sejarah 1.doc

16
Inflitrasi Kaum Freemason Dalam Sumpah Pemuda 1928 Kami poetera dan poeteri Indonesia, mengakoe bertoempah darah jang satoe, tanah Indonesia. Kami poetera dan poeteri Indonesia, mengakoe berbangsa jang satoe, bangsa Indonesia. Kami poetera dan poeteri Indonesia, mendjoendjoeng bahasa persatoean, bahasa Indonesia. Begitulah ikrar dari para pemuda Indonesia yang dikumandangan 83 tahun yang lalu. Sumpah Setia itu bagai magnet baru untuk menaikkan rasa patriotisme para pemuda dari berbagai belahan daerah. Sumpah Pemuda sendiri merupakan hasil rumusan Kongres Pemuda Kedua yang diadakan oleh Perhimpunan Pelajar Pelajar Indonesia (PPPI), sebuah organisasi pemuda yang beranggota pelajar dari seluruh Indonesia. Kongres Pemuda Kedua itu konon merupakan respon dan reaksi para pemuda atas Kongres Pertama di tahun 1926. Akan tetapi, jarang banyak orang yang tahu sejatinya Sumpah Pemuda pada tanggal 28 Oktober tahun 1928 penuh dengan inflitrasi kaum freemason. Sebenarnya ormas pemuda kala itu telah melakukan boikot kongres tahun 1926 karena ditumpangi kepentingan Zionis atau Freemasonry dan Belanda. Hal ini dipicu karena lokasi Konggres Pertama yang berada di loge Broederkaten di Vrijmetselarijweg dan peranTheosofische Vereeniging (TV) sebagai penyandang dana Kongres Pemuda I (1926). (Lebih jauh baca Jejak Sejarah Yahudi di Indonesia, Ridwan Saidi) Rumusan Sumpah Pemuda sendiri ditulis Mohammad Yamin pada sebuah kertas ketika Mr. Sunario, sebagai utusan kepanduan tengah berpidato pada sesi terakhir kongres. Sumpah tersebut awalnya dibacakan oleh Soegondo dan kemudian dijelaskan panjang-lebar oleh Yamin. Mohammad Yamin sendiri adalah seorang anggota senior dari Jong Sumatranen Bond atau Ikatan Pemuda Sumatera. Pendirian Jong Sumateranen Bond sendiri difasilitasi oleh Theosofi. Bahkan rapat tahunan pertama organisasi ini diwarnai pengaruh paham yahudi dan Freemasonry. Pada gilirannya Yamin juga berjasa besar untuk menelurkan gagasan Pancasila yang dekat dengan ide dan gagasan kemasonan. Maka itu tidak aneh, pada rapat penutup, di gedung Indonesische Clubgebouw di Jalan Kramat Raya 106, Sunario menjelaskan pentingnya memupuk rasa nasionalisme dan demokrasi. Dua ideologi yang memang telah menjadi agenda Yahudi untuk ditanamkan di negeri-negeri muslim. Selain Jong Sumateranan, afiliasi pemuda yang ikut menyemarakkan Sumpah Pemuda 1928 adalah Jong Java. Menurut Artawijaya, Agama Katolik dan Theosofi banyak mendapat tempat untuk diajarkan dalam pertemuan-pertemuan Jong Java. Namun

Upload: akbarbuton

Post on 03-Feb-2016

216 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: SEJARAH 1.doc

Inflitrasi Kaum Freemason Dalam Sumpah Pemuda 1928

Kami poetera dan poeteri Indonesia, mengakoe bertoempah darah jang satoe, tanah Indonesia.

Kami poetera dan poeteri Indonesia, mengakoe berbangsa jang satoe, bangsa Indonesia.

Kami poetera dan poeteri Indonesia, mendjoendjoeng bahasa persatoean, bahasa Indonesia.

Begitulah ikrar dari para pemuda Indonesia yang dikumandangan 83 tahun yang lalu. Sumpah Setia itu

bagai magnet baru untuk menaikkan rasa patriotisme para pemuda dari berbagai belahan daerah.

Sumpah Pemuda sendiri merupakan hasil rumusan Kongres Pemuda Kedua yang diadakan oleh

Perhimpunan Pelajar Pelajar Indonesia (PPPI), sebuah organisasi pemuda yang beranggota pelajar dari

seluruh Indonesia. Kongres Pemuda Kedua itu konon merupakan respon dan reaksi para pemuda atas

Kongres Pertama di tahun 1926.

Akan tetapi, jarang banyak orang yang tahu sejatinya Sumpah Pemuda pada tanggal 28 Oktober tahun

1928 penuh dengan inflitrasi kaum freemason. Sebenarnya ormas pemuda kala itu telah melakukan boikot

kongres tahun 1926 karena ditumpangi kepentingan Zionis atau Freemasonry dan Belanda.

Hal ini dipicu karena lokasi Konggres Pertama yang berada di loge Broederkaten di Vrijmetselarijweg dan

peranTheosofische Vereeniging (TV) sebagai penyandang dana Kongres Pemuda I (1926). (Lebih jauh

baca Jejak Sejarah Yahudi di Indonesia, Ridwan Saidi)

Rumusan Sumpah Pemuda sendiri ditulis Mohammad Yamin pada sebuah kertas ketika Mr. Sunario,

sebagai utusan kepanduan tengah berpidato pada sesi terakhir kongres. Sumpah tersebut awalnya

dibacakan oleh Soegondo dan kemudian dijelaskan panjang-lebar oleh Yamin.

Mohammad Yamin sendiri adalah seorang anggota senior dari Jong Sumatranen Bond atau Ikatan Pemuda

Sumatera. Pendirian Jong Sumateranen Bond sendiri difasilitasi oleh Theosofi. Bahkan rapat tahunan

pertama organisasi ini diwarnai pengaruh paham yahudi dan Freemasonry. Pada gilirannya Yamin juga

berjasa besar untuk menelurkan gagasan Pancasila yang dekat dengan ide dan gagasan kemasonan.

Maka itu tidak aneh, pada rapat penutup, di gedung Indonesische Clubgebouw di Jalan Kramat Raya 106,

Sunario menjelaskan pentingnya memupuk rasa nasionalisme dan demokrasi. Dua ideologi yang memang

telah menjadi agenda Yahudi untuk ditanamkan di negeri-negeri muslim.

