sejarah_pendidikan_and_pendidikan_indone.pdf

Upload: aditya-eka-linggabuana

Post on 05-Jul-2018

213 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 8/16/2019 Sejarah_Pendidikan_and_Pendidikan_Indone.pdf

    1/13

    Sejarah Pendidikan &

    Pendidikan Indonesia dari Jaman ke Jaman

    1.  Kondisi Pendidikan Nasional Zaman Kolonial, Pergerakan Kemerdekaan

    dan Penjajahan Jepang

    A.  Kondisi Pendidikan Nasional Pada Masa Portugis

    Karena berkembangnya perdagangan, pada awal abad ke-16 datanglah Portugis ke

    Indonesia yang kemudian disusul bangsa Spanyol. Selain untuk berdagang, mereka juga

    menyebarkan agama Nasrani (Khatolik). Waktu orang-orang Portugis datang ke

    Indonesia, mereka dibarengi oleh missionaris, yang diberi tugas untuk menyebarkan

    agama Khatolik di kalangan penduduk Indonesia. Seorang di antaranya adalah Franciscus

    Xaverius, yang dianggap sebagai peletak batu pertama Khatolik di Indonesia. Franciscus

    Xaverius berpendapat bahwa untuk memperluas penyebaran agama Khatolik itu perlu

    sekali didirikan sekolah-sekolah.

    Pada tahun 1536 didirikan sebuah seminarie di Ternate, yang merupakan sekolah

    agama bagi anak-anak orang terkemuka. Selain pelajaran agama diberikan juga pelajaran

    membaca, menulis dan berhitung. Di Solor juga didirikan semacam seminarie dan

    mempunyai ±50 orang murid, di sekolah ini juga diajarkan bahasa Latin. Pada tahun 1546

    di Ambon sudah ada tujuh kampung yang penduduknya beragama Khatolik, ternyata di

    sana juga diselenggarakan pengajaran untuk rakyat umum.

    Karena sering timbul pemberontakan, maka pada akhir abad-16 habislah kekuasaan

    Portugis di Indonesia. Ini berarti habis pula riwayat missi Khatolik di Maluku. Missi ini

    adalah missi negara, artinya para missionaris mendapat jaminan hidup dari negara. Maka

     jatuhnya negara mengakibatkan hilangnya tenaga missi itu, sehingga usaha-usaha

     pendidikan terpaksa harus dihentikan. 

    B.  Kondisi Pendidikan Nasional Pada Masa Belanda

    Dengan berakhirnya kekuasaan Portugis, maka timbullah kekuasaan baru, yakni

    Belanda. Belanda semula datang ke Indonesia untuk berdagang. Orang Belanda, yang

    telah bersatu dalam badan perdagangan VOC, menganggap perlu menggantikan agama

    Khatolik yang telah disebarkan oleh orang Portugis dengan agamanya, yaitu agama

    Protestan. Untuk keperluan inilah, maka didirikan sekolah-sekolah, terutama di daerah

    yang dahulu telah dinasranikan oleh Portugis dan Spanyol.

  • 8/16/2019 Sejarah_Pendidikan_and_Pendidikan_Indone.pdf

    2/13

    1.  Ambon

    Sekolah pertama didirikan VOC di Ambon pada tahun 1607. Pelajaran yang

    diberikan berupa membaca, menulis dan sembahyang. Sebagai gurunya maka

    diangkat orang Belanda, yang mendapat upah ₣18 tiap bulan. Kelak dikirimkan

     beberapa orang anak kepala-kepala di Ambon ke negeri Belanda, untuk mendapat

     pendidikan guru. Sekembalinya ke tanah air, mereka diangkat sebagai guru.

    Sebagai bahasa pengantar mula-mula ditetapkan bahasa Belanda. Karena timbul

     berbagai kesulitan, maka akhirnya ditetapkan bahasa Melayu sebagai bahasa sekolah

    dan gereja. Sekolah ini mempunyai 30-40 orang murid. Murid-murid ini tidak tetap

    mengunjungi sekolah, karena disamping belajar di sekolah, mereka juga harus

    membantu orang tuanya bekerja di kebun atau di rumah. Untuk menghindari hal ini

    maka diadakan peraturan, bahwa tiap-tiap murid diberikan 1 pon beras tiap hari. Pada

    tahun 1627 di Ambon sudah ada 16 sekolah dan di pulau-pulau sekitarnya ada 18

     buah. Jumlah murid seluruhnya 1300 orang.

