laporan analisa cutting

16
LAPORAN PRAKTIKUM GEOLOGI MINYAK DAN GAS BUMI ACARA: CUTTING ANALYSIS A. Maksud dan Tujuan Maksud dilaksanakannya praktikum ini adalah agar mahasiswa mampu melakukan deskripsi terhadap sampel cutting yang diperoleh dalam suatu aktivitas pemboran tertentu. Sedangkan tujuan dilaksanakannya praktikum ini adalah untuk menghasilkan suatu interpretasi tertentu mengenai keadaan bawah permukaan, karakteristik dari suatu batuan dan juga potensi berupa keberadaan hidrokarbon didalam suatu batuan. B. Dasar Teori Cutting adalah suatu material tertentu yang didapatkan melalui aktivitas pemboran. Material ini merupakan material hasil hancuran batuan yang terkena mata bor atau bit yang terbawa oleh lumpur pemboran ke permukaan. Cutting merupakan salah satu media yang dapat digunakan untuk dapat menghasilkan suatu interpretasi mengenai kondisi bawah permukaan. Cutting dapat dideskripsi melalui dua cara, yaitu secara langsung atau dengan menggunakan bantuan mikroskop binokuler. Deskripsi cutting secara langsung sebaiknya berisi komponen-komponen seperti (Anonim, 1990, Mud Logging Pretraining Guide, Geo service training department ): 1. nama batuan 2. warna 3. kekerasan 4. kandungan mineral 5. tekstur, yang melingkupi ukuran butir, roundness, dan sortasi 6. mineral asessoris 7. kandungan fosil

Upload: galih-zoya-manggala-putra

Post on 02-Oct-2015

128 views

Category:

Documents


38 download

DESCRIPTION

laporan praktikum

TRANSCRIPT

LAPORAN PRAKTIKUM GEOLOGI MINYAK DAN GAS BUMIACARA: CUTTING ANALYSIS

A. Maksud dan TujuanMaksud dilaksanakannya praktikum ini adalah agar mahasiswa mampu melakukan deskripsi terhadap sampel cutting yang diperoleh dalam suatu aktivitas pemboran tertentu. Sedangkan tujuan dilaksanakannya praktikum ini adalah untuk menghasilkan suatu interpretasi tertentu mengenai keadaan bawah permukaan, karakteristik dari suatu batuan dan juga potensi berupa keberadaan hidrokarbon didalam suatu batuan.

B. Dasar TeoriCutting adalah suatu material tertentu yang didapatkan melalui aktivitas pemboran. Material ini merupakan material hasil hancuran batuan yang terkena mata bor atau bit yang terbawa oleh lumpur pemboran ke permukaan. Cutting merupakan salah satu media yang dapat digunakan untuk dapat menghasilkan suatu interpretasi mengenai kondisi bawah permukaan. Cutting dapat dideskripsi melalui dua cara, yaitu secara langsung atau dengan menggunakan bantuan mikroskop binokuler. Deskripsi cutting secara langsung sebaiknya berisi komponen-komponen seperti (Anonim, 1990, Mud Logging Pretraining Guide, Geo service training department ): 1. nama batuan 2. warna3. kekerasan 4. kandungan mineral5. tekstur, yang melingkupi ukuran butir, roundness, dan sortasi6. mineral asessoris7. kandungan fosil8. porositas9. indikasi keberadaan hidrokarbona. visual (strains, bleeding)b. direct fluorescence (tingkat, intensitas warna)c. Cut fluoroscence (tingkat, intensitas, warna)10. Kenampakan lainnyaLeroy et all (1977), menggolongkan batuan umum yang diterobos oleh mata bor menjadi 4 kelompok, yaitu :a. Batuan klastik berukuran kasarb. Batuan klastik berukuran halusc. Batuan karbonatd. Batuan evaporit

EVALUASI HIDROKARBON DI DALAM CUTTINGUntuk mengetahui ada tidaknya kandungan hidrokarbon didalam suatu batuan, ada beberapa jenis hal yang harus dilakukan, yaitu :1. Analisa odor / ignition test (pengujian bakar)Metode ini merupakan metode yang digunakan untuk mengetahui keberadaan minyak di dalam suatu batuan tertentu dengan menganalisa bau yang dihasilkan oleh kepingan batuan tersebut setelah melalui proses pembakaran. Cutting yang mengindikasikan keberadaan hidrokarbon akan memiliki bau tertentu, berikut ini adalah klasifikasinya : none:tidak berbau poor:agak berbau fair:berbau good:berbau kuat

