ruang lingkup k3

27
K3 Pertambangan II. Pengelolaan K3 Pertambangan Pengelolaan K3 pertambangan dilakukan secara menyeluruh baik oleh pemerintah maupun oleh perusahaan. Pengelolaan tersebut didasarkan pada peraturan sebagai berikut: 1. UU No.4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara 2. UU No.32 Tahun 2004 tentang Otonomi Daerah 3. UU No. 27 tahun 2003 tentang Panas bumi 4. UU No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan 5. UU No. 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja 6. PP No. 59 Tahun 2007 tentang Kegiatan Usaha Panas Bumi 7. PP No.38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah, Pemprov dan Pemkab/Kota 8. PP No.19 Tahun 1973 tentang Pengaturan dan Pengawasan K3 di Bidang Pertambangan 9. Permen No.06.P Tahun 1991 tentang Pemeriksaan Keselamatan Kerja atas Instalasi, Peralatan dan Teknik Migas dan Panas Bumi 10. Permen No.02 P. Tahun 1990 tentang Keselamatan Kerja Panas Bumi 11. Kepmen No.555.K Tahun 1995 tentang K3 Pertambangan Umum 12. Kepmen.No.2555.K Tahun 1993 tentang PIT Pertambangan Umum. Elemen pemerintah dalam pengelolaan K3 pertambangan terdiri atas: 1. Kepala Pelaksana Inspeksi Tambang / Inspektur Tambang Adalah Kepala dari Pelaksana Inpeksi Tambang / Inspektur Tambang dalam hal ini dijabat oleh Direktur Teknik dan Lingkungan Mineral, Batubara dan Panas Bumi, Kepala Dinas ESDM di Provinsi dan Kabupaten/Kota. 2. Pelaksana Inspeksi Tambang (PIT) / Inspektur Tambang (IT) PIT adalah aparat pengawas pelaksanaan peraturan K3 di lingkungan pertambangan umum (Pasal 1, Kepmen No. 555.K Tahun 1995) baik di Pusat maupun Daerah. IT adalah Pegawai Negeri Sipil yang diberi tugas, tanggung jawab, wewenang dan hak untuk melakukan inspeksi tambang (Pasal 1, Keputusan Bersama Menteri ESDM dan Kepala BKN No. 1247 K/70/MEM/2002 dan No. 17 Tahun 2002) baik di Pusat maupun Daerah. 3. Buku Tambang Adalah buku catatan yang memuat larangan, perintah dan petunjuk PIT yang wajib dilaksanakan Kepala Teknik Tambang (KTT) (Pasal 1, Kepmen

Upload: thomi-habibi

Post on 13-Jul-2016

95 views

Category:

Documents


3 download

DESCRIPTION

RUANG LINGKUP K3

TRANSCRIPT

Page 1: Ruang lingkup K3

K3 Pertambangan

II. Pengelolaan K3 PertambanganPengelolaan K3 pertambangan dilakukan secara menyeluruh baik oleh pemerintah maupun oleh perusahaan. Pengelolaan tersebut didasarkan pada peraturan sebagai berikut:1. UU No.4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara2. UU No.32 Tahun 2004 tentang Otonomi Daerah 3. UU No. 27 tahun 2003 tentang Panas bumi 4. UU No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan 5. UU No. 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja 6. PP No. 59 Tahun 2007 tentang Kegiatan Usaha Panas Bumi 7. PP No.38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah, Pemprov dan Pemkab/Kota8. PP No.19 Tahun 1973 tentang Pengaturan dan Pengawasan K3 di Bidang Pertambangan 9. Permen No.06.P Tahun 1991 tentang Pemeriksaan Keselamatan Kerja atas Instalasi, Peralatan dan Teknik Migas dan Panas Bumi 10. Permen No.02 P. Tahun 1990 tentang Keselamatan Kerja Panas Bumi 11. Kepmen No.555.K Tahun 1995 tentang K3 Pertambangan Umum 12. Kepmen.No.2555.K Tahun 1993 tentang PIT Pertambangan Umum.

Elemen pemerintah dalam pengelolaan K3 pertambangan terdiri atas:1. Kepala Pelaksana Inspeksi Tambang / Inspektur TambangAdalah Kepala dari Pelaksana Inpeksi Tambang / Inspektur Tambang dalam hal ini dijabat oleh Direktur Teknik dan Lingkungan Mineral, Batubara dan Panas Bumi, Kepala Dinas ESDM di Provinsi dan Kabupaten/Kota.2. Pelaksana Inspeksi Tambang (PIT) / Inspektur Tambang (IT)PIT adalah aparat pengawas pelaksanaan peraturan K3 di lingkungan pertambangan umum (Pasal 1, Kepmen No. 555.K Tahun 1995) baik di Pusat maupun Daerah.IT adalah Pegawai Negeri Sipil yang diberi tugas, tanggung jawab, wewenang dan hak untuk melakukan inspeksi tambang (Pasal 1, Keputusan Bersama Menteri ESDM dan Kepala BKN No. 1247 K/70/MEM/2002 dan No. 17 Tahun 2002) baik di Pusat maupun Daerah.3. Buku Tambang Adalah buku catatan yang memuat larangan, perintah dan petunjuk PIT yang wajib dilaksanakan Kepala Teknik Tambang (KTT) (Pasal 1, Kepmen No.555. K Tahun 1995).

Sedangkan elemen perusahaan dalam pengelolaan K3 pertambangan terdiri atas:1. Kepala Teknik Tambang (KTT)Adalah seseorang yang jabatannya tertinggi di Job Site untuk memimpin dan bertanggung jawab atas terlaksananya serta ditaatinya peraturan perundang-undangan K3 pada suatu kegiatan usaha pertambangan di wilayah yang menjadi tanggung jawabnya (Pasal 1, Kepmen No. 555.K Tahun 1995).2. Organisasi dan Personil K33. Program K34. Anggaran dan Biaya

Page 2: Ruang lingkup K3

5. Dokumen dan laporan K3

III. Pengawasan Pertambangan Berdasarkan Pasal 140 Ayat 1, UU No. 4 Tahun 2009, pengawasan pertambangan mineral dan batubara menjadi tanggung jawab menteri dimana menteri melakukan pengawasan terhadap penyelenggaraan pengelolaan usaha pertambangan yang dilaksanakan oleh pemerintah provinsi dan pemerintah kabupaten/kota sesuai dengan kewenangannya. Pengawasan tersebut meliputi administarasi/tata laksana; operasional; kompetensi aparatur; dan pelaksanaan program pengelolaan usaha pertambangan.Menteri dapat melimpahkan kepada Gubernur untuk melakukan pengawasan terhadap penyelenggaraan kewenangan pengelolaan di bidang usaha pertambangan sebagaimana dimaksud ayat (1) yang dilaksanakan oleh pemerintah kabupaten/kota (Pasal 140 Ayat 2).Menteri, Gubernur dan Bupati/Walikota sesuai dengan kewenangannya melakukan pengawasan atas pelaksanaan kegiatan usaha pertambangan yang dilakukan oleh pemegang IUP, IPR atau IUPK (Pasal 140 Ayat 3).Berdasarkan Pasal 141 Ayat 1, hal yang menjadi aspek pengawasan adalah:a. teknis pertambangan, b. pemasaran, c. keuangan, d. pengelolaan data mineral dan batubara, e. konservasi sumber daya mineral dan batubara, f. keselamatan dan kesehatan kerja pertambangan, g. keselamatan operasi pertambangan, h. pengelolaan lingkungan hidup, reklamasi dan pasca tambang, i. pemanfaatan barang, jasa, teknologi dan kemampuan rekayasa dan rancang bangun dalam negeri,j. pengembangan tenaga kerja teknis pertambangan,k. pengembangan dan pemberdayaan masyarakat setempat,l. penguasaan, pengembangan, dan penerapan teknologi pertambangan,m. kegiatan-kegiatan lain di bidang kegiatan usaha pertambangan yang menyangkut kepentingan umum,n. pengelolaan IUP atau IUPK, dano. jumlah, jenis, dan mutu hasil usaha pertambangan.

