sejarah 1.doc
TRANSCRIPT
Inflitrasi Kaum Freemason Dalam Sumpah Pemuda 1928
Kami poetera dan poeteri Indonesia, mengakoe bertoempah darah jang satoe, tanah Indonesia.
Kami poetera dan poeteri Indonesia, mengakoe berbangsa jang satoe, bangsa Indonesia.
Kami poetera dan poeteri Indonesia, mendjoendjoeng bahasa persatoean, bahasa Indonesia.
Begitulah ikrar dari para pemuda Indonesia yang dikumandangan 83 tahun yang lalu. Sumpah Setia itu
bagai magnet baru untuk menaikkan rasa patriotisme para pemuda dari berbagai belahan daerah.
Sumpah Pemuda sendiri merupakan hasil rumusan Kongres Pemuda Kedua yang diadakan oleh
Perhimpunan Pelajar Pelajar Indonesia (PPPI), sebuah organisasi pemuda yang beranggota pelajar dari
seluruh Indonesia. Kongres Pemuda Kedua itu konon merupakan respon dan reaksi para pemuda atas
Kongres Pertama di tahun 1926.
Akan tetapi, jarang banyak orang yang tahu sejatinya Sumpah Pemuda pada tanggal 28 Oktober tahun
1928 penuh dengan inflitrasi kaum freemason. Sebenarnya ormas pemuda kala itu telah melakukan boikot
kongres tahun 1926 karena ditumpangi kepentingan Zionis atau Freemasonry dan Belanda.
Hal ini dipicu karena lokasi Konggres Pertama yang berada di loge Broederkaten di Vrijmetselarijweg dan
peranTheosofische Vereeniging (TV) sebagai penyandang dana Kongres Pemuda I (1926). (Lebih jauh
baca Jejak Sejarah Yahudi di Indonesia, Ridwan Saidi)
Rumusan Sumpah Pemuda sendiri ditulis Mohammad Yamin pada sebuah kertas ketika Mr. Sunario,
sebagai utusan kepanduan tengah berpidato pada sesi terakhir kongres. Sumpah tersebut awalnya
dibacakan oleh Soegondo dan kemudian dijelaskan panjang-lebar oleh Yamin.
Mohammad Yamin sendiri adalah seorang anggota senior dari Jong Sumatranen Bond atau Ikatan Pemuda
Sumatera. Pendirian Jong Sumateranen Bond sendiri difasilitasi oleh Theosofi. Bahkan rapat tahunan
pertama organisasi ini diwarnai pengaruh paham yahudi dan Freemasonry. Pada gilirannya Yamin juga
berjasa besar untuk menelurkan gagasan Pancasila yang dekat dengan ide dan gagasan kemasonan.
Maka itu tidak aneh, pada rapat penutup, di gedung Indonesische Clubgebouw di Jalan Kramat Raya 106,
Sunario menjelaskan pentingnya memupuk rasa nasionalisme dan demokrasi. Dua ideologi yang memang
telah menjadi agenda Yahudi untuk ditanamkan di negeri-negeri muslim.
Selain Jong Sumateranan, afiliasi pemuda yang ikut menyemarakkan Sumpah Pemuda 1928 adalah Jong
Java. Menurut Artawijaya, Agama Katolik dan Theosofi banyak mendapat tempat untuk diajarkan dalam
pertemuan-pertemuan Jong Java. Namun perlakuan Jong Java (Perkumpulan Para Pemuda Jawa)
terhadap agama-agama itu, sangat berbeda dengan agama Islam.
Syamsuridjal, salah seorang Tokoh Islam, pernah keluar dari keanggotaan Jong Javadan kemudian
mendirikan Jong Islamietend Bond (JIB/Perhimpunan Pemuda Islam). Sikapnya itu tidak lain sebagai reaksi
penolakan Jong Java untuk mengadakan kuliah atau pengajaran keislaman bagi anggotanya yang
beragama Islam dalam organisasi ketheosofian itu.
