penerapan model realistic mathematics education...

105
PENERAPAN MODEL REALISTIC MATHEMATICS EDUCATION (RME) DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA PADA SISWA DI MADRASAH IBTIDAIYAH SE-KECAMATAN BAWEN KABUPATEN SEMARANG TAHUN 2017 Oleh EMY RATNAWATI NIM: 12020150024 Tesis diajukan sebagai pelengkap persyaratan Untuk gelar Magister Pendidikan PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH (PGMI) PROGRAM PASCASARJANA INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA 2018

Upload: others

Post on 13-Feb-2021

3 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • PENERAPAN MODEL REALISTIC MATHEMATICS

    EDUCATION (RME) DALAM PEMBELAJARAN

    MATEMATIKA PADA SISWA DI MADRASAH

    IBTIDAIYAH SE-KECAMATAN BAWEN

    KABUPATEN SEMARANG

    TAHUN 2017

    Oleh

    EMY RATNAWATI

    NIM: 12020150024

    Tesis diajukan sebagai pelengkap persyaratan

    Untuk gelar Magister Pendidikan

    PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH (PGMI)

    PROGRAM PASCASARJANA

    INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA

    2018

  • ii

  • iii

  • iv

    MOTTO

    “Jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu. dan Sesungguhnya yang

    demikian itu sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyu',

    (Q.S. Al-Baqoroh: 45)

  • v

    PERSEMBAHAN

    Tesis ini kupersembahkan untuk:

    1. Ayah dan Ibu tercinta yang telah membesarkanku dan selalu mendoakan

    serta mengusahakan keberhasilanku.

    2. Suamiku tercinta H. Muh Fauzi, S.Ag, M.Ag., yang senantiasa

    memberikan dukungan baik dalam suka maupun duka

    3. Anak-anakku Hilmy Arkan, Difaa Rahmani Fauzy, Fahril Ruzaini Fauzy

    selalu ku sayangi

    4. Almamaterku.

  • vi

    ABSTRAK

    Penerapan Model Realistic Mathematics Education (RME) dalam Pembelajaran

    Matematika Pada Siswa di Madrasah Ibtidaiyah se-Kecamatan Bawen Kabupaten

    Semarang Tahun 2017. Tesis Program Studi Pendidikan Guru Madrasah

    Ibtidaiyah (PGMI), Program Pascasarjana, Institut Agama Islam Negeri Salatiga,

    Pembimbing Dr. Winarno, S.Si, M. Pd.

    Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penerapan model Realistic

    Mathematics Education (RME), hasil evaluasi RME serta kelebihan dan

    kelemahan model MRE dalam pembelajaran matematika pada siswa di Madrasah

    Ibtidaiyah se-Kecamatan Bawen Kabupaten Semarang.

    Metode penelitian ini adalah kualitatif dengan pendekatan fenomenologi

    Sumber data terdiri dari primer dan sekunder. Teknik pengumpulan datanya

    menggunakan metode observasi, wawancara dan dokumentasi.

    Hasil penelitian menunjukkan bahwa model pembelajaran yang diterapkan

    di MI se-Kecamatan Bawen dalam pembelajaran matematika di MIN Doplang,

    MIS Geyongan, MIS Pancuran dan MIS Asinan yaitu model Realistic

    Mathematics Education (RME). Pembelajaran matematika realistik diawali

    dengan dunia nyata, agar dapat memudahkan siswa dalam belajar matematika,

    kemudian siswa dengan bantuan guru diberikan kesempatan untuk menemukan

    sendiri konsep matematika. Prosedur yang ada dalam penerapan model RME yaitu

    tahap persiapan, pembukaan, proses pembelajaran, dan tahap akhir. Evaluasi

    model RME dilihat dari aktivitas siswa berdasarkan aspek kegiatan lisan dan

    kegiatan mental yang sangat aktif adalah siswa MIN Doplang dan MIS Geyongan

    sedangkan MIS Pancuran dan MIS Asinan kategori siswanya aktif. Pada aspek

    kegiatan emosional di MIN Doplang, MIS Geyongan, MIS Pancuran dan MIS

    Asinan siswanya semua aktif artinya semangat dalam mengikuti kegiatan

    pembelajaran, tidak mengganggu teman saat belajar, berani maju ke depan kelas

    dan mengerjakan tugas dengan tenang dan tidak tergesa-gesa. Kelebihan model

    RME adalah: a) Pembelajaran matematika lebih menarik, relevan dan bermakna,

    tidak formal dan tidak abstrak. b) Mempertimbangkan tingkat kemampuan siswa,

    c) Menekankan belajar matematika pada learning by doing, d) Menfasilitasi

    penyelesaian masalah matematika tanpa menggunakan penyelesaian yang baku. e)

    Menggunakan konteks sebagai titik awal pembelajaran matematika. Sedangkan

    kelemahannya adalah 1) diskusi kelompok masih dikuasai oleh siswa yang

    pandai, 2) Tingkat pengetahuan dan profesionalisme guru yang rendah. 3) Peranan

    guru sebagai fasilitator akan membuat guru harus selalu memperluas

    wawasannya. Oleh karena itu guru harus berani menerapkan model pembelajaran

    yang tepat guna meningkatkan kualitas pemecahan masalah matematis secara

    realistik yang ada pada diri siswa.

    Kata Kunci : Model, Realistic Mathematics Education (RME), Matematika.

  • vii

    ABSTRACT

    Application of the Realistic Mathematics Education (RME) Model in

    Mathematics Learning for Students in Islamic Junior High Schools throughout

    Bawen Sub-District, Semarang District, 2017. Thesis of the Teacher Training

    Program for Islamic Junior High School (PGMI), Postgraduate Program, Salatiga

    State Islamic Institute, Advisor Dr. Winarno, S.Si, M. Pd.

    This study aims to determine the application of the Realistic Mathematics

    Education (RME) model, the results of the RME evaluation as well as the

    strengths and weaknesses of the MRE model in mathematics learning for students

    in Islamic Junior High Schools throughout Bawen District, Semarang Regency

    This research method is qualitative with phenomenological approach Data

    sources consist of primary and secondary. Data collection techniques use methods

    of observation, interviews and documentation.

    The results showed that the learning model applied in MI in Bawen

    District in mathematics learning at MIN Doplang, MIS Geyongan, MIS Pancuran

    and MIS Asinan is the Realistic Mathematics Education (RME) model. Realistic

    mathematics learning begins with the real world, so as to facilitate students in

    learning mathematics, then students with the help of the teacher are given the

    opportunity to find their own mathematical concepts. Existing procedures in the

    application of the RME model are the preparation, opening, the implementation

    phase, and the evaluation stage as the final stage. Evaluation of the RME model

    seen from student activities based on aspects of oral activities and mental

    activities that are very active are MIN Doplang and MIS Geyongan students while

    MIS Pancuran and MIS Asinan are active student categories. In the aspect of

    emotional activities at MIN Doplang, MIS Geyongan, MIS Pancuran and MIS

    Asinan students are all active, meaning that they are enthusiastic in participating

    in learning activities, do not disturb friends while learning, dare to come to the

    front of the class and do tasks calmly and in a hurry. The advantages of the RME

    model are: a) Mathematical learning is more interesting, relevant and meaningful,

    informal and not abstract. b) Consider the level of student ability, c) Emphasize

    learning mathematics on learning by doing, d) Facilitate the resolution of

    mathematical problems without using standard solutions. e) Using context as a

    starting point for learning mathematics. While the weaknesses are 1) group

    discussion is still dominated by smart students, 2) Low level of teacher knowledge

    and professionalism. 3) The role of the teacher as a facilitator will make the

    teacher always have to broaden his horizons. Therefore the teacher must be brave

    to apply the right learning model in order to improve the quality of realistic

    mathematical problem solving that exists in students.

    Keyword: Model, Realistic Mathematics Education (RME),Mathematics.

  • viii

    PRAKATA

    Puji syukur senantiasa penulis panjatkan kepada Allah Swt. yang

    telah memberi rahmat, taufik dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat

    menyelesaikan tesis sebagai salah satu pelengkap persyaratan untuk gelar

    Magister Pendidikan. Sholawat serta salam semoga tercurahkan atas tauladan

    umat akhir zaman, Nabi Muhammad Saw. Penulis menyadari dalam proses

    penulisan tesis ini tidak lepas dari berbagai hambatan, namun berkat bimbingan,

    bantuan berbagai pihak, serta ridha dari Allah Swt, penulisan tesis ini dapat

    selesai dengan baik.

    Pada kesempatan ini penulis menyampaikan terimakasih kepada

    yang terhormat :

    1. Bapak Dr. H. Rahmat Hariyadi selaku Rektor IAIN Salatiga.

    2. Bapak Prof. Dr. H. Zakiyuddin, M.Ag. selaku Direktur Program

    Pascasarjana IAIN Salatiga.

    3. Ibu Dr. Hj. Maslikhah, S.Ag., M.Si. selaku Kaprogdi Program Pascasarjana

    PGMI.

    4. Bapak Dr. Winarno, S. Si, M.Pd selaku dosen pembimbing yang telah

    memberikan arahan dan bimbingan dalam menyelesaikan tesis ini.

    5. Para dosen pascasarjana yang telah memberikan ilmunya kepada penulis dari

    awal kuliah hingga selesainya tesis ini.

    6. Pimpinan serta Staf Perpustakaan IAIN Salatiga yang telah membantu penulis

    dalam mengumpulkan bahan-bahan referensi dalam penyelesaian tesis.

  • ix

  • x

    DAFTAR ISI

    HALAMAN JUDUL ................................................................................................ i

    HALAMAN PERSETUJUAN ............................................................................... ii

    HALAMAN PENGESAHAN ................................................................................ iii

    HALAMAN PERNYATAAN .............................................................................. iv

    MOTTO.................................................................................................................... v

    PERSEMBAHAN .................................................................................................. vi

    ABSTRAK ............................................................................................................ vii

    PRAKATA ............................................................................................................. ix

    DAFTAR ISI ............................................................................................................ x

    DAFTAR TABEL ................................................................................................ xiii

    BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1

    A. Latar Belakang Masalah .......................................................................... 1

    B. Rumusan Masalah .................................................................................... 5

    C. Signifikansi Penelitian ............................................................................. 5

    D. Kajian Pustaka ......................................................................................... 6

    E. Kerangka Teori ...................................................................................... 10

    F. Metode penelitian ................................................................................... 13

    G. Sistematika Penulisan ............................................................................ 16

    BABIIGAMBARAN UMUM MADRASAH DAN PENERAPAN MODEL

    REALISTIC MATHEMATICS EDUCATION (RME) ................................. 17

    A. Gambaran Umum Madrasah.................................................................. 17

    B. Metode Pembelajaran Matematika ........................................................ 18

    BAB III EVALUASI PENERAPAN MODEL RME DALAM PEMBELAJARAN

    MATEMATIKA ......................................................................................... 28

    A. Indikator Aktivitas Siswa ...................................................................... 28

  • xi

    B. Hasil Evaluasi Model RME ................................................................... 30

    BAB IV KELEBIHAN DAN KELEMAHAN MODEL RME DI MI SE-

    KECAMATAN BAWEN ........................................................................ 33

    A.Kelebihan Penerapan Model RME ...................................................... 33

    B. Kelemahan Penerapan Model RME .................................................... 36

    BAB V PENUTUP ................................................................................................. 39

    A.Simpulan .............................................................................................. 39

    B. Saran .................................................................................................... 40

    DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................ 42

    LAMPIRAN ........................................................................................................... 45

    BIOGRAFI PENULIS

  • xii

    DAFTAR TABEL

    Tabel Halaman

    Tabel 2.1. Proses Penerapan Model RME ............................................................. 21

    Tabel 3.1. Indikator Aktivitas Siswa ...................................................................... 28

    Tabel 3.2. Kategori Evaluasi Penerapan RME Aktivitas Siswa ............................ 29

    DAFTAR GAMBAR

    Gambar Halaman

    Tabel 2.1. Evaluasi Aktivitas Siswa ....................................................................... 32

  • xiii

    DAFTAR LAMPIRAN

    1. Evaluasi Penerapan Model RME di MI se-Kecamatan Bawen

    2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

    3. Soal Evaluasi Model RME

    4. Hasil Belajar Model RME

    5. Catatan Lapangan Metode Wawancara

    6. Alat Peraga “Pembelajaran RME”Matematika

    7. Foto Kegiatan Madrasah

    8. Lembar Konsultasi Pembimbing

    9. Surat Ijin Penelitian

    10. Surat Bukti telah Melakukan Penelitian

  • 1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang Masalah

    Keberhasilan pendidikan tidak pernah terlepas dari kegiatan belajar dan

    pembelajaran yang merupakan kegiatan inti dari proses pencapaian hasil

    belajar. Hasil belajar merupakan tolok ukur maksimal yang telah dicapai

    siswa setelah melakukan belajar selama waktu yang telah ditentukan dan

    untuk mengetahui kemampuan siswa setelah melakukan proses pembelajaran.

