sejarah berdirinya koperasi
DESCRIPTION
KoperasiTRANSCRIPT
PENDAHULUAN
Satu- satunya badan usaha ekonomi rakyat adalah koperasi. Sekelompok rakyat
seperti petani, pegawai negri, pekerja pabrik, para perajin, dapat bersama-sama menjalankan
usaha koperasi. Berbagai usaha dapat dijalankan oleh koperasi.
Banyak koperasi tumbuh dimana-mana, akan tetapi sesudah berdiri, mengalami
kegagalan sebelum berhasil mencapai tujuan karena pengurus dan anggota tidak mengetahui
seluk beluk bentuk koperasi.
Kelompok masyarakat yang memiliki kepentingan ekonomi dan atau yang sama
merupakan potensi dasar untuk membentuk atau mendirikan koperasi primer. Dengan
mengacu pada pasal 6 UU no. 25 tahun 1992 tentang perkoperasia, disebutkan bahwa
koperasi primer dibentuk oleh sekurang-kurangnya 20 orang. Sedangkan koperasi sekunder
dibentuk oleh sekurang-kurangnya 3 koperasi.
BERDIRINYA KOPERASI
A. SEJARAH BERDIRINYA KOPERASI
1. Pengaturan Mengenai Koperasi di Indonesia berdasarkan Undang-Undang No. 17
Tahun 2012 Tentang Perkoperasian
Undang-Undang No. 17 Tahun 2012 Tentang Perkoperasian menjadi dasar yuridis
terbaru yang mengatur mengenai masalah perkoperasian di Indonesia. Layaknya undang-
undang terdahulu, di dalam Undang-Undang ini pun dimuat berbagai penjelasan mulai dari
pengertian, pendirian, permodalan, keangotaan, kegiatan usaha koperasi dll.
Undang-Undang Perkoperasian yang baru ini terdiri dari 17 Bab yang berisi 126 Pasal
dan keseluruhan isi dari Undang-Undang tersebut kembali dijabarkan dalam 10 Peraturan
Pemerintah serta 7 Peraturan Menteri. Terdapat cukup banyak perbedaan antara Undang-
Undang Perkoperasian yang baru ini dengan Undang-Undang Perkoperasian No. 12 Tahun
1992 yang telah berlaku selama 20 tahun lamanya. Undang-Undang Perkoperasian yang baru
lebih banyak memuat unsur-unsur koperasi modern. Definisi koperasi pun mengalami
perubahan pada Undang-Undang Perkoperasian yang baru ini. Koperasi pada pasal 1 ayat 1
Undang-Undang ini didefinisikan sebagai berikut :
“Pasal 1 ayat 1
Koperasi adalah badan hukum yang didirikan oleh orang perseorangan atau
badan hukum Koperasi, dengan pemisahan kekayaan para anggotanya
sebagai modal untuk menjalankan usaha yang memenuhi aspirasi dan kebutuhan
bersama di bidang ekonomi, sosial, dan budaya sesuai dengan nilai dan prinsip
koperasi”
Beberapa susbtansi penting dalam Undang-Undang Perkoperasian yan baru ini adalah1 :
1. Undang-Undang ini mengakomodasikan Nilai dan Prinsip Koperasi yang sesuai
dengan nilai-nilai luhur bangsa Indonesia yang tertuang dalam Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dan hasil kongres International Cooperative
Alliance (ICA); (Pasal 5-6)
2. Pendirian Koperasi harus melalui akta otentik; (Pasal 9) yang dibuat oleh Notaris
Pejabat Pembuat Akta Koperasi (NPAK).
3. Penggunaan nama koperasi diatur.
1
4. Undang-Undang ini mengutamakan kemudahan rakyat dalam membentuk koperasi,
dimana secara tegas diatur, setiap permohonan pendirian koperasi harus sudah
mendapat persetujuan selambat – lambatnya 30 (tiga puluh) hari.
5. Dalam pengelolaan menganut sistem two layer (2 lapis pengawasan) yakni
pengawasan oleh :
- pengawas
- pengurus dan pengelola (jika diperlukan)
6. Jenis Koperasi. Berdasarkan Undang-Undang ini, maka jenis koperasi yang diakui di
Indonesia adalah :
a. Koperasi Produksi
b. Koperasi Konsumen
c. Koperasi Jasa
d. Koperasi Simpan Pinjam
7. Pengurus dapat berasal dari non anggota.
8. RAT(Rapat Anggota Tahunan) selambat-lambatnya 5 (lima) bulan, dimana undangan
sudah diedarkan 14 (empat belas) hari sebelumnya.
9. Bahan RAT (Rapat Anggota Tahunan) secara lengkap terperinci.
10. Bagi koperasi yang memiliki anggota lebih dari 500 orang, RAT (Rapat Anggota
Tahunan) bisa dilakukan dengan sistem delegasi.
11. Pengawas sebagai unsur alat perlengkapan organisasi koperasi ditingkatkan
peranan dan kewenangannya.
12. Modal Koperasi terdiri dari Setoran Pokok dan Sertifikat Modal Koperasi sebagai
modal awal; (Pasal 66) dengan pengaturan sebagai berikut :
a. Setoran Pokok
Harus dibuat dengan nilai yang serendah rendahnya, agar tidak ada hambatan
setiap orang untuk masuk sebagai anggota koperasi.
b. Sertifikat Modal Koperasi (SMK)
Nilai nominal per lembar SMK tidak boleh melebihi nilai nominal Setoran Pokok.
SMK diharapkan menjadi instrumen penghimpunan modal / equity koperasi yang
dapat secara dinamis menangkap setiap peluang usaha bagi koperasi.
c. Modal penyertaan
Koperasi diperbolehkan menerima modal penyertaan dari anggota, non anggota,
pemerintah dan pemerintah daerah.
13. Istilah sisa hasil usaha diubah menjadi Selisih Hasil Usaha yang meliputi Surplus
Hasil Usaha dan Defisit Hasil Usaha;
14. Koperasi Simpan Pinjam hanya dapat menghimpun simpanan dan menyalurkan
pinjaman kepada anggota; (Pasal 89) untuk non anggota diberikan waktu 3 (tiga)
bulan harus sudah menjadi anggota.
15. Koperasi Simpan Pinjam harus mempunyai izin usaha, tidak boleh memberikan
pinjaman kepada koperasi lain, harus melalui sekundernya.
16. Unit Simpan Pinjam Koperasi dalam jangka waktu 3 (tiga) tahun, wajib berubah /
memisahkan menjadi Koperasi Simpan Pinjam yang merupakan badan hukum
koperasi tersendiri; (Pasal 122)
17. Untuk meningkatkan dan memantapkan pelayanan Koperasi sesuai karakteristik
masyarakat muslim secara tegas disebutkan bahwa koperasi diberi kesempatan untuk
melaksanakan kegiatan usaha berdasarkan prinsip ekonomi syariah; (Pasal 87)
18. Untuk menjamin simpanan anggota Koperasi Simpan Pinjam, Pemerintah
diamanatkan untuk membentuk dibentuk Lembaga Penjamin Simpanan anggota
Koperasi Simpan Pinjam (LPS-KSP) melalui Peraturan Pemerintah; (Pasal 95 ayat
(2).
19. Pengawasan dan Pemeriksaan terhadap Koperasi akan lebih diintensifkan, dalam
kaitan ini khususnya untuk pengawasan terhadap koperasi simpan pinjam Pemerintah
juga diamanatkan untuk membentuk Lembaga Pengawasan Koperasi Simpan
Pinjam (LP-KSP) yang bertanggung jawab kepada Menteri dan dibentuk melalui
Peraturan Pemerintah; (Pasal 100)
20. Dalam pemberdayaan koperasi, pemerintah dan pemerintah daerah memberikan
bimbingan kemudahan diantaranya; adalah memberikan insentif pajak dan fiskal.