Sosok yang dianggap berpengaruh dalam menyingkirkan Islam dari organisasi Jong Java adalah Hendrik
Kraemer, utusan Perkumpulan Bibel Belanda yang diangkat menjadi penasihat Jong Java. Sejarawan Karel
Steenbrink dalam "Kawan dalam Pertikaian:Kaum Kolonial Belanda Islam di Indonesia 1596-1942" menulis
bahwa Kraemer adalah misionaris Ordo Jesuit yang aktif memberikan kuliah Theosofi dan ajaran Katolik
kepada anggota Jong Java. Di organisasi pemuda inilah, Kraemer masuk untuk menihilkan ajaran-ajaran
Islam.
Sebelumnya, pada 1926, dua tahun sebelum peristiwa Sumpah Pemuda, para aktivis muda yang berasal
dari Jong Theosofen (Pemuda Theosofi) dan Jong Vrijmetselaarij (Pemuda Freemason) sibuk mengadakan
pertemuan-pertemuan kepemudaan. Pada tahun yang sama, mereka berusaha mengadakan kongres
pemuda di Batavia yang ditolak oleh JIB, karena kongres ini didanai oleh organisasi Freemason dan
diadakan di Loge Broderketen, Batavia.
Alasan penolakan JIB, dikhawatirkan kongres ini disusupi oleh kepentingan-kepentingan yang berusaha
menyingkirkan Islam. Apalagi, Tabrani, penggagas kongres ini adalah anggota Freemason dan pernah
mendapat beasiswa dari Dienaren van Indie (Abdi Hindia), sebuah lembaga beasiswa yang dikelola aktivis
Theosofi-Freemason.
Maka itu tak heran, sampai sekarang perayaan sumpah pemuda selalu beriringan dengan misi-misi
penanaman nilai-nilai demokrasi dan nasionalisme untuk menjauhkan kedekatan Indonesia terhadap ide-ide
Syariat Islam.
Televisi lebih banyak menampilkan Profil Mohammad Yamin, Soekarno, Muhammad Hatta, ketimbang
Muhammad Natsir atau Kasman Singodimejo. Mereka lebih suka mem-blow-up Soe Hok Gie (bahkan
sudah difilmkan) daripada Lafran Pane. Padahal Soe Hok Gie hanya menulis surat-suratnya di catatan
harian yang kemudian booming setelah diterbitkan LP3ES. (Lihat:Catatan Harian Sang Demonstran,
LP3ES: 1983)
Berbeda dengan Lafran Pane. Pemuda kelahiran Sumatera Utara itu menggorganisir kawan-kawannya
untuk bergerak melawan Sistem Pendidikan Barat di kampus-kampus kala itu. Lafran tahu betul latar
belakang kemunduran Pemuda Indonesia tidak lain karena pendidikan sekularisme yang ditanamkan oleh
Belanda jauh-jauh hari.
Ia juga mengkritik berkembangnya ajaran komunis di masyarakat Indonesia sebagai perusak kemurnian
Tauhid. Hingga pada klimaksnya ia kemudian mendirikan Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) sebagai
pusara pergerakan pemuda Islam melawan kedigdayaan westernisasi.
Ironisnya, HMI yang dulu dibesarkannya justru kini banyak diinflitrasi tradisi pemikiran Barat yang padahal
dulu dilawannya di tahun 1947 (baca: tahun lahir HMI). Namun pernahkah tokoh-tokoh muda muslim seperti
Lafran diangkat di media? Inilah taktik Freemason yang berhasil mereka mainkan hingga sekarang.
(Pz/eramuslim/globalkhilafah.blogspot.com)
Jejak Sejarah Yahudi di Indonesia
SEJAK gerakan zionis internasional Freemasonry didirikan di Inggris tahun 1717, orang Yahudi lebih suka
menyelubungi aktivitas mereka dengan selimut perkumpulan teosofi yang bertujuan "kemanusiaan".
