sejarah berdirinya madrasah nizamiyah

Upload: hamim-tohari

Post on 06-Mar-2016

94 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

REVISINIZAMIYAH DAN KEBANGKITAN PENDIDIKAN ISLAM DI BAGHDADDiajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Sejarah Sosial Pendidikan Islam yang diampu oleh: Dr. H. Asmaun Sahlan, M. Ag dan Dr. H. A. Barizi, M.A

Makalah ini disusun oleh:Hamim Tohari/ 14770028/ PAI/ A

PROGRAM PENDIDIKAN AGAMA ISLAMSEKOLAH PASCA SARJANAUNIVERSITAS ISLAM NEGERI MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG2015

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, segala Puji bagi Allah SWT. yang senantiasa memberikan rahmat, taufik dan hidayah-Nya, sehingga makalah Sejarah Sosial Pendidikan Islam ini dapat terselesaikan dengan baik.Shalawat dan salam selalu tercurahkan kepada Nabi Muhammad saw. yang merupakan inspirator terbesar dalam segala keteladanannya. Tidak lupa penyusun sampaikan terima kasih kepada dosen pengampu mata Sejarah Sosial Pendidikan Islam Dr. H. Asmaun Sahlan, M.Ag dan Dr. H. A. Barizi, M.A. yang memberikan arahan dan bimbingan dalam penyusunan makalah ini, serta orang tua yang selalu mendukung kelancaran tugas kami. Makalah ini dibuat untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Sejarah Sosial Pendidikan Islam. Sudah menjadi suatu kewajaran jika dalam penulisan makalah ini masih dijumpai beberapa kekurangan dan kesalahan, karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman penyusun dalam mengerjakan dan menyelesaikan makalah ini. Oleh karena itu diharapkan nasehat, kritik dan saran yang bersifat membangun untuk kesempurnaan hasil pemikiran dan demi pengembangan makalah selanjutnya, sehingga gagasan pemikiran ini tidak berhenti sampai di sini, namun ada pengembangan yang lebih dinamis dan lebih obyektif dan dapat dipertanggung jawabkan.Kemudian penyusun mengucapkan banyak terimakasih kepada semua pihak yang terlibat dalam penyesunan makalah ini. Semoga Allah SWT senantiasa memberikan Ridha-Nya dan akhirnya semoga makalah ini bermanfaat bagi penyusun dan bagi adik-adik tingkat serta pembaca yang budiman.

Malang, 6 Mei 2015

Penyusun

DAFTAR ISIKATA PENGANTARiDAFTAR ISIii

BAB I. PENDAHULUAN1Latar Belakang1

BAB II. PEMBAHASAN2A. Sejarah Berdirinya Madrasah Nizamiyah2B. Profil Lembaga Madrasah Nizamiyah6C. Motifasi & Tujuan didirikannya Madrasah Nizamiyah10D. Tujuan, Kurikulum, Metode (Sistem), serta Materi yang Diberikan Madrasah Nizamiyah14E. Tokoh- tokoh dan Ide-ide Nizamiyah24F. Perkembangan dan Strategi Madrasah Nizamiyah28G. Keruntuhan Madrasah Nizamiyah32H. Aplikasi Madrasah Nizhamiyah terhadap Sistem Pendidikan Modern32

BAB III. PENUTUP34Kesimpulan34

DAFTAR RUJUKAN36

1

35

BAB IPENDAHULUAN

A. Latar BelakangNizamiyah merupakan madrasah termasyhur di dunia karena madrasah Nizamiyah adalah madrasah yang pertama kali muncul dalam sejarah pendidikan Islam yang berbentuk lembaga pendidikan dasar sampai perguruan tinggi yang dikelola oleh Pemerintah. Diberi nama Nizamiyah sesuai dengan nama pendirinya yakni Nizam Al-Mulk yang tidak hanya mendirikan satu madrasah Nizamiyah yang ada di Baghdad saja, tetapi juga diberbagai daerah yang berada di bawah kekuasan Bani Saljuk yaitu di Balkh, Naisabur, Harat, Ashfahan, Basran, Marw, Mausul dan lain-lain. Memang diantara madrasah yang didirikan Nizam Al-Mulk yang paling terkenal adalah madrasah Nizamiyah di Baghdad.Disini Nizam al-Mulk memberikan sumbangsi yang sangat urgen kepada dunia pendidikan pada khususnya. Ia memberikan corak baru kepada dunia, dengan mendirikan lembaga madrasah yang sebelumnya pusat pendidikan di pusatkan di instanasi , seperti masjid, kuttab, toko buku, rumah, dan lain-lain. Kemudian Nizam al-Mulk mengembangkan madrasah tersebut dengan membuka dan mendirikan madrasah serupa di berbagai kota, baik di wilayah barat maupun timur dari daerah kekuasaan Islam. Diantaranya didirikan di kota-kota Balkh, Nisabur, Isfahan, Mosul, Basra dan Tibristan.Pada saat berkembang pesatnya madrasah Nizamiyah ini banyak bermunculan ulama besar dan ilmuan, yaitu Al-Zamakahsyi dan Al-Qusyairi (bidang tafsir), Al-Ghozali (bidang Teologi), Fariddudin Aththar dan Umar Khayam (bidang sastra dan tasawuf).[footnoteRef:1] [1: Syamsul Bakri, Peta Sejarah Peradaban Islam (Yogyakarta: Fajar Media Press, 2011), hlm. 90]

Berangkat dari pemaparan diatas, maka penyusun makalah akan membahas secara ringkas mengenai sejarah berdirinya Nizamiyah, profil lembaga Nizamiyah, motivasi didirikannya Nizamiyah, tujuan kurikulum dan metode Nizamiyah, tokoh-tokoh yang berpengaruh di Nizamiyah, perkembangan Nizamiyah, akhir dari keruntuhan Nizamiyah, hingga aplikasi Nizamiyah terhadap system pendidikan di Era modern.BAB IIPEMBAHASANA. Sejarah Berdirinya Madrasah NizamiyahNizamiyah adalah sebuah lembaga pendidikan yang didirikan tahun 457-459 H/ 1065-1067 M (abad IV) yang didirikan oleh Nizam al-Mulk dari dinasti Saljuk. madrasah Nizamiyah merupakan madrasah yang pertama kali muncul dalam sejarah pendidikan Islam yang berbentuk lembaga pendidikan dasar sampai perguruan tinggi yang dikelola oleh pemerintah.[footnoteRef:2] [2: Samsul Nizar, Sejarah Pendidikan Islam, Cet. Ke-1 (Jakarta: Kencana, 2007), hlm. 158]

Madrasah Nizamiyah ini didirikan dekat pinggir sungai Dijlah, di tengah-tengah pasar selasah di Baghdad. Mulai dibangun pada tahun 457 H/1065 M, dan selesai dibangun pada tahun 459 H. Nizam al-Mulk memperkrasai berdirinya madrasah (Universitas) Nizamiyah dan madrasah Hanafiyah di Baghdad. Hampir di setiap kota Irak dan Khurasan didirikan cabang Nizamiyah.[footnoteRef:3] Pada masa itu, madrasah tersebut dicatat sebagai tempat pendidikan yang paling masyhur. Kemudian Nizam al-Mulk mengembangkan madrasah tersebut dengan membuka dan mendirikan madrasah serupa di berbagai kota, baik di wilayah barat maupun timur dari daerah kekuasaan Islam. Diantaranya didirikan di kota-kota Balkh, Nisabur, Isfahan, Mosul, Basra dan Tibristan. Oleh karena itu, kota-kota tersebut kemudian menjadi pusat-pusat studi keilmuan dan menjadi terkenal di dunia Islam pada masa itu. Para pelajar berdatangan dari berbagai daerah untuk mencari ilmu di madrasah-madrasah Nizamiyah tersebut. Kesungguhan Nizam al-Mulk dalam membina madrasah-madrasah yang didirikannya itu tercermin pada kesediaannya menyisihkan waktunya untuk melakukan kunjungan ke madrasah-madrasah Nizamiyah di berbagai kota tersebut. Disebutkan, bahwa dalam kesempatan kunjungannya tersebut, ia dengan penuh perhatian ikut menyimak dan mendengarkan kuliah-kuliah yang diberikan, sebagaimana ia juga kadang ikut mengemukakan pikiran-pikirannya di depan para pelajar di madrasah itu. [3: Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam, cet. 24 (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2013), hlm. 75]

Kemudian, selain alasan-alasan yang melatar belakangi berdirinya madrasah yang telah ada di atas, perlu diketahui bahwa latar belakang berdirinya madrasah Nizamiyah yang paling mendasar dalam literatur sejarah peradaban Islam adalah adanya perseteruan antara kelompok sunni; dinasti Saljuk dengan kelompok Syiah; dinasti Fatimiah di mesir. Dinasti Saljuk berkeyakinan bahwa ideologi harus dilawan dengan ideologi. Karenanya institusi madrasah merupakan senjata atau alat dalam menamakan doktrin-doktrin Sunni sebagai bentuk perlawanan paham Syiah.[footnoteRef:4] [4: Suwito dan Fauzan, Sejarah Sosial Pendidikan Islam (Jakarta: Kencana, 2008) hlm. 217]

Muncul aliran Sunni dimulai ketika ricuhnya perpolitikan yang mengatasnamakan Islam. Nabi Muhammad wafat sebelum menunjuk pengganti. Oleh karena itu, terjadi konflik tentang siapa yang paling pantas menggantikan beliau sebagai khalifah. Setelah ketegangan dan tarik-ulur selama dua hari sehingga menunda pemakaman jasad Nabi Muhammad, ditunjuklah Abu Bakar as-Shiddiq sebagai khalifah. Penunjukan ini tidak memuaskan beberapa kalangan. Bahkan, kalangan yang mengklaim bahwa Ali bin Abi Thalib lebih sah menjadi khalifah kemudian memisahkan diri dan membentuk Syiah.[footnoteRef:5] [5: http://pusatwarta.blogspot.com/2012/09/sejarah-lahirnya-islam-syiah-dan-sunni.html, di unduh pada 28 April 2015, 23.06 WIB]

Sementara itu, golongan yang lebih umum, kemudian disebut Sunni. Golongan ini hingga saat ini terbagi dalam empat mahzab berbeda. Yang perlu dicatat, empat mahzab tersebut tidak menandakan perpecahan. Perbedaan empat mahzab hanya terletak pada masalah-masalah yang bersifat abu-abu, tidak diterangkan secara jelas oleh Al-Quran atau hadits seiring dengan kemajuan zaman dan kompleksitas hidup muslim. Empat Imam utama Sunni yaitu Imam Abu Hanifah, Imam Syafii, Imam Malik, dan Imam Ahmad bin Hambal. Mereka sama-sama mengambil ijtihad (upaya) dalam menyelesaikan masalah yang bersifat abu-abu tersebut. Syiah lahir ketika peristiwa tahkim (arbitrase) pada abad ke-1 H, yaitu perundingan damai antara Ali bin Abi Thalib dengan Muawiyah bin Abi Sufyan yang mengklaim sebagai khalifah. Kedua sahabat tersebut bertikai, bahkan berperang, dan menemui titik temu pada peristiwa tahkim itu.[footnoteRef:6] Sebagian pengikut Ali tidak sepakat dengan arbitrase ini. Mereka lalu keluar dari barisan pendukung dan membuat kelompok tersendiri yang kemudian dikenal dengan nama Khawarij, yang malah balik menentang Ali. Sedangkan sebagian lagi bersikap sebaliknya: mendukung penuh Ali. Kelompok ini lantas dinamai Syiah, yang artinya para pengikut. Adapun umat Islam yang lain, yang tidak masuk dalam kelompok pendukung maupun penentang, disebut kelompok Sunni. Khawarij punah seiring zaman, sementara dua sekte yang lain tetap hidup. [6: Tim Penulis Majelis Ulama Indonesia (MUI), Mengenal & Mewaspadai Penyimpangan Syiah di Indonesia (Jakarta: : 2013), hlm. 21]

