sejarah berdirinya koperasi

39
PENDAHULUAN Satu- satunya badan usaha ekonomi rakyat adalah koperasi. Sekelompok rakyat seperti petani, pegawai negri, pekerja pabrik, para perajin, dapat bersama-sama menjalankan usaha koperasi. Berbagai usaha dapat dijalankan oleh koperasi. Banyak koperasi tumbuh dimana-mana, akan tetapi sesudah berdiri, mengalami kegagalan sebelum berhasil mencapai tujuan karena pengurus dan anggota tidak mengetahui seluk beluk bentuk koperasi. Kelompok masyarakat yang memiliki kepentingan ekonomi dan atau yang sama merupakan potensi dasar untuk membentuk atau mendirikan koperasi primer. Dengan mengacu pada pasal 6 UU no. 25 tahun 1992 tentang perkoperasia, disebutkan bahwa koperasi primer dibentuk oleh sekurang-kurangnya 20 orang. Sedangkan koperasi sekunder dibentuk oleh sekurang-kurangnya 3 koperasi.

Upload: ritanovitasipahutar

Post on 21-Dec-2015

87 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

Koperasi

TRANSCRIPT

Page 1: SEJARAH BERDIRINYA KOPERASI

PENDAHULUAN

Satu- satunya badan usaha ekonomi rakyat adalah koperasi. Sekelompok rakyat

seperti petani, pegawai negri, pekerja pabrik, para perajin, dapat bersama-sama menjalankan

usaha koperasi. Berbagai usaha dapat dijalankan oleh koperasi.

Banyak koperasi tumbuh dimana-mana, akan tetapi sesudah berdiri, mengalami

kegagalan sebelum berhasil mencapai tujuan karena pengurus dan anggota tidak mengetahui

seluk beluk bentuk koperasi.

Kelompok masyarakat yang memiliki kepentingan ekonomi dan atau yang sama

merupakan potensi dasar untuk membentuk atau mendirikan koperasi primer. Dengan

mengacu pada pasal 6 UU no. 25 tahun 1992 tentang perkoperasia, disebutkan bahwa

koperasi primer dibentuk oleh sekurang-kurangnya 20 orang. Sedangkan koperasi sekunder

dibentuk oleh sekurang-kurangnya 3 koperasi.

Page 2: SEJARAH BERDIRINYA KOPERASI

BERDIRINYA KOPERASI

A. SEJARAH BERDIRINYA KOPERASI

1. Pengaturan Mengenai Koperasi di Indonesia berdasarkan Undang-Undang No. 17

Tahun 2012 Tentang Perkoperasian

Undang-Undang No. 17 Tahun 2012 Tentang Perkoperasian menjadi dasar yuridis

terbaru yang mengatur mengenai masalah perkoperasian di Indonesia. Layaknya undang-

undang terdahulu, di dalam Undang-Undang ini pun dimuat berbagai penjelasan mulai dari

pengertian, pendirian, permodalan, keangotaan, kegiatan usaha koperasi dll.

Undang-Undang Perkoperasian yang baru ini terdiri dari 17 Bab yang berisi 126 Pasal

dan keseluruhan isi dari Undang-Undang tersebut kembali dijabarkan dalam 10 Peraturan

Pemerintah serta 7 Peraturan Menteri. Terdapat cukup banyak perbedaan antara Undang-

Undang Perkoperasian yang baru ini dengan Undang-Undang Perkoperasian No. 12 Tahun

1992 yang telah berlaku selama 20 tahun lamanya. Undang-Undang Perkoperasian yang baru

lebih banyak memuat unsur-unsur koperasi modern. Definisi koperasi pun mengalami

perubahan pada Undang-Undang Perkoperasian yang baru ini. Koperasi pada pasal 1 ayat 1

Undang-Undang ini didefinisikan sebagai berikut :

“Pasal 1 ayat 1

Koperasi adalah badan hukum yang didirikan oleh orang perseorangan atau

badan hukum Koperasi, dengan pemisahan kekayaan para anggotanya

sebagai modal untuk menjalankan usaha yang memenuhi aspirasi dan kebutuhan

bersama di bidang ekonomi, sosial, dan budaya sesuai dengan nilai dan prinsip

koperasi”

Beberapa susbtansi penting dalam Undang-Undang Perkoperasian yan baru ini adalah1 :

1. Undang-Undang ini mengakomodasikan Nilai dan Prinsip Koperasi yang sesuai

dengan nilai-nilai luhur bangsa Indonesia yang tertuang dalam Undang-Undang Dasar

Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dan hasil kongres International Cooperative

Alliance (ICA); (Pasal 5-6)

2. Pendirian Koperasi harus melalui akta otentik; (Pasal 9) yang dibuat oleh Notaris

Pejabat Pembuat Akta Koperasi (NPAK).

3. Penggunaan nama koperasi diatur.

1

Page 3: SEJARAH BERDIRINYA KOPERASI

4. Undang-Undang ini mengutamakan kemudahan rakyat dalam membentuk koperasi,

dimana secara tegas diatur, setiap permohonan pendirian koperasi harus sudah

mendapat persetujuan selambat – lambatnya 30 (tiga puluh) hari.

5. Dalam pengelolaan menganut sistem two layer (2 lapis pengawasan) yakni

pengawasan oleh :

- pengawas

- pengurus dan pengelola (jika diperlukan)

6. Jenis Koperasi. Berdasarkan Undang-Undang ini, maka jenis koperasi yang diakui di

Indonesia adalah :

a. Koperasi Produksi

b. Koperasi Konsumen

c. Koperasi Jasa

d. Koperasi Simpan Pinjam

7. Pengurus dapat berasal dari non anggota.

8. RAT(Rapat Anggota Tahunan) selambat-lambatnya 5 (lima) bulan, dimana undangan

sudah diedarkan 14 (empat belas) hari sebelumnya.

9. Bahan RAT (Rapat Anggota Tahunan) secara lengkap terperinci.

10. Bagi koperasi yang memiliki anggota lebih dari 500 orang, RAT (Rapat Anggota

Tahunan) bisa dilakukan dengan sistem delegasi.

11. Pengawas sebagai unsur alat perlengkapan organisasi koperasi ditingkatkan

peranan dan kewenangannya.

12. Modal Koperasi terdiri dari Setoran Pokok dan Sertifikat Modal Koperasi sebagai

modal awal; (Pasal 66) dengan pengaturan sebagai berikut :

a. Setoran Pokok

Harus dibuat dengan nilai yang serendah rendahnya, agar tidak ada hambatan

setiap orang untuk masuk sebagai anggota koperasi.

b. Sertifikat Modal Koperasi (SMK)

Nilai nominal per lembar SMK tidak boleh melebihi nilai nominal Setoran Pokok.

SMK diharapkan menjadi instrumen penghimpunan modal / equity koperasi yang

dapat secara dinamis menangkap setiap peluang usaha bagi koperasi.

c. Modal penyertaan

Koperasi diperbolehkan menerima modal penyertaan dari anggota, non anggota,

pemerintah dan pemerintah daerah.

Page 4: SEJARAH BERDIRINYA KOPERASI

13. Istilah sisa hasil usaha diubah menjadi Selisih Hasil Usaha yang meliputi Surplus

Hasil Usaha dan Defisit Hasil Usaha;

14. Koperasi Simpan Pinjam hanya dapat menghimpun simpanan dan menyalurkan

pinjaman kepada anggota; (Pasal 89) untuk non anggota diberikan waktu 3 (tiga)

bulan harus sudah menjadi anggota.

15. Koperasi Simpan Pinjam harus mempunyai izin usaha, tidak boleh memberikan

pinjaman kepada koperasi lain, harus melalui sekundernya.