Pengawasan terhadap huruf a, huruf e, huruf f, huruf g, huruf h, dan huruf l dilakukan oleh Inspektur Tambang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan (Pasal 141 Ayat 2).

IV. Pengawasan K3 dan Keselamatan Operasi PertambanganPengawasan K3 Pertambangan dilaksanakan dengan tujuan menghindari kecelakaan dan penyakit akibat kerja. Ruang lingkup K3 pertambangan meliputi:1. Keselamatan kerja,Yang dimaksud keselamatan kerja antara lain berupa:a. Manajemen risiko,b. Program keselamatan kerja,c. Pelatihan dan pendidikan keselamatan kerja,d. Administrasi keselamatan kerja,

Page 3: Ruang lingkup K3

e. Manajemen keadaan darurat,f. Inspeksi dan Audit keselamatan kerja,g. Pencegahan dan penyelidikan kecelakaan.2. Kesehatan kerja,Yang dimaksud kesehatan kerja antara lain berupa:a. Program kesehatan kerjab. Pemeriksaan kesehatan pekerja,c. Pencegahan penyakit akibat kerja,d. Diagnosis dan pemeriksaan penyakit akibat kerjae. Hiegiene dan sanitasi,f. Pengelolaan makanan, minuman dan gizi kerja,g. Ergonomis.3. Lingkungan Kerja,Yang dimaksud kesehatan kerja antara lain berupa:a. Pengendalian debu,b. Pengendalian kebisingan,c. Pengendalian getaran,d. Pencahayaan,e. Kualitas udara kerja (kuantitas dan kualitas)f. Pengendalian radiasig. House keeping.4. Sistem Manajemen K3.

Sedangkan pengawasan Keselamatan Operasi Pertambangan dilaksanakan dengan tujuan menciptakan kegiatan operasi pertambangan yang aman dan selamat. Ruang lingkup Keselamatan Operasi Pertambangan meliputi:1. Evaluasi laporan hasil kajian,2. Pemenuhan standardisasi instalasi,3. Pengamanan instalasi, 4. Kelayakan sarana, prasarana dan instalasi peralatan pertambangan5. Kompetensi tenaga teknik.

Pelaksanaan pengawasan K3 dan keselamatan operasi pertambangan dilaksanakan dalam bentuk:a. Pengawasan AdministratifPengawasan administratif meliputi:1. Bahan peledak (Format IVi / Rekomendasi)2. Laporan kecelakaan (Format IIIi; Vi; Vii; VIIi; VIIIi; IXi)3. Peralatan (dokumen untuk perijinan)4. Persetujuan (dokumen kajian, tinggi jenjang, ventilasi, penyanggaan, dan lain-lain)5. Laporan pelaksanaan program K3 (Triwulan)6. Rencana Kerja Tahunan Teknis dan Lingkungan (RKTTL) b. Pengawasan Operasional / LapanganPengawasan operasional / lapangan meliputi:1. Inspeksi Keselamatan dan Kesehatan Kerja Inspeksi dilaksanakan oleh PIT/IT dengan berkoordinasi dengan pengawas pusat dan daerah

Page 4: Ruang lingkup K3

berdasarkan prosedur tetap dan KTT diposisikan sebagai mitra. Contoh objek yang diinspeksi antara lain area penambangan, haul road, perbengkelan, pabrik, pengolahan, pelabuhan, fasilitas dan instalasi lainnya.2. Pemeriksaan / Penyelidikan Kecelakaan 3. Pemeriksaan / Penyelidikan Kejadian Berbahaya 4. Pengujian Kelayakan Sarana dan Peralatan 5. Pengujian Kondisi Lingkungan Kerja c. Pengujian kelayakan peralatan, sarana dan instalasiPengujian peralatan sarana dan instalasi meliputi:1. Sistem Ventilasi,2. Sistem Penyanggaan,3. Kestabilan Lereng,4. Gudang Bahan Peledak 5. Penimbunan Bahan Bakar Cair 6. Kapal Keruk7. Kapal Isap 8. Alat Angkut Orang, Barang, dan Material 9. Alat Angkat10. Bejana Bertekanan 11. Instalasi Pipa 12. Pressure Safety Valve13. Peralatan Listrik d. Pengujian/penilaian kompetensiPengujian/penilaian kompetensi meliputi;1. Penilaian kompetensi calon Kepala Teknik Tambang2. Pengujian kompetensi Juru Ledak 3. Pengujian Kompetensi Juru Ukur 4. Pengujian Kompetensi Pengawas Operasional (POP; POM; POU)5. Pengujian Kompetensi Juru Las (bekerja sama dengan pihak ke-3)6. Pengujian Kompetensi Operator alat angkat (bekerja sama dengan pihak ke-3)

Pelaksanaan pengawasan K3 dan keselamatan operasi pertambangan bukan hanya dilakukan oleh pemerintah pusat, tetapi juga dilaksanakan oleh Pemerintah Provinsi (Dekonsentrasi) dan Pemerintah Kabupaten/Kota (Desentralisasi).Upaya dekonsentrasi pengawasan K3 dan keselamatan operasi pertambangan yang dilaksanakan oleh Pemerintah Provinsi antara lain:a. Melakukan supervisi terhadap pengawasan K3 dan keselamatan operasi pertambangan yang dilakukan oleh pemerintah kabupaten/kota :1. Hasil Inspeksi 2. Hasil investigasi kecelakaan/kejadian berbahaya 3. Proses perizinan 4. Rekomendasi b. Melakukan inventarisasi terhadap:1. Statistik Kecelakaan 2. Pembelian dan Penggunaan dan stok bahan peledak

Page 5: Ruang lingkup K3

3. Jumlah dan jenis perizinan

Sedangkan upaya desentralisasi pengawasan K3 dan keselamatan operasi pertambangan yang dilaksanakan oleh Pemerintah Kabupaten/Kota antara lain:a. Kabupaten/kota melakukan pengawasan sesuai kewenangan sebagai daerah otonom b. Berpedoman kepada peraturan perundangan yang berlaku serta juklak dan juknis yang ditetapkan oleh pemerintah c. Investigasi bersama daerah dan pusat untuk kecelakaan berakibat mati

V. Pembinaan K3 dan Keselamatan Operasi PertambanganBerdasarkan Pasal 139 Ayat 1, UU No. 4 Tahun 2009, menteri melakukan pembinaan terhadap penyelenggaraan pengelolaan usaha pertambangan yang dilaksanakan oleh pemerintah provinsi dan pemerintah kabupaten/kota sesuai kewenangannya. Oleh karena itu, pembinaan K3 dan keselamatan operasi yang diberikan kepada aparat Dinas ESDM Provinsi, Kabupaten/Kota antara lain:a. Pemberian pedoman, standard pelaksanaan pengelolaan usaha pertambanganb. Inspeksi bersama aparat dinas daerah dan pusatc. Pemberian bimbingan dan konsultasid. Pendidikan dan pelatihanSelain itu, berdasarkan Pasal 139 Ayat 4, UU No. 4 Tahun 2009, menteri, gubenur, atau bupati/walikota sesuai kewenangannya bertanggungjawab melakukan pembinaan atas pelaksanaan kegiatan usaha pertambangan yang dilakukan oleh pemegang Izin Usaha Pertambangan (IUP), Izin Pertambangan Rakyat (IPR), atau IUPK (Izin Usaha Pertambangan Khusus). Oleh karena itu, pembinaan K3 dan keselamatan operasi yang diberikan kepada pemegang IUP, IPK dan IUPK antara lain:a. Pemberian pedoman, standard pelaksanaan pengelolaan usaha pertambanganb. Pemberian bimbingan, supervisi dan konsultasic. Pendidikan dan pelatihan