    Hasil belajar mencakup kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotorik.

    Domain kognitif adalah pengetahuan, ingatan, comprehension (pemahaman,

    menjelaskan, meringkas, menerapkan), analysis (menguraikan), synthesis

    (merencanakan, membentuk bangunan baru), dan menilai. Domain afektif

    adalah receiving (sikap menerima), responding, valuing (menilai),

    organization, characteristization (karakterisasi). Domain psikomotor meliputi

    ketrampilan produktif, teknik, fisik, sosial, manajerial, dan intelektual.1

    Orientasi pendidikan di Indonesia pada umumnya mempunyai ciri-ciri

    yaitu: cenderung memperlakukan siswa berstatus sebagai obyek, guru

    berfungsi sebagai pemegang otoritas tertinggi keilmuan; materi bersifat

    subject-oriented. Ciri-ciri tersebut, mengidentifikasikan bahwa belum adanya

    peran aktif siswa dalam pembelajaran.2

    1Suprijono, Cooperative Learning, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2013, 6.

    2Sutarto Hadi, Pendidikan Realistik: Menjadikan Pelajaran Matematika Lebih

    Bermakna bagi Siswa, Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma, 2003, 1.

  • 2

    Indikator tinggi rendahnya kualitas sumber daya manusia adalah

    tingkat penguasaan terhadap ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) yang

    dipengaruhi oleh daya serap terhadap sains dan matematika. Matematika juga

    merupakan subjek yang sangat penting dalam sistem pendidikan di seluruh

    dunia.3 Pembelajaran matematika di sekolah masih mengikuti kebiasaan

    dengan urutan diterangkan, diberikan contoh, dan diberikan latihan soal

    artinya guru lebih aktif dari pada siswa.4

    Proses pembelajaran pada setiap satuan pendidikan dasar dan menengah

    harus interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, dan memotivasi siswa

    untuk berpartisipasi aktif serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa,

    kreativitas dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan

    fisik serta psikologis siswa.5 Hal ini menunjukkan bahwa dalam pembelajaran

    matematika hendaknya dimulai dengan pengenalan masalah yang sesuai

    dengan situasi mengajar dan sekaligus melibatkan peran aktif siswa dalam

    proses pembelajarannya.

    Pelajaran matematika dikenal sebagai mata pelajaran yang kering,

    karena kurang kelihatan kegunaannya dalam kehidupan sehari-hari,

    kecuali materi pelajaran berhitung yang berguna dalam belanja atau

    perhitungan sederhana, ketiadaan hubungan antara pelajaran disekolah

    dengan dunia kerja dan masalah kehidupan nyata, ikut menyebabkan

    3Moch. Masykur dan Abdul Halim Fathani, Mathematical Intelligence: Cara Cerdas

    Melatih Otak dan Menanggulangi Kesulitan Belajar, Jogjakarta: PT Arruz Media, 2007, 40. 4Soedjadi, Kiat Pendidikan Matematika di Indonesia: Keadaan Masa Kini Menuju

    Harapan Masa Depan, Jakarta: Dikti, 2000, 1. 5Permendiknas RI, No. 41, 2007.

  • 3

    rendahnya motivasi belajar matematika siswa. Apabila siswa terhubung

    dengan konteks (permasalahan sehari-hari), siswa dapat memahami apa

    yang mereka kerjakan, dan tidak perlu banyak menghafal konsep dan

    prosedur yang tidak bermakna bagi mereka.

    Peranan guru dalam proses belajar mengajar sangatlah penting ketika

    memilih metode pembelajaran mana yang akan digunakan. Metode

    pembelajaran adalah cara dalam menyajikan (menguraikan, memberi contoh

    dan memberi latihan) isi pelajaran kepada siswa untuk mencapai tujuan

    tertentu.6

    Peningkatan kualitas pembelajaran matematika di kelas perlu

    mengembangan materi pembelajaran. Buku teks matematika siswa sebagian

    materi yang disajikan masih banyak yang menggunakan penalaran deduktif,

    sehingga ada keluhan yang dialami siswa dalam mempelajari materi dari

    buku teks pelajaran yakni susah memahami konsep matematika. Selain itu,

    materi yang disajikan kurangnya keterkaitan antara pembelajaran matematika

    di sekolah dengan dunia nyata dan kehidupan sehari-hari siswa sehingga

    mata pelajaran matematika termasuk mata pelajaran yang sulit dan ditakuti

    siswa. Oleh karena itu Madrasah Ibtidaiyah di Kecamatan Bawen yaitu MIN

    Doplang, MIS Geyongan, MIS Pancuran dan MIS Asinan telah menerapkan

    metode dengan model Realistic Mathematics Education (RME) dalam

    pembelajaran matematika sehingga dijadikan sebagai lokasi penelitian karena

    MIN Doplang merupakan madrasah negeri satu-satunya di kecamatan Bawen

    6Atwi Suparman, Desain Instructional, Jakarta: PAU-PPAI Universitas Terbuka,

    2007,166.

  • 4

    tepatnya di daerah pedesaan sedangkan MIS Geyongan, MIS Pancuran dan

    MIS Asinan terletak di daerah dekat dengan pabrik, sebagian besar siswa

    kurang diperhatikan orang tua, yang rata-rata mereka diabaikan karena

    tuntutan ekonomi bahkan orang tua mereka berangkat ke negara tetangga

    sebagai Tenaga Kerja Wanita (TKW) sehingga siswa harus hidup bersama

    nenek atau kakeknya.

    RME adalah salah satu model pembelajaran matematika yang

    dikembangkan untuk mendekatkan matematika kepada siswa. Masalah-

    masalah nyata dari kehidupan sehari-hari digunakan sebagai titik awal

    pembelajaran matematika untuk menunjukkan bahwa matematika

    sebenarnya dekat dengan kehidupan sehari-hari. Benda nyata yang akrab

    dengan kehidupan siswa dijadikan sebagai alat peraga dalam

    pembelajaran matematika.7 Siswa harus diberi kesempatan untuk

    membangun pengetahuan dan pemahaman sendiri. Berdasarkan hasil

    observasi awal di MIN Doplang, MIS Geyongan, MIS Pancuran dan MIS

    Asinan yang telah menggunakan model pembelajaran Realistic Mathematics

    Education (RME) pada pembelajaran matematika, penulis tertarik untuk

    mengetahui apakah RME yang diterapkan di empat madrasah tersebut sudah

    dilakukan sesuai dengan prosedur RME. Dengan demikian pemilihan model

    pembelajaran yang akan dipakai dalam proses pembelajaran matematika

    sangatlah menentukan.

    7Nyimas Aisyah dkk, Pengembangan Pembelajaran Matematika SD, Jakarta: Dirjen

    Dikti Depdiknas, 2007, 7.

  • 5

    B. Rumusan Masalah

    Berdasarkan dari latar belakang tersebut maka penulis dapat

    mengemukakan rumusan masalah pada penelitian ini sebagai berikut:

    1. Bagaimana penerapan model Realistic Mathematics Education (RME)

    dalam pembelajaran matematika pada siswa di Madrasah Ibtidaiyah se-

    Kecamatan Bawen Kabupaten Semarang?

    2. Bagaimana hasil evaluasi dalam menerapkan model Realistic Mathematics

    Education (RME) pada pembelajaran matematika di Madrasah Ibtidaiyah

    se-Kecamatan Bawen Kabupaten Semarang?

    3. Apakah kelebihan dan kekurangan model Realistic Mathematics Education

    (RME) pada pembelajaran matematika di Madrasah Ibtidaiyah se-

    Kecamatan Bawen Kabupaten Semarang?

    C. Signifikasi Penelitian

    1. Tujuan Penelitian

    a. Untuk mengetahui penerapan model Realistic Mathematics Education

    (RME) dalam pembelajaran matematika pada siswa di Madrasah Ibtidaiyah

    se-Kecamatan Bawen Kabupaten Semarang.

    b. Untuk mengetahui hasil evaluasi dalam menerapkan model Realistic

    Mathematics Education (RME) pada pembelajaran matematika di Madrasah

    Ibtidaiyah se-Kecamatan Bawen Kabupaten Semarang.

  • 6

    c. Untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan model Realistic Mathematics

    Education (RME) pada pembelajaran matematika di Madrasah Ibtidaiyah

    se-Kecamatan Bawen Kabupaten Semarang.

    2. Manfaat Penelitian

    a. ManfaatTeoretik

    Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran

    dan literatur tentang metode yang tepat dalam pembelajaran matematika

    sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai secara optimal.

    b. Manfaat Praktik

    Hasil penelitian ini dapat diharapkan dapat memberikan masukan yang

    konstruktif bagi madrasah untuk pengembangan kualitas pembelajaran

    Matematika dan bagi guru dapat menambah khasanah pembelajaran yang

    sangat mungkin dijadikan sebagai salah satu alternatif dalam pelaksanaan

    tugas mengajar guru di sekolah.

    D. Kajian Pustaka

    Penelitian Ulfa (2016) dalam penelitiannya yang membahas tentang

    Penerapan Model Pembelajaran Realistic Mathematics Education (RME)

    untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar Matematika siswa,

    menjelaskan bahwa penerapan model pembelajaran RME dapat

    meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa. Persentase aktivitas siswa

    secara klasikal pada siklus I memperoleh kategori cukup aktif, meningkat

    pada siklus II menjadi kategori aktif. Nilai rata-rata hasil belajar siswa siklus I

    memperoleh kategori belum tuntas, meningkat pada siklus II menjadi kategori

  • 7

    tuntas.8 Penelitian ini juga membahas tentang model pembelajaran akan tetapi

    juga ditekankan strategi yang tepat dalam meningkatkan hasil belajar siswa.

    May Shandy (2016) dalam penelitiannya menunjukkan bahwa dengan

    menerapkan pedekatan pembelajaran Realistic Mathematics Education

    (RME) menunjukkan adanya peningkatan hasil belajar siswa kelas IV

    Sekolah Dasar Se-Kecamatan Sukasari Kota Bandung, terlihat dari hasil tes

    evaluasi dengan rata-rata nilai pada siklus I adalah 70,6 dengan ketuntasan 62

    %, lalu rata-rata nilai pada siklus II adalah 88 dengan ketuntasan 87 %.

    Berdasarkan hasil penelitian di atas, dapat disimpulkan bahwa penerapan

    pendekatan Realistic Mathematics Education (RME) dapat meningkatkan

    hasil belajar.9

    Penelitian lain yang dilakukan Muhammad Syukur (2004) dalam

    tesisnya yang berkaitan dengan metode pembelajaran guru dengan hasil

    penelitian bahwa metode belajar yang tepat dapat meningkatkan kreativitas

    siswa yaitu guru perlu merancang komponen proses pembelajaran yang dapat

    mengembangkan kreativitas siswa yang meliputi desain lingkungan belajar,

    aktivitas siswa, metode dan media pembelajaran, dan teknik evaluasi hasil

    pembelajaran. Program yang telah disusun tersebut harus dilaksanakan sesuai

    dengan rancangan.10

    8Annisa Ulfa, “Penerapan Model Pembelajaran Realistic Mathematics Education

    (RME) untuk Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas IV SD

    Negeri 1 Tempuran”, Tesis, Universitas Lampung, 2016, 60. 9May Shandy, “Realistic Mathematics Education (RME) untuk Meningkatkan Hasil

    Belajar Siswa Sekolah Dasar”, Jurnal Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Volume 1, Nomor 1

    (Desember 2016), 47. 10

    Muhammad Syukur, “Pengembangan Kreativitas Dalam Proses Pembelajaran di

    SMA Bakti Mulya 400 Kebayoran Lama Jakarta Selatan”, Tesis, UIN Syarif Hidayatullah,

    2004, 154.

  • 8

    Herwati A (2015) dalam jurnalnya menjelaskan bahwa peningkatan

    kemampuan penalaran analogi dan generalisasi Matematik dengan

    menggunakan pendekatan realistik. Kemampuan penalaran Matematik lebih

    tinggi apabila menggunakan pendekatan realistik dibandingkan dengan

    tanpa realistik. Pendekatan realistik memberikan kesempatan kepada

    siswa untuk menjadi lebih aktif dalam pengajaran dan pembelajaran

    Matematika. Pembelajaran dengan menggunakan pendekatan realistik

    memberikan kesan yang baik terhadap diri siswa. Siswa menjadi lebih

    positif dalam pembelajaran dan mencari sendiri konsep Matematika dan

    bukan lagi merupakan pemberitahuan dari guru. Siswa itu sendiri yang

    aktif mengkonstruksi pengetahuannya.11

    Penelitian lain Ardhini Lestari A (2014) dalam jurnalnya memberikan

    hasil bahwa penerapan pendekatan RME yang dapat meningkatkan hasil

    belajar siswa pada materi soal cerita tentang himpunan mengikuti langkah-

    langkah, yaitu: pada langkah memahami masalah kontekstual, guru

    menyajikan masalah kontekstual dan meminta siswa untuk memahami

    masalah yang diberikan. Pada langkah menyelesaikan masalah, siswa

    bersama kelompoknya diminta untuk menyelesaikan masalah tersebut. Pada

    langkah membandingkan dan mendiskusikan jawaban, beberapa kelompok

    mempresentasikan hasil kerja kelompoknya dan kelompok lain

    membandingkan dan mengomentari jika terdapat perbedaan jawaban dengan

    11

    Herawati A, “Efektifitas Pendekatan Realistik Dalam Meningkatkan Kemampuan

    Penalaran Matematika di SMA Negeri 1 Tembilahan Inhil Riau ”, Jurnal Peluang, Volume 4,

    Nomor 1 (Oktober 2015), 11.

  • 9

    kelompoknya. Pada langkah menyimpulkan, guru mengarahkan siswa untuk

    membuat kesimpulan dari apa yang telah dipelajari.12

    Dalam jurnalnya Septiana Wijayanti (2016) menunjukkan bahwa

    dengan pendekatan RME dapat meningkatkan kreativitas pemecahan

    masalah, dapat dilihat indikator keberhasilan meliputi: menemukan fakta,

    masalah, gagasan, solusi dan mengimplementasikan permasalahan,

    menunjukkan lebih dari 40%. Pembelajaran dengan pendekatan Realistic

    Mathematics Education (RME) juga meningkatkan prestasi belajar

    matematika, terlihat dari siswa yang tuntas dalam KKM sebelum dilakukan

    tindakan 12 siswa (31%), setelah dilakukan tindakan yang tuntas menjadi 32

    siswa (82%).13

    Hasil penelitian yang dideskripsikan di atas, memang cukup banyak

    tulisan ilmiah yang senada dengan tema peningkatan hasil belajar matematika

    dengan model pembelajaran Realistic Mathematics Education (RME)

    sehingga dapat saling melengkapi satu sama lain, akan tetapi penulis belum

    menemukan kajian secara khusus yang meneliti tentang penerapan metode

    Realistic Mathematics Education (RME) dalam pembelajaran matematika

    khususnya di MI se-Kecamatan Bawen. Penelitian ini sangat penting untuk

    diterapkan kepada siswa dengan proses dan cara penerapan serta pembinaan

    12

    Andini Lestari A, “Penerapan Pendekatan Realistic Mathematics Education (RME)

    Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Materi Soal Cerita Tentang Himpunan di

    Kelas VII MTsN Palu Barat”, Jurnal Elektronik Pendidikan Matematika Tadulako, Volume

    2, Nomor 1 (September 2014), 11. 13

    Septiana Wijayanti, “Penggunaan Pendekatan Realistic Mathematics Education

    (RME) sebagai Upaya Peningkatan Kreativitas Dalam Pemecahan Masalah Matematika

    Siswa X.7 SMA Negeri 1 Pulokulon ”, Magistra, Volume 1, Nomor 95 (Maret 2016), 87.

  • 10

    yang berlanjut sehingga menjadikan siswa untuk meningkatan hasil belajar

    Matematika.

    E. Kerangka Teori

    Model pembelajaran dapat dipahami sebagai kerangka konseptual yang

    mendeskripsikan dan melukiskan prosedur yang sistematik dalam

    mengorganisasikan pengalaman belajar dan pembelajaran untuk mencapai

    tujuan belajar tertentu, dan berfungsi sebagai pedoman bagi perencanaan

    pembelajaran bagi para guru dalam melaksanakan aktivitas pembelajaran.14

    RME merupakan salah satu model pembelajaran matematika yang

    berorientasi pada siswa, bahwa matematika adalah aktivitas manusia dan

    matematika harus dihubungkan secara nyata terhadap konteks kehidupan

    seharihari siswa ke pengalaman belajar yang berorientasi pada hal-hal yang

    real atau nyata.15

    Model pembelajaran RME adalah matematika sekolah yang

    dilaksanakan dengan menempatkan realitas dan pengalaman siswa sebagai

    titik awal pembelajaran.

    Prosedur atau langkah-langkah Realistic Mathematics Education

    (RME) antara lain: 1) Persiapan. Selain menyiapkan masalah kontekstual,

    guru harus benar-benar memahami masalah dan memiliki berbagai

    macam strategi yang mungkin akan ditempuh siswa dalam menyelesaikannya.

    2) Pembukaan. Pada bagian ini siswa diperkenalkan dengan strategi

    14

    Mohamad Syarif Sumantri, Strategi Pembelajaran: Teori dan Praktik di Tingkat

    Pendidikan Dasar, Jakarta: Rajawali Pers, 2015, 39. 15

    Ahmad Susanto, Teori Belajar dan Pembelajaran di Sekolah Dasar, Jakarta:

    Kencana, 2013, 205.

  • 11

    pembelajaran yang dipakai dan diperkenalkan kepada masalah dari dunia

    nyata untuk memecahkan masalah dengan cara mereka sendiri. 3) Proses

    pembelajaran. Siswa mencoba berbagai strategi untuk menyelesaikan masalah

    sesuai dengan pengalamannya, dapat dilakukan secara perorangan maupun

    secara kelompok. 4) Tahap akhir yaitu Mengolah dan menganalisis data

    yang diperoleh dan membuat kesimpulan.16

    “Cooperative learning refers to a variety of teching methods in which

    students work in small group to help one another learn academic content.”17

    Pembelajaran kooperatif adalah suatu variasi metode pembelajaran dimana

    peserta didik bekerja dalam kelompok kecil untuk membantu peserta didik

    yang lain mempelajari materi pelajaran.

    Prinsip pembelajaran matematika realistik yaitu: 1) Penemuan

    kembali terbimbing dan matematisasi progresif, artinya pembelajaran

    matematika realistik harus memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada

    siswa untuk mengalami sendiri proses penemuan matematika. 2) Fenomena

    didaktik, artinya pembentukan situasi dalam pemecahan masalah

    matematika realistik harus menetapkan aspek aplikasi dan

    mempertimbangkan pengaruh proses dari matematisasi progresif. 3)

    Mengembangkan model-model sendiri, artinya pemecahan masalah

    matematika realistik harus mampu dijembatani melalui pengembangan

    model-model yang diciptakan sendiri oleh siswa dari yang konkret

    16

    Yusuf Hartono, Pendekatan Matematika Realistik, Jakarta: Dikti Bahan Ajar PJJ

    PGSD, 2010, 20. 17

    Robert E. Slavin, Cooperative Learning: Theory, Research, and Practice, London:

    Allymand Bacon, 2005, 2.

  • 12

    menuju situasi abstrak, atau model yang diciptakan sendiri oleh siswa untuk

    memecahkan masalah, dapat menciptakan kreasi dalam kepribadian siswa

    melalui aktifitas di bawah bimbingan guru.18

    Belajar matematika berarti belajar ilmu pasti. Belajar ilmu pasti berarti

    belajar bernalar. Keterpaduan antara konsep belajar dan konsep mengajar

    melahirkan konsep baru yaitu proses belajar mengajar yang dikenal dengan

    proses pembelajaran.19

    Kelebihan dalam menerapkan model Realistic Mathematics Education

    (RME) adalah: a) Pengetahuan yang dibangun oleh siswa akan terus

    tertanam dalam diri siswa. b) Memberikan pengertian yang jelas kepada

    siswa tentang adanya keterkaitan matematika dengan kehidupan sehari-hari,

    c) Pembelajaran tidak berorientasi kepada memberi informasi dan memakai

    matematika yang siap pakai untuk memecahkan masalah. Sedangkan

    Kelemahan dalam menerapkan model RME yaitu a) Menggunakan masalah

    realistik sebagai pangkal tolak pembelajaran. b) Pemilihan alat peraga harus

    cermat agar alat peraga yang dipilih bisa membantu proses berpikir siswa

    sesuai dengan tuntutan RME. c) Upaya mendorong siswa agar bisa

    menemukan cara untuk menyelesaikan tiap soal merupakan tantangan

    tersendiri.20

    18

    Miftahul Jannah, “Kemampuan Pemahaman Konsep Siswa Kelas VII SMP Negeri 2

    Tanjung Brebes Dalam Pembelajaran Matematika Dengan Pendekatan Realistic

    Mathematics Education (RME) Pada Sub Materi Pokok Bahasan Persegi Panjang Dan

    Persegi Tahun Pelajaran2006/2007”, Tesis, UNNES, 2007, 22. 19

    Nurhadi, Kurikulum 2004 Pertanyaan dan Jawaban. Jakarta : PT. Grasindo, 2004,

    8. 20

    Mohamad Syarif Sumantri, Strategi Pembelajaran: Teori…, 110.

  • 13

    Kemampuan matematika siswa merupakan perwujudan dari proses

    keberhasilan pembelajaran matematika yang dicerminkan dengan perubahan

    pola berpikir, sikap dan perubahan tingkah laku yang ditunjukan oleh siswa.

    F. Metode Penelitian

    1. Jenis Penelitian

    Penelitian ini adalah penelitian lapangan (field research) dengan

    pendekatan deskriptif yaitu meneliti masalah yang sifatnya kualitatif, yakni

    prosedur data penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata

    tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati.21

    Penelitian ini menggunakan desain penelitian studi kasus (case study),

    dalam arti penelitian fokus pada kasus (fenomena) yang kemudian dipahami

    dan dianalisa secara mendalam.”22

    Meskipun studi lapangan, penelitian ini

    tetap melakukan kajian pustaka seperti pembahasan tentang metode dan

    strategi pembelajaran.

    2. Tempat Penelitian

    Penelitian ini dilakukan di Madrasah Ibtidaiyah Kecamatan Bawen

    Kabupaten Semarang yang terdiri dari 4 madrasah dan semuanya dijadikan

    objek penelitian. Fokus penelitiannya adalah MIN Doplang yang merupakan

    MIN satu-satunya di Kecamatan Bawen dan 3 MI swasta yaitu MI Pancuran,

    MI Geyongan dan MI Asinan. Dalam pembelajaran menggunakan model

    pembelajaran Realistic Mathematics Education (RME) sehingga lokasi

    21

    S. Margono, Metodologi Penelitian Pendidikan, Jakarta: Rineka Cipta, 2007, 36. 22

    Nana Saodih Sukmadinata, Metode Penelitian Pendidikan, Bandung: PT Remaja

    Rosdakarya, 2007, 99.

  • 14

    tersebut dapat dijadikan contoh bagi lembaga lainnya yang representatif untuk

    dijadikan penelitian.

    3. Sumber Data

    Sumber data dalam penelitian ini adalah data primer yaitu data mengenai

    model pembelajaran matematika di MI Se-Kecamatan Bawen sedangkan

    sumber data sekunder terdiri dari dokumen data umum seperti gambaran

    umum madrasah dan data khusus seperti kegiatan pembelajaran dan prestasi

    belajar. Sumber data yang akan dimanfaatkan dalam penelitian ini meliputi:

    Informan, yang terdiri dari kepala sekolah, dewan guru, siswa, dokumen yang

    berupa administrasi madrasah, dan kegiatan pembelajaran.

    4. Pendekatan

    Penelitian ini dengan menggunakan pendekatan fenomenologis untuk

    menggali perspektif orang dalam (insider). Semua perspektif orang dalam

    mesti dipertimbangkan tanpa memandang tingkat intelektual mereka.23

    Pendekatan ini digunakan peneliti untuk mengkaji apakah dalam

    penerapan model Realistic Mathematics Education (RME) dalam

    pembelajaran matematika yang dilaksanakan mampu memberikan efek positif

    bagi lingkungan madrasah dan sekitar khususnya berkaitan dengan

    kemampuan siswa dalam memahami soal matematika dengan menerapkan

    contoh konkrit di MI Se-Kecamatan Bawen Kabupaten Semarang.

    23

    Zakiyuddin Baidhawy, Studi Islam Pendekatan dan Metode, Yogyakarta: PT.Bintang

    Pustaka Abadi (BiPA), 2011, 280.

  • 15

    5. Teknik Pengumpulan Data

    Metode yang digunakan dalam pengumpulan data dalam penelitian ini

    adalah sebagai berikut:

    a. Metode Observasi

    Peneliti menggunakan observasi partisipan untuk mempelajari dan

    memahami perilaku yang terlibat dan observasi langsung dengan pedoman

    sebagai pengamatan. Berkaitan dengan pengamatan dalam penelitian

    dilakukan kegiatan observasi terhadap kegiatan proses pembelajaran,

    aktivitas guru dan siswa, dan administrasi madrasah.

    b. Metode Interview

    Metode wawancara ini digunakan untuk mengingatkan peneliti

    mengenai aspek-aspek yang harus di bahas sekaligus menjadi data dan

    mengecek apakah aspek tersebut telah ditanyakan kepada informan. Metode

    ini digunakan peneliti untuk mengetahui model pembelajaran matematika

    yang diajukan kepada Kepala Madrasah, guru dan siswa.

    c. Metode dokumentasi

    Metode ini digunakan untuk mengumpulkan data dari berbagai

    informasi melalui bahan dokumentasi yang berkaitan dengan penerapan

    model pembelajaran Realistic Mathematics Education (RME) seperti

    rencana pelaksanaan pembelajaran dan hasil belajar siswa.

    6. Teknik Analisis Data

    Analisis data kualitatif merupakan upaya yang dilakukan dengan jalan

    bekerja dengan data, mengorganisasi data, memilah-milahnya menjadi satuan

  • 16

    yang dapat dikelola, mencari dan menemukan apa yang penting dan apa yang

    dipelajari dan memutuskan apa yang dapat diceritakan kepada orang lain.24

    Analisis data dalam penelitian ini menggunakan tiga prosedur analisis

    yaitu: 1) Reduksi data yaitu suatu proses pemilihan, pemusatan perhatian

    untuk menyederhanakan data kasar yang diperoleh di lapangan. 2) Penyajian

    data yaitu menyajikan data yang sudah diedit dan diorganisasi secara

    keseluruhan dalam bentuk naratif deskriptif. 3) Penarikan kesimpulan yaitu

    merumuskan kesimpulan setelah melakukan tahap reduksi dan penyajian data.

    G. Sistematika Penulisan

    Tesis ini disusun dalam lima bab, dalam bab I merupakan Pendahuluan.

    Bab ini berisi latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan dan

    signifikansi penelitian, kajian pustaka, metode penelitian, dan sistematika

    penulisan. Bab II berisi gambaran umum madrasah dan penerapan model

    pembelajaran RME. Bab III berisi hasil evaluasi dalam penerapan model

    pembelajaran Realistic Mathematics Education (RME) di MI se-Kecamatan

    Bawen. Bab IV Kelebihan dan kekurangan dalam penerapan model

    pembelajaran Realistic Mathematics Education (RME) di MI se-Kecamatan

    Bawen. Bab V merupakan Penutup. Penulis mengambil kesimpulan dari hasil

    penelitian ini yang disertai rekomendasi sebagai implikasi dari sebuah

    penelitian.

    24

    Lexy Moeloeng, Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: PT. Remaja Rosda Karya,

    2005, 248.

  • 17

    BAB II

    GAMBARAN UMUM MADRASAH DAN PENERAPAN

    MODEL REALISTIC MATHEMATICS EDUCATION (RME)

    A. Gambaran Umum Madrasah

    Madrasah Ibtidaiyah Negeri (MIN) Doplang merupakan satu-satunya

    MI yang berstatus negeri di kecamatan Bawen, berada di daerah pedesaan

    yang terletak di luar lingkungan komplek Pondok Pesantren, tepatnya

    terletak pada lintasan desa yang menghubungkan ke lintasan Kecamatan

    Bawen. Jarak antara MIN Doplang dengan pusat Kecamatan Bawen adalah

    sekitar 3 km ke arah sebelah Timur. Sedangkan jarak MIN Doplang dengan

    pusat Kabupaten Semarang adalah sekitar 15 km ke arah Selatan. Jarak

    dengan Kantor Kementerian Agama kabupaten Semarang sekitar 10 km.

    MIN doplang memiliki bangunan kelas sebanyak 8 kelas. Ruang guru dan

    Kepala madrasah 1 ruang. Kamar Kecil (WC) Guru sebanyak 2 ruang. WC

    Siswa sebanyak 6 ruang. Data rekap guru di MIN Doplang terdiri dari 14

    guru PNS, 6 guru bantu dengan jumlah 20 orang. Data siswa laki-laki ada 142

    dan perempuan ada 105 dengan jumlah 247 siswa.25

    Kecamatan Bawen terdapat tiga madrasah ibtidaiyah yang berstatus

    swasta yaitu MIS Geyongan, MIS Pancuran dan MIS Asinan. Jumlah

    siswanya lebih sedikit dibandingkan madrasah ibtidaiyah yang berstatus

    negeri. MIS Geyongan, MIS Pancuran terletak di daerah yang dekat dengan

    25

    Hasil Dokumentasi MIN Doplang, 05 Januari 2018.

  • 18

    pabrik. MIS Geyongan data siswa laki-laki ada 42 dan perempuan ada 42

    dengan jumlah 84 siswa. Jumlah guru ada 7 dan 1 kepala madrasah. MIS

    Pancuran data siswa laki-laki ada 55 dan perempuan ada 51 dengan jumlah

    101 siswa MIS Asinan terletak di daerah pedesaan, mayoritas gurunya non

    PNS. Jumlah tenaga pengajar ada 7 guru yang berstatus sebagai guru tetap

    yayasan (GTY). MI Asinan data siswa laki-laki ada 46 dan perempuan ada

    16 dengan jumlah 62 siswa. Kegiatan Belajar Mengajar atau KBM di MI

    Kecamatan bawen dilaksanakan pada pagi hari, mulai dari jam 07.15 WIB

    hingga jam 12.40 WIB. Lama jam belajar untuk kelas I dan kelas II setiap

    jamnya (1 jam pelajaran) adalah 30 menit, sedangkan untuk kelas III, IV, V,

    dan VI lama setiap jamnya ( 1 jam pelajaran) adalah 35 menit.26

    B. Proses Penerapan Model RME dalam Pembelajaran Matematika

    Guru harus memilih model pembelajaran yang sesuai untuk setiap

    kompetensi yang ingin dicapai, karena tidak setiap model pembelajaran

    sesuai untuk digunakan dalam mencapai setiap kompetensi atau tujuan

    pembelajaran tertentu. Model yang diterapkan dalam pembelajaran

    matematika di MI Kecamatan Bawen Kabupaten Semarang yaitu MIN

    Doplang, MIS Asinan, MIS Geyongan dan MIS Pancuran adalah dengan

    pendekatan baru Realistic Mathematics Education (RME).

    Model RME merupakan bentuk pembelajaran yang menggunakan dunia

    nyata dan kegiatan pembelajaran yang lebih menekankan aktivitas siswa

    26

    Dokumentasi Madrasah Ibtidaiyah Swasta Geyongan, Pancuran dan Asinan.

  • 19

    untuk mencari, menemukan, dan membangun sendiri pengetahuan yang

    diperlukan sehingga pembelajaran menjadi terpusat pada siswa.27

    Dalam penerapan model RME, pembelajaran diawali dengan

    masalah kehidupan nyata sehari-hari yang bersifat realistik atau dunia

    nyata, sehingga memungkinkan madrasah di Kecamatan Bawen seperti

    MIN Dolang, MIS Geyongan, MIS Pancuran dan MIS Asinan menggunakan

    pengalaman sebelumnya secara langsung. Proses penyarian (inti) dari

    konsep yang sesuai dari situasi nyata dinyatakan sebagai matematisasi

    konseptual. Melalui abstraksi dan formalisasi siswa akan mengembangkan

    konsep yang lebih komplit. Kemudian, siswa dapat mengaplikasikan

    konsep-konsep matematika ke bidang baru dari dunia nyata. Oleh karena itu,

    untuk menjembatani konsep-konsep matematika dengan pengalaman anak

    sehari-hari perlu diperhatikan matematisasi pengalaman sehari-hari dan

    penerapan matematika dalam sehari-hari.

    Dalam menerapkan model pembelajaran RME, MIN Doplang, MIS

    Geyongan, MIS Pancuran dan MIS Asinan harus mengetahui prosedur yang

    ada dalam model RME adalah sebagai berikut:

    1. Tahap Persiapan

    Adapun persiapan yang dilaksanakan, yaitu a) Melakukan observasi

    untuk melihat karakteristik yang ada dan kegiatan pembelajaran

    matematika yang dilaksanakan di sekolah tersebut.b) Menentukan kelas

    dan menetapkan materi pembelajaran Matematika. c) Menyusun Rencana

    27

    Effie Efrida Muchlis, “Pengaruh Pendekatan Pendidikan Matematika Realistik

    Indonesia (PMRI) Terhadap Perkembangan Kemampuan Pemecahan Masalah”, Jurnal

    Exacta, ISSN: 1412-3617, Vol. X, No. 2 (Desember 2012), 136.

