bab v proses relasi komunitas muda-mudi dalam...

20
55 BAB V PROSES RELASI KOMUNITAS MUDA-MUDI DALAM MEMBANGUN JARINGAN Latar Belakang Mengenai peran komunitas muda-mudi yang menggunakan media sosial untuk menghadapi pengaruh segregasi masa konflik dan pascakonflik di Maluku, harus diperhatikan secara komperhensif. Pengaruh mereka sesungguhnya telah hadir pada masa konflik bahkan jauh lebih berkembang pada masa pascakonflik. Karena itu, proses ini akan dimulai dengan memberikan gambaran terkait dengan komunitas muda-mudi masa konflik dan pascakonflik. Komunitas Muda-Mudi Masa Konflik 1. Provokator Damai a. Latar Belakang Istilah “Peace Provocateurs” menjadi populer ketika Sidney Jones merilisnya dalam laporan International Crisis Group (ICG) tentang peristiwa di Ambon, September 2011. Sejak saat itu konsep ini selalu dikaitkan dengan penggunaan multimedia untuk mencegah perluasan kericuhan bernuansa agama di Kota Ambon menjadi konflik masa, pada bulan Sepetember 2011. Provokator damai hadir dari aktivitas seorang rohaniawan Kristen, yakni Jack Manuputy dan rohaniawan Islam, yakni Abidin Wakano. Disadari sungguh bahwa sejak zaman kolonial, secara geografis masyarakat Maluku sudah tersegregasi menurut agama [Negeri Islam, Negeri Kristen]. Meskipun di kota Ambon terjadi percampuran antara dua komunitas tersebut, tetapi masih tetap ada wilayah yang diduduki mayoritas umat tertentu, seperti di Batu Merah, Kudamati, Kebun Cengkih dan Wayame. Setelah kerusuhan tahun 1999, segregasi itu menjadi total di seluruh wilayah Ambon, kecuali di daerah Wayame masih bercampur karena dihuni oleh tentara, dosen- dosen dan karyawan pertamina. 1 Lantas dengan kenyataan itu, apa yang mesti dilakukan? Hal demikian, coba dijawab dengan jalan mendirikan komunitas provokator damai. Pertanyaan dasar 1 Wawancara: Suretz Tomaluweng

Upload: hakiet

Post on 02-Mar-2019

235 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB V PROSES RELASI KOMUNITAS MUDA-MUDI DALAM …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/14114/6/T2_092015009_BAB V.pdf · 55 BAB V PROSES RELASI KOMUNITAS MUDA-MUDI . DALAM MEMBANGUN

55

BAB V

PROSES RELASI KOMUNITAS MUDA-MUDI

DALAM MEMBANGUN JARINGAN

Latar Belakang Mengenai peran komunitas muda-mudi yang menggunakan media sosial

untuk menghadapi pengaruh segregasi masa konflik dan pascakonflik di Maluku,

harus diperhatikan secara komperhensif. Pengaruh mereka sesungguhnya telah

hadir pada masa konflik bahkan jauh lebih berkembang pada masa pascakonflik.

Karena itu, proses ini akan dimulai dengan memberikan gambaran terkait dengan

komunitas muda-mudi masa konflik dan pascakonflik.

Komunitas Muda-Mudi Masa Konflik 1. Provokator Damai

a. Latar Belakang

Istilah “Peace Provocateurs” menjadi populer ketika Sidney Jones

merilisnya dalam laporan International Crisis Group (ICG) tentang

peristiwa di Ambon, September 2011. Sejak saat itu konsep ini selalu

dikaitkan dengan penggunaan multimedia untuk mencegah perluasan

kericuhan bernuansa agama di Kota Ambon menjadi konflik masa,

pada bulan Sepetember 2011.

Provokator damai hadir dari aktivitas seorang rohaniawan

Kristen, yakni Jack Manuputy dan rohaniawan Islam, yakni Abidin

Wakano. Disadari sungguh bahwa sejak zaman kolonial, secara

geografis masyarakat Maluku sudah tersegregasi menurut agama

[Negeri Islam, Negeri Kristen]. Meskipun di kota Ambon terjadi

percampuran antara dua komunitas tersebut, tetapi masih tetap ada

wilayah yang diduduki mayoritas umat tertentu, seperti di Batu Merah,

Kudamati, Kebun Cengkih dan Wayame. Setelah kerusuhan tahun

1999, segregasi itu menjadi total di seluruh wilayah Ambon, kecuali di

daerah Wayame masih bercampur karena dihuni oleh tentara, dosen-

dosen dan karyawan pertamina.1 Lantas dengan kenyataan itu, apa

yang mesti dilakukan? Hal demikian, coba dijawab dengan jalan

mendirikan komunitas provokator damai. Pertanyaan dasar

1 Wawancara: Suretz Tomaluweng

Page 2: BAB V PROSES RELASI KOMUNITAS MUDA-MUDI DALAM …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/14114/6/T2_092015009_BAB V.pdf · 55 BAB V PROSES RELASI KOMUNITAS MUDA-MUDI . DALAM MEMBANGUN

56

menyangkut terminologi ini adalah “apakah etis menggunakan istilah

provokator damai dalam membangun jurnalisme damai?”

Provokator selama ini selalu diidentikan dengan “orang yang

menggerakan,” memprovokasi orang lain untuk melakukan kekerasan,

atau bahkan konflik. Secara etimologis makna denotatif dari

provokator adalah “menggerakan.” Provokasi menunjuk pada sebuah

tindakan atau kondisi yang mendorong orang untuk merasakan atau

bertindak. Ini makna yang sifatnya sangat netral. Ia menjadi negatif,

ketika makna konotatif dibingkaikan terhadapnya. Karena itu,

penggunaan istilah provokator damai bukanlah sesuatu yang harus

dipertentangkan secara etis. Provokator damai artinya orang yang

menggerakan orang lain untuk membangun perdamaian.2

Dalam kaitan dengan damai, istilah ini memaknakan sebuah

gerakan untuk mengkondisikan dan mempercepat perdamaian, atau

gerakan untuk mencegah berkembang dan meluasnya konflik.