    Pengajaran sekolah di luar Ambon dan Maluku juga hanya terbatas di daerah-

    daerah yang telah terkena pengaruh Khatolik. Daerah-daerah yang tidak “di

     Nasranikan” oleh Portugis dibiarkannya saja. 

    2.  Jawa

    Hubungan antara Kompeni dengan rakyat di Pulau Jawa tidak serapat di Maluku. Ini

    disebabkan oleh 2 hal:  Rakyat di pulau Jawa sedikit sekali menghasilkan rempah-rempah untuk

    keperluan pasar dunia. Untuk mendapatkan rempah-rempah itu VOC tidak perlu

     berhubungan langsung dengan rakyat, sudah cukup bila berhubungan dengan

    kepala-kepala saja. 

      Rakyat di Pulau Jawa tidak terkena pengaruh Portugis. Agama Khatolik tidak

    masuk ke pulau Jawa. Jadi tidak ada alasan bagi Kompeni untuk mempengaruhi

    rakyat di Pulau Jawa.

    Karena dua alasan itulah, maka di Pulau Jawa tidak ada susunan persekolahan dan

    gereja yang seluas di Maluku.

    Sekolah pertama di Jakarta didirikan pada tahun 1617. Lima tahun kemudian sekolah

    itu mempunyai murid 92 laki-laki dan 45 perempuan. Tujuan dari sekolah ini adalah

    menghasilkan tenaga-tenaga kerja yang cakap, yang kelak dapat dipekerjakan pada

     pemerintahan, administrasi dan gereja. Sampai tahun 1786 dipergunakan bahasa Belanda

    sebagai bahasa pengantar.

  • 8/16/2019 Sejarah_Pendidikan_and_Pendidikan_Indone.pdf

    3/13

      Dalam abad ke-17 dan 18 pendidikan kejuruan tidak diselenggarakan. Inipun tidak

    mengherankan, kerena pengajaran Kompeni mempunyai dasar keagamaan. Pikiran,

     bahwa taraf ekonomi masyarakat dapat dinaikkan oleh pendidikan kejuruan, baru muncul

    dalam abad ke-19.

    3. 

    Pengaruh Aufklarung dalam Bidang Pendidikan

    Yang dikehendaki oleh Aufklarung adalah:

    1.  “Pencerahan” menghendaki agar manusia dibebaskan dari absolutisme negara

    dan mengharapkan agar kebebasan, terutama kebebasan ekonomi, dapat

    menghasilkan kebahagiaan yang sebesar-besarnya bagi seluruh umat manusia. 

    2.  Pendidikan hendaknya dapat membebaskan manusia. Pengajaran harus lepas

    dari pengaruh gereja, yang telah mengikatnya berabad-abad lamanya. 

    3. 

    Selain itu “pencerahan” mengemukakan juga pentingnya penerangan

    (pengajaran) bagi rakyat umum. Hal ini merupakan reaksi terhadap usaha-usaha

    gereja, yang hanya memperhatikan anggota-anggotanya saja. Maka diusahakan,

    agar ilmu pengetahuan bisa tersebar seluas-luasnya. Hal ini mendapat dorongan

    kuat dari Revolusi Perancis, yang diantaranya menghasilkan pengajaran percuma

     bagi semua warga negara.

    4. 

    Pengaruh Aufklarung di Indonesia

      Usaha Daendels

    Daendels, yang pada tahun 1808 menjadi Gubernur Jenderal, mendapat

     perintah dari Raja Lodewijk Napoleon untuk meringankan nasib budak-budak

    serta orang Bumiputera dan melenyapkan perbudakan. Sejarah membuktikan,

     bahwa usaha Daendels kurang berhasil, bahkan ia membuat peraturan baru, yang

    menambah penderitaan rakyat, yakni kerja rodi.

    Bentuk baru dalam lapangan pengajaran terjadi pada pemerintahanDaendels. Ia menaruh perhatian pada pengajaran bagi rakyat. Hal ini dapat

    dibuktikan dengan peristiwa-peristiwa dibawah ini :

    -  Pada tahun 1808 ia memberi perintah kepada bupati-bupati di Jawa agar

     pengajaran tersebar di kalangan rakyat dan tiap distrik mempunyai sekolah.