21. Lembaga gerakan Koperasi didorong untuk menjadi lembaga yang mandiri dengan
menghimpun iuran dari anggota serta membentuk Dana Pengembangan Dewan
Koperasi Indonesia. (Pasal 115).
22. Pengaturan tentang Sanksi Administratif atas pelanggaran ketentuan-ketentuan
tertentu dalam Undang-Undang No. 17 Tahun 2012 tentang Perkoperasian.
23. Dalam rangka penyesuaian terhadap Undang – Undang nomor 17 tahun 2012
tentang Perkoperasian diberi waktu 3 (tiga) tahun.
24. Pedoman pelaksanaan Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2012 tentang
Perkoperasian dalam Peraturan Pemerintah dan Peraturan menteri selambat lambatnya
2 (dua) tahun.
Diantara substansi-substansi penting yang telah dipaparkan di atas, terdapat banyak
pengaturan baru tentang Koperasi di Indonesia yang jelas-jelas berbeda dengan pengaturan
koperasi yang sebelumnya. Undang-Undang Nomor. 17 Tahun 2012 tentang Perkoperasian
banyak membawa perubahan terhadap dunia perkoperasian Indonesia. Hal ini dapat dilihat
mulai dari definisi koperasi itu sendiri menurut Undang-Undang Perkoperasian terbaru.
Undang-Undang Perkoperasian terbaru ini mendefinisikan koperasi sebagai sebuah badan
hukum, padahal awalnya, koperasi di Indonesia tidaklah berbentuk badan hukum. Perubahan
bentuk koperasi ini jelas membawa dampak perubahan pada berbagai sisi dari koperasi
lainnya.
Selain itu berbagai pengaturan yang berisi perubahan konsep / bentuk koperasi yang
diusung dalam Undang-Undang Perkoperasian terbaru dianggap memiliki banyak kesamaan
dengan pengaturan yang ada dalam Undang-Undang No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan
Terbatas. Hal ini membuat masyarakat seringkali menganggap bahwa bentuk koperasi
modern ini semakin mirip dengan bentuk usaha perseroan dan semakin lama semakin
meninggalkan tujuan utama dari koperasi itu sendiri yakni “untuk mensejahterakan
anggotanya”.
Namun meskipun demikian, Undang-Undang Koperasi yang baru ini juga mengandung
banyak pengaturan yang lebih menegaskan prinsip-prinsip koperasi dan membuatnya riil
serta tidak mengambang lagi.
Undang-Undang Perkoperasian terbaru, mengakomodir pengaturan mengenai nilai-nilai
dan prinsip-prinsip koperasi yang disesuaikan dengan keputusan kongres ICA tahun 1995 di
Manchester. Hal inilah yang membuat prinsip-prinsip koperasi itu sendiri semakin tegas,
sehingga dalam menjalankan kegiatan usahanya koperasi dapat lebih fokus dan lebih terarah.
2. Prinsip-Prinsip Baru Dalam Undang-Undang No. 17 Tahun 2012 Tentang
Perkoperasian Yang Memiliki Kesamaan Dengan Prinsip-Prinsip Pengaturan Yang
Ada Dalam Undang-Undang No. 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas
Sebagaimana telah dipaparkan pada bab sebelumnya, bahwa Undang-undang No. 17
Tahun 2012 tentang Perkoperasian banyak mengandung pengaturan-pengaturan baru
mengenai koperasi. Oleh karenanya Undang-Undang Perkoperasian terbaru ini, jelas
membawa banyak perubahan terhadap eksistensi koperasi di Indonesia. Beberapa di antara
pengaturan-pengaturan baru yang tercakup di dalam Undang-Undang Perkoperasian ini
rupanya memiliki kemiripan dari segi prinsip dengan pengaturan mengenai perseroan terbatas
yang ada dalam Undang-undang No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas.
Prinsip-prinsip dalam Undang-Undang Perkoperasian terbaru yang memiliki kemiripan
dengan prinsip-prinsip dalam Undang-Undang Perseroan Terbatas itu, di antaranya adalah :
a. Bentuk Badan Hukum
Undang-Undang Perkoperasian terbaru telah mendefinisikan koperasi sebagai suatu
bentuk badan hukum dan bukan lagi badan usaha biasa. Perubahan bentuk ini, jelas
membawa banyak konsekuensi terhadap eksistensi koperasi itu sendiri. Dengan adanya
pengaturan mengenai hal ini, koperasi secara langsung memiliki sifat yang sama dengan
badan hukum lain pada umumnya. Ciri-ciri umum suatu badan hukum, harus melekat pada
koperasi. Ciri-ciri tersebut 3 di antaranya adalah :
- Adanya pemisahan kekayaan anggota
- Adanya tujuan tertentu
- Adanya organisasi yang jelas
Penegasan status badan hukum koperasi ini jelas diatur dalam definisi koperasi yang
ada pada pasal 1 ayat 1 Undang-Undang Perkoperasian terbaru. Dengan ditegaskannya bahwa
bentuk koperasi adalah badan hukum, maka hal ini menjadi salah satu indikator kemiripan
bentuk antara koperasi dengan perseroan terbatas. Dalam Undang- Undang Perseroan
Terbatas, tepatnya pasal 1 ayat 1, jelas diatur bahwa Perseroan Terbatas berbentuk badan
hukum.
b. Pemisahan Kekayaan Anggota Sebagai Modal
Dikarenakan bentuknya sebagai badan hukum , maka telah menjadi konsekuensi mutlak
bagi koperasi untuk mengadakan pemisahan harta kekayaan dengan anggotanya. Hal ini
secara tegas diatur dalam definisi koperasi pada pasal 1 ayat 1 Undang-undang Perkoperasian
terbaru :
“Pasal 1 ayat 1
Koperasi adalah badan hukum yang didirikan oleh orang perseorangan atau
badan hukum Koperasi, dengan pemisahan kekayaan para anggotanya
sebagai modal untuk menjalankan usaha yang memenuhi aspirasi dan kebutuhan
bersama di bidang ekonomi, sosial, dan budaya sesuai dengan nilai dan prinsip
koperasi”
Pemisahan harta kekayaan para anggota koperasi ini juga menjadi indikator kemiripan
koperasi modern berdasarkan Undang-Undang Koperasi terbaru, dengan Perseroan Terbatas.
Perseroan Terbatas sebaagi suatu badan usaha berbentuk badan hukum jelas mengadakan
pemisahan harta kekayaan di dalamnya demi mencari profi sebanyak-banyaknya.
c. Pendirian Koperasi Melalui Akta Notaris
Prosedur pendirian koperasi berdasarkan Undang-Undang perkoperasian Terbaru,
tepatnya yang diatur dalam pasal 9 ayat 1 menunjukan kemiripan dengan prosedur pendirian
Perseroan Terbatas sebagaimana diatur dalam pasal 7 ayat 1 Undang-Undang No. 40 Tahun
2007 tentang Perseroan Terbatas. Pendirian Koperasi harus dilakukan melalui pembuatan
akta oleh Notaris.
Pendirian koperasi dilakukan dengan akta pendirian koperasi yang dibuat oleh Notaris
dalam bahasa Indonesia atau Camat yang telah disahkan sebagai Pejabat Pembuat Akta
Koperasi, jika di suatu kecamatan tidak terdapat Notaris. Hal yang menarik disini ialah,
Notaris yang dimaksud dalam Undang-Undang Perkoperasian terbaru merupakan Notaris
yang terdaftar pada Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah2.