Dari uraian sebelumnya terlihat bahwa Inspektur Tambang memiliki peran yang sangat vital dalam pengawasan K3 dan keselamatan operasi pertambangan. Oleh karena itu, pembinaan terhadap inspektur tambang adalah hal yang mutlak harus dilaksanakan. Pembinaan yang dilakukan terhadap inspektur tambang antara lain:1. Diklat Pra Jabatan IT Merupakan pembinaan yang dilakukan sebagai syarat pengangkatan untuk menjadi IT, antara lain:a. Diklat Pengawas Pengusahaan Pertambangan bagi Aparat Dinas Pertambanganb. Diklat Praktik Pelaksana Inspeksi Tambang2. Diklat Dalam Jabatan ITMerupakan pembinaan yang dilakukan setelah dan saat menjadi IT, antara lain:a. Diklat ke luar negeri kerjasama dengan pihak luar, seperti Diklat K3 Tambang Dalam di Tambang Ikheshima Jepang, kerjasama dengan J-Coalb. In house training kerjasama dengan pihak luar, seperti J-Coal, Teknik Tambang ITB, dan lain - lain.c. Magang di perusahaan tambang

VI. Sistem Manajemen K3

Page 6: Ruang lingkup K3

Dalam rangka menciptakan suatu sistem keselamatan dan kesehatan kerja di tempat kerja yang melibatkan unsur manajemen, tenaga kerja, kondisi dan lingkungan kerja yang terintegrasi dalam rangka mencegah dan mengurangi kecelakaan dan penyakit akibat kerja serta terciptanya tempat kerja yang aman, efisien dan produktif diperlukan suatu Sistem Manajemen K3. Sistem Manajemen K3 berdasarkan Permenaker No. Per.05/1996 adalah bagian dari sistem manajemen secara keseluruhan yang meliputi struktur organisasi, perencanaan, tanggungjawab, pelaksanaan, prosedur, proses dan sumberdaya yang dibutuhkan bagi pengembangan, penerapan, pencapaian, pengkajian dan pemeliharaan kebijakan keselamatan dan kesehatan kerja dalam rangka pengendalian risiko yang berkaiatan dengan kegiatan kerja guna terciptanya tempat kerja yanag aman, efisien dan produktif.Ruang lingkup dari Sistem Manajemen K3 bervariasi tergantung pada perusahaan, negara dan faktor lokal. Secara umum, Sistem Manajemen K3 mensyaratkan:• Adanya suatu Kebijakan K3• Struktur organisasi untuk menerapkan kebijakan di atas • Program implementasi• Metode untuk mengevaluasi keberhasilan penerapan dan adanya umpan balik• Rencana tindakan perbaikan untuk peningkatan secara berkesinambungan.

Sistem Manajemen K3 juga harus diterapkan dalam pertambangan, baik dalam tambang terbuka maupun tambang bawah tanah. Penerapan Sistem Manajemen K3 tersebut harus mengacu kepada Kepmen No.555.K Tahun 1995 tentang K3 Pertambangan Umum.

Penerapan Sistem Manajemen K3 tidak akan berjalan tanpa adanya komitmen terhadap sistem manajemen tersebut. Oleh karena itu, elemen pertama dan memegang peran yang sangat penting adalah manajemen puncak harus menyatakan kebijakan dan komitmennya terhadap K3. Kemudian, untuk kepentingan operasional maka disusun peraturan K3 perusahaan.

Untuk penerapan kebijakan K3 maka diperlukan beberapa hal yang masuk dalam elemen organizing, yaitu Kepala Teknik Tambang, Pengawas Operasional / Teknis, Komite K3, Buku Tambang, pelatihan, dan tim tanggap darurat. Mengingat skala risiko dan karakteristik tambang bawah tanah, maka elemen organizing pada Sistem Manajemen K3 Tambang Bawah Tanah ditambah dengan Kepala Tambang Bawah Tanah, Buku Derek, Buku Kawat, Buku Catatan Ventilasi dan Penyanggaan.Elemen selanjutnya dalam Sistem Manajemen K3 Pertambangan adalah Planning and Implementation yang terdiri atas Rencana Kerja Tahunan Teknik dan Lingkungan (RKTTL) / Rencana Kerja Anggaran Biaya (RKAB) / Rencana Jangka Panjang; Program K3; JSA dan SOP. Nilai lebih Sistem Manajemen K3 Pertambangan adalah perencanaan yang dibuat oleh perusahaan tambang harus mendapat persetujuan dari pemerintah. Setiap tahun perusahaan pertambangan harus menyampaiakn dan mempresentasikan RKTTL dan RKAB di depan pemerintah. RKTTL dan RKAB baru bisa dijalankan dan menjadi acuan setelah disetujui oleh pemerintah.Sebagai upaya pemantauan dan pengukuran kinerja dan penerapan K3 di perusahaan maka diperlukan evaluasi. Elemen evaluation terdiri atas pemantauan lingkungan kerja, seperti debu, pencahayaan, getaran, iklim kerja, curah hujan, dan untuk tambang bawah tanah yakni penyanggaan, ventilasi, drainase, dll; pemantaun proses kerja seperti peledakan, pengangkutan, dll; investigasi kecelakaan; inspeksi dan audit.Sistem Manajemen K3 yang merupakan sebuah system dengan siklus tertutup memiliki sebuah

Page 7: Ruang lingkup K3

karakteristik utama yaitu keharusan adanya perbaikan yang berkelanjutan secara terus menerus (continous improvement). Oleh karena itu, elemen terakhir Sistem Manajemen K3 Pertambangan adalah adanya action for improvement dimana harus ada peningkatan kinerja dan budaya K3.

VII. Risiko dan Kerugian Akibat Terhentinya OperasionalSeperti yang telah disampaikan sebelumnya, salah satu karakteristik industri pertambangan adalah padat modal, padat teknologi dan memiliki risiko yang besar. Top risk yang ada di tambang terbuka secara umum adalah:• Longsor • Interaksi anatar Light Vehicle & Dump Truck• Interaksi antara kendaraan ringan dan peralatan bergerak • Loading dan Dumping• Pembersihan bagian tepi bench• Penanganan kabel shovel elektrik dan drill• Pemindahan drill jarak jauh • Blasting, fly rock, vibration, dan air blast• Pengangkatan dan Pendongkrakan • Sumber-sumber energi berbahaya • Bekerja di ketinggian • Permesinan dan peralatan

Sedangkan top risk yang ada di tambang bawah tanah secara umum adalah:• Pekerjaan high bomb di draw point • Pemasangan steel sets • Pekerjaan penarikan ore • Pekerjaan mengebor dengan jack leg • Kejatuhan batu • Pekerjaan diamond drill • Pengambilan ore basah dari draw point • Pekerjaan yang membutuhkan LOTO • Falling from high elevation • Mengganti belt conveyor, liner feeder • Kebakaran tambang dalam • Runtuhnya panel • Peledakan pada chute yang menggantung • Pejalan kaki didaerah truck haulage • Bahaya jatuh pada pekerjaan alimak raise • Terjepit dan terpukul oleh sesuatu • Bekerja disekitar lubang bukaan • Pekerjaan pemasangan alimak raise climber • Pemasangan pipa air dan angin • Bahaya batu terbang disekitar feeder

Risiko – risiko tersebut apabila tidak dikelola dan dikendalikan dengan baik dapat mengakibatkan kecelakaan, penyakit akibat kerja, kejadian berbahaya, atau terhentinya proses operasional yang

Page 8: Ruang lingkup K3

mengakibatkan kerugian yang sangat besar.

