sekelumit cerita dari stakeholders musik cutting edge

2
Sekelumit Cerita dari Stakeholders Musik Cutting Edge* Fenomena tentang bagaimana jiwa muda yang penuh dengan keinginan aktualisasi, berekspresi dan berontak memiliki karakter untuk masing-masing era. Banyak instrumen yang dipakai oleh para pemuda untuk mengekspresikan ke-akuannya dalam ranah publik. Berbagai instrumen yang mudah ditemui adalah musik, olahraga, klub motor atau sepeda, dan masih banyak lagi instrumen yang lain. Tak jarang pula instrumen tadi sudah menjadi sebuah identitas hidup yang kebanyakan juga akan menjadi “for a lifetime partbagi sebagian diantara mereka. Ambil contoh saja untuk keberadaan “kaum tua” di dalam stadion sepakbola yang jumlahnya cukup signifikan. Pun begitu dengan keberadaannya di event musik-musik cutting edge. Bahkan dalam momen-momen tersebut mereka juga membawa serta buah hatinya untuk hadir. Tulisan ini hadir dengan hanya membatasi pada fenomena yang terjadi di scene musik cutting edge. Musik cutting edge adalah jenis musik yang jarang atau tidak mendapat tempat sama sekali di media-media mainstream, seperti televisi. Jenisnya pun berbagai macam genre, diantaranya adalah metal, british-pop, hardcore, punk, grunge, dan lain sebagainya. Sebagian genre tersebut sebenarnya juga masih memiliki sub-genre yang cukup banyak dengan masing- masing peminatnya. Biasanya, orang-orang awam menyebut mereka musik indie atau underground dikarenakan publikasinya yang sangat terbatas dari media publikasi musik mainstream. Para pelaku dari musik-musik cutting edge biasanya juga tidak hidup dari eksistensi mereka di dunia cutting edge. Kebanyakan dari mereka memiliki pekerjaan tetap untuk melangsungkan kehidupan. Praktis keberadaan mereka pun terkotak dalam sebuah komunitas yang berkumpul ketika ada suatu event. Meskipun ada dari beberapa komunitas yang menjadikan identitas tersebut dalam kehidupan sehari-hari, seperti komunitas punk atau grunge yang sering kita temui keberadaannya di jalanan. Untuk menunjukkan eksistensi komunitas atau kecintaannya pada suatu genre, ada ciri-ciri tertentu yang dapat kita lihat untuk mengklasifikasikan masing-masing penganut genre. Cara paling mudah adalah melihat dari shirt yang sedang mereka pakai. Meskipun tidak bisa dijustifikasi untuk keseluruhan. Hal ini dikarenakan ada beberapa musisi yang dulunya cutting edge, namun sudah bermetamorfosa menjadi musisi komersil. Karena itulah bagi cutting edge ideologis, kaos Metallica, Iron Maiden, atau Nirvana sudah tidak menjadi sakral. Sama halnya untuk rekan-rekan mahasiswa pergerakan yang sudah tidak menganggap shirt Che Guevara atau Soekarno yang sudah kehilangan sakralitasnya. Keberadaan pelajar SMP atau SMA di scene musik cutting edge kini tak boleh diremehkan lagi keberadaanya, bahkan untuk jenis kelamin perempuan sekalipun. Sangat mudah ditemui keberadaan mereka dalam setiap even-even musik cutting edge yang sedang berlangsung saat ini. Genre yang paling popular yang sering dihadiri oleh para pemula ini adalah metal dan punk. Dikarenakan memang keduanya memiliki ciri fisik yang sangat kental

Upload: gilang-prabowo

Post on 23-Jul-2015

144 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

Page 1: Sekelumit cerita dari stakeholders musik cutting edge

Sekelumit Cerita dari Stakeholders Musik Cutting Edge*

Fenomena tentang bagaimana jiwa muda yang penuh dengan keinginan aktualisasi,

berekspresi dan berontak memiliki karakter untuk masing-masing era. Banyak instrumen yang

dipakai oleh para pemuda untuk mengekspresikan ke-akuannya dalam ranah publik. Berbagai

instrumen yang mudah ditemui adalah musik, olahraga, klub motor atau sepeda, dan masih

banyak lagi instrumen yang lain. Tak jarang pula instrumen tadi sudah menjadi sebuah

identitas hidup yang kebanyakan juga akan menjadi “for a lifetime part” bagi sebagian

diantara mereka. Ambil contoh saja untuk keberadaan “kaum tua” di dalam stadion sepakbola

yang jumlahnya cukup signifikan. Pun begitu dengan keberadaannya di event musik-musik

cutting edge. Bahkan dalam momen-momen tersebut mereka juga membawa serta buah

hatinya untuk hadir. Tulisan ini hadir dengan hanya membatasi pada fenomena yang terjadi di

scene musik cutting edge.