Tujuan Nizam al-Mulk mendirikan madrasah-madrasah itu ialah untuk memperkuat pemerintahan Turki saljuk dan menyiarkan mazhab keagamaan pemerintahan. Sultan-sultan Turki adalah dari golongan ahli Sunnah, sedangkan pemerintahan Buwaihiyah yang sebelumnya adalah kaum Syiah.[footnoteRef:7] Oleh karena itu, madrasah-madrasah Nizamiyah ini menyokong Sultan dan menyiarkan mazhab ahli sunnah ke seluruh rakyat. [7: Mahmud Yunus, Sejarah Pendidikan Islam, cet. Ke-6 (Jakarta: PT. Hidakarya Agung, 1990), hlm. 172]

Untuk memberantas mazhab-mazhab yang ditanamkan oleh golongan syiah kepada rakyat yang dianggap batil, maka Nizam al-Mulk berupaya semaksimal mungkin mendirikan madrasah Nizamiyah untuk menanamkan mazhab ahli sunah yang dianggap lebih benar, karena kepercayaan ahli sunah adalah berdasarkan pelajaran-pelajaran agama yang benar yang lebih memprioritaskan al-Quran dan sunah dibandingkan dengan rayi.Penanaman kepercayaan, menarik perhatian pelajar atau mahasiswa dalam belajar, dan sikap sangat setia kepada khalifah dapat mengukuhkan mazhab ahlussunnah sangat besar terhadap ilmu fikih yang terdapat dalam empat mazhab fikih.Diantara kekuatan madrasah Nizamiyah adalah bahwa madrasah tersebut mendapat pengakuan negara. Madrasah Nizamiyah telah mencatat nama-nama besar dan orang-orang yang mengabdikan dirinya sebagai tenaga pengajar. Di antara mereka adalah:[footnoteRef:8] [8: Dewan Redaksi Ensiklopedi Islam, Ensiklopedi Islam jilid 4, cet. ke-10 (Jakarta: PT Ichtiar Baru Van Hoeve, 2002), hlm. 44-45.]

1. Syekh Abu Ishaq asy-Syirazi, seorang faqih Baghdad2. Syekh Abu Nasr as-Sabbagh3. Abu Abdullah at-TabariAl-Thabari dapat dikatakan sebagai ulama multi talenta dan menguasai berbagai disiplin ilmu. Tafsir, qiraat, hadits, ushul al-din, fiqih perbandingan, sejarah, linguistik, sya`ir dan `arudh (kesusateraan) dan debat (jadal) adalah sejumlah disiplin ilmu yang sangat dikuasainya. Namun tidak hanya ilmu-ilmu agama dan alat, al-Thabari pandai ilmu logika (mathiq), berhitung, al-Jabar, bahkan ilmu kedokteran.4. Abu Muhammad asy-Syirazi5. Abu Qasim al-Alawi6. at-Tibrizi7. al-Qazwini8. al-Fairuzabadi9. Imam al-Haramain Abdul Maali al-JuwainiIa adalah seorang ahli fiqih, usuh fiqih, dan ilmu kalam. Nama lengkapnya adalah Abdul Malik bin Abdullah bin Muhammad Al-Juwaini Al-Naisaburi. Beliau terkenal dengan julukan Imam Harmain karena pernah tinggal di dua tanah suci (Makkah dan Madinah). Gelar ini yang diberikan kepadanya adalah Abdula Maali yang berarti memiliki sifat utama sebagai seorang ilmuan, agamawan, dan pemuka masyarakat. Dia juga dijuluki Diyaal-Din yang berarti cahaya agama. Al-Juwaini menonjol di kalangan ulama Asyariyah karena kekhasan metode dalam membela paham sunni.10. Imam al-Ghazali Beliau dikenal sebagai seorang ahli filosof, ahli fiqih, sufi reformen dan juga negarawan. Ia disebut oleh Watt sebagai orang terbesar kedua islam setelah Nabi Muhammad. Karena beliau mempertahankan islam dari serangan luar, ia digelari Hujjat al-Islam (bukti agama islam). Al-Gazali menulis lebih dari 400 dan risalah-risalah.B. Profil Lembaga Madrasah NizamiyahMenurut riwayat dari Ibn Khallikan (w.681/1282) bahwa madrasah ini dibangun oleh Nizam al-Mulk untuk Imam al-Haramayn Abu al-Maali al-Juwayni, dan bahwa al-Juwayni menjadi Mudarris (guru besar) pada madrasah ini selama lebih dari tiga dekade, yang berakhir dengan kematiannya pada 478/1085, ini bisa digunakan untuk mereka-reka tahun didirikannya; sangat boleh jadi madrasah ini didirikan pada penghujung 440-an/1050-an.[footnoteRef:9] [9: Hasan Asari, Menyingkap Zaman Keemasan Islam, Edisi Revisi (Bandung: Cita pustaka Media, 2007), hlm. 90]

Menurut Philip K. Hitti dalam bukunya History Of The Arabs ia mengatakan bahwa madrasah Nizamiyah didirikan pada 1065-1067 oleh Nizam al-Mulk, seorang menteri dari persia pada kekhalifahan Bani Saljuk, Sultan Alp Arslan dan Maliksyah, yang juga merupakan penyokong Umar Khayyam.[footnoteRef:10] [10: Philip H. Kitti, terjemahan R. Cecep Lukman Yasin & Dedi Slamet Riyadi, terj. History of the Arabs (Jakarta: Serambi Ilmu Semesta, 2006), hlm. 515.]

Sejauh ini memang masih dijumpai perbedaan pendapat para penulis sejarah Islam klasik tentang madrasah Nizamiyah yang pertama, Edward G. Browne dan Naji Maruf sebagaimana yang dikutip oleh Abd. Mukti mengatakan bahwa madrasah Nizamiyah pertama yang didirikan Menteri Nizam al-Mulk adalah Madarah Naysabur (450 H/ 1058 M) yaitu ketika Alp Arslan menjabat Gubernur Khurasan, walaupun kedua sarjana ini masih berbeda pendapat tentang tahun pendiriannya. Pendapat kedua mengatakan bahwa madrasah Nizamiyah yang pertama didirikan oleh Nizam al-Mulk adalah madrasah Nizamiyah Baghdad (459/1067) dan bukan Madrasah Nizamiyah Naisyabur, pendapat ini dikemukakan oleh Ibn Khalikan (w.681/1282) dan pendapat ini diikuti oleh al-Dzahaby (w.748/1347), pendapat kedua sejarawan ini diikuti para penulis dewasa ini seperti Jurji Zaydan, Ahmad Syalaby, Ahmad Amin dan Muhammad Ghanimat, sebagaimana mereka berpendapat bahwa madrasah pertama didunia Islam adalah madrasah Nizamiyah Baghdad yang sudah disebut terlebih dahulu.[footnoteRef:11] [11: Abd.Mukti, Konstruksi Pendidikan Islam Belajar Dari Kejayaan Madrasah Nizamiyah Dinasti Saljuk (Bandung: Citapustaka Media, 2007), Cet.I , hlm. 176]

Dalam pembahasan makalah ini, akan diuraikan secara singkat profil lembaga madrasah Nizamiyah, yang meliputi deskripsi madrasah-madrasah Nizamiyah dan bangunan fisiknya.1. Madrasah Nizamiyah NaysaburAl-Juwayni yang nama lengkapnya Abu al-Maali Abdul al-Malik ibn Abd Allah ibn Yusuf ibn Muhammad ibn Abd Allah ibn Hayyuwayh al-Juwayny al-Nasyaburiy atau lebih dikenal dengan panggilan Imam al-Haramayn adalah tokoh Sunni pertama yang memperoleh kepercayaan pemerintah untuk menduduki jabatan sebagai pemimpin (mutawallim head) dan sekaligus sebagai guru (Mudarris) madrasah Nizamiyah Naysabur (bahasa Persia. Nishapur). Ia dilahirkan di Naysabur pada tanggal 18 Muharram 419 bertepatan dengan 18 pebruari 1028. Al-Juwayniy memimpin dan sekaligus mengajar pada madrasah Nizamiyah Naysabur selama dua puluh delapan tahun. madrasah Nizamiyah Naysabur yang berlokasi dijantung ibu kota propinsi Khurasan, Naysabur, dan bekas ibu kota Dinasti Saljuk, merupakan madrasah Nizamiyah terbesar kedua sesudah madrasah Nizamiyah Baghdad. Edward G. Browne dalam bukunya berjudul A Literary History of Persia (Sebuah Kesusastraan Persia), berpendapat bahwa madrasah Nizamiyah Naysabur itu dibangun kira-kira dua puluh lima tahun sebelum madrasah Nizamiyah Baghdad, tepatnya pada tahun 434/1043. Sementara itu Naji Maruf yang mengakui telah menelaah tidak kurang dari dua puluh empat biografi guru yang telah mengajar atau yang mengadakan majlis. Majlis al-Umala aw-al-Munadharat pada madrasah Nizamiyah Naysabur itu didirikan pada akhir tahun 450 H/ 1058 M, tahun dimana al-Ghazaliy dilahirkan. Karena guru besar pertama madrasah Nizamiyah Naysabur, Imam Haramayn meninggal dalam tahun 478/1085 setelah mengajar di madrasah tersebut sekitar tiga puluh tahun lamanya sebagaimana dikatakan oleh Abd al-Ghafir al-Farisiy dalam kitab al-Siyaq dan al-Syubkiy dalam kitab Thabaqat al-Syafiiyyat al-Kubra. Berdasar fakta ini maka tahun berdirinya madrasah Nizamiyah Naysabur adalah 448/1056.[footnoteRef:12] [12: Abd.Mukti, Konstruksi Pendidikan Islam (Belajar Dari Kejayaan Madrasah Nizamiyah Dinasti Saljuk),,hlm. 177]

Madrasah Nizamiyah Naysabur mempunyai asrama dan perpustakaan. Di Asrama itulah tinggal para guru besar madrasah tersebut seperti al-Hasan ibn Ahmad al-Samarqandiy (w.576/1180) dan para penuntut ilmunya. Perpustakaan madrasah Nizamiyah Naysabur dilengkapi dengan lemari-lemari yang penuh berisi buku-buku yang dibutuhkan oleh murid-muridnya. Pada perpustakaan madrasah ini ditempatkan seorang petugas yang bernama Abu al-Qasim al-Anshariy (w.512/1118). Ia juga tinggal diasrama madrasah tersebut.[footnoteRef:13] Setelah Imam al-Haramayn meninggal pada tahun 478/1085. Ia digantikan oleh putranya Abu al-Qasim al-Muzhaffar dan ia memegang jabatan ini hingga ia dibunuh pada tahun 493/1099. Setelah itu pimpinan madrasah Nizamiyah Naysabur berganti-ganti hingga pada tahun 499/1105 Menteri Gubernur Sanjar memanggil al-Ghazaly, seorang murid Imam al-Haramayn yang sangat terkenal dari Thus. [13: Abd.Mukti, Konstruksi Pendidikan Islam (Belajar Dari Kejayaan Madrasah Nizamiyah Dinasti Saljuk),,hlm. 178]