2. Analisa stainingMetode ini dapat digunakan untuk mengetahui keberadaan minyak didalam batuan dengan cara mengidentifikasi noda yang ditinggalkan oleh kepingan batuan yang dicampurkan dengan larutan tertentu, seperti etanol. Kepingan batuan yang mengandung minyak akan meninggalkan noda yang terlihat cukup jelas. Berikut ini adalah tabel klasifikasi stainning%StainShow Number

00 (Tidak Bernoda)

0 401 (Sedikit Bernoda

40 852 (Bernoda)

85 - 1003 (Bernoda Banyak )

3. Analisa fluorescenceMetode ini merupakan salah satu metode yang digunakan untuk mengetahui keberadaan hidrokarbon didalam batuan dengan mengidentifikasi cahaya yang terbentuk akibat sinar ultraviolet yang dipancarkan oleh minyak. Warna yang dihasilkan tergantung berat jenis yang dimiliki oleh minyak didalamnya. Berikut ini adalah tabel klasifikasi warna fluorescenceWarna FluoresenceBerat Jenis (Gravity ) API

Coklat< 15

Orange15 -25

Kuning Cream25 35

Putih35 45

Biru putih sampai violet> 45

4. Analisa oil cutMetode ini merupakan salah satu metode yang digunakan untuk mengetahui keberadaan minyak didalam suatu batuan dengan cara mengidentifikasi kecepatan melarutkan yang dimiliki oleh batuan tersebut. Kepingan batuan yang ada dicampurkan oleh larutan tertentu, contohnya seperti ethanol, hingga kemudian dilihat, seberapa cepat proses pelarutan yang berlangsung. Kecepatan melarutkan yang terjadi kemudian dikelompokkan menjadi beberapa kelompok, yaitu : Sangat cepat (Instaneous) Cepat Lambat Perlahan-lahan

C. Cara Kerja

1. Setiap sampel cutting dengan kedalaman tertentu dipisahkan dalam suatu wadah tertentu, lalu kemudian dideskripsi secara detail dengan elemen deskripsi seperti yang telah disebutkan pada halaman sebelumnya, kemudian hasil deskripsi tersebut ditulis dalam suatu tabel pengamatan tertentu.

Foto 1. Sampel cutting (dokumentasi pribadi)

2. Analisa Odor / Ignition test ( Pengujian Bakar)Setelah deskripsi selesai, ada beberapa jenis metode analisis yang harus dilakukan untuk menganalisa keberadaan minyak pada batuan tersebut, metode analisis pertama yang digunakan adalah analisa odor/ignition test (pengujian bakar), untuk melakukan metode ini, ada beberapa tahapan yang harus dilakukan, diantaranya : Sampel diletakkan pada suatu wadah tertentu, seperti cawan Setelah itu, wadah sampel (cawan) tersebut dijepit dengan menggunakan penjepit kayu hingga kemudian diletakkan diatas api yang menyala Setelah terkena api tersebut, maka bau yang dihasilkan oleh setiap sampel cutting tersebut diidentifikasi

Foto 2. Pembakaran sebagian sampel cutting untuk selanjutnya dilakukan analisa odor (dokumentasi pribadi)

3. Analisa FluoresenceKemudian metode selanjutnya yang dilakukan setelah analisis odor adalah, analisis fluorescence, seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, metode ini merupakan metode analisis yang digunakan untuk mengetahui jenis warna yang dihasilkan oleh sinar ultraviolet yang dipancarkan oleh kepingan-kepingan batuan. Hal-hal yang harus dilakukan dalam metode analisis ini adalah : Sampel cutting dimasukkan kedalam tabung reaksi Lalu larutan tertentu seperti ethanol dicampurkan kedalam tabung reaksi tersebut Setelah terjadi percampuran antara sampel cutting dengan ethanol, maka tabung reaksi dimasukkan kedalam tabung fluoroscence Sampel Cutting yang mengandung minyak, akan memendarkan sinar ultraviolet tertentu

Foto 3. Sampel yang dilarutkan dengan etanol (dokumentasi pribadi)

Foto 4. Contoh warna sinar ultraviolet yang dipancarkan oleh sampel cutting pada tabung fluoeresence (dokumentasi pribadi).