Prosedur pendirian koperasi yang merupakan pengaturan baru yang terkandung dalam
Undang-Undang Perkoperasian terbaru inilah yang kembali dapat menjadi indikator
kemiripan antara koperasi dengan perseroan terbatas.
d. Pengesahan Akta Pendirian Koperasi oleh Menteri Hukum & HAM
Masih dalam rangkaian prosedur pendirian koperasi, selain pendiriannya harus melalui
pembuatan akta oleh notaris, ternyata koperasi modern pun akta pendiriannya harus disahkan
oleh Menteri Hukum dan HAM untuk kemudian didaftarkan pada daftar umum Koperasi.
Pengesahan ini, merupakan konsekuensi dari bentuk koperasi yang berubah menjadi badan
hukum. Seandainya koperasi tidak berbentuk badan hukum, maka koperasi tidak perlu
dimohonkan pengesahan akta pendiriannya pada Menteri Hukum dan HAM.
Pengesahan akta pendirian koperasi pada Menteri Hukum dan HAM ini merupakan
peraturan baru yang sebelumnya tidak ada dalam Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1992
tentang Perkoperasian. Di dalam Undang-Undang Perkoperasian terbaru, peraturan ini
ditemukan dalam :
“Pasal 10 ayat 4 : Permohonan Akta Pendirian Koperasi sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) diajukan secara tertulis oleh para pendiri secara bersama-sama atau
kuasanya kepada Menteri untuk mendapatkan pengesahan sebagai badan hukum.”
2
Selanjutnya, koperasi memperoleh pengesahan sebagai badan hukum setelah akta
pendirian disahkan oleh Menteri. Pengesahan tersebut diberikan dalam waktu 30 hari
terhitung sejak tanggal permohonan pengesahan diterima.
Ketentuan mengenai pengesahan akta pendirian oleh Menteri Hukum dan HAM ini
membuat seolah-olah prosedur pendirian Koperasi mirip dengan Perseroan Terbatas.
Sebagaimana diketahui bahwa Perseroan Terbatas akan memperoleh status sebagai badan
hukum setelah akta pendiriannya disahkan oleh Menteri.
e. Mengenai Berkurangnya Anggota setelah Memperoleh Status Badan Hukum
Berdasarkan Undang-Undang Perkoperasian terbaru, jika setelah Koperasi memperoleh
status badan hukum anggotanya berkurang dari jumlah anggota minimal, maka dalam jangka
waktu tertentu koperasi tersebut harus memenuhi kembali jumlah anggota minimalnya.
Namun jika ia pada akhirnya tidak dapat memenuhi kembali jumlah anggota minimalnya,
maka anggoat koperasi akan bertanggung jawab secara tidak terbatas atas segala perikatan
yang terjadi. Ketentuan ini merupakan ketentuan mengenai perkoperasian baru yang terdapat
dalam pasal 14 ayat 1 dan 2 Undang-Undang Perkoperasian terbaru:
Pasal 14
(1) Dalam hal setelah Koperasi disahkan, Anggotanya berkurang dari jumlah
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 maka dalam jangka waktu paling lambat 6
(enam) bulan terhitung sejak keadaan tersebut, Koperasi yang bersangkutan wajib
memenuhi jumlah minimal keanggotaan.
(2) Setelah melampaui jangka waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
Anggota Koperasi tetap kurang dari jumlah minimal keanggotaan maka Anggota
Koperasi bertanggung jawab secara pribadi atas segala perikatan atau kerugian
yang terjadi dan Koperasi tersebut wajib dibubarkan oleh Menteri.
Jika kita teliti dengan lebih seksama, dapat dianalisis bahwa pada intinya ketentuan ini
hampir sama dengan ketentuan yang terdapat dalam Pasal 7 Undang-Undang No. 40 Tahun
2007 tentang Perseroan Terbatas, yang berbunyi :
Pasal 7
(5) Setelah Perseroan memperoleh status badan hukum dan pemegang saham
menjadi kurang dari 2 (dua) orang, dalam jangka waktu paling lama 6 (enam)
bulan terhitung sejak keadaan tersebut pemegang saham yang bersangkutan wajib
mengalihkan sebagian sahamnya kepada orang lain atau Perseroan mengeluarkan
saham baru kepada orang lain.
(6) Dalam hal jangka waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (5) telah dilampaui,
pemegang saham tetap kurang dari 2 (dua) orang, pemegang saham bertanggung
jawab secara pribadi atas segala perikatan dan kerugian Perseroan, dan atas
permohonan pihak yang berkepentingan, pengadilan negeri dapat membubarkan
Perseroan tersebut.
f. Anggaran Dasar Koperasi
Ketentuan mengenai anggaran dasar koperasi dan perubahannya juga memiliki
beberapa kemiripan dengan pengaturan mengenai Anggaran Dasar Perseroan Terbatas dan
masalah perubahannya.
Mulai dari isi, anggaran dasar koperasi dengan anggaran dasar perseroan terbatas,
memiliki cukup banyak kemiripan, hal ini dapat dilihat secara jelas dalam pasal 16 Undang
Undang Perkoperasian terbaru dan pasal 15 Undang-Undang Perseroan Terbatas.
Kemudian mengenai penamaan yang harus dicantumkan dalam anggaran dasar
koperasi. Ketentuan mengenai penamaan koperasi ini juga merupakan ketentuan baru yang
sebelumnya tidak ada dalam Undang-Undang No. 25 Tahun 1992 mengenai Perkoperasian.
Ketentuan mengenai penamaan dalam Undang-Undang Perkoperasian terbaru, tepatnya pada
pasal 17 berbunyi :
“Pasal 17
(1) Koperasi dilarang memakai nama yang:
a. telah dipakai secara sah oleh Koperasi lain dalam satu kabupaten atau kota;
b. bertentangan dengan ketertiban umum dan/atau kesusilaan; dan/atau
c. sama atau mirip dengan nama lembaga negara, lembaga pemerintah, atau
lembaga internasional, kecuali mendapat izin dari yang bersangkutan.”
Ketentuan tersebut pada intinya hampir memiliki kesamaan dengan ketentuan tentang
penamaan Perseroan Terbatas yang diatur dalam Undang-Undang Perseroan Terbatas,
tepatnya :
“Pasal 16
(1) Perseroan tidak boleh memakai nama yang:
a. telah dipakai secara sah oleh Perseroan lain atau sama pada pokoknya dengan
nama Perseroan lain;
b. bertentangan dengan ketertiban umum dan/atau kesusilaan;
c. sama atau mirip dengan nama lembaga negara, lembaga pemerintah, atau
lembaga internasional, kecuali mendapat izin dari yang bersangkutan
d. ....”
Terakhir mengenai perubahan anggaran dasar koperasi. Berdasarkan pasal 19 dan pasal
20 Undang-Undang Perkoperasian terbaru, Anggaran Dasar koperasi dapat diubah oleh Rapat
Anggota apabila dihadiri oleh paling sedikit 2/3 bagian dari jumlah anggota koperasi dan
disetujui oleh paling sedikit ½ bagian dari jumlah anggota yang hadir. Kemudian, Perubahan
Anggaran Dasar terhadap (i) nama, (ii) tempat kedudukan, (iii) wilayah keanggotaan, (iv)
tujuan, (v) kegiatan usaha, dan/atau (vi) jangka waktu berdirinya, harus mendapat persetujuan
Menteri. Ketentuan ini jelas memiliki kesamaan dengan ketentuan mengenai perubahan
anggaran dasar yang ada dalam pasal 19 dan pasal 20 Undang-Undang Perseroan Terbatas.
