sejarah arsitektur gedung gelora bung karno

20
SEJARAH ARSITEKTUR BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Arsitektur adalah seni dan ilmu dalam merancang bang unan. Dalam artian yang lebih luas, arsitektur mencakup merancang dan membangun keseluruhan lingkungan binaan, mulai dari level makro yaitu perencanaan kota, perancangan perkotaan, arsitektur lansekap, hingga ke level mikro yaitu desain bangunan, desain perabot dan desain produk. Arsitektur juga merujuk kepada hasil-hasil proses perancangan tersebut. Menurut Vitruvius di dalam bukunya De Architectura (yang merupakan sumber tertulis paling tua yang masih ada hingga sekarang), bangunanyang baik haruslah memilik Keindahan / Estetika (Venustas), Kekuatan (Firmitas), dan Kegunaan / Fungsi (Utilitas); arsitektur dapat dikatakan sebagai keseimbangan dan koordinasi antara ketiga unsur tersebut, dan tidak ada satu unsur yang melebihi unsur lainnya. Dalam definisi modern, arsitektur harus mencakup pertimbangan fungsi, estetika, dan psikologis. Namun, dapat dikatakan pula bahwa unsur fungsi itu sendiri di 1

Upload: hermawan66

Post on 14-Jun-2015

2.958 views

Category:

Documents


4 download

TRANSCRIPT

Page 1: Sejarah Arsitektur Gedung Gelora Bung Karno

SEJARAH ARSITEKTUR

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Arsitektur adalah seni dan ilmu dalam merancang bang

unan. Dalam artian yang lebih luas, arsitektur mencakup

merancang dan membangun keseluruhan lingkungan

binaan, mulai dari level makro yaitu perencanaan

kota, perancangan perkotaan, arsitektur lansekap, hingga

ke level mikro yaitu desain bangunan, desain

perabot dan desain produk. Arsitektur juga merujuk kepada

hasil-hasil proses perancangan tersebut.

Menurut Vitruvius di dalam bukunya De Architectura (yang

merupakan sumber tertulis paling tua yang masih ada hingga

sekarang), bangunanyang baik haruslah memilik Keindahan /

Estetika (Venustas), Kekuatan (Firmitas), dan Kegunaan / Fungsi

(Utilitas); arsitektur dapat dikatakan sebagai keseimbangan dan

koordinasi antara ketiga unsur tersebut, dan tidak ada satu unsur

yang melebihi unsur lainnya. Dalam definisi modern, arsitektur

harus mencakup pertimbangan fungsi, estetika, dan psikologis.

Namun, dapat dikatakan pula bahwa unsur fungsi itu sendiri di

dalamnya sudah mencakup baik unsur estetika maupun psikologis.

Arsitektur adalah bidang multi-dispilin, termasuk di dalamnya

adalah matematika, sains, seni, teknologi, humaniora, politik, sejara

h, filsafat, dan sebagainya. Mengutip Vitruvius, "Arsitektur adalah

ilmu yang timbul dari ilmu-ilmu lainnya, dan dilengkapi dengan

proses belajar: dibantu dengan penilaian terhadap karya tersebut

1

Page 2: Sejarah Arsitektur Gedung Gelora Bung Karno

SEJARAH ARSITEKTUR

sebagai karya seni". Ia pun menambahkan bahwa seorang arsitek

harus fasih di dalam bidang musik, astronomi, dsb. Filsafat adalah

salah satu yang utama di dalam pendekatan arsitektur.

Rasionalisme, empirisisme, fenomenologi strukturalisme , post-

strukturalisme, dan  dekonstruktivisme  adalah beberapa arahan

dari filsafat yang mempengaruhi arsitektur.

Pentingnya teori untuk menjadi rujukan praktek tidak boleh

terlalu ditekankan, meskipun banyak arsitek mengabaikan teori

sama sekali. Vitruvius berujar: "Praktek dan teori adalah akar

arsitektur. Praktek adalah perenungan yang berkelanjutan terhadap

pelaksanaan sebuah proyek atau pengerjaannya dengan tangan,

dalam proses konversi bahan bangunan dengan cara yang terbaik.

Teori adalah hasil pemikiran beralasan yang menjelaskan proses

konversi bahan bangunan menjadi hasil akhir sebagai jawaban

terhadap suatu persoalan. Seorang arsitek yang berpraktek tanpa

dasar teori tidak dapat menjelaskan alasan dan dasar mengenai

bentuk-bentuk yang dia pilih. Sementara arsitek yang berteori

tanpa berpraktek hanya berpegang kepada "bayangan" dan

bukannya substansi. Seorang arsitek yang berpegang pada teori

dan praktek, ia memiliki senjata ganda. Ia dapat membuktikan

kebenaran hasil rancangannya dan juga dapat mewujudkannya

dalam pelaksanaan".