Sebagai gambaran, kerugian yang harus ditanggung jika sebuah mill tidak beroperasi adalah sebesar US$ 420.000 – 830.000 /jam. Kerugian jika sebuah kapal keruk tidak beroperasi selama sejam adalah sebesar US$ 208 – 625. Sedangkan untuk BWE, jika satu jam tidak beropoperasi maka akan menyebabkan kerugian sebesar US$ 1186,8 / jam.

Selanjutnya, jika sebuah Shovel PH 4100 tidak beroperasi maka akan mengakibatkan kerugian sebesar US$ 5.247/ jam dan mengakibatkan 20 Haul Truck (HT) dan 1 dozer juga harus berhenti beroperasi. Sedangkan untuk HT Cat 793 jika berhenti beroperasi selama sejam diperkirakan akan memnyebabkan kerugian sebesar US$ 160.

VIII. Penutup• Pengelolaan K3 pertambangan dilakukan secara menyeluruh baik oleh pemerintah maupun oleh perusahaan.• Pengawasan K3 dan keselamatan operasi pertambangan dilakukan dalam rangka PREVENTION dan ASSURANCE, meliputi :a. Tingkat kepatuhan dan pentaatan terhadap peraturan b. Pencapaian target dari rencana kerja yang telah disusun c. Mengetahui sejak dini bila terjadi penyimpangan baik berdasarkan ketentuan/peraturan maupun rencana kerja d. Dapat segera melakukan koreksi bila terjadi perubahan rencana kerja atau perubahan kebijakan Pemerintah • Pembinaan K3 pertambangan dilakukan secara menyeluruh baik kepada dinas ESDM Provinsi, Kabupaten/Kota maupun kepada pemegang IUP, IPK dan IUPK. Pembinaan terhadap inspektur tambang dilakukan baik pada pra jabatan IT maupun dalam jabatan IT.• Dalam rangka menciptakan tempat kerja yang aman, efisien dan produktif maka diperlukan penerapan Sistem Manajemen K3 yang terintegrasi secara menyeluruh dengan system manajemen perusahaan.• Salah satu karakteristik industri pertambangan adalah padat modal, padat teknologi dan memiliki risiko yang besar. Risiko yang besar tersebut harus dikelola dan dikendalikan agar terhindar dari kecelakaan, penyakit akibat kerja, kejadian berbahaya, atau terhentinya proses operasional yang mengakibatkan kerugian yang sangat besar.

Page 9: Ruang lingkup K3

K3 “KEBAKARAN”

PEMBAHASAN

A. Apa itu Kebakaran?

Dalam kamus, kebakaran itu dinyatakan dengan keterangan, kemusnahan oleh api dan menyebabkan kerugian. Api dinyatakan dengan keterangan: gas bercahaya yang di akibatkan oleh terjadinya reaksi kimia pembentukan atau penguraian persenyawaan. Secara sederhana dapat dikatakan kebakaran adalah pembakaran atau suatu reaksi antara bahan yang dapat terbakar dengan oksigen,dalam keadaan sedemikian rupa sehingga timbul panas dan api dan menyebabkan kerugian.

Apa yang dinamakan kebakaran dan apakah yang diperlukannya ? kita kenal segitiga kebakaran. Kebakaran hanya mungkin bila ketiga sisinya saling sambung menyambung merupakan segitiga yang tertutup, bila diambil salah satu sisinya saja maka tak mungkin terjadi kebakaran atau terpadamkanlah kebakaran itu. Jadi untuk menyebabkan atau memungkinkan kebakaran diperlukan 3 unsur:

1. Bahan yang mudah terbakar

2. Oksigen

3. Suhu

Biasanya bahan yang mudah terbakar dan oksigen telah berada berdampingan. Kini hanya diperlukan kenaikan suhu ini dapat berasal daripercikan api,korek api,api gas, rokok dan sebagainya.

Bahaya kebakaran harus dipahami oleh setiap orang karena kebakaran biasa terjadi dimana-mana, selain merugikan diri sendiri juga orang lain, kebakaran yang terjadi dirumah tangga biasa mengganggu tetangga sebelah, kebakaran dibengkel sekolah akan merugikan pihak sekolah.

Untuk mengantisipasi terjadinya kecelakaan akibat kebakaran Pemerintah mengeluarkan undang-undang UU No. 1 Tahun 1970 “Dengan perundangan ditetapkan persyaratan keselamatan kerja untuk mencegah, mengurangi dan memadamkan kebakaran”.Yang dikuatkan dengan Keputusan Menteri Tenaga Kerja RI No.186/MEN/1999 Tentang Unit Penanggulangan Kebakaran di Tempat Kerja disebutkan dalam Pasal ayat 1 “Pengurus atau Perusahaan wajib mencegah, mengurangi dan memadamkan kebakaran, menyelenggarakan latihan penganggulangan kebakaran di tempatkerja”.

B. Terjadinya Kebakaran

Bila suatu bahan terbakar, maka terbebaskanlah energi, jadi hasil pembakaran itu berada dalam tingkat energi yang lebih rendah. Suatu bahan harus diaktifkan dahulu supaya dapat terbakar dan kehilangan energinya. Hal ini di sebabkan oleh “penyebab kebakaran” seperti puntung rokok yang belum padam, pancaran panas dari suatu tungku, loncatan bunga api paku sepatu menggesek

Page 10: Ruang lingkup K3

jalan, loncatan api listrik dan sebagainya. Sampai dimana suatu bahan harus di aktifkan supaya dapat terbakar,tergantung dari keadaan bahan itu sendiri. Sebatang korek api yang menyala dapat membakar batang korek api lainnya tapi tidak dapat membakar sebilah papan.

C. Penyebab Terjadinya Kebakaran

1. Bahan yang mudah terbakar- Barang padat, cair atau gas ( kayu, kertas, textil, bensin, minyak,acetelin dll),

2. Panas ( Suhu )- Pada lingkungannya memiliki suhu yang demikian tingginya,(sumber panas dari Sinar Matahari, Listrik (kortsluiting, panas energimekanik (gesekan), Reaksi Kimia, Kompresi Udara)

3. Oksigen ( O2 )- Adanya Zat Asam ( O2 ) yang cukup.Kandungan (kadar) O2ditentukan dengan persentasi (%), makin besar kadar oksigenmaka api akan menyala makin hebat, sedangkan pada kadaroksigen kurang dari 12 % tidak akan terjadi pembakaran api. Dalamkeadaan normal kadar oksigen diudara bebas berkisar 21 %, makaudara memiliki keaktifan pembakaran yang cukup.

Dari ketiga faktor tersebut saling mengikat dengan kondisi yang cukuptersedia. Ketiga faktor tersebut digambarkan dalam bentuk hubungansegitiga kebakaran sebagai berikut :

Perlu diperhatikan apabila salah satu dari sisi dari segita tersebut diatastidak ada, maka tidak mungkin terjadi kebakaran. Jadi setiap kebakaranyang terjadi dapat dipadamkan dengan tiga cara yaitu :

a. Dengan menurunkan suhunya dibawah suhu kebakaran,

b. Menghilangkan zat asam

c. Menjauhkan barang-barang yang mudah terbakar

D. Api Merambat

Banyak sekali faktor yang mempengaruhi perambatan kebakaran. Diantaranya faktor teknik bangunannya, yaitu sifatnya ruangan dan bahan bangunan apa yang di pakai serta cara bahan itu di pasang dan tentu saja barang-barang apa yang berada dalam ruangan itu menembusnya api kebakaran.