16. Unit Simpan Pinjam Koperasi dalam jangka waktu 3 (tiga) tahun, wajib berubah /

memisahkan menjadi Koperasi Simpan Pinjam yang merupakan badan hukum

koperasi tersendiri; (Pasal 122)

17. Untuk meningkatkan dan memantapkan pelayanan Koperasi sesuai karakteristik

masyarakat muslim secara tegas disebutkan bahwa koperasi diberi kesempatan untuk

melaksanakan kegiatan usaha berdasarkan prinsip ekonomi syariah; (Pasal 87)

18. Untuk menjamin simpanan anggota Koperasi Simpan Pinjam, Pemerintah

diamanatkan untuk membentuk dibentuk Lembaga Penjamin Simpanan anggota

Koperasi Simpan Pinjam (LPS-KSP) melalui Peraturan Pemerintah; (Pasal 95 ayat

(2).

19. Pengawasan dan Pemeriksaan terhadap Koperasi akan lebih diintensifkan, dalam

kaitan ini khususnya untuk pengawasan terhadap koperasi simpan pinjam Pemerintah

juga diamanatkan untuk membentuk Lembaga Pengawasan Koperasi Simpan

Pinjam (LP-KSP) yang bertanggung jawab kepada Menteri dan dibentuk melalui

Peraturan Pemerintah; (Pasal 100)

20. Dalam pemberdayaan koperasi, pemerintah dan pemerintah daerah memberikan

bimbingan kemudahan diantaranya; adalah memberikan insentif pajak dan fiskal.

21. Lembaga gerakan Koperasi didorong untuk menjadi lembaga yang mandiri dengan

menghimpun iuran dari anggota serta membentuk Dana Pengembangan Dewan

Koperasi Indonesia. (Pasal 115).

22. Pengaturan tentang Sanksi Administratif atas pelanggaran ketentuan-ketentuan

tertentu dalam Undang-Undang No. 17 Tahun 2012 tentang Perkoperasian.

23. Dalam rangka penyesuaian terhadap Undang – Undang nomor 17 tahun 2012

tentang Perkoperasian diberi waktu 3 (tiga) tahun.

24. Pedoman pelaksanaan Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2012 tentang

Perkoperasian dalam Peraturan Pemerintah dan Peraturan menteri selambat lambatnya

2 (dua) tahun.

Page 5: SEJARAH BERDIRINYA KOPERASI

Diantara substansi-substansi penting yang telah dipaparkan di atas, terdapat banyak

pengaturan baru tentang Koperasi di Indonesia yang jelas-jelas berbeda dengan pengaturan

koperasi yang sebelumnya. Undang-Undang Nomor. 17 Tahun 2012 tentang Perkoperasian

banyak membawa perubahan terhadap dunia perkoperasian Indonesia. Hal ini dapat dilihat

mulai dari definisi koperasi itu sendiri menurut Undang-Undang Perkoperasian terbaru.

Undang-Undang Perkoperasian terbaru ini mendefinisikan koperasi sebagai sebuah badan

hukum, padahal awalnya, koperasi di Indonesia tidaklah berbentuk badan hukum. Perubahan

bentuk koperasi ini jelas membawa dampak perubahan pada berbagai sisi dari koperasi

lainnya.

Selain itu berbagai pengaturan yang berisi perubahan konsep / bentuk koperasi yang

diusung dalam Undang-Undang Perkoperasian terbaru dianggap memiliki banyak kesamaan

dengan pengaturan yang ada dalam Undang-Undang No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan

Terbatas. Hal ini membuat masyarakat seringkali menganggap bahwa bentuk koperasi

modern ini semakin mirip dengan bentuk usaha perseroan dan semakin lama semakin

meninggalkan tujuan utama dari koperasi itu sendiri yakni “untuk mensejahterakan

anggotanya”.

Namun meskipun demikian, Undang-Undang Koperasi yang baru ini juga mengandung

banyak pengaturan yang lebih menegaskan prinsip-prinsip koperasi dan membuatnya riil

serta tidak mengambang lagi.

Undang-Undang Perkoperasian terbaru, mengakomodir pengaturan mengenai nilai-nilai

dan prinsip-prinsip koperasi yang disesuaikan dengan keputusan kongres ICA tahun 1995 di

Manchester. Hal inilah yang membuat prinsip-prinsip koperasi itu sendiri semakin tegas,

sehingga dalam menjalankan kegiatan usahanya koperasi dapat lebih fokus dan lebih terarah.

2. Prinsip-Prinsip Baru Dalam Undang-Undang No. 17 Tahun 2012 Tentang

Perkoperasian Yang Memiliki Kesamaan Dengan Prinsip-Prinsip Pengaturan Yang

Ada Dalam Undang-Undang No. 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas

Sebagaimana telah dipaparkan pada bab sebelumnya, bahwa Undang-undang No. 17

Tahun 2012 tentang Perkoperasian banyak mengandung pengaturan-pengaturan baru

mengenai koperasi. Oleh karenanya Undang-Undang Perkoperasian terbaru ini, jelas

membawa banyak perubahan terhadap eksistensi koperasi di Indonesia. Beberapa di antara

pengaturan-pengaturan baru yang tercakup di dalam Undang-Undang Perkoperasian ini

Page 6: SEJARAH BERDIRINYA KOPERASI

rupanya memiliki kemiripan dari segi prinsip dengan pengaturan mengenai perseroan terbatas

yang ada dalam Undang-undang No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas.

Prinsip-prinsip dalam Undang-Undang Perkoperasian terbaru yang memiliki kemiripan

dengan prinsip-prinsip dalam Undang-Undang Perseroan Terbatas itu, di antaranya adalah :

a. Bentuk Badan Hukum

Undang-Undang Perkoperasian terbaru telah mendefinisikan koperasi sebagai suatu

bentuk badan hukum dan bukan lagi badan usaha biasa. Perubahan bentuk ini, jelas

membawa banyak konsekuensi terhadap eksistensi koperasi itu sendiri. Dengan adanya

pengaturan mengenai hal ini, koperasi secara langsung memiliki sifat yang sama dengan

badan hukum lain pada umumnya. Ciri-ciri umum suatu badan hukum, harus melekat pada

koperasi. Ciri-ciri tersebut 3 di antaranya adalah :

- Adanya pemisahan kekayaan anggota

- Adanya tujuan tertentu

- Adanya organisasi yang jelas

Penegasan status badan hukum koperasi ini jelas diatur dalam definisi koperasi yang

ada pada pasal 1 ayat 1 Undang-Undang Perkoperasian terbaru. Dengan ditegaskannya bahwa

bentuk koperasi adalah badan hukum, maka hal ini menjadi salah satu indikator kemiripan

bentuk antara koperasi dengan perseroan terbatas. Dalam Undang- Undang Perseroan

Terbatas, tepatnya pasal 1 ayat 1, jelas diatur bahwa Perseroan Terbatas berbentuk badan

hukum.

b. Pemisahan Kekayaan Anggota Sebagai Modal

Dikarenakan bentuknya sebagai badan hukum , maka telah menjadi konsekuensi mutlak

bagi koperasi untuk mengadakan pemisahan harta kekayaan dengan anggotanya. Hal ini

secara tegas diatur dalam definisi koperasi pada pasal 1 ayat 1 Undang-undang Perkoperasian

terbaru :

“Pasal 1 ayat 1

Koperasi adalah badan hukum yang didirikan oleh orang perseorangan atau

badan hukum Koperasi, dengan pemisahan kekayaan para anggotanya

sebagai modal untuk menjalankan usaha yang memenuhi aspirasi dan kebutuhan

bersama di bidang ekonomi, sosial, dan budaya sesuai dengan nilai dan prinsip

koperasi”

Pemisahan harta kekayaan para anggota koperasi ini juga menjadi indikator kemiripan

koperasi modern berdasarkan Undang-Undang Koperasi terbaru, dengan Perseroan Terbatas.

Page 7: SEJARAH BERDIRINYA KOPERASI

Perseroan Terbatas sebaagi suatu badan usaha berbentuk badan hukum jelas mengadakan

pemisahan harta kekayaan di dalamnya demi mencari profi sebanyak-banyaknya.

c. Pendirian Koperasi Melalui Akta Notaris

Prosedur pendirian koperasi berdasarkan Undang-Undang perkoperasian Terbaru,

tepatnya yang diatur dalam pasal 9 ayat 1 menunjukan kemiripan dengan prosedur pendirian

Perseroan Terbatas sebagaimana diatur dalam pasal 7 ayat 1 Undang-Undang No. 40 Tahun

2007 tentang Perseroan Terbatas. Pendirian Koperasi harus dilakukan melalui pembuatan

akta oleh Notaris.

Pendirian koperasi dilakukan dengan akta pendirian koperasi yang dibuat oleh Notaris

dalam bahasa Indonesia atau Camat yang telah disahkan sebagai Pejabat Pembuat Akta

Koperasi, jika di suatu kecamatan tidak terdapat Notaris. Hal yang menarik disini ialah,

Notaris yang dimaksud dalam Undang-Undang Perkoperasian terbaru merupakan Notaris

yang terdaftar pada Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah2.

Prosedur pendirian koperasi yang merupakan pengaturan baru yang terkandung dalam

Undang-Undang Perkoperasian terbaru inilah yang kembali dapat menjadi indikator

kemiripan antara koperasi dengan perseroan terbatas.

d. Pengesahan Akta Pendirian Koperasi oleh Menteri Hukum & HAM

Masih dalam rangkaian prosedur pendirian koperasi, selain pendiriannya harus melalui

pembuatan akta oleh notaris, ternyata koperasi modern pun akta pendiriannya harus disahkan

oleh Menteri Hukum dan HAM untuk kemudian didaftarkan pada daftar umum Koperasi.

Pengesahan ini, merupakan konsekuensi dari bentuk koperasi yang berubah menjadi badan

hukum. Seandainya koperasi tidak berbentuk badan hukum, maka koperasi tidak perlu

dimohonkan pengesahan akta pendiriannya pada Menteri Hukum dan HAM.

Pengesahan akta pendirian koperasi pada Menteri Hukum dan HAM ini merupakan

peraturan baru yang sebelumnya tidak ada dalam Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1992

tentang Perkoperasian. Di dalam Undang-Undang Perkoperasian terbaru, peraturan ini

ditemukan dalam :

“Pasal 10 ayat 4 : Permohonan Akta Pendirian Koperasi sebagaimana dimaksud

pada ayat (1) diajukan secara tertulis oleh para pendiri secara bersama-sama atau

kuasanya kepada Menteri untuk mendapatkan pengesahan sebagai badan hukum.”

2

Page 8: SEJARAH BERDIRINYA KOPERASI

Selanjutnya, koperasi memperoleh pengesahan sebagai badan hukum setelah akta

pendirian disahkan oleh Menteri. Pengesahan tersebut diberikan dalam waktu 30 hari

terhitung sejak tanggal permohonan pengesahan diterima.

Ketentuan mengenai pengesahan akta pendirian oleh Menteri Hukum dan HAM ini

membuat seolah-olah prosedur pendirian Koperasi mirip dengan Perseroan Terbatas.

Sebagaimana diketahui bahwa Perseroan Terbatas akan memperoleh status sebagai badan

hukum setelah akta pendiriannya disahkan oleh Menteri.

e. Mengenai Berkurangnya Anggota setelah Memperoleh Status Badan Hukum

Berdasarkan Undang-Undang Perkoperasian terbaru, jika setelah Koperasi memperoleh

status badan hukum anggotanya berkurang dari jumlah anggota minimal, maka dalam jangka

waktu tertentu koperasi tersebut harus memenuhi kembali jumlah anggota minimalnya.

Namun jika ia pada akhirnya tidak dapat memenuhi kembali jumlah anggota minimalnya,

maka anggoat koperasi akan bertanggung jawab secara tidak terbatas atas segala perikatan

yang terjadi. Ketentuan ini merupakan ketentuan mengenai perkoperasian baru yang terdapat

dalam pasal 14 ayat 1 dan 2 Undang-Undang Perkoperasian terbaru:

Pasal 14

(1) Dalam hal setelah Koperasi disahkan, Anggotanya berkurang dari jumlah

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 maka dalam jangka waktu paling lambat 6

(enam) bulan terhitung sejak keadaan tersebut, Koperasi yang bersangkutan wajib

memenuhi jumlah minimal keanggotaan.

(2) Setelah melampaui jangka waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (1),

Anggota Koperasi tetap kurang dari jumlah minimal keanggotaan maka Anggota

Koperasi bertanggung jawab secara pribadi atas segala perikatan atau kerugian

yang terjadi dan Koperasi tersebut wajib dibubarkan oleh Menteri.

Jika kita teliti dengan lebih seksama, dapat dianalisis bahwa pada intinya ketentuan ini

hampir sama dengan ketentuan yang terdapat dalam Pasal 7 Undang-Undang No. 40 Tahun

2007 tentang Perseroan Terbatas, yang berbunyi :

Pasal 7

(5) Setelah Perseroan memperoleh status badan hukum dan pemegang saham

menjadi kurang dari 2 (dua) orang, dalam jangka waktu paling lama 6 (enam)

bulan terhitung sejak keadaan tersebut pemegang saham yang bersangkutan wajib

Page 9: SEJARAH BERDIRINYA KOPERASI

mengalihkan sebagian sahamnya kepada orang lain atau Perseroan mengeluarkan

saham baru kepada orang lain.

(6) Dalam hal jangka waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (5) telah dilampaui,

pemegang saham tetap kurang dari 2 (dua) orang, pemegang saham bertanggung

jawab secara pribadi atas segala perikatan dan kerugian Perseroan, dan atas

permohonan pihak yang berkepentingan, pengadilan negeri dapat membubarkan

Perseroan tersebut.

f. Anggaran Dasar Koperasi

Ketentuan mengenai anggaran dasar koperasi dan perubahannya juga memiliki

beberapa kemiripan dengan pengaturan mengenai Anggaran Dasar Perseroan Terbatas dan

masalah perubahannya.

Mulai dari isi, anggaran dasar koperasi dengan anggaran dasar perseroan terbatas,

memiliki cukup banyak kemiripan, hal ini dapat dilihat secara jelas dalam pasal 16 Undang

Undang Perkoperasian terbaru dan pasal 15 Undang-Undang Perseroan Terbatas.

Kemudian mengenai penamaan yang harus dicantumkan dalam anggaran dasar

koperasi. Ketentuan mengenai penamaan koperasi ini juga merupakan ketentuan baru yang

sebelumnya tidak ada dalam Undang-Undang No. 25 Tahun 1992 mengenai Perkoperasian.

Ketentuan mengenai penamaan dalam Undang-Undang Perkoperasian terbaru, tepatnya pada

pasal 17 berbunyi :

“Pasal 17

(1) Koperasi dilarang memakai nama yang:

a. telah dipakai secara sah oleh Koperasi lain dalam satu kabupaten atau kota;

b. bertentangan dengan ketertiban umum dan/atau kesusilaan; dan/atau

c. sama atau mirip dengan nama lembaga negara, lembaga pemerintah, atau

lembaga internasional, kecuali mendapat izin dari yang bersangkutan.”

Ketentuan tersebut pada intinya hampir memiliki kesamaan dengan ketentuan tentang

penamaan Perseroan Terbatas yang diatur dalam Undang-Undang Perseroan Terbatas,

tepatnya :

“Pasal 16

(1) Perseroan tidak boleh memakai nama yang:

a. telah dipakai secara sah oleh Perseroan lain atau sama pada pokoknya dengan

nama Perseroan lain;

Page 10: SEJARAH BERDIRINYA KOPERASI

b. bertentangan dengan ketertiban umum dan/atau kesusilaan;

c. sama atau mirip dengan nama lembaga negara, lembaga pemerintah, atau

lembaga internasional, kecuali mendapat izin dari yang bersangkutan

d. ....”

Terakhir mengenai perubahan anggaran dasar koperasi. Berdasarkan pasal 19 dan pasal

20 Undang-Undang Perkoperasian terbaru, Anggaran Dasar koperasi dapat diubah oleh Rapat

Anggota apabila dihadiri oleh paling sedikit 2/3 bagian dari jumlah anggota koperasi dan

disetujui oleh paling sedikit ½ bagian dari jumlah anggota yang hadir. Kemudian, Perubahan

Anggaran Dasar terhadap (i) nama, (ii) tempat kedudukan, (iii) wilayah keanggotaan, (iv)

tujuan, (v) kegiatan usaha, dan/atau (vi) jangka waktu berdirinya, harus mendapat persetujuan

Menteri. Ketentuan ini jelas memiliki kesamaan dengan ketentuan mengenai perubahan

anggaran dasar yang ada dalam pasal 19 dan pasal 20 Undang-Undang Perseroan Terbatas.

Rapat Anggota secara tidak langsung dapat dipersamakan dengan Rapat Umum Pemegang

Saham.

g. Pengumuman Pengesahan Koperasi

Ketentuan dalam pasal 24 mengenai pengumuman dan pasal 25 mengenai daftar umum

Koperasi pada Undang-Undang Perkoperasian yang baru dsecara tidak langsung dapat

dianggap hampir sama dengan ketentuan Pasal 29 dan 30 Undang-Undang Perseroan

Terbatas mengenai Daftar Umum Perseroan dan Pengumuman melalui Tambahan Berita

Negara RI. Walaupun pada koperasi pengumuman dilakukan melalui Berita Negara Republik

Indonesia namun pada intinya perihal pengumuman dan dimasukkannya koperasi maupun

perseroan terbatas yang telah memperoleh status badan hukum pada suatu daftar umum

adalah hampir sama. Prosedur tersebut sama-sama ditempuh oleh Koperasi maupun

Perseroan Terbatas sebagai konsekuensi atas status badan hukumnya.

h. Perangkat Organisasi Koperasi

Perangkat organisasi koperasi terdiri dari Rapat Anggota, Pengawas, dan Pengurus. Hal

ini diatur dalam pasal 30 Undang-Undang Perkoperasian terbaru. Rapat Anggota merupakan

pemegang kekuasaan tertinggi dalam Koperasi. Selain Rapat Anggota tahunan, diatur juga

Rapat Anggota Luar Biasa di dalam UU Koperasi. Pengurus dipilih dari anggota koperasi

maupun non anggota koperasi oleh Rapat Anggota. Pengurus bertugas mengelola koperasi

sesuai Anggaran Dasar.

Page 11: SEJARAH BERDIRINYA KOPERASI

Pengawas dipilih dari dan oleh anggota melalui Rapat Anggota. Dengan demikian, jika

pengurus bisa dipilih dari non anggota, pengawas hanya bisa diambil dari anggota koperasi.

Pengawas bertugas mengawasi kepengurusan yang dilakukan oleh pengurus koperasi.

Secara umum jika dianalisis peran dan proses pemilihannya, perangkat-perangkat

organisasi koperasi tersebut memilik kemiripan dengan perangkat organisasi perseroan

terbatas. Rapat Anggota dalam Koperasi memiliki peran dan fungsi yang hampir sama

dengan Rapat Umum Pemegang Saham yang ada dalam suatu Perseroan Terbatas. Hal ini

dapat dibuktikan berdasarkan bunyi pasal 33 Undang-Undang Perkoperasian yang baru

dengan BAB VI pada Undang-Undang Perseroan Terbatas mengenai RUPS.

Kedudukan Pengurus pada koperasi pun secara umum dapat dipersamakan layaknya

kedudukan direksi pada koperasi, keduanya memiliki tugas dan fungsi untuk menjalankan

koperasi dan mengurusi kepentingan koperasi. Direksi diangkat oleh RUPS dan Pengurus

Koperasi diangkat oleh Rapat Anggota. Jika dianalisis secara seksama ketentuan pada pasal

55 Undang-Undang Perkoperasian terbaru mengenai Pengurus pun memiliki inti yang sama

dengan ketentuan dalam pasal 92 Undang-Undang Perseroan Terbatas mengenai direksi.

Keduanya mengatur kewenangan direksi maupun pengurus koperasi dalam menjalankan

kegiatan usaha organisasi. Contoh lainnya kesamaan fungsi dari direksi dan pengurus ini

diatur dalam pasal 58 Undang-Undang Perkoperasian dan pasal 98 Undang-Undang

Perseroan Terbatas. Ketentuan tersebut mengatur fungsi Direksi maupun Pengurus untuk

mewakili organisasi di dalam maupun di luar pengadilan.

Selain itu, peran dan fungsi Komisaris pada PT serta Pengawas pada Koperasi ini juga

secara umum memiliki kesamaan. Kesamaan ini dapat kita analisis pada pasal 108 Undang-

Undang Perseroan Terbatas dan pada pasal 48 Undang-Undang Perkoperasian. Keduanya,

sama-sama diangkat melalui Rapat Umum Anggota maupun Rapat Umum Pemegang Saham,

dan menjalankan fungsi pengawasan terhadap jalannya badan usaha.

Walaupun secara umum perangkat organisasi antara Koperasi dan PT ini memiliki

banyak kesamaan, namun keduanya memiliki susunan hierarki kedudukan yang tidak sama.

Pada Undang-undang Perseroan terbatas No. 40 Tahun 2007 kedudukan antara RUPS,

Dewan Komisaris dan Direksi adalah sejajar, sementara pada Undang-Undang Perkoperasian,

Rapat Anggota memiliki kedudukan dan kekuasaan tertinggi diantara Pengurus dan

Pengawas.

Page 12: SEJARAH BERDIRINYA KOPERASI

i. Modal Koperasi

Pasal 66 ayat 1 Undang-Undang Perkoperasian terbaru menyatakan bahwa Modal

Koperasi terdiri dari Setoran Pokok dan Sertifikat Modal Koperasi sebagai Modal awal.

Selain itu, pasal 66 ayat 2 Undang-Undang ini juga mengatur bahwa :

“Pasal 66

(2) Selain modal sebagaimana dimaksud pada ayat (1) modal Koperasi dapat

berasal dari:

a. Hibah;

b. Modal Penyertaan;

c. modal pinjaman yang berasal dari: (1. Anggota; 2. Koperasi lainnya dan/atau

Anggotanya; 3. bank dan lembaga keuangan lainnya; 4. penerbitan obligasi dan

surat hutang lainnya; dan/atau 5. Pemerintah dan Pemerintah Daerah.) dan/atau

d. sumber lain yang sah yang tidak bertentangan dengan Anggaran Dasar dan/atau

ketentuan peraturan perundang-undangan.”

Setoran pokok dibayarkan oleh anggota pada saat yang bersangkutan mengajukan

permohonan sebagai anggota dan tidak dapat dikembalikan. Selain itu setiap anggota harus

membeli Sertifikat Modal Koperasi yang jumlah minimumnya ditentukan dalam Anggaran

Dasar Masing-Masing. Sertifikat Modal Koperasi ini dikeluarkan atas nama dan sertifikat ini

tidak mempunyai hak suara. Jika dilihat berdasarkan definisinya, SMK (Sertifikat Modal

Koperasi) ini adalah bukti penyertaan Anggota Koperasi dalam modal Koperasi.

Secara umum jika kita analisis secara keseluruhan isi ketentuan dari BAB VII Undang-

Undang Perkoperasian yang tepatnya mengatur tentang Modal ini, maka kita dapat

mengambil sebuah hipotesis bahwa struktur permodalan koperasi mulai memiliki kesamaan

dengan permodalan Perseroan Terbatas. Kedudukan Setoran Pokok dalam permodalan

koperasi dapat dipersamakan dengan Modal yang disetor yang ada pada Perseroan terbatas

berdasarkan sifat-sifatnya. Sementara Kedudukan Sertifikat Modal Koperasi sendiri seolah-

olah dapat dipersamakan dengan Saham yang ada dalam suatu perseroan terbatas. Hal ini

terlihat dari ketentuan pasal 68 dalam Undang-Undang Perkoperasian yang menyatakan

bahwa:

1. Koperasi harus menerbitkan Sertifikat Modal Koperasi dengan nilai nominal per

lembar maksimum sama dengan nilai Setoran Pokok.

2. Pembelian Sertifikat Modal Koperasi dalam jumlah minimum merupakan tanda

bukti penyertaan modal Anggota di Koperasi.

Page 13: SEJARAH BERDIRINYA KOPERASI

3. Kepada setiap Anggota diberikan bukti penyetoran atas Sertifikat Modal Koperasi

yang telah disetornya.

Selain itu, terkait dengan modal penyertaan yang ditandai dengan dikeluarkannya SMK

ini, berdasarkan Undang-Undang Perkoperasian yang baru pemerintah dan/atau masyarakat

pun dapat berpartisipasi di dalam koperasi melalui modal penyertaan ini3. Bagian keuntungan

yang diperoleh dengan diberikannya modal penyertaan menjadi hak bagi pemerintah dan/atau

masyarakat yang berpartisipasi. Begitupun sebaliknya, pemerintah dan/atau masyarakat wajib

menanggung kerugian usaha yang dibiayai dengan modal penyertaan, sebatas nilai modal

penyertaan yang ditanamkan dalam koperasi4.

Dengan demikian, semakin jelas bahwa kedudukan Sertifikat Modal Koperasi ini

memiliki banyak kesamaan dengan Saham. Walaupun di samping itu juga banyak perbedaan,

salah satunya adalah SMK yang tidak memberikan hak suara pada pemegangnya.

j. Selisih Hasil Usaha dan Surplus

Berdasarkan ketentuan-ketentuan yang terdapat dalam Bab VII Undang-Undang

Perkoperasian mengenai Selisih Hasil Usaha dan Dana Cadangan, dapat dianalisis bahwa

kedudukannya memiliki kesamaan dengan Laba yang berbentuk dividen dan cadangan

wajib / dana cadangan pada perseroan terbatas. Hal ini terlihat dari kedudukannya itu sendiri.

Surplus Hasil Usaha yang berasal dari transaksi dengan non anggota tidak boleh dibagikan

kepada anggota dan wajib digunakan untuk mengembangkan usaha koperasi dan peningkatan

layanan keanggotan, hal ini layaknya cadangan wajib pada perseroan terbatas, sementara

Surplus Hasil Usaha yang berasal dari transaksi dengan anggota dapat dibagikan kepada

anggota layaknya dividen pada Perseroan Terbatas.

k. Penggabungan dan Peleburan Koperasi

Ketentuan terbaru lainnya yang ada dalam Undang-Undang Perkoperasian adalah

mengenai Penggabungan dan Peleburan Koperasi. Hal ini diatur dalam BAB XII pasal 101

Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2012 mengenai Perkoperasian. Walaupun tata cara dan

persyaratannya berbeda dengan Peleburan dan Penggabungan Perseroan Terbatas

berdasarkan Undang-Undang No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas, namun

keberadaan perbuatan hukum Penggabungan dan Peleburan ini telah cukup menggambarkan

bahwa badan usaha Koperasi modern mulai memiliki kesamaan dengan badan usaha

perseroan terbatas.

3

4

Page 14: SEJARAH BERDIRINYA KOPERASI

Di dalam ketentuan mengenai Peleburan dan Penggabungan Koperasi ini juga diatur

mengenai akibat hukum dari peleburan dan penggabungan tersebut yang memiliki kesamaan

secara umum dengan akibat hukum penggabungan dan peleburan suatu Perseroan Terbatas

sebagaimana diatur dalam pasal 122 Undang-Undang Perseroan Terbatas.

l. Pembubaran dan Hilangnya Status Badan Hukum

Melalui bentuknya yang menjadi badan hukum, otomatis Koperasi tidak dapat

dibubarkan dengan begitu saja. Alasan pembubaran Koperasi pun disini memiliki kesamaan

setidaknya dengan beberapa alasan pembubaran suatu badan hukum lainnya, yakni perseroan

terbatas. Berdasarkan pasal 103 Undang-Undang Perkoperasian, koperasi dapat dibubarkan

karena habisnya jangka waktu, keputusan menteri (karena pailit maupun karena tidak dapat

menjalankan kegiatannya selama 2 tahun berturut-turut) dan karena keputusan Rapat

Anggota. Secara umum, alasan ini dapat dipersamakan dengan alasan pembubaran PT karena

keputusan RUPS, berakhirnya jangka waktu dan karena terjadinya pailit. Hal tersebut diatur

dalam pasal 142 Undang-Undang Perseroan Terbatas.

Kemudian setelah suatu koperasi maupun perseroan terbatas dibubarkan, menteri akan

melakukan penghapusan status badan hukum atas keduanya. Pengaturan yang memiliki

kesamaan ini terdapat dalam pasal 110 Undang-Undang Perkoperasian terbaru dan pasal 152

Undang-Undang Perseroan Terbatas

4. Akibat dari Adanya Prinsip-Prinsip Baru Dalam Undang-Undang No. 17 Tahun

2012 Tentang Perkoperasian Yang Memiliki Kesamaaan Dengan Prinsip-Prinsip

Pengaturan Yang Ada Dalam Undang-Undang No. 40 Tahun 2007 Tentang

Perseroan Terbatas

Banyaknya ketentuan-ketentuan baru dalam Undang-Undang No. 17 Tahun 2012

tentang Perkoperasian yang memiliki kesamaan dengan ketentuan-ketentuan dalam Undang-

Undang No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas, tentunya menimbulkan akibat

tersendiri pada eksistensi Koperasi di Indonesia. Salah satu akibatnya adalah perubahan dari

bentuk dan prinsip usaha dari koperasi itu sendiri. Bentuk dan prinsip-prinsip Koperasi

modern yang diusung oleh Undang-Undang Perkoperasian terbaru tersebut, sudah banyak

berbeda dengan bentuk dan prinsip-prinsip koperasi terdahulu.

Secara umum perubahan yang diakibatkan oleh banyaknya ketentuan-ketentuan dalam

peraturan perundang-undangan koperasi yang memiliki kesamaan dengan perseroan terbatas

ini membawa dampak yang baik bagi perkembangan koperasi. Koperasi terbentuk menjadi

Page 15: SEJARAH BERDIRINYA KOPERASI

sebuah badan usaha berstatus badan hukum yang mampu meningkatkan perekonomian dan

kesejahteraan rakyat. Dengan banyaknya prinsip-prinsip perseroan terbatas yang dipakai

dalam menjalankan suatu koperasi, membuat koperasi menjadi lebih modern dan tanggap

akan kebutuhan perkembangan jaman. Selain itu, dengan adanya hal tersebut pemberdayaan

koperasi lebih efektif dilaksanakan. Jati diri koperasi menjadi lebih nyata dalam peranannya

yang lebih mampu memenuhi kebutuhan masyarakat.

Dalam rangka memenuhi tantangan perekonomian global, pada dasarnya keberadaan

suatu koperasi yang modern sangat dibutuhkan oleh masyarakat. Koperasi sebagai soko guru

perekonomian rakyat akan mampu menjawab semua tantangan perekonomian global tersebut

selama prinsip-prinsipnya dilaksanakan dengan baik dan tetap berpegang teguh pada tujuan

utama koperasi yakni untuk mensejahterakan rakyat.

Walaupun demikian, banyak pula masyarakat yang bersifat kontra terhadap perubahan

yang timbul akibat banyaknya pengaturan dalam undang-undang perkoperasian yang

memiliki kesamaan dengan pengaturan perseroan terbatas. Masyarakat tersebut menganggap

prinsip-prinsip koperasi yang sesungguhnya justru telah terkikis dan perlahan-lahan hilang

dengan diadopsinya prinsip-prinsip yang memiliki kesamaan dengan prinsip perseroan

terbatas. Koperasi modern yang dilahirkan oleh Undang-Undang No. 17 Tahun 2012 justru

dianggap telah berubah orientasinya, tidak lagi bertujuan mensejahterakan rakyat, melainkan

lebih bertujuan mencari profit sebanyak-banyaknya layaknya suatu perseroan terbatas.

