sek 3 respi

Upload: ridho-hidayatulloh

Post on 08-Mar-2016

13 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

PBL univeersitas yarsi blok respiratory angkatan 2011

TRANSCRIPT

R. M. Ridho Hidayatulloh1102011215

1. Definisi Asma BronkhialAsma (Asthma) adalah suatu penyakit kronik (menahun) yang menyerang saluran pernafasan (bronchiale) pada paru dimana terdapat peradangan (inflamasi) dinding rongga bronchiale sehingga mengakibatkan penyempitan saluran nafas yang akhirnya seseorang mengalami sesak nafas. Penyakit Asma paling banyak ditemukan di negara maju, terutama yang tingkat polusi udaranya tinggi baik dari asap kendaraan maupun debu padang pasir.Asma bronkhial adalah penyakit jalan nafas obstruktif intermitten, reversible dimana trakeobronkial berespon secara hiperaktif terhadap stimuli tertentu. Asma bronchial adalah suatu penyakit dengan ciri meningkatnya respon bronkus terhadap berbagai rangsangan dengan manifestasi adanya penyempitan jalan nafas yang luas dan derajatnya dapat berubah-ubah baik secara spontan maupun hasil dari pengobatan (The American Thoracic Society).2. KLASIFIKASI Berdasarkan derajat penyakit menurut PNAA 2004 :Parameter klinis, kebutuhan obat dan faal paruAsma Episodik JarangAsma Episodik SeringAsma Persisten

Frekuensi serangan1x/blnSering

Lama serangan1mingguHampir sepanjang tahun tidak ada remisi

Intensitas seranganRingan Biasanya sedang, sering ada gejalaBiasanya berat

Di antara seranganTanpa gejalaSering ada gejalaGejala siang dan malam

Tidur dan aktivitasTidak tergangguSering tergangguSangat terganggu

Pemeriksaan fisik di luar seranganNormal, tidak ditemukan kelainanMungkin terganggu (ditemukan kelainan)Tidak pernah normal

Obat pengendali Tidak perluPerluPerlu

Uji faal paruPEF/FEV1 >80%PEF/FEV1 60-80%15%>30%>50%

Menurut Phelan dkk :1. Asma episodik jarang : urang dari 1x tiap bulan, serangannya ringan, berlangsung paling lama hanya beberapa hari, diantara serangan tidak ada gejala. Di luar serangan pemeriksaan fisik dan faal paru tidak ada kelainan. Tidur dan aktivitas tidak terganggu.2. Asma episodik sering : serangan lebih dari 1x/bln, lama serangan sering dari beberapa hari dan diantara serangan tidak ada gejala. Serangan kadang lebih berat. Tidur dan aktivitas mulai terganggu. Pemeriksaan fisik dan faal paru normal diluar serangan. Untuk memepertahankan kualitas hidup perlu digunakan obat pencegahan non-steroid.3. Asma kronik persisten : serangan sering timbul dan berat, gejala sepanjang siang dan malam, hampir atau sepanjang tahun sehingga hapir tidak ada masa remisi. Pemeriksaan fisik dan faal paru tidak pernah normal. Pencegahan pelu digunakan obat kortikosteroid. Menurut Godfrey (frekuensi dan intensitas serangan):a. Berdasarkan frekuensi : Asma ringan : 95%90-95% 35 tahun dan perokok berat. Gejalanya berupa batuk di pagi hari, lama-lama disertai mengi, menurunya kemampuan kegiatan jasmani pada stadium lanjut ditemukan sianosis dan tanda-tanda kor pumonal. Emfisema ParuSesak merupakan gejala utama emfisema, sedangkan batuk dan mengi jarang menyertainya. Penderita biasanya kurus. Berbeda dengan asma, emfisema biasanya tida ada fase remisi, penderita selalu merasa sesak pada saat melakukan aktivitas. Pada pemeriksaan fisik di dapat dada seperti tong, gerakan nafas terbatas, hipersonor, pekak hati menurun, suara vesikuler sangat lemah. Pada foto dada di dapat adanya hiperinflasi. Gagal Jantung KiriGejala gagal jantung yang sering terjadi pada malam hari dikenal sebagai paroksisimal dispneu. Penderita tiba-tiba terbangun pada malam hari karena sesak, tetapi sesak berkurang jika penderita duduk. Pada pemeriksaan fisik ditemukan adanya kardiomegali dan udem paru. Emboli ParuHal-hal yang dapat menimbulkan emboli paru adalah gagal jantung dan tromboflebitis dengan gejala sesak nafas, pasien terbatuk-batuk disertai darah, nyeri pleura, keringat dingin, kejang, dan pingsang. Pada pemeriksaan fisik didapat ortopnea, takikardi, gagal jantung kanan, pleural friction, gallop, sianosis, dan hipertensi.7. TatalaksanaTatalaksana asma mencakup edukasi terhadap pasien dan atau keluarganya tentang penyakit asma dan penghindaran terhadap faktor pencetus serta medikamentosa. Medikamentosa yang digunakan dibagi menjadi 2 kelompok besar yaitu pereda (reliever) dan pengendali (controller). Tata laksana asma dibagi menjadi dua kelompok besar yaitu pada saat serangan (asma akut) dan di luar serangan (asma kronik).Di luar serangan, pemberian obat controller tergantung pada derajat asma. Pada asma episodik jarang, tidak diperlukan controller, sedangkan pada asma episodik sering dan asma persisten memerlukan obat controller. Pada saat serangan lakukan prediksi derajat serangan (Lampiran 2), kemudian di tata laksana sesuai dengan derajatnya (lampiran 5).Pada serangan asma akut yang berat : Berikan oksigen Nebulasi dengan -agonis antikolinergik dengan oksigen dengan 4-6 x pemberian. Koreksi asidosis, dehidrasi dan gangguan elektrolit bila ada Berikan steroid intra vena secara bolus, tiap 6-8 jam Berikan aminofilin intra vena :Bila pasien belum mendapatkan amonifilin sebelumnya, berikan aminofilin dosis awal 6 mg/kgBB dalam dekstrosa atau NaCl sebanyak 20 ml dalam 20-30 menitBila pasien telah mendapatkan aminofilin (kurang dari 4 jam), dosis diberikan separuhnya.Bila mungkin kadar aminofilin diukur dan dipertahankan 10-20 mcg/ml Selanjutnya berikan aminofilin dosis rumatan 0,5-1 mg/kgBB/jamBila terjadi perbaikan klinis, nebulasi diteruskan tiap 6 jam hingga 24 jam, dan pemberian steroid dan aminofilin dapat per oralBila dalam 24 jam pasien tetap stabil, pasien dapat dipulangkan dengan dibekali obat-agonis (hirupan atau oral) yang diberikan tiap 4-6 jam selama 24-48 jam. Selain itu steroid oral dilanjutkan hingga pasien kontrol ke klinik rawat jalan dalam 24-48 jam untuk reevaluasi tatalaksana.