    Perintah ini tak sempat dijalankan, karena 3 tahun kemudian pemerintahan

     jatuh ke tangan Inggris. 

    Tahun 1809 untuk pertama kali diselenggarakan pendidikan bidan, yang

    merupakan bagian dari usaha pemeliharaan kesehatan rakyat. Yang menjadi

  • 8/16/2019 Sejarah_Pendidikan_and_Pendidikan_Indone.pdf

    4/13

  • 8/16/2019 Sejarah_Pendidikan_and_Pendidikan_Indone.pdf

    5/13

    sekolah untuk anak Belanda. Dan yang memasuki sekolah itu masih terbatas pada

    anak-anak bangsawan saja, anak rakyat jelata tidak diperkenankan.

    Pada saat itu pendidikan lebih berkembang di luar Jawa. Hal ini karena sekolah di

    luar Jawa didirikan oleh badan-badan Kristen yang memberikan pendidikan

     berdasarkan agama.

    Ketika itu karena banyak dibutuhkan tenaga-tenaga rendahan yang paham bahasa

    Belanda, didirikanlah sekolah istimewa yang mengajarkan bahasa Belanda. Sekolah

    itu kita dapati di Ambon, Depok dan Magelang. Di samping itu, di Bandung,

    Magelang, Probolinggo dan Manado dibuka sekolah untuk anak-anak bangsawan

    yang dididik untuk menjadi pamong praja Indonesia. Di sekolah-sekolah “menak” itu

     juga diajarkan bahasa Belanda. Pada tahun 1892 ada dua macam sekolah rendah,

    yaitu: 

    1. 

    Sekolah Kelas Dua untuk anak rakyat biasa. Lama pendidikan 3 tahun, pelajaran

    yang diberikan ialah berhitung, menulis dan membaca. 

    2.  Sekolah Kelas Satu  untuk anak pegawai pemerintahan Hindia Belanda. Lama

     pendidikan pada mulanya 4 tahun, kemudian dijadikan 5 tahun dan akhirnya 7

    tahun. Pelajaran yang diberikan ialah ilmu bumi, sejarah, ilmu hayat,

    menggambar dan ilmu mengukur tanah. Pelajaran diberikan dalam bahasa

    Melayu dan Belanda. Sekolah inil kemudian menjadi HIS (Hollands Inlandse

    School) yang menghasilkan pegawai-pegawai untuk pemerintahan kolonial. Perubahan besar terjadi di bidang pendidikan ini menyebabkan antara lain sekolah

    “menak” dirasa tidak perlu lagi. Tahun 1895, Sekolah Kelas Dua dijadikan sekolah 4

    tahun dan tahun 1905 dijadikan 5 tahun. Selain itu di Jawa ada sekolah yang didirikan

    masyarakat sendiri yang memberikan pelajaran dasar seperti: membaca, meulis dan

     berhitung. Van Heutz (1904) memperbaiki sekolah itu dan menjadikannya 3 tahun

    dengan nama Sekolah Desa. Tahun 1938, jumlah Sekolah Desa itu ada 1700 buah,

    tersebar di seluruh Indonesia, dengan jumlah guru 32.000 orang dan murid 1.750.000

    orang.

    6.  Penyelenggaraan Sekolah-Sekolah Bumiputera Sesudah 1850

    Di Jawa bangunan-bangunan sekolah Bumiputera didirikan oleh pemerintah.

    Biasanya mengambil tempat di halaman kabupaten. Karena tujuan sekolah ini adalah

    mendidik calon-calon pegawai murahan, maka murid-murid tidak diambil dari rakyat

     petani biasa, melainkan dari golongan priyayi, anak pegawai, seperti anak bupati,

    wedana, juru tulis, mantri atau kepala desa. Lama belajar di sekolah ini tidak

    ditentukan, biasanya 2-6 tahun.

  • 8/16/2019 Sejarah_Pendidikan_and_Pendidikan_Indone.pdf

    6/13

      Sekolah Kelas Satu juga mengalami perubahan, dan sejak tahun 1914 disebut HIS 

    ( Hollands Inlandse School ). Untuk anak-anak Indonesia lulusan HIS juga dibuka

     beberapa buah MULO (sekarang SMP), lama pelajaran pada teorinya adalah 3 tahun,

    tapi pada prakteknya 4 tahun. Lulusan MULO dapat menyambung pelajarannya ke

    AMS (sekarang SMA). Dari AMS yang mampu dapat melanjutkan pelajarannya ke

    Sekolah Tinggi di Jawa atau Universitas di Belanda.

