sejarah ruang lingkup it

Download SEJARAH RUANG LINGKUP IT

If you can't read please download the document

Upload: muhammad-nur-udpa

Post on 29-Jun-2015

242 views

Category:

Documents


7 download

DESCRIPTION

tulisan ini membahas mengenai sejarah perkembangan telekomunikasi, ruang lingkup hukum telekomunikasi, INTERNATIONAL TELECOMMUNICATION UNION (ITU),

TRANSCRIPT

SEJARAH PERKEMBANGAN TELEKOMUNIKASI Manusia tradisional telah menggunakan lambang-lambang isyarat sebagai alat komunikasi. Sekitar lima ratus tahun sebelum masehi darius, Raja Persia menempatkan prajuritnya di setiap puncak bukit lalu mereka saling berteriak satu sama lain untuk menyampaikan informasi. Sementara itu bangsa Indian dapat berkomunikasi pada jarak puluhan mil dengan teknik hembusan asap. Bentuk tulisan yang pertama digunakan adalah piktograf dari orang Sumeria (3000 sM) yang sesungguhnya berupa gambar benda yang tampak sehari-hari. Lama kelamaan piktograf beubah menjadi ideograf yang mampu menyatakan gagasan. Kemudian, simbol-simbol yang dapat menggambarkan bunyi mulai muncul hingga pada akhirnya menjadi abad modern. Penggunaan piktograf adalah milestone komunikasi tulisan yang berkembang semakin cepat dengan ditemukannya papyrus (kertas tulis pertama) yang memungkinkan terjadinya komunikasi jarak jauh dengan media surat, baik yang diatur dengan jasa pelari maraton, burung merpati, kuda, maupun kereta api. Penemuan mesin cetak di China pada abad ke-10, yang disempurnakan oleh Johannes Guttenberg pada tahun 1440, kemudian mengatur manusia untuk mengenal media komunikasi massa cetak atau surat kabar pada abad ke-17. Embrio kelahiran teknologi komunikasi massa elektronik ditandai oleh penemuan Hans C. Oersted pada tahun 1820 yang membuktikan bahwa adanya hubungan listrik dengan kemagnetan. Penemuan ini mengilhami Cooke dan Wheatstone di Inggris yang kemudian memperagakan sistem telegraf listrik yang pertama. Telegraf kawat yang pertama berkembang berkat eksperimen Samuel Finlay Breese Morse. Keberhasilan melakukan hubungan telegraf antara Baltimore dan Washington pada tanggal 24 Mei 1844 dengan menerapkan gagasan Morse menjadi titik awal meluasnya sistem telegraf samapi kedaratan Eropa. Perkembangan ini mengagas perlunya suatu tatanan pemanfaatan telegraf melalui suatu badan pengatur sehingga terbentuklah Internasional Telegraf Union pada tahun 1865 dan berhasil menyelenggarakan hubungan telegraf antar 21 negara pesertanya yang jaraknya mencapai 500.000 km. Pada masa ini pula dirintis upaya untuk menghubungkan Amerika dan Eropa dengan pemasangan kabel bawah laut melalui Samudere Atlantik.

1

Tahun 1667 Robert Hooke memperkenalkan telepon benang yang menghubungkan sepasang kaleng dengan seutas benang. Perangkap sederhana yang lebih mirip mainan anak-anak itu membuktikan suatu teori bahwa gelombang suara dapat disalurkan melalui sarana penghantar. Era komunikasi manusia telah memasuki babakan baru, yaitu dari kode menjadi suara, dari hubungan satu rumah ke rumah lainnya hingga dikenal istilah STD (Subscriber Trunk Dialling) atau Sambungan Langsung Jarak Jauh (SLJJ) dan Sambungan Langsung Internasional (SLI). Pada tahun 1884, seorang ilmuwan Jerman Heinrich Hertz menemukan sebuah gelombang, yang dapat mengarungi angkasa tanpa sarana pengantar di mana kecepatannya sama dengan kecepatan cahaya, dapat dipantulkan dan dibiaskan seperti cahaya, namun tidak dapat dilihat atau dirasakan. Gelombang yang kemudian, disebut sebagai gelombang radio (Radio Wave) atau gelombang elektromagnetik ini menjadi sistem yang lebih praktis berkat penemuan perangkat radio oleh ilmuwan Italia Guglielmo Marconi pada tahun 1896. Inilah tonggak lahirnya telekomunikasi tanpa kabel (wireless telecommunication). Penemuan telekomunikasi tanpa kabel telah mendorong ilmuwan untuk saling berlomba menciptakan teknologi untuk berkomunikasi. John Logir Baird dari Inggris dan Vladimir Zworkyn dari Amerika adalah orang-orang yang berjasa menemukan sistem lensa kamera yang menjadi cikal bakal kelahiran televisi. Pada tahun 1936 di Alexandra Palace, London berdiri stasiun televisi yang pertama. Eksperimen manusia itu, selanjutnya memperkenalkan sistem telekomunikasi melalui satelit, transmisi gelombang mikro, sistem digital, dan komputerinternet, serta telepon seluler.