Pengumpulan dana dipusatkan di New York. Sejak 17 November 1875, pimpinannya adalah seorang
Yahudi di Rusia, Nyonya Blavatsky. Jurnal The Theosofist, yang diterbitkan di New York, pada terbitan
tahun 1881 menyiarkan kabar bahwa Blavatsky mengutus Baron van Tengnagel untuk mendirikan loge,
rumah ibadat kaum Vrijmetselarij/Freemasonry di Pekalongan. Kota ini dipilih karena sejak 1868 berubah
status dari desa menjadi kota, di samping dikenal sebagai konsentrasi santri di Jawa Tengah. Loge didirikan
tahun 1883, tetapi tidak berkembang karena reaksi keras masyarakat berhubung praktek ritualisme mereka,
yaitu memanggil arwah. Karena itu, penduduk menyebut loge sebagai gedong setan.
Pengalaman Pekalongan memaksa mereka mengalihkan kegiatan ke Batavia. Dua loge besar didirikan di
Jalan Merdeka Barat (sebelumnya bernama Blavatsky Straat), dan Jalan Budi Utomo (sebelumnya
bernama Vrijmetselarijweg). Dua loge itu, di samping loge yang didirikan di Makassar, Bandung, Surabaya,
Yogyakarta, menjadi pusat kegiatan ritual saja, untuk Yahudi Belanda dan Eropa, yang bekerja di Hindia
Belanda di sektor birokrasi VOC/Pemerintah Hindia Belanda, dan swasta.
Hindia Belanda dianggap negeri yang aman sebagai wilayah operasi mereka, karena penduduk
menganggap Yahudi Belanda/Eropa sebagai orang Nasrani. Di samping itu, Gubernur Hindia Belanda
selalu menjadi pembina Rotary Club.
Aktivitas ritual belaka berujung pada kebuntuan: gerakan zionis jalan di tempat. Maka, gerakan zionisme
intenasional untuk Asia, yang berpusat di Adyar, India, pada 31 Mei 1909 mengutus Ir. A.J.E. van
Bloomenstein ke Jawa.
Untuk mengubah pola pergerakan, pada 12 November 1912 Bloomenstein berhasil mendirikan
Theosofische Vereeniging (TV), yang kemudian mendapatkan rechtpersoon, pengakuan, dan dimuat dalam
Staatblaad No. 543.
TV bekerja di kalangan intelektual dan calon intelektual bumiputra. TV pun membiayai Kongres Pemuda I,
1926. Kongres itu bahkan digelar di loge Broederkaten di Vrijmetselarijweg. Akibatnya, ormas pemuda
memboikot kongres itu, dan reaksinya adalah, pada 27 dan 28 Oktober 1928 ormas pemuda menggelar
Kongres Pemuda II yang menghasilkan Sumpah Pemuda.
Aktivitas zionis yang kian meningkat di Hindia Belanda tidak saja di kalangan masyarakat, melainkan juga di
pemerintahan, menjelang dan pasca-Perang Dunia I itu, menggelisahkan orang-orang Jerman. Terutama
peran Snouk Hurgronje, Belanda Yahudi, dalam Perang Aceh.
Seperti diketahui, Turki sebagai sekutu Jerman gagal membantu Aceh karena panjangnya garis supply.
Kehadiran agen zionis internasional Sneevliet di Jawa, yang berhasil mengkader pemuda intelektual
Indonesia, makin menguatkan tekad Jerman untuk meruntuhkan pemerintah zionis Hindia Belanda.
Hal itu tercium oleh agen Belanda. Tersebarlah isu bahwa H.O.S. Tjokroaminoto menerima dana 2 juta
gulden untuk mengkudeta kompeni. Untuk mengonfirmasi kebenaran isu itu, Agus Salim ditugaskan
menguntit Tjokroaminoto. Ironisnya, kewibawaan Tjokroaminoto malah mempesona Salim, dan tahun 1918
Salim mengetok kawat dari Surabaya, mengabarkan bahwa ia masuk SI (Sarikat Islam) dan berhenti
sebagai agen.