Selain Jong Sumateranan, afiliasi pemuda yang ikut menyemarakkan Sumpah Pemuda 1928 adalah Jong

Java. Menurut Artawijaya, Agama Katolik dan Theosofi banyak mendapat tempat untuk diajarkan dalam

pertemuan-pertemuan Jong Java. Namun perlakuan Jong Java (Perkumpulan Para Pemuda Jawa)

terhadap agama-agama itu, sangat berbeda dengan agama Islam.

Syamsuridjal, salah seorang Tokoh Islam, pernah keluar dari keanggotaan Jong Javadan kemudian

mendirikan Jong Islamietend Bond (JIB/Perhimpunan Pemuda Islam). Sikapnya itu tidak lain sebagai reaksi

penolakan Jong Java untuk mengadakan kuliah atau pengajaran keislaman bagi anggotanya yang

beragama Islam dalam organisasi ketheosofian itu.

Sosok yang dianggap berpengaruh dalam menyingkirkan Islam dari organisasi Jong Java adalah Hendrik

Kraemer, utusan Perkumpulan Bibel Belanda yang diangkat menjadi penasihat Jong Java. Sejarawan Karel

Steenbrink dalam "Kawan dalam Pertikaian:Kaum Kolonial Belanda Islam di Indonesia 1596-1942" menulis

bahwa Kraemer adalah misionaris Ordo Jesuit yang aktif memberikan kuliah Theosofi dan ajaran Katolik

kepada anggota Jong Java. Di organisasi pemuda inilah, Kraemer masuk untuk menihilkan ajaran-ajaran

Islam.

Sebelumnya, pada 1926, dua tahun sebelum peristiwa Sumpah Pemuda, para aktivis muda yang berasal

dari Jong Theosofen (Pemuda Theosofi) dan Jong Vrijmetselaarij (Pemuda Freemason) sibuk mengadakan

pertemuan-pertemuan kepemudaan. Pada tahun yang sama, mereka berusaha mengadakan kongres

pemuda di Batavia yang ditolak oleh JIB, karena kongres ini didanai oleh organisasi Freemason dan

diadakan di Loge Broderketen, Batavia.

Page 2: SEJARAH 1.doc

Alasan penolakan JIB, dikhawatirkan kongres ini disusupi oleh kepentingan-kepentingan yang berusaha

menyingkirkan Islam. Apalagi, Tabrani, penggagas kongres ini adalah anggota Freemason dan pernah

mendapat beasiswa dari Dienaren van Indie (Abdi Hindia), sebuah lembaga beasiswa yang dikelola aktivis

Theosofi-Freemason.

Maka itu tak heran, sampai sekarang perayaan sumpah pemuda selalu beriringan dengan misi-misi

penanaman nilai-nilai demokrasi dan nasionalisme untuk menjauhkan kedekatan Indonesia terhadap ide-ide

Syariat Islam.

Televisi lebih banyak menampilkan Profil Mohammad Yamin, Soekarno, Muhammad Hatta, ketimbang

Muhammad Natsir atau Kasman Singodimejo. Mereka lebih suka mem-blow-up Soe Hok Gie (bahkan

sudah difilmkan) daripada Lafran Pane. Padahal Soe Hok Gie hanya menulis surat-suratnya di catatan

harian yang kemudian booming setelah diterbitkan LP3ES. (Lihat:Catatan Harian Sang Demonstran,

LP3ES: 1983)

Berbeda dengan Lafran Pane. Pemuda kelahiran Sumatera Utara itu menggorganisir kawan-kawannya

untuk bergerak melawan Sistem Pendidikan Barat di kampus-kampus kala itu. Lafran tahu betul latar

belakang kemunduran Pemuda Indonesia tidak lain karena pendidikan sekularisme yang ditanamkan oleh

Belanda jauh-jauh hari.

Ia juga mengkritik berkembangnya ajaran komunis di masyarakat Indonesia sebagai perusak kemurnian

Tauhid. Hingga pada klimaksnya ia kemudian mendirikan Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) sebagai

pusara pergerakan pemuda Islam melawan kedigdayaan westernisasi.

Ironisnya, HMI yang dulu dibesarkannya justru kini banyak diinflitrasi tradisi pemikiran Barat yang padahal

dulu dilawannya di tahun 1947 (baca: tahun lahir HMI). Namun pernahkah tokoh-tokoh muda muslim seperti

Lafran diangkat di media? Inilah taktik Freemason yang berhasil mereka mainkan hingga sekarang.

(Pz/eramuslim/globalkhilafah.blogspot.com)

Page 3: SEJARAH 1.doc

Jejak Sejarah Yahudi di Indonesia

SEJAK gerakan zionis internasional Freemasonry didirikan di Inggris tahun 1717, orang Yahudi lebih suka

menyelubungi aktivitas mereka dengan selimut perkumpulan teosofi yang bertujuan "kemanusiaan".

Pengumpulan dana dipusatkan di New York. Sejak 17 November 1875, pimpinannya adalah seorang

Yahudi di Rusia, Nyonya Blavatsky. Jurnal The Theosofist, yang diterbitkan di New York, pada terbitan

tahun 1881 menyiarkan kabar bahwa Blavatsky mengutus Baron van Tengnagel untuk mendirikan loge,

rumah ibadat kaum Vrijmetselarij/Freemasonry di Pekalongan. Kota ini dipilih karena sejak 1868 berubah

status dari desa menjadi kota, di samping dikenal sebagai konsentrasi santri di Jawa Tengah. Loge didirikan

tahun 1883, tetapi tidak berkembang karena reaksi keras masyarakat berhubung praktek ritualisme mereka,

yaitu memanggil arwah. Karena itu, penduduk menyebut loge sebagai gedong setan.

Pengalaman Pekalongan memaksa mereka mengalihkan kegiatan ke Batavia. Dua loge besar didirikan di

Jalan Merdeka Barat (sebelumnya bernama Blavatsky Straat), dan Jalan Budi Utomo (sebelumnya

bernama Vrijmetselarijweg). Dua loge itu, di samping loge yang didirikan di Makassar, Bandung, Surabaya,

Yogyakarta, menjadi pusat kegiatan ritual saja, untuk Yahudi Belanda dan Eropa, yang bekerja di Hindia

Belanda di sektor birokrasi VOC/Pemerintah Hindia Belanda, dan swasta.