2. Madrasah Nizamiyah BaghdadMadrasah Nizamiyah Baghdad didirikan oleh Perdana Menteri Nizam al-Mulk (408/1019 H - 485/1092 M), ia mendirikan untuk al-Syaykh Abu Ishaq Ibrahim ibn Ali ibn Yusuf al-Syiraziy (w.476 H/ 1083 M), atau dikenal dengan nama singkatnya Abi Ishaq al-Syiraziy, Nizam al-Mulk mengangkatnya sebagai pimpinan dan sekaligus guru besar pertama madrasah tersebut. madrasah Nizamiyah Baghdad terletak dipinggir sungai Dijlah (Tigris), Baghdad, ibu kota kekhalifahan dan pusat pemerintahan Dinasti Abbasiyah, yang ketika itu sudah berfungsi sebagai kota metropolitan.[footnoteRef:14] [14: Abd.Mukti, Konstruksi Pendidikan Islam (Belajar Dari Kejayaan Madrasah Nizamiyah Dinasti Saljuk),,hlm. 179]

Pelaksanaan pembangunan fisik madrasah Nizamiyah Baghdad sepenuhnya ditangani dan dirancang oleh seorang arsitek terkenal yakni Abu Said al-Shafiy. Pembangunannya memakan waktu selama dua tahun, yang dimulai pada tahun 457 H/ 1065 M, dan selesai pada tahun 459 H/ 1067 M. Pembangunannya menelan biaya yang cukup besar, Muhammad Abduh seorang tokoh pembaharuan pendidikan Islam berkebangsaan mesir mencatat bahwa Nizam al-Mulk menghabiskan dana sebesar 200.000 dinar untuk pembiayaan pembangunan madrasah tersebut, yang diambil dari perbendaharaan Negara. Gedung madrasah Nizamiyah Baghdad berbentuk empat persegi yang luas dan lebar, gedung itu mempunyai beberapa buah ruangan yang digunakan sebagai tempat kuliah yang dinamakan qaat mudharat atau Iwan. Sebagaimana halnya dengan madrasah Nizamiyah Naysabur, madrasah Nizamiyah Baghdad juga mempunyai asrama yang diagubungkan dengan madrasah tersebut. Disamping memiliki asrama madrasah Nizamiyah Baghdad juga memiliki perpustakaan yang berisi buku-buku yang amat penting dan manuskrip-manuskrip yang amat berharga. Kemudian pada arah kiblat dari bangunan gedung madrasah Nizamiyah Baghdad terdapat sebuah tempat sembahyang (mushallah) dengan sebuah mimbar yang terdapat didalamnya. Sementara dibagian lainnya terdapat kamar logistik, kamar mandi dan dapur, dan bangunan lainnya.[footnoteRef:15] Setelah terjadi peperangan dan pertempuran secara beruntun antara bangsa mongol dan bangsa Turki, maka keadaan madrasah Nizamiyah Baghdad tersebut menjadi terlantar, dan akhirnya runtuh pada permulaan Abad ke 9 H/ 15 M. [15: Abd. Mukti, Konstruksi Pendidikan Islam (Belajar Dari Kejayaan Madrasah Nizamiyah Dinasti Saljuk),,hlm. 182-183]

3. Madrasah Nizamiyah IsfahanNizam al-Mulk mendirikan madrasah Nizamiyah Ishfahan untuk Abu Bakar al-Khunjadiy (w.483 H/ 1090 M) dan sekaligus menyediakan wakaf-wakaf untuk madrasah ini. Ia menugaskan Abu al-Qasim al-Hudzaly untuk mengurus masjid dan perpustakaan yang ada di madrasah itu buat para mahasiswanya, Guru madrasah Nizamiyah Ishfahan yang lainnya adalah Muhammad ibn Sabit al-Syafiiy (w.483 H/ 1090 M) dan Abu Said Ahmad ibn Abu Bakar (w.551 H/ 1156 M).[footnoteRef:16] [16: Abd. Mukti, Konstruksi Pendidikan Islam (Belajar Dari Kejayaan Madrasah Nizamiyah Dinasti Saljuk),,hlm. 185]

4. Madrasah Nizamiyah Jazirah ibn UmarUntuk mewujudkan kebijakannya tentang pemerataan pendidikan, Nizam al-Mulk mendirikan madrasah-madrasah tidak hanya dikota-kota besar aja tetapi juga didaerah-daerah terpencil seperti jazirah ibn umar. Di daerah ini, menurut Abu Syammat (w.665 H/ 1266 M) bahwa Nizam al-Mulk telah mendirikan sebuah madrasah yang besar lagi bagus. madrasah itu lebih dikenal dengan nama madrasah Radhiy al-Din. Ada juga penulis yang menyebutnya madrasah Nizamiyah Jazirah ibn Umar, adalah sebuah negeri yang terletak tidak jauh, sebelah utara mosul. Dari uraian sebelumnya dapat disimpulkan bahwa bangunan fisik yang terdapat dalaam sebuah kompleks madrasah Nizamiyah meliputi unit-unit gedung madrasah, asrama, perpustakaan, mushallah atau masjid, dan lain-lain.[footnoteRef:17] [17: Abd. Mukti, Konstruksi Pendidikan Islam (Belajar Dari Kejayaan Madrasah Nizamiyah Dinasti Saljuk),,hlm. 187]

C. Motifasi didirikannya Madrasah Nizamiyah Ada beberapa motifasi didirikannya madrasah Nizamiyah oleh Nizam al-Mulk di antaranya :1. Motifasi PendidikanNizam al-Mulk adalah seorang sarjana, sehingga perhatiannya terhadap institusi pendidikan adalah sesuatu yang pantas. Dari sisi yang lebih praktis, kehadiran madrasah memang dibutuhkan untuk melengkapi berbagai kelemahan yang sulit dihindari dalam sistem pendidikan masjid. Lembaga pendidikan madrasah diperkenalkan sebagai sebuah fase natural dari perkembangan kebutuhan umat Islam akan lembaga yang secara khusus melayani kebutuhan pendidikan.[footnoteRef:18] [18: Hasan Asari, Menyingkap Zaman Keemasan Islam,, hlm. 80]

Pendidikan adalah aktivitas sosial yang harus ada ditengah-tengah masyarakat atau komunitas sosial. Masyarakat sebagai subyek sekaligus obyek kian hari, kian bertambah jumlahnya. Dengan bertambahnya anggota masyarakat, bertambah pula kebutuhan dan tuntutan yang harus dipenuhi. Pendidikan adalah bagian dari kehidupan manusia sekaligus tuntutan yang harus dipenuhi. Karena jumlah anggota masyarakat semakin banyak, maka kebutuhan pendidikan bukan lagi persoalan individual tapi juga persoalan massal. Bila sudah menjadi persoalan massal maka perlu dicarikan lembaga kependidikan yang memenuhi tuntutan dan kebutuhan massal, yakni madrasah sebagai institusi alternatif untuk mengatasi persoalan pendidikan.2. Konflik Antar Kelompok KeagamaanPolitik Nizam al-Mulk secara langsung berkaitan dengan kondisi politik pada masa itu. Pada abad ke 5 terjadi konflik antara kelompok-kelompok keagamaan dalam islam. Misalnya, Syiah, Mutazillah, Asyariyyah, Hanafiah, Hambaliah dan Syafiiyah. Ketika khalifah Abbasiyah lemah, berdiri dinasti baru yaitu dinasti Buwaih yang beraliran Syiah Ismailiyah yang mendukung pemikiran rasional dan menganut paham teologi yang sama dengan Mutazillah. Pada masa ini pengajaran ilmu-ilmu filosofis dan ilmu pengetahuan yang dijauhi oleh masyarakat Sunni dihidupkan kembali. Banyak tokoh Mutazillah yang diberi posisi penting dalam pemerintahan. Menanggapi hal ini Dinasti Saljuk merasa bertanggung jawab untuk melancarkan propoganda melawan paham Syiah yang telah ditanamkan Bani Buwaih. Sebagai seorang wazir, Nizam al-Mulk harus memperhatikan suatu sistem administrasi negara yang sangat besar yang melibatkan teritori yang sangat luas, berisi penduduk dengan berbagai latar kebangsaan, budaya dan afiliasi keagamaan. Salah satu adalah membangun satu administrasi sentral yang kokoh dengan sistem kendali yang kuat dan berpengaruh.3. Pendidikan Pegawai PemerintahanDalam kedudukannya sebagai wazir, Nizam al-Mulk harus mengelola sebuah sistem administrasi negara yang sangat besar, yang melibatkan teritori yang sangat luas, berisi penduduk dengan berbagai latar belakang kebangsaan, budaya, dan fasilitas keagamaan. Dalam keadaan ini, salah satu prioritasnya adalah membangun satu administrasi sentral (Baghdad) yang kokoh dengan sistem kendali yang kuat dan berpengaruh. Keadaan yang melatar belakangi munculnya Saljuk sebagai kekuatan yang dominan di Baghdad memang penuh dengan kontroversi disagala bidang (politik, militer, keagamaan, dan sebagainya). Oleh karena itu memastikan terciptanya satu mesin adminisatrasi pemerintahan yang efektif sekaligus loyal tidaklah mudah. Nizam al-Mulk, tampaknya melihat bahwa madrasah dapat dimanfaatkan untuk tujuan itu. Sistem madrasah dapat diandalkan untuk mencetak orang-orang yang terdidik dan berkeahlian. Tidak hanya itu, dengan memberikan dukungan finansial yang sangat baik terhadap madrasah, para alumninya diharapkan akan menjadi tenaga pemerintahan yang mendukung sepenuhnya pemerintahan Saljuk, serta setia pada ideologi politik keagamaan dinasti ini. Dalam hal ini jaringan madrasah Nizamiyah terbukti sangat berhasil. Sejumlah besar lulusannya bekerja pada berbagai pos pemerintahan Saljuk sebagai katib (Sekretaris), Qadli (hakim), maupun pos-pos lainnya.[footnoteRef:19] [19: Hasan Asari, Menyingkap Zaman Keemasan Islam,,hlm. 83]