    Tahun 1922, AMS untuk pertama kali menghasilkan lulusannya dan karena itu

     pada tahun 1924 di Jakarta dibuka Sekolah Tinggi Kehakiman ( Rechts Hoge Schooll )

    yang mulanya adalah Rechtsschol   (Sekolah Hakim), yang menyiapkan tenaga-tenaga

    untuk kantor-kantor pengadilan negeri, seperti jaksa dan  griffier . Lama pendidikan 6

    tahun dan dibuka pada tahun 1909.

    Selama PD I (1914-1918) di Indonesia terasa sekali kekurangan tenaga insinyur.

    Karena itu atas usaha direksi perkebunan dan perusahaan Belanda, pada tahun 1918 di

    Bandung didirikan  Koninklijk Instituut voor Hooger Technisch Onderwijs in

     Nederlandsch Indie  (Lembaga Kerajaan untuk Pengajaran Tinggi Teknik di Hindia

    Belanda) yang membuka Technische Hooge School   (Sekolah Tinggi Teknik). Di

    Jakarta pada tahun 1927 dibuka Geneeskindige Hooge School  (Sekolah Dokter) yang

     pada tahun 1902 sekolah itu bernama School tot Opleiding Voor Inlandsche Artsen 

    (Sekolah Dokter Bumiputera), lama pendidikan 10 tahun. Untuk praktikum maka

    didirikan sebuah rumah sakit yang dinamakan CBZ (sekarang RS CiptoMangunkusumo). 

    7.  Pergerakkan Kemerdekaan

    Dengan bertambah meluasnya pendidikan di Indonesia pada abad ke-20,

    timbullah golongan baru dalam masyarakat di Indonesia, yaitu golongan cerdik

     pandai yang mendapat pendidikan Barat, tapi tidak mendapat tempat maupun

     perlakuan yang sewajarnya dalam masyarakat kolonial. Pendidikan menimbulkan

    keinsyafan nasional dan keinsyafan bernegara. Dengan alat dan senjata yang

    dipelajarinya dari Barat sendiri, yaitu organisasi rakyat cara modern, lengkap dengan

    susunan pengurus pusat dan cabang di daerah-daerah. Pergerakan ini dicetuskan kaum

    cerdik pandai, sebagian besar keturunan kaum bangsawan.

    Partai maupun pergerakan-pergerakan yang timbul sesudah tahun 1908 ada yang

     berdasarkan agama seperti Sarekat Islam, ada yang berdasarkan sosial seperti

    Muhammadiyah, ada pula yang berazaskan kebangsaan, seperti Indische Partij, yang

     pertama sekali merumuskan semboyan Indie los van Nederland  yang diambil alih PNI

    dan diterjemahkan menjadi “Indonesia Merdeka” (1928). 

  • 8/16/2019 Sejarah_Pendidikan_and_Pendidikan_Indone.pdf

    7/13

     

    8.  Kondisi Pendidikan Nasional Pada Masa Jepang

    Zaman penjajahan Jepang berlangsung pendek (7 Maret 1942 –  17 Agustus 1945).

    Karena Indonesia dikuasai Jepang di masa perang, segala usaha Jepang ditujukan

    untuk perang. Murid-murid disuruh bergotong-royong mengumpulkan batu, kerikil

    dan pasir untuk pertahanan. Pekarangan sekolah ditanami dengan ubi dan sayur-

    mayur untuk bahan makanan. Murid disuruh menanam pohon jarak untuk menambah

    minyak untuk kepentingan perang.