Hindia Belanda dianggap negeri yang aman sebagai wilayah operasi mereka, karena penduduk

menganggap Yahudi Belanda/Eropa sebagai orang Nasrani. Di samping itu, Gubernur Hindia Belanda

selalu menjadi pembina Rotary Club.

Aktivitas ritual belaka berujung pada kebuntuan: gerakan zionis jalan di tempat. Maka, gerakan zionisme

intenasional untuk Asia, yang berpusat di Adyar, India, pada 31 Mei 1909 mengutus Ir. A.J.E. van

Bloomenstein ke Jawa.

Untuk mengubah pola pergerakan, pada 12 November 1912 Bloomenstein berhasil mendirikan

Theosofische Vereeniging (TV), yang kemudian mendapatkan rechtpersoon, pengakuan, dan dimuat dalam

Staatblaad No. 543.

TV bekerja di kalangan intelektual dan calon intelektual bumiputra. TV pun membiayai Kongres Pemuda I,

1926. Kongres itu bahkan digelar di loge Broederkaten di Vrijmetselarijweg. Akibatnya, ormas pemuda

memboikot kongres itu, dan reaksinya adalah, pada 27 dan 28 Oktober 1928 ormas pemuda menggelar

Kongres Pemuda II yang menghasilkan Sumpah Pemuda.

Aktivitas zionis yang kian meningkat di Hindia Belanda tidak saja di kalangan masyarakat, melainkan juga di

pemerintahan, menjelang dan pasca-Perang Dunia I itu, menggelisahkan orang-orang Jerman. Terutama

peran Snouk Hurgronje, Belanda Yahudi, dalam Perang Aceh.

Seperti diketahui, Turki sebagai sekutu Jerman gagal membantu Aceh karena panjangnya garis supply.

Kehadiran agen zionis internasional Sneevliet di Jawa, yang berhasil mengkader pemuda intelektual

Indonesia, makin menguatkan tekad Jerman untuk meruntuhkan pemerintah zionis Hindia Belanda.

Hal itu tercium oleh agen Belanda. Tersebarlah isu bahwa H.O.S. Tjokroaminoto menerima dana 2 juta

gulden untuk mengkudeta kompeni. Untuk mengonfirmasi kebenaran isu itu, Agus Salim ditugaskan

menguntit Tjokroaminoto. Ironisnya, kewibawaan Tjokroaminoto malah mempesona Salim, dan tahun 1918

Salim mengetok kawat dari Surabaya, mengabarkan bahwa ia masuk SI (Sarikat Islam) dan berhenti

sebagai agen.

Di bidang bisnis, orang Yahudi di Jakarta menguasai pusat bisnis elite di Pasar Baru, Jalan Juanda, dan

Jalan Majapahit. Mereka menguasai perdagangan permata, jam tangan, dan kacamata. Pusat hiburan elite

di Jakarta juga diramaikan oleh pemusik Yahudi Polandia. Akhirnya, Batavia menjadi salah satu kota zionis

yang terpenting di Asia.

Page 4: SEJARAH 1.doc

Maka, tidak mengherankan ketika Jepang sebagai sekutu Jerman merebut Indonesia dari tangan Belanda,

Jepang melakukan kampanye anti-zionis itu. Tokoh-tokoh zionis Hindia Belanda, seperti Ir. Van Leeweun,

dikirim ke kamp tahanan dan tewas di situ. Kesadaran anti-zionis juga merebak di kalangan rakyat. Dr.

Ratulangi pada Maret 1943 memimpin rapat raksasa di Lapangan Ikada, mengutuk zionisme.

Usaha menghidupkan lagi gerakan zionisme masih dilakukan pascakemerdekaan. Pada 14 Juni 1954,

berdiri Jewish Community in Indonesia, dipimpin Ketua F. Dias Santilhano dan Panitera I. Khazam. Di

dalam anggaran dasarnya dinyatakan, perkumpulan itu merupakan kelanjutan dari Vereeniging Voor

Joodsche Belangen in Nerderlandsch-Indie te Batavia, yang berdiri pada 16 Juli 1927.

Tidak jelas, apakah perkumpulan itu di masa reformasi kini masih eksis atau tidak. Namun, pembicaraan

yang menyeruak akhir-akhir ini, tentang operasi zionis internasional di Indonesia, kiranya mempunyai dasar

yang kuat. Baik ditilik dari sejarah kita maupun data muktahir, seperti kesaksian mantan Pangkopkamtib

Jenderal Soemitro, yang termuat dalam memoarnya yang ditulis oleh Ramadhan KH. Di situ antara lain

dikatakan, "Saya sendiri tidak pernah punya hubungan dengan Israel, paling-paling, saya ingat, saya

pernah datang ke Jalan Tosari memenuhi undangan mata rantai Israel yang ada di Jakarta."

Page 5: SEJARAH 1.doc

KEBOHONGAN SEJARAH DALAM INJIL-INJIL PERJANJIAN BARU

Injil-injil kanonik dalam Perjanjian Baru ternyata mengandung banyak kesalahan periwayatan sejarah, yang

tak dapat dijelaskan dan dijawab secara memuaskan, dan sekaligus membuktikan bahwa Injil-injil kanonik

(Injil Matius, Injil Markus, Injil Lukas, Injil Yohanes) hanya bisa disejajarkan dengan dongeng mitologi zaman

baheula. Injil-injil berisi berbagai peristiwa yang sebenarnya tak pernah terjadi. Injil-injil hanyalah kelanjutan

episode cerita mitos pagan seperti dewa matahari seperti Mithras, Horus, dan Bacchus, dll.