8. KomplikasiBerbagai komplikasi yang mungkin timbul adalah:a. Status asmatikus adalah setiap serangan asma berat atau yang kemudian menjadi berat dan tidak memberikan respon (refrakter) adrenalin dan atau aminofilin suntikan dapat digolongkan pada status asmatikus. Penderita harus dirawat dengan terapi yang intensif.b. Atelektasis adalah pengerutan sebagian atau seluruh paru-paru akibat penyumbatan saluran udara (bronkus maupun bronkiolus) atau akibat pernafasan yang sangat dangkal.c. Hipoksemia adalah suatu kondisi dimana tubuh dapat kekurangan oksigen secara sistemik akibat inadekuatnya intake oksigen ke paru oleh serangan asma.d. Pneumotoraks adalah terdapatnya udara pada rongga pleura yang menyebabkan kolapsnya paru.e. Emfisema adalah penyakit yang gejala utamanya adalah penyempitan (obstruksi) saluran nafas karena kantung udara di paru menggelembung secara berlebihan dan mengalami kerusakan yang luas.9. Pencegahana. Pencegahan Primer Mencegah terjadinya sensitisasi pada bayi atau anak yang mempunyai resiko untuk menjadi asma di kemudian hari (resiko : bayi yang lahir atopi). Langkah pertama yaitu mengenali adanya faktor resiko terjadinya asma. Pencegahan ini dapat dilakukan pada saat prenatal dan pascanatal. Pada masa prenatal, orang tua dihindari terhadap lingkungan faktor resiko (terutama indoor pollutans spt asap rokok, debu rumah). Pada masa pascanatal, bayi dihindari dari pemberiasn ASI yang mengandung makanan yang dapat menyebabkan asma. Pemberian ASI yang lama dapt mengurangi resiko asma di kemudian hari.Pemberian antibiotik pada awal kehidupan akan meningkatkan kejadian asma. Anak yang tinggal di lingkungan pertanian atau peternakan dengan kadar endotoksin yang lebih tinggi akan menurunkan kejadian asma, tergantung dengan umur. Pemberian probiotik akan meningkatkan kejadian asma. Infeksi RSV juga akan meningkatkan kejadian asma.b. Pencegahan sekunderMencegah terjadinya asma/inflamasi pada seorang anak yang sudah tersensitisasi. Telah dibuktikan dengan pemberian antihistamin. Pemberian cetrizine pada 18 bulan pertama pada anak yang orang tuanya atopi dapat mencegah kejadian asma sebanyak 50%.c. Pencegahan TersierMencegah terjadinya serangan pada anak yang sudah menderita asma. Ini dapat dilakukan dengan cara menghindari alergen yang menjadi faktor pencetus. Serangan asma dapat terjadi akibat adanya faktor pencetus.Setiap penderita harus mencoba untuk melakukan tindakan pencegahan. Tetapi bila gejala-gejala sedang timbul maka diperlukan obat antipenyakit asma untuk menghilangkan gejala dan selanjutnya dipertahankan agar penderita bebas dari gejala penyakit asma. i. Menjaga Kesehatan Menjaga kesehatan merupakan usaha yang tidak terpisahkan dari pengobatan penyakit asma. Bila penderita lemah dan kurang gizi, tidak saja mudah terserang penyakit tetapi juga berarti mudah untuk mendapat serangan penyakit asma beserta komplikasinya. Usaha menjaga kesehatan ini antara lain berupa makan makanan yang bernilai gizi baik, minum banyak, istirahat yang cukup, rekreasi dan olahraga yang sesuai. ii. Menjaga kebersihan lingkunganLingkungan dimana penderita hidup sehari-hari sangat mempengaruhi timbulnya serangan penyakit asma. Keadaan rumah misalnya sangat penting diperhatikan. Rumah sebaiknya tidak lembab, cukup ventilasi dan cahaya matahari. Saluran pembuangan air harus lancar. Kamar tidur merupakan tempat yang perlu mendapat perhatian khusus. Sebaiknya kamar tidur sesedikit mungkin berisi barang-barang untuk menghindari debu rumah. Hewan peliharaan, asap rokok, semprotan nyamuk, atau semprotan rambut dan lain-lain mencetuskan penyakit asma. Lingkungan pekerjaan juga perlu mendapat perhatian apalagi kalau jelas-jelas ada hubungan antara lingkungan kerja dengan serangan penyakit asmanya.