Di bidang bisnis, orang Yahudi di Jakarta menguasai pusat bisnis elite di Pasar Baru, Jalan Juanda, dan
Jalan Majapahit. Mereka menguasai perdagangan permata, jam tangan, dan kacamata. Pusat hiburan elite
di Jakarta juga diramaikan oleh pemusik Yahudi Polandia. Akhirnya, Batavia menjadi salah satu kota zionis
yang terpenting di Asia.
Maka, tidak mengherankan ketika Jepang sebagai sekutu Jerman merebut Indonesia dari tangan Belanda,
Jepang melakukan kampanye anti-zionis itu. Tokoh-tokoh zionis Hindia Belanda, seperti Ir. Van Leeweun,
dikirim ke kamp tahanan dan tewas di situ. Kesadaran anti-zionis juga merebak di kalangan rakyat. Dr.
Ratulangi pada Maret 1943 memimpin rapat raksasa di Lapangan Ikada, mengutuk zionisme.
Usaha menghidupkan lagi gerakan zionisme masih dilakukan pascakemerdekaan. Pada 14 Juni 1954,
berdiri Jewish Community in Indonesia, dipimpin Ketua F. Dias Santilhano dan Panitera I. Khazam. Di
dalam anggaran dasarnya dinyatakan, perkumpulan itu merupakan kelanjutan dari Vereeniging Voor
Joodsche Belangen in Nerderlandsch-Indie te Batavia, yang berdiri pada 16 Juli 1927.
Tidak jelas, apakah perkumpulan itu di masa reformasi kini masih eksis atau tidak. Namun, pembicaraan
yang menyeruak akhir-akhir ini, tentang operasi zionis internasional di Indonesia, kiranya mempunyai dasar
yang kuat. Baik ditilik dari sejarah kita maupun data muktahir, seperti kesaksian mantan Pangkopkamtib
Jenderal Soemitro, yang termuat dalam memoarnya yang ditulis oleh Ramadhan KH. Di situ antara lain
dikatakan, "Saya sendiri tidak pernah punya hubungan dengan Israel, paling-paling, saya ingat, saya
pernah datang ke Jalan Tosari memenuhi undangan mata rantai Israel yang ada di Jakarta."
KEBOHONGAN SEJARAH DALAM INJIL-INJIL PERJANJIAN BARU
Injil-injil kanonik dalam Perjanjian Baru ternyata mengandung banyak kesalahan periwayatan sejarah, yang
tak dapat dijelaskan dan dijawab secara memuaskan, dan sekaligus membuktikan bahwa Injil-injil kanonik
(Injil Matius, Injil Markus, Injil Lukas, Injil Yohanes) hanya bisa disejajarkan dengan dongeng mitologi zaman
baheula. Injil-injil berisi berbagai peristiwa yang sebenarnya tak pernah terjadi. Injil-injil hanyalah kelanjutan
episode cerita mitos pagan seperti dewa matahari seperti Mithras, Horus, dan Bacchus, dll.
Cerita mengenai penyaliban, kebangkitan orang-orang kudus versi Matius, gempa bumi, kebangkitan, dan
penyaliban itu sendiri adalah peristiwa-peristiwa mitos, yang tidak direkam oleh sejarawan yang tinggal
selama periode waktu tsb. Philo Judaes hidup sekitar tahun 50 M dan ia tidak pernah menyebutkan
peristiwa-peristiwa seperti apa yang telah diceritakan oleh Injil kanonik. Kesaksian Pilatus TIDAK menyebut
Yesus. Ribuan orang kriminal disalib oleh Romawi, tetapi tidak ada cerita mengenai Yesus, karena memang
Pilatus tidak pernah menyalib Yesus. Yesus telah diselamatkan oleh Allah berdasarkan Qur'an 4:157.