4. Motifasi PolitikPersoalan yang pertama kali timbul setelah wafatnya Rasulullah saw. adalah persoalan politik. Dalam perkembangan selanjutnya dari persoalan politik kemudian berkembang menjadi persoalan teologi. Hal ini berarti bahwa masalah politik menjadi faktor pendorong perkembangan pemikiran dalam Islam. Faktor tersebut sangat mempengaruhi perkembangan pendidikan dan ilmu pengetahuan dalam Islam. Berkaitan dengan hal di atas, diketahui bahwa pendirian madrasah Nizamiyah tidak terlepas dari faktor politik. Pertama, menyebarkan pemikiran sunni untuk menghadapi tantangan pemikiran syiah. Kedua, menyediakan guru-guru sunni yang cakap untuk mengajarkan mazhab sunni dan menyebarkan ke tempat-tempat lain. Ketiga, membentuk kelompok-kelompok pekerja sunni untuk berpartisipasi dalam menjalankan pemerintahan, memimpin kantornya, khususnya di bidang peradilan dan manajemen. Nizam al-Mulk mendirikan madrasah-madrasah itu untuk memperkuat pemerintahan Turki Saljuk dan untuk menyiarkan mazhab keagamaan pemerintahan. Karena sultan-sultan Turki adalah dari golongan ahli sunnah, sedangkan pemerintahan Buwaihiyyah yang sebelumnya adalah kaum syiah.[footnoteRef:20] Oleh sebab itu madrasah Nizamiyah adalah untuk menyokong sultan dan menyiarkan mazhab ahli sunnah ke seluruh rakyat. Untuk memberantas mazhab-mazhab yang ditanamkan oleh golongan syiah kepada rakyat yang dianggap batil, maka Nizam al-Mulk berupaya semaksimal mungkin mendirikan madrasah Nizamiyah untuk menanamkan mazhab ahli sunnah yang dianggap lebih benar karena kepercayaan yang berdasarkan pelajaran-pelajaran agama yang benar yang lebih memprioritaskan al-Quran dan sunnah. Penanaman kepercayaan, menarik perhatian pelajar atau mahasiswa dalam belajar, dan sikap sangat setia kepada khalifah dapat mengukuhkan mazhab ahlussunnah dan melemahkan pengaruh kedudukan syiah, karena perhatian ahlussunnah sangat besar terhadap ilmu fikih yang terdapat dalam empat mazhab fikih. [20: Mahmud Yunus, Sejarah Pendidikan Islam,..., hlm. 172.]

Berdasarkan asumsi ini, tidaklah berlebihan jika disimpulkan lebih jauh bahwa tujuan madrasah ini paling tidak mempunyai dua point, yakni untuk memperkuat idiologi Syafii-Asyari di satu sisi dan membendung serangan dari pihak lain, seperti dari Hanbaliyyah, Hanafiyyah, Syiah dan Mutazilah di sisi lain. Untuk mendukung roda pemerintahan Nizam adalah satu kemungkinan, tetapi hal itu tampaknya lebih merupakan strategi Nizam sendiri daripada tujuan madrasah sebagai sebuah lembaga.Al-Ghozali adalah contoh lain yang menarik untuk memahami bagaimana madrasah ini tidak hanya menyensor Mutazilah, tetapi juga filsuf. Kehadirannya di madrasah Nizamiyah Baghad begitu lama (sekitar 25 tahun) sehingga tidak diragukan lagi bahwa dia memberi corak tersendiri terhadap lembaga ini. Absennya ilmu-ilmu non agama di lembaga ini, yang dipegang kuat oleh Mutazilah dan para filsuf, barangkali tidak disebabkan oleh sosok al-Ghazali karena ia datang terlambat. Tetapi, pengabaian terhadap ilmu-ilmu sekuler adalah tipikal bagi madrasah ini, persis dengan apa yang dilakukan al-Ghazali di akhir hayatnya. Betapapun, guru adalah sebuah personifikasi dari sebuah lembaga dalam masyarakat tradisional. Dengan demikian, sulitlah membedakan antara guru yang benar-benar fungsional dengan madrasah itu sendiri.Demikianlah, dengan dukungan terhadap madrasah, mazhab hukum, kelompok teologian, dan khanaqah, Nizam al-Mulk memprakarsai sebuah kebijakan negara untuk mendapatkan legitimasi dan stabilitas politik dengan melindungi dan mendukung berbagai institusi keagamaan Sunni. Bantuan dan dukungan negara terhadap mazhab-mazhab keagamaan juga membantu dalam mengendalikan antagonisme faksional dan membantu dalam menegakkan sebuah sistem organisasi dan pendidikan hukum yang seragam. madrasah dan khanaqah dalam kapasitasnya sebagai sebuah basis organisasional untuk pengajran hukum, sebagai sebuah sarana untuk mendapatkan dukungan finansial bagi pendidikan tingkat kesarjanaan muslim, sebagai pusat pelatihan kader keagamaan dan pemerintahan, dan sebagai basis pengislaman masyarakat Timur Tengah, dan juga sebagai pusat kegiatan misionari untuk menyebarluaskan pembenaran sufisme secara universal sebagai bentuk pengejawantahan keyakinan dan komunitas Muslim secara umum. Sebagai imbalan bagi dukungan Sunni dan legitimasi terhadap kebijakan negara, rezim-rezim Saljuk membantu mewujudkan beberapa ambisi Sunni membentuk sebuah masyarakat Muslim universal.[footnoteRef:21] [21: Ira M. Lapidus, Terjemahan Ghufron A. Masadi, A History of Islamic Societies, terjemahan Sejarah Sosial Ummat Islam, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1999), hlm. 266-267]

D. Tujuan, Kurikulum, Metode (Sistem), serta Materi yang Diberikan Madrasah Nizamiyah1) Tujuan Pendidikan Madrasah NizamiyahTujuan pendidikan madrasah Nizamiyah tidak terlapas dari tiga tujuan pokok, yaitu:a) Mengkader calon-calon ulama yang menyebarkan pemikiran Sunni untuk menghadapi tantangan pemikiran Syiah.b) Menyediakan guru-guru Sunni yang cakap untuk mengajarka mazhab Sunni dan menyebarkan ke tempat-tempat lain.c) Membentuk kelompok pekerja Sunni untuk berpartisipasi dalam menjalankan pemerintahan, memimpin kantornya khusus di bidang pendidikan dan managemen.Pengajaran di madrasah Nizamiyah berjalan dengan cara para guru berdiri di depan kelas menyajikan materi-materi kuliah (ceramah/talqin), sementara para siswa duduk mendengarkan di meja-meja kecil yang disediakan. kemudian dilanjutkan dengan dialog atau diskusi (munaqasyah) antara guru dan para siswa mengenai materi yang disajikan. Selain itu, pendidikan juga ditujukan untuk membangun sistem madrasah yang baik dan berprestasi serta membentuk calon-calon ulama dan birokrat yang mempunyai wawasan.[footnoteRef:22] [22: Tim Penulis IAIN Syarif Hidayatullah, Ensiklopedi Islam Indonesia (Jakarta: Djambatan, 1992), hlm. 742]

2) Kurikulum dan Metode Pengajaran Madrasah NizamiyahSalah satu aspek menarik dari fenomena madrasah adalah kurikulumnya, terdapat diskusi yang cukup intens berkenaan dengan cakupan kurikulum yang diajarkan dilembaga madrasah. Batasan kurikulum ini relevan mengingat bahwa madrasah sendiri adalah sebuah tipe lembaga baru yang berkembang setelah ilmu pengetahuan dalam Islam berkembang relatif maju. Umat Islam memang sudah mengalami perkembangan ilmu pengetahuan yang relatif pesat, melalui penerjemahan yang sangat proaktif. Hasil dari proses penerjemahan ini adalah semakin kayanya ilmu pengetahuan yang dimiliki dan dikembangkan oleh umat Islam.[footnoteRef:23] [23: Hasan Asari, Menyingkap Zaman Keemasan Islam,, hlm. 105]

Kurikulum memainkan peranan penting dalam mewujudkan tujuan pendidikan. Kurikulum mengalami perkembangan mengikuti perkembangan dan kebudayaannya, tentu saja kurikulum mengalami pembaruan isinya, sesuai dengan kebutuhan masyarakatnya. Demikian juga kurikulum madrasah Nizamiyah ikut mengalami perubahan, sebagai akibat dari pengaruh situasi keagamaan, politik, sosial dan intelektual yang mengitarinya. Masih terdapat silang pendapat yang sangat tajam dikalangan para penulis mengenai isi kurikulum madrasah Nizamiyah, dan timbulnya perbedaan pendapat itu menurut hemat penulis karena sebagiannya bertitik tolak pada penilaian mereka terhadap sikap sultan-sultan Saljuk dan para guru besar madrasah Nizamiyah tentang ilmu-ilmu akliyah, dan sebagian lagi berangkat dari kondisi obyektif umat Islam dewasa ini yang umumnya didominasi oleh prinsip dikotomi antara ilmu agama dan ilmu-ilmu umum dalam mengevaluasi kurikulum madrasah Nizamiyah. Untuk memperoleh kesimpulan yag seobyektif mungkin mengenai hal ini, maka dalam pembahasan ini dilengkapi dengan analisis tentang kegiatan studi para pelajar madrasah Nizamiyah sendiri disamping analisis tentang posisi studi-studi umum terhadap studi-studi agama dalam kurikulum madrasah Nizamiyah.[footnoteRef:24] [24: Abd.Mukti, Konstruksi Pendidikan Islam (Belajar Dari Kejayaan Madrasah Nizamiyah Dinasti Saljuk),,hlm. 215-216]

Pada zaman dinasti Saljuk, berkembang pesat ilmu pengetahuan beserta cabangnya, seperti yang dikemukakan oleh Ahmad Kamal al-Din Helmi sebagai berikut:1. Ilmu-ilmu Agama (al-ulum al-syariyyat), ilmu-ilmu ini disebut juga dengan al-ulum al-naqliyyat dan ulum al-diniyyat, yang meliputi :a. Pengetahuan Membaca (ilm al-qiraat)b. Ilmu Tafsir (ilmu al-tafsir)c. Ilmu Hadis (ilmu alhadis)d. Ilmu Fiqh (ilmu Fiqh)e. Teologi (ilmu Kalam)2. Ilmu-ilmu Akliyah (al-ulum al-aqliyyat). Ilmu ini juga disebut dengan ilmu sekuler, yang terdiri dari :a. Filsafat (falsafat,ilm al-wail,ilm-hikmat)b. Ilmu Fisika (ilm al-riyadhat)c. Astronomi (ilm al-Nujum ilm al-falak)d. Ilmu ukur atau geometri (ilm al-handasat)e. Ilmu berhitung atau arithmetic (ilm al-hisab)f. Ilmu kesenian (ilm al-hayat)g. Ilmu hukum (ilm ahkam)h. Ilmu kedokteran (ilm al-thibb)3. Ilmu Bahasa (ulum al-lughat), yang meliputi :a. Ilmu-ilmu bahasa (al-ulum al-lughawiyyat)b. Ilmu kesusasteraan (al-ulum al-adabiyyat)c. Retorika (al-ulum al-balaghiyyat).Ilmu-ilmu agama sebagaimana tercantum dalam kutipan tersebut diatas semuanya bersumber pada ajaran-ajaran Islam, sementara ilmu-imu umum sebagiannya ada yang berasal dari kebudayaan Yunani (Hellemstik) seperti filsafat, ilmu filsafat, astronomi, ilmu fisika, ilmu hukum, ilmu kesenian dan ilmu kedokteran. Sebagian lagi berasal dari India misalnya ilmu ukur atau geometri dan ilmu berhitung, dan kesusasteraan dari Persia.[footnoteRef:25] [25: Abd.Mukti, Konstruksi Pendidikan Islam (Belajar Dari Kejayaan Madrasah Nizamiyah Dinasti Saljuk),,hlm. 216]

Kurikulum madrasah Nizamiyah yang demikian itu dijiwai oleh kurikulum madrasah-madrasah Sunni terdahulu, bedanya kalau madrasah tedahulu hanya mengajarkan satu madzhab saja, yaitu yang dianut oleh pendirinya, maka madrasah Nizamiyah, sebagai institusi negara, tidak hanya mengajarkan satu madzhab tertentu saja, akan tetapi lebih mengutamakan madzhab Syafii dan Hanafi, karena yang pertama menjadi anutan Sultan-sultan Saljuk dan keluarganya. Tetapi keduanya menghormati madzhab Maliki dan Hanbali, perbedaan itu terjadi karena madrasah terdahulu hanya menghadapi adanya saling perebutan pengaruh antar sesama madzhab Sunni, sedang madrasah Nizamiyah selain disorong oleh adanya usaha yang bertujuan untuk membendung aliran Mutazilah dan Syiah, juga yang lebih penting lagi adalah untuk mendamaikan pertikaian yang terjadi antara sesama madzhab Sunni.[footnoteRef:26] [26: Abd.Mukti, Konstruksi Pendidikan Islam (Belajar Dari Kejayaan Madrasah Nizamiyah Dinasti Saljuk),,hlm. 218]

Motivasi pendidikan madrasah Nizamiyah adalah pembinaan dan penyebaran paham Sunni guna menghadapi paham Syiah. Maka, ilmu kalam diajarkan secara khusus dan intensif. Harus diakui bahwa beberapa pengajar pada madrasah ini juga dikenal ahli dalam ilmu kalam, contohnya: Imam Al-Harmain Abul Maali Yusuf Al-Juwaini (wafat 1084M/478H) dan Abdul Hamid Al-Ghazali (wafat 1111M/505H).[footnoteRef:27] [27: Abuddin Nata, Sejarah Pendidikan Islam: Pada Periode Klasik dan Pertengahan (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2004), hlm. 65]

Rencana pendidikan di madrasah Nizamiyah tidak ditemui dengan tegas, menurut Mahmud Yunus rencana pengajarannya adalah ilmu-ilmu syariah saja dan tidak ada ilmu- ilmu hikmah (filsafat), ini terbukti sebagai berikut :1. Tidak seorang pun diantara ahli sejarah yang mengatakan bahwa di antara mata pelajarannya ada ilmu kedokteran, ilmu falak, dan ilmu-ilmu pasti, hanya mereka menyebutkan bahwa diantara mata pelajarannya ialah nahwu, ilmu kalam, dan fiqh.2. Guru-guru yang mengajar di madrasah Nizamiyah adalah ulama-ulama syariah, seperti al-Syarazi, al-Ghazali, al-Qazwani, Ibnul-Jauzi dan lain-lain. Dan tidak dikenal bahwa disana ada guru filsafat, sehingga madrasah tersebut merupakan madrasah syariah bukan madrasah filsafat.3. Pendiri madrasah itu Nizamiyah bukanlah orang yang membela ilmu filsafat dan bukan pula orang- orang yang membantu pembebasan filsafat.4. Zaman berdirinya madrasah Nizamiyah bukanlah zaman filsafat melainkan zaman menindas filsafat serta orang-orang filosof.[footnoteRef:28] [28: Samsul Nizar, Sejarah Pendidikan Islam,, hlm. 160-161]

Dengan keterangan tersebut, dapat diketahui madrasah Nizamiyah adalah fakultas agama dan fakultas syariah dan tiada memasukkan ilmu filsafat yang berdasarkan bebas berfikir. Rupanya di madrasah Nizamiyah diajarkan ilmu Fiqh dalam 4 mazhab. Terbukti bahwa gurunya Ibnu Jauzi, salah seorang kepala mazhab Hambali, tetapi mazhab Syafii memiliki kedudukan istimewa, Syeh Al Wajih mula-mula bermazhab Hambali, kemudian berpindah ke mazhab Hanafi, sesudah itu ia ditetapkan jadi guru nahwu. Lalu ia berpindah lagi ke mazhab Syafii.Dari keterangan lain disebutkan bahwa pelajaran di madrasah Nizamiyah mengutamakan pada pelajaran al-Quran (membaca, menghafal, dan menulis), sastra arab, sejarah Nabi Muhammad saw dan berhitung, dengan menitikberatkan pada mazhab Syafi'i dan sistem teologi Asy'ariyah. Ilmu-ilmu hikmah baru berkembang di kancah madrasah Islam setelah madrasah Nizamiyah. Ilmu- ilmu itu meliputi : ilmu pasti (matematika), kedokteran, filsafat, astronomi, ilmu alam dan kemasyarakatan.Madrasah Nizamiyah mempunyai tugas pokok tersendiri yaitu mengajarkan fikih yang sejalan dengan satu atau lebih, dari mazhab ahlussunnah, dan juga menjadi tempat-tempat menarik pelajar untuk menggunakan waktu mereka sepenuhnya dalam belajar, karena hampir semua madrasah Nizamiyah di Baghdad yang mencapai 30 buah semuanya melebihi keindahan istana. Melalui madrasah Nizamiyah ini, penanaman ideologi sunni yang dilakukan Dinasti Saljuk berlangsung secara efektif, terutama untuk mempertahankan stabilitas pemerintahan dari bahaya pemberontakan yang kerap muncul atas nama aliran Islam tertentu yang berideologi berbeda dari Dinasti Saljuk.Disamping fiqih dan tauhid, cabang-cabang ilmu agama yang lain, seperti ushul fiqh, ilmu-ilmu Al-Quran, hadits Nabi, akhlaq, sangat mungkin sekali diajarkan di situ. Alasannya adalah bahwa setiap muslim wajib, fard al-ain, mempelajari ilmu-ilmu tersebut. Imam al-Ghazali menekankan pentingnya kewajiban ini dalam karyanya Ihya al-Ulum al-Din. Masuk akal bahwa al-Ghazali mengalamatkan kewajiban belajar kepada siswa-siswanya di Baghdad karena dia menulis beberapa bukunya sambil mengajar di madrasah itu. Masuk akal juga bahwa cabang-cabang ilmu agama yang lain, seperti nahwu, sharaf, adab (literature) juga disajikan di situ meskipun ilmu-ilmu itu hanya sebagai pelengkap.Berdasarkan keterangan di atas, dapatlah diketahui bahwa madrasah Nizamiyah tidak mengajarkan ilmu yang bersifat duniawi, tetapi lebih terfokus pada pelajaran ilmu agama terutama ilmu fikih. Mazhab fikih yang menonjol adalah fikih Syafii dan teologi Asyary keduanya secara aktif dipelajari dan dialami. Walaupun yang menonjol adalah mazhab Syafii, tetapi mazhab yang lain juga tetap dipelajari dengan adanya imam-imam khusus untuk masing- masing mazhab dan khalifah membentuk kadi yang ahli untuk masing- masing mazhab.Bila dibandingkan dengan lembaga pendidikan di Baghdad sebelum Nizamiyah, yang mengajarkan seluruh ilmu pengetahuan hingga Abbasiyah muncul sebagai lembaga pendidikan yang ahli di berbagai macam sains dan teknologi, maka yang menjadi pertanyaan adalah mengapa di madrasah Nizamiyah tidak demikian?Untuk menjawab hal ini dapat dikatakan bahwa mungkin ini suatu inovasi dari khalifah, karena di madrasah Nizamiyah selain kepentingan politiknya yang menonjol juga tidak ditemukan dokumen yang konkrit mengenai hal ini. Rencana pengajaran atau kurikulum di madrasah Nizamiyah secara rinci menurut Mahmud Yunus adalah: al-Quran (membaca, menghafal dan menulis), sastra arab, sejarah Nabi, Fikih, Ushul Fikih dengan menitik-beratkan kepada mazhab Syafii dan sistem teologi Asyariyah.Selanjutnya dapat dipahami bahwa materi pelajaran di madrasah Nizamiyah hanya mempelajari ilmu agama, tidak ada mengenai ilmu umum, seperti ilmu filsafat, ilmu mantik, dan ilmu keterampilan lainnya. Karena terlihat madrasah ini khusus didirikan untuk menyebarkan mazhab sunni atau kepentingan politik. Sebab dari latar belakang didirikannya madrasah Nizamiyah untuk pengaruh mutazilah dan syiah yang sangat kuat sebelumnya di lingkungan masyarakat pada masa itu.[footnoteRef:29] [29: Samsul Nizar, Sejarah Pendidikan Islam,..., hlm. 162.]

Hamid Hasan Bilgrami berbeda pendapat dengan Mahmud Yunus mengenai materi yang diberikan di madrasah Nizamiyah, dia menyatakan bahwa pelajaran yang diberikan di madrasah Nizamiyah juga mencakup ilmu bahasa tradisional, fikih, kajian-kajian Islam, ilmu hisab, faraidh, ilmu bumi, sejarah sastra, kesehatan, biologi, agronomi, serta beberapa segi dari sejarah kealaman.[footnoteRef:30] [30: Hamid Hasan Bilgrami, The Concept of Islamic University, terj. Machnum Husein, Konsep Universitas Islam (Yogyakarta: Tiara Wacana, 1989), hlm. 48.]

Menghadapi pendapat yang berbeda di atas, persepsi yang bisa diberikan adalah kemungkinan, yaitu:1. Mahmud Yunus tidak menemukan dokumen atau narasumber tentang kurikulum pendidikan yang diajarkan di madrasah Nizamiyah, seperti yang dikatakan Hamid Hasan di atas.2. Boleh jadi kurikulum di madrasah Nizamiyah yang dikemukakan oleh Mahmud Yunus mungkin sekitar Al-Ghozali, Al-Juwaini yang masih mengajar di sana (sekitar satu abad berdirinya), padahal lamanya madrasah Nizamiyah tersebut tiga abad.Guna terlaksananya rencana pengajaran (kurikulum) di madrasah Nizamiyah ini ditunjang dengan sarana dan prasarana yang lengkap, gedung-gedung yang megah, perpustakaan dengan jumlah buku yang lebih kurang 6000 jilid yang merupakan buku-buku wakaf untuk sekolah itu (M. Athiyah al- Abrasy, 1970). Pendanaan juga dibantu sepenuhnya baik bagi guru maupun mahasiswa, mereka free yakni bebas dari biaya pendidikan dan disediakan asrama. Sekedar untuk memperjelas pelaksanaan kurikulum di madrasah Nizamiyah sangat terkait dengan harta wakaf dan penghasilannya yang diperoleh dari pengelolaan harta wakaf itu, sehingga Nizam al- Mulk menetapkan anggaran untuk madrasah Nizamiyah sebesar 600 ribu dinar setiap tahunnya.[footnoteRef:31] Madrasah ini juga diatur dengan sistem dan manajemen yang bagus sehingga menjadi salah satu madrasah yang termasyhur pada saat itu. [31: Mahmud Yunus, Sejarah Pendidikan Islam,, hlm. 75]

3. Metode Pendidikan NizamiyahMetode Pengajaran (method of intruction) sebagai salah satu faktor pendidikan juga memainkan peranan penting dalam rangka mencapai tujuan pendidikan yang diinginkan. Hal ini berlaku juga pada madrasah Nizamiyah. Kesadaran inilah yang mendorong para pemimpin maupun para pendidik Muslim dizaman klasik berusaha terus menerus dengan penuh gairah memperbaiki dan menyempurnakan metode pendidikan Muslim pada umumnya dan pendidikan tinggi pada khususnya, sebagaimana yang terlihat pada masa pemerintahan Dinasti Saljuk. Lembaga pendidikan Islam yang pertama menerapkan sistem yang mendekati sistem pendidikan yang dikenal sekarang adalah madrasah-madrasah Nizamiyah tersebut. Kurikulumnya berpusat pada Al-Quran (membaca, menghafal dan menulis), sastra Arab, sejarah Nabi SAW dan berhitung, dengan menitikberatkan pada madzhab Syafii dan sistem teologi Asyariyah. Seorang tenaga pengajar di Nizamiyah selalu dibantu oleh dua orang pelajar (mahasiswa) yang bertugas membaca dan menerangkan kembali kuliah yang telah diberikan kepada mahasiswa yang ketinggalan (asistensi). Sistem belajar di madrasah Nizamiyah adalah : tenaga pengajar berdiri di depan ruang kelas menyajikan materi-materi kuliah, sementara para pelajar duduk dan mendengarkan di atas meja-meja kecil (rendah) yang disediakan. Kemudian dilanjutkan dengan dialog (tanya-jawab) antara dosen dan para mahasiswa mengenai materi yang disajikan dalam suasana semangat keilmuan tinggi. Untuk pertama kali dalam sejarah pendidikan Muslim, madrasah Nizamiyah telah menggantikan sistem halaqat yang dilaksanakan di masjid-masjid dan lembaga-lembaga pendidikan terdahulu lainnya, dengan sistem klasikal. Dengan memperkenalkan sistem klasikal, maka madrasah-madrasah Nizamiyah sebagai sebuah perguruan tinggi Islam, telah menggunakan beberapa metode baru dalam menyampaikan kuliah-kuliah kepada para pelajarnya yang terpenting diantaranya adalah metode ceramah, diskusi dan seminar.a. Metode CeramahSalah satu metode yang dipergunakan oleh para guru besar (mudaris;professor) madrasah-madrasah Nizamiyah adalah metode ceramah (thariqat al-muhadharat; method of lectures). Josep Hall, seorang pakar sejarah Arab, ketika menjelaskan tentang pelaksanaan metode ceramah pada perguruan tinggi-perguruan tinggi di Baghdad, didalam bukunya yang berjudul The Arab Civilization (Perabadan Arab) mengatakan bahwa setiap Muslim berhak mengikuti ceramah-ceramah itu, tidak hanya diikuti oleh orang-orang awam yang ingin tahu tetapi juga dihadiri oleh para sarjana Muslim, yang datang dari seluruh pelosok wilayah kekhalifahan. Dalam metode ceramah itu, dosen menyampaikan kuliah-kuliahnya dengan perlahan-lahan, agar memudahkan bagi mahasiswanya dalam mencatat, berbeda dengan sistem halaqat (lingkaran studi) yang belum mempunyai kegiatan mencatat, maka pada metode ceramah ini sudah diperkenalkan kegiatan mencatat dan sangat mementingkan menghafal yang bertujuan untuk membentuk daya ingatan. Guru besar madrasah Nizamiyah mengikuti kebiasaan duduk atas sebuah kursi yang rendah deng dan para muridnya duduk diatas tikar disekelilingnya. Ketika ceramah akan diberikan, dimulai dengan membaca doa, yang diikuti dengan membaca beberapa ayat Alquran dan permohonan kepada Allah untuk kesejahteraan kepada Nabi SAW.[footnoteRef:32] [32: Abd.Mukti, Konstruksi Pendidikan Islam (Belajar Dari Kejayaan madrasah Nizamiyah Dinasti Saljuk),,hlm. 243-244]

b. Metode DiskusiKegemaran kaum Muslimin pada studi-studi Islam telah terlihat sejak munculnya agama islam, terbukti keberadaan halaqat studi mendapat sambutan yang besar sepanjang masa, sampai-sampai pada satu masjid kadang-kadang mempunyai beberapa halaqat studi. Setelah pengetahuan asing memasuki dunia Muslim, juga diajarkan dihalaqat-halaqat masjid dengan menggunakan metode diskusi. Diskusi sebagai salah satu metode mengajar, yang sekarang ini cukup populer digunakan diperguruan tinggi-perguruan tinggi diseluruh dunia, ternyata para guru besar madrasah-madrasah Nizamiyah telah lebih dahulu memakai metode itu pada abad ke 5/11. Hal ini menunjukkan bahwa metode diskusi lebih unggul dibandingkan dengan metode-metode lainnya menurut al-Ghazaly bahwa manfaat yang dapat dipetik dari metode diskusi adalah dapat memahami dengan mudah ilmu-ilmu akliyah dan ilmu-ilmu nakliyah. Sementara itu Noeng Muhadjir sebagaimana yang dikutip oleh Abd.Mukti mengemukakan keunggulan-keunggulan metode diskusi adalah, 1. Melibatkan semua siswa secara langsung dalam proses belajar; 2. Setiap siswa dapat menguji tingkat pengetahuan dan penguasaan bahan pelajarannya masng-masing; 3. Metode Diskusi dapat menumbuhkan dan mengembangkan cara berfikir dan sikap ilmiah; 4. Dengan mengajukan dan mempertahankan pendapatnya dalam diskusi diharapkan siswa dapat memperoleh kepercayaan akan kemampuan diri sendiri dan; 5. Dapat menunjang usaha-usaha pengembangan sikap sosial dan sikap demokrasi para siswa.[footnoteRef:33] [33: Abd.Mukti, Konstruksi Pendidikan Islam (Belajar Dari Kejayaan madrasah Nizamiyah Dinasti Saljuk),,hlm. 246-247.]

c. Metode SeminarSeminar sebagai sebuah metode pengajaran paling tidak memiliki tiga unsur yaitu;1) Pelajar, 2) Topik Kajian Ilmiah, dan 3) Dosen Pembimbing. Perlu dicatat disini bahwa pada masa pemerintahan Dinasti Saljuk seminar sebagai salah satu metode penyampaian ilmu pengetahuan sudah sangat populer dikalangan kaum terpelajar. Bahkan pada suatu ketika pernah digelar seminar akbar di istana Perdana Menteri Nizam al-Mulk sendiri dan ada yang mengatakan pelaksanaannya bertempat di madrasah Nizamiyah Naysabur. Seminar tersebut menghadirkan dua Guru besar yaitu Imam al-Haramayn dari madrasah Nizamiyah Naysabur dan Syaykh Abu Ishaq al-Syiraziy dari madrasah Nizamiyah Baghdad.[footnoteRef:34] [34: Abd.Mukti, Konstruksi Pendidikan Islam (Belajar Dari Kejayaan madrasah Nizamiyah Dinasti Saljuk),,hlm. 249-250]

E. Tokoh- tokoh dan Ide-ide NizamiyahSelain berperan secara fisik terhadap perkembangan madrasah Nizamiyah, Nizam al-Mulk juga berperan dalam menetapkan guru-guru yang akan mengajar pada madrasah Nizamiyah, beliau menetapkan jabatan-jabatan penting seperti mudarris (staff pengajar yang bertanggung jawab terhadap pelaksanaan pengajaran), waidh (yang memberikan ceramah-ceramah umum di madrasah), mutawalli al-kuttub (pustaka), muqri (yang membaca dan mengajarkan al-Quran) dan nahwi (ahli gramitical bahasa arab). Orang-orang yang dipilih oleh Nizam al-Mulk tersebut adalah mereka yang menganut mazhab Syafii, paling untuk tiga jabatan (mudarris, waidh, dan mutawalli al-kuttub) diharuskan bermazhab Syafii karena ketiga jabatan tersebut yang paling berhak dan punya otoritas penuh menentukan arah dan kebijakan madrasah itu, bahkan dalam banyak kasus seorang mudarris juga bisa berfungsi sebagai administrator atas nama pendirinya. Sebagai madrasah terbesar dizamannya, guru-guru yang mengajar pada madrasah Nizamiyah adalah tokoh-tokoh yang punya reputasi tinggi.Guru- guru yang memberikan pelajaran di madrasah Nizamiyah antara lain yaitu :1. Abu Ishak al-Syirazi (w. 476 H = 1083 M)2. Abu Nashr al-Shabbagh (w.477 H = 1084 M)3. Abu Qosim al-Alawi (w. 482 H = 1089 M)4. Abu Abdullah al-Thabari (w. 495 H = 1101 M)5. Abu Hamid al-Ghazali (w. 505 H = 1111 M)6. Radhiyuddin alQazwaini (w. 575 H = 1179 M)7. Al- Faairuzzabadi (w. 817 H = 1414 M).Madrasah-madrasah Nizamiyah itu dapat disamakan dengan perguruan tinggi di masa sekarang, mengingat gurunya adalah ulama besar yang termasyhur salah satunya adalah Abu Hamid bin Muhammad al-Ghazali. Al-Ghozali terkenal dengan asas mengajarnya, yaitu :1) Memperhatikan tingkat daya berpikir anak2) Menerangkan pelajaran dengan jelas3) Mengajarkan dari konkrit ke abstrak4) Mengajarkan ilmu pengetahuan secara berangsur-angsur.[footnoteRef:35] [35: http://yherlanti.wordpress.com, diunduh 13 April 2015]

Ide al-Ghazali mengenai asas mengajar ini perlu diperhatikan dan disesuaikan dalam melaksanakan proses belajar mengajar, di samping ada inovasi dari guru dalam pendidikan itu sendiri seperti penyesuaian dengan IPTEK dan perkembangan zaman, selama tidak bertentangan dengan prinsip-prinsip pendidikan Islam.Selanjutnya ide al-Ghazali tentang pendidikan anak sebagai berikut:1. Seorang pendidika harus memberikan segala macam nasihat kepada peserta didik dan mencegah hal-hal yang buruk dengan sindiran bukan dengan cara kasar.2. Bila sukar bagi anak-anak untuk meninggalkan kebiasaan-kebiasaan buruk sekaligus, hendaklah berusaha meninggalkan secara berangsur-angsur.3. Setiap tingkah laku yang baik yang dilakukan si anak harus diberi hadiah, sebaiknya sedikit mungkin mencela atau memarahi anak bila melakukan kesalahan.4. Anak-anak harus dibiasakan dengan akhlak yang baik dan dilarang bertemu dengan anak yang jahat.5. Anak harus dibiasakan untuk tidak berlebihan dalam makanan, pakaian, dan tidur.6. Anak-anak harus mendapat kesempatan kesempatan yang cukup untuk latihan-latihan jasmani dan permainan yang menarik.7. Semua pihak tidak boleh dilayani secara bersamaan dalam bidang pendidikan, tetapi dilayani sesuai dengan pembawaan dan tingkat kemampuannya.Sejalan dengan ide diatas, al-Ghazali mengemukakan sifat-sifat yang harus dimiliki seorang pendidik, adalah sebagai berikut:1. Pendidik hendaknya memandang peserta didik seperti anaknya sendiri, menyayangi dan memperlakukan mereka seperti anak sendiri.2. Tidak mengharapkan upah dan pujian, tetapi hanya mengharap ridha Allah SWT.3. Memanfaatkan setiap peluang untuk memberi nasihat dan bimbingan kepada peserta didik, bahwa tujuan menuntut ilmu adlah untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT, bukan untuk memperoleh kedudukan atau kebanggaan duniawi.4. Terhadap peserta didik yang bertingah laku buruk, hendaknya pendidiknya menegurnya sebisa mungkin dengan cara menyindir dan penuh kasih saying, bukan dengan terus terang dan mencela, sebab teguran yang terakhir dapat membuat peserta didik berani mengembangkang dan sengaja terus menerus bertingkah laku buruk.5. Tidak fanatic terhadap bidang studi yang diasuhnya, lalu mencela bidang studi yang diasuh pendidik lain.6. Memperhatikan perkembangan berpikir peserta didik agar dapat menyampaikan ilmu sesuai dengan kemampuan berpikirnya.7. Memperhatikan peserta didik yang lemah dengan memberikannya pelajaran yang mudah, jelas dan tidak mengetahuinya dengan hal-hal yang sulit sehingga membuatnya kehilangan kecintaan terhadap pelajaran.8. Pendidik hendaknya mengamalkan ilmunya dan tidak sebaliknya, di mana perbuatannya bertentangan dengan ilmu yang diajarkan kepada peserta didik.Dalam pendidikan (proses belajar mengajar), al-Ghazali tidak saja memberikan sifat-sifat yang harus dimiliki pendidik (guru), akan tetapi sebagai peserta didik harus juga memiliki sifat-sifat tertentu yang merupakan syarat dasar bagi terwujudnya hasil pendidikan yang baik, diantaranya sifat dan syarat peserta didik itu adalah sebagai berikut:1) Peserta didik harus memuliakan pendidik dan bersikap rendah hati atau tidak takabbur. Hal ini sejalan dengan pendapat al-Ghazali yang menyatakan menuntut ilmu merupakan perjuangan berat yang menuntut kesungguhan yang tinggi dan bimbingan dari pendidik.2) Peserta didik harus merasa satu bangunan dengan peserta didik lainnya, maka harus saling menyayangi, menolong dan berkasih saying sesamanya.3) Peserta didik harus menjauihi diri dari mempelajari berbagai mazhab yang dapat menimbulkan kekacauan dalam pikiran.4) Peserta didik ahrus mempelajari tidak saja satu jenis ilmuyang bermanfaat, melainkan ia harus mempelajari berbagai ilmu lainnya dan berupaya sungguh-sungguh mempelajarinya sehingga tujuan dari setiap ilmu tersebut tercapai.Berdasarkan ide-ide al-Ghazali di atas mengenai pendidikan anak, sangat cocok dilihat dari segi psikologi, pendapat modern maupun dengan ilmu kesehatan. Kecocokan dengan psikologi misalnya perlakuan terhadap anak-anak. Secara psikologi setiap anak mempunyai sifat/ karakter yang berbeda-beda, mudah tersinggung, pemarah, pendiam, dan lain-lain. Semua karakter ini dipengaruhi oleh lingkungan, oleh sebab itu guru harus dapat menilai karakter setiap peserta didik.Dalam hal pendapat modern tentang belajar yang berkembang saat ini, bahwa manusia dilahirkan dengan bakat yang berbeda-beda, ada kemampuan anak yang tinggi, sedang dan rendah. Hal ini sesuai dengan pendapat imam al-Ghazali agar memperlakukan anak sesuai dengan tingkat daya piker anak tersebut.Ide-ide pendidikan yang dikemukan oleh al-Ghazali merupakan hal yang sangat berharga bagi dunia pendidikan, baik untuk kepentingan pendidik maupun peserta didik yang semuanya mempunyai dampak pada diri dan lingkungan. Tidak dapat dipungkiri pendapat al-Ghazali merupakan sumbangan yang besar dalam dunia pendidikan, ini terbukti bahwa ia menjadi rujukan bagi pendidik dan peserta didik tidak hanya didunia Islam tetapi juga diluar Islam dengan adanya renaissance di Eropa.Dari penjelasan di atas, hemat penyusun menyimpulkan bahwa corak madrasah Mizamiyah untuk zaman sekarang di Negara kita ini tidak dapat dikatakan sepenuhnya mengadopsi pendidikan Nizamiyah. Hal ini di latar belakangi oleh factor historis seperti pengaruh zaman penjajahan dan lain sebagainya.

F. Perkembangan dan Strategi Madrasah NizamiyahHal yang membuat lembaga-lembaga pendidikan madrasah Nizamiyah signifikan dalam sejarah Islam adalah bahwa mereka semua penganut mazhab Syafiiyyah dan berada di Nishapur, sebuah tempat penting untuk memahami kerangka politik, khususnya yang berhubungan dengan konflik internal Sunni antara Syafiiyyah dan Hanafiyyah. Dua kelompok besar ini merupakan gerakan keagamaan yang paling berpengaruh di Nishapur pada paro pertama abad ke-11. sejarawan ahli masa klasik dan pertengahan dari Amerika, Bulliet, menyebut mereka sebagai tokoh-tokoh yang meramaikan Nishapur selama dua abad. Ini tidak berarti bahwa kelompok Qarramiyyah (Qaramithah), Syiah, Malikiyyah dan Hanbaliyyah tidak mempunyai peran.[footnoteRef:36] Pemberian perhatian khusus kepada dua raksasa itu berdasarkan alasan bahwa keduanya telah memainkan peran penting dalam bernegosiasi dengan pemerintah pusat Baghdad. Bajkan, al-Kunduri, salah seorang wazir Seljuk sebelum Nizam al-Mulk terkenal sebagai penganut Hanafiyyah yang congkak. Adapun Nizam al-Mulk, wazir Seljuk yang terbesar dan termasyhur terkenal sebagai Syafiiyyah tulen. [36: Abdurrahman Masud, Menggagas Format Pendidikan Nondikotomik, (Yogyakarta: Gama Media, 2002), hlm. 101]

Ada beberapa petunjuk yang memperlihatkan konflik mereka. Asabiyyah atau taassub yang berarti fanatisme pada ajaran khusus keagamaan mereka bukanlah hal yang baru di dunia Islam, baik pada abad ke-10 maupun pada abad ke-11. Abd ar-Rahman as-Sabuni dihukum mati tahun 900 H atas dasar fanatisme mazhab. Kecenderungan semacam ini juga bisa ditemukan dalam kelompok Syafiiyyah dan Hanafiyyah. Mereka berkompetisi dalam memperoleh posisi keagamaan di pemerintahan, yakni sebagai qadli, shaikh al-Islam, juga dalam mendirikan madrasah-madrasah untuk mempersiapkan ulama-ulama masa depannya.Jarangnya terjadi pernikahan antarmereka juga merupakan point penting yang mempertajam ketegangan. Bisa dipahami bahwa perkawinan antarkelompok pada dasarnya berpotensi meredam konflik, menyebabkan transfer kekayaan, kekuatan dan nilai-nilai sosial keagamaan yang paling asasi. Tatkala perkawinan antarkelompok ini hilang dari sebuah komunitas yang heterogen seperti yang terjadi dalam panggung sejarah ini, mudah diterka bahwa kohesi sosial dalam keragaman mazhab menjadi kurang solid.Konflik ini lebih jelas bila disepakati bahwa semua Syafiiyyah adalah Asyariyyah yang akan menjadi aliran teologi terpenting di hari kemudian. Kelompok yang terakhir ini tidak hanya berhadapan dengan Mutazilah, tetapi juga bersitegang dengan Hanbaliyyah pada abad ke-11. pada abad ini Asyariyyah agaknya berhasil mengakhiri pengaruh Mutazilah. Dua abad sebelumnya, ketika pengaruh Mutazilah demikian besar, al-Mutawakkil (salah seorang Khalifah Abbasyiah Baghdad 232 H/847 M) menghukum mereka secara dahsyat. Al-Juwaini dan al-Ghazali (meninggal 1111 M) adalah dua contoh utama pendukung Ashariyyah yang berhasil mengasingkan ide-ide Mutazilah di masyarakat.Kembali ke faksi Sunni, sesungguhnya faksi itu lebih merupakan masalah manajemen pertentangan yang ada antarkelompok. Pada tingkat tertentu polaritas ini memburuk karena perpanjangan penguasa. Karena Nishapur merupakan daerah subur, berpenduduk banyak dan beberapa ulama penting ada di situ, pemerintah pusat di Baghdad memberikan perhatian khusus terhadap daerah ini. Tatkala Nishapur dibawah pemerintahan Ghaznawiyah sebelum jatuh selamanya ke tangan Seljuk tahun 1039 M, patronasi (patronage) penguasa berganti-ganti antara Hanafiyyah dan Qarramiyyah. Aliansi temporer ini terus berlangsung selama pemerintahan Seljuk. Hanafiyyah dan Syafiiyyah adalah dua kekuatan utama yang bersaing dalam merebut simpati pemerintah. Pada tahun 1048 M persekusi resmi terhadap Syafiiyyah oleh al-Kunduri, wazir Seljuk, dimulai. Mulai tahun ini sampai meninggalnya al-Kunduri (1064 M), yang dihukum mati secara rahasia karena kesalahannya menentang pengganti Tugril Beg, Alp Arslan, Naishabur didominasi oleh Hanafiyyah dengan intens.Dari segi kemampuan politik strategis, al-Kunduri terlalu lemah jika dibandingkan dengan Nizam al-Mulk. Al-Kunduri tidak pernah berestimasi bahwa persekusinya terhadap Syafiiyyah akan menghasilkan musuh-musuh besar di kemudian hari, seperti Imam al-Haramayn dan Abu Sahl Muhammad bin Imam al-Muwaffaq.Seperti al-Kunduri, Nizam al-Mulk juga memanfaatkan rivalitas yang ada diantara faksi-faksi. Perbedaannya adalah kecermatan Nizam dalam mendekati masalah dan estimasinya yang brilian. Tidak diragukan lagi bahwa Nizam cerdik-cendekia dan bijak dalam menyelesaikan setiap persoalan. Karyanya mengenai persoalan-persoalan pemerintahan yang bias kit abaca sampai sekarang merupakan salah satu buktinya. Selama 20 tahun pemerintahan Maliksyah, kekuasaan Nizam benar-benar mutlak. Dialah penguasa riil di Kerajaan Seljuk, sebuah posisi yang juga diidam-idamkan oleh al-Kunduri tetapi ia gagal meraihnya.Pada hari kemenangan Nizam al-Mulk, keputusan sepenuhnya berada di tangannya. Sebagai politisi yang bijak dan ulung, dia memilih cara memeperoleh simpati masyarakat dengan cara memperbanyak madrasah Nizamiyah, memanfaatkan ulama-ulama Syafiiyyah dan memperkuat institusi-institusi Syafiiyyah secara umum. Apa yang ia lakukan ternyata berbuah besar. Beberapa ulama Syafiiyyah-Ashariyyah abad ini, seperti Imam Haramayn dan Imam al-Ghazali memberikan sumbangan besar terhadap lembaga-lembaga pendidikannya. Dia mendirikan begitu banyak madrasah dari Khurasan di timur hingga Syria dan Mesopotamia di barat. Imam al-Haramayn bukan hanya memiliki otoritas besar di madrasah Nizamiyah Khurasan, yakni madrasah yang dipercayakan sepenuhnya oleh Nizam al-Mulk kepadanya, melainkan juga menjadi khatib yang disegani di Nishapur. Sebagian besar posisi penting keagamaan di pemerintahan dipegang para ulama Syafiiyyah-Asyariyyah, sedangkan posisi yang kurang penting dipegang oleh Hanafiyyah. Disebabkan madrasah yang berkembang pesat dan penurunan pajak rakyat, aghniya (jutawan dermawan) dengan tulus mendukung proyek madrasah dengan sumbangan mereka yang berupa sedekah dan wakaf. Ini berarti bahwa madrasah-madrasah yang didirikan Nizam dengan mantap disponsori oleh penguasa dan rakyat.Dengan demikian, gerakan-gerakan madrasah ini bias dipandang sebagai upaya reaksi terhadap gerakan Syiah yang sebagian besar di barat, terutama di Mesir (Universitas Al-Azhar), atau dilihat sebagai upaya untuk mengimbangi rekayasa pendidikan yang dilancarkan sebelumnya oleh Hanafiyyah di Nishapur. Tetapi yang jelas rekayasa pendirian madrasah-madrasah di bawah kekuasaan Nizam itu merupakan symbol kemenangan Sunni sekaligus sebagai buah yang dipetik oleh wazir besar Nizam al-Mulk atas keberhasilannya dalam menangani konflik-konflik interen dalam masyarakat.[footnoteRef:37] [37: Abdurrahman Masud, Menggagas Format Pendidikan Nondikotomik,, hlm. 106]

