sekilas tentang minahasa - · pdf filedaun telinga dilobangi ... cerita rakyat, ... atau malam...
TRANSCRIPT
MANJOKA
LEILEM
M A G A ZINE
SEKILAS TENTANG MINAHASA
EDISI KKN PPM UGM SLU 05 - 2015
MANJOKA
LEILEM
M A G A ZINE
Sejarah Minahasa
Legenda Watu Pinawetengan
Upacara Adat
Permainan Tradisional
Kesenian
Rumah Adat
Makanan dan Minuman Khas
Agama dan Kepercayaan
Kearifan Lokal
Event Pariwisata di Tomohon
Pengucapan Syukur
Manifestasi di Leilem
Desnasi di Sekitar Leilem
Database Perekonomian
Kamus Sehari-hari
1
3
5
12
13
14
15
19
20
22
24
26
27
33
34
DAFTAR ISI
RE-DESAIN PUSAT INFORMASIGEOTHERMAL
check this web for detailwww.kkngeothermal.wordpress.com
Sejarah Minahasa
Daerah minahasa yang terletak di
Provinsi Sulawesi Utara diperkirakan telah
dihuni sejak ribuan tahun sebelum masehi.
Berdasarkan asumsi peneli suku bangsa
Minahasa berasal dari Formosa Taiwan,
K e t u r u n a n s u k u b a n g s a b a n g s a
Austronesia dari Formosa Taiwan yang
tengah dalam pejalanan panjang yang
melalui Filipina dan terus ke Sulawesi.
Banyak terdapat kesamaan dari segi bahasa
dari Bahasa Minahasa dengan bahasa-
bahasa di Formosa Taiwan.
Menurut Tendean, seorang ahli
bahasa dan huruf onghoa Kuno, 1997
telah melakukan penelian pada Watu
Pinawetangan. Berdasarkan sebuah tulisan
yang Min Nan Tou yang terdapat pada
sebuah batu kuno, ia menafsirkan, Tou
Minahasa diperkirakan merupakan
keturunan raja Ming yang berasal dari
tanah Mongolia, yang dang bermigrasi ke
Tanah Minahasa. Makna kata dari Min
Nan Tou adalah orang keturunan raja
Ming, namun penafsiran tersebut masih
d i a n g g a p l e m a h o l e h D a v i d D S
Lumoindong, karena didasarkan pada
asumsi, apabila memang suku Minahasa
merupakan keturunan Raja Ming, dengan
teknologi dan Ilmu pengetahuan dan
Kebudayaan yang sudah sangat Maju pada
Z a m a n i t u , p a l i n g d a k i l m u d a n
Kebudayaan dari raja Ming tersebut dapat
terlihat pada peninggalan arsitektur di suku
Minahasa pada Zaman itu sekitar tahun
1200-1400, namun pada kenyataannya
dak ada satupun peninggalan atau
kebudayaan zaman Ming yang ada di
Minahasa.
Minahasa (dahulu disebut Tanah
Malesung) adalah kawasan semenanjung
yang berada di Provinsi Sulawesi Utara,
Indonesia. Kawasan ini terletak dibagian
mur laut pulau Sulawesi. Minahasa juga
terkenal akan tanahnya yang subur yang
menjadi rumah nggal untuk berbagai
variasi tanaman dan Binatang, Darat
maupun Laut.
Orang minahasa yang dikenal juga
dengan keturunan Toar dan Lumimuut,
pada awalnya para leluhur orang Minahasa
bermukim di sekitar pegunungan Wulur
Mahatus, wilayah selatan Minahasa
kemudian berkembang dan berpindah ke
Nietakkan (dekat tompaso baru). Karena
dimenger sebagai Manusia Langit, serta
Toar dan Lumimut adalah leluhur dan cikal
bakal dari orang-orang Minahasa.
Orang Minahasa pada waktu itu
kemudian dibagi kedalam 3 (ga) golongan
yaitu : Makura Siow (2x9) : para pengatur
ibadah dan adat Makatelu Pitu (3x7) : yang
mengatur pemerintah Pasiowan telu (9x7) :
Rakyat.
Emology Minahasa
Sebutan Minahasa sebenarnya berasal
dari kata, Mina yang berar telah
diadakan/telah terjadi dan Asa/Esa yang
berar satu, jadi Minahasa berar telah
diadakan persatuan atau mereka yang
telah bersatu, jadi Minahasa berar telah
diadakan persatuan atau mereka yan telah
bersatu.
Kek periswa persatuan diadakan disebut
Minahasa yang berar bersatu .
Minahasa pertama diadakan di Waktu
Pinawetengan untuk kegiatan pembagian
wilayah pemukiman. Pemukiman kedua
diadakan untuk melawan ekspansi
kerajaan Bolaang Mongondow. Minahasa
kega dilakukan untuk menyelesaikan
perkaian antara Walak Kakaskasen yang
berkedudukan di Loa (Kakaskasen, Loa
d a n Ta t e l i ) d e n g a n B a n k , y a n g
kesemuanya berasal dari satu garis
keturunan yakni Toar dan Lumimuut.
1 2
Legenda Watu Pinawetengan
Legenda Watu Pinawetengan atau
batu tempat bermusyawarah atau
prundingan yang terletak dibawah kaki
pegunungan Tonderukan ini dinamakan
sebagai Watu Pinawetengan yang arnya
batu tempat pembagian (Mewetang).