Bila dalam suatu ruangan terjadi kebakaran maka apinya dapat meluas dan membakar sampai keluar ruangan. Ini disebut penembusan api kebakaran. Penembusan api ini dapat terjadi melalui dinding atau suatu lubang padanya. Kalau dinding itu terbakar atau tidak terbakar, suhu ruangan disebelahnya akan meninggi sehingga bahan yang mudah terbakar dalam ruangan tersebut dapat terbakar. Suhu ruangan di sebelahnya akan meninggi sehingga bahan yang mudah terbakar dalam ruangan tersebut dapat terbakar.

Untuk mencegah penembusan api ini maka konstruksi bangunan harus disesuaikan dengan syarat ketahanan terhadap api. Konstruksi itu harus mampu menahan penembusan api.

Page 11: Ruang lingkup K3

E. Api Meloncat

Dengan loncatan api kebakaran dimaksudkan bahwa meluasnya kebakaran melalui udara luar. Ada dua hal yang mempengaruhi loncatan api kebakaran yaitu pancaran panas dan sambaran atau percikan api

Bahaya pancaran panas dapat di perkirakan. Kerapatan pancaran panas yang datang dari kobaran api tergantung luasnya api, suhu dan jarak. Dengan percobaan yang sederhana dapatlah diuji setelah berapa lama suatu bahan akan terbakar bila terkena pacaran panas dengan kerapatan panas tertentu. Percobaan ini dapat dilaksanakan dengan atau tanpa adanya sambaran atau percikan api.

Kemungkinan terjadinya sambaran atau percikan api, sebenarnya adalah pengertian yang tidak jelas. Sambaran atau percikan api dapat berbentuk percikan api yang kecil dan padam dalam beberapa detik atau seberkas jerami yang menyala, atau sepotong gaun menyala yang terbang diudara beratus-ratus meter jauhnya.

F. Klasifikasi Kebakaran

Kebakaran diklafisikasikan menurut daerah masing – masing, klasifikasi kebakaran di Indonesia mengacu kepada Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Per. 04/Men/1980 tanggal 14 April 1980 Pemasangan dan Pemeliharaan Alat Pemadam Api Ringan (APAR). Klasifikasi tersebut adalah,

Klas A: Bahan bakar padat (bukan logam),

Klas B: Bahan bakar cair atau gas yang mudah terbakar,

Klas C: Instalasi listrik bertegangan,

Klas D: Kebakaran logam

Klasifikasi di Eropa sesudah tahun 1970 mengacu kepada Comite European de Normalisation sebagai berikut:

Klas A: Bahan bakarnya bila terbakar meninggalkan abu,

Klas B: Bahan bakar cair. Contoh: bensin, solar, spiritus dan lain sebagainya,

Klas C: Bahan bakar gas. Contoh: LNG, LPG dan lain sebagainya,

Klas D: Bahan bakar logam. Contoh: magnesium, potassium dan lain sebagainya.

Klasifikasi Amerika National Fire Protection Association (NFPA)sebagai berikut:

Klas A: Bahan bakarnya bila terbakar meninggalkan abu,

Klas B: Bahan bakar cair atau yang sejenis,

Klas C: Kebakaran karena listrik,

Page 12: Ruang lingkup K3

Klas D: Kebakaran logam.

Klasifikasi Amerika U.S. Coast Guard sebagai berikut:

Klas A: Bahan bakar padat,

Klas B: Bahan bakar cair dengan titik nyala lebih kecil dari 170 derajat Fahrenheit dan tidak larut dalam air misalnya: bensin, benzene dan lain sebagainya,

Klas C: Bahan bakar cair dengantitiknyalalebihkecildari 170 derajat Fahrenheit danlarutdalam air misalnya: ethanol, acetondan lain sebagainya,

Klas D: Bahan bakar cair dengan titik nyala lebih besar atau sama dengan 170 derajat Fahrenheit dan tidak larut dalam air misalnya:minyak kelapa, minyak pendingin trafo dan lain sebagainya,

Klas E: Bahan bakar cair dengan titik nyala sama dengan atau lebih tinggi dari 170 derajat Fahrenheit dan larut dalam air misalnya: gliserin, etilin dan lain sebagainya,

Klas F: Bahan bakar logam misalnya: magnesium, titanium dan lain sebagainya,

Klas G: Kebakaran listrik.

Cara Pemadaman KebakaranTerdapat 3 (tiga) cara untuk mengatasi/memadamkan kebakaran berdasarkan klasifikasi di atas:

1. Cara penguraian yaitu cara memadamkan dengan memisahkanatau menjauhkan bahan / benda-benda yang dapat terbakar

2. Cara pendinginan yaitu cara memadamkan kebakaran denganmenurunkan panas atau suhu. Bahan airlah yang paling dominandigunakan dalam menurunkan panas dengan jalanmenyemprotkan atau menyiramkan air ketitik api.

3. Cara Isolasi / lokalisasi yaitu cara pemadaman kebakarandengan mengurangi kadar / prosentase O2 pada benda-bendayang terbakar.

G. Pembentukan dan penyebaran asap

Pembentukan dan penyebaran asap adalah hal yang tak dapat diabaikan demi keamanan kebakaran. Asap dapat menghalangi atau tidak memungkinkan orang menyelamatkan diri meninggalkan gedung yang terbakar karena terhalangnya pandangan. Asap juga dapat lebih mengobarkan api dan menimbukan panik. Regu pemadam kebakaran, dalam menunaikan tugasnya, pada umumnya telebih dahulu menilai keadaannya dan dengan sendirinya sambil menolong penyelamatan manusia dapat terhalang oleh asap.

Pembentukan asap adalah persoalan bahan bangunan sedangkan penyebaran asap adalah persoalan konstruksi bangunan. Lubang ventilasi, tangga ke lantai lebih atas, dan sebagainya sangat mempenagruhi penyebaran asap.

Page 13: Ruang lingkup K3

K3 LISTRIK

Bahaya Listrik : Bilamana anda bekerja dengan alat bertenaga listrik atau instalasinya terdapat

bahaya, terutama sengatan arus listrik Seseorang dapat terkena bahaya listrik di rumah. Pekerja terkena sengatan arus

listrik di tempat kerja yang disebabkan karena peralatan, bahan kerja, tergesa-gesa dan udara terbuka. Resiko besar juga diderita karena pekerjaan menggunakan peraltan bertenaga listriks.

Penelitian Keselamatan Kerja Listrik : Penyebab kematian karena listrik menduduki ketiga di tempat kerja dengan usia

antara 16- dan 17 tahun, setelah kecelakaan karena kedaraan bermotor. Kematian karena arus listrik 12 % di semua tempat kerja, satu diantaranya pekerja muda

Sengatan Listrik dapat Terjadi : Sengat listrik dapat terjadi bila terdapat arus yang mengalir pada tubuh manusia.

Arus akan melewati tubuh dengan berbagai situasi. Sewaktu-waktu anda tersengat karena beda potensial dua penghantar, arus melewati diantara keduanya.

Kebanyakan kabel instalasi rumah 220 volt berwarna biru dan merah/hitam/kuning dan ground berwarna loreng hijau-kuning. Ground sering dihubungkan dengan kawat tembaga ketanah, atau pipa air terbuat dari logam logam

Tabel Sengatan Listrik dengan Pengaruh Tubuh : 1mA.

Hanya merasa geli tidak menyenangkan. 5mA. Sedikit merasa kejutan menganggu, tetapi tidak pinsang. Kebanyakan orang dapat

melepas genggaman. Bagaimanapun kuatnya gerakan tanpa disengaja dapat menyebabkan cidera. 6-25mA.