Rapat Anggota secara tidak langsung dapat dipersamakan dengan Rapat Umum Pemegang
Saham.
g. Pengumuman Pengesahan Koperasi
Ketentuan dalam pasal 24 mengenai pengumuman dan pasal 25 mengenai daftar umum
Koperasi pada Undang-Undang Perkoperasian yang baru dsecara tidak langsung dapat
dianggap hampir sama dengan ketentuan Pasal 29 dan 30 Undang-Undang Perseroan
Terbatas mengenai Daftar Umum Perseroan dan Pengumuman melalui Tambahan Berita
Negara RI. Walaupun pada koperasi pengumuman dilakukan melalui Berita Negara Republik
Indonesia namun pada intinya perihal pengumuman dan dimasukkannya koperasi maupun
perseroan terbatas yang telah memperoleh status badan hukum pada suatu daftar umum
adalah hampir sama. Prosedur tersebut sama-sama ditempuh oleh Koperasi maupun
Perseroan Terbatas sebagai konsekuensi atas status badan hukumnya.
h. Perangkat Organisasi Koperasi
Perangkat organisasi koperasi terdiri dari Rapat Anggota, Pengawas, dan Pengurus. Hal
ini diatur dalam pasal 30 Undang-Undang Perkoperasian terbaru. Rapat Anggota merupakan
pemegang kekuasaan tertinggi dalam Koperasi. Selain Rapat Anggota tahunan, diatur juga
Rapat Anggota Luar Biasa di dalam UU Koperasi. Pengurus dipilih dari anggota koperasi
maupun non anggota koperasi oleh Rapat Anggota. Pengurus bertugas mengelola koperasi
sesuai Anggaran Dasar.
Pengawas dipilih dari dan oleh anggota melalui Rapat Anggota. Dengan demikian, jika
pengurus bisa dipilih dari non anggota, pengawas hanya bisa diambil dari anggota koperasi.
Pengawas bertugas mengawasi kepengurusan yang dilakukan oleh pengurus koperasi.
Secara umum jika dianalisis peran dan proses pemilihannya, perangkat-perangkat
organisasi koperasi tersebut memilik kemiripan dengan perangkat organisasi perseroan
terbatas. Rapat Anggota dalam Koperasi memiliki peran dan fungsi yang hampir sama
dengan Rapat Umum Pemegang Saham yang ada dalam suatu Perseroan Terbatas. Hal ini
dapat dibuktikan berdasarkan bunyi pasal 33 Undang-Undang Perkoperasian yang baru
dengan BAB VI pada Undang-Undang Perseroan Terbatas mengenai RUPS.
Kedudukan Pengurus pada koperasi pun secara umum dapat dipersamakan layaknya
kedudukan direksi pada koperasi, keduanya memiliki tugas dan fungsi untuk menjalankan
koperasi dan mengurusi kepentingan koperasi. Direksi diangkat oleh RUPS dan Pengurus
Koperasi diangkat oleh Rapat Anggota. Jika dianalisis secara seksama ketentuan pada pasal
55 Undang-Undang Perkoperasian terbaru mengenai Pengurus pun memiliki inti yang sama
dengan ketentuan dalam pasal 92 Undang-Undang Perseroan Terbatas mengenai direksi.
Keduanya mengatur kewenangan direksi maupun pengurus koperasi dalam menjalankan
kegiatan usaha organisasi. Contoh lainnya kesamaan fungsi dari direksi dan pengurus ini
diatur dalam pasal 58 Undang-Undang Perkoperasian dan pasal 98 Undang-Undang
Perseroan Terbatas. Ketentuan tersebut mengatur fungsi Direksi maupun Pengurus untuk
mewakili organisasi di dalam maupun di luar pengadilan.
Selain itu, peran dan fungsi Komisaris pada PT serta Pengawas pada Koperasi ini juga
secara umum memiliki kesamaan. Kesamaan ini dapat kita analisis pada pasal 108 Undang-
Undang Perseroan Terbatas dan pada pasal 48 Undang-Undang Perkoperasian. Keduanya,
sama-sama diangkat melalui Rapat Umum Anggota maupun Rapat Umum Pemegang Saham,
dan menjalankan fungsi pengawasan terhadap jalannya badan usaha.
Walaupun secara umum perangkat organisasi antara Koperasi dan PT ini memiliki
banyak kesamaan, namun keduanya memiliki susunan hierarki kedudukan yang tidak sama.
Pada Undang-undang Perseroan terbatas No. 40 Tahun 2007 kedudukan antara RUPS,
Dewan Komisaris dan Direksi adalah sejajar, sementara pada Undang-Undang Perkoperasian,
Rapat Anggota memiliki kedudukan dan kekuasaan tertinggi diantara Pengurus dan
Pengawas.
i. Modal Koperasi
Pasal 66 ayat 1 Undang-Undang Perkoperasian terbaru menyatakan bahwa Modal
Koperasi terdiri dari Setoran Pokok dan Sertifikat Modal Koperasi sebagai Modal awal.
Selain itu, pasal 66 ayat 2 Undang-Undang ini juga mengatur bahwa :
“Pasal 66
(2) Selain modal sebagaimana dimaksud pada ayat (1) modal Koperasi dapat
berasal dari:
a. Hibah;
b. Modal Penyertaan;
c. modal pinjaman yang berasal dari: (1. Anggota; 2. Koperasi lainnya dan/atau
Anggotanya; 3. bank dan lembaga keuangan lainnya; 4. penerbitan obligasi dan
surat hutang lainnya; dan/atau 5. Pemerintah dan Pemerintah Daerah.) dan/atau
d. sumber lain yang sah yang tidak bertentangan dengan Anggaran Dasar dan/atau
ketentuan peraturan perundang-undangan.”
Setoran pokok dibayarkan oleh anggota pada saat yang bersangkutan mengajukan
permohonan sebagai anggota dan tidak dapat dikembalikan. Selain itu setiap anggota harus
membeli Sertifikat Modal Koperasi yang jumlah minimumnya ditentukan dalam Anggaran
Dasar Masing-Masing. Sertifikat Modal Koperasi ini dikeluarkan atas nama dan sertifikat ini
tidak mempunyai hak suara. Jika dilihat berdasarkan definisinya, SMK (Sertifikat Modal
Koperasi) ini adalah bukti penyertaan Anggota Koperasi dalam modal Koperasi.
Secara umum jika kita analisis secara keseluruhan isi ketentuan dari BAB VII Undang-
Undang Perkoperasian yang tepatnya mengatur tentang Modal ini, maka kita dapat
mengambil sebuah hipotesis bahwa struktur permodalan koperasi mulai memiliki kesamaan
dengan permodalan Perseroan Terbatas. Kedudukan Setoran Pokok dalam permodalan
koperasi dapat dipersamakan dengan Modal yang disetor yang ada pada Perseroan terbatas
berdasarkan sifat-sifatnya. Sementara Kedudukan Sertifikat Modal Koperasi sendiri seolah-
olah dapat dipersamakan dengan Saham yang ada dalam suatu perseroan terbatas. Hal ini
terlihat dari ketentuan pasal 68 dalam Undang-Undang Perkoperasian yang menyatakan
bahwa:
1. Koperasi harus menerbitkan Sertifikat Modal Koperasi dengan nilai nominal per
lembar maksimum sama dengan nilai Setoran Pokok.
2. Pembelian Sertifikat Modal Koperasi dalam jumlah minimum merupakan tanda
bukti penyertaan modal Anggota di Koperasi.
3. Kepada setiap Anggota diberikan bukti penyetoran atas Sertifikat Modal Koperasi
yang telah disetornya.
Selain itu, terkait dengan modal penyertaan yang ditandai dengan dikeluarkannya SMK
ini, berdasarkan Undang-Undang Perkoperasian yang baru pemerintah dan/atau masyarakat
pun dapat berpartisipasi di dalam koperasi melalui modal penyertaan ini3. Bagian keuntungan
yang diperoleh dengan diberikannya modal penyertaan menjadi hak bagi pemerintah dan/atau
masyarakat yang berpartisipasi. Begitupun sebaliknya, pemerintah dan/atau masyarakat wajib
menanggung kerugian usaha yang dibiayai dengan modal penyertaan, sebatas nilai modal
penyertaan yang ditanamkan dalam koperasi4.