iii. Menghindari Faktor Pencetus Alergen yang tersering menimbulkan penyakit asma adalah tungau debu sehingga cara-cara menghindari debu rumah harus dipahami. Alergen lain seperti kucing, anjing, burung, perlu mendapat perhatian dan juga perlu diketahui bahwa binatang yang tidak diduga seperti kecoak dan tikus dapat menimbulkan penyakit asma. Infeksi virus saluran pernapasan sering mencetuskan penyakit asma. Sebaiknya penderita penyakit asma menjauhi orang-orang yang sedang terserang influenza. Juga dianjurkan menghindari tempat-tempat ramai atau penuh sesak. Hindari kelelahan yang berlebihan, kehujanan, penggantian suhu udara yang ekstrim, berlari-lari mengejar kendaraan umum atau olahraga yang melelahkan. Jika akan berolahraga, lakukan latihan pemanasan terlebih dahulu dan dianjurkan memakai obat pencegah serangan penyakit asma. Zat-zat yang merangsang saluran napas seperi asap rokok, asap mobil, uap bensin, uap cat atau uap zat-zat kimia dan udara kotor lainnya harus dihindari.iv. Menggunakan obat-obat antipenyakit asma Pada serangan penyakit asma yang ringan apalagi frekuensinya jarang, penderita boleh memakai obat bronkodilator, baik bentuk tablet, kapsul maupun sirup. Tetapi bila ingin agar gejala penyakit asmanya cepat hilang, jelas aerosol lebih baik. Pada serangan yang lebih berat, bila masih mungkin dapat menambah dosis obat, sering lebih baik mengkombinasikan dua atau tiga macam obat. Misalnya mula-mula dengan aerosol atau tablet/sirup simpatomimetik (menghilangkan gejala) kemudian dikombinasi dengan teofilin dan kalau tidak juga menghilang baru ditambahkan kortikosteroid. Pada penyakit asma kronis bila keadaannya sudah terkendali dapat dicoba obat-obat pencegah penyakit asma.

10. PrognosisPada umumnya bila segera ditangani dengan adekuat, prognosa terhadap adalah baik. Mortalitas akibat asma sedikit nilainya. Gambaran yang paling akhir menunjukkan kurang dari 5000 kematian setiap tahun dari populasi berisiko yang berjumlah kira-kira 10 juta. Namun, angka kematian cenderung meningkat di pinggiran kota dengan fasilitas kesehatan terbatas. Informasi mengenai perjalanan klinis asma mengatakan bahwa prognosis baik ditemukan pada 50 sampai 80 persen pasien, khususnya pasien yang penyakitnya ringan timbul pada masa kanak-kanak. Jumlah anak yang menderita asma 7 sampai 10 tahun setelah diagnosis pertama bervariasi dari 26 sampai 78 persen, dengan nilai rata-rata 46 persen; akan tetapi persentase anak yang menderita penyakit yang berat relative rendah (6 sampai 19 persen). Tidak seperti penyakit saluran napas yang lain seperti bronchitis kronik, asma tidak progresif.

[10]