Kejutan kesakitan, kontrol otot hilang.Tahap ini arus pembekukan dimulai, tidak mungkin melepas gengaman

50-150mA.Kejutan kesakitan hebat, pernafasan tertahan, beberapa otot mengkerut. Otot flexor menahan, otot extensor menyebabkan kuat mendesak kesamping, dimungkinkan meninggal.

1.000 – 4.300mATerjadi bilik jantung memompa darah tidak berirama. Otot mengkerut, terjadi

kerusakan syaraf, mungkin meninggal. 10A

Jantung tertahan dan terjadi kebakaran serta kematian.Tingkat Bahaya kena Arus Listrik Tergantung dari :

Banyaknya arus yang mengalir ke tubuh (amount of the shocking current through the body).

Page 14: Ruang lingkup K3

Lamanya arus yang mengalir (the duration of the shocking current through the body) Jalan aliran arus yang mengalir ke tubu (path of the shocking current through the

body).

K3 KONSTRUKSI

Prinsip=Prinsip K3 Konstruksi

Penerapan prinsip K3 di proyek sangat perlu diperhatikan dalam pekerjaan konstruksi. Pelaksana konstruksi harus mengetahui dan menerapkan prinsip-prinsip kerja sesuai ketentuan K3 di lingkungan proyek.

 Kelengkapan Administrasi K3

Setiap pelaksanaan pekerjaan konstruksi wajib memenuhi kelengkapan administrasi K3, meliputi: Pendaftaran proyek ke departemen tenaga kerja setempat Pendaftaran dan pembayaran asuransi tenaga kerja (Astek) Pendaftaran dan pembayaran asuransi lainnya, bila disyaratkan proyek Ijin dari kantor kimpraswil tentang penggunaan jalan atau jembatan yang menuju lokasi untuk

lalu-lintas alat berat Keterangan laik pakai untuk alat berat maupun ringan dari instansi yang berwenang

memberikan rekomendasi Pemberitahuan kepada pemerintah atau lingkungan setempa

 Penyusunan Safety PlanSafety plan adalah rencana pelaksanaan K3 untuk proyek yang bertujuan agar dalam pelaksanaan nantinya proyek akan aman dari kecelakaan dan bahaya penyakit sehingga menghasilkan produktivitas kerja yang tinggi. Safety plan berisi: Pembukaan yang berisi: Gambaran proyek dan Pokok perhatian untuk kegiatan K3 Resiko kecelakaan dan pencegahannya Tata cara pengoperasian peralatan Alamat instansi terkait: Rumah sakit, Polisi, Depnaker, Dinas Pemadam kebakaran.

Pelaksanakan Kegiatan K3 di Lapangan  

Pelaksanaan kegiatan K3 di lapangan meliputi: Kegiatan K3 di lapangan berupa pelaksanaan safety plan, melalui kerja

sama dengan instansi yang terkait K3, yaitu depnaker, polisi dan rumahsakit.

Pengawasan pelaksanaan K3, meliputi kegiatan: Safety patrol, yaitu suatu tim K3 yang terdiri dari 2 atau 3 orang yang

melaksanakan patroli untuk mencatat hal-hal yang tidak sesuai ketentuan K3 dan yang memiliki resiko kecelakaan.

Safety supervisor; adalah petugas yang ditunjuk manajer proyek untuk mengadakan pengawasan terhadap pelaksanaan pekerjaan dilihat dari segi K3.

Safety meeting; yaitu rapat dalam proyek yang membahas hasil laporan safety patrol maupun safety supervisor

Pelaporan dan penanganan kecelakaan, terdiri dari: Pelaporan dan penanganan kecelakaan ringan Pelaporan dan penanganan kecelakaan berat

Page 15: Ruang lingkup K3

Pelaporan dan penanganan kecelakaan dengan korban meninggal Pelaporan dan penanganan kecelakaan peralatan berat

Pelatihan Program K3Pelatihan program K3 yang terdiri atas 2 bagian, yaitu:

1. Pelatihan secara umum, dengan materi pelatihan tentang panduan K3 di proyek, misalnya:

Pedoman praktis pelaksanaan keselamatan dan kesehatan kerja pada proyek bangunan gedung

Penanganan, penyimpanan dan pemeliharaan material Keselamatan dan kesehatan kerja dalam pekerjaan sipil Keselamatan dan kesehatan kerja dalam pekerjaan finishing luar Keselamatan dan kesehatan kerja dalam pekerjaan mekanikal dan elektrikal Keselamatan dan kesehatan kerja dalam pekerjaan finishing dalam Keselamatan dan kesehatan kerja dalam pekerjaan bekisting Keselamatan dan kesehatan kerja dalam pekerjaan pembesian Keselamatan dan kesehatan kerja dalam pekerjaan sementara Keselamatan dan kesehatan kerja dalam pekerjaan rangka baja Keselamatan dan kesehatan kerja dalam pekerjaan struktur khusus Keselamatan dan kesehatan kerja dalam pekerjaan pembetonan Keselamatan dan kesehatan kerja dalam pekerjaan pondasi pile dan strutting Keselamatan dan kesehatan kerja dalam pekerjaan pembongkaran2. Pelatihan khusus proyek, yang diberikan pada saat awal proyek dan di tengah periode

pelaksanaan proyek sebagai penyegaran, dengan peserta seluruh petugas yang terkait dalam pengawasan proyek, dengan materi tentang pengetahuan umum tentang K3 atau Safety plan proyek yang bersangkutan

Perlengkapan dan Peralatan K3Perlengkapan dan peralatan penunjang program K3, meliputi:1. Promosi program K3; yang terdiri dari:

Pemasangan bendera K3, bendera RI, bendera perusahaan. Pemasangan sign-board K3 yang berisi antara lain : slogan-slogan yang mengingatkan,

perlunya be-kerja dan dengan selamat2. Sarana peralatan yang melekat pada orang atau disebut perlengkapan perlindungan diri

(personal protective equipment), diantaranya: Pelindung mata dan wajah

Kaca mata safety  merupakan peralatan yang paling banyak digunakan sebagai pelindung mata. Meskipun kelihatannya sama dengan kacamata biasa, namun kaca mata safety lebih kuat dan tahan benturan serta tahan panas dari pada kaca mata biasa. Goggle memberikan perlindungan yang lebih baik dibandingkan safety glass sebab lebih menempel pada wajah

Pelindung wajah  memberikan perlindungan menyeluruh pada wajah dari bahaya percikan bahan kimia, obyek yang beterbangan atau cairan besi. Banyak dari pelindung wajah ini dapat digunakan bersamaan dengan penggunaan helm. Helm pengelas memberikan perlindungan baik pada wajah dan juga mata. Helm ini menggunakan lensa penahan khusus yang menyaring intesnsitas cahaya serta energi panas yang dihasilkan dari kegiatan pengelasan.a. kaca mata safety b. gogglea. pelindung wajah b. helm pengelas

Pelindung pendengaran, dan jenis yang paling banyak digunakan: foam earplugs, PVC earplugs, earmuffs 

Pelindung kepala atau helm (hard hat) yang melindungi kepala karena memiliki hal berikut: lapisan yang keras, tahan dan kuat terhadap benturan yang mengenai kepala; sistem suspensi yang ada didalamnya bertindak sebagai penahan goncangan; beberapa

Page 16: Ruang lingkup K3

jenis dirancang tahan terhadap sengatan listrik; serta melindungi kulit kepala, wajah, leher, dan bahu dari percikan, tumpahan, dan tetesan.