Dengan demikian, semakin jelas bahwa kedudukan Sertifikat Modal Koperasi ini
memiliki banyak kesamaan dengan Saham. Walaupun di samping itu juga banyak perbedaan,
salah satunya adalah SMK yang tidak memberikan hak suara pada pemegangnya.
j. Selisih Hasil Usaha dan Surplus
Berdasarkan ketentuan-ketentuan yang terdapat dalam Bab VII Undang-Undang
Perkoperasian mengenai Selisih Hasil Usaha dan Dana Cadangan, dapat dianalisis bahwa
kedudukannya memiliki kesamaan dengan Laba yang berbentuk dividen dan cadangan
wajib / dana cadangan pada perseroan terbatas. Hal ini terlihat dari kedudukannya itu sendiri.
Surplus Hasil Usaha yang berasal dari transaksi dengan non anggota tidak boleh dibagikan
kepada anggota dan wajib digunakan untuk mengembangkan usaha koperasi dan peningkatan
layanan keanggotan, hal ini layaknya cadangan wajib pada perseroan terbatas, sementara
Surplus Hasil Usaha yang berasal dari transaksi dengan anggota dapat dibagikan kepada
anggota layaknya dividen pada Perseroan Terbatas.
k. Penggabungan dan Peleburan Koperasi
Ketentuan terbaru lainnya yang ada dalam Undang-Undang Perkoperasian adalah
mengenai Penggabungan dan Peleburan Koperasi. Hal ini diatur dalam BAB XII pasal 101
Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2012 mengenai Perkoperasian. Walaupun tata cara dan
persyaratannya berbeda dengan Peleburan dan Penggabungan Perseroan Terbatas
berdasarkan Undang-Undang No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas, namun
keberadaan perbuatan hukum Penggabungan dan Peleburan ini telah cukup menggambarkan
bahwa badan usaha Koperasi modern mulai memiliki kesamaan dengan badan usaha
perseroan terbatas.
3
4
Di dalam ketentuan mengenai Peleburan dan Penggabungan Koperasi ini juga diatur
mengenai akibat hukum dari peleburan dan penggabungan tersebut yang memiliki kesamaan
secara umum dengan akibat hukum penggabungan dan peleburan suatu Perseroan Terbatas
sebagaimana diatur dalam pasal 122 Undang-Undang Perseroan Terbatas.
l. Pembubaran dan Hilangnya Status Badan Hukum
Melalui bentuknya yang menjadi badan hukum, otomatis Koperasi tidak dapat
dibubarkan dengan begitu saja. Alasan pembubaran Koperasi pun disini memiliki kesamaan
setidaknya dengan beberapa alasan pembubaran suatu badan hukum lainnya, yakni perseroan
terbatas. Berdasarkan pasal 103 Undang-Undang Perkoperasian, koperasi dapat dibubarkan
karena habisnya jangka waktu, keputusan menteri (karena pailit maupun karena tidak dapat
menjalankan kegiatannya selama 2 tahun berturut-turut) dan karena keputusan Rapat
Anggota. Secara umum, alasan ini dapat dipersamakan dengan alasan pembubaran PT karena
keputusan RUPS, berakhirnya jangka waktu dan karena terjadinya pailit. Hal tersebut diatur
dalam pasal 142 Undang-Undang Perseroan Terbatas.
Kemudian setelah suatu koperasi maupun perseroan terbatas dibubarkan, menteri akan
melakukan penghapusan status badan hukum atas keduanya. Pengaturan yang memiliki
kesamaan ini terdapat dalam pasal 110 Undang-Undang Perkoperasian terbaru dan pasal 152
Undang-Undang Perseroan Terbatas
4. Akibat dari Adanya Prinsip-Prinsip Baru Dalam Undang-Undang No. 17 Tahun
2012 Tentang Perkoperasian Yang Memiliki Kesamaaan Dengan Prinsip-Prinsip
Pengaturan Yang Ada Dalam Undang-Undang No. 40 Tahun 2007 Tentang
Perseroan Terbatas
Banyaknya ketentuan-ketentuan baru dalam Undang-Undang No. 17 Tahun 2012
tentang Perkoperasian yang memiliki kesamaan dengan ketentuan-ketentuan dalam Undang-
Undang No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas, tentunya menimbulkan akibat
tersendiri pada eksistensi Koperasi di Indonesia. Salah satu akibatnya adalah perubahan dari
bentuk dan prinsip usaha dari koperasi itu sendiri. Bentuk dan prinsip-prinsip Koperasi
modern yang diusung oleh Undang-Undang Perkoperasian terbaru tersebut, sudah banyak
berbeda dengan bentuk dan prinsip-prinsip koperasi terdahulu.
Secara umum perubahan yang diakibatkan oleh banyaknya ketentuan-ketentuan dalam
peraturan perundang-undangan koperasi yang memiliki kesamaan dengan perseroan terbatas
ini membawa dampak yang baik bagi perkembangan koperasi. Koperasi terbentuk menjadi
sebuah badan usaha berstatus badan hukum yang mampu meningkatkan perekonomian dan
kesejahteraan rakyat. Dengan banyaknya prinsip-prinsip perseroan terbatas yang dipakai
dalam menjalankan suatu koperasi, membuat koperasi menjadi lebih modern dan tanggap
akan kebutuhan perkembangan jaman. Selain itu, dengan adanya hal tersebut pemberdayaan
koperasi lebih efektif dilaksanakan. Jati diri koperasi menjadi lebih nyata dalam peranannya
yang lebih mampu memenuhi kebutuhan masyarakat.
Dalam rangka memenuhi tantangan perekonomian global, pada dasarnya keberadaan
suatu koperasi yang modern sangat dibutuhkan oleh masyarakat. Koperasi sebagai soko guru
perekonomian rakyat akan mampu menjawab semua tantangan perekonomian global tersebut
selama prinsip-prinsipnya dilaksanakan dengan baik dan tetap berpegang teguh pada tujuan
utama koperasi yakni untuk mensejahterakan rakyat.
Walaupun demikian, banyak pula masyarakat yang bersifat kontra terhadap perubahan
yang timbul akibat banyaknya pengaturan dalam undang-undang perkoperasian yang
memiliki kesamaan dengan pengaturan perseroan terbatas. Masyarakat tersebut menganggap
prinsip-prinsip koperasi yang sesungguhnya justru telah terkikis dan perlahan-lahan hilang
dengan diadopsinya prinsip-prinsip yang memiliki kesamaan dengan prinsip perseroan
terbatas. Koperasi modern yang dilahirkan oleh Undang-Undang No. 17 Tahun 2012 justru
dianggap telah berubah orientasinya, tidak lagi bertujuan mensejahterakan rakyat, melainkan
lebih bertujuan mencari profit sebanyak-banyaknya layaknya suatu perseroan terbatas.
Pada hakikatnya, sesuai dengan konsiderans Undang-Undang No. 17 Tahun 2012
tentang Perkoperasian, pengaturan mengenai koperasi modern, yang banyak mengadopsi
prinsip-prinsip dalam perseroan terbatas ini, dilahirkan dalam rangka mewujudkan demokrasi
ekonomi untuk menciptakan masyarakat yang maju, adil, dan makmur berlandaskan
Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Selain itu
koperasi modern ini pun dilahirkan dalam rangka pengembangan dan pemberdayaan
Koperasi dengan tetap mencerminkan nilai dan prinsip Koperasi sebagai wadah usaha
bersama untuk memenuhi aspirasi dan kebutuhan ekonomi Anggota sehingga koperasi itu
sendiri dapat tumbuh menjadi kuat, sehat, mandiri, dan tangguh dalam menghadapi
perkembangan ekonomi nasional dan global yang semakin dinamis dan penuh tantangan.