Musik cutting edge adalah jenis musik yang jarang atau tidak mendapat tempat sama

sekali di media-media mainstream, seperti televisi. Jenisnya pun berbagai macam genre,

diantaranya adalah metal, british-pop, hardcore, punk, grunge, dan lain sebagainya. Sebagian

genre tersebut sebenarnya juga masih memiliki sub-genre yang cukup banyak dengan masing-

masing peminatnya. Biasanya, orang-orang awam menyebut mereka musik indie atau

underground dikarenakan publikasinya yang sangat terbatas dari media publikasi musik

mainstream. Para pelaku dari musik-musik cutting edge biasanya juga tidak hidup dari

eksistensi mereka di dunia cutting edge. Kebanyakan dari mereka memiliki pekerjaan tetap

untuk melangsungkan kehidupan. Praktis keberadaan mereka pun terkotak dalam sebuah

komunitas yang berkumpul ketika ada suatu event. Meskipun ada dari beberapa komunitas

yang menjadikan identitas tersebut dalam kehidupan sehari-hari, seperti komunitas punk atau

grunge yang sering kita temui keberadaannya di jalanan.

Untuk menunjukkan eksistensi komunitas atau kecintaannya pada suatu genre, ada

ciri-ciri tertentu yang dapat kita lihat untuk mengklasifikasikan masing-masing penganut

genre. Cara paling mudah adalah melihat dari shirt yang sedang mereka pakai. Meskipun tidak

bisa dijustifikasi untuk keseluruhan. Hal ini dikarenakan ada beberapa musisi yang dulunya

cutting edge, namun sudah bermetamorfosa menjadi musisi komersil. Karena itulah bagi

cutting edge ideologis, kaos Metallica, Iron Maiden, atau Nirvana sudah tidak menjadi sakral.

Sama halnya untuk rekan-rekan mahasiswa pergerakan yang sudah tidak menganggap shirt

Che Guevara atau Soekarno yang sudah kehilangan sakralitasnya.

Keberadaan pelajar SMP atau SMA di scene musik cutting edge kini tak boleh

diremehkan lagi keberadaanya, bahkan untuk jenis kelamin perempuan sekalipun. Sangat

mudah ditemui keberadaan mereka dalam setiap even-even musik cutting edge yang sedang

berlangsung saat ini. Genre yang paling popular yang sering dihadiri oleh para pemula ini

adalah metal dan punk. Dikarenakan memang keduanya memiliki ciri fisik yang sangat kental

Page 2: Sekelumit cerita dari stakeholders musik cutting edge

dengan nuansa ekspresif dan pemberontakan ala anak muda. Para cutting edge ideologis pun

kebanyakan mencibir para pendatang baru ini. Dikarenakan referensi yang mereka tau masih

sangat terbatas dan hanya copy-paste style yang ada. Padahal dalam dunia cutting edge, style

hanyalah prioritas kesekian kali. Semangat untuk tampil beda dari teman-temannya yang lain

adalah motif yang sangat kental, namun terkadang niat ini tidak diikuti dengan meluaskan dan

menambah wawasan akan referensi genre yang coba mereka senangi. Maka tak jarang ketika

kita melihat seorang pemula dengan shirt bertuliskan “Punk is not dead”, namun mereka tidak

tahu siapa Ramones atau Sex Pistols. Ini adalah hal-hal yang memalukan bagi para cutting

edge ideologis. Dan tak jarang para pemula ini mulai mengenal rokok, alkohol, atau hal-hal

negatif lainnya di lingkungan ini.

Stereotype masyarakat yang terlalu menganggap komunitas cutting edge negatif harus

ditepis dengan mengedepankan sisi positif yang universal dari nilai-nilai cutting edge yang

bisa ditampilkan. Misalnya, dalam genre hardcore ada subgenre yang memiliki pandangan

hidup bernama straight edge (sXe). Mereka sangat anti atau menjauhi rokok, narkotika,

alkohol, dan free sex. Mereka biasanya bisa dikenali dengan tanda “X” di atas telapak tangan.

Sayangnya beberapa cutting edge pemula pun jarang mengetahui hal ini. Sisi positif

komunitas cutting edge secara umum adalah mereka sangat yakin dan konsisten dengan apa

yang mereka percayai, lirik-lirik lagu yang cenderung menolak ketidakadilan, serta

persaudaraan dan kebersamaan yang sangat kuat.

Dalam memahami sebuah nilai, tentunya akan sangat naif jika kita hanya mengerti

secara artifisial. Sebuah penggalian terhadap suatu nilai atau pandangan hidup dipastikan akan

dapat menemukan nilai-nilai universal untuk kehidupan manusia yang lebih baik. Ciri fisik

dari sebuah pandangan hidup hanyalah digunakan untuk menunjang kebutuhan manusia yang

senantiasa membutuhkan aktualisasinya dalam kehidupan. Keberadaan musik cutting edge

adalah juga sebagai counter culture terhadap budaya dan musik pop yang kian hari kian terasa

negatif dengan tawaran sebuah fatamorgana keadaan dan hedonisme semata. Tertarik untuk

menjadi seorang cutting edge? Satu saja syaratnya, mari menjadi seorang cutting edge

ideologis.

Gilang Agung Prabowo Insan Cutting Edge Sabtu-Minggu