  • 20

    Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang sesuai dengan pendekatan RME. d)

    Menyusun Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD) yang sesuai dengan

    pendekatan RME, untuk selanjutnya diberikan kepada siswa pada saat

    diskusi kelompok. e )Menyusun instrumen tes dan melakukan uji coba

    instrumen penelitian.

    2. Tahap Pembukaan. Pada bagian ini siswa diperkenalkan dengan

    strategi pembelajaran yang dipakai. Siswa mendeskripsikan masalah

    kontekstual, melakukan interpretasi aspek matematika yang ada pada

    masalah yang dimaksud, dan memikirkan strategi pemecahan masalah,

    selanjutnya siswa bekerja menyelesaikan masalah dengan caranya sendiri

    berdasarkan pengetahuan awal yang dimilikinya, sehingga dimungkinkan

    adanya perbedaan penyelesaian siswa yang satu dengan yang lainnya.

    Guru mengamati, memotivasi, dan memberi bimbingan terbatas, sehingga

    siswa dapat memperoleh penyelesaian masalah-masalah tersebut.

    3. Proses Pembelajaran

    Sebelum kegiatan pembelajaran dilaksanakan, langkah-langkah

    yang dilakukan adalah a) Melaksanakan pembelajaran matematika dengan

    pendekatan RME. b) Memberikan tes kemampuan akhir pemahaman

    konsep matematis setelah penerapan pembelajaran dengan pendekatan

    RME. Setiap siswa atau kelompok mempresentasikan hasil kerjanya

    didepan siswa atau kelompok lain dan siswa atau kelompok lain

    memberi tanggapan terhadap hasil kerja siswa atau kelompok penyaji.

    Guru mengamati jalannya diskusi kelas dan memberi tanggapan

  • 21

    sambil mengarahkan siswa untuk mendapatkan strategi terbaik serta

    menemukan aturan atau prinsip yang bersifat lebih umum.

    4. Tahap Akhir. Setelah mencapai kesepakatan tentang strategi terbaik

    melalui diskusi kelas, siswa diajak menarik kesimpulan kesimpulan suatu

    konsep atau prosedur yang terkait dengan masalah realistik yang

    diselesaikan dari pelajaran saat itu. Pada akhir pembelajaran siswa harus

    mengerjakan soal evaluasi.

    Gambaran tentang implementasi RME diberikan contoh pembelajaran

    pembagian pecahan di MI. Dalam pembelajaran, sebelum peserta didik

    masuk pada sistem formal, terlebih dahulu mereka dibawa ke “situasi”

    informal. Misalnya, pembelajaran pecahan dapat diawali dengan pembagian

    menjadi bagian yang sama misalnya pembagian kue sehingga tidak terjadi

    loncatan pengetahuan informal siswa konsep matematika dengan pengetahuan

    matematika formal. Setelah mereka memahami pembagian menjadi bagian

    yang sama, baru diperkenalkan istilah pecahan.

    Pembelajaran matematika dengan menggunakan pendekatan RME

    dilakukan dengan empat tahapan untuk menuju matematika formal.

    Tahapan-tahapan tersebut adalah persiapan, pembukaan, proses pembelajaran

    dan tahap akhir. Adapun cara mengajarkan konsep pecahan kepada siswa

    kelas IV dengan pendekatan RME, salah satunya adalah melalui konteks

    “membagi makanan seperti kue”. Proses penerapan model RME dalam

    pembelajaran matematika pada materi pecahan sederhana adalah sebagai

    berikut:

  • 22

    Tabel 2.1.

    Proses Penerapan Model Realistic Mathematics Education (RME)

    MI Se-Kecamatan Bawen

    Tahapan Langkah-langkah Pembelajaran RME

    Persiapan 1) Guru mengawali pembelajaran dengan

    mempersiapkan beberapa kue, pisau dan

    beberapa piring sebagai alas.

    2) Guru membagi siswa atas beberapa

    kelompok kecil yang terdiri dari 2 anak, 3

    anak, dan 4 anak. Kemudian guru

    membagikan satu buah kue kepada setiap

    kelompok.

    3) Siswa-siswa diminta untuk membagi

    satu buah kue tersebut secara adil sesuai

    dengan jumlah anak dalam setiap

    kelompok. Pada kegiatan ini siswa

    diberikan kebebasan untuk membuat

    kalimat untuk membagikan sebuah kue

    tersebut sesuai dengan bahasa mereka sendiri.

    4) Setelah semua kelompok selesai

    memotong kue menjadi bagian-bagian yang

    sesuai dengan banyak anggota pada setiap

    kelompok, guru meminta mereka memegang

    kue yang mereka dapatkan.

    5) Secara bergantian guru bertanya kepada

    siswa “berapa bagian kue yang kamu

    dapatkan dari kelompokmu”.

    6) Setelah siswa menjawab, guru

    memperbolehkan siswa memakan kue yang

    mereka dapatkan. Oleh karena itu

    pembelajaran akan menyenangkan dan

    mampu mendorong aktivitas dan

    interaktivitas siswa.

    Pembukaan 1) Pada tahap ini, guru tidak lagi

    membawa kue, tetapi kue tersebut sudah

    dimodelkan dengan sebuah kertas warna-

    warni yang berbentuk persegi.

  • 23

    2) Guru membagi siswa atas beberapa

    kelompok dengan anggota kelompok sama

    banyak, kemudian guru memberikan

    selembar kertas warna-warni untuk setiap

    kelompok.

    3) Siswa-siswa bekerja kelompok membuat

    setengah, seperempat, dan sepertiga dari

    kertas persegi yang telah disediakan dan

    menempelkan pada tempat yang telah

    disediakan pada LKS. Kemudian siswa

    diminta untuk menuliskan pecahan yang

    sesuai pada bagian yang telah dipotong.

    Proses Pembelajaran 1) Pada tahap ini pengetahuan mereka

    dibangun untuk menuju kepada tahap formal.

    2) Konteks kue dan penskemaan kue yang

    telah dimodelkan dengan kertas warna-

    warni sudah tidak berlaku lagi.

    3) Guru mulai menjelaskan siswa tentang

    pecahan sederhana dalam bentuk formal.

    4) Dalam soal matematika formal, kue

    digambarkan dengan sebuah gambar persegi

    yang sudah dibagi menjadi beberapa bagian.

    5) Kemudian guru memberikan beberapa

    soal pecahan sederhana untuk dikerjakan

    siswa secara individu.

    Tahap Akhir Dari hasil diskusi kelas guru mengarahkan

    siswa untuk menarik kesimpulan mengenai

    pemecahan masalah mengenai pembagian

    pecahan, konsep, prosedur atau prinsip yang

    telah dibangun bersama. Pada tahap ini

    karakteristik pembelajaran matematika

    realistik yang muncul adalah interaktif serta

    menggunakan kontribusi siswa.

    Sumber: Hasil Observasi di MI Se-Kecamatan Bawen

    Pada pelajaran matematika di MI Se-Kecamatan Bawen, model RME

    ini diterapkan pada waktu kegiatan pembelajaran baru dimulai atau pada saat

    guru menginformasikan materi pembelajaran. Siswa dapat menyelesaikan

  • 24

    masalah tersebut dengan langsung menggunakan konsep yang telah

    dimilikinya atau siswa menyelesaikan masalah tersebut dengan mengubah ke

    dalam model matematika lalu menggunakan konsep yang telah dimiliki.

    Dalam tahapan persiapan pembelajaran dengan model RME sudah

    diterapkan oleh MI Kecamatan Bawen. Model ini digunakan untuk

    meningkatkan kecepatan dan ketepatan siswa dalam mengingat serta

    mengungkapkan kembali ingatannya seperti: penjumlahan, pengurangan,

    perkalian dan pembagian bilangan-bilangan dasar, sebagai contoh: siswa di

    kelas IV di MI harus memiliki kemampuan melakukan pembagian dengan

    dikaitkan dunia nyata seperti pembagian kue.

    Berdasarkan hasil wawancara dengan guru di MIS Asinan, dalam

    pembelajaran matematika belum sepenuhnya menggunakan alat peraga yang

    bertujuan untuk memberikan wujud riil terhadap bahan yang dibicarakan

    dalam materi pembelajaran. Alat peraga yang digunakan dalam proses belajar

    mengajar dalam garis besarnya memiliki manfaat menambah kegiatan belajar

    siswa, menghemat waktu belajar, memberikan alasan yang wajar untuk

    belajar karena membangkitkan minat perhatian dan aktivitas siswa serta dapat

    mengakomodir siswa yang lebih mudah memahami teori secara visual.28

    Pada tahap pembukaan, guru melakukan pengamatan kegiatan siswa

    dalam berlatih dengan kelompoknya serta memberikan arahan kepada

    siswa yang menemukan kesulitan pada proses latihan. Setelah 30 menit

    kegiatan latihan selesai, guru meminta setiap siswa untuk mempresentasikan

    28

    Hasil Wawancara dengan Reni Andriyani Guru MIS Asinan, 27 Januari 2018, Pukul

    10.00 WIB.

  • 25

    hasil latihannya dengan menggunakan alat peraga kue yang diganti dengan

    kertas berwarna dalam pembagian pecahan.29

    Model RME dilakukan dengan berdiskusi secara berkelompok, terdiri

    dari 3-6 siswa dalam melakukan aktivitas siswa ketika mengerjakan soal

    latihan matematika. Kelompok diskusi dipilih atas dasar menggabungkan

    siswa yang tempat duduknya berdekatan sebanyak 6 siswa. Kegiatan siswa

    berkelompok selain mengerjakan secara diskusi, mereka juga melakukan

    aktifitas siswa saling bekerja sama apabila ada salah satu siswa dalam

    kelompok yang mengalami kesulitan.30

    Metode ini sudah diterapkan di MI se-Kecamatan Bawen yang

    merupakan interaksi antara siswa dengan siswa atau siswa dengan guru untuk

    menganalisis, menggali permasalahan tertentu yang dilakukan dalam bentuk

    klasikal. Contohnya melakukan diskusi kelompok kecil dapat dibedakan

    menjadi: pasangan, kelompok 3-6 orang, kelompok dinamika yaitu mulai dari

    dua orang, kemudian bergabung menjadi empat orang, terus bergabung

    menjadi delapan orang dan seterusnya.

    Pada proses pembelajaran, guru tidak menjelaskan materi secara

    keseluruhan seperti pembelajaran sebelumnya. Tidak lagi membawa kue,

    tetapi kue tersebut sudah dimodelkan dengan sebuah kertas warna-warni

    yang berbentuk persegi dan menempelkannya pada LKS sehingga guru

    harus membacakan dan menjelaskan setiap langkah yang harus dikerjakan.

    29

    Hasil Wawancara dengan Puput Ali Muttaqin Guru MIN Doplang, 29 Januari 2018,

    Pukul 09.30 WIB. 30

    Hasil Wawancara dengan Abdul Kholiq, Guru MIS Geyongan, 30 Januari

    2018.Pukul 10.00 WIB.