Matius adalah satu-satunya Injil Perjanjian Baru yang mencatat 'pembantaian bayi-bayi yang tidak berdosa
atas perintah Herodes'. Kami memiliki berbagai komentar cendekiawan yang menyatakan bahwa 'peristiwa
pembantaian bagi-bayi oleh Herodes' hanyalah kilas balik dari mitologi pagan. Dewa matahari orang Yunani
kuno, Roma, dan Mesir diancam ketika lahir, dan perintah pembunuhan kepada 'semua bayi-bayi yang baru
lahir'. Episode Injil Matius 2:16 adalah suatu bentuk replay yang dilakoni oleh Yesus yang menjiplak
kepercayaan masyarakat pagan.
Istilah 'Tuhan Anak' yang diatributkan untuk Yesus mengimplikasikan kepercayaan Pagan Trinitas. Title
'Domba Tuhan' (Lamb of God) tidaklah unik, sebab telah terlebih dahulu dipakai agama Hindu untuk kristus
atau mesias mereka yaitu Krishna.
Berikut ini adalah beberapa error historis dalam Injil. Kami harap Anda enjoy membacanya.
Herodes tidak pernah memerintahkan pembantaian balita
Ramalan yang dihubung-hubungkan untuk kelahiran seorang mesias bernama Yesus yang jiwanya
terancam karena keputusan Herodes membunuh bayi-bayi yang tidak berdosa hanya ada dalam Injil Matius
2:16-18 yang mengklaim itu adalah nubuat dari Yeremia 31:15 yang menyatakan bahwa "Di Rama
terdengar ratapan, tangisan yang pahit pedih: Rahel menangisi anak-anaknya, ia tidak mau dihibur karena
anak-anaknya, sebab mereka tidak ada lagi".
Konteks Yeremia adalah bukan nubuat masa depan dimana anak-anak dibantai oleh Herodes. "Rahel
menangisi anak-anaknya' merefer kepada ibu dari Yusuf dan Benyamin (dan istri dari Yakub) yang
menangisi anak-anaknya. Pada konteks ini adalah mengenai penawanan Babylonia. Ayat berikutnya
mengatakan bahwa orang-orang yang mengalami pembuangan akan kembali.
Pembantaian oleh Herodes (Matius 2:16) adalah bohong karena pengarang Injil Matius adalah satu-satunya
orang yang mencatat peristiwa ini.
Sejarawan Yahudi Flavius Josephus tidak mencatat peristiwa ini.
"Karena kita telah melihat, cerita-cerita malaikat-malaikat dan gembala-gembala, dalam Lukas, dan dari
orang bijak, dalam Matius, adalah catatan ulang dari tema mistis orang-orang Mesir pada tahun sekurang-
kurangnya dua ribu tahun lebih awal. Mereka melukiskan dalam bentuk seni di Luxor. Tidak ada bukti
historis "pembantaian orang-orang yang tak berdosa" oleh Herodes. Pikiran sehat mengatakan kepada kita
bahwa sebuah perintah seperti ini tidak mungkin. Apakah Herodes bermaksud untuk membunuh anak-anak
dari teman-temannya, tentara-tentaranya, pelayan-pelayan sipilnya, turis-turis yang lewat, dan lain-lain
(Tom Harper, The Pagan Christ, hal. 126)
Injil-injil Error dalam Geografi
Markus 7:31 menyatakan bahwa Yesus meninggalkan kota Tyre pergi ke Danau Galilee (Laut Galilee)
melalui kota Sidon. Ini benar-benar tidak masuk akal. Kita lihat peta dibawah ini.
Selain itu, Markus menyatakan bahwa Yesus naik perahu menyeberangi Danau Galilee (Laut Galilee)
menuju Dalmanutha. Lokasi Dalmanutha secara pasti tidak diketahui, atau tidak akurat, karena terletak di
sebelah timur perairan Galilee sebagai negeri Gadarenes (Markus 8:10 KJV Bible). Gerasa terletak lebih
dari 30 mil dari tenggara Danau Galilee, jadi jauh sekali jika kita melihat setting cerita Bible ini. Pengarang
Injil Matius tampaknya sadar betapa errornya Injil Markus, sehingga ia mengubah kata 'Gadarenes' menjadi
'Gergesenes' (Lihat Matius 8:28 KJV). Gadara hanya berjarak 8 mil dari Danau Galilee.
Banyak contoh-contoh yang tidak masuk akal dalam memahami alur cerita Injil-injil Perjanjian Baru ini.
Markus 10:46 menyatakan bahwa lokasi dimana orang buta disembuhkan adalah setelah Yesus
meninggalkan kota Jericho, sedangkan Lukas 18:35;19:1 menyatakan lokasi orang buta disembuhkan
adalah sebelum Yesus memasuki kota Jericho Jika umat Kristen menganggap masalah ini bukan
kontradiksi, maka konsekuensinya injil-injil Perjanjian Baru hendak memberitahu kita bahwa ada dua kota
bernama Jericho di Palestina
Dalam Markus 10:46 juga disebutkan bahwa rombongan Yesus berjalan dari Jericho ke Yerusalem via
Bethpage dan kemudian Bethany. Ini sangat aneh, sebab Yerusalem lebih jauh daripada Bethpage. Matius
yang sering menjiplak Injil Markus tampak hati-hati dalam masalah ini, Matius dengan pintar telah
menghilangkan kata 'Bethany' seperti yang dapat kita saksikan dalam Matius 21:1.
Cerita Injil mengenai kegelapan, gempa bumi, dan mayat berjalan-jalan adalah bohong
Matius (27:50-54) menyatakan bahwa pasca kematian Yesus terdapat beberapa peristiwa ajaib, berawal
dari terbelahnya kuil, disusul gempa bumi, terbelahnya bukti-bukti batu, dan tiba-tiba saja kuburan tempat
bersemayam orang-orang kudus terbuka dan terjadi penampakkan mayat sedang berjalan berombongan
dari kuburan menuju kota Yerusalem dan disaksikan orang-orang dan tentara Romawi.
Dongeng Kristen tsb hanya dapat diciptakan oleh gereja dan diimani berdasarkan ketakhayulan umat
Kristiani, karena pada faktanya tidak mendapat dukungan dari sumber-sumber sejarah sekuler (non-
biblikal). Dapatkah kita bayangkan jika kuburan di TMP Kalibata Jakarta tiba-tiba saja terbuka, dan
tengkorak-tengkorak keluar dari kuburan mereka masing-masing lalu berjalan berombongan dengan hanya
mengenakan sehelai kain kafan menuju Stasiun Gambir, pastilah peristiwa ini akan menjadi bahan berita
yang luar biasa hebohnya dan diliput/dicatat oleh berbagai media massa cetak dan elektronik, menjadi
bahan perbincangan penduduk kota Jakarta, serta dicatat oleh sejarawan Indonesia maupun para turis
yang hanya sekedar berwisata ke Jakarta.
Faktanya adalah bahwa kisah-kisah takhayul omong kosong dari agama Kristen ini tidak didukung oleh
catatan sejarawan Romawi, Yahudi, maupun sejarawan yang tinggal diPalestina kala itu, dan hal ini
memudahkan kita untuk dapat menarik kesimpulan bahwa cerita Injil Matius adalah tak lebih hanya
dongeng yang dibuat-buat oleh bapak-bapak gereja.