Cerita mengenai penyaliban, kebangkitan orang-orang kudus versi Matius, gempa bumi, kebangkitan, dan

penyaliban itu sendiri adalah peristiwa-peristiwa mitos, yang tidak direkam oleh sejarawan yang tinggal

selama periode waktu tsb. Philo Judaes hidup sekitar tahun 50 M dan ia tidak pernah menyebutkan

peristiwa-peristiwa seperti apa yang telah diceritakan oleh Injil kanonik. Kesaksian Pilatus TIDAK menyebut

Yesus. Ribuan orang kriminal disalib oleh Romawi, tetapi tidak ada cerita mengenai Yesus, karena memang

Pilatus tidak pernah menyalib Yesus. Yesus telah diselamatkan oleh Allah berdasarkan Qur'an 4:157.

Matius adalah satu-satunya Injil Perjanjian Baru yang mencatat 'pembantaian bayi-bayi yang tidak berdosa

atas perintah Herodes'. Kami memiliki berbagai komentar cendekiawan yang menyatakan bahwa 'peristiwa

pembantaian bagi-bayi oleh Herodes' hanyalah kilas balik dari mitologi pagan. Dewa matahari orang Yunani

kuno, Roma, dan Mesir diancam ketika lahir, dan perintah pembunuhan kepada 'semua bayi-bayi yang baru

lahir'. Episode Injil Matius 2:16 adalah suatu bentuk replay yang dilakoni oleh Yesus yang menjiplak

kepercayaan masyarakat pagan.

Istilah 'Tuhan Anak' yang diatributkan untuk Yesus mengimplikasikan kepercayaan Pagan Trinitas. Title

'Domba Tuhan' (Lamb of God) tidaklah unik, sebab telah terlebih dahulu dipakai agama Hindu untuk kristus

atau mesias mereka yaitu Krishna.

Berikut ini adalah beberapa error historis dalam Injil. Kami harap Anda enjoy membacanya.

Herodes tidak pernah memerintahkan pembantaian balita

Ramalan yang dihubung-hubungkan untuk kelahiran seorang mesias bernama Yesus yang jiwanya

terancam karena keputusan Herodes membunuh bayi-bayi yang tidak berdosa hanya ada dalam Injil Matius

2:16-18 yang mengklaim itu adalah nubuat dari Yeremia 31:15 yang menyatakan bahwa "Di Rama

terdengar ratapan, tangisan yang pahit pedih: Rahel menangisi anak-anaknya, ia tidak mau dihibur karena

anak-anaknya, sebab mereka tidak ada lagi".

Konteks Yeremia adalah bukan nubuat masa depan dimana anak-anak dibantai oleh Herodes. "Rahel

menangisi anak-anaknya' merefer kepada ibu dari Yusuf dan Benyamin (dan istri dari Yakub) yang

menangisi anak-anaknya. Pada konteks ini adalah mengenai penawanan Babylonia. Ayat berikutnya

mengatakan bahwa orang-orang yang mengalami pembuangan akan kembali.

Pembantaian oleh Herodes (Matius 2:16) adalah bohong karena pengarang Injil Matius adalah satu-satunya

orang yang mencatat peristiwa ini.

Sejarawan Yahudi Flavius Josephus tidak mencatat peristiwa ini.

"Karena kita telah melihat, cerita-cerita malaikat-malaikat dan gembala-gembala, dalam Lukas, dan dari

orang bijak, dalam Matius, adalah catatan ulang dari tema mistis orang-orang Mesir pada tahun sekurang-

Page 6: SEJARAH 1.doc

kurangnya dua ribu tahun lebih awal. Mereka melukiskan dalam bentuk seni di Luxor. Tidak ada bukti

historis "pembantaian orang-orang yang tak berdosa" oleh Herodes. Pikiran sehat mengatakan kepada kita

bahwa sebuah perintah seperti ini tidak mungkin. Apakah Herodes bermaksud untuk membunuh anak-anak

dari teman-temannya, tentara-tentaranya, pelayan-pelayan sipilnya, turis-turis yang lewat, dan lain-lain

(Tom Harper, The Pagan Christ, hal. 126)

Injil-injil Error dalam Geografi

Markus 7:31 menyatakan bahwa Yesus meninggalkan kota Tyre pergi ke Danau Galilee (Laut Galilee)

melalui kota Sidon. Ini benar-benar tidak masuk akal. Kita lihat peta dibawah ini.

Selain itu, Markus menyatakan bahwa Yesus naik perahu menyeberangi Danau Galilee (Laut Galilee)

menuju Dalmanutha. Lokasi Dalmanutha secara pasti tidak diketahui, atau tidak akurat, karena terletak di

sebelah timur perairan Galilee sebagai negeri Gadarenes (Markus 8:10 KJV Bible). Gerasa terletak lebih

dari 30 mil dari tenggara Danau Galilee, jadi jauh sekali jika kita melihat setting cerita Bible ini. Pengarang

Injil Matius tampaknya sadar betapa errornya Injil Markus, sehingga ia mengubah kata 'Gadarenes' menjadi

'Gergesenes' (Lihat Matius 8:28 KJV). Gadara hanya berjarak 8 mil dari Danau Galilee.

Banyak contoh-contoh yang tidak masuk akal dalam memahami alur cerita Injil-injil Perjanjian Baru ini.

Markus 10:46 menyatakan bahwa lokasi dimana orang buta disembuhkan adalah setelah Yesus

meninggalkan kota Jericho, sedangkan Lukas 18:35;19:1 menyatakan lokasi orang buta disembuhkan

adalah sebelum Yesus memasuki kota Jericho Jika umat Kristen menganggap masalah ini bukan

kontradiksi, maka konsekuensinya injil-injil Perjanjian Baru hendak memberitahu kita bahwa ada dua kota

bernama Jericho di Palestina

Dalam Markus 10:46 juga disebutkan bahwa rombongan Yesus berjalan dari Jericho ke Yerusalem via

Bethpage dan kemudian Bethany. Ini sangat aneh, sebab Yerusalem lebih jauh daripada Bethpage. Matius

yang sering menjiplak Injil Markus tampak hati-hati dalam masalah ini, Matius dengan pintar telah

menghilangkan kata 'Bethany' seperti yang dapat kita saksikan dalam Matius 21:1.

Cerita Injil mengenai kegelapan, gempa bumi, dan mayat berjalan-jalan adalah bohong

Matius (27:50-54) menyatakan bahwa pasca kematian Yesus terdapat beberapa peristiwa ajaib, berawal

dari terbelahnya kuil, disusul gempa bumi, terbelahnya bukti-bukti batu, dan tiba-tiba saja kuburan tempat

bersemayam orang-orang kudus terbuka dan terjadi penampakkan mayat sedang berjalan berombongan

dari kuburan menuju kota Yerusalem dan disaksikan orang-orang dan tentara Romawi.

Dongeng Kristen tsb hanya dapat diciptakan oleh gereja dan diimani berdasarkan ketakhayulan umat

Kristiani, karena pada faktanya tidak mendapat dukungan dari sumber-sumber sejarah sekuler (non-

biblikal). Dapatkah kita bayangkan jika kuburan di TMP Kalibata Jakarta tiba-tiba saja terbuka, dan

tengkorak-tengkorak keluar dari kuburan mereka masing-masing lalu berjalan berombongan dengan hanya

mengenakan sehelai kain kafan menuju Stasiun Gambir, pastilah peristiwa ini akan menjadi bahan berita

yang luar biasa hebohnya dan diliput/dicatat oleh berbagai media massa cetak dan elektronik, menjadi

bahan perbincangan penduduk kota Jakarta, serta dicatat oleh sejarawan Indonesia maupun para turis

yang hanya sekedar berwisata ke Jakarta.

Faktanya adalah bahwa kisah-kisah takhayul omong kosong dari agama Kristen ini tidak didukung oleh

catatan sejarawan Romawi, Yahudi, maupun sejarawan yang tinggal diPalestina kala itu, dan hal ini

memudahkan kita untuk dapat menarik kesimpulan bahwa cerita Injil Matius adalah tak lebih hanya

dongeng yang dibuat-buat oleh bapak-bapak gereja.

Page 7: SEJARAH 1.doc

"...mengenai kegoncangan dan "kegelapan menyelimuti seluruh bumi"...tidak ada sejarawan-sejarawan

yang mencatat peristiwa tsb..." (Deceptions & Myths of the Bible, Lloyd Graham hal. 349)

"Cerita mengenai gempa bumi, kenaikan lapisan bebatuan, terbukanya kuburan-kuburan, dan

penampakkan orang mati, adalah hanya dinyatakan dalam Injil Matius, yang ditulis hampir delapan puluh

tahun setelah peristiwa tsb, sehingga tidak dipastikan keautentikannya. Tentu saja tidak ada alasan

mengapa satu gempa bumi seharusnya tidak terjadi pada hari itu, tetapi jika itu benar-benar telah terjadi

ditempat tsb hampir tidak dapat dibayangkan bahwa tidak ada dari tiga Injil-injil yang lebih awal

menyebutkan peristiwa tsb." (The Paganism in Our Christianity, Arthur Weigall, 1928, hal. 62)

Tidak ada sensus Romawi kala Yesus lahir

Sub bab ini akan mudah dipahami jika Anda telah membaca artikel: Kelahiran Yesus dan Sensus

Quiriniusrecommended

Kapan Yesus lahir Menurut Lukas, itu terjadi selama pemerintahan Gubernur Romawi Quirinius, pada saat

itu sebuah sensus diperintahkan oleh Augustus keseluruh dunia (9). Menurut Lukas dan Matius kelahiran

Yesus terjadi ketika masa pemerintahan raja Herodes Yang Agung. (10) Masalahnya adalah Herodes mati

pada tahun 4 SM, dan ini 10 tahun sebelum sensusnya Quirinius. Selain itu, pada saat masa pemerintahan

Herodes, tidak ada sensus Romawi yang terjadi diwilayahnya, yang meliputi baik Yudaea dan Galilee,

tempat Bethelem dan Nazareth. (11)Herodes akan telah memungut pajaknya sendiri, dan memberikan upeti

kepada Romawi. Terakhir, eksistensi dari sebuah sensus diseluruh [wilayah] kekaisaran adalah

bertentangan dengan kebiasaan Romawi, yang mengumpulkan pajak provinsi demi provinsi.

(http://www.infidels.org/library/modern/larry_taylor/messiahgate.html)

Meskipun Lukas 1:5 menyatakan kelahiran Yesus di "masa Herodes, Raja Yudea," yang mati pada tahun 4

SM, ia membutuhkan perjalanan jauh dari Galilee ke Bethlehem agar terjadi sebagai respon untuk satu

sensus yang diperintahkan ketika "Quirinius adalah gubernur Syria." Karena sejarawan mengetahui, "satu-

satunya sensus yang diatur ketika Quirinius menjadi wali di Syria hanya mempengaruhi Yudaea, bukan

Galilee, dan terjadi pada tahun 6-7 M, sepuluh tahun pasca kematian Herodes Yang Agung." Dalam

kekhawatirannya untuk menghubungkan asuhan orang Galilee yang dianggap kelahiran Bethlehem, Lukas

telah keliru dalam fakta-faktanya. Sesungguhnya, kekhawatiran Lukas telah melingkupinya dalam beberapa

hal yang sebenarnya tidak masuk akal, seperti tidak perlu berjalan sembilan puluh mil seorang wanita di

hari-hari terakhir kehamilannya- sebagaimana itu adalah Yusuf keturunan Daud yang dianggap telah

didaftarkan dalam kampung leluhur, bukan Maria orang Lewi. Tapi jeleknya, Lukas telah dipaksa untuk

membuat sebuah dislokasi universal untuk sebuah registrasi pajak yang sederhana: yang dapat

membayangkan orang-orang Romawi mewajibkan jutaan [orang] dalam [wilayah] kekaisaran untuk

perjalanan jauh dua puluh dari ratusan mil ke desa-desa millenium - leluhur hanya untuk menandatangi satu

pajak. Tidak perlu dikatakan, tidak ada peristiwa seperti ini terjadi dalam sejarah kekaisaran Romawi, tetapi

Mikha 5:2 harus digenapi. (Randel Helms, Gospel Fictions, pp. 59-60)

Error, sejauh ini, mungkin kelihatan agak marginal. Injil ketiga telah keliru mengenai sebuah sensus lokal di

Yudaea dengan satu dekrit dari Augustus; Injil Lukas telah mencoba untuk mencatat tanggal cerita