4. Analisa StainningSetelah analisis fluoroscence, metode selanjutnya yang harus dilakukan adalah analisa Staining, hal-hal yang harus dilakukan dalam metode ini adalah : Sampel cutting dimasukkan ke dalam tabung reaksi Larutan ethanol dimasukkan ke dalam tabung reaksi Setelah terjadi percampuran antara kepingan batuan dan larutan ethanol, kemudian sedikit dari campuran tersebut dituangkan ke sebuah tisu kering Noda yang dihasilkan kemudian diidentifikasi, dimana kepingan batuan yang mengindikasikan keberadaan minyak akan meninggalkan noda yang cukup jelas terlihat

Foto 5. Stain (noda) yang terlihat pada kertas tisu (dokumentasi pribadi).

5. Analisa Oil CutMetode analisis terakhir yang harus dilakukan adalah metode oil cut, didalam pelaksanaan analisis ini ada beberapa hal yang harus dilakukan diantaranya : Sampel cutting diletakkan pada suatu cawan dalam suat ukuran tertentu Kemudian cawan tersebut diletakkan ke dalam tabung fluorescence Setelah itu, pelarut tertentu dituangkan kedalam kepingan kepingan batuan tersebut (sampel cutting) Kecepatan pelarutan yang terjadi akan mengindikasikan apakah sampel cutting tersebut mengandung minyak atau tidak