Jadi, selama prinsip-prinsip baru pada koperasi modern yang memiliki banyak
kesamaan dengan prinsip-prinsip perseroan terbatas tetap dijalankan dengan memegang teguh
asas kekeluargaan yang berdasarkan ekonomi kerakyatan, maka kekhawatiran masyarakat
akan hilangnya jati diri koperasi yang sesungguhnya pada koperasi modern ini tidak akan
terjadi. Koperasi akan tetap menjadi soku guru perekonomian rakyat yang mampu
mensejahterakan anggotanya dan meningkatkan perkembangan perekonomian nasional.
Menurut undang-undang No. 25 tahun 1992 koperasi diindonesia didefenisikan
sebagai badan usaha yang beranggotakan orang-orang atau badan usaha yang beranggotakan
orang seorang atau badan hukum koperasi dengan melandaskan kegiatan berdasarkan prinsip-
prinsip koperasi sekaligus sebagai gerakan ekonomi rakyat yang berdasar asas kekeluargaan.
Tujuan utama didirikannya koperasi adalah untuk menciptakan kesejahteraan bagi para
anggota.
Pada masa penjajahan diberlakukan “culturstelses”yang mengakibatkan penderitaan
bagi rakyat terutama para petani dan golongan bawah. Peristiwa tersebut menimbulkan
gagasan dari seorang patih purwokerto : Raden Ario Wiriaatmadja (1895) seorang pamor
praja di puworkerto untuk mendirikan sebuah bank untuk pegawai negeri dan orang kecil
dalam membantu mengatasi kelemahan rakyat. Didirikannya juga rumah-rumah
gadai,lumbang desa dan bank-bank desa. Dia memiliki inisiatif untuk menolong para pegawai
yang menderita karena terjerat oleh rentenir dengan pinjaman bunga yang tinggi. Patih
mendirikan seperti yang dijerman yaitu koperasi kredit modal. Cita-citanya dilanjutkan oleh
De Wolfvan Westerrode (seorang assisten belanda) ketika ia cuti berhasil mengunjungi
jerman dan mengusulkan perubahan nama “Bank pertolongan Tabungan” menjadi”Bank
pertolongan tabungan dan pertanian” dengan diadakannya penggantian nama bank tersebut,
maka bukan hanya pegawai negeri yang perlu dibantu melainkan para petani juga. Dia juga
mengusulkan atas perubahan jenis badan usaha tersebut dari bank menjadi koperasi dan usul
untukmendirikan lumbang untuk tiap desa supaya para petani dapat menyimpan hasil panen
pada musim panen dan memberi pinjaman pada musim paceklik. Ia berusaha menjadikan
para lumbung itu menjadi “koperasi kredit padi” akan tetapi pemerintahan belanda tetap
berpendirian lain, melainkan membentuk lumbung desa yang baru, bank-bank desa, rumah
gadai dan “Centale Kas” yang sekarang berubah nama menjadi “bank rakyat indonesia”.
Apapun alasannya pembentukan koperasi belum bisa dilaksanakan pada zaman pemerintahan
belanda. Dikarenakan :
Belum ada intansi pemerintah ataupun badan non pemerintah yang memberikan
penerangan dan penyuluhan tentang koperasi
Belum ada undang-undang yang mengatur kehidupan koperasi
Pemerintah jajahan sendiri masih ragu-ragu menganjurkan koperasi karena pertimbangan
politik,khawatir koperasi itu akan digunakan kaum politk untuk tujuan membahayakan
pemerintahan jajahan itu
Mengantisipasi perkembangan koperasi yang sudah mulai menyebar ke masyarakat, maka
pemerintah hindia belanda mengeluarkan peraturan undangan tentang perkoperasian, dengan
tahap sebagai berikut :
Pertama kali pada tahun 1915 diterbitkan perkumpulan koperasi No 43 pada tahun 1927
diterbitkan peraturan kembali yang mengatur perkumpulan-perkumpulan koperasi bagi
golongan bumi putra Np 91 peraturan ini diberlakukan bagi Bumiputra.
Pada tahun 1933 dietetapkan peraturan umum perkumpulan-perkumpulan koperasi No. 21
peraturan ini diberlakukan bagi golongan yang tunduk kepadatatanan hukum barat.
Pada tahun 1908 lahir perkumpulan “budi utomo” didirikan oleh raden soetomo yang
dalam programnya memanfaatkan sektor pekoprasian untuk menyejahtrakan rakyat miskin ,
dimulai dari koperasi industri kecil dan kerajinan. Ketetapan kongres budiutomo dijogjakarta
antara lain : memperbaiki dan mengembangkan gerakan berkoperasi. Telah didirikan “Toko
adil” sebagai langkah pertama pembentukan koperasi konsumsi.
Pada Tahun 1915 lahir UU koperasi yang pertama “Verordening Op De”Cooperative
Vereeniging” dengan koninklijk besluit, 7 april 1912 yang berbunyi sama dengan UU bagi
rakyat indonesia, anggaran dasar koperasi tersebut harus dalam bahasa belanda dan dibuat
dihadapan notaris. Pada tahun 1927 dibuat kembali peraturan “RegelingInlandschhe
Cooperative” dan dibentuk serikat dagang islam dengan tujuan untuk memperjuangkan
kedudukan ekonomi perusahaan –perusahaan pribumi. Pada tahun 1929 didirikan partai
Nasional Indonesia yang memperjuangkan penyebarluasan semangat koperasi. Pada tahun
1933 dikeluarkan UU yang menyerupai UU No 431 sehingga mematikan usaha koperasi
untuk yang kedua kalinya. Pada tahun 1942 jepang jepang menduduki indonesia kemudian
jepang mendirikan koperasi “kumiyai” awalnya koperasi yang didirikan ini jalan sesuai
rencana namun dikemudian hari adanya perubahan derastis mengenai funsi koperasi didirikan
yakni menjadi alat jepang untuk mengeruk keuntungan dan menyengsarakan rakyat
indonesia. Sesaat setelah indonesia merdeka tepatnya pada tanggal 12 juli 1997 pergerakan
koperasi diindonesia mengadakan kongres koperasi yang pertama kalinya ditasikmalaya.
Yang pada saat inilah hari yang ditetapkan koperasi sebagai hari koperasi indonesia dan
sekaligus membentuk sentral organisasi koperasi rakyat indonesia (SOKRI) yang
berkedudukan di tasyikmalaya(bandung sebagai ibukota provinsi yang sedang diduduki oleh
tentara belanda).
B. TATA CARA PENDIRIAN KOPERASI UU. NO. 12 TAHUN 1992
1. Persiapan Pembentukan Koperasi
Di dalam pembentukan koperasi, ada beberapa persyaratan yang harus diperhatikan
baik secara yuridis yang menyangkut peraturan perundang-undangan, maupun menyangkut
masalah teknis perkoperasian, seperti; pengertian koperasi, tujuan koperasi, dan hal-hal lain
yang harus dipersiapkan oleh pemrakarsa.
Menurut ketentuan Undang-Undang Perkoperasian, untuk mendirikan koperasi, harus
dipenuhi persyaratan:
a) Untuk mendirikan Koperasi Primer sekurang-kurangnya harus beranggotakan 20 (dua
puluh) orang yang mempunyai kesamaan kegiatan dan kepentingan ekonomi, sedangkan
untuk Koperasi Sekunder sekurang-kurangnya dibentuk oleh 3 (tiga) Badan Hukum
Koperasi. Hal ini dimaksudkan untuk menjaga kelayakan usaha koperasi yang akan
dibentuk;
b) Usaha yang dijalankan tidak bertentangan dengan ketertiban umum dan atau kesusilaan;
c) Adanya akta pendirian yang memuat Anggaran Dasar; dan
d) Memiliki tempat kedudukan yang jelas.