Pertanyaan berikutnya yang dialamatkan pada kami, “apakah damai

perlu digerakan, bukankah itu harus terjadi secara alamiah”? Terkait

dengan upaya pengelolaan konflik dan perdamaian, banyak orang

mengatakan perdamaian akan terjadi secara natural bila kondisi-

kondisi yang dibutuhkan telah tersedia. Pandangan ini tentunya benar,

tetapi kondisi yang dibutuhkan bisa juga dikreasi dan didorong

percepatan pembentukannya.

Kedamaian masyarakat merupakan akumulasi dari rasa damai

setiap individu, yang disumbangkan ke dalam jalinan dan jaringan

sosial yang ada (kemudian dikompilasi dan diverifikasi untuk

memperoleh standar minimum bersama tentang perdamaian kolektif).

Persoalannya, tidak semua orang memiliki dinamika yang sama untuk

mendorong percepatan kontribusi kedamaian individual itu menjadi

kedamaian bersama.

b. Tujuan

Tujuan Provokator Damai adalah

1. Menyuarakan Perdamaian Bagi Masyarakat Maluku

2. Mengantisipasi seruan-seruan perpecahan yang dapat

menambah aura konflik di Maluku

2 Wawancara: suretz Tomaluweng

Page 3: BAB V PROSES RELASI KOMUNITAS MUDA-MUDI DALAM …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/14114/6/T2_092015009_BAB V.pdf · 55 BAB V PROSES RELASI KOMUNITAS MUDA-MUDI . DALAM MEMBANGUN

57

3. Menggunakan media sosial, sarana individu, serta berbagai

dakwah agama untuk mengubah paradigma berpikir

masyarakat Maluku.3

Gambar 4.1 salah satu aktivis Provokator Damai, Suretz Tomaluweng

Sumber foto: Fileks. Tanggal 4 Oktober 2016

c. Pola Pengembangan

Pola Pengembangan Provokator damai dapat dilihat berikut ini :

1. Menggunakan media alternatif untuk melawan media

mainstream. Saat kericuhan yang terjadi pada September 2011

lalu, media massa nasional sudah memposisikan peristiwa itu

seperti tahun 1999 dengan bahasa “kerusuhan”. Gerakan ini

kemudian berusaha “mengepung” media-media tersebut supaya

tidak menyajikan bahasa yang provokatif, dan akhirnya 4 jam

kemudian kata “kerusuhan” diganti menjadi “kericuhan”. Setelah

itu, gerakan yang terdiri dari pemuda lintas iman ini, terus

memonitor perkembangannya dan melakukan updating data

selama 24 jam. Dalam hal ini mereka membagi-bagi tugas, ada

yang collecting data, verifikasi data, klasifikasi isu-isu dan ada

yang melakukan perlawanan terhadap media nasional.

2. Menggunakan diri sendiri dan relasi untuk mempromosikan

perdamaian. Dari segi tempat, mereka melakukan promosi secara

3 Wawancara: suretz Tomaluweng

Page 4: BAB V PROSES RELASI KOMUNITAS MUDA-MUDI DALAM …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/14114/6/T2_092015009_BAB V.pdf · 55 BAB V PROSES RELASI KOMUNITAS MUDA-MUDI . DALAM MEMBANGUN

58

berpindah-pindah, memperbanyak kelompok dan jaringan

untuk menjamin keamanan bagi mereka sendiri. Selain itu,

karena masyarakat di Ambon sudah tersegregasi berdasarkan

agama, maka mereka juga menciptakan ruang-ruang integrasi

dengan metode mengkreasi pertemanan dari individu ke

kelompok, lalu melebarkan dan memperbanyaknya.

3. Dalam setiap pertemuan ada agenda menulis [story telling]

tentang perjumpaan, pertemuan dan persahabatan masing-

masing dalam konteks lintas iman. Tulisan tersebut kemudian

dikirim ke media dan juga ke publik lewat berbagai forum,

termasuk ketika beribadah di gereja.

4. Ruang domestik. Perlu memperbanyak aktor-aktor perdamaian

di ruang domestik dengan asumsi: pertama, bahwa tidak ada

yang bisa menjamin ketika seseorang sudah mempunyai

perspektif “damai” di ruang publik, ketika kembali ke rumah

tetap dengan perspektif yang sama. Narasi-narasi perang tetap

hidup di ruang domestik meski narasi-narasi damai juga hidup di

ruang publik. Kedua, bahwa tidak ada penjelasan sejarah yang

baik kepada anak-anak di ruang domestik, misalnya cerita

tentang perang salib. Selama ini cerita tentang perang salib selalu

dihubung-hubungkan dengan peristiwa kerusuhan tahun 99.

Selain itu korban anak-anak yang mengalami trauma terus

mewarisi cerita-cerita konflik yang tidak tuntas. Ketiga, bahwa

masih banyak stereotype di kalangan individu maupun

masyarakat, misalnya Muslim itu adalah teroris dan pendukung

NKRI, sedangkan Kristen adalah separatis dan pendukung RMS.

Dalam hal ini perlu dicatat bahwa politisi, tentara dan polisi

adalah provokator yang melanggengkan stereotype dan segregasi

yang ada.

5. perjumpaan pada pusat komunitas, karena sejak terjadinya

kerusuhan nyaris tidak ada atau kehilangan ruang perjumpaan

tersebut. Padahal dari perjumpaan itulah sensitivitas sosial bisa

terbangun. Contohnya tradisi Kopi Badati, di mana setiap malam

beberapa orang [kebanyakan anak muda] membawa kopi dan

gula serta air panas ke setiap perbatasan untuk menjaga

keamanaan bersama-sama. Disinilah terjadi perjumpaan korban

dengan korban, kemudian terjadi dialog di antara mereka.