Arsitektur lahir dari dinamika antara kebutuhan (kebutuhan

kondisi lingkungan yang kondusif, keamanan, dsb), dan cara (bahan

bangunan yang tersedia dan teknologi konstruksi). Arsitektur

prasejarah dan primitif merupakan tahap awal dinamika ini.

Kemudian manusia menjadi lebih maju dan pengetahuan mulai

terbentuk melalui tradisi lisan dan praktek-praktek, arsitektur

2

Page 3: Sejarah Arsitektur Gedung Gelora Bung Karno

SEJARAH ARSITEKTUR

berkembang menjadi ketrampilan. Pada tahap ini lah terdapat

proses uji coba, improvisasi, atau peniruan sehingga menjadi hasil

yang sukses. Seorang arsitek saat itu bukanlah seorang figur

penting, ia semata-mata melanjutkan tradisi. Arsitektur

Vernakular lahir dari pendekatan yang demikian dan hingga kini

masih dilakukan di banyak bagian dunia.

Permukiman manusia di masa lalu pada dasarnya

bersifat rural. Kemudian timbullah surplus produksi, sehingga

masyarakat rural berkembang menjadi masyarakat urban.

Kompleksitas bangunan dan tipologinya pun meningkat. Teknologi

pembangunan fasilitas umum seperti jalan dan jembatan pun

berkembang. Tipologi bangunan baru seperti sekolah, rumah sakit,

dan sarana rekreasi pun bermunculan. Arsitektur Religius tetap

menjadi bagian penting di dalam masyarakat. Gaya-gaya arsitektur

berkembang, dan karya tulis mengenai arsitektur mulai

bermunculan. Karya-karya tulis tersebut menjadi kumpulan aturan

(kanon) untuk diikuti khususnya dalam pembangunan arsitektur

religius. Contoh kanon ini antara lain adalah karya-karya tulis oleh

Vitruvius, atau Vaastu Shastra dari India purba. Di

periode Klasik dan Abad Pertengahan  Eropa, bangunan bukanlah

hasil karya arsitek-arsitek individual, tetapi asosiasi profesi (guild)

dibentuk oleh para artisan / ahli keterampilan bangunanuntuk

mengorganisasi proyek.

Pada masa Pencerahan, humaniora dan penekanan terhadap

individual menjadi lebih penting daripada agama, dan menjadi awal

yang baru dalam arsitektur. Pembangunan ditugaskan kepada

arsitek-arsitek individual - Michaelangelo, Brunelleschi, Leonardo da

Vinci - dan kultus individu pun dimulai. Namun pada saat itu, tidak

3

Page 4: Sejarah Arsitektur Gedung Gelora Bung Karno

SEJARAH ARSITEKTUR

ada pembagian tugas yang jelas antara seniman, arsitek,

maupun insinyur atau bidang-bidang kerja lain yang berhubungan.

Pada tahap ini, seorang seniman pun dapat merancang jembatan

karena penghitungan struktur di dalamnya masih bersifat umum.

Bersamaan dengan penggabungan pengetahuan dari

berbagai bidang ilmu (misalnya engineering), dan munculnya

bahan-bahan bangunan baru serta teknologi, seorang arsitek

menggeser fokusnya dari aspek teknis bangunan menuju

ke estetika. Kemudian bermunculanlah "arsitek priyayi" yang

biasanya berurusan dengan bouwheer (klien)kaya dan

berkonsentrasi pada unsur visual dalam bentuk yang merujuk pada

contoh-contoh historis. Pada abad ke-19, Ecole des Beaux Arts di

Prancis melatih calon-calon arsitek menciptakan sketsa-sketsa dan

gambar cantik tanpa menekankan konteksnya.

Sementara itu, Revolusi Industri membuka pintu untuk

konsumsi umum, sehingga estetika menjadi ukuran yang dapat

dicapai bahkan oleh kelas menengah. Dulunya produk-produk

berornamen estetis terbatas dalam lingkup keterampilan yang

mahal, menjadi terjangkau melalui produksi massal. Produk-produk

sedemikian tidaklah memiliki keindahan dan kejujuran dalam

ekspresi dari sebuah proses produksi.

Ketidakpuasan terhadap situasi sedemikian pada awal abad

ke-20 melahirkan pemikiran-pemikiran yang mendasari Arsitektur

Modern, antara lain, Deutscher Werkbund (dibentuk 1907) yang

memproduksi obyek-obyek buatan mesin dengan kualitas yang

lebih baik merupakan titik lahirnya profesi dalam bidang desain

industri. Setelah itu, sekolah Bauhaus (dibentuk di Jerman tahun

4

Page 5: Sejarah Arsitektur Gedung Gelora Bung Karno

SEJARAH ARSITEKTUR

1919) menolak masa lalu sejarah dan memilih melihat arsitektur

sebagai sintesa seni, ketrampilan, dan teknologi.

Ketika Arsitektur Modern mulai dipraktekkan, ia adalah

sebuah pergerakan garda depan dengan dasar moral, filosofis, dan

estetis. Kebenaran dicari dengan menolak sejarah dan menoleh

kepada fungsi yang melahirkan bentuk. Arsitek lantas menjadi figur

penting dan dijuluki sebagai "master". Kemudian arsitektur modern

masuk ke dalam lingkup produksi masal karena kesederhanaannya

dan faktor ekonomi.

Namun, masyarakat umum merasakan adanya penurunan

mutu dalam arsitektur modern pada tahun 1960-an, antara lain

karena kekurangan makna, kemandulan, keburukan, keseragaman,

serta dampak-dampak psikologisnya. Sebagian arsitek

menjawabnya melalui Arsitektur Post-Modern dengan usaha

membentuk arsitektur yang lebih dapat diterima umum pada

tingkat visual, meski dengan mengorbankan kedalamannya.Robert

Venturi berpendapat bahwa "gubuk berhias / decorated shed"

(bangunan biasa yang interior-nya dirancang secara fungsional

sementara eksterior-nya diberi hiasan) adalah lebih baik daripada

sebuah "bebek / duck" (bangunan di mana baik bentuk dan

fungsinya menjadi satu). Pendapat Venturi ini menjadi dasar

pendekatan Arsitektur Post-Modern.

Sebagian arsitek lain (dan juga non-arsitek) menjawab

dengan menunjukkan apa yang mereka pikir sebagai akar

masalahnya. Mereka merasa bahwa arsitektur bukanlah perburuan

filosofis atau estetis pribadi oleh perorangan, melainkan arsitektur

haruslah mempertimbangkan kebutuhan manusia sehari-hari dan

menggunakan teknologi untuk mencapai lingkungan yang dapat

5

Page 6: Sejarah Arsitektur Gedung Gelora Bung Karno

SEJARAH ARSITEKTUR

ditempati. Design Methodology Movementyang melibatkan orang-

orang seperti Chris Jones atau Christopher Alexander mulai mencari

proses yang lebih inklusif dalam perancangan, untuk mendapatkan

hasil yang lebih baik. Peneilitian mendalam dalam berbagai bidang

seperti perilaku, lingkungan, dan humaniora dilakukan untuk

menjadi dasar proses perancangan.

Bersamaan dengan meningkatnya

kompleksitas bangunan,arsitektur menjadi lebih multi-disiplin

daripada sebelumnya. Arsitektur sekarang ini membutuhkan

sekumpulan profesional dalam pengerjaannya. Inilah keadaan

profesi arsitek sekarang ini. Namun demikian, arsitek individu masih

disukai dan dicari dalam perancangan bangunan yang bermakna

simbol budaya. Contohnya, sebuah museum senirupa menjadi lahan

eksperimentasi gaya dekonstruktivis sekarang ini, namun esok hari

mungkin sesuatu yang lain.

6

Page 7: Sejarah Arsitektur Gedung Gelora Bung Karno

SEJARAH ARSITEKTUR

BAB II

UNSUR BANGUNAN

A. Sejarah Gelora Bung Karno

Pada postingan sebelumnya saya ada membahas mengenai

proyek-proyek Negara pasa era orde lama presiden Soekarno

seperti pembangunan monas dan masjid Istiqlal. Sebuah

pencapaian yang oleh beliau pada sekitar tahun '50 hingga '60an.

Bukan tanpa alasan, maksud dan tujuan sang presiden pada saat

itu ingin menunjukkan pada dunia bahwa Indonesia bisa, bahwa

Indonesia megah. Kita sama-sama tahu sebelumnya dunia

7

Page 8: Sejarah Arsitektur Gedung Gelora Bung Karno

SEJARAH ARSITEKTUR

mengenal bahwa Indonesia baru saja merdeka dari penjajah,dan

bisa saja dunia berasumsi bahwa negara yang baru saja merdeka

tentulah masih dalam keadaan morat-marit (kenyataannya

memang begitu pada saat itu), daerahnya belum begitu ditata rapi,

daerahnya hancur habis digempur, tertinggal dan sebagainya.

