sejarah arsitektur gedung gelora bung karno
TRANSCRIPT
SEJARAH ARSITEKTUR
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Arsitektur adalah seni dan ilmu dalam merancang bang
unan. Dalam artian yang lebih luas, arsitektur mencakup
merancang dan membangun keseluruhan lingkungan
binaan, mulai dari level makro yaitu perencanaan
kota, perancangan perkotaan, arsitektur lansekap, hingga
ke level mikro yaitu desain bangunan, desain
perabot dan desain produk. Arsitektur juga merujuk kepada
hasil-hasil proses perancangan tersebut.
Menurut Vitruvius di dalam bukunya De Architectura (yang
merupakan sumber tertulis paling tua yang masih ada hingga
sekarang), bangunanyang baik haruslah memilik Keindahan /
Estetika (Venustas), Kekuatan (Firmitas), dan Kegunaan / Fungsi
(Utilitas); arsitektur dapat dikatakan sebagai keseimbangan dan
koordinasi antara ketiga unsur tersebut, dan tidak ada satu unsur
yang melebihi unsur lainnya. Dalam definisi modern, arsitektur
harus mencakup pertimbangan fungsi, estetika, dan psikologis.
Namun, dapat dikatakan pula bahwa unsur fungsi itu sendiri di
dalamnya sudah mencakup baik unsur estetika maupun psikologis.
Arsitektur adalah bidang multi-dispilin, termasuk di dalamnya
adalah matematika, sains, seni, teknologi, humaniora, politik, sejara
h, filsafat, dan sebagainya. Mengutip Vitruvius, "Arsitektur adalah
ilmu yang timbul dari ilmu-ilmu lainnya, dan dilengkapi dengan
proses belajar: dibantu dengan penilaian terhadap karya tersebut
1
SEJARAH ARSITEKTUR
sebagai karya seni". Ia pun menambahkan bahwa seorang arsitek
harus fasih di dalam bidang musik, astronomi, dsb. Filsafat adalah
salah satu yang utama di dalam pendekatan arsitektur.
Rasionalisme, empirisisme, fenomenologi strukturalisme , post-
strukturalisme, dan dekonstruktivisme adalah beberapa arahan
dari filsafat yang mempengaruhi arsitektur.
Pentingnya teori untuk menjadi rujukan praktek tidak boleh
terlalu ditekankan, meskipun banyak arsitek mengabaikan teori
sama sekali. Vitruvius berujar: "Praktek dan teori adalah akar
arsitektur. Praktek adalah perenungan yang berkelanjutan terhadap
pelaksanaan sebuah proyek atau pengerjaannya dengan tangan,
dalam proses konversi bahan bangunan dengan cara yang terbaik.
Teori adalah hasil pemikiran beralasan yang menjelaskan proses
konversi bahan bangunan menjadi hasil akhir sebagai jawaban
terhadap suatu persoalan. Seorang arsitek yang berpraktek tanpa
dasar teori tidak dapat menjelaskan alasan dan dasar mengenai
bentuk-bentuk yang dia pilih. Sementara arsitek yang berteori
tanpa berpraktek hanya berpegang kepada "bayangan" dan
bukannya substansi. Seorang arsitek yang berpegang pada teori
dan praktek, ia memiliki senjata ganda. Ia dapat membuktikan
kebenaran hasil rancangannya dan juga dapat mewujudkannya
dalam pelaksanaan".
Arsitektur lahir dari dinamika antara kebutuhan (kebutuhan
kondisi lingkungan yang kondusif, keamanan, dsb), dan cara (bahan
bangunan yang tersedia dan teknologi konstruksi). Arsitektur
prasejarah dan primitif merupakan tahap awal dinamika ini.
Kemudian manusia menjadi lebih maju dan pengetahuan mulai
terbentuk melalui tradisi lisan dan praktek-praktek, arsitektur
2
SEJARAH ARSITEKTUR
berkembang menjadi ketrampilan. Pada tahap ini lah terdapat
proses uji coba, improvisasi, atau peniruan sehingga menjadi hasil
yang sukses. Seorang arsitek saat itu bukanlah seorang figur
penting, ia semata-mata melanjutkan tradisi. Arsitektur
Vernakular lahir dari pendekatan yang demikian dan hingga kini
masih dilakukan di banyak bagian dunia.
Permukiman manusia di masa lalu pada dasarnya
bersifat rural. Kemudian timbullah surplus produksi, sehingga
masyarakat rural berkembang menjadi masyarakat urban.
Kompleksitas bangunan dan tipologinya pun meningkat. Teknologi
pembangunan fasilitas umum seperti jalan dan jembatan pun
berkembang. Tipologi bangunan baru seperti sekolah, rumah sakit,
dan sarana rekreasi pun bermunculan. Arsitektur Religius tetap
menjadi bagian penting di dalam masyarakat. Gaya-gaya arsitektur
berkembang, dan karya tulis mengenai arsitektur mulai
bermunculan. Karya-karya tulis tersebut menjadi kumpulan aturan
(kanon) untuk diikuti khususnya dalam pembangunan arsitektur
religius. Contoh kanon ini antara lain adalah karya-karya tulis oleh
Vitruvius, atau Vaastu Shastra dari India purba. Di
periode Klasik dan Abad Pertengahan Eropa, bangunan bukanlah
hasil karya arsitek-arsitek individual, tetapi asosiasi profesi (guild)
dibentuk oleh para artisan / ahli keterampilan bangunanuntuk
mengorganisasi proyek.
Pada masa Pencerahan, humaniora dan penekanan terhadap
individual menjadi lebih penting daripada agama, dan menjadi awal
yang baru dalam arsitektur. Pembangunan ditugaskan kepada
arsitek-arsitek individual - Michaelangelo, Brunelleschi, Leonardo da
Vinci - dan kultus individu pun dimulai. Namun pada saat itu, tidak
3
SEJARAH ARSITEKTUR
ada pembagian tugas yang jelas antara seniman, arsitek,
maupun insinyur atau bidang-bidang kerja lain yang berhubungan.
Pada tahap ini, seorang seniman pun dapat merancang jembatan
karena penghitungan struktur di dalamnya masih bersifat umum.
Bersamaan dengan penggabungan pengetahuan dari
berbagai bidang ilmu (misalnya engineering), dan munculnya
bahan-bahan bangunan baru serta teknologi, seorang arsitek
menggeser fokusnya dari aspek teknis bangunan menuju
ke estetika. Kemudian bermunculanlah "arsitek priyayi" yang
biasanya berurusan dengan bouwheer (klien)kaya dan
berkonsentrasi pada unsur visual dalam bentuk yang merujuk pada
contoh-contoh historis. Pada abad ke-19, Ecole des Beaux Arts di
Prancis melatih calon-calon arsitek menciptakan sketsa-sketsa dan
gambar cantik tanpa menekankan konteksnya.
Sementara itu, Revolusi Industri membuka pintu untuk
konsumsi umum, sehingga estetika menjadi ukuran yang dapat
dicapai bahkan oleh kelas menengah. Dulunya produk-produk
berornamen estetis terbatas dalam lingkup keterampilan yang
mahal, menjadi terjangkau melalui produksi massal. Produk-produk
sedemikian tidaklah memiliki keindahan dan kejujuran dalam
ekspresi dari sebuah proses produksi.
Ketidakpuasan terhadap situasi sedemikian pada awal abad
ke-20 melahirkan pemikiran-pemikiran yang mendasari Arsitektur
Modern, antara lain, Deutscher Werkbund (dibentuk 1907) yang
memproduksi obyek-obyek buatan mesin dengan kualitas yang
lebih baik merupakan titik lahirnya profesi dalam bidang desain
industri. Setelah itu, sekolah Bauhaus (dibentuk di Jerman tahun
4
SEJARAH ARSITEKTUR
1919) menolak masa lalu sejarah dan memilih melihat arsitektur
sebagai sintesa seni, ketrampilan, dan teknologi.
Ketika Arsitektur Modern mulai dipraktekkan, ia adalah
sebuah pergerakan garda depan dengan dasar moral, filosofis, dan
estetis. Kebenaran dicari dengan menolak sejarah dan menoleh
kepada fungsi yang melahirkan bentuk. Arsitek lantas menjadi figur
penting dan dijuluki sebagai "master". Kemudian arsitektur modern
masuk ke dalam lingkup produksi masal karena kesederhanaannya
dan faktor ekonomi.
Namun, masyarakat umum merasakan adanya penurunan
mutu dalam arsitektur modern pada tahun 1960-an, antara lain
karena kekurangan makna, kemandulan, keburukan, keseragaman,
serta dampak-dampak psikologisnya. Sebagian arsitek
menjawabnya melalui Arsitektur Post-Modern dengan usaha
membentuk arsitektur yang lebih dapat diterima umum pada
tingkat visual, meski dengan mengorbankan kedalamannya.Robert
Venturi berpendapat bahwa "gubuk berhias / decorated shed"
(bangunan biasa yang interior-nya dirancang secara fungsional
sementara eksterior-nya diberi hiasan) adalah lebih baik daripada
sebuah "bebek / duck" (bangunan di mana baik bentuk dan
fungsinya menjadi satu). Pendapat Venturi ini menjadi dasar
pendekatan Arsitektur Post-Modern.
Sebagian arsitek lain (dan juga non-arsitek) menjawab
dengan menunjukkan apa yang mereka pikir sebagai akar
masalahnya. Mereka merasa bahwa arsitektur bukanlah perburuan
filosofis atau estetis pribadi oleh perorangan, melainkan arsitektur
haruslah mempertimbangkan kebutuhan manusia sehari-hari dan
menggunakan teknologi untuk mencapai lingkungan yang dapat
5
SEJARAH ARSITEKTUR
ditempati. Design Methodology Movementyang melibatkan orang-
orang seperti Chris Jones atau Christopher Alexander mulai mencari
proses yang lebih inklusif dalam perancangan, untuk mendapatkan
hasil yang lebih baik. Peneilitian mendalam dalam berbagai bidang
seperti perilaku, lingkungan, dan humaniora dilakukan untuk
menjadi dasar proses perancangan.
Bersamaan dengan meningkatnya
kompleksitas bangunan,arsitektur menjadi lebih multi-disiplin
daripada sebelumnya. Arsitektur sekarang ini membutuhkan
sekumpulan profesional dalam pengerjaannya. Inilah keadaan
profesi arsitek sekarang ini. Namun demikian, arsitek individu masih
disukai dan dicari dalam perancangan bangunan yang bermakna
simbol budaya. Contohnya, sebuah museum senirupa menjadi lahan
eksperimentasi gaya dekonstruktivis sekarang ini, namun esok hari
mungkin sesuatu yang lain.
6
SEJARAH ARSITEKTUR
BAB II
UNSUR BANGUNAN
A. Sejarah Gelora Bung Karno
Pada postingan sebelumnya saya ada membahas mengenai
proyek-proyek Negara pasa era orde lama presiden Soekarno
seperti pembangunan monas dan masjid Istiqlal. Sebuah
pencapaian yang oleh beliau pada sekitar tahun '50 hingga '60an.
Bukan tanpa alasan, maksud dan tujuan sang presiden pada saat
itu ingin menunjukkan pada dunia bahwa Indonesia bisa, bahwa
Indonesia megah. Kita sama-sama tahu sebelumnya dunia
7
SEJARAH ARSITEKTUR
mengenal bahwa Indonesia baru saja merdeka dari penjajah,dan
bisa saja dunia berasumsi bahwa negara yang baru saja merdeka
tentulah masih dalam keadaan morat-marit (kenyataannya
memang begitu pada saat itu), daerahnya belum begitu ditata rapi,
daerahnya hancur habis digempur, tertinggal dan sebagainya.
Presiden Soekarno pada saat itu ingin merubah paradigma
dunia tentang citra Indonesia. Ia seolah-olah ingin kembali
mereinkarnasi kejayaan dan kemegahan Indonesia seperti zaman
dahulu kala. Kita ingat pendahulu Indonesia, ada Sriwijaya sebagai
negara maritim pertama dengan candi Borobudur sebagai warisan
termegah didunia dan Majapahit sebagai pemersatu nusantara.
Mega proyek yang dibangunpun waktunya bersamaan, tak
elak, sayapun berasumsi kalau lebih dari separuh APBN pada saat
itu disedot habis untuk membiayai proyek "bermegah-megahan" ala
Soekarno :D. Dan bisa jadi inilah awal dimana pemerintah pusat
lebih banyak membangun Jakarta ketimbang daerah-daerah lain.
Mau memikirkan mana? boro-boro Sumatera, Kalimantan,Sulawesi
atau Papua, daerah jawa saja pada saat itu juga banyak yang
tertinggal. Apalgi kampung halaman ku di Riau, wah masih rimba
mungkin :D. Dan lebih ironis itu, pembangunan dilakukan pada saat
sebagian besar penduduk Indonesia tergolong miskin.
8
SEJARAH ARSITEKTUR
Ini salah satu gengsi Soekarno dalam menyambut peluang
dengan menawarkan Indonesia sebagai tuan rumah perhelatan
pesta olahrga akbar di Asia, Asian Games ke-IV. Setelah disetujui,
beliau langsung memerintahkan para bawahannya untuk segera
merancang suatu kompleks pusat olahraga moderen dan
terlengkap sekaligus sebagai taman public dan ruang terbuka hijau.
Bagaimana kisahnya hingga Senayan yang dijadikan sebagai lokasi
pembangunan? dan pembangunan ini mengorbankan 4 desa
dengan lebih 60.000 penduduk yang harus hengkang dari kampung
halamannya :o.
Dan pada saat itu kompleks gelora Bung Karno sangatlah
luas. Hingga pada akhirnya keluasannya itu harus terbagi untuk
pembangunan kantor-kantor pemerintahan dan swasta.
9
SEJARAH ARSITEKTUR
Pada 21 Juli 1962, Stadion Utama berkapasitas 100 ribu
penonton sempurna dibangun. Di awal Februari 1960, tepatnya
pada tanggal 8 Februari Presiden pertama Ir Soekarno,
(Bung Karno) menancapkan tiang pancang Stadion Utama
sebagai pencanangan pembangunan kompleks Asian Games IV,
disaksikan wakil perdana menteri Uni Soviet, Anastas Mikoyan.
Pembangunannya didanai dengan kredit lunak dari Uni Soviet
sebesar 12,5 juta dollar AS yang kepastiannya diperoleh pada 23
Desember 1958. Ada hal yang istimewa tentang Stadion Utama ini.
Ciri khas bangunan ini adalah ‘atap temu gelang’ berbentuk oval.
Sumbu panjang bangunan (utara-selatan) sepanjang 354 meter,
sumbu pendek (timur-barat) sepanjang 325 meter. Stadion ini
dikelilingi oleh jalan lingkar luar (athletic tracks) sepanjang 920
meter. Bagian dalam terdapat lapangan sepakbola berukuran 105 x
70 meter, berikut lintasan berbentuk elips, dengan sumbu panjang
176,1 meter dan sumbu pendek 124,2 meter.
Dengan kapasitas sekitar 100.000 orang, stadion yang mulai
dibangun pada pertengahan tahun 1958 dan penyelesaian fase
pertama-nya pada kuartal ketiga 1962 ini merupakan salah satu
yang terbesar di dunia. Menjelang Piala Asia 2007, dilakukan
renovasi pada stadion yang mengurangi kapasitas stadion menjadi
10
SEJARAH ARSITEKTUR
88.083 penonton.
Dalam rangka de-Soekarnoisasi, pada masa Orde Baru,
nama Stadion ini diubah menjadi Stadion Utama Senayan. Setelah
bergulirnya gelombang reformasi pada 1998, nama Stadion ini
dikembalikan kepada namanya semula melalui Surat Keputusan
Presiden No. 7/2001.
Pengelola stadion ini adalah Yayasan Gelora Bung Karno,
yang hingga saat ini masih dipercaya sebagai operator kompleks
Gelanggang Olahraga Bung Karno.
Pada era Yayasan Gelanggang Olahraga Senayan ini, terjadi
banyak penyimpangan sehingga kawasan Geloran Bung Karno yang
11
SEJARAH ARSITEKTUR
semula luasnya 279,1 hektar ini telah menyusut hingga tinggal
136,84 hektar ( 49 % ) saja.