D. Tabel Data

E. Analisa dan PembahasanSetelah melakukan deskripsi dan semua metode analisis, didapatkan hasil sebagai berikut :1. Sampel cutting 1 (5195-5200 ft)Sampel ini merupakan hancuran batuan yang berasal dari kedalaman 5195-5200 ft (data ini diperoleh melalui data lag time yang merupakan fungsi dari kedalaman, volume lumpur, dan kecepatan pemboran). Dari hasil dekripsi didapatkan bahwa sampel batuan ini merupakan sampel yang berasal dari Batupasir halus, dengan deskripsi berupa warna abu-abu dan berukuran pasir halus, sortasinya baik, bnetuk butirnya rounded, dengan porositas dan permeabilitas yang baik, dan tersusun oleh mineral mineral seperti kuarsa, feldspar, serta litik. Setelah dilakuan setiap metode analisis untuk mengetahui keberadaan minyak didalam suatu jenis batuan, maka didapatkan hasil sebagai berikut : Berdasarkan analisis odor yang telah dilakukan, secara jelas dapat diketahui bahwa sampel ini tidak memiliki bau, sehingga dalam analisis ini, sampel 5195-5200 ft dikategorikan sebagai sampel yang tidak berbau (none) Kemudian analisis fluorescence pada sampel ini menunjukkan bahwa didalam tabung fluorescence, campuran antara kepingan batuan dan larutan ethanol menghasilkan warna ultraviolet biru muda Lalu pada analisis staining, sampel yang telah dicampur dengan larutan ethanol kemudian dituangkan pada sebuah kertas tisu, tidak meninggalkan noda yang jelas, sehingga dalam analisis ini, sampel ini dikategorikan kedalam jenis yang tidak bernodaKemudian dikarenakan setiap hasil analisis yang dilakukan menunjukkan kesimpulan yang seragam, bahwa sampel cutting ini tidak mengandung hidrokarbon, maka analisis oil cut pun tidak dilakukan.2. Sampel cutting 2 (5190-5195 ft)Sampel cutting 2 merupakan sampel yang diambil dari kedalaman 5190-5195 ft. hasi deskripsi menunjukkan bahwa sampel ini merupakan sampel yang berasal dari litologi Batupasir sedang, dengan deskripsi yang menunjukkan bahwa sampel ini berwarna coklat, ukuran butirnya pasir sedang sortasi baik, bentuk butir subrounded, dan memiliki porositas dan permeabilitas yang baik, dan komposisi dari batuan ini adalah mineral kuarsa, feldspar dan litik. Kemudian setelah melakukan analisis untuk mengetahui kandungan minyak di dalam batuan ini, maka didapatkan hasil sebagai berikut : Berdasarkan analisis odor, setelah mengalami proses pembakaran, sampel cutting 2 tidak menghasilkan bau apapun, kecuali bau yang dihasilkan oleh cawan yang ikut terpanaskan. Sehingga sampel cutiing 2 ini dikategorikan kedalam sampel yang tidak berbau (none) Kemudian pada tahapan analisis yang selanjutnya, yaitu analisis fluorescence, ketika dimasukkan kedalam tabung fluorescence, sampel cutting 2 yang sebelumnya sudah tercampur dengan ethanol ini terlihat memancarkan warna biru muda Kemudian pada analisis staining, sampel cutting yang juga sebelumnya telah tercampur dengan ethanol, pada saat dituangkan pada suatu kertas tisu, tidak terlihat adanya noda yang ditinggalkan, sehingga pada analisis ini, sampel cutting 2 dikategorikan kedalam kelompok tidak bernodaKemudian karena kasus pada sampel cutting 2 ini menunjukkan gejala yang sama seperti pada sampel cutting 1, maka tidak dilakukan analisis oil cut, karena melalui analisis-analisis yang telah dilakukan sebelumnya, telah diketahui bahwa sampel ini tidak memiliki potensi minyak.3. Sampel cutting 3 (5185-5190 ft)Sampel cutting 3 merupakan sampel kepingan batuan yang diambil dari kedalaman 5185-5190 ft. berdasarkan deskripsi yang telah dilakukan terhadap sampel, maka dapat diketahui bahwa batuan ini merupakan batuserpih (shale). Batuan ini memiliki warna hitam dengan ukuran butir lanau. sortasinya baik dengan bentuk butir yang rounded, memiliki porositas baik dan permeabilitas yang buruk. Batuan ini tersusun oleh material sedimen berukuran halus (lempung-lanau). Berdasarkan analisis-analisi yang telah dilakukan untuk mengetahui potensi keberadaan minyak idalam sampel ini, maka didapatkan hasil-hasil sebagai berikut : Analisis odor yang dilakukan pada sampel cutting ini menunjukkan bahwa setelah mengalami pembakaran, sampel cutting 3 ini menghasilkan bau yang jelas bukan berasal dari cawan yang ikut terpanaskan, sehingga pada tahapan ini, sampel cutting 3 dikategorikan kedalam jenis yang berbau (fair) Kemudian tahapan selanjutnya, yaitu analisis fluorescence. Pada saat sampel yang telah tercampur dengan ethanol dimasukkan kedalam tabung fluorescence, dapat terlihat bahwa pada tahap ini sampel cutting 3 memancarkan warna yang cukup berbeda dengan 2 sampel lainnya, warna yang dihasilkan oleh sampel ini adalah warna biru tua Setelah analisis fluorescence dilakukan, tahapan analisis selanjutnya adalah analisis staining. Pada tahapan ini, campuran sampel cutting 3 dan ethanol yang dituangkan ke kertas tisu meninggalkan sedikit noda yang dapat terlihat, sehingga pada analisis ini, sampel cutting 3 dikategorikan kedalam kelompok sedikit noda Karena ketiga analisis sebelumnya menunjukkan bahwa terdapat indikasi keberadaan minyak di dalam sampel cutting 3, maka untuk mendapatkan hasil yang lebih valid dilakukan analisis oil cut. Setelah dilakukan analisis oil cut, dapat diketahui bahwa sampel cutting 3 termasuk kedalam kelompok yang bereaksi dengan cepat.