Setelah persyaratan di atas terpenuhi, maka tahap selanjutnya pemrakarsa
mengundang para calon anggota untuk mencapai kesepakatan mengenai lapangan usaha
koperasi untuk menentukan jenis koperasi yang akan didirikan. Setelah adanya kesepakatan
maka tahap-tahap selanjutnya dibentuk Tim Persiapan Pembentukan Koperasi.
2. Yang Perlu Diperhatikan Dalam Pembentukan Koperasi
Dalam pembentukan koperasi harus memenuhi 2 (dua) macam persyaratan, yakni:
Persyaratan Yuridis/Normatif yang menyangkut peraturan perundang-undangan;
Persyaratan Teknis/Operasional, menyangkut masalah pelaksanaan usaha.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam Pembentukan Koperasi, adalah:
a. Orang-orang yang akan mendirikan Koperasi:
1. Harus memahami tujuan pembentukan koperasi, hak dan kewajiban setelah menjadi
anggota, serta memahami dan menyetujui ketentuan-ketentuan yang diatur dalam
anggaran dasar koperasi;
2. Mempunyai kegiatan dan atau kepentingan ekonomi yang sama. Hal itu mengandung
arti bahwa tidak setiap orang dapat mendirikan dan atau menjadi anggota koperasi
tanpa adanya kejelasan kegiatan atau kepentingan ekonominya. Kegiatan ekonomi
yang sama diartikan, memiliki profesi atau usaha yang sama, sedangkan kepentingan
ekonomi yang sama diartikan memiliki kebutuhan ekonomi yang sama.
3. Tidak dalam keadaan cacat hukum, yaitu : tidak sedang menjalani atau terlibat
masalah atau sengketa hukum, baik dalam bidang perdata maupun pidana. Juga
termasuk orang-orang yang diindikasikan sebagai orang yang suka menghasut atau
kena hasutan pihak lain yang merusak atau memecah belah persatuan gerakan
koperasi.
b. Usaha yang akan dilaksanakan oleh koperasi harus layak secara ekonomi. Layak secara
ekonomi diartikan bahwa usaha tersebut akan dikelola secara efisien dan mampu
menghasilkan manfaat bagi anggota, dengan memperhatikan faktor-faktor tenaga kerja,
modal dan teknologi.
c. Modal sendiri harus cukup tersedia untuk mendukung kegiatan usaha yang akan
dilaksanakan oleh koperasi. Hal itu dimaksudkan agar kegiatan usaha koperasi dapat
segera dilaksanakan tanpa menutup kemungkinan memperoleh bantuan, fasilitas dan
pinjaman dari pihak luar.
d. Kepengurusan dan manajemen harus disesuaikan dengan kegiatan usaha yang akan
dilaksanakan agar tercapai efisiensi dalam pengelolaan koperasi.
Usaha yang akan dilaksanakan oleh koperasi harus layak secara ekonomi. Layak
secara ekonomi diartikan bahwa usaha tersebut akan dikelola secara efisien dan mampu
menghasilkan manfaat bagi anggota, dengan memperhatikan faktor-faktor tenaga kerja,
modal dan teknologi
3. Tugas Tim Persiapan Pembentukan Koperasi .
Modal sendiri harus cukup tersedia untuk mendukung kegiatan usaha yang akan
dilaksanakan oleh koperasi. Hal itu dimaksudkan agar kegiatan usaha koperasi dapat segera
dilaksanakan tanpa menutup kemungkinan memperoleh bantuan, fasilitas dan pinjaman dari
pihak luar.
a) Kepengurusan dan manajemen harus disesuaikan dengan kegiatan usaha yang akan
dilaksanakan agar tercapai efisiensi dalam pengelolaan koperasi.
b) Menghubungi tokoh masyarakat dan pejabat terkait.
Sebagai Tim Persiapan Pembentukan Koperasi, pada awal kegiatan pembentukan
koperasi ada baiknya terlebih dahulu menghubungi tokoh masyarakat (bagi koperasi
masyarakat), pimpinan instansi (bagi koperasi di lingkungan perkantoran), Rektor (bagi
koperasi mahasiswa). Hal ini dimaksudkan untuk memperoleh dukungan tentang rencana
pembentukan koperasi.
c) Menyiapkan studi kelayakan.
Studi kelayakan yang merupakan studi untuk menilai kelayakan, kecocokan, atau
kemungkinan-kemungkinan menurut berbagai aspek, misalnya aspek hukum, ekonomi,
sosial terhadap suatu kegiatan yang akan dibentuk. Melihat pentingnya studi kelayakan
untuk kelangsungan koperasi yang akan dibentuk, maka studi kelayakan ini mutlak
diperlukan. Dengan adanya studi kelayakan dapat diketahui bagaimana kondisi
lingkungan dimana koperasi akan dibentuk, dukungan masyarakat terhadap kehadiran
koperasi.
Yang perlu diperhatikan dalam membuat studi kelayakan, ialah :
1. Mempelajari prakondisi masyarakat;
2. Apakah yang dibutuhkan masyarakat calon anggota;
3. Pangsa pasar di daerah yang akan didirikan koperasi;
4. Kekuatan pesaing dibandingkan dengan pangsa pasar yang ada;
5. Presentasi pangsa pasar yang akan ditangani dan kegiatan yang harus dilakukan;
6. Besarnya modal yang harus dihimpun oleh koperasi dan bagaimana cara
menghimpunnya;
7. Proyeksi manfaat yang akan diperoleh anggota.
Dalam membuat studi kelayakan perlu diperhatikan tersedianya modal sendiri (dari
simpanan anggota) untuk mendukung usaha yang akan dijalankan. Besarnya modal usaha
harus mempertimbangkan skala usaha yang akan dijalankan, serta kemampuan ekonomi
anggota.
d) Mengadakan Penyuluhan, Penerangan atau Pelatihan.
Kegiatan Penyuluhan, Penerangan atau Pelatihan dimaksudkan untuk menanamkan
pengertian kepada para calon pendiri/anggota koperasi. Penanaman pengertian tersebut
sangat penting dilakukan, karena pada hakikatnya perkembangan dan kemajuan koperasi
tergantung pada kualitas para anggotanya. Oleh karena itu mereka perlu memahami
maksud dan tujuan koperasi, bagaimana bentuk organisasinya, manfaat yang akan
diperoleh dalam meningkatkan kesejahteraan bersama, kewajiban dan hak anggota, dan
sebagainya. Mengingat pentingnya kedudukan anggota, maka sebelum koperasi didirikan
para anggota harus ditingkatkan pemahamannya dan metode dasar koperasi dan
pelaksanaan kerjanya. Hal ini dimaksudkan agar calon anggota tersebut memahami
maksud dan tujuan pembentukan koperasi, prinsip-prinsip koperasi, kepengurusan, yang
kemudian akan diatur dalam Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga. Untuk
melaksanakan ini, tim persiapan seyogyanya mengundang pihak-pihak yang mempunyai
pengetahuan dan keterampilan berkoperasi, misal para penggerak dan penyuluh koperasi,
baik instansi pemerintah dan atau lembaga profesional yang bergerak dalam pelatihan
dan penyuluhan koperasi.
Dalam kegiatan ini yang penting ditekankan adalah pentingnya partisipasi
anggota. Sebagai pemilik dan pengguna koperasi, partisipasi anggota bagaikan darah dalam
tubuh manusia.Partisipasi anggota diperlukan karena :
1. Koperasi tidak mungkin berdiri tanpa anggota;
2. Koperasi tidak dapat berusaha tanpa anggota;
3. Koperasi tidak akan dapat tumbuh dan berkembang tanpa partisipasi anggota.
e) Menyiapkan rancangan akta pendirian yang dilampiri anggaran dasar koperasi.