    Yang terpenting bagi kita di zaman Jepang ialah dengan kerobohan kekuasaan

    Belanda diikuti pula tumbangnya sistem pendidikan kolonial yang pincang. Karena

     pemerintahan militer Jepang menginternir banyak orang Belanda, maka sekolah-

    sekolah untuk anak Belanda dan Indonesia kalangan atas ikut lenyap. Tinggal susunan

    sekolah yang semata-mata untuk anak-anak Indonesia saja. Sekolah rendah seperti

    Sekolah Desa 3 tahun, Sekolah Sambungan 2 tahun, ELS, HIS, HCS yang masing-

    masing 7 tahun, Schakel School  5 tahun, dan MULO dihapus semua. Yang ada hanya

    Sekolah Rakyat ( Kokomin Gakko) yang memberikan pendidikan selama 6 tahun,

    sekolah menengah yang dibuka ialah Cu Gakko  (laki-laki) dan  Zyu Gakko 

    (perempuan) yang lama pendidikannya selama 3 tahun. Selain sekolah menengah,

     banyak pula didirikan sekolah kejuruan, yang terbanyak ialah sekolah guru. Jepang

    menganggap sekolah guru penting sekali, karena sekolah itu yang akan menyiapkantenaga dalam jumlah yang besar untuk memompakan dan mempropagandakan

    semangat Jepang kepada anak didik. 

    2.  Kondisi Pendidikan Nasional Zaman Kemerdekaan, Orde Baru sampai Reformasi

    A.  Zaman Kemerdekaan

    Upaya pemerintahan Indonesia di bidang pendidikan awal kemerdekaan ialah

    mengangkat tokoh pendidik yang telah berjasa pada masa kolonial seperti Ki Hadjar

    Dewantara, Moh. Syafe’i dari INS, Mr. Suwandi yang mengganti ejaan bahasa Indonesia

    yang disusun sebelumnya oleh Van Phuysen. 

    Pengaruh masuknya ideologi kiri di dunia pendidikan ditandai melalui pengangkatan

    Menteri PP dan K. Prof. Dr. Priyono dari partai Kiri Murba. 

  • 8/16/2019 Sejarah_Pendidikan_and_Pendidikan_Indone.pdf

    8/13

    B.  Zaman Orde Baru

    Pemerintahan Orde Baru dengan tokoh-tokoh teknokrat dalam pucuk pimpinan

     pemerintahan melancarkan usaha pembangunan terencana dalam Pelita I sampai Pelita II,

    III dan seterusnya.

    Dalam Pelita I inilah pendidikan dapat diperkembangkan menurut satu rencana yang

    sesuai dengan keuangan negara. Keuangan negara agak membengkak waktu harga minyak

    mentah meloncat dari harga $3 menjadi $12 per barrel. Hal ini memungkinkan

    didirikannya SD Inpres (Instruksi Presiden) mengangkat guru-guru dan mencetak buku

     pelajaran. Sebagai hasil Pelita I dalam bidang pendidikan telah ditatar lebih dari 10.000

    orang guru. Telah dibagikan lebih dari 63,5 juta buku SD kelas I, telah dibangun 6000

     buah gedung SD, telah diangkat 57.740 orang guru terutama guru SD, serta dibangun 5

    Proyek Pusat Latihan Teknik yaitu di Jakarta, Bandung, Surabaya, Medan dan Ujung

    Pandang. 

    C.  Zaman Reformasi

    Pada era pemerintahan Habibie yang masih menggunakan kurikulum 1994 yang

    disempurnakan pada masa pemerintahan Gus Dur. Pada masa pemerintahan Megawati

    terjadi beberapa perubahan tatanan pendidikan, antara lain:

    1.  Diubahnya kurikulum 1994 menjadi kurikulum 2000 dan akhirnya disempurnakan

    menjadi kurikulum 2002 (Kurikulum Berbasis Kompetensi) yang merupakankurikulum yang berorientasi pada pengembangan 3 aspek utama, antara lain aspek

    afektif, kognitif dan psikomotorik.

    2. 

    Pada 8 Juli 2003 disahkan UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan

     Nasional yang memberikan dasar hukum untuk membangun pendidikan nasional

    dengan menerapkan prinsip demokrasi, desentralisasi, otonomi, keadilan dan

    menjunjung HAM. 