Quirinius, dimanapun, seperti yang dimiliki Matius, ceritanya terjadi ketika Herodes Yang Agung. Pada

faktanya, akan menjadi sulit. Disini ada satu kontradiksi pada cerita Lukas: Jika Quirinius adalah gubernur,

sensus Romawi adalah kredibel tetapi Herodes adalah satu kesalahan. Ada juga satu kontradiksi dengan

Page 8: SEJARAH 1.doc

cerita Matius: Jika Quirinius atau sensus Romawi adalah benar, Herodes adalah bukan raja dan cerita

Matius dari Orang Bijak, pembantaian anak kecil yang tidak berdosa dan pelarian ke Mesir maka

berdasarkan kronologis adalah tidak mungkin. Jika Herodes adalah raja, disana tak ada sensus menurut

Caesar Augustus. Meskipun jika disana telah ada sebuah sensus, pandangan Injil ketiga ini akan

menghadapi masalah-masalah berikutnya. (Robin Lane Fox, The Unauthorized Version: Truth and Fiction In

The Bible (Penguin Books Ltd, 1991), pp. 30-31)

Meskipun registrasi seluruh warga negara Romawi dibuktikan pada tahun 28 SM, 8 SM, dan 14 M dan

pendaftaran di provinsi-provinsi individual dari registrasi sensus untuk yang adalah bukan warga negara

Romawi adalah juga dibuktikan, nyatanya sebuah sensus di seluruh Romawi dibawah Caesar Augustus

adalah tidak diketahui berdasarkan sumber-sumber non-Perjanjian Baru. Dan lagi, ada permasalahan

historis terkenal terkait dengan penanggalan sensus versi Lukas ketika Quirinius adalah gubernur Syria,

dan berbagai upaya untuk memecahkan kesulitan ini telah terbukti tidak berhasil. P. Sulpicius Quirinius

menjadi wali dari provinsi Syria pada tahun 6-7 M ketika Yudea dianeksasi kedalam provinsi Syria. Pada

saat itu, sebuah sensus provinsi Yudea digelar. Jika Quirinius telah menjadi wali Syria sebelumnya, maka

itu harus terjadi sebelum tahun 10 SM karena banyak wali Syria dari tahun 10 SM hingga 4 SM (kematian

Herodes) yang telah diketahui, dan sebuah tanggal bagi sebuah sensus lebih awal dibawah Quirinius akan

menciptakan masalah tambahan bagi penanggalan awal dari ministry Yesus (Luke 3:1, 23). Satu legateship

sebelumnya yaitu setelah tahun 4 SM (dan sebelum tahun 6 SM) tidak akan cocok dengan penanggalan

kelahiran Yesus dizaman Herodes (Lukas 1:5; Matius 2:1). Lukas mungkin secara sederhana

mengkombinasikan kelahiran Yesus di Bethelehm dengan kesamaran dari sebuah sensus dibawah

Quirinius (lihat juga Acts 5:37) untuk menekankan signifikansi dari kelahiran ini bagi dunia Romawi secara

keseluruhan: melalui anak yang lahir di Bethlehem maka damai sejahtera dan penyelamatan datang ke

kekaisaran.(http://www.nccbuscc.org/nab/bible/luke/luke2.htm)

"...Lukas memberitahu bagaimana sebuah dekrit keluar dari Augustus bahwa "seluruh dunia akan

diregistrasi". Masalahnya adalah bahwa secara historis ini tidak bisa ditelusuri....Sederhananya Yusuf dan

Maria ke Bethelem demi alasan teologis. Mesias akan berasal dari keturunan Daud, dan jadi dari

Bethlehem. Lukas mengatakan kelahiran Yesus terjadi ketika Quirinius adalah gubernur Syria. Artinya

adalah bahwa ini tidak terjadi sebelum tahun 6 SM, tahun yangmana kita tahu tatkala ia mengambil kantor

[masuk kantor untuk pertama kalinya, ed]. Pada waktu yang sama, Matius mengatakan Yesus dipahami

ketika Herodes Yang Agung adalah penguasa di Yudea. Tetapi Herodes mati ditahun 4 SM! Pengarang

misteri Yesus ini menyatakan bahwa keajaiban rillnya Maria, jika kedua referensi diambil dengan sungguh-

sungguh, adalah "10 tahun kehamilan". Bagi Matius, kampung halaman Yesus adalah Bethlehem. Bagi

Lukas, kampung halaman Yesus adalah Nazareth. (Tom Harper, The Pagan Christ, pp. 125-126)

"Meskipun narasi kelahiran Yesus dalam Matius dan Lukas memberikan kesepakatan diam-diam untuk

yang tradisi Nazareth. Matius harus membangun satu alasan sehingga keluarga suci kembali ke Nazareth

dari rumah Bethlehem dan tempat berkumpul orang Mesir, karena Matius tidak menyangkal asal usul Yesus

Nazareth (Matt. 2:21ff). Lukas, yang mengasumsikan kebenaran dari sebuah rumah Nazareth bagi Yesus

meskipun dalam kanak-kanaknya, harus mengembangkan sebuah narasi sehingga ibunya Yesus keluar

dari Nazareth sekurang-kurangnya pada momentum kelahirannya yang benar/ Jadi di Injil kita membaca

sebuah pajak atau pendaftaran terjadi ketika Quirinius adalah gubernur Syria. Sekarang tidak ada literal dari

sensus itu yang hampir secara universal ditolak karena berbagai alasan, tidak sekurang-kurangnya karena

Quirinius tidak menjadi gubernur Syria, menurut catatan sekuler, hingga tahun 6-7 M, yang mana Yesus

Page 9: SEJARAH 1.doc

akan berusia sekitar 10 tahun. Kedua, tidak ada catatan yang berasal dari sumber sekuler yang akan

menunjukkan bahwa kembali ke tempat asal usul leluhur diwajibkan di setiap sensus atau untuk setiap

bentuk perpajakan. (John Shelby Spong, Resurrection: Myth of Reality hal. 172)

Ujian terhadap Yesus di puncak gunung oleh Iblis adalah cerita bohong

Cerita bahwa Iblis menguji Yesus dengan membawanya ke puncak gunung tertinggi sehingga ia dapat

melihat semua kerajaan dunia dari puncak gunung (lihat Matius 4:7-8), adalah sangat tidak logis. Omong

kosong! Karena bagaimana mungkin kita dapat melihat seluruh dunia dari puncak gunung, meskipun itu

adalah gunung tertinggi diseluruh dunia. Ingatlah bumi adalah bulat seperti telur, bukan datar. Jadi

meskipun kita pergi ke puncak gunung tertinggi dunia di Himalaya, kita tidak dapat melihat seluruh bentuk

permukaan bumi.

Tidak Ada Penyaliban Yesus

Orang-orang Yahudi berkata kepada Yesus (lihat Yoh 8:57, ed): "Umurmu belum sampai lima puluh tahun

dan engkau telah melihat Abraham" Seandainya Yesus masih berusia tiga belas tahun, orang-orang Yahudi

akan berkata: "Umurmu belum sampai empat belas tahun," dan tidak akan berkata: "Umurmu belum sampai

lima puluh tahun,"....; jadi, seandainya Yesus disalib ketika itu pastilah ia berusia sekitar lima puluh tahun,

tetapi, sebagaimana kita kemukakan ditempat lain... tidak ada bukti apapun, dalam buku, inskripsi, atau

monumen, bahwa Yesus dari Nazareth dicambuk atau disalib dizaman Pontius Pilatus. Josephus, Tacitus,

Pliny, Philo, tidak juga dari mereka, yang menyatakan fakta adanya penyaliban ini. (T.W. Doane, Bible

Myths and their Parallels in other Religions, hal. 516)

Pada abad ke sembilan belas seorang sarjana terkenal, Rabbi Wise, meneliti catatan-catatan dari

pengadilan Pilatus, masih terdapat, bagi bukti dari trial ini. Ia tak menemukan apapun. (Lloyd Graham,

Deceptions and Myths of the Bible, p. 343)

Tidak ada verifikasi dari tulisan-tulisan sejarawan menyangkut penyaliban Yesus seperti Philo, Tacitus,

Pliny, Suetonius, Epictectus, Cluvius Rufus, Quintus, Curtis Rufus, Josephus.

"Penyembahan dewa-dewa yang menderita ditemukan disemua sisi, dan kepercayaan pada penyiksaan

korban di ritus pengorbanan manusia untuk penebusan dosa adalah sangat umum. Dewa-dewa Osiris,

Attis, Adonis, Dionysos, Herakles, Prometheus, dan yang lainnya, telah menderita demi umat manusia;

dengan demikian Hamba Yahweh juga dipahami harus disakiti demi dosa-dosa manusia. Tetapi

sebagaimana Saya katakan, konsepsi ini telah menerobos kedalam background di hari-hari Yesus" (The

Paganism in Our Christianity, Arthur Weigall, 1928, hal. 106)

Tidak mungkin Yesus mati dihari jumat atau malam Sabtu

"Tidakkah aneh bahwa penyaliban seharusnya terjadi selama Paskah Diantara orang-orang Yahudi, ini

adalah peristiwa paling sakral. Bagi mereka untuk menyalibkan siapapun orangnya pada waktu ini, mereka

akan melanggar sekurang-kurangnya tujuh dari hukum agama mereka. Mengapa mereka kemudian

melanggar kesucian dengan menjadi pembunuh" (Lloyd Graham, Deceptions and Myths of the Bible, hal.

345)

"Kesulitan terbesar dari sudut pandang dari prosedur Yahudi berkenaan dengan menghukum adalah hari

dan waktu eksekusi tsb. Menurut Injil-injil tsb, Yesus mati pada hari jumat, malam Sabbath. Namun pada

Page 10: SEJARAH 1.doc

hari itu, dalam pandangan dari pendekatan Sabbath (atau hari libur), eksekusi-eksekusi terakhir hingga

paling akhir pada sore adalah hampir tidak mungkin (Sifre, ii. 221; Sanh. 35b; Mekilta to Wayaḳhel). (Jewish

Encyclopedia Online)

Apakah Yesus benar-benar mati disalib

Penyaliban adalah sebuah proses pembunuhan yang lamban. Kematian biasanya memakan waktu

beberapa hari. Kematian dimulai dari kehausan, ketidakmampuan untuk bernafas sebagai hasil dari posisi

tegak atau diserang oleh binatang liar. Mengapa Yesus, yang sedang fit dan sehat berjalan ke desa yang

berjarak jauh, kematian begitu cepat hanya menunggu beberapa jam saja

Pada tahun 297 M, atas perintah Kaisar Maximian, tujuh orang Kristen di Samosata disiksa dan kemudian

disalib. Menurut Alban Butler, (5) di

Hipparchus [satu dari mereka], seorang tua yang dihormati, mati disalib dalam waktu pendek. James,

Romanus, dan Lollianus, mati dihari berikutnya ditikam oleh tentara-tentara sambil digantung disalib-salib

mereka. Philotheus, Habibus dan Paragrus diambil dari salib-salib mereka ketika mereka masih hidup.

Kaisar diberi informasi bahwa mereka masih hidup, memerintahkan paku-paku besar untuk diarahkan

ketangan...

Ada sejumlah kasus yangmana orang disiksa secara kejam, kemudian disalib dengan posisi kepala

dibawah, namun survive selama 24 jam atau lebih. http://custance.org/old/incarnation/7ch2.html

Benarkah cuka membuat orang lekas mati

Cuka (vinegar) mempunyai sebuah efek stimulus, tetapi mengapa setelah Yesus makan cuka, justru

membuat ia lekas mati, padahal sebelum ia makan cuka, kondisi tubuhnya masih fit (Lihat Yohanes 19:29)

Rekayasa sosok Pilatus

Injil-injil menggambarkan Pontius Pilatus sebagai orang yang baik hati dan segan untuk penyaliban Yesus.

Tetapi sejarah menceritakan gambaran yang berbeda tentang dirinya. Ia adalah seorang dikuasakan atas

wilayah Yudea dari tahun 26-36 M, dan ia adalah orang yang kejam dan korup. Mengapa tidak ada kritik

baginya dalam Injil-injil

Sebaliknya, ditampilkan oleh Philo dan Josephus, Pilatus "adalah subyek dari tradisi negatif lebih daripada

kepala daerah lainnya dan procurator-procurator (orang-orang yang dikuasakan)," jadi pencipta-pencipta

dari narasi penderitaan [Yesus] orisinil tidak mempunyai alasan untuk tidak menyebut Pilatus melalui nama

dan untuk mencelanya. Situasi ini diubah pada periode setelah revolusi orang-orang Yahudi pertama dalam

tulisan-tulisan Matius dan Lukas, yangmana Pilatus dibebaskan dari tuduhan dan pendeta tertinggi dinamai

tanpa keragu-raguan. http://earlychristianwritings.com/passion.html

Jadi kita dapat ketahui bahwa Injil-injil kanonik telah memalsukan sejarah karena mereka menggambarkan

Pilatus sebagai seorang baik hati padahal sejarah menggambarkannya sebagai orang jahat. Namun Gereja

koptik di Ethiopia justru menyatakan Pilatus sebagai orang kudus.

Kebiasaan Romawi tidak mengenal pembebasan narapidana

Page 11: SEJARAH 1.doc

Cerita mengenai Barabbas yang dibebaskan sebagai bentuk pertukaran bagi Yesus adalah diduga fiksi.

Injil-injil menggambarkan sebuah kebiasaan Romawi untuk membebaskan seorang narapidana selama

perayaan Paskah, tetapi sejarah Romawi tidak mencatat adanya kebijakan seperti ini.

Di semua riwayat Perjanjian Baru, Pilatus ragu-ragu untuk menghukum Yesus hingga kerumunan Yahudi

menyatakan tegas. Beberapa kalangan telah menyarankan bahwa ini mungkin satu upaya oleh

percekcokan orang-orang Kristen awal untuk menjilat pantat dengan Roma melalui penempatan

menyalahkan bagi eksekusi Yesus pada Yahudi, dan bahwa itu adalah bagian dari proses oleh yangmana

Kristen Paulinistik marginalis masih memperhatikan Yahudi Kristen dari orang yang mengelak (orang-orang

Ebion) (http://www.answers.com/Pontius%20Pilate)

Cerita Barabbas mempunyai signifikansi sosial yang spesial, karena cerita ini telah sering digunakan untuk

menimpakan kesalahan Penyaliban pada orang-orang Yahudi dan membenarkan paham anti-Semit.

Sebanding, signifikansi sosial dari cerita ini untuk para pendengar awal adalah bahwa cerita ini

membersihkan kesalahan yang melekat pada kekaisaran Romawi, menghapus satu hambatan sehingga

agama Kristen secara resmi diterima. (http://en.wikipedia.org/wiki/Barabbas)

**Jadi, cerita mengenai Barabbas sengaja dibuat untuk membebaskan tuduhan yang melekat pada orang-

orang Romawi dan menyerahkan beban kesalahan hanya kepada orang-orang Yahudi.

**Problem yang dihadapi oleh Injil-injil kanonik tidak hanya mengenai masalah kepengarangan yang

anonim, Injil-injil ini nyatanya bukanlah disusun oleh para pengikut Yesus. Bahasa asli Injil-injil kanonik ini

adalah Yunani, bukan bahasa Ibrani dan Aramaik, dan diproduksi di kota-kota tempat kediaman bangsa

non-Yahudi seperti Roma dan Smyrna.

Tiga injil sinoptik menyatakan Yesus ditahan dan dijatuhi hukuman oleh Sanhedrin pada malam Paskah. Ini

bukanlah sejarah riil karena Sanhedrin, berdasarkan hukum Yahudi, dilarang untuk bertemu over paskah,

Injil-injil ini menyatakan bahwa penahanan dan trial terjadi pada malam, tetapi Sanhedrin "dilarang untuk

bertemu pada malam, di rumah-rumah pribadi, atau dimanapun diluar batas kuil." (Holy Blood, Holy Grail

349).

Ketidaklogisan historis lainnya dalam cerita penyaliban Yesus adalah memindahkan tubuh Yesus dari salib.

Menurut hukum Romawi pada waktu itu, seorang pria/wanita yang disalib tidak boleh dikubur. Orang tsb

ditinggalkan untuk burung-burung, dan binatang-binatang, sebagai bentuk penghinaan atas eksekusi ini.

Hukuman bagi pencuri adalah bukan disalib. Riwayat Perjanjian Baru mengenai penyaliban menyatakan

dua orang pencuri disalib dengan Yesus. Penyaliban tidak pernah dijatuhi kepada pencuri.

Sekarang mengapa Yesus harus dilahirkan di Bethlehem Apakah ini juga untuk menggenapi sebuah

ramalan sebelumnya, atau hanya karena untuk sebuah dekrit pajak kedua-duanya tidak; Yesus sedang lahir

di Bethelem untuk alasan sama [dimana] Yusuf dan Daud disana dilahirkan. Bethelehem adalah "rumah

roti" mistik, sumber dari planetary substance. Jadi tempat terjadinya peristiwa ini adalah tidak historis

melainkan dirancang. Dan sedemikian rupa adalah keseluruhan cerita. Ketika kita melihat dari sisi historis,

ini menjadi jelas. Menurut riwayat, Herodes adalah raja pada the alleged time, 1 Masehi, tetapi menurut

pengetahuan ilmiah sekarang, Herodes mati sekurang-kurangnya empat tahun sebelum [peristiwa] ini.

Page 12: SEJARAH 1.doc

Menurut Lukas, Cyrenius adalah gubernur Syria selanjutnya, tetapi menurut catatan orang-orang Syria

bukan dia. Ada, tetapi, seorang Quirinius, yang memerintah dari tahun 13-11 SM. Jadi, kedua kalender atau

Injil-injil adalah salah, beberapa kalangan mengatakan sebanyak dua puluh tahun. Kekacauan mengenai

penanggalan mengimplikasikan ketidakpastian kepengarangan yang jauh sesudahnya, yang

mengkonfirmasi pernyataan kita bahwa Injil-injil ini tidak ditulis sampai dengan abad kedua atau ketiga.

(Lloyd Graham, Deceptions and Myths of the Bible, hal. 306)

"Penginjil tidak punyai andil bagi penelitian historis karena kita tahu itu" (Tom Harper, The Pagan Christ, hal.

153)