Pada hakikatnya, sesuai dengan konsiderans Undang-Undang No. 17 Tahun 2012

tentang Perkoperasian, pengaturan mengenai koperasi modern, yang banyak mengadopsi

prinsip-prinsip dalam perseroan terbatas ini, dilahirkan dalam rangka mewujudkan demokrasi

ekonomi untuk menciptakan masyarakat yang maju, adil, dan makmur berlandaskan

Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Selain itu

koperasi modern ini pun dilahirkan dalam rangka pengembangan dan pemberdayaan

Koperasi dengan tetap mencerminkan nilai dan prinsip Koperasi sebagai wadah usaha

bersama untuk memenuhi aspirasi dan kebutuhan ekonomi Anggota sehingga koperasi itu

sendiri dapat tumbuh menjadi kuat, sehat, mandiri, dan tangguh dalam menghadapi

perkembangan ekonomi nasional dan global yang semakin dinamis dan penuh tantangan.

Jadi, selama prinsip-prinsip baru pada koperasi modern yang memiliki banyak

kesamaan dengan prinsip-prinsip perseroan terbatas tetap dijalankan dengan memegang teguh

asas kekeluargaan yang berdasarkan ekonomi kerakyatan, maka kekhawatiran masyarakat

akan hilangnya jati diri koperasi yang sesungguhnya pada koperasi modern ini tidak akan

Page 16: SEJARAH BERDIRINYA KOPERASI

terjadi. Koperasi akan tetap menjadi soku guru perekonomian rakyat yang mampu

mensejahterakan anggotanya dan meningkatkan perkembangan perekonomian nasional.

Menurut undang-undang No. 25 tahun 1992 koperasi diindonesia didefenisikan

sebagai badan usaha yang beranggotakan orang-orang atau badan usaha yang beranggotakan

orang seorang atau badan hukum koperasi dengan melandaskan kegiatan berdasarkan prinsip-

prinsip koperasi sekaligus sebagai gerakan ekonomi rakyat yang berdasar asas kekeluargaan.

Tujuan utama didirikannya koperasi adalah untuk menciptakan kesejahteraan bagi para

anggota.

Pada masa penjajahan diberlakukan “culturstelses”yang mengakibatkan penderitaan

bagi rakyat terutama para petani dan golongan bawah. Peristiwa tersebut menimbulkan

gagasan dari seorang patih purwokerto : Raden Ario Wiriaatmadja (1895) seorang pamor

praja di puworkerto untuk mendirikan sebuah bank untuk pegawai negeri dan orang kecil

dalam membantu mengatasi kelemahan rakyat. Didirikannya juga rumah-rumah

gadai,lumbang desa dan bank-bank desa. Dia memiliki inisiatif untuk menolong para pegawai

yang menderita karena terjerat oleh rentenir dengan pinjaman bunga yang tinggi. Patih

mendirikan seperti yang dijerman yaitu koperasi kredit modal. Cita-citanya dilanjutkan oleh

De Wolfvan Westerrode (seorang assisten belanda) ketika ia cuti berhasil mengunjungi

jerman dan mengusulkan perubahan nama “Bank pertolongan Tabungan” menjadi”Bank

pertolongan tabungan dan pertanian” dengan diadakannya penggantian nama bank tersebut,

maka bukan hanya pegawai negeri yang perlu dibantu melainkan para petani juga. Dia juga

mengusulkan atas perubahan jenis badan usaha tersebut dari bank menjadi koperasi dan usul

untukmendirikan lumbang untuk tiap desa supaya para petani dapat menyimpan hasil panen

pada musim panen dan memberi pinjaman pada musim paceklik. Ia berusaha menjadikan

para lumbung itu menjadi “koperasi kredit padi” akan tetapi pemerintahan belanda tetap

berpendirian lain, melainkan membentuk lumbung desa yang baru, bank-bank desa, rumah

gadai dan “Centale Kas” yang sekarang berubah nama menjadi “bank rakyat indonesia”.

Apapun alasannya pembentukan koperasi belum bisa dilaksanakan pada zaman pemerintahan

belanda. Dikarenakan :

Belum ada intansi pemerintah ataupun badan non pemerintah yang memberikan

penerangan dan penyuluhan tentang koperasi

Belum ada undang-undang yang mengatur kehidupan koperasi

Pemerintah jajahan sendiri masih ragu-ragu menganjurkan koperasi karena pertimbangan

politik,khawatir koperasi itu akan digunakan kaum politk untuk tujuan membahayakan

pemerintahan jajahan itu

Page 17: SEJARAH BERDIRINYA KOPERASI

Mengantisipasi perkembangan koperasi yang sudah mulai menyebar ke masyarakat, maka

pemerintah hindia belanda mengeluarkan peraturan undangan tentang perkoperasian, dengan

tahap sebagai berikut :

Pertama kali pada tahun 1915 diterbitkan perkumpulan koperasi No 43 pada tahun 1927

diterbitkan peraturan kembali yang mengatur perkumpulan-perkumpulan koperasi bagi

golongan bumi putra Np 91 peraturan ini diberlakukan bagi Bumiputra.

Pada tahun 1933 dietetapkan peraturan umum perkumpulan-perkumpulan koperasi No. 21

peraturan ini diberlakukan bagi golongan yang tunduk kepadatatanan hukum barat.

Pada tahun 1908 lahir perkumpulan “budi utomo” didirikan oleh raden soetomo yang

dalam programnya memanfaatkan sektor pekoprasian untuk menyejahtrakan rakyat miskin ,

dimulai dari koperasi industri kecil dan kerajinan. Ketetapan kongres budiutomo dijogjakarta

antara lain : memperbaiki dan mengembangkan gerakan berkoperasi. Telah didirikan “Toko

adil” sebagai langkah pertama pembentukan koperasi konsumsi.

Pada Tahun 1915 lahir UU koperasi yang pertama “Verordening Op De”Cooperative

Vereeniging” dengan koninklijk besluit, 7 april 1912 yang berbunyi sama dengan UU bagi

rakyat indonesia, anggaran dasar koperasi tersebut harus dalam bahasa belanda dan dibuat

dihadapan notaris. Pada tahun 1927 dibuat kembali peraturan “RegelingInlandschhe

Cooperative” dan dibentuk serikat dagang islam dengan tujuan untuk memperjuangkan

kedudukan ekonomi perusahaan –perusahaan pribumi. Pada tahun 1929 didirikan partai

Nasional Indonesia yang memperjuangkan penyebarluasan semangat koperasi. Pada tahun

1933 dikeluarkan UU yang menyerupai UU No 431 sehingga mematikan usaha koperasi

untuk yang kedua kalinya. Pada tahun 1942 jepang jepang menduduki indonesia kemudian

jepang mendirikan koperasi “kumiyai” awalnya koperasi yang didirikan ini jalan sesuai

rencana namun dikemudian hari adanya perubahan derastis mengenai funsi koperasi didirikan

yakni menjadi alat jepang untuk mengeruk keuntungan dan menyengsarakan rakyat

indonesia. Sesaat setelah indonesia merdeka tepatnya pada tanggal 12 juli 1997 pergerakan

koperasi diindonesia mengadakan kongres koperasi yang pertama kalinya ditasikmalaya.

Yang pada saat inilah hari yang ditetapkan koperasi sebagai hari koperasi indonesia dan

sekaligus membentuk sentral organisasi koperasi rakyat indonesia (SOKRI) yang

berkedudukan di tasyikmalaya(bandung sebagai ibukota provinsi yang sedang diduduki oleh

tentara belanda).

B. TATA CARA PENDIRIAN KOPERASI UU. NO. 12 TAHUN 1992

1. Persiapan Pembentukan Koperasi

Page 18: SEJARAH BERDIRINYA KOPERASI

Di dalam pembentukan koperasi, ada beberapa persyaratan yang harus diperhatikan

baik secara yuridis yang menyangkut peraturan perundang-undangan, maupun menyangkut

masalah teknis perkoperasian, seperti; pengertian koperasi, tujuan koperasi, dan hal-hal lain

yang harus dipersiapkan oleh pemrakarsa.

Menurut ketentuan Undang-Undang Perkoperasian, untuk mendirikan koperasi, harus

dipenuhi persyaratan:

a) Untuk mendirikan Koperasi Primer sekurang-kurangnya harus beranggotakan 20 (dua

puluh) orang yang mempunyai kesamaan kegiatan dan kepentingan ekonomi, sedangkan

untuk Koperasi Sekunder sekurang-kurangnya dibentuk oleh 3 (tiga) Badan Hukum

Koperasi. Hal ini dimaksudkan untuk menjaga kelayakan usaha koperasi yang akan

dibentuk;

b) Usaha yang dijalankan tidak bertentangan dengan ketertiban umum dan atau kesusilaan;

c) Adanya akta pendirian yang memuat Anggaran Dasar; dan

d) Memiliki tempat kedudukan yang jelas.

Setelah persyaratan di atas terpenuhi, maka tahap selanjutnya pemrakarsa

mengundang para calon anggota untuk mencapai kesepakatan mengenai lapangan usaha

koperasi untuk menentukan jenis koperasi yang akan didirikan. Setelah adanya kesepakatan

maka tahap-tahap selanjutnya dibentuk Tim Persiapan Pembentukan Koperasi.

2. Yang Perlu Diperhatikan Dalam Pembentukan Koperasi

Dalam pembentukan koperasi harus memenuhi 2 (dua) macam persyaratan, yakni:

Persyaratan Yuridis/Normatif yang menyangkut peraturan perundang-undangan;

Persyaratan Teknis/Operasional, menyangkut masalah pelaksanaan usaha.

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam Pembentukan Koperasi, adalah:

a. Orang-orang yang akan mendirikan Koperasi:

1. Harus memahami tujuan pembentukan koperasi, hak dan kewajiban setelah menjadi

anggota, serta memahami dan menyetujui ketentuan-ketentuan yang diatur dalam

anggaran dasar koperasi;

2. Mempunyai kegiatan dan atau kepentingan ekonomi yang sama. Hal itu mengandung

arti bahwa tidak setiap orang dapat mendirikan dan atau menjadi anggota koperasi

tanpa adanya kejelasan kegiatan atau kepentingan ekonominya. Kegiatan ekonomi

yang sama diartikan, memiliki profesi atau usaha yang sama, sedangkan kepentingan

ekonomi yang sama diartikan memiliki kebutuhan ekonomi yang sama.

Page 19: SEJARAH BERDIRINYA KOPERASI

3.  Tidak dalam keadaan cacat hukum, yaitu : tidak sedang menjalani atau terlibat

masalah atau sengketa hukum, baik dalam bidang perdata maupun pidana. Juga

termasuk orang-orang yang diindikasikan sebagai orang yang suka menghasut atau

kena hasutan pihak lain yang merusak atau memecah belah persatuan gerakan

koperasi.

b. Usaha yang akan dilaksanakan oleh koperasi harus layak secara ekonomi. Layak secara

ekonomi diartikan bahwa usaha tersebut akan dikelola secara efisien dan mampu

menghasilkan manfaat bagi anggota, dengan memperhatikan faktor-faktor tenaga kerja,

modal dan teknologi.

c. Modal sendiri harus cukup tersedia untuk mendukung kegiatan usaha yang akan

dilaksanakan oleh koperasi. Hal itu dimaksudkan agar kegiatan usaha koperasi dapat

segera dilaksanakan tanpa menutup kemungkinan memperoleh bantuan, fasilitas dan

pinjaman dari pihak luar.

d. Kepengurusan dan manajemen harus disesuaikan dengan kegiatan usaha yang akan

dilaksanakan agar tercapai efisiensi dalam pengelolaan koperasi.

Usaha yang akan dilaksanakan oleh koperasi harus layak secara ekonomi. Layak

secara ekonomi diartikan bahwa usaha tersebut akan dikelola secara efisien dan mampu

menghasilkan manfaat bagi anggota, dengan memperhatikan faktor-faktor tenaga kerja,

modal dan teknologi

3. Tugas Tim Persiapan Pembentukan Koperasi .

Modal sendiri harus cukup tersedia untuk mendukung kegiatan usaha yang akan

dilaksanakan oleh koperasi. Hal itu dimaksudkan agar kegiatan usaha koperasi dapat segera

dilaksanakan tanpa menutup kemungkinan memperoleh bantuan, fasilitas dan pinjaman dari

pihak luar.

a) Kepengurusan dan manajemen harus disesuaikan dengan kegiatan usaha yang akan

dilaksanakan agar tercapai efisiensi dalam pengelolaan koperasi.

b) Menghubungi tokoh masyarakat dan pejabat terkait.

Sebagai Tim Persiapan Pembentukan Koperasi, pada awal kegiatan pembentukan

koperasi ada baiknya terlebih dahulu menghubungi tokoh masyarakat (bagi koperasi

masyarakat), pimpinan instansi (bagi koperasi di lingkungan perkantoran), Rektor (bagi

koperasi mahasiswa). Hal ini dimaksudkan untuk memperoleh dukungan tentang rencana

pembentukan koperasi.

c) Menyiapkan studi kelayakan.

Page 20: SEJARAH BERDIRINYA KOPERASI

Studi kelayakan yang merupakan studi untuk menilai kelayakan, kecocokan, atau

kemungkinan-kemungkinan menurut berbagai aspek, misalnya aspek hukum, ekonomi,

sosial terhadap suatu kegiatan yang akan dibentuk. Melihat pentingnya studi kelayakan

untuk kelangsungan koperasi yang akan dibentuk, maka studi kelayakan ini mutlak

diperlukan. Dengan adanya studi kelayakan dapat diketahui bagaimana kondisi

lingkungan dimana koperasi akan dibentuk, dukungan masyarakat terhadap kehadiran

koperasi.

Yang perlu diperhatikan dalam membuat studi kelayakan, ialah :

1. Mempelajari prakondisi masyarakat;

2. Apakah yang dibutuhkan masyarakat calon anggota;

3. Pangsa pasar di daerah yang akan didirikan koperasi;

4. Kekuatan pesaing dibandingkan dengan pangsa pasar yang ada;

5. Presentasi pangsa pasar yang akan ditangani dan kegiatan yang harus dilakukan;

6. Besarnya modal yang harus dihimpun oleh koperasi dan bagaimana cara

menghimpunnya;

7. Proyeksi manfaat yang akan diperoleh anggota.

Dalam membuat studi kelayakan perlu diperhatikan tersedianya modal sendiri (dari

simpanan anggota) untuk mendukung usaha yang akan dijalankan. Besarnya modal usaha

harus mempertimbangkan skala usaha yang akan dijalankan, serta kemampuan ekonomi

anggota.

d) Mengadakan Penyuluhan, Penerangan atau Pelatihan.

Kegiatan Penyuluhan, Penerangan atau Pelatihan dimaksudkan untuk menanamkan

pengertian kepada para calon pendiri/anggota koperasi. Penanaman pengertian tersebut

sangat penting dilakukan, karena pada hakikatnya perkembangan dan kemajuan koperasi

tergantung pada kualitas para anggotanya. Oleh karena itu mereka perlu memahami

maksud dan tujuan koperasi, bagaimana bentuk organisasinya, manfaat yang akan

diperoleh dalam meningkatkan kesejahteraan bersama, kewajiban dan hak anggota, dan

sebagainya. Mengingat pentingnya kedudukan anggota, maka sebelum koperasi didirikan

para anggota harus ditingkatkan pemahamannya dan metode dasar koperasi dan

pelaksanaan kerjanya. Hal ini dimaksudkan agar calon anggota tersebut memahami

maksud dan tujuan pembentukan koperasi, prinsip-prinsip koperasi, kepengurusan, yang

kemudian akan diatur dalam Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga. Untuk

Page 21: SEJARAH BERDIRINYA KOPERASI

melaksanakan ini, tim persiapan seyogyanya mengundang pihak-pihak yang mempunyai

pengetahuan dan keterampilan berkoperasi, misal para penggerak dan penyuluh koperasi,

baik instansi pemerintah dan atau lembaga profesional yang bergerak dalam pelatihan

dan penyuluhan koperasi.

Dalam kegiatan ini yang penting ditekankan adalah pentingnya partisipasi

anggota. Sebagai pemilik dan pengguna koperasi, partisipasi anggota bagaikan darah dalam

tubuh manusia.Partisipasi anggota diperlukan karena :

1. Koperasi tidak mungkin berdiri tanpa anggota;

2. Koperasi tidak dapat berusaha tanpa anggota;

3. Koperasi tidak akan dapat tumbuh dan berkembang tanpa partisipasi anggota.

e) Menyiapkan rancangan akta pendirian yang dilampiri anggaran dasar koperasi.

(Mengenai akta pendirian dan anggaran dasar koperasi akan dijelaskan lebih lanjut pada

bagian berikutnya).

f) Menyiapkan rancangan rencana kerja, program kerja dan anggaran koperasi yang

didukung studi kelayakan.

Rancangan rencana kerja adalah rincian kegiatan yang harus dilaksanakan oleh pengurus

koperasi dalam jangka waktu tertentu, yang harus disahkan dalam rapat pembentukan

menjadi rencana kerja koperasi. Pada koperasi terdapat :

1. Program kerja/rencana kerja satu tahun (jangka pendek);

2. Rencana kerja lima tahun (jangka menengah);

3. Rencana kerja lebih dari lima tahun (jangka panjang).

Rencana kerja satu tahun disusun berdasarkan rincian dari rencana kerja lima tahun,

sedangkan rencana kerja lima tahun disusun berdasarkan rencana kerja jangka

panjang. Pada rencana kerja satu tahun bentuk kegiatannya masih merupakan garis besar.

Dari garis besar itu dirinci lagi menjadi kegiatan yang langsung dapat dilaksanakan

secara operasional, yang lazim disebut program kerja.Program kerja koperasi umumnya

dibagi dalam :

1. Bidang organisasi yang meliputi keanggotaan, kepengurusan, manajemen,

kepegawaian, rapat-rapat, administrasi, dll.

2. Bidang usaha yang meliputi kegiatan usaha dan unit-unit usaha.

3. Bidang pendidikan dan pelatihan, meliputi pendidikan dan pelatihan anggota,

pengurus, pengawas, dan karyawan.

4. Dan lainnya, yang bertujuan demi kemajuan koperasi.

Page 22: SEJARAH BERDIRINYA KOPERASI

Rancangan anggaran koperasi yang terdiri anggaran pendapatan dan biaya disusun untuk

mendukung program kerja. Program kerja dan anggaran koperasi merupakan satu

kesatuan.

g)  Menyiapkan rapat pembentukan. (Mengenai rapat pembentukan akan dijelaskan lebih

lanjut pada bagian berikutnya).

4. Rapat Pembentukan

Setelah Tim Persiapan Pembentukan melaksanakan persiapan-persiapan pra-pembentukan

koperasi di atas, selanjutnya tim menyiapkan undangan kepada calon anggota (minimal 20

orang untuk koperasi primer dan 3 badan hukum koperasi untuk koperasi sekunder). Karena

pentingnya rapat pembentukan koperasi, seyogyanya Tim Persiapan juga mengundang

pejabat koperasi setempat untuk memfasilitasi demi kelancaran jalannya rapat pembentukan.

Yang perlu dipersiapkan tim pada rapat pembentukan  

1. Daftar hadir;

2. Notulis untuk mencatat jalannya rapat;

3. Rancangan anggaran dasar koperasi;

4. Rancangan rencana kerja;

5. Menyiapkan buku administrasi koperasi, khususnya buku daftar anggota, daftar

pengurus, dan daftar pengawas.

6. Rapat pembentukan dipimpin oleh seorang/beberapa orang dari wakil tim

persiapan/kuasa pendiri yang disetujui oleh peserta rapat, didampingi oleh seorang

notulis yang mencatat jalannya rapat.

Hal yang perlu dibahas dan diputuskan dalam rapat pembentukan, antara lain :

1. Kesepakatan untuk membentuk koperasi;

2. Pembahasan atas rancangan anggaran dasar untuk disahkan menjadi anggaran dasar

koperasi;

3. Pembahasan rancangan rencana kerja untuk dijadikan rencana kerja koperasi;

4. Pembahasan permodalan dan batas waktu penyerahan modal, terutama simpanan

pokok;

5. Pemilihan pengurus dan pengawas;

6. Pemberian kuasa kepada pengurus dan atau orang lain yang dipilih oleh peserta rapat

pembentukan untuk menyiapkan rancangan anggaran rumah tangga koperasi;

Page 23: SEJARAH BERDIRINYA KOPERASI

7. Pemberian kuasa dan batasan kewenangannya kepada beberapa orang yang ditunjuk

oleh rapat pembentukan untuk menanda tangani akta pendirian koperasi dan

mengajukan permintaan pengesahan dari pejabat terkait.

SIMPULAN

Berdasarkan pemaparan mengenai analisis pengaturan dalam Undang-Undang No. 17

Tahun 2012 tentang Koperasi yang memiliki kesamaan dengan pengaturan pada Undang-

Page 24: SEJARAH BERDIRINYA KOPERASI

Undang No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas, diperoleh beberapa poin kesimpulan,

sebagai berikut :

1. Undang-Undang No. 17 Tahun 2012 tentang Koperasi jelas mengandung banyak

pengaturan yang memiliki banyak kesamaan dengan pengaturan pada Undang-

Undang No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas. Koperasi Modern yang

diusung dalam Undang-Undang Perkoperasian terbaru ini pada beberapa aspek

seolah-olah mirip dengan Perseroan Terbatas, misalnya dalam hal pendiriannya,

perangkat organisasinya dan bentuk / statusnya sebagai badan hukum.

2. Banyaknya pengaturan dalam Undang-Undang No. 17 Tahun 2012 tentang

Koperasi yang memiliki kesamaan dengan pengaturan pada Undang-Undang No. 40

Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas memberikan wajah baru pada koperasi di

Indonesia. Pengaturan-pengaturan tersebut memberikan perubahan dan angin segar

pada Koperasi. Koperasi menjadi lebih berkembang dan mampu memenuhi

tantangan perekonomian global. Pengaturan-pengaturan tersebut juga pada dasarnya

merupakan bentuk pemberdayaan terhadap koperasi-koperasi di Indonesia dan

bertujuan untuk mewujudkan koperasi sebagai soko guru perekonomian Indonesia.

DAFTAR PUSTAKA

Peraturan Perundang-undangan:

Page 25: SEJARAH BERDIRINYA KOPERASI

1. Undang-Undang Dasar Republik Indonesia 1945

2. Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1965 tentang Perkoperasian

3. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1967 tentang Pokok-Pokok Perkoperasian

4. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1992 tentang Perkoperasian

5. Undang- Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas

6. Undang-undang Nomor 17 tahun 2002 tentang Perkoperasian

Lain-lain :

Jurnal

Bambang Supriyanto, “Kritik Terhadap Koperasi (Serta Solusinya) Sebagai Media

Pendorong Pertumbuhan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM)”, Britannica

Concise Encyclopedia, Jurnal Ekonomi & Pendidikan, Volume 4 Nomor 2, Nopember

2007.

Website

Andi Kuswandi, “Era Baru Koperasi Indonesia”, http://portaldepok.co.id , diakses : Selasa 16

Juli 2013.

Eddy Leks, SH., ACIArb, “Wajah Baru Koperasi”, http://eddyleks.blogspot.com , 28 Januari

2013.

http://bungatanjung18.blogspot.com/2012/11/pengertian-sejarah-konsep-dan-prinsip.html

diakses : Rabu, 17 Juli 2013.

http://putri.blogspot.com/2013/01/prinsip-dan-pengertian-koperasi-menurut.html diakses :

Kamis, 18 Juli 2013.

Iin Solihin, “UU No. 17 Tahun 2012 hasilkan Sertifikat Modal Koperasi”,

http://kopkarbisnisindonesia.com, 12 Desember 2012, diakses : Kamis, 18 Juli 2013.

“Membangun Koperasi Modern di Indonesia”, http://kspintidana.co.id , diakses : Minggu 14

Juli 2013.

Sosialiasi Undang-Undang No. 17 Tahun 2012 tentang Perkoperasian, Kementerian Koperasi

dan UMKM, http://slideshare.net , diakses : Sabtu 13 Juli 2013.