    Kemudian setelah Megawati turun dari jabatannya dan digantikan Susilo Bambang

    Yudhoyono, UU No. 20/2003 masih tetap berlaku, namun pada masa SBY juga ditetapkan

    UU RI No. 14/2005 tentang Guru dan Dosen. Penetapan UU tersebut disusul dengan

     pergantian kurikulum KBK menjadi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Kurikulum ini

     berasaskan pada PP No. 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan. KTSP

    merupakan kurikum operasional yang disusun dan dilaksanakan masing-masing satuan

     pendidikan. KTSP terdiri dari tujuan pendidikan, tingkat satuan pendidikan, struktur dan

    muatan kurikulum tingkat satuan pendidikan, kalender pendidikan serta silabus (BSNP,

    2006: 2). Tujuan pendidikan KTSP:

  • 8/16/2019 Sejarah_Pendidikan_and_Pendidikan_Indone.pdf

    9/13

    1.  Untuk pendidikan dasar, di antaranya meletakkan dasar kecerdasan, pengetahuan,

    kepribadian, akhlak mulia serta keterampilan hidup mandiri dan mengikuti pendidikan

    lebih lanjut. 

    2.  Untuk pendidikan menengah, meningkatkan kecerdasan, pengetahuan, kepribadian,

    akhlak mulia serta keterampilan hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut. 

    3. 

    Untuk pendidikan menengah kejuruan, meningkatkan kecerdasan, pengetahuan,

    kepribadian, akhlak mulia serta keterampilan hidup mandiri dan mengikuti pendidikan

    lebih lanjut sesuai dengan kejuruannya. 

    3.  Pemikiran Tokoh-Tokoh Pendidikan Zaman Kemerdekaan, Orde Baru

    sampai Reformasi

    A. 

    Ki Hadjar Dewantara

    Bila bicara tentang sejarah pemikiran pendidikan di Indonesia, maka orang akan sulit

    untuk memisahkan dari nama besar Ki Hadjar Dewantara. Ki Hadjar Dewantara pulang ke

    Tanah Air pada tahun 1918 setelah menempuh studinya di Belanda. Empat tahun ke-

    mudian, tokoh yang tak bisa menyelesaikan pendidikan kedokteran di STOVIA karena

    sakit ini baru bisa mewujudkan semua gagasannya tentang dunia pendidikan dengan men-

    dirikan National Onderwijs Instituut  Taman Siswa pada 3 Juli 1932 di Yogyakarta.

    Perguruan bercorak nasional ini sangat menekankan rasa kebangsaan agar siswamencintai bangsa dan tanah air, sehingga tergerak untuk berjuang meraih kemerdekaan.

    Dari tahun ke tahun, Taman Siswa terus menggeliat. Jumlah muridnya terus bertambah.

    Artinya, semakin banyak pula rakyat Indonesia yang pikirannya terbuka. Melihat kiprah

    Ki Hadjar Dewantara yang terus berkembang, pemerintah kolonial Belanda kembali resah.

    Jalan pintas diambil: Taman Siswa mesti diberangus. Caranya, dengan menerbitkan

    ordonansi sekolah liar pada 1 Oktober 1932. Namun, berkat kegigihan Ki Hadjar Dewan-

    tara, bukannya Taman Siswa yang bubar, melainkan justru ordonansi itulah yang akhirnya

    dicabut. Ketika Jepang masuk menggantikan pemerintahan Hindia Belanda 1942, Ki

    Hadjar Dewantara tak henti berjuang lewat politik dan pendidikan. Bersama beberapa

    tokoh nasional pada saat itu, Ki Hadjar duduk sebagai salah seorang pimpinan Putera.

    Dedikasi panjangnya terhadap dunia pendidikan mengantarkan Ki Hadjar menjadi

    Menteri Pendidikan, Pengajaran, dan Kebudayaan pertama setelah Indonesia merdeka.

    Penyandang gelar doctor honoriscausa  dari Universitas Gadjah Mada pada 1957 ini

    mengenalkan konsep orde en vreden  (tertib dan damai), dengan bertumpu pada prinsip

     pertumbuhan menurut kodrat. Konsep inilah yang kemudian terkenal dengan

    metode Among , dengan trilogi peran kepemimpinan pendidik, yaitu tut wuri

  • 8/16/2019 Sejarah_Pendidikan_and_Pendidikan_Indone.pdf

    10/13

    handayani (guru hanya membimbing dari belakang dan mengingatkan jika tindakan siswa

    membahayakan), ing madya mangun karsa  (membangkitkan semangat dan memberikan

    motivasi), dan ing ngarsa sung tulada (selalu menjadi contoh dalam perilaku dan ucapan). 