Presiden Soekarno pada saat itu ingin merubah paradigma

dunia tentang citra Indonesia. Ia seolah-olah ingin kembali

mereinkarnasi kejayaan dan kemegahan Indonesia seperti zaman

dahulu kala. Kita ingat pendahulu Indonesia, ada Sriwijaya sebagai

negara maritim pertama dengan candi Borobudur sebagai warisan

termegah didunia dan Majapahit sebagai pemersatu nusantara.

Mega proyek yang dibangunpun waktunya bersamaan, tak

elak, sayapun berasumsi kalau lebih dari separuh APBN pada saat

itu disedot habis untuk membiayai proyek "bermegah-megahan" ala

Soekarno :D. Dan bisa jadi inilah awal dimana pemerintah pusat

lebih banyak membangun Jakarta ketimbang daerah-daerah lain.

Mau memikirkan mana? boro-boro Sumatera, Kalimantan,Sulawesi

atau Papua, daerah jawa saja pada saat itu juga banyak yang

tertinggal. Apalgi kampung halaman ku di Riau, wah masih rimba

mungkin :D. Dan lebih ironis itu, pembangunan dilakukan pada saat

sebagian besar penduduk Indonesia tergolong miskin.

8

Page 9: Sejarah Arsitektur Gedung Gelora Bung Karno

SEJARAH ARSITEKTUR

Ini salah satu gengsi Soekarno dalam menyambut peluang

dengan menawarkan Indonesia sebagai tuan rumah perhelatan

pesta olahrga akbar di Asia, Asian Games ke-IV. Setelah disetujui,

beliau langsung memerintahkan para bawahannya untuk segera

merancang suatu kompleks pusat olahraga moderen dan

terlengkap sekaligus sebagai taman public dan ruang terbuka hijau.

Bagaimana kisahnya hingga Senayan yang dijadikan sebagai lokasi

pembangunan? dan pembangunan ini mengorbankan 4 desa

dengan lebih 60.000 penduduk yang harus hengkang dari kampung

halamannya :o.

Dan pada saat itu kompleks gelora Bung Karno sangatlah

luas. Hingga pada akhirnya keluasannya itu harus terbagi untuk

pembangunan kantor-kantor pemerintahan dan swasta.

9

Page 10: Sejarah Arsitektur Gedung Gelora Bung Karno

SEJARAH ARSITEKTUR

Pada 21 Juli 1962, Stadion Utama berkapasitas 100 ribu

penonton sempurna dibangun. Di awal Februari 1960, tepatnya

pada tanggal 8 Februari Presiden pertama Ir Soekarno,

(Bung Karno) menancapkan tiang pancang Stadion Utama

sebagai pencanangan pembangunan kompleks Asian Games IV,

disaksikan wakil perdana menteri Uni Soviet, Anastas Mikoyan.

Pembangunannya didanai dengan kredit lunak dari Uni Soviet

sebesar 12,5 juta dollar AS yang kepastiannya diperoleh pada 23

Desember 1958. Ada hal yang istimewa tentang Stadion Utama ini.

Ciri khas bangunan ini adalah ‘atap temu gelang’ berbentuk oval.

Sumbu panjang bangunan (utara-selatan) sepanjang 354 meter,

sumbu pendek (timur-barat) sepanjang 325 meter. Stadion ini

dikelilingi oleh jalan lingkar luar (athletic tracks) sepanjang 920

meter. Bagian dalam terdapat lapangan sepakbola berukuran 105 x

70 meter, berikut lintasan berbentuk elips, dengan sumbu panjang

176,1 meter dan sumbu pendek 124,2 meter.

Dengan kapasitas sekitar 100.000 orang, stadion yang mulai

dibangun pada pertengahan tahun 1958 dan penyelesaian fase

pertama-nya pada kuartal ketiga 1962 ini merupakan salah satu

yang terbesar di dunia. Menjelang Piala Asia 2007, dilakukan

renovasi pada stadion yang mengurangi kapasitas stadion menjadi

10

Page 11: Sejarah Arsitektur Gedung Gelora Bung Karno

SEJARAH ARSITEKTUR

88.083 penonton.

Dalam rangka de-Soekarnoisasi, pada masa Orde Baru,

nama Stadion ini diubah menjadi Stadion Utama Senayan. Setelah

bergulirnya gelombang reformasi pada 1998, nama Stadion ini

dikembalikan kepada namanya semula melalui Surat Keputusan

Presiden No. 7/2001.

Pengelola stadion ini adalah Yayasan Gelora Bung Karno,

yang hingga saat ini masih dipercaya sebagai operator kompleks

Gelanggang Olahraga Bung Karno.