RUANG LINGKUP HUKUM TELEKOMUNIKASI Hukum telekomunikasi adalah hukum tentang tata cara pemancaran, pengiriman, atau penerimaan tanda-tanda, signal, tulisan, gambar, dan suara atatu informasi melalui kawat (kabel), radio, optik, atau sistem elektromagnetik lainnya. Penggunaan istilah hukum telekomunikasi sesungguhnya merupakan suatu hal yang universal, namun kurang populer. Bahkan kajian hukum tentang hukum telekomunikasi lebih sering dijumpai sebagai salah satu sub bagian dalam hukum angkasa (Ruang Angkasa) Internasional.2

Hal ini didasari oleh kemajuan teknologi komunikasi yang lebih mengarah pada intensitas penggunaan dan permasalahan yang berkaitan dengan teknologi satelit dan garis edar orbit di ruang angkasa, padahal secara terminologi, telekomunikasi tidak secara khusus diklasifikasi bahwa pengertiannya hanya terbatas pada sistem telekomunikasi yang memanfaatkan ruang angkasa (outer space). Dalam bukunya Geoffrey Robertson dan Andrew G. L. Nicol mengidentikkan Media Law sebagai hukum yang mengatur tentang hak dan kewajiban para praktisi (journalis, broadcaster, editor, producer, or anyone else who publishes news or views through the communication media) atau lebih kepada bagaimana hukum mengatur manusia menggunakan media dalam mengkomunikasikan gagasan dan karya ciptanya. Hal ini berarti mencerminkan unsur komponen atau content yang terkandung dalam definisi telekomunikasi sehingga Media Law merupakan kajian khusus tentang norma hukum yang melingkupi pemanfaatan media sebagai alat komunikasi. Konsep Media Law, ini pulalah yang kemudian menumbuhkan pemahaman para ahli dan regulator bahwa telekomunikasi dan penyiaran merupakan dua hal yang terpisah. Jika mencermati Radio Regulation sebagai dokumen teknik atau peraturan administratif dari konvensi telekomunikasi internasional, sangat jelas bahwa Dinas Penyiaran (Broadcasting Service) merupakan salah satu diantara 41 bentuk Dinas Radio Komunikasi, bagian dari penyelenggaraan telekomunikasi sehingga baik dari segi aturan, definisi, dan aspek teknik peyiaran merupakan suatu bentuk telekomunikasi. Jika kemudian kajian Media Law membuatnya seperti ada perbedaan, hal itu lebih kepada memberikan kajian komprehensip tentang pemanfaatan media (radio, televisi, dan film), terutama berkaitan dengan muatan siaran. Jika dapat dianalogikan, hukum telekomunikasi setara dengan hukum perdata sebagai genus dan hukum media setara dengan hukum perkawinan sebagai genre. Di samping Media Law, dalam Hukum internasional juga tengah berkembang kajian-kajian khusus tentang radio komunikasi (Internasional Law of Radio Communication). Bidang hukum ini didefinisikan sebagai serangkaian norma dan peraturan hukum yang mengatur penggunaan dan pengoperasian radio komunikasi dalam kerangka hubungan internasional. Dalam Undang-Undang Telekomunikasi Amerika Serikat (Telecommunication Art 1996) menagtur mengenai penyelenggaraan jaringan telepon (bell opearating companies), lembaga3

penyiaran (penyiaran service), penyelenggara telekomunikasi kabel (cable service), program video yang diselenggarakan perusahaan telepon (video programming services provided by telephone companies), interkoneksitas (interconnection), dan juga hal hal-hal yang berkaitan dengan perlindungan konsumen berkaitan dengan materi telekomunikasi (content). Pengkajian hukum tentang internet lebih dikenal luas dengan istilah cyber law atau hukum cyber, dimana penyalahgunaan dan kejahatan yang terjadi dalam lingkup ini disebut cyber crimes atau kejahatan cyber. Kegiatan di internet tidak dapat berlangsung apabila tidak

didukung oleh suatu sistem telekomunikasi, apakah itu dial up system yang menggunakan jalur telepon ataukah wireless system yang menggunakan antena khusus yang norkabel. INTERNATIONAL TELECOMMUNICATION UNION (ITU) Seperti kita ketahui bersama bahwa ketentaun-ketentaun tentang penggunaan frekuensi radio diatur secara internasional. Ketentuanketentuan tersebut diadakan berdasarkan kesapakatan bersama antar negara. Pewujudan peraturan-peraturan internasional tersebut diselenggarakan oleh suatu himpunan internasional yang benama The International Telecommunication Union disingkat ITU dimana Indonesia manjadi salah satu anggota dari himpunan tersebut. Dengan diratifikasinya Konvensi Telekomunikasi Internasional di Malaga dengan Undangundang No.1 tahun 1976 dan kemudian ratifikasi Konvensi Telekomunikasi Iinternasional di Nairobi tahun 1982 dengan undang-undang No.11 tahun 1982, maka semua peraturan yang dikeluarkan oleh ITU berlaku syah di wilayah yuridiksi Republik Indonesia. Pada tanggal 24 Mei 1844 Samuel Morse mengirimkan berita untuk pelayanan umum yang pertama kalinya lewat saluran telegraph antara Washington dan Baltimore, peristiwa ini dikatakan merupakan pemandu abad komunikasi. Kebutuhan akan telekomunikasi jarak jauh oleh masyarakat makin dirasakan dan sekitar sepuluh tahun kemudian telegrafi sudah dapat tersedia untuk melayani umum pada beberapa negara. Komunikasi jarak jauh dengan telegraph berkembang di berbagai negara. Pada waktu itu saluran telegraph hanya terbatas dalam negeri saja karena setiap negara mempunyai sistem yang berbeda dan masing-masing mempunyai kode telegrafi sendiri-sendiri untuk melindungi kerahasiaan

4

berita-berita militer dan politik. Berita-berita yang akan dikirimkan ke negara tetangga harus diterjemahkan dahulu di tapal batas negara bersangkutan. Beberapa negara di Eropa kemudian merasa perlunya ada sambungan telegraph yang menghubungkan jaringan nasional mereka dengan negara-negara lain. Untuk pelaksanaan hubungan telegraph antar negara ini diperlukan sejumlah perjanjian yang cukup banyak, misalnya saja hubungan antara negara Prusia dengan negara Jerman diperlukan perjanian yang berjumlah tidak kurang dari 15 buah. Perjanjian-perjanjian bilateral tersebut kemudian berkembang menjadi perjanjian regional, misalnya saja pada tahun 1864 terwujudlah beberapa konvensi diantara beberapa kelompok negara di Eropa. Dengan pertumbuhan jaringan telegraph antar negara dan perkembangan peralatan yang digunakan, maka 20 negara di Eropa kemudian mengambil langkah untuk mengadakan suatu pertemuan. Dalam pertemuan tersebut dibahas mengenai segala ketentuan hubungan telegraph antar negara peserta dan ketentuan pokok tentang standardisasi peralatan untuk menjamin keandalan hubungan telegraph antar negara serta keseragaman metoda operasinya.Pada tanggal 17 Mei 1865 Konvensi Telegraph Internasional pertama ditandatangani oleh 20 negara dan dibentuklah The International Telegraph Union. Tanggal tersebut kemudian dinyataklan sebagai hari lahirnya The International Telecommuni-cation Union (ITU) yang sekarang ini. Dengan adanya perkembangan pesawat telepon pada tahun 1876, maka International Telegraph Union pada tahun 1885 mengembangkan peraturan tentang telefoni. Kemudian dengan perkembangan telegrafi tanpa kawat (jenis pertama dari komunikasi radio), maka diadakanlah komperensi radio pendahuluan pada tahun 1903 untuk mengakji ketentuan internasional tentang komunikasi telegrafi radio. Dalam Konperensi Radiotelegraph Internasional pada tahun 1906 ditandatanganilah Konvensi Radiotelegraph Internasional. Dengan kemajuan teknologi di bidang radio, maka ketentuanketentuan menganai telegrafi tanpa kawat ini berkembang terus tahun demi tahun dalam sejumlah konperensi radio yang sekarang dikenal dengan nama Radio regulation. Tahun 1920 tercatat sebagai awal perkembangan siaran radio yang kemudian pada tahun 1927 dibentuklah The International Radio Consultative Committee (CCIR). Sebelumnya ialah pada