6. Memutar film di wilayah perbatasan dan mendiskusikannya.

Page 5: BAB V PROSES RELASI KOMUNITAS MUDA-MUDI DALAM …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/14114/6/T2_092015009_BAB V.pdf · 55 BAB V PROSES RELASI KOMUNITAS MUDA-MUDI . DALAM MEMBANGUN

59

7. Membuat khotbah-khotbah damai [peace sermons]. Intervensi

yang dilakukan adalah:

a. Untuk komunitas Protestan mengintegrasikannya dengan

tema-tema khotbah yang sudah disusun selama setahun.

b. Untuk komunitas Muslim pada dasarnya lebih mudah,

karena tidak ada kurikulum atau tema-tema yang tersusun

di setiap masjid. Khutbah-khutbah yang biasa dipakai di

masjid-masjid bersumber dari MUI Maluku. Akan tetapi

untuk masjid adat belum bisa diintervensi, mengingat

mereka mempunyai aturan sendiri-sendiri yang sangat

membatasi orang luar adat berkiprah menjadi

imam/khatib.

c. Untuk komunitas Katolik agak sulit melakukan intervensi

karena mereka sudah menyusun khotbah tahunan.4

2. Badati

a. Latar Belakang

Coffee Badati kelompok aksi yang digagas oleh kawan-kawan

berbeda agama, sebagai bentuk kepedulian dan dukungan pada warga

yang telah berinisiatif melakukan penjagaan keamanan di wilayah

tinggal mereka. Badati dalam istilah lokal biasa diartikan sebagai

urunan, patungan, atau secara bersama-sama. Demikian aksi ini

merupakan wujud kepedulian bersama dari kelompok campur baur

beda agama. Dalam komunitas ini terdapat relasi bersama satu dengan

yang lainnya, sekalipun mereka berbeda secara agama. Karena

kesadaran untuk menciptakan kedamaian bagi Maluku, mereka tampil

sebagai seorang saudara bagi yang lain. Aksi-aksi bersama dilakukan

dengan membagikan konsumsi di pos-pos jaga warga, di daerah batas

Salam-Sarane. Proses ini terjadi bukan untuk mendukung proses

konflik yang terjadi, melainkan untuk menunjukan bahwa ada banyak

orang yang begitu berharap kondisi tersebut dapat terselesaikan.

Mekanisme aksi ini dilakukan secara bercampur, tidak dilakukan

antara orang Kristen di wilayah Kristen semata, begitupun sebaliknya,

melainkan dilakukan secara bersama, sehingga ada relasi positif yang

4 Wawancara: suretz Tomaluweng

Page 6: BAB V PROSES RELASI KOMUNITAS MUDA-MUDI DALAM …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/14114/6/T2_092015009_BAB V.pdf · 55 BAB V PROSES RELASI KOMUNITAS MUDA-MUDI . DALAM MEMBANGUN

60

terbangun di dalamnya. Demikian spirit perdamaian yang semestinya

ditampilkan dalam komunitas ini.5 Sekelompok orang yang tidak biasa, lintas agama suku dan

kawasan di Maluku menamakan dirinya Coffee Badati. Mereka

“Terbentuk ” dengan sendirinya oleh bentrok antar warga di Ambon

pada 11 September 2011. Kelompok yang tidak biasa ini ada karena

keterpanggilan jiwa untuk menyebarkan perdamaian dengan cara

sederhana namun tidak biasa. Mereka membagikan kopi dan roti

kepada masyarakat yang telah berpartisipasi menjaga keamanan di

lingkungan masing-masing.6 Badati merupakan bahasa tanah (bahasa Leluhur orang Maluku)

yang artinya berkumpul, bersama-sama, mengumpulan sesuatu secara

bersama-sama. Sama juga dengan urunan, patungan dan semacamnya.

Plesetannya badati: Baku Bage Dari Timur.7

Coffee Badati adalah suatu komunitas perdamaian yang

dilakukan oleh anak-anak muda Salam-Sarane yang mencintai Maluku

dan menginginkan kedamaian di Maluku. Kesadaran bersama dengan

adanya perbedaan dalam hal ini agama, ingin dtunjukan oleh mereka

bahwa kedamaian itu mulai dari beta, berdamai dalam diri kemudian

disebarkan kedamaian bagi orang lain.8

b. Tujuan

Tujuan Coffie Badati yakni

1. Menjaring jaringan lintas iman.

2. Menyaring Isu yang bernilai provokatif, sehingga tidak mem-

pengaruhi masyarakat Maluku untuk berkonflik.

3. Berbagi kisah-kisah perdamaian, dibalik proses yang dilakukan

sebagai nuansa positif yang dimunculkan.9

c. Pola Pengembangan

Pola pengembangan coffee badati sesungguhnya mengarah pada

proses membangun jaringan antar wilayah konflik. Di mana proses itu

5 Catatan MANISNYA DAMAI DALAM PEKAT KOPI PAHAT Revelino Berivon Nepa 12 Oktober

2011 facebook Grup badati. 6 CatatanYANG TIDAK BIASA Syravena Ardhanavari 10 Oktober 2011 facebook Grup badatai. 7 Wawancara: Els Syauta 8 Wawancara: Els Syauta 9 Wawancara: Els Syauta

Page 7: BAB V PROSES RELASI KOMUNITAS MUDA-MUDI DALAM …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/14114/6/T2_092015009_BAB V.pdf · 55 BAB V PROSES RELASI KOMUNITAS MUDA-MUDI . DALAM MEMBANGUN

61

ditempuh dengan jalan, mengedarkan coffee secara gratis pada pos-pos

jaga di wilayah yang sementara berkonflik. Proses membangun

jaringan ini juga, berorientasi kepada penyaringan isu, sehingga isu

yang menguak kepada masyarakat tidak lalu menjadi isu yang

diprovokasi demi perpecahan yang semakin besar dalam kehidupan

masyarakat Maluku. Selain itu, aksi mereka berfungsi untuk merajut

perdamaian, melalui penyebaran kisah-kisah bersama yang

sesungguhnya dapat dijadikan sebagai kekuatan pemersatu masyarakat

Maluku masa konflik. Hal ini terjadi ketika momentum bagi coffee

bersama lintas agama itu berlangsung, mereka saling berdiskusi dan

berbagi pengalaman untuk membangun perdamaian Maluku. Ketika

konflik itu sementara terjadi kenyataan masyarakat lintas iman di

dalam coffee badati, menjadi simbol perdamaian yang bernuansa

positif bagi masyarakat. Bagi mereka, konflik Maluku sesungguhnya

harus segera diselesaikan.10

Gambar 4.2 Peneliti dengan salah satu pendiri Coffee Badati. Ibu Elsye Latuheru dan