Pada era Yayasan Gelanggang Olahraga Senayan ini, terjadi

banyak penyimpangan sehingga kawasan Geloran Bung Karno yang

11

Page 12: Sejarah Arsitektur Gedung Gelora Bung Karno

SEJARAH ARSITEKTUR

semula luasnya 279,1 hektar ini telah menyusut hingga tinggal

136,84 hektar ( 49 % ) saja.

Dari jumlah yang 51 % itu, 67,52 hektar atau sekitar 24,2 %

dari luas semula digunakan untuk berbagai bangunan pemerintah

seperti gedung MPR/DPR, Kantor Departemen Kehutanan, Kantor

Departemen Pendidikan Nasional, Gedung TVRI, Graha Pemuda,

Kantor Keluragan Gelora, SMU Negeri 24, Puskesmas, dan rumah

makan.

Sisanya, yang 26,7 % atau 74,4 hektar disewakan atau dijual

untuk berbagai bangunan seperti misalnya kepada Hotel Hilton,

kompleks perdagangan Ratu Plaza, Hotel Mulia, Hotel Atlet Century

Park (dahulu Wisma Atlet Senayan), Taman Ria Remaja Senayan,

Wisma Fairbanks, Plaza Senayan dan berbagai bangunan komersial

lainnya.

Meski GBK kemudian “dikepung” berbagai gedung yang

bukan untuk olahraga, fungsinya sebagai ruang terbuka hijau tetap

dipertahankan. Melalui kerja sama dengan Pemda DKI Jakarta

disusun Rencana Induk Kawasan Gelora Senayan yang menetapkan

Koefisien Dasar Bangunan maksimum 20 persen.

12

Page 13: Sejarah Arsitektur Gedung Gelora Bung Karno

SEJARAH ARSITEKTUR

Ini berarti 80 persen dari luas kawasan dipertahankan tetap

terbuka. Ruang terbuka itu kemudian menjadi 84 persen setelah

13

Page 14: Sejarah Arsitektur Gedung Gelora Bung Karno

SEJARAH ARSITEKTUR

peningkatan dan penataan Parkir Timur menjadi Taman Parkir,

pembangunan gerbang di Plasa Selatan (menghadap ke Jalan

Jenderal Sudirman), dan penggantian pagar lingkungan pada

pertengahan 2004.

14

Page 15: Sejarah Arsitektur Gedung Gelora Bung Karno

SEJARAH ARSITEKTUR

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Bangunan adalah produksi manusia yang paling kasat mata.

Namun, kebanyakan bangunan masih dirancang oleh

masyarakat sendiri atau tukang-tukang batu di negara-negara

berkembang, atau melalui standar produksi di negara-negara

maju. Arsitek tetaplah tersisih dalam produksi bangunan.

Keahlian arsitek hanya dicari dalam pembangunan

tipe bangunan yang rumit, atau bangunan yang memiliki makna

budaya/politis yang penting. Dan inilah yang diterima oleh

masyarakat umum sebagai arsitektur. Peran arsitek, meski

senantiasa berubah, tidak pernah menjadi yang utama dan

tidak pernah berdiri sendiri. Selalu akan ada dialog antara

masyarakat dengan sang arsitek. Dan hasilnya adalah sebuah

dialog yang dapat dijuluki sebagai arsitektur, sebagai sebuah

produk dan sebuah disiplin ilmu.

B. Saran

Pentingnya teori untuk menjadi rujukan praktek tidak boleh

terlalu ditekankan, meskipun banyak arsitek mengabaikan teori

sama sekali. Vitruvius berujar: "Praktek dan teori adalah akar

arsitektur. Praktek adalah perenungan yang berkelanjutan

terhadap pelaksanaan sebuah proyek atau pengerjaannya

dengan tangan, dalam proses konversi bahan bangunan dengan

15

Page 16: Sejarah Arsitektur Gedung Gelora Bung Karno

SEJARAH ARSITEKTUR

cara yang terbaik. Teori adalah hasil pemikiran beralasan yang

menjelaskan proses konversi bahan bangunan menjadi hasil

akhir sebagai jawaban terhadap suatu persoalan. Seorang

arsitek yang berpraktek tanpa dasar teori tidak dapat

menjelaskan alasan dan dasar mengenai bentuk-bentuk yang

dia pilih. Sementara arsitek yang berteori tanpa berpraktek

hanya berpegang kepada "bayangan" dan bukannya substansi.

Seorang arsitek yang berpegang pada teori dan praktek, ia

memiliki senjata ganda. Ia dapat membuktikan kebenaran hasil

rancangannya dan juga dapat mewujudkannya dalam

pelaksanaan".

16