G. Keruntuhan Madrasah Nizamiyah Madrasah Nizamiyah sedikit demi sedikit mengalami kemunduran setelah wafatnya Nizam al-Mulk. Madrasah yang sistem pendidikan dan organisasinya ditiru di Eropa ini sempat berjaya sampai akhir abad ke-14, ketika Timur Lenk menghancurkan Baghdad. Timur Lenk dengan bala tentaranya menyerbu kota Baghdad dan menghancurkan segala peradaban serta membantai ribuan orang di wilayah yang ditaklukkannya. Baghdad hancur lebur sekitar tahun 1393 M.[footnoteRef:38] [38: Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam,..., hlm. 120]

Setelah kematian Nizam al-Mulk pada tahun 1092 M, kebijakan saljuk terombang ambing di antara pemihakan Hanafiyah dan Pemihakan terhadap Syafiiyyah. Sampai pada pertengahan abad keduabelas warga Hanafiyah meraih keberuntungan, tetapi pada paro kedua dari abad ini hambaliyah dan Syafiiyyah merebut kembali dan di untungkan dengan sejumlah perguruan yang baru.[footnoteRef:39] [39: Ira M. Lapidus, Terjemahan Ghufron A. Masadi, A History of Islamic Societies,,hlm. 265-266]

Kemudian faktor kemunduran Saljuk terjadi disebabkan oleh perebutan kekuasaan di antara orang saljuk di samping para pemimpin tingkat provinsi menyatakan memisahkan diri dari Saljuk.[footnoteRef:40] Selain itu bencana terbesar Bani Saljuk adalah adanya gerakan Batiniah Ismailiyah yang berasal dari Syiah Fatimiah dibawah Pimpinan Hasan Bin Shabbah. Berkuasanya bani Saljuk secara utuh hanya sampai pada tahun 1154 M, masa sesudahnya kekhalifahan Abbasyiah sebenarnya bebas dari pengaruh manapun, namun secara perlahan tapi pasti menuju kehancuran.[footnoteRef:41] [40: Syamsul Bakri, Peta Sejarah Peradaban Islam, , hlm. 90] [41: Istianah Abu Bakar, Sejarah Peradaban Islam (Malang; UIN PRESS, 2008), hlm. 76]

H. Aplikasi Madrasah Nizhamiyah terhadap Sistem Pendidikan Modern

Ada beberapa hal yang dapat di ambil dari sejarah berdirinya madrasah Nizhamiyah serta perkembanganya, dan dapat diaplikasikan ke sistem pendidikan Islam dewasa ini antara lain:1. Madrasah sebagai institusi pendidikan Islam di jadikan sebagai sarana atau wadah dalam menghidupkan mazhab-mazhab; mazhab Sunni dan paham teologi Asyariyah.2. Madrasah sebagai Institusi pendidikan Islam juga di jadikan sebagai tempat untuk pengembangan Ilmu-Ilmu Islam antara lain Ilmu Fiqih, Al quran dan tafsir, Hadis, Ilmu hadis, nahwu ,sharaf, bahasa arab dan kesusasteraan.3. Madrasah sebagai Institusi pendidikan Islam dijadikan sebagai panjang tangan untuk memperhatikan kekuasaan dan pergumulan pemikiran keagamaan, sehingga banyak madrasah nizhamiyah didirikan diberbagai daerah; kota Balkh, nisabur, Isfahan Mosul,Basra, Tibristan dll4. Nizam al-Mulk dalam mengelola pendidikan baik sebagai pencetus ide pertama berdirinya, sekaligus sebagai bagian dari pemerintah saat itu, selalu menunjukkan kesungguhannya hal ini tercermin dalam kesediaan menyisihkan waktunya untuk memantau secara langsung proses pendidikan dengan mengadakan kunjungan kemadrasah madrasah Nizamiyyah diberbagai kota. Bahkan Ia ikut terlibat dalam menyimak dan mendengarkan kuliah kuliah yang diberikan dan jga ikut memberikan sumbangan pemikiran di depan para pelajar di madrasah tersebut.5. Madrasah Nizhamiyah sebagi institusi pendidikan Islam Mengajarkan Al Quran, membaca, menghafal dan menulis ( sebagai pusat kurikulum) satra arab dan sejarah Nabi Saw dan berhitung serta menitik beratkan pada mazhab syafii dan teologi Asyariyah. Tenaga pengajar selalu berdiri didepan ruang kelas menyajikan materi-materi kuliah sementara pelajar mendengarkan dengan khidmat sambil mencatat, selanjutnya diadakan dialog (antara murid dan guru) terkait dengan materi-materi yg dibahas.6. Status para pengajar ditentukan pengangkatannya oleh pemerintah7. Keterlibatan pemerintah tidak hanya sebatas perhatiannya saja, namun juga telah menyediakan alokasi dana yang cukup besar untuk keperluan fisik dan non fisik ( beasiswa bagi pelajar, pensiun bagi pengajar).8. Proses pendirian madrasah Nizhamiyah telah mendapat dukungan dari berbagai pihak, pemerintah dan ulama dan masyarakat, hal ini menunjukkan bahwa madrasah Nizamiyyah merupakan kemauan dan keinginan bersama bukan sepihak. Disamping itu juga ia bisa dijadikan sebagai cermin dalam mencermati gambaran dan kondisi masyarakat saat itu.[footnoteRef:42] [42: Suwito dan Fauzan, Sejarah Sosial Pendidikan Islam,, hlm. 218]

BAB IIIPENUTUPKesimpulanMadrasah Nizamiyah adalah sebuah lembaga pendidikan dalam bentuk madrasah yang dikelola oleh pemerintah pada masa bani Saljuk. madrasah ini mempunyai corak yang berbeda dari lembaga pendidikan sebelumnya. madrasah ini didirikan di kota Baghdad dan sekitarnya (ditemui hamper disetiap daerah). madrasah Nizamiyah didirikan oleh perdana menteri yang mempunyai perhatian besar terhadap ilmu pengetahuan dan pendidikan disamping ilmu factor politik dan keagamaan. Perdana menteri itu bernama Nizam al-Mulk dengan memakai system modern.Madrasah Nizamiyah mempunyai manajemen yang bagus, dikelola dengan baik seperti dapat dilihat dari segi pendanaan, gedung-gedung yang gabus dan dalam jumlah yang banyak. Guru-guru digaji selama masa jabatannya, perpustakaan yang lengkap, asrama dan makan untuk mahasiswanya, biasanya sekolah gratis dan kurikulum di tetapkan oleh pemerintah Baghdad.Madrasah ini didukung oleh para ulama terkenal dan termasyhur pada zamannya, bahkan sampai sekarang. madrasah Nizamiyah menjadi inspirasi madrasah-madrasah Islam zaman sekarang serta merupakan prototype fakultas-fakultas yang sekarang banyak ditiru di lembaga pendidikan zaman sekarang. Pada saat berdirinya madrasah Nizamiyah ini banyak bermunculan para ilmuan yang sangat terkenal, salah satunya adalah Imam Al-Ghozali. Kemudian Imam Al-Ghozali banyak memberikan sumbangsi pemikiran-pemikiran pendidikan, terutama bidang tasawuf.Materi yang diberikan madrasah Nizamiyah adalah diarahkan untuk mengembangkan mazhab Sunni dan melemahkan mazhab Syiah serta Mutazilah. Oleh karena itu materinya lebih berorientasi pada ilmu keagamaan melalui empat mazhab, tetapi yang menonjol adalah mazhab Syafii. Para lulusannya dipersilahkan untuk duduk di pemerintahan Saljuk yang bermazhab Sunni.

DAFTAR RUJUKANAsari, Hasan. Menyingkap Zaman Keemasan Islam, Edisi Revisi (Bandung: Cita pustaka Media, 2007.

Bakar, Istianah Abu. Sejarah Peradaban Islam, (Malang; UIN PRESS, 2008).

Bakri, Syamsul. Peta Sejarah Peradaban Islam (Yogyakarta: Fajar Media Press, 2011).

Bilgrami, Hamid Hasan., The Concept of Islamic University, terj. Machnum Husein, Konsep Universitas Islam (Yogyakarta: Tiara Wacana, 1989).

Hidayatullah, Tim Penulis IAIN Syarif. Ensiklopedi Islam Indonesia (Jakarta: Djambatan, 1992).

http://yherlanti.wordpress.com, diunduh 13 April 2015

Islam, Dewan Redaksi Ensiklopedi. Ensiklopedi Islam jilid 4, cetakan ke-10 (Jakarta: PT Ichtiar Baru Van Hoeve, 2002).

Kitti, Philip H, terjemahan R. Cecep Lukman yasin & Dedi Slamet Riyadi, terjemahan History of the Arabs (Jakarta: Serambi Ilmu Semesta, 2006).

Lapidus, Ira M, Terjemahan Ghufron A. Masadi, A History of Islamic Societies, terjemahan Sejarah Sosial Ummat Islam, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1999).

Masud, Abdurrahman. Menggagas Format Pendidikan Nondikotomik (Yogyakarta: Gama Media, 2002).

Mukti, Abd. Konstruksi Pendidikan Islam (Belajar Dari Kejayaan madrasah Nizamiyah Dinasti Saljuk) (Bandung: Citapustaka Media, Cet.I, 2007).

Nata, Abuddin. Sejarah Pendidikan Islam: Pada Periode Klasik dan Pertengahan (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2004).

Nizar, Samsul. Sejarah Pendidikan Islam, cet. Ke-1 (Jakarta: Kencana, 2007).

Suwito, dan fauzan. Sejarah Sosial Pendidikan Islam (Jakarta: Kencana, 2008).

Tim Penulis Majelis Ulama Indonesia (MUI), Mengenal & Mewaspadai Penyimpangan Syiah di Indonesia (Jakarta: : 2013).

Yatim, Badri. Sejarah Peradaban Islam, cet. 24 (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2013).Yunus, Mahmud. Sejarah Pendidikan Islam, cet. Ke-6 (Jakarta: PT. Hidakarya Agung, 1990).