M e n u r u t m a k n a t u a M i n a h a s a ,
Pinawetengan juga bermakna sebagai
Janji atau Ikrar yang disepaka
bersama (dalam satu perundingan atau
Musyawarah). Pada dasarnya orang
pertama yang hidup ditanah Minahasa itu
adalah seorang Pria bernama Toar dan
Wanita Lumimuut, mereka dipertemukan
sebagai sepasang suami istri, keduanya
nggal dan beranak cucu di daerah yang
disebut wulur-mahatus, yang terletak di
daerah selatan Malesung (Minahasa),
karena semakin banyaknya keturunan dari
Toar dan Lumimuut, akhirnya terjadilah
pembagian golongan masyarakat dari
keturunan keduanya, yang terdiri dari
Golongan Makarua siou (2x9), yang
mengatur kegiatan kegamaan dan adat
isadat, yaitu para walian dan tonaas,
Golongan makatelu Pitu (3x7) yaitu
golongan teterusan yang terdiri dari para
waranei (prajurit) dan pemimpinnya yang
mengatur keagamaan, dan golongan
pasiowan yang terdiri dari rakyat biasa,
p e t a n i d a n p e m b u r u , k a r e n a
perkembangan keturunan yang sanagat
pesat keduanya akhirnya memutuskan
untuk berpencar untuk mencari tanah yang
baru dan Tumami (membuka tanah
bermukim yang baru).
Pada saat mereka berpencar-
pencar terjadi berbagai masalah, mulai dari
sulit berkomunikasi, saling berebut wilayah
atau tanah, serta perkaian antar golongan
karena dak adanya pengaturan dan
MANJOKA
LEILEM
M A G A ZINE
penentuan terkait pembagian tempat
tumami, toar dan lumimuut kemudian
menyuruh anak-anak golongan makatatelu
pitu untuk menghimpun semua penghulu
dari kega golongan tersebut, untuk
kemudian berkumpul dan menyelesaikan
permasalahan yang mbul, karena pada
dasarnya Makatelu pitu pada saat itu
adalah sebagai pihak yang netral.
Mereka lalu kemudia mencari untuk
bertemu dan bersama-sama mencari jalan
keluar dari permasalahan tersebut, dan
akhirnya menemukan sebuah tempat yang
terletak di kaki pegunungan tonderukan,
ditempat itulah mereka berkumpul dan
menyelesaikan serta merundingkan segala
permaslahan yang terjadi.
sumber foto :www.google.co.id
3 4
1. Monondeaga adalah upacara adat dari
daerah Bolaang Mongondow yang
dilaksanakan pada waktu anak gadis
memasuki masa akil baliq yang ditandai
dengan datangnya haid pertama. Daun
telinga dilobangi dan dipasangi anng
kemudian g ig i d i ratakan sebaga i
pelengkap kecankan dan tanda telah
dewasa.
2. Mupuk Im Bene adalah upacara adat
d a r i d a e r a h M i n a h a s a b e r u p a
pengucapan syukur pallen paco dimana
m a s y a r a k a t
m e m b a w a / m e m p e r s e m b a h k a n
segantang/sekarung padi bersama hasil
ladang lainnya disuatu tempat (lapangan
atau dirumah gereja) untuk didoakan. Dan
seap rumah/keluarga menyiapkan
beragam makanan dan makan bersama
dengan para tamu dengan sukaria.
3. Mepu merupakan upacara adat dari
d a e r a h S a n g i h e Ta l a u d b e r u p a
penyembahan kepada Sang Pencipta alam
semesta yang disebut benggona langi
duatan saluran, dengan membakar daun-
daun dan akar-akar yang mewangi dan
menimbulkan asap membumbung ke
hadirat-Nya.
4. Watu Pinawetengan tanggal tujuh
bulan tujuh tahun dua ribu tujuh saat
ismewa bagi sebagian masyarakat
Minahasa. Pada penanggalan Masehi itu
d i g e l a r l a h u p a c a r a a d a t W a t u
Pinawetengan, sebuah upacara penuh
makna bagi persatuan masyarakat
setempat. Watu Pinawetengan adalah
warisan leluhur Minahasa dan merupakan
buk bahwa demokrasi dan persatuan
sudah ada sejak dahulu. Berdasarkan
cerita rakyat, terdapat sebuah batu besar
yang disebut tumotowa yakni batu yang
menjadi altar ritual sekaligus menandai
berdirinya permukiman suatu komunitas.
Johann Albert Traugo Schwarz, seorang
misionaris Belanda keturunan Jerman,
pada tahun 1888 berinisiaf melakukan
penggalian di bukit Tonderukan yang
sekarang masuk wilayah kecamatan
Tompaso, Minahasa, Sulawesi Utara
(Sulut). Ternyata penggalian berhasil
menemukan batu besar yang membujur
dari mur ke barat. Johann Gerard
Friederich Riedel yang lahir di Tondano
pada tahun 1832, menyebutkan bahwa
batu tersebut merupakan batu tempat
d u d u k p a r a l e l u h u r m e l a k u k a n
perundingan atau orang setempat
menyebutnya Watu Rerumeran ne
Empung. Batu tersebut merupakan
tempat bagi para pemimpin upacara adat
memberikan keputusan (dalam bentuk
garis dan gambar yang dipahat pada batu)
dalam hal membagi pokok pembicaraan,
siapa yang harus bicara, serta cara