Jenis-jenis pelindung kepala , antara lain:

Kelas G untuk melindungi kepala dari benda yang jatuh; danmelindungi dari sengatan listrik sampai 2.200 volts.

Kelas E untuk melindungi kepala dari benda yang jatuh, dan dapatmelindungi dari sengatan listrik sampai 20.000 volts.

Kelas F untuk melindungi kepala dari benda yang jatuh, TIDAKmelindungi dari sengatan listrik, dan TIDAK melindungi daribahan-bahan yang merusak (korosif)

Pelindung kaki berupa sepatu dan sepatu boot, seperti terlihat pada gambar 1.11a-g, antara lain:a) Steel toe, sepatu yang didesain untuk melindingi jari kaki dari kejatuhan bendab) Metatarsal, sepatu yang didesain khusus melindungi seluruh kaki dari bagian tuas sampai jaric) Reinforced sole, sepatu ini didesain dengan bahan penguat dari besi yang akan melindungi dari tusukan pada kakid) Latex/Rubber, sepatu yang tahan terhadap bahan kimia dan memberikan daya cengkeram yang lebih kuat pada permukaan yang licin.e) PVC boots, sepatu yang melindungi dari lembab dan membantu berjalan di tempat becekf) Vinyl boots, sepatu yang tahan larutan kimia, asam, alkali, garam, air dan darahg) Nitrile boots, sepatu yang tahan terhadap lemak hewan, oli, dan bahan kimia

Pelindung tangan berupa sarung tangan dengan jenis-jenisnya seperti terlihat pada gambar 1.12a-g,antara lain:a) Metal mesh, sarung tangan yang tahan terhadap ujung benda yang tajam dan melindungi tangan dari terpotongb) Leather gloves, melindungi tangan dari permukaan yang kasar.c) Vinyl dan neoprene gloves, melindungi tangan dari bahan kimia beracund) Rubber gloves, melindungi tangan saat bekerja dengan listrike) Padded cloth gloves, melindungi tangan dari sisi yang tajam, bergelombang dan kotor.f) Heat resistant gloves, melindungi tangan dari panas dan apig) Latex disposable gloves, melindungi tangan dari bakteri dan kuman

Pelindung bahaya jatuh dengan jenis-jenis antara lain:a) Full Body Hardness (Pakaian penahan Bahaya Jatuh), sistim yang dirancang untuk menyebarkan tenaga benturan atau goncangan pada saat jatuh melalui pundak, paha dan pantat. Pakaian penahan bahaya jatuh ini dirancang dengan desain yang nyaman bagi si pemakai dimana pengikat pundak, dada, dan tali paha dapat disesuaikan menurut pemakainya. Pakaian penahan bahaya jatuh ini dilengkapi dengan cincin “D” (high) yang terletak dibelakang dan di depan dimana tersambung tali pengikat, tali pengaman atau alat penolong lain yang dapat dipasangkanb) Life Line (tali kaitan), tali kaitan lentur dengan kekuatan tarik minimum 500 kg yang salah satu ujungnya diikatkan ketempat kaitan dan menggantung secara vertikal, atau diikatkan pada tempat kaitan yang lain untuk digunakan secara horisontalc) Anchor Point (Tempat Kaitan), tempat menyangkutkan pengait yang sedikitnya harus mampu menahan 500 kg per pekerja yang menggunakan tempat kaitan tersebut. Tempat kaitan harus dipilih untuk mencegah kemungkinan jatuh. Tempat kaitan, jika memungkinkan harus ditempatkan lebih tinggi dari bahu pemakainyad) Lanyard (Tali Pengikat), tali pendek yang lentur atau anyaman tali, digunakan untuk menghubungkan pakaian pelin-dung jatuh pekerja ke tempat kaitan atau tali kaitan. Panjang tali pengikat tidak boleh melebihi 2 meter dan harus yang kancing pengaitnya

Page 17: Ruang lingkup K3

dapat mengunci secara otomatise) Refracting Life Lines (Pengencang Tali kaitan), komponen yang digunakan untuk mencegah agar tali pengikat tidak terlalu kendor. Tali tersebut akan memanjang dan memendek secara otomatis pada saat pekerja naik maupun pada saat turun.

3. Sarana peralatan lingkungan berupa: Tabung pemadam kebakaran Pagar pengamanan Penangkal petir darurat Pemeliharaan jalan kerja dan jembatan kerja Jaring pengamanan pada bangunan tinggi Pagar pengaman lokasi proyek Tangga Peralatan P3K

4. Rambu-rambu peringatan, antara lain dengan fungsi: peringatan bahaya dari atas peringatan bahaya benturan kepala peringatan bahaya longsoran peringatan bahaya api peringatan tersengat listrik penunjuk ketinggian (untuk bangunan yang lebih dari 2 lantai) penunjuk jalur instalasi listrik kerja sementara penunjuk batas ketinggian penumpukan material larangan memasuki area tertentu larangan membawa bahan-bahan berbahaya petunjuk untuk melapor (keluar masuk proyek) peringatan untuk memakai alat pengaman kerja peringatan ada alat/mesin yang berbahaya (untuk lokasi tertentu) peringatan larangan untuk masuk ke lokasi power listrik (untuk orangorang tertentu)

 Kriteria Desain dalam Penyelenggaraan BangunanPenyelenggaraan bangunan adalah kegiatan pembangunan yang meliputi proses perencanaan teknis dan pelaksanaan konstruksi, serta kegiatan pemanfaatan, pelestarian, dan pembongkaran. Jasa penyelenggaraan bangunan melewati suatu proses seperti gambar 1.15 yang dapat diurutkan secara garis besar sebagai berikut:Tahap perencanaan dan perancangan, dimana pada tahap ini bangunan yang akan dibuat dimodelkan dalam suatu bentuk 2 dimensi (gambar) atau 3 dimensi (maket) disertai dengan berbagai dokumen tertulis sebagai pendukung (Rencana Anggaran Biaya/RAB, spesifikasi teknisdan lain-lain). Keseluruhan dokumen ini, yang disebut sebagai dokumen perencanaan, akan dijadikan sebagai acuan bagi tahap selanjutnya.Tahap asembling/perakitan, dimana tahap ini merupakan tahap pilihan yang tidak selalu dilaksanakan, tergantung dari kondisi proyek. Perakitan merupakan pekerjaan konstruksi skala kecil pada elemen bangunan seperti kuda-kuda baja, elemen pracetak, dan lain-lain. Tahap ini bisa dilaksanakan di lapangan atau di lokasi workshop/pabrik.Tahap konstruksi, dimana tahap ini merupakan tahap akhir pembuatan bangunan di lapangan. Tahap ini dilaksanakan dengan acuan dokumen perencanaan. Persyaratan BangunanPersyaratan umum bangunan pada dasarnya harus memenuhi persyaratan administratif dan persyaratan teknis sesuai dengan fungsi bangunan tersebut.Persyaratan AdministratifPersyaratan administratif bangunan gedung meliputi: status hak atas tanah, dan/atau ijin pemanfaatan dari pemegang hak atas tanah; status kepemilikan bangunan gedung; ijin mendirikan bangunan gedung.

Setiap bangunan gedung harus didirikan pada tanah yang status kepemilikannya jelas, baik milik sendiri maupun milik pihak lain.

Page 18: Ruang lingkup K3

Ijin mendirikan bangunan diberikan oleh pemerintah daerah, kecuali bangunan dengan fungsi khusus oleh Pemerintah Pusat. IMB diberikan melalui proses permohonan. Selanjutnya IMB diatur dalam PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR : 24/PRT/M/2007 TANGGAL 9 AGUSTUS 2007 TENTANG PEDOMAN TEKNIS IZIN MENDIRIKANBANGUNAN GEDUNG. Secara umum prosedur dan tata cara IMB seperti pada gambar 1.16.