F. InterpretasiSetelah melakukan berbagai jenis analisis dan juga deskripsi, maka dapat diketahui bahwa salah satu diantara ketiga sampel cutting yang dianalisa memiliki kandungan hidrokarbon, sehingga sampel tersebut dapat dikategorikan sebagai suatu source rock. Sedangkan dua sampel lainnya dapat dikategorikan sebagai reservoar yang mampu menampumg hidrokarbon pada saat lepas dari source rock. Dan berikut ini adalah penjelasannya :1. Batuan Induk (Source Rock)Sampel cutting yang diduga dapat berperan sebagai source rock adalah sampel cutting 3 yaitu sampel yang berada pada kedalaman paling dangkal atau bisa dikatakan berumur paling muda. Hal ini dapat diketahui berdasarkan analisis analisis yang teah dilakukan sebelumnya, dan setiap analisis-analisis tersebut mengindikasikan bahwa sampel cutting 3 ini memiliki kandungan hidrokarbon. Sebenarnya tanpa harus melakukan analisis-analisis tersebut, sudah dapat dilihat bahwa sampel cutting 3 ini memang memiliki kandungan hidrokarbon, hal ini dapat dilihat dari kondisi petrofisik yang dimilikinya. Selain ukurannya yang halus, warnanya pun cenderung gelap, yang secara tidak langsung mengindikasikan bahwa batuan ini memiliki kandungan material organik yang cukup melimpah, sehingga dapat diperkirakan bahwa sampel ini dapat menjadi suatu source rock pada sistem hidrokarbon tertentu.Hanya saja untuk menghasilkan suatu sistem hidrokarbon yang memadahi, keberadaan source rock saja tidak cukup, source rock tidak akan dapat menghasilkan hidrokarbon yang matang tanpa adanya kondisi kondisi tertentu yang dapat mendukung batuan tersebut untuk menghasilkan hidrokarbon, dibutuhkan kondisi suhu dan tekanan yang cukup dan sesuai, sehingga hidrokarbon yang matang pun dapat terbentuk. Oleh karena itu untuk melakukan eksploitasi hidrokarbon yang ada, perlu dilakukan studi-studi selanjutnya untuk mengetahui apakah dugaan hidrokarbon pada sampel cutting 3 ini termasuk kedalam kategori yang matang atau belum. Kemudian jika telah terbentuk suatu hidrokarbon yang matang, itu saja tidak cukup, untuk dapat dilaksanakan suatu kegiatan eksploitasi, diperlukan adanya komponen komponen lain yang mendukung, seperti keberadaan reservoar, trap, seal rock, waktu migrasi yang sesuai, dan sebagainya. Dalam analisis ini, akibat kondisi data yang tidak lengkap, sehingga komponen sistem hidrokarbon yang dapat ditemukan hanyalah, source rock dan reservoar yang diperkirakan dapat diperankan oleh sampel cutting 1 dan 2.

2. ReservoarReservoar merupakan suatu komponen yang cukup penting didalam suatu sistem hidrokarbon, dan dalam analisis ini, yang diduga berperan sebagai suatu reservoar adalah sampel 1 dan sampel 2. Kedua sampel ini dapat dikategorikan sebagai suatu reservoar karena kedua sampel tersebut memiliki ciri-ciri yang sangat sesuai jika berperan sebagai reservoar dari suatu sistem hidrokarbon. Keduanya merupakan batupasir, dengan porositas dan permeabilitas yang baik, sehingga pada dasarnya hidrokarbon dapat tersimpan pada litologi ini sampai aktivitas pemboran dilakukan.Hanya saja suatu masalah yang tidak lazim pun ditemukan, kedua batuan ini terletak lebih dalam daripada posisi source rock, sedangkan umumnya, posisi reservoar terletak diatas dari posisi source rock. Namun secara teoritis dapat dijelaskan bahwa hal ini dapat saja terjadi, mengingat sifat air akan terus mengisi bagian-bagian kosong yang disediakan pada rongga suatu batuan, jika jalan yang ditemukan mengarah ke area yang lebih dalam, maka reseroar bisa saja berada dibawah source rock, sehingga kondisi demikian bisa saja terjadi.

G. Kesimpulan1. Berdasarkan analisis yang telah dilakukan, dari ketiga sampel cutting yang di analisa, hanya ada satu sampel cutting yang berpotensi mengandung hidrokarbon yaitu sampel cutting 3 (5185-5190 ft)2. Kedua sampel lainnya yaitu sampel cutting 1 (5195-5200 ft) dan sampel cutting 2 (5190-5195 ft) tidak memiliki potensi hidrokarbon, hanya saja berdasarkan karakteristik petrofisiknya, batuan yang direpresentasikan oleh sampel cutting 1 dan 2 dapat berperan sebagai reservoar.

H. Daftar PustakaDosen dan Asisten Laboratorium Sedimentografi. 2014. Buku Panduan Praktikum Geologi Minyak dan Gas Bumi 2013/2014. Yogyakarta : Laboratorium Sedimentografi Jurusan Teknik Geologi Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada