di depan pusat paramotoris 4) pusat motoris bicara broca yang terletak di bagian
ventral lobus dan berbatasan dengan lobus temporal.
Fungsi utama untuk pembentukan konsep, daya meringkas, pengambilan keputusan dan kepribadian.
Fungsi pusat motoris :
Gerakan-gerakan volunter (teratur)
Pusat dari segala perintah untuk kontrksi otot atau sekresi kelenjar.
Gerakan-gerakan terlatih, misalnya menulis, mengemudi, mengetik dsb.
Fungsi lobus premotoris :
Sebagai pusat kedua perintah untuk pergerakan tubuh yang besar-besar, seperi memusing kepala,
badan dan anggota.
Berkaitan kepribadian (Brodman 9-12)
Kegiatan intelektual yang komplek
Pemikiran dan pandangan masa depan
Fungsi sensoris lapang pandang :
Funsi ingatan
Sikap, Rasa tanggung jawab
Ide-ide atau gaagsan, Pikiran kreatif
Untuk menetapkan lapang pandang yang di tangkap oleh mata.
Stadium gangguan neurologis
-
7/28/2019 Sel Saraf Sensorik 2
3/3
Gangguan neurologis tidak berkaitan dengan beratnya kifosis yang terjadi, tetapi
terutama ditentukan oleh tekanan abses ke kanalis spinalis. Gangguan ini ditemukan 10% dari seluruh
komplikasi spondilitis tuberkulosa. Vertebra torakalis mempunyai kanalis spinalis yang lebih kecil
sehingga gangguan neurologis lebih mudah terjadi pada daerah ini. Bila terjadi gangguan neurologis,
maka perlu dicatat derajat kerusakan paraplegia, yaitu :
Derajat I : kelemahan pada anggota gerak bawah terjadi setelah melakukan
aktivitas atau setelah berjalan jauh. Pada tahap ini belum terjadi
gangguan saraf sensoris.
Derajat II : terdapat kelemahan pada anggota gerak bawah tapi penderita masih
dapat melakukan pekerjaannya.
Derajat III : terdapat kelemahan pada anggota gerak bawah yang membatasi
gerak/aktivitas penderita serta hipoestesia/anesthesia.
Derajat IV : terjadi gangguan saraf sensoris dan motoris disertai gangguan
defekasi dan miksi. Tuberkulosis paraplegia atau Pott paraplegia
dapat terjadi secara dini atau lambat tergantung dari keadaan
penyakitnya.
Sel saraf Sensoris&Motoris
Fungsi sel saraf sensori adalah menghantar impuls dari reseptor ke sistem saraf pusat, yaitu otak
(ensefalon) dan sumsum belakang (medula spinalis). Ujung akson dari saraf sensori berhubungan
dengan saraf asosiasi (intermediet)