(Mengenai akta pendirian dan anggaran dasar koperasi akan dijelaskan lebih lanjut pada
bagian berikutnya).
f) Menyiapkan rancangan rencana kerja, program kerja dan anggaran koperasi yang
didukung studi kelayakan.
Rancangan rencana kerja adalah rincian kegiatan yang harus dilaksanakan oleh pengurus
koperasi dalam jangka waktu tertentu, yang harus disahkan dalam rapat pembentukan
menjadi rencana kerja koperasi. Pada koperasi terdapat :
1. Program kerja/rencana kerja satu tahun (jangka pendek);
2. Rencana kerja lima tahun (jangka menengah);
3. Rencana kerja lebih dari lima tahun (jangka panjang).
Rencana kerja satu tahun disusun berdasarkan rincian dari rencana kerja lima tahun,
sedangkan rencana kerja lima tahun disusun berdasarkan rencana kerja jangka
panjang. Pada rencana kerja satu tahun bentuk kegiatannya masih merupakan garis besar.
Dari garis besar itu dirinci lagi menjadi kegiatan yang langsung dapat dilaksanakan
secara operasional, yang lazim disebut program kerja.Program kerja koperasi umumnya
dibagi dalam :
1. Bidang organisasi yang meliputi keanggotaan, kepengurusan, manajemen,
kepegawaian, rapat-rapat, administrasi, dll.
2. Bidang usaha yang meliputi kegiatan usaha dan unit-unit usaha.
3. Bidang pendidikan dan pelatihan, meliputi pendidikan dan pelatihan anggota,
pengurus, pengawas, dan karyawan.
4. Dan lainnya, yang bertujuan demi kemajuan koperasi.
Rancangan anggaran koperasi yang terdiri anggaran pendapatan dan biaya disusun untuk
mendukung program kerja. Program kerja dan anggaran koperasi merupakan satu
kesatuan.
g) Menyiapkan rapat pembentukan. (Mengenai rapat pembentukan akan dijelaskan lebih
lanjut pada bagian berikutnya).
4. Rapat Pembentukan
Setelah Tim Persiapan Pembentukan melaksanakan persiapan-persiapan pra-pembentukan
koperasi di atas, selanjutnya tim menyiapkan undangan kepada calon anggota (minimal 20
orang untuk koperasi primer dan 3 badan hukum koperasi untuk koperasi sekunder). Karena
pentingnya rapat pembentukan koperasi, seyogyanya Tim Persiapan juga mengundang
pejabat koperasi setempat untuk memfasilitasi demi kelancaran jalannya rapat pembentukan.
Yang perlu dipersiapkan tim pada rapat pembentukan
1. Daftar hadir;
2. Notulis untuk mencatat jalannya rapat;
3. Rancangan anggaran dasar koperasi;
4. Rancangan rencana kerja;
5. Menyiapkan buku administrasi koperasi, khususnya buku daftar anggota, daftar
pengurus, dan daftar pengawas.
6. Rapat pembentukan dipimpin oleh seorang/beberapa orang dari wakil tim
persiapan/kuasa pendiri yang disetujui oleh peserta rapat, didampingi oleh seorang
notulis yang mencatat jalannya rapat.
Hal yang perlu dibahas dan diputuskan dalam rapat pembentukan, antara lain :
1. Kesepakatan untuk membentuk koperasi;
2. Pembahasan atas rancangan anggaran dasar untuk disahkan menjadi anggaran dasar
koperasi;
3. Pembahasan rancangan rencana kerja untuk dijadikan rencana kerja koperasi;
4. Pembahasan permodalan dan batas waktu penyerahan modal, terutama simpanan
pokok;
5. Pemilihan pengurus dan pengawas;
6. Pemberian kuasa kepada pengurus dan atau orang lain yang dipilih oleh peserta rapat
pembentukan untuk menyiapkan rancangan anggaran rumah tangga koperasi;
7. Pemberian kuasa dan batasan kewenangannya kepada beberapa orang yang ditunjuk
oleh rapat pembentukan untuk menanda tangani akta pendirian koperasi dan
mengajukan permintaan pengesahan dari pejabat terkait.
SIMPULAN
Berdasarkan pemaparan mengenai analisis pengaturan dalam Undang-Undang No. 17
Tahun 2012 tentang Koperasi yang memiliki kesamaan dengan pengaturan pada Undang-
Undang No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas, diperoleh beberapa poin kesimpulan,
sebagai berikut :
1. Undang-Undang No. 17 Tahun 2012 tentang Koperasi jelas mengandung banyak
pengaturan yang memiliki banyak kesamaan dengan pengaturan pada Undang-
Undang No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas. Koperasi Modern yang
diusung dalam Undang-Undang Perkoperasian terbaru ini pada beberapa aspek
seolah-olah mirip dengan Perseroan Terbatas, misalnya dalam hal pendiriannya,
perangkat organisasinya dan bentuk / statusnya sebagai badan hukum.
2. Banyaknya pengaturan dalam Undang-Undang No. 17 Tahun 2012 tentang
Koperasi yang memiliki kesamaan dengan pengaturan pada Undang-Undang No. 40
Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas memberikan wajah baru pada koperasi di
Indonesia. Pengaturan-pengaturan tersebut memberikan perubahan dan angin segar
pada Koperasi. Koperasi menjadi lebih berkembang dan mampu memenuhi
tantangan perekonomian global. Pengaturan-pengaturan tersebut juga pada dasarnya
merupakan bentuk pemberdayaan terhadap koperasi-koperasi di Indonesia dan
bertujuan untuk mewujudkan koperasi sebagai soko guru perekonomian Indonesia.
DAFTAR PUSTAKA
Peraturan Perundang-undangan:
1. Undang-Undang Dasar Republik Indonesia 1945
2. Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1965 tentang Perkoperasian
3. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1967 tentang Pokok-Pokok Perkoperasian
4. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1992 tentang Perkoperasian
5. Undang- Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas
6. Undang-undang Nomor 17 tahun 2002 tentang Perkoperasian
Lain-lain :
Jurnal
Bambang Supriyanto, “Kritik Terhadap Koperasi (Serta Solusinya) Sebagai Media
Pendorong Pertumbuhan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM)”, Britannica
Concise Encyclopedia, Jurnal Ekonomi & Pendidikan, Volume 4 Nomor 2, Nopember
2007.
Website
Andi Kuswandi, “Era Baru Koperasi Indonesia”, http://portaldepok.co.id , diakses : Selasa 16
Juli 2013.
Eddy Leks, SH., ACIArb, “Wajah Baru Koperasi”, http://eddyleks.blogspot.com , 28 Januari
2013.
http://bungatanjung18.blogspot.com/2012/11/pengertian-sejarah-konsep-dan-prinsip.html
diakses : Rabu, 17 Juli 2013.
http://putri.blogspot.com/2013/01/prinsip-dan-pengertian-koperasi-menurut.html diakses :
Kamis, 18 Juli 2013.
Iin Solihin, “UU No. 17 Tahun 2012 hasilkan Sertifikat Modal Koperasi”,
http://kopkarbisnisindonesia.com, 12 Desember 2012, diakses : Kamis, 18 Juli 2013.
“Membangun Koperasi Modern di Indonesia”, http://kspintidana.co.id , diakses : Minggu 14
Juli 2013.
Sosialiasi Undang-Undang No. 17 Tahun 2012 tentang Perkoperasian, Kementerian Koperasi
dan UMKM, http://slideshare.net , diakses : Sabtu 13 Juli 2013.