  • 26

    Pada pertemuan selanjutnya siswa sudah dapat memahami sendiri

    petunjuk dan perintah pada modul.31

    Berdasarkan hasil wawancara di MIS Pancuran, Siswanto mengatakan

    “Pada proses pembelajaran atau pembangunan pengetahuan, semua guru

    matematika disini menerapkan model RME karena kegiatan dapat

    mengembangkan kemampuan pemecahan masalah matematis dengan

    mengaitkan pengalaman siswa dalam kehidupan sehari-hari seperti

    pembagian dengan kue dikaitkan dengan soal pecahan sederhana, sehingga

    siswa termotivasi untuk menyelesaikan pertanyaan yang mengarahkan siswa

    dalam proses pemecahan masalah.32

    Menurut Sriyanti, model RME senantiasa bagus diterapkan apabila

    dalam proses pembelajaran matematika betul-betul disiapkan dengan baik,

    didukung alat dan media serta memperhatikan batas kemungkinan

    penggunaannya. Model ini sering digunakan oleh setiap guru. Selain

    disebabkan oleh beberapa pertimbangan tertentu, juga adanya faktor

    kebiasaan baik dari guru ataupun siswa meskipun juga ada kekurangannya.33

    Hasil observasi di MIS Asinan diperoleh data bahwa tahap akhir

    pembelajaran soal-soal kontekstual yang umumnya dibatasi pada aplikasi

    dijumpai pada bagian akhir dari kegiatan belajar mengajar di kelas,

    bahkan seringkali hanya dipandang sebagai pengayaan dari materi yang

    31

    Hasil wawancara dengan Jarwinah dan Rika, Guru Matematika MIN Doplang dan

    MIS Asinan, 26 Januari 2018, Pukul 08.30 WIB. 32

    Hasil Wawancara dengan Siswanto, Kepala MIS Pancuran, 25 Januari 2018,Pukul

    08.30 WIB 33

    Hasil Wawancara dengan Sriyanti Guru MIN Doplang, 29 Januari 2018, Pukul 08.30

    WIB

  • 27

    telah dipelajari. Dalam akhir kegiatan pembelajaran dengan model RME

    adanya kontribusi siswa dapat menarik kesimpulan mengenai pemecahan

    masalah melalui diskusi.34

    Penggunaan model RME dalam pelajaran matematika di MI

    Kecamatan Bawen kemampuan pemecahan masalah matematis pada siswa

    dengan kemampuan tinggi di sekolah yang menerapkan pendekatan RME

    lebih baik hasilnya dibandingkan dengan siswa di sekolah yang tidak

    menerapkan pendekatan RME. Model pembelajaran matematika yang ada di

    MI Kecamatan Bawen yaitu menggunakan Realistic Mathematics Education

    (RME) merupakan pendekatan baru yang sudah diterapkan di MIN Doplang,

    MIS Pancuran, Geyongan dan Asinan. Model RME merupakan pendekatan

    pembelajaran matematika yang bertitik tolak dari hal-hal yang nyata bagi

    kehidupan siswa. Model RME dalam pembelajaran matematika menekankan

    pada keterampilan berdiskusi, berkolaborasi, berargumentasi dan menarik

    kesimpulan. Dapat dilihat bahwa pembelajaran ini termasuk pembelajaran

    dengan proses belajar mandiri dan berkaitan dengan kehidupan sehari-

    hari. Oleh karena itu, ketepatan model pembelajaran yang dipilih harus

    disesuaikan dengan tujuan dan materi pelajaran yang akan diajarkan.

    34

    Hasil Wawancara dengan Atika, Siswa Kelas IV MIS Asinan, 27 Januari 2018.

    Pukul 09.30 WIB

  • 28

    BAB III

    EVALUASI PENERAPAN MODEL RME DALAM

    PEMBELAJARAN MATEMATIKA

    A. Indikator Aktivitas Siswa

    Observasi merupakan teknik penilaian yang dilakukan secara

    berkesinambungan dengan menggunakan indera, baik secara langsung

    maupun tidak langsung dengan menggunakan lembar observasi yang berisi

    sejumlah indikator perilaku atau aspek yang diamati.35

    Kriteria yang digunakan dalam penilaian harus tepat, sehingga dapat

    memberi hasil penilaian yang objektif. Data evaluasi aktivitas siswa selama

    proses pembelajaran dengan menggunakan model Realistic Mathematics

    Education (RME) yang berlangsung melalui tiga tahapan yaitu tahapan

    nyata, pembentukan skema, dan tahapan pembangunan pengetahuan

    diperoleh dengan menggunakan lembar observasi aktivitas siswa dengan

    melihat indikator sebagai berikut:

    Tabel 3.1.

    Indikator Aktivitas Siswa

    No Aspek yang

    Diamati

    Indikator

    1 Kegiatan

    lisan

    (A)

    a. Mengajukan pertanyaan.

    b. Memberikan saran.

    c. Mengemukakan pendapat saat diskusi.

    d. Berbicara dengan bahasa yang baik dan benar.

    e. Menjawab pertanyaan yang diajukan oleh guru.

    2 Kegiatan

    mental

    (B)

    a. Menggunakan berbagai cara untuk memecahkan

    masalah saat berdiskusi.

    b. Membantu teman yang kesulitan.

    35

    Kunandar, Penilaian Autentik (Penilaian Hasil Belajar Peserta Didik

    berdasarkan Kurikulum 2013), Jakarta: Rajawali Pers, 2013, 117.

  • 29

    c. Bekerjasama dalam kelompok.

    d. Membuat keputusan dengan cepat.

    e. Memeriksa kembali tugas yang dikerjakan

    sebelum dikumpul.

    3 Kegiatan

    emosional

    (C)

    a. Semangat dalam mengikuti kegiatan

    pembelajaran.

    b. Tidak mengganggu teman saat belajar.

    c. Berani maju ke depan kelas.

    d. Mengerjakan tugas dengan tenang dan tidak

    tergesa-gesa.

    e. Menyelesaikan tugas yang diberikan tepat waktu.

    Selama proses pembelajaran siswa dituntut mahir dalam memecahkan

    masalah, dan memiliki model atau strategi belajar sendiri serta memiliki

    kecapakan berpartisipasi dalam tim. Peran guru dalam pembelajaran model

    RME adalah mengajukan permasalahan nyata, motivasi, menyediakan bahan

    ajar dan fasilitas yang diperlukan siswa untuk memecahkan masalah

    serta memberikan dukungan dalam upaya meningkatkan temuan dan

    perkembangan intelektual siswa. Adapun kategori dalam menentukan

    evaluasi penerapan model RME dilihat dari aktivitas siswa sebagai berikut:

    Tabel 3.2.

    Kategori Evaluasi Penerapan RME dilihat dari Aktivitas Siswa

    No Skor Kategori Indikator

    1 5 (80-

    100)

    Sangat

    Aktif

    Jika semua indikator dalam aspek yang

    diamati dilaksanakan selama pengamatan.

    2 4 (60-79) Aktif Jika keempat indikator dalam aspek yang

    diamati dilaksanakan selama pengamatan.

    3 3 (40-59) Cukup

    Aktif

    Jika ketiga indikator dalam aspek yang

    diamati dilaksanakan selama pengamatan.

    4 2 (20-39) Kurang

    Aktif

    Jika kedua indikator dalam aspek yang

    diamati dilaksanakan selama pengamatan.

    5 1 (0-19) Pasif Jika hanya satu indikator dalam aspek

    yang diamati dilaksanakan selama

    pengamatan.

  • 30

    B. Hasil Evaluasi Model RME

    Upaya untuk meningkatkan kualitas pendidikan matematika, salah

    satunya adalah melalui implementasi model RME secara terus-menerus

    ditingkatkan kualitasnya, baik dari segi proses maupun hasil pembelajaran.

    Sebagai ujung tombak pelaksana asesmen dalam pembelajaran, para guru

    perlu memiliki keterampilan dalam melakukan penilaian yang tepat pada

    proses dan hasil pembelajaran siswanya.

    .Berdasarkan hasil evaluasi yang ada dalam menerapkan model RME

    pelajaran Matematika di MI Kecamatan Bawen berkaitan dengan aktivitas

    siswa, maka diperoleh hasil sesuai lampiran tabel 3.3 sebagai berikut:

    MIN Doplang Kecamatan Bawen, hasil evaluasi aktivitas siswanya dari

    31 siswa yang berkategori aktif ada 11 siswa dan sisanya 20 siswa sangat

    aktif dengan mengamati beberapa aspek yaitu kegiatan lisan rata-rata sangat

    aktif dengan skor 4,12 artinya semua indikator dalam aspek yang diamati

    dilaksanakan selama pengamatan. Dalam kegiatan mental rata-rata siswa

    berkategori sangat aktif dengan skor 4 artinya semua indikator dalam

    aspek yang diamati dilaksanakan selama pengamatan dan kegiatan

    emosional siswa terlihat aktif dengan skor 3,97 artinya hanya keempat

    indikator dalam aspek yang diamati dilaksanakan selama pengamatan.

    Hasil evaluasi aktivitas siswanya dalam penerapan model RME

    pembelajaran matematika di MIS Geyongan, dari 15 siswa yang berkategori

    aktif ada 5 siswa dan sisanya 10 siswa sangat aktif dengan mengamati

    beberapa aspek yaitu kegiatan lisan rata-rata sangat aktif dengan skor 4

  • 31

    artinya semua indikator dalam aspek yang diamati dilaksanakan selama

    pengamatan. Dalam kegiatan mental rata-rata siswa berkategori sangat aktif

    dengan skor 4 artinya semua indikator dalam aspek yang diamati

    dilaksanakan selama pengamatan dan kegiatan emosional siswa terlihat aktif

    dengan skor 3,6 artinya hanya keempat indikator dalam aspek yang diamati

    dilaksanakan selama pengamatan.

    MIS Pancuran dalam penerapan model RME pembelajaran matematika,

    hasil evaluasi aktivitas siswanya yang berjumlah 14 siswa yang berkategori

    aktif ada 8 sedangkan 6 siswa sangat aktif. Hal ini dilihat dari beberapa aspek

    yaitu kegiatan lisan rata-rata aktif dengan skor 3,86 artinya hanya empat

    indikator dalam aspek yang diamati dilaksanakan selama pengamatan.

    Dalam kegiatan mental rata-rata siswa berkategori aktif dengan skor 3,78

    artinya hanya empat indikator dalam aspek yang diamati dilaksanakan

    selama pengamatan dan kegiatan emosional siswa terlihat aktif dengan skor

    3,5 artinya hanya keempat indikator dalam aspek yang diamati dilaksanakan

    selama pengamatan.

    MIS Asinan dalam penerapan model RME pembelajaran matematika,

    hasil evaluasi aktivitas siswanya yang berjumlah 7 siswa yang berkategori

    aktif ada 5 sedangkan 2 siswa sangat aktif. Hal ini dilihat dari beberapa aspek

    yaitu kegiatan lisan rata-rata aktif dengan skor 3,85 artinya hanya empat

    indikator dalam aspek yang diamati dilaksanakan selama pengamatan.

    Dalam kegiatan mental rata-rata siswa berkategori aktif dengan skor 3,57

    artinya hanya empat indikator dalam aspek yang diamati dan kegiatan

  • 32

    emosional siswa terlihat aktif dengan skor 3,28 artinya hanya keempat

    indikator dalam aspek yang diamati dilaksanakan selama pengamatan.

    Berdasarkan hasil evaluasi penerapan RME pada pembelajaran

    matematika tentang aktivitas siswa di MI se-Kecamatan Bawen dapat

    digambarkan sebagai berikut:

    Gambar 3.1

    Evaluasi Aktivitas Siswa di MI se-Kecamatan Bawen

    Dalam pembelajaran matematika di MI se-Kecamatan Bawen dengan

    model RME dapat disimpulkan bahwa nilai aktivitas siswa diamati dari tiga

    aspek yang berdasarkan pada indikator masing-masing aspek sebagai

    patokannya yaitu aspek kegiatan lisan, kegiatan mental dan kegiatan

    emosional. Dilihat dari aspek kegiatan lisan dan kegiatan mental yang sangat

    aktif adalah MIN Doplang dan MIS Geyongan sedangkan MIS Pancuran dan

    MIS Asinan kategori siswanya aktif. Pada aspek kegiatan emosional, siswa di

    MIN Doplang, MIS Geyongan, MIS Pancuran dan MIS Asinan semuanya

    masuk kategori aktif.