Bapak Angky Syauta

Sumber foto: Fileks. Tanggal 10 Oktober 2016

Komunitas Muda-Mudi Pascakonflik Molluca Hip-Hop Community (Komunitas Musik)

Latar Belakang

Latar belakang lahirnya Mollucas Hip-Hop Community atau yang

disingkat (MHC), terjadi saat pertemuan bulan Juli 2008, di Rumah Tiga

Ambon, yang bertempat di keluarga Tetelepta. Berperan sebagai tuan rumah

waktu itu adalah Morika Tetelepta dan Berry Revalino. Mereka menyambut

10 Wawancara: Els Syauta

Page 8: BAB V PROSES RELASI KOMUNITAS MUDA-MUDI DALAM …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/14114/6/T2_092015009_BAB V.pdf · 55 BAB V PROSES RELASI KOMUNITAS MUDA-MUDI . DALAM MEMBANGUN

62

kedatangan dua orang rekan, yakni Althien Pesurnay dan Frans Nendissa,

yang baru datang dari Tanah Jawa. Di saat terjadi pertemuan tersebut,

Morika Tetelepta memetik gitar sambil mengiringi keempat orang sahabat

yang sedang melepas kangen antara satu dengan yang lain. Dibalik proses itu,

kemudian melahirkan sebuah diskusi serius, menyikapi kenyataan Maluku

yang mereka cintai bersama. Maluku yang telah hancur karena konflik dan

meluluhlantahkan kehidupan persaudaraan antarmasyarakat. Kenyataan ini

akhirnya, membuat tumbuhnya segregasi yang kuat di antara relasi antar

komunitas beragama di Maluku.11

Gambar 4.3 Peneliti dengan salah satu pendiri MHC, Bung Morica. Tetelepta

Sumber foto: Fileks. Tanggal 18 Oktober 2016

Menghadapi realitas demikian, maka sebagai kaula muda, empat orang

bersahabat ini mencoba memberi kontribusi bagi Maluku, melalui karya

musik yang mereka berempat minati. Mereka sepakat untuk membangun

Komunitas Hip-Hop di Maluku, dimana Musik Hip-Hop bukan sekedar

musik, namun sebuah sarana sosial yang mampu mentransformasikan

konteks sekitarnya dibalik lagu-lagu yang disampaikan.12

11 Wawancara: Morika Tetelepta 12 Wawancara: Morika Tetelepta

Page 9: BAB V PROSES RELASI KOMUNITAS MUDA-MUDI DALAM …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/14114/6/T2_092015009_BAB V.pdf · 55 BAB V PROSES RELASI KOMUNITAS MUDA-MUDI . DALAM MEMBANGUN

63

Siang itu juga, konsep Moluka Hip-Hop Community (MHC)

dimatangkan dan disepakati. Saking semangat, mereka mengabadikan

peristiwa itu dengan menggarap sebuah lagu. Liriknya ditulis dan diperbaiki

secara bersama. Jadilah lagu MHC Anthem. Sepenggal liriknya

menggambarkan situasi Maluku masa itu, sekaligus ajakan untuk bersatu

bersama. “Kapan tempo dengar tahuri babunyi

Dalam kampong sunyi Tagal samua Manusia lari basambunyi”.13

Pada hari yang sama, lagu MHC Anthem langsung masuk proses

recording di home studio milik Morika. Dari sana, setelah proses mixing yang

memakan waktu dua pekan, lagu tersebut diluncurkan ke publik. Para kaum

muda ini memilih internet sebagai media publikasi dan sosialisasi keberadaan

mereka. Morika dkk., ini ternyata mendapat respon dari berbagai kalangan.

Para netters di berbagai kota menyambut kehadiran MHC. Mereka memberi

dukungan supaya hip hop bisa terus hidup di Maluku. Morika dkk., juga

mendapat dukungan motivasi penyanyi hip hop senior di Ambon seperti

Hanny Wattimena. Dalam suatu kesempatan, Hanny mengaku bangga ada

anak-anak muda di kota ini tertarik hip-hop. Dia bahkan bersedia membantu

jika diperlukan. MHC kemudian melebarkan sayap. Para anggotanya

membangun jaringan di Jakarta, Yogyakarta dan Salatiga. Saat ini, MHC

sudah menyebar sampai ke Jawa. Di Jakarta ada Althien Pesurnay. Ia

menggandeng kawan-kawan dari Ambon seperti Iki, Idrus Salampessy dan

Ecek Sialana. Di Yogyakarta, MHC dihidupkan oleh The Baku Tumbu

dengan personil Dharma dan Adith Angwarmase, Edek Yanyaan, Iqbal

Sangadji, Gilang Ayuba. MHC Salatiga, ada Kelompok Bounty (Kiong

Hehanusa dkk). Dalam dua tahun belakangan ini, ternyata MHC di Ambon

makin mendapat dukungan. Beberapa kelompok datang bergabung. Mereka

antara lain The New Saaru (Felix Sopamena, Aries de Lima dan Cyntia

Tengens), Nunusaku Tribe (Nixon Pormes dan Hendry Tetelepta), Rap 57

(Eyang Malawat dan Yudhis), Rap Till Die (RTD) yang digagas Revelino

Berry. Ada Brown Familly yang terdiri dari sekitar 10 orang muda. Beberapa

lainnya bersolo karier seperti Mark Ufie, Kiki Latupapua dan lainnya. Morika

bangga, sebab selain MHC, di Ambon saat ini ada pula komunitas lainnya

seperti White Hip Hop Community (anak-anak muda Waihaong), Akom

BTN Kebun Cengkeh – Batumerah, Boven Alles (Jalan Permi Waihaong) dan

13 Wawancara: Morika Tetelepta

Page 10: BAB V PROSES RELASI KOMUNITAS MUDA-MUDI DALAM …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/14114/6/T2_092015009_BAB V.pdf · 55 BAB V PROSES RELASI KOMUNITAS MUDA-MUDI . DALAM MEMBANGUN