Permohonan ijin mendirikan bangunan harus dilengkapi dengan: tanda bukti status kepemilikan hak atas tanah atau tanda bukti perjanjian pemanfaatan

tanah data pemilik bangunan gedung; rencana teknis bangunan gedung; dan hasil analisis mengenai dampak lingkungan bagi bangunan gedung yang menimbulkan

dampak penting terhadap lingkungan.

Ijin mendirikan bangunan diberikan apabila rencana bangunan telah memenuhi persyaratan tata bangunan sesuai rencana tata kota dan daerah (RTRW) kabupaten maupun kota, RDTRKP, dan/atau RTBL), yang tertuang dalam Advis Planning (AP) oleh dinas/lembaga tata kota/daerah.

Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) kabupaten atau kota adalah hasil perencanaan tata ruang wilayah kabupaten/kota yang telah ditetapkan dengan peraturan daerah.Rencana Detail Tata Ruang Kawasan Perkotaan (RDTRKP) adalah penjabaran dari Rencana Tata Ruang Wilayah kabupaten/kota ke dalam rencana pemanfaatan kawa-san perkotaan.Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL) adalah panduan rancang bangun suatu kawasan untuk mengendalikan pemanfaatan ruang yang memuat rencana program bangunan dan lingkungan, rencana umum dan panduan rancangan, rencana investasi, ketentuan pengendalian

K3LH

Pengertian K3LH adalah pengertian tentang Program Kesehatan dan Keselamatan Kerja dan Lingkungan Hidup pada suatu perusahaan atau instansi lain yang memiliki banyak pekerja atau karyawan.

Maksud dari pengertian K3LH adalah memahami dan menerapkan K3LH di setiap perusahaan. Tujuan dari program K3LH adalah menciptakan suasana kerja yang sehat, aman dan nyaman. Hal ini menjadikan pekerja dan perusahaan memiliki daya saing yang lebih kuat.

K3LH adalah singkatan dari Kesehatan dan Keselamatan Kerja dan Lingkungan Hidup.

3 Alasan Utama Mengapa Suatu Perusahaan Melaksanakan K3LH

Diwajibkan oleh Undang-undang Tenaga Kerja Hak asasi manusia Mengurangi beban ekonomi para pekerja

Keuntungan dari penerapan K3LH adalah terciptanya hasil kerja yang optimal, karena suasana kerja yang nyaman akan menghasilkan produksi yang lebih banyak dan lebih bermutu. Jadi program K3LH ini bisa mempengaruhi kuantitas dan kualitas hasil produksi. Perusahaan yang menerapkan program K3LH biasanya mengaplikasikan K3LH di lingkungan perusahaan.

Page 19: Ruang lingkup K3

Ciri-ciri perusahaan yang memperhatikan K3LH, diantaranya :

Memberikan fasilitas seragam kerja dan sepatu keselamatan (safety shoes) dan mewajibkan seragam dan sepatu keselamatan tersebut untuk dipakai oleh semua pekerja yang terlibat dalam produksi, bengkel dan lapangan.

Memasang atribut K3LH seperti tulisan yang mengingatkan pekerja untuk selalu sadar akan keselamatan, kesehatan dan kebersihan di lingkungan perusahaan. Maksud dari atribut K3LH ini adalah menghindari bahaya atau kesalahan yang bisa berakibat fatal. Maksud lainnya adalah memperhatikan kebersihan di lingkungan perusahaan, untuk menciptakan suasana yang lebih nyaman dan bersih.

Memisahkan sampah organik (contoh : sampah dari tumbuhan dan kertas) dan bukan organik (contoh : sampah dari plastik).

Menerapkan K3LH dalam prosedur dan sistem kerja. Manajemen perusahaan mengupayakan para karyawannya dengan memberi petunjuk tentang K3LH supaya para pekerja memahamipengertian K3LH dan menerapkannya.

Manfaat dari K3LHDengan program K3LH, pekerja dan perusahaan bisa menikmati manfaatnya. Perusahaan akan menjadi lebih bermutu dan sistematis untuk berkembang lebih cepat, dan pekerja menjadi lebih aman, lebih sehat dan nyaman. Jika kenyamanan dalam bekerja bisa terwujud, akan tercipta hubungan yang lebih harmonis antara para pekerja dan perusahaan tempat mereka bekerja sehingga menghasilkan produk yang maksimal sesuai misi perusahaan.

K3LH Adalah Hal Penting dalam Pembangunan Usaha Atau IndustriK3LH merupakan hal penting dalam membangun industri. Pertumbuhan dan pembangunan industri banyak menimbulkan masalah terhadap manusia di setiap negara. Contohnya adalah kecelakaan kerja, bermacam penyakit akibat kerja, dan dampak lingkungan dari adanya industri.

K3LH merupakan hal penting bagi pekerja karena pekerja yang menjadi penggerak industri dan posisi pekerja dalam industri adalah yang utama dari sistim kerja, karena tanpa ada pekerja, tidak akan ada hasil industri.

Oleh sebab itu, agar industri bisa tumbuh dan berkembang dengan cepat dan baik, maka sistem kerja di setiap industri harus diatur dan dirancang dengan memperhatikan K3LH dan para pekerja. Karena setiap pekerja atau buruh mempunyai hak untuk memeroleh perlindungan atas keselamatan dan kesehatan kerja, moral, dan kesusilaan serta perlakuan yang sesuai dengan harkat dan martabat manusia serta nilai-nilai agama.

Konsep Lingkungan Hidup  Menurut UU No.4 Tahun 1982 tentang pokok-pokok pengelolaan Lingkungan Hidup, jumto UU No.

23 Tahun 1997, Pasal I bahwa lingkungan adalah kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan dan perikehidupan dan kesejahteraan manusia serta makhluk lainnya

Konsep Lingkungan Hidup  Adapun berdasarkan UU No. 23 Tahun 1997, lingkungan hidup adalah kesatuan ruang dengan

semua benda dan kesatuan makhluk hidup termasuk di dalamnya manusia dan perilakunya yang melangsungkan perikehidupan dan kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lainnya

K3 MEKANIK

FAKTOR-FAKTOR KECELAKAAN KERJA MEKANIK

1. Manajemen

Page 20: Ruang lingkup K3

2. Manusia / Operator3. Alat / Pesawat4. Kondisi Lingkungan/Tempat Kerja.

FAKTOR MANAJEMEN

1. Pemberian petunjuk operasional dari atasan yang memberikan perintah langsung kurang jelas ;

2. Standard Operasi Procedur tidak diberikan atau kurang jelas.FAKTOR MANUSIA/OPERATOR

1. Petunjuk yang diberikan tidak jelas2. Sikap mental yang kurang disiplin3. Ketrampilan kurang4. Tidak memahami petunjuk operasional yang telah diberikan5. Adanya konflik sosial internal/eksternal6. Tidak ada kepastian jaminan sosial.

FAKTOR ALAT/PESAWAT1. Kondisi pesawat abnormal ;2. Kurang perawatan ;3. Pengoperasian tidak sesuai dengan manual book ;4. Posisi pesawat dengan operator tidak sesuai / kurang ergonomis, dsb. ;5. Tidak ada pengaman / rusak

FAKTOR KONDISI LINGKUNGAN / TEMPAT KERJA

1. Kurangnya penerangan / cahaya ;2. Kurangnya ventilasi ruangan ;3. Suhu ruangan panas ;4. Tata letak pesawat tidak teratur ;5. Lantai kerja kotor / licin ;6. Tempat operator kurang leluasa ;7. Tidak disediakan APD yg sesuai dengan jenis pekerjaanny