    0

    20

    40

    60

    80

    Kegiatan Lisan

    Kegiatan Mental

    Kegiatan Emosional

    Nilai

    Aspek yang diamati

    Evaluasi Aktivitas Siswa dalam Penerapan RME

    MIN Doplang

    MIS Geyongan

    MIS Pancuran

    MIS Asinan

  • 33

    BAB IV

    KELEBIHAN DAN KELEMAHAN MODEL RME

    DI MI SE-KECAMATAN BAWEN

    A. Kelebihan Penerapan Model Realistic Mathematics Education (RME)

    Pendekatan pembelajaran diperlukan untuk membantu siswa menguasai

    materi yang diajarkan guru yaitu dengan menggunakan konsep pembelajaran

    yang membuat siswa mampu menyelesaikan permasalahannya sendiri melalui

    model pembelajaran RME.

    Model pembelajaran RME dapat mengembangkan sikap positif anak

    dan pemahaman, serta aktivitas dalam pembelajaran matematika. dengan

    model RME soal yang abstrak dapat menjadi soal yang mudah dipahami bagi

    siswa. Selain itu, pembelajaran matematika di MI se-Kecamatan Bawen yaitu

    MIN Doplang, MIS Geyongan, MIS Pancuran dan MIS Asinan dengan

    menerapkan model RME banyak memberikan beberapa kelebihan yaitu:

    1. Pembelajaran matematika lebih menarik, relevan dan bermakna, tidak

    terlalu formal dan tidak terlalu abstrak.

    Interaksi antar siswa dengan guru merupakan hal penting dalam

    penerapan model RME. Guru harus memberikan kesempatan kepada siswa

    untuk mengkomunikasikan ide-ide mereka sendiri melalui proses belajar

    yang interaktif, seperti: kerja kelompok, diskusi kelompok, maupun

    diskusi kelas. Secara eksplisit bentuk interaksi yang berupa negoisasi,

    penjelasan, pembenaran, setuju, tidak setuju, pertanyaan atau refleksi,

  • 34

    kooperatif dan evaluasi sesama siswa dan juga dengan guru adalah faktor

    penting dalam proses belajar mengajar secara konstruktif.

    2. Mempertimbangkan tingkat kemampuan siswa artinya siswa bisa

    menyelesaikan pemecahan masalah matematika dengan mengaitkan

    pengalaman siswa dalam kehidupan nyata yang bersifat realistis melalui

    konsep-konsep matematika dan menekankan untuk membawa matematika

    pada pengajaran bermakna. Contohnya: siswa yang pandai dapat

    dijadikan tutor.

    3. Menekankan belajar matematika pada learning by doing.

    Pada pembelajaran matematika realistik tercipta suasana belajar

    dimana siswa merasa usaha dan kontribusi mereka dihargai, siswa

    mempunyai kebebasan dalam menyelesaikan masalah sesuai dengan

    kemampuannya yang dapat mengeksplorasi dalam beraktivitas dengan

    matematika, sedangkan siswa yang berkemampuan rendah juga masih bisa

    menyenangi matematika sesuai dengan kemampuanya. Disini akan muncul

    sikap saling menghargai, kerja keras dan mandiri. Hal ini tentunya sesuai

    dengan konsep teori yang disampaikan oleh beberapa pakar pendidikan

    matematika yang sudah mengkaji beberapa model pembelajaran yang

    dapat membentuk karakter siswa. Pembelajaran dengan pendekatan

    kontekstual dengan berbagai model dan metodenya, dapat dijadikan

    sebagai alat untuk membangun karakter bangsa.36

    36

    Soedjajdi, Kiat Pendidikan Matematika di Indonesia, Konstatasi Keadaan

    Masa Kini Menuju Haraan Masa Depan, Jakarta: Dirjen Pendidikan Tinggi, 2000, 67.

  • 35

    Contohnya: Salah satu upaya untuk meningkatkan pemahaman

    konsep pembagian pada siswa kelas IV di MI Se-Kecamatan Bawen yaitu

    dengan menggunakan pendekatan RME. Hal ini terjadi karena dapat

    mempermudah siswa untuk tidak sekedar mengingat tetapi juga paham

    tentang konsep pembagian pecahan sehingga keterampilan untuk

    memecahkan soal yang berhubungan dengan pembagian juga

    meningkat. Selain itu, siswa menjadi lebih aktif dan terpacu untuk selalu

    dapat memecahkan masalah yang diberikan oleh guru dalam proses

    pembelajaran, khususnya dalam pembelajaran matematika pada pokok

    materi pembagian dengan menggunakan makanan seperti kue.

    4. Menfasilitasi penyelesaian masalah matematika dengan tanpa

    menggunakan penyelesaian yang baku.

    Pada tahap penyelesaikan masalah siswa diminta mengerjakan secara

    individu sehingga dimungkinkan adanya perbedaan penyelesaian siswa

    yang satu dengan yang lainnya. Pada langkah ini yang muncul adalah yaitu

    menggunakan kontribusi siswa dan pengalaman siswa dalam kehidupan

    sehari-hari. Pada tahap ini tentunya akan membangun karakter untuk jujur,

    bekerja keras dalam menyelesaikan masalah, mandiri, kreatif dan tentunya

    juga melatih siswa untuk memiliki rasa ingin tahu yang tinggi. Contohnya:

    alat peraga dapat diserahkan kepada siswa sebagai tugas kelompok.

    5. Menggunakan konteks sebagai titik awal pembelajaran matematika.

    Siswa diberi kesempatan untuk menemukan ide atau konsep

    matematika berdasarkan pengalaman anak dalam berinteraksi dengan

  • 36

    lingkungannya. Lingkungan yang dimaksud dapat berupa lingkungan

    sekolah, keluarga, atau masyarakat yang benar-benar dikenal siswa. Siswa

    diberi kesempatan untuk menyelesaikan masalah dan mencoba

    mengidentifikasi aspek matematika yang ada pada masalah tersebut.

    Berdasarkan hasil temuan peneliti di MIN Doplang, MIS Geyongan, MIS

    Pancuran dan MIS Asinan sudah sesuai dengan kajian teori pada bab I tentang

    kelebihan dalam penerapan model RME yaitu: a) Pengetahuan yang dibangun

    oleh siswa akan terus tertanam dalam diri siswa karena pembelajaran

    matematika lebih menarik, relevan dan bermakna, tidak terlalu formal dan

    tidak terlalu abstrak serta dapat mempertimbangkan tingkat kemampuan siswa.

    b) Memberikan pengertian yang jelas kepada siswa tentang adanya keterkaitan

    matematika dengan kehidupan sehari-hari karena mempertimbangkan tingkat

    kemampuan siswa dan menekankan belajar matematika pada learning by

    doing. c) Pembelajaran tidak berorientasi kepada memberi informasi dan

    memakai matematika yang siap pakai untuk memecahkan masalah seperti

    menfasilitasi penyelesaian masalah matematika dan menggunakan konteks

    sebagai titik awal pembelajaran matematika.

    B. Kelemahan Penerapan Model Realistic Mathematics Education (RME)

    Kelemahan yang terjadi dalam penerapan model Realistic Mathematics

    Education (RME) pada pembelajaran matematika di MI se-Kecamatan Bawen

    yaitu:

  • 37

    1. Melihat kondisi siswa yaitu diskusi kelompok masih dikuasai oleh siswa

    kelompok yang pandai, sedangkan untuk kelompok yang kurang

    berkecenderungan pasif.

    Dalam menghidupkan suasana kompetitif, setiap kelompok harus terus

    menjadi yang terbaik sehingga terpacu semangat setiap kelompok untuk

    memahami setiap materi ajar yang didiskusikan. Selain aktivitas anggota

    kelompok, peran ketua atau tutor sangat besar pengaruhnya terhadap

    keberhasilan diskusi. Tutor setiap kelompok dipilih secara demokratis oleh

    para siswa sehingga mampu mewujudkan suasana yang akrab dan harmonis

    di antara sesama anggota kelompok. Kondisi semacam ini sangat diperlukan

    ketika para siswa harus mempelajari dan menyelesaikan masalah

    matematika dengan model RME. Penerapannya di MI se-Kecamatan Bawen

    ketika diskusi kelompok yang pandai lebih cepat menyelesaikan masalah

    matematika dibandingkan dengan kelompok yang biasa.

    2. Kondisi guru yaitu tingkat pengetahuan dan profesionalisme guru dalam

    pemilihan media dan metode pembelajaran yang rendah mengakibatkan

    terjadinya kekeliruan dalam menyelesaikan masalah dan menyampaikan

    materi matematika. Cara mengatasinya dengan diadakan suatu model in

    service training yang lebih terpokus kepada upaya pemberdayaan guru

    sesuai kapasitas serta permasalahan yang dihadapinya dengan pembinaan

    profesi pendidik.

    3. Peranan guru sebagai fasilitator akan membuat guru harus selalu

    memperluas wawasannya. Jika guru tidak memfasilitasi kebutuhan siswa

  • 38

    dalam belajar seperti lembar kerja maka siswa kurang terarah sehingga perlu

    adanya kemampuan berpikir dan bernalar serta adanya suatu pembelajaran

    yang bermutu.

    Hasil temuan peneliti di MIN Doplang, MIS Geyongan, MIS

    Pancuran dan MIS Asinan sudah sesuai dengan kajian teori pada bab I

    tentang kelemahan dalam penerapan model RME yaitu: a) Menggunakan

    masalah realistik sebagai pangkal tolak pembelajaran, hal ini terbukti dari

    hasil diskusi kelompok masih dikuasai oleh siswa kelompok yang pandai. b)

    Pemilihan alat peraga harus cermat agar alat peraga yang dipilih bisa

    membantu proses berpikir siswa sesuai dengan tuntutan RME, buktinya

    tingkat pengetahuan dan profesionalisme guru dalam pemilihan media dan

    metode pembelajaran masih ada yang rendah. c) Upaya mendorong siswa

    agar bisa menemukan cara untuk menyelesaikan tiap soal merupakan

    tantangan tersendiri seperti adanya peranan guru sebagai fasilitator akan

    membuat guru harus selalu memperluas wawasannya.

    Berdasarkan hasil penelitian di atas, MI se-Kecamatan Bawen dalam

    menerapkan model baru pada pembelajaran matematika yaitu RME selain

    terdapat kelebihan atau keuntungan dalam pembelajaran matematika juga

    ada kelemahan dan kendalanya yaitu aktivitas siswa dan guru. Pendekatan

    pembelajaran diperlukan untuk membantu siswa menguasai materi yang

    diajarkan guru yaitu dengan menggunakan konsep pembelajaran yang

    membuat siswa mampu menyelesaikan permasalahannya sendiri melalui

    pendekatan pembelajaran dengan model RME.

  • 39

    BAB V

    PENUTUP

    A. Simpulan

    Pembelajaran matematika di MI Kecamatan Bawen Kabupaten

    Semarang yaitu MIN Doplang, MIS Asinan, MIS Geyongan dan MIS

    Pancuran adalah menggunakan model pendekatan baru yaitu Realistic

    Mathematics Education (RME). Pembelajaran matematika realistik diawali

    dengan dunia nyata, agar dapat memudahkan siswa dalam belajar

    matematika, kemudian siswa dengan bantuan guru diberikan kesempatan

    untuk menemukan sendiri konsep-konsep matematika. Setelah itu,

    diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari atau dalam bidang lain. Prosedur

    atau langkah-langkah yang ada dalam menerapkan model RME dalam

    pembelajaran matematika yaitu tahap persiapan, pembukaan, proses

    pembelajaran dan tahap akhir.