64

Triple House Generation (Rumahtiga). Tahun 2007, belum nampak peminat

hip-hop secara nyata seperti sekarang. Namun 2009, di mana-mana di

Ambon ada kelompok hip-hop. Jadi ada pertumbuhan kuantitas, walaupun

secara kualitas, masih harus terus berbenah,” papar Morika. Dalam satu

tahun belakangan ini, warga Maluku di seluruh dunia makin mengenal

MHC. Pasalnya, mereka mendapat kesempatan tampil di panggung festival

Ambon Jazz Plus Festival 2009. Saat itu, publik Ambon tidak saja melihat

penyanyi Maluku kelas dunia, tapi juga wajah-wajah personil MHC. Para

kaum muda mulai dikenal dekat dengan grup-grup MHC, seperti: The Baku

Tumbu, Sageru dan beberapa person. Selain penampilan di AJPF 2009, publik

makin mengenal grup-grup ini, terutama karena mereka secara koloboratif

bersama penyanyi Belanda, yakni Ambon whena Rafaelo Aratuaman, yang

menelurkan klip lagu Maluku Panggil Pulang. Klip ini diluncurkan di You Tube.com dan sudah diakses puluhan ribu pengunjung, sedangkan di

Belanda, klip ini beredar dalam bentuk CD. 14

Tujuan

Tujuan MHC adalah

1. Penggembangan Minta dan Bakat Pada Dunia Musik

2. Menumbuhkan Rasa Sayang dan Cinta Maluku

3. Menumbuhkan kembali Spirit Orang Basudara Masyarakat Maluku

tanpa bingkai-bingkai agama, suku, budaya.

Pola Pengembangan Komunitas Pola pengembangan yang dilakukan komunitas MHC adalah merekrut

sebanyak mungkin orang-orang Maluku dari berbagai kalangan yang hendak

menggembangkan potensi mereka. Selain itu, tetap menjaga harmonisasi

antar komunitas hip-hop yang ada, dengan senantiasa memaknai bahwa

music hip-hop sebagai sebuah musik yang mampu mendatangkan kritik

sosial untuk sebuah tranformasi, demi hidup yang lebih baik. Proses

pengembangan yang dilakukan kebanyakan menggunakan media sosial

melalui facebook, youtobe, blogger. Proses ini dilakukan agar sejumlah karya

yang dihasilkan bisa dinikmati oleh banyak orang, serta mampu memberi

pengaruh perubahan dengan makna dibalik karya-karya tersebut.15

14 Wawancara: Morika Tetelepta 15 Wawancara: Morika Tetelepta

Page 11: BAB V PROSES RELASI KOMUNITAS MUDA-MUDI DALAM …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/14114/6/T2_092015009_BAB V.pdf · 55 BAB V PROSES RELASI KOMUNITAS MUDA-MUDI . DALAM MEMBANGUN

65

Kanvas Allifuru

Latar Belakang

Kanvas Alifuru merupakan komunitas anak muda yang bergerak dalam

bidang seni rupa Maluku. Aktifitas seni mereka mencakup bidang

intelektual, emosional dan spritualitas anak Maluku. Aktifitas kesenian

tersebut sudah ada sejak lama. Dalam sejarah peradaban manusia Maluku

menunjukan telah adanya hakekat seni yang jelas tergambar dalam aktifitas

kehidupan sehari-hari. Seni dianggap sebagai dasar keindahan untuk

membentuk keindahan hidup pada bagian terdalam manusia Maluku. Tanpa

disadari, seni sudah menjadi orientasi perilaku manusia Maluku secara

totalitas. Sejalan dengan itu, Seni Rupa disadari juga telah menjadi sarana

komunikasi masyarakat semenjak zaman para leluhur orang Maluku.16

Keyakinan komunitas ini, bahwa para pendahulu manusia Maluku

telah mewariskan sebuah genetik seni yaitu kemampuan menciptakan

lukisan-lukisan atau ukiran-ukiran yang bercirikan kemalukuan. Pada

dasarnya seni rupa di Maluku ada pada zaman pra-sejarah dengan bukti

lukisan-lukisan di dinding-dinding goa yang berada di hutan atau

pegunungan-pegunungan, bahkan di berbagai tempat keramat (pamali) dan

juga pada benda-benda seperti pada batu-batu, kain-kain dan benda-benda

lainnya. Lukisan-lukisan tersebut dibuat dari bahan-bahan alam (warna

sebuah objek lukisan sepertinya diambil dari dedaunan, kulit kayu, kulit

buah, dan batang-batang pepohonan). Lukisan digaris dengan batu, arang,

atau barang-barang tajam lainnya. Karena di zaman itu barang-barang alam

sajalah yang dapat dimanfaatkan menjadi alat lukis atau alat ukir yang

gampang di dapat. Lukisan berupa cetakan atau simbol-simbol kebudayaan

dengan bahasa dan makna pada tempat masyarakat tertentu. Ukiran berupa

patung-patung atau simbol-simbol kepercayaan kepada dewa-dewi tertinggi

atau manusia-manusia yang dihormati di zaman dan tempatnya. Selain itu,

terdapat ukiran atau gambar yang diletakan di kain-kain tenun di

kebudayaan orang kisar, tanimbar, dobo dan lain-lain.17

Lukisan ataupun ukiran pra-sejarah adalah catatan-catatan pelaku seni

yang tidak kita tahu siapa nama mereka. Manusia Maluku di zaman itu,

mungkin ingin meninggalkan suatu pengalaman sosial-ekonomi, adat-

kebudayaan supaya tetap diingat selama-lamanya. Naskah-naskah seni yang

mereka hasilkan saat itu, termasuk dalam naskah yang tertua di Maluku.

Pada perkambangan kemudian, ada banyak seniman Maluku yang tertarik

16 Wawancara: Joner Lakburlawal 17 Wawancara: Joner Lakburlawal

Page 12: BAB V PROSES RELASI KOMUNITAS MUDA-MUDI DALAM …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/14114/6/T2_092015009_BAB V.pdf · 55 BAB V PROSES RELASI KOMUNITAS MUDA-MUDI . DALAM MEMBANGUN

66

dan mulai menggeluti dunia seni lukis, sebut saja seperti Opa Bing

Lewakabessy, Oce Leleulya, mereka berdua termasuk pelukis senior.