5

tahun 1924 telah terbentuk The International Telephone Consultative Committee (CCIF) dan pada tahun 1925 dibentuk The International Telegraph Consultative Committee (CCIT). CCIR bertanggung jawab untuk mengadakan koordinasi dalam pengkajian teknis, pengujian dan pengukuran yang dilakukan pada beberapa bidang telekomunikasi serta menyusun standardstandard internasional. Pada tahun 1927, ITU mengalokasikan band-band frekuensi kepada berbagai dinas yang ada pada saat itu (ialah fixed, bergerak maritime, bergerak penerbangan, radio siaran, radio amatir dan experimental) guna menambah efisiensi operasinya dengan melihat makin bertambahnya jumlah pengguna frekuensi. Pada tahun 1932, dalam Komperensi Madrid, Himpunan memutuskan untuk menggabungkan Konvensi Telegraph Internasional 1865 dengan Konvensi Radiotelegraph Internasional 1906 dan mewujudkan Konvensi Telekomunikasi Internasional. Diputuskan pula pergantian nama Himpunan menjadi The Internastional Telecommunication Union sejak 1 Januari 1934, yang bidangnya mencakup semua bentuk komunikasi baik dengan kawat, radio, optik dan elektromagnetik. Pada tahun 1947 setelah Perang Dunia ke II, ITU menyelenggarakan suatu konperensi dengan tujuan mengembang-kan dan modernisasi organisasinya. Melalui perjanjian dengan PBB, ITU dijadikan suatu specialized agency dari PBB pada tanggal 15 oktober 1947. Konperensi juga memutuskan Headquarters ITU pada tahun 1948 dipindahkan dari Bern, yang didirikan pada tahun 1868, ke Geneva. Dengan makin kompleksnya masalah spektrum frekuensi, maka kemudian dibentuk The International Frequency Registration Board (IFRB) yang bertugas mengatur spektrum frekuensi radio. Introduksi Table of Frequency Allocation sudah merupakan suatu mutlak diperlukan. Pada tahun 1965, CCIT dan CCIF bergabung menjadi The International Telephone and Telegraph Consultative Committee (CCITT) agar lebih efektif dalam menangani perkembangan dua jenis komunikasi ini. Perkembangan teknologi makin malaju cepat, dengan diluncurkanlah satelit buatan ialah Sputnik 1 merupakan pembukaan abad ruang angkasa. Kemudian satelit geostasioner yang pertama diluncurkan pada tahun 1963 sebagai pelaksanaan usulan Arthur C.Clarke pada tahun 1945 untuk menggunakan satelit bagi transmisi informasi yang bekerjasama

6

dengan radio reley dan kabel bawah tanah. Pada waktu ini satelit sudah memegang peranan utama dalam komunikasi jarak jauh. Dalam menjawab tantangan abad ruang angkasa, CCIR membentuk study group yang bertanggung jawab untuk mengada-kan pengkajian mengenai komunikasi radio ruang angkasa pada tahun 1959. Extraordinary Administrative Conference untuk komunikasi ruang angkasa diselenggarakan pada tahun 1963 untuk mengalokasikan frekuensi berbagai dinas ruang angkasa.

7