    Evaluasi penerapan model RME di MI se-Kecamatan Bawen dilihat

    dari aktivitas siswa berdasarkan aspek kegiatan lisan dan kegiatan mental

    yang sangat aktif adalah siswa MIN Doplang dan MIS Geyongan sedangkan

    MIS Pancuran dan MIS Asinan kategori siswanya aktif. Pada aspek kegiatan

    emosional di MIN Doplang, MIS Geyongan, MIS Pancuran dan MIS Asinan

    siswanya semua aktif artinya semangat dalam mengikuti kegiatan

    pembelajaran, tidak mengganggu teman saat belajar, berani maju ke depan

    kelas dan mengerjakan tugas dengan tenang dan tidak tergesa-gesa.

  • 40

    Penerapan model RME dalam pembelajaran matematika di MI se-

    Kecamatan Bawen mempunyai kelebihan dan kelemahan. Kelebihannya

    adalah: a) Pembelajaran matematika lebih menarik, relevan dan bermakna,

    tidak terlalu formal dan tidak terlalu abstrak. b) Mempertimbangkan tingkat

    kemampuan siswa, c) Menekankan belajar matematika pada learning by

    doing, d) Menfasilitasi penyelesaian masalah matematika dengan tanpa

    menggunakan penyelesaian yang baku. e) Menggunakan konteks sebagai titik

    awal pembelajaran matematika. Sedangkan kelemahannya antara lain: 1)

    diskusi kelompok masih dikuasai oleh siswa kelompok yang pandai,

    sedangkan untuk kelompok yang kurang berkecenderungan pasif. 2) tingkat

    pengetahuan dan profesionalisme guru yang rendah mengakibatkan terjadinya

    kekeliruan dalam menyelesaikan masalah dan menyampaikan materi

    matematika. 3) Peranan guru sebagai fasilitator akan membuat guru harus

    selalu memperluas wawasannya.

    B. Saran

    Proses pembelajaran matematika agar lebih efektif dan lebih memberikan

    hasil yang optimal bagi siswa, maka disampaikan saran: Bagi instansi

    pendidikan hendaknya senantiasa memberikan motivasi, monitoring, dan

    evaluasi kepada guru agar berani menerapkan model pembelajaran yang tepat

    guna meningkatkan kualitas pemecahan masalah matematis siswa.

    Bagi Guru, diharapkan agar lebih kreatif dalam memilih dan

    menggunakan model, pendekatan, dan metode yang relevan dengan

  • 41

    pembahasan materi pelajaran. Kepada para peneliti di bidang pendidikan

    khususnya pendidikan matematika untuk melakukan penelitian lebih lanjut

    guna memperluas hasil-hasil penelitian ini pada khususnya dan masalah

    matematika pada umumnya.

    Penelitian ini belum sepenuhnya komprehensif, maka bagi peneliti

    yang berminat dengan tema ini dapat mengkaji lebih dalam tentang model

    pendekatan yang belum diterapkan pada mata pelajaran matematika tidak

    hanya pada lingkup MI saja seperti tingkat atas maupun perguruan tinggi

    sehingga membutuhkan kajian yang lebih sebagai bahan pertimbangan dan

    kajian untuk meningkatkan keberhasilan dalam proses pembelajaran.

  • 42

    DAFTAR PUSTAKA

    Baidhawy, Zakiyuddin. Studi Islam Pendekatan dan Metode. Yogyakarta:

    PT.Bintang Pustaka Abadi (BiPA), 2011.

    Hadi, Sutarto. Pendidikan Realistik: Menjadikan Pelajaran Matematika Lebih

    Bermakna bagi Siswa. Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma, 2003.\

    Hartono, Yusuf. Pendekatan Matematika Realistik. Jakarta: Dikti Bahan Ajar PJJ

    PGSD, 2010.

    Herawati A, Efektifitas Pendekatan Realistik Dalam Meningkatkan Kemampuan

    Penalaran Matematika di SMA Negeri 1 Tembilahan Inhil Riau ”, Jurnal

    Peluang, Volume 4, Nomor 1 (Oktober 2015): 11.

    Huda. Model-model Pengajaran dan Pembelajaran. Yogyakarta: Pustaka Pelajar,

    2013.

    Hudoyo, Herman& Sutawijaya, Akbar. Matematika, Jakarta: Depdiknas Dirjen

    Pendidikan Tinggi Direk Ketenagaan, 2006.

    Jannah, Miftahul, “Kemampuan Pemahaman Konsep Siswa Kelas VII SMP

    Negeri 2 Tanjung Brebes Dalam Pembelajaran Matematika Dengan

    Pendekatan Realistic Mathematics Education (RME) Pada Sub

    Materi Pokok Bahasan Persegi Panjang Dan Persegi Tahun

    Pelajaran2006/2007”, Tesis, UNNES, 2007.

    Kunandar. Penilaian Autentik (Penilaian Hasil Belajar Peserta Didik

    berdasarkan Kurikulum 2013). Jakarta: Rajawali Pers, 2013.

    Lestari A, Andini, “Penerapan Pendekatan Realistic Mathematics Education

    (RME) Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Materi Soal

    Cerita Tentang Himpunan di Kelas VII MTsN Palu Barat”, Jurnal

    Elektronik Pendidikan Matematika Tadulako, Volume 2, Nomor 1

    (September 2014): 11.

    Masykur, Moch dan Fathani, Abdul Halim. Mathematical Intelligence: Cara

    Cerdas Melatih Otak dan Menanggulangi Kesulitan Belajar. Jogjakarta:

    PT Arruz Media, 2007.

    Moeloeng, Lexy. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosda

    Karya, 2005.

    Muchlis, Effie Efrida, “Pengaruh Pendekatan Pendidikan Matematika Realistik

    Indonesia (PMRI) Terhadap Perkembangan Kemampuan Pemecahan

  • 43

    Masalah”, Jurnal Exacta, ISSN: 1412-3617, Vol. X, No. 2 (Desember

    2012): 136.

    Nurhadi. Kurikulum 2004 Pertanyaan dan Jawaban. Jakarta : PT. Grasindo, 2004.

    S. Margono. Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta, 2007.

    Shandy, May. “Realistic Mathematics Education (RME) untuk Meningkatkan

    Hasil Belajar Siswa Sekolah Dasar”. Jurnal Pendidikan Guru Sekolah

    Dasar, Volume 1, Nomor 1 (Desember 2016): 47.

    Slavin, Robert E. Cooperative Learning: Theory, Research, and Practice.

    London: Allymand Bacon, 2005.

    Soedjadi. Kiat Pendidikan Matematika di Indonesia: Keadaan Masa Kini Menuju

    Harapan Masa Depan. Jakarta: Dikti, 2000.

    Sukmadinata, Nana Saodih. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: PT Remaja

    Rosdakarya, 2007.

    Sumantri, Mohamad Syarif. Strategi Pembelajaran: Teori dan Praktik di Tingkat

    Pendidikan Dasar. Jakarta: Rajawali Pers, 2015.

    Suparman, Atwi. Desain Instructional. Jakarta: PAU-PPAI Universitas Terbuka,

    2007.

    Suprijono. Cooperative Learning. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2013.

    Susanto, Ahmad. Teori Belajar dan Pembelajaran di Sekolah Dasar. Jakarta:

    Kencana, 2013.

    Syukur, Muhammad, “Pengembangan Kreativitas Dalam Proses Pembelajaran di

    SMA Bakti Mulya 400 Kebayoran Lama Jakarta Selatan”, Tesis, UIN

    Syarif Hidayatullah, 2004.

    Ulfa, Annisa, “Penerapan Model Pembelajaran Realistic Mathematics Education

    (RME) untuk Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar Matematika

    Siswa Kelas IV SD Negeri 1 Tempuran”, Tesis, Universitas Lampung,

    2016.

    Wena, Made. Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer. Jakarta: Bumi

    Aksara, 2013.

    Wena, Made. Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer (Suatu Tinjauan

    Konseptual Operasional). Jakarta : PT Bumi Aksara, 2011.

  • 44

    Wijayanti, Septiana, “Penggunaan Pendekatan Realistic Mathematics Education

    (RME) sebagai Upaya Peningkatan Kreativitas Dalam Pemecahan

    Masalah Matematika Siswa X.7 SMA Negeri 1 Pulokulon ”, Magistra,

    Volume 1, Nomor 95 (Maret 2016): 87.

  • 45

    LAMPIRAN

  • 46

    LAMPIRAN

    Tabel 4.3.1.

    Evaluasi Penerapan Model RME dilihat dari Aktivitas Siswa

    di MIN Doplang Kecamatan Bawen

    No Nama

    Siswa

    Aspek yang diamati Jumlah

    Skor

    Skor

    Maksimal

    Kategori

    A B C

    1 AN 3 3 3 9 15 Aktif

    2 SS 4 3 3 10 15 Aktif

    3 SAN 4 4 4 12 15 Sangat Aktif

    4 DS 4 4 4 12 15 Sangat Aktif

    5 W 4 4 5 13 15 Sangat Aktif

    6 TS 4 3 3 10 15 Aktif

    7 AK 4 5 3 12 15 Sangat Aktif

    8 DBS 4 4 4 12 15 Sangat Aktif

    9 TP 3 4 4 11 15 Aktif

    10 H 3 3 4 10 15 Aktif

    11 DK 4 5 4 13 15 Sangat Aktif

    12 SI 4 5 4 13 15 Sangat Aktif

    13 SO 4 3 3 10 15 Aktif

    14 JS 5 3 3 11 15 Aktif

    15 AK 5 3 3 11 15 Aktif

    16 RW 5 5 5 15 15 Sangat Aktif

    17 NGN 5 5 5 15 15 Sangat Aktif

    18 AW 5 5 5 15 15 Sangat Aktif

    19 SQ 5 4 5 14 15 Sangat Aktif

    20 WEW 4 5 5 14 15 Sangat Aktif

    21 ST 4 4 4 12 15 Sangat Aktif

    22 DV 5 4 5 14 15 Sangat Aktif

    23 SMS 4 5 5 14 15 Sangat Aktif

    24 YMN 4 4 4 12 15 Sangat Aktif

    25 EBS 4 4 4 12 15 Sangat Aktif

    26 GR 4 4 4 12 15 Sangat Aktif

    27 MH 5 5 5 15 15 Sangat Aktif

    28 AS 4 3 3 10 15 Aktif

    29 DS 5 5 4 14 15 Sangat Aktif

    30 SW 3 3 3 9 15 Aktif

    31 UW 3 3 3 9 15 Aktif

    Jumlah Skor 128 124 123

    Skor

    Maksimal

    155 155 155

    Rata-rata 4,12 4 3,97

  • 47

    Skor

    Rata-rata

    Nilai (JS/

    SK* 100)

    82,58 80 79,35

    Kategori Sangat

    Aktif

    Sangat

    aktif

    Aktif

    Tabel

    Indikator Aktivitas Siswa

    No Aspek yang

    Diamati

    Indikator

    1 Kegiatan

    lisan

    (A)

    a. Mengajukan pertanyaan.

    b. Memberikan saran.

    c. Mengemukakan pendapat saat diskusi.

    d. Berbicara dengan bahasa yang baik dan benar.

    e. Menjawab pertanyaan yang diajukan oleh guru.

    2 Kegiatan

    mental

    (B)

    a. Menggunakan berbagai cara untuk memecahkan

    masalah saat berdiskusi.

    b. Membantu teman yang kesulitan.

    c. Bekerjasama dalam kelompok.

    d. Membuat keputusan dengan cepat