Sementara di zaman sekarang, ada pelukis muda berbakat seperti Viktoria

Tahalea, Andro, Thesar Saiya, Petra Ayoembun, Emus Larmawata, Deny

Boy, Alen Kesturia, Jen, Skivo, vandy, Valdo, Kevin, Erick, Adrian dan masih

banyak teman-teman lainnya yang tidak sempat disebutkan namanya.18

Belakangan ini ada satu komunitas lukis yang sangat familiar di dunia

facebook, yaitu Group Kanvas Alifuru yang terbentuk sejak bulan Agustus

2012. Bahwa mereka keseluruhannya adalah anak-anak Maluku asli yang

tinggal di Maluku maupun di luar Maluku. Mereka berkarya lewat seni lukis,

sketsa, lukisan kontemporer dan lainnya untuk mengangkat budaya Maluku.

Cikal bakal terbentknya grup ini adalah bersumber dari dorongan para

aktivis perdamaian dan budayawan, seperti: Rudy Fofit, Jacky Manuputty,

Abidin Wakano. Selain itu, dorongan tersebut bersumber kuat dari beberapa

anak muda pecinta seni dan budaya, sekaligus terlibat dalam aktivis

perdamaian, seperti: Morika Tetlepta, Wesly Yohanes, Pier Ajawaila, Wirol

Haurissa, Juliando Soplanit Revelino Berry, Hayaka Nendissa, Arie Rumihin,

Putry Soumeru, Yezco Tomahua, Rahma Alaydrua (Ipeh), Rifky Husein, Rais

Rumahlutur, Maryo Nussy, Elsye Syauta, Ignor Palenbang, Tirta Triana,

Ronal Regan dan teman-teman lainnya.19

Berbeda dari seni lukis, seni ukir di Maluku hanya beberapa orang

yang mengelutinya bahkan aktifitas mereka tidak terlalu kelihatan. Tercatat

ada lima orang seniman ukiran yaitu Max, Hanry Tapotubun, Deni Lelulya,

Oce Leleulya, Almarhum Soter Anaktototi. Selain itu, perkembangan dunia

designer di Maluku semakin diminati oleh banyak anak muda. Disini mereka

memberikan kontribusi sangat penting dengan karya masing-masing dalam

dunia seni rupa di Maluku dan bagi Komunitas Kanfas Alifuru secara

khususnya.20

18 Wawancara: Joner Lakburlawal 19 Wawancara: Joner Lakburlawal 20 Wawancara: Joner Lakburlawal

Page 13: BAB V PROSES RELASI KOMUNITAS MUDA-MUDI DALAM …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/14114/6/T2_092015009_BAB V.pdf · 55 BAB V PROSES RELASI KOMUNITAS MUDA-MUDI . DALAM MEMBANGUN

67

Gambar 4.4 Peneliti dengan salah satu pendiri Kanvas Alifuru,

Bung Joner Lakburlawal

Sumber foto: Fileks. Tanggal 04 november 2016

Tujuan

Tujuan Kanvas Alifuru :

1. Menarik sebanyak mungkin kaula muda-mudi Maluku yang memiliki

bakat seni lukis untuk proses penggembangan talenta mereka.

2. Menunjukan dan mempublikasi keindahan Maluku melalui seni lukis

3. Menampakan Pluralisme Maluku yang diikat oleh kehidupan bersama

(warna khas Maluku) melalui lukisan.21

Pola Pengembangan komunitas

Pola Pengembangan kanvas alifuru mengarah pada sebuah proses

penggembangan minat dan bakat, dan kelanjutannya adalah menggambarkan

citra dan rekaman manusia Maluku dalam kekayaan budaya dan kesatuan

hidupnya. Konstruksi dibalik penggembangan kanvas allifuru, tampak

sebagai berikut:

21 Wawancara: Joner Lakburlawal

Page 14: BAB V PROSES RELASI KOMUNITAS MUDA-MUDI DALAM …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/14114/6/T2_092015009_BAB V.pdf · 55 BAB V PROSES RELASI KOMUNITAS MUDA-MUDI . DALAM MEMBANGUN

68

Gambar 4.5 salah satu kegiatan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan kota Ambon

dengan Komunitas Kanvas Alifuru Sumber foto: Femri. Tanggal 17 Oktober 2016

Bengkel Sastra

Latar Belakang , Tujuan dan Pola

Bengkel Sastra Maluku merupakan ruang perjumpaan para penulis

puisi dan penggemar puisi.22

Penyair dan karya-karyanya sudah ada jauh sebelumnya, akan tetapi

pengembangan komunitas sastra baru menemukan bentuk pada periode

pasca konflik dan menjadi ruang perjumpaan yang baru di Kota Ambon,

Provinsi Maluku.

Tujuan

Tujuan dari Bengkel Sastra Maluku sendiri sangat sederhana, yaitu

membangun maluku lewat kesusasteran.23

22 Wawancara: Wesly Johanes 23

Wawancara: Wesly Johanes

Page 15: BAB V PROSES RELASI KOMUNITAS MUDA-MUDI DALAM …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/14114/6/T2_092015009_BAB V.pdf · 55 BAB V PROSES RELASI KOMUNITAS MUDA-MUDI . DALAM MEMBANGUN

69

Gambar 4.6 salah satu pentas sastra yang rutin selalu dilakukan

Sumber foto: Femri. Tanggal 24 Oktober 2016

Pola Pengembangan komunitas

Bengkel sastra Maluku menjadi salah satu komunitas paling majemuk

di Ambon. Dikembangkan lewat acara-acara seperti malam kapata yang

berlangsung sebulan sekali, dan pertemuan-pertemuan biasa yang

berlangsung kurang lebih setiap minggu. Di samping kegiatan rutin ini,

bengkel sastra Maluku juga ikut terlibat membantu acara komunitas lainnya,

sehingga perjumpaan anak-anak bengkel sastra Maluku menjadi luas tidak

hanya kepada orang yang menyukai sastra, tetapi juga pecinta seni yang

beragam: musik, rupa, tari, bahkan pecinta sepak pecinta sepak bola.24

Adapun, kolaborasi yang dimuculkan. Sastra dengan Hip-Hop untuk

Save Aru Island dan juga sastra dengan seni rupa untuk pameran Urban

Genitals.