    B.  Mohammad Natsir

    Mohammad Natsir berpandangan bahwa kemunduran dan kemajuan sangat

    tergantung pada ada atau tidaknya sifat-sifat dan bibit-bibit kesanggupan suatu umat untuk

    menjadikan mereka layak atau tidak menduduki tempat yang mulia di dunia ini yang

     bergantung kepada pendidikan yang diterima oleh seseorang. Beliau berpandangan bahwa

    untuk mewujudkan sifat-sifat kemampuan itu serta dalam rangka meningkatkan sumber

    daya manusia umat Islam, harus melalui jalur pendidikan.

    Di sinilah muncul keinginan beliau untuk mendirikan sebuah institusi pendidikan

    Islam, yang lebih dikenal dengan Pendis. Mohammad Natsir menyadari bahwa untuk

    mengubah pemikiran pelajar-pelajar Islam tidak hanya cukup dengan mengemukakan pe-

    mikiran melalui penulisan saja, tetapi harus berperan lebih dari itu. Beliau melangkah

    dengan mendirikan sebuah sistem pendidikan yang terpadu, yang menyatukan antara

    ilmu-ilmu agama dan ilmu-ilmu umum.

    Dia berpandangan bahwa melalui pendidikan yang terpadu itu akan menjadikan anak

    didiknya sebagai intelek yang ulama dan ulama yang intelek. Menurut K.H Rusyad

     Nurdin, salah seorang murid Pendis angkatan pertama, tujuan pendidikan Pendis ialah“mencari alternatif dari sistem pendidikan kolonial yaitu sistem pendidikan yang

    menitikberatkan kepada pembentukan pribadi yang berdaya fikir berkesinambungan

    dengan hati nuraninya, seimbang daya cipta dan taat tawakalnya kepada Allah SWT ”

    (Mohammad Noer, 2007).

    Setelah beberapa tahun mengendalikan Pendis, Mohammad Natsir kian mengenal

     bidang pendidikan. Pada tahun 1934 dan tahun-tahun berikutnya beliau mulai me-

    ngemukakan gagasannya melalui beberapa tulisan dan ceramah. Hal ini bisa kita baca

    dalam bukunya Capita Selekta. 

    C.  Muhammad Syafei

    Muhammad Syafei mendasarkan konsep pendidikannya pada nasionalisme dalam

    arti konsep dan praktek penyelenggaraan pendidikan didasarkan pada cita-cita

    menghidupkan jiwa bangsa Indonesia dengan cara mempersenjatai dirinya dengan alat

    daya upaya kreatif untuk menguasai alam. Semangat nasionalismenya yang sedang

    tumbuh menimbulkan pertanyaan, mengapa bangsa Belanda yang jumlahnya sedikit dapat

    menguasai bangsa Indonesia yang jumlahnya sangat besar. Pertanyaan ini dapat

  • 8/16/2019 Sejarah_Pendidikan_and_Pendidikan_Indone.pdf

    11/13

    dipecahkan setelah berada di tengah-tengah masyarakat Belanda. Ternyata bahwa faktor

    alam dan lingkungan masyarakat mempengaruhi jiwa manusia.

    Jelas kiranya bahwa nasionalisme Muhammad Syafei adalah nasionalisme pragmatis

     berdasarkan agama, yaitu nasionalisme yang tertuju membangun bangsa melalui

     pendidikan agar menjadi bangsa yang pandai berbuat untuk kehidupan manusia atas

    segala sesuatu yang diciptakan oleh Tuhan. Muhammad Syafei menyatakan bahwa Tuhan

    tidak sia-sia menciptakan manusia dan alam lainnya. Tiap-tiapnya mesti berguna, kalau

    tidak berguna hal itu disebabkan karena kita tidak pandai menggunakannya.

    Selain itu, pandangan pendidikan Muhammad Syafei menyarankan kesempurnaan

    hidup lahir dan batin harus selalu diperbaharui. Hal ini terungkap dalam pemikiran G.

    Revesz seperti yang dikutip oleh Syafei: “ bahwa lapangan pendidikan mesti berubah

    menurut zamannya, seandainya orang masih beranggapan, bahwa susunan pendidikan dan

     pengajaran yang berlaku sekarang adalah sebaik-baiknya dan tidak akan diubah lagi, maka

    orang atau lembaga yang berpendirian dan berpikir demikian telah jauh menyimpang dari

    kebenaran.”