Dari jumlah yang 51 % itu, 67,52 hektar atau sekitar 24,2 %
dari luas semula digunakan untuk berbagai bangunan pemerintah
seperti gedung MPR/DPR, Kantor Departemen Kehutanan, Kantor
Departemen Pendidikan Nasional, Gedung TVRI, Graha Pemuda,
Kantor Keluragan Gelora, SMU Negeri 24, Puskesmas, dan rumah
makan.
Sisanya, yang 26,7 % atau 74,4 hektar disewakan atau dijual
untuk berbagai bangunan seperti misalnya kepada Hotel Hilton,
kompleks perdagangan Ratu Plaza, Hotel Mulia, Hotel Atlet Century
Park (dahulu Wisma Atlet Senayan), Taman Ria Remaja Senayan,
Wisma Fairbanks, Plaza Senayan dan berbagai bangunan komersial
lainnya.
Meski GBK kemudian “dikepung” berbagai gedung yang
bukan untuk olahraga, fungsinya sebagai ruang terbuka hijau tetap
dipertahankan. Melalui kerja sama dengan Pemda DKI Jakarta
disusun Rencana Induk Kawasan Gelora Senayan yang menetapkan
Koefisien Dasar Bangunan maksimum 20 persen.
12
SEJARAH ARSITEKTUR
Ini berarti 80 persen dari luas kawasan dipertahankan tetap
terbuka. Ruang terbuka itu kemudian menjadi 84 persen setelah
13
SEJARAH ARSITEKTUR
peningkatan dan penataan Parkir Timur menjadi Taman Parkir,
pembangunan gerbang di Plasa Selatan (menghadap ke Jalan
Jenderal Sudirman), dan penggantian pagar lingkungan pada
pertengahan 2004.
14
SEJARAH ARSITEKTUR
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Bangunan adalah produksi manusia yang paling kasat mata.
Namun, kebanyakan bangunan masih dirancang oleh
masyarakat sendiri atau tukang-tukang batu di negara-negara
berkembang, atau melalui standar produksi di negara-negara
maju. Arsitek tetaplah tersisih dalam produksi bangunan.
Keahlian arsitek hanya dicari dalam pembangunan
tipe bangunan yang rumit, atau bangunan yang memiliki makna
budaya/politis yang penting. Dan inilah yang diterima oleh
masyarakat umum sebagai arsitektur. Peran arsitek, meski
senantiasa berubah, tidak pernah menjadi yang utama dan
tidak pernah berdiri sendiri. Selalu akan ada dialog antara
masyarakat dengan sang arsitek. Dan hasilnya adalah sebuah
dialog yang dapat dijuluki sebagai arsitektur, sebagai sebuah
produk dan sebuah disiplin ilmu.
B. Saran
Pentingnya teori untuk menjadi rujukan praktek tidak boleh
terlalu ditekankan, meskipun banyak arsitek mengabaikan teori
sama sekali. Vitruvius berujar: "Praktek dan teori adalah akar
arsitektur. Praktek adalah perenungan yang berkelanjutan
terhadap pelaksanaan sebuah proyek atau pengerjaannya
dengan tangan, dalam proses konversi bahan bangunan dengan
15
SEJARAH ARSITEKTUR
cara yang terbaik. Teori adalah hasil pemikiran beralasan yang
menjelaskan proses konversi bahan bangunan menjadi hasil
akhir sebagai jawaban terhadap suatu persoalan. Seorang
arsitek yang berpraktek tanpa dasar teori tidak dapat
menjelaskan alasan dan dasar mengenai bentuk-bentuk yang
dia pilih. Sementara arsitek yang berteori tanpa berpraktek
hanya berpegang kepada "bayangan" dan bukannya substansi.
Seorang arsitek yang berpegang pada teori dan praktek, ia
memiliki senjata ganda. Ia dapat membuktikan kebenaran hasil
rancangannya dan juga dapat mewujudkannya dalam
pelaksanaan".
16
SEJARAH ARSITEKTUR
DAFTAR PUSTAKA
http://www.google.co.id/search?hl=id&source=hp&q=SEJARAH+ARSITEKTUR+GEDUNG+OLAHRAGA+BUNG
+KARNO+&btnG=Telusuri+dengan+Google&meta
http://www.silaban.net/
http://id.wikipedia.org/wiki/Arsitektur
17