24 Wawancara: Wesly Johanes

Page 16: BAB V PROSES RELASI KOMUNITAS MUDA-MUDI DALAM …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/14114/6/T2_092015009_BAB V.pdf · 55 BAB V PROSES RELASI KOMUNITAS MUDA-MUDI . DALAM MEMBANGUN

70

Gambar 4.7 Seorang Guru Islam ketika berbicara mengenai sastra di Negeri Asilulu

Sumber foto: Femri. Tanggal 24 Oktober 2016

Non Violence Latar Belakang

Provinsi Maluku saat ini tersegregasi antara dua kelompok agama,

yaitu Komunitas Muslim dan Kristen, serta segregasi berdasarkan etnis/suku.

Segregasi antar agama dan etnis yang paling tajam terlihat di mana lokasi

pemukiman penduduk terkonsentrasi pada kelompoknya. Kondisi ini

terbawa dalam pergaulan sosial, terpelihara dalam tatanan politik dan

pemerintahan yang sering mengabaikan aspek kualitas. Segregasi antar

kelompok ini semakin tajam setelah konflik Maluku 1999, yang jika tidak

diperhatikan dengan bijak, maka dapat berpotensi untuk memunculkan

konflik kembali. Hal ini terindikasi dari masih adanya pertikaian yang terjadi

atas dasar kepentingan pribadi dan golongan, kemudian digiring pada isu

etnis dan agama. Pemberian makna terhadap beragam identitas sosial ini

sering berujung pada cederanya rasa keadilan bagi kelompok yang berlainan

identitas.25

Segregasi ini juga dirasakan dalam sendi-sendi kehidupan kampus,

Universitas Negeri Pattimura (UNPATTI) dan kampus (IAIN). Kampus yang

menjadi sentral peradaban Maluku ini, seharusnya menjadi tempat

transformasi pemikiran justru ikut terjebak dalam politisasi agama. Gerbong-

gerbong politik yang mengusung kepentingan kelompok tertentu justru

memanfaatkan segregasi ini untuk melanggengkan kekuasaannya. Perlahan

tapi pasti, ruang-ruang interaksi dari level birokrasi sampai pada proses

25 Wawancara: Yan Awath

Page 17: BAB V PROSES RELASI KOMUNITAS MUDA-MUDI DALAM …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/14114/6/T2_092015009_BAB V.pdf · 55 BAB V PROSES RELASI KOMUNITAS MUDA-MUDI . DALAM MEMBANGUN

71

belajar-mengajar pun terkontaminasi. Dalam konteks mahasiswa, gerbong-

gerbong ini dibangun melalui organisasi mahasiswa dan kepemudaan.26

Keresahan terhadap kondisi segregasi ini, mendorong spirit mahasiswa

yang cinta perdamaian untuk menghibahkan pikiran, tenaga, dan waktu

guna melawan segregasi yang menjadi penyebab konflik Maluku. Hal

tersebut muncul dalam komunitas non-violence dengan program-program

mereka, seperti: non violent study circles (lingkar belajar nir kekerasan)

yang didesain oleh Lembaga Inspiring Development (InDev) Research, Training & Consultancy. Ruang perdamaian melalui NVSC-InDev, mengemban misi “Sustaining Peace From Campus To Community”

(melestarikan perdamaian dari kampus ke komunitas). Di mana mahasiswa

sebagai target utama, karena mereka percaya semangat muda yang dimiliki

dapat ditransformasikan menjadi semangat perdamaian. Dengan demikian,

ketika mereka selesai menjadi sarjana, mereka akan menyebarkan nilai-nilai

perdamaian dan anti kekerasan terutama di daerah mereka masing-masing.27

Gambar 4.8 Diskusi bersama teman-teman Non-Violence

Sumber foto: Yudi. Tangga l3 November 2016

Tujuan

Tujuan Komunitas non-violence yakni:

1. Menjaring seluruh mahasiswa untuk terlibat dalam komunitas

dimaksud dengan tujuan agar dapat menggembangkan diri serta

menyimbungkan sejumlah pemikiran terkait dengan praktek

segregasi yang semakin kuat

26 Wawancara: Yan Awath 27 Wawancara: Yan Awath

Page 18: BAB V PROSES RELASI KOMUNITAS MUDA-MUDI DALAM …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/14114/6/T2_092015009_BAB V.pdf · 55 BAB V PROSES RELASI KOMUNITAS MUDA-MUDI . DALAM MEMBANGUN

72

2. Menjadi jembatan ataupun sarana penghubung terhadap mainstream

berpikir yang telah terkontaminasi dengan praktek segregasi.

3. Mahasiswa menjadi para agen perdamaian yang melawan praktek

segregasi dalam ruang kehidupan bermasyarakat, maupun dalam

konteks-konteks pergaulan.28

Gambar 4.9 Dialog Keberagaman

Sumber foto: Femri. Tanggal 16 November 2016

Pola Pengembangan komunitas

Pola pengembangan komunitas non-violence mengarah pada proses

merubah paradigma untuk menghasilkan pola-pola tingkah laku mahasiswa

yang tidak lagi dibatasi pada praktek-praktek segregasi. Kenyataan ini,

dilakukan dengan jalan proses dialog, diskusi, seminar dan berbagai karya

berupa pentas seni yang mengarah pada prespektif kebersamaan. Hal

demikian, diyakini akan memperkuat kebersamaan dan menghilangkan

kenyataan-kenyatan segregasi yang ada saat ini.29

28 Wawancara: Yan Awath 29 Wawancara: Yan Awath

Page 19: BAB V PROSES RELASI KOMUNITAS MUDA-MUDI DALAM …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/14114/6/T2_092015009_BAB V.pdf · 55 BAB V PROSES RELASI KOMUNITAS MUDA-MUDI . DALAM MEMBANGUN