    Berdasarkan hal tersebut, Syafei menyimpulkan bahwa kesempurnaan lahir dan batin

     berbentuk manusia yang aktif kreatif. Dengan kata lain, manusia yang sempurna lahir dan

     batin ialah manusia yang memenuhi aspek-aspek jiwa dan hati yang terlatih serta otak

    yang berisi pengetahuan sehingga menjadi manusia yang aktif kreatif dalam menghadapi

    lingkungan dan perubahan masyarakat.

    D.  Pada Masa Menteri PP dan K. Prof. Dr. Priyono

    Disusunlah rencana pengajaran dengan konsep Sapta Usaha Tama : 

    Penertiban aparatur dan usaha-usaha Departemen P dan K.

    Meningkatkan seni dan olahraga.

    Mengharuskan usaha halaman.

    Mengharuskan penabungan.Mengharuskan usaha-usaha kooperasi.

    Mengadakan kelas masyarakat.

    Membentuk regu kerja dikalangan SLTP/SLTA dan Universitas.

    Kemudian konsep ini disusul dengan sistem Pancawardhana :

    Perkembangan cinta bangsa dan tanah air, moral nasional / internasional / keagamaan.

    Perkembangan intelegensi.

    Perkembangan rasa artistik atau rasa keharuan dan keindahan lahir batin.

    Perkembangan keprigelan (Kerajinan Tangan).

    Perkembangan Jasmani.

  • 8/16/2019 Sejarah_Pendidikan_and_Pendidikan_Indone.pdf

    12/13

    Perkembangan sistem Pancawardhana ini akhirnya menimbulkan rasa curiga dan

    ketidakpuasan. Oleh sebab itu, kemudian menyusul sistem Panca Cinta:

    Cinta Nusa dan Bangsa

    Cinta Ilmu Pengetahuan

    Cinta Kerja dan Rakyat yang bekerja

    Cinta Perdamaian dan persahabatan antar bangsa-bangsa

    Cinta Orang tua

  • 8/16/2019 Sejarah_Pendidikan_and_Pendidikan_Indone.pdf

    13/13

    DAFTAR PUSTAKA

    Abdurrahman (Mahasiswa Program Pascasarjana Jurusan Sejarah UGM). Mohammad Natsir dan

    Sejarah Pemikiran Pendidikan.

    (http://www.harianhaluan.com/index.php?option=com_content&view=article&id=16750:m-

    natsir-dan-sejarah-pemikiran-pendidikan&catid=11:opini&Itemid=187, diakses 2 Maret 2013)

    Badan Standar Nasional Pendidikan. 2006. Panduan Penyusunan Kurikulum Tingkat Satuan

     Pendidikan Jenjang Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta: PSNP.

    Choto, Aan. 2010. Landasan Historis Kependidikan di Indonesia

    (http://aanchoto.com/category/pendidikan/landasan historis kependidikan di Indonesia:html,

    di akses 6 maret 2011)

    Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 1985. Pendidikan Indonesia dari Zaman ke Zaman.

    Jakarta: PN Balai Pustaka.

    Djumhur dan Danasuparta. 1976. Sejarah Pendidikan. Bandung: CV. Ilmu.

     Ki Hajar Dewantara dan Muhammad Syafei  (http://imaliaditapa.blogspot.com/2011/12/kihajar-

    dewantara-dan-muhammad-syafei.html, diakses 9 Maret 2013)

    M. Said. 1985. Mendidik dari Zaman ke Zaman. Jakarta: Dian Rakyat.

    Pidata, Made. 1997. Landasan Kependidikan. Jakarta: Rineka Cipta.

    Rukiati Enung K dan Hikmawayi Henti. 2006. Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia. 

    Bandung: CV Pustaka Setia.

    Suyanto dan Hisyam. 2000. Refleksi dan Reformasi Pendidikan di Indonesia Memasuki Millenium III . Yogyakarta: Adicita Karya Nusa.

    Tim Dosen IKIP Bandung. 1983. Dasar-Dasar Kependidikan. IKIP Bandung.

    Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional.

    2003. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.

    Widyastuti. 2010. Landasan Sejarah Pendidikan.

    (http://widyastuti2406.wordpress.com/Landasan sejarah Pendidikan:html, diakses 6 Maret

    2011)

    Zahara, Idris. 1981. Dasar-Dasar Kependidikan. Padang: Angkasa Raya.