73

Pandangan Komunitas Muda-Mudi mengenai Pengaruh Segregasi dan Konflik

Maluku di Masa Depan

Segregasi telah menjadi sarana pemicu konflik dalam ruang kehidupan

masyarakat Maluku. Pemetaaan hidup masyarakat Maluku secara agama diakui

telah terjadi semenjak masa kolonialisme, sehingga pengaruhnya semakin kuat

ketika konflik Maluku terjadi pada tahun 1999. Menurut Morika Tetelepta

sebagai pendiri komunitas MHC, bahwa segregasi dipandang sebagai akar yang

melekat erat dalam proses pertumbuhan masyarakat Maluku di zaman

Kolonialisme. Sekalipun demikian, proses segregasi ini dinilai tidak menggangu

kebersamaan hidup masyarakat Maluku itu sendiri. Karena umat kristiani di

Kudamati, masih dapat berbaur dengan umat muslim di Batu Merah secara

harmonis, begitupun sebaliknya. Hal ini membuat segregasi tersebut, ibarat

realitas yang menjadi selaput pembingkai kehidupan bersama manusia Maluku

yang berlebel katong s’mua orang basudara. Akan tetapi lebel Maluku daerah

orang basudara menjadi tercoreng dan selaput segregasi kemudian menjadi tiang-

tiang yang tidak lagi bisa ditembusi, ketika konflik melanda Maluku. Kenyataan

inilah yang mesti disadari dan diruntuhkan, melalui ruang bersama yang

diciptakan, agar hakekat manusia Maluku itu bisa dirasakan kembali.30 Hal yang

sama juga disampaikan oleh Els Syauta sebagai seorang aktivis, tetapi juga seorang

yang sempat terlibat aktif dalam proses komunitas badati. Segregasi menurut

Syauta sangat berpengaruh bagi perdamaian di Maluku, di mana dampak segregasi

yang berpuncak pada konflik telah menghadirkan keresahan hidup bagi manusia

manusia lintas agama, rasa saling curiga yang terus membekas, ditambah pula

dengan menghilangnya nilai kebersamaan hidup. Nuansa dan situasi demikian,

menempatkan manusia Maluku dalam tirani, sehingga tidak bebas untuk

mengaktakan dirinya, yang berbeda secara agama.31 Hal yang sama juga

disampaikan oleh Fileks Talakua, salah seorang anggota komunitas badati, bahwa

segregasi bagaikan bom waktu yang siap menempatkan kenyataan hidup

masyarakat diambang kehancuran. Di mana kehidupan bersama masyarakat

sebagai orang-orang yang memiliki rasa kesatuan satu dengan yang lainnya

dibatasi dan menjadi rusak.32 Hal yang sama pula disampaikan oleh teman-teman

dari komunitas non violence, bahwa segregasi sebagai pembatas ruang kehidupan

masyarakat Maluku bukan hanya terjadi di ruang-ruang sosial, tetapi juga terjadi

dalam ruang-ruang akademis di kampus. Kampus yang mestinya menjadi sarana

pendidikan untuk mendewasakan kehidupan masyarakat Maluku, malah menjadi

salah satu ruang bertumbuhnya praktek segregasi. Kampus melegitimasi adanya 30 Wawancara: Morika Tetelepta 31 Wawancara: Els Syauta 32 Wawancara: Fileks Talakua

Page 20: BAB V PROSES RELASI KOMUNITAS MUDA-MUDI DALAM …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/14114/6/T2_092015009_BAB V.pdf · 55 BAB V PROSES RELASI KOMUNITAS MUDA-MUDI . DALAM MEMBANGUN

74

pengelompokkan orang-orang Maluku berdasarkan agama, suku, ras dan

golongan. Kenyataan tersebut membuat bahaya segregasi dapat mengakar

semakin kuat ke depan. Apalagi jika jika hal demikian, tidak diantisipasi secara

seksama, sebab ancamannya akan semakin melebar bukan hanya konflik agama,

melainkan juga suku, ras dan golongan.33

Semua kenyataan yang menggambarkan realitas segregasi dan konflik

sebagai dampaknya terhadap keutuhan masyarakat Maluku telah menggelisahkan

masyarakat, khususnya komunitas muda-mudi Maluku, untuk menyelesaikan

realitas tersebut dengan berbagai cara, antara lain:

Provokator Damai, yang menggunakan isu-isu perdamaian sebagai salah

satu upaya menunjukan Maluku bebas konflik, tetapi juga sebagai bentuk

perlawanan terhadap segregasi. Isu-isu perdamaian ini, tidak hanya menggunakan

media-media komunikasi langsung, seperti mimbar gerejadan masjid, tetapi juga

menggunakan media-media non-verbal, seperti: tulisan-tulisan, potret-potret,

serta media sosial sebagai jaringan utama untuk menyebarluaskan isu-isu

perdamaian kepada seluruh masyarakat Maluku.

Badati, menggunakan relasi dan interaksi simbolik dengan jalan membagi-

bagikan kopi kepada masyarakat lintas agama yang berkonflik di posko-posko

penjagaan. Di mana Relasi yang dimaksukan adalah sebuah proses klarifikasi antar

komunitas terkait dengan isu konflik yang terjadi di satu wilayah, sehingga isu itu

tidak menjadi sarana yang berkembang dan melebar. Proses membagikan kopi

dilakukan pada masyarakat lintas anggota komunitas, anggota komunitas Kristen

membagikan kopi di wilayah Muslim dan anggota komunitas Muslim berbagi

kopi diwilayah Nasrani, merupakan upaya untuk mengantisipasi segregasi yang

meluas menjadi konflik dan perpecahan bagi masyarakat Maluku.

MHC bergerak dibidang seni, akan tetapi seni melalui musik hip-hop ini

dimaknai sebagai jalan pembaharuan, jikalau sesuatu dibuat dan dipandang tidak

memberi arti bernilai, maka itu bukan lalu menjadi muatan yang tersirat dalam

MHC.

33 Wawancara: Yan Awath