"...mengenai kegoncangan dan "kegelapan menyelimuti seluruh bumi"...tidak ada sejarawan-sejarawan
yang mencatat peristiwa tsb..." (Deceptions & Myths of the Bible, Lloyd Graham hal. 349)
"Cerita mengenai gempa bumi, kenaikan lapisan bebatuan, terbukanya kuburan-kuburan, dan
penampakkan orang mati, adalah hanya dinyatakan dalam Injil Matius, yang ditulis hampir delapan puluh
tahun setelah peristiwa tsb, sehingga tidak dipastikan keautentikannya. Tentu saja tidak ada alasan
mengapa satu gempa bumi seharusnya tidak terjadi pada hari itu, tetapi jika itu benar-benar telah terjadi
ditempat tsb hampir tidak dapat dibayangkan bahwa tidak ada dari tiga Injil-injil yang lebih awal
menyebutkan peristiwa tsb." (The Paganism in Our Christianity, Arthur Weigall, 1928, hal. 62)
Tidak ada sensus Romawi kala Yesus lahir
Sub bab ini akan mudah dipahami jika Anda telah membaca artikel: Kelahiran Yesus dan Sensus
Quiriniusrecommended
Kapan Yesus lahir Menurut Lukas, itu terjadi selama pemerintahan Gubernur Romawi Quirinius, pada saat
itu sebuah sensus diperintahkan oleh Augustus keseluruh dunia (9). Menurut Lukas dan Matius kelahiran
Yesus terjadi ketika masa pemerintahan raja Herodes Yang Agung. (10) Masalahnya adalah Herodes mati
pada tahun 4 SM, dan ini 10 tahun sebelum sensusnya Quirinius. Selain itu, pada saat masa pemerintahan
Herodes, tidak ada sensus Romawi yang terjadi diwilayahnya, yang meliputi baik Yudaea dan Galilee,
tempat Bethelem dan Nazareth. (11)Herodes akan telah memungut pajaknya sendiri, dan memberikan upeti
kepada Romawi. Terakhir, eksistensi dari sebuah sensus diseluruh [wilayah] kekaisaran adalah
bertentangan dengan kebiasaan Romawi, yang mengumpulkan pajak provinsi demi provinsi.
(http://www.infidels.org/library/modern/larry_taylor/messiahgate.html)
Meskipun Lukas 1:5 menyatakan kelahiran Yesus di "masa Herodes, Raja Yudea," yang mati pada tahun 4
SM, ia membutuhkan perjalanan jauh dari Galilee ke Bethlehem agar terjadi sebagai respon untuk satu
sensus yang diperintahkan ketika "Quirinius adalah gubernur Syria." Karena sejarawan mengetahui, "satu-
satunya sensus yang diatur ketika Quirinius menjadi wali di Syria hanya mempengaruhi Yudaea, bukan
Galilee, dan terjadi pada tahun 6-7 M, sepuluh tahun pasca kematian Herodes Yang Agung." Dalam
kekhawatirannya untuk menghubungkan asuhan orang Galilee yang dianggap kelahiran Bethlehem, Lukas
telah keliru dalam fakta-faktanya. Sesungguhnya, kekhawatiran Lukas telah melingkupinya dalam beberapa
hal yang sebenarnya tidak masuk akal, seperti tidak perlu berjalan sembilan puluh mil seorang wanita di
hari-hari terakhir kehamilannya- sebagaimana itu adalah Yusuf keturunan Daud yang dianggap telah
didaftarkan dalam kampung leluhur, bukan Maria orang Lewi. Tapi jeleknya, Lukas telah dipaksa untuk
membuat sebuah dislokasi universal untuk sebuah registrasi pajak yang sederhana: yang dapat
membayangkan orang-orang Romawi mewajibkan jutaan [orang] dalam [wilayah] kekaisaran untuk
perjalanan jauh dua puluh dari ratusan mil ke desa-desa millenium - leluhur hanya untuk menandatangi satu
pajak. Tidak perlu dikatakan, tidak ada peristiwa seperti ini terjadi dalam sejarah kekaisaran Romawi, tetapi
Mikha 5:2 harus digenapi. (Randel Helms, Gospel Fictions, pp. 59-60)
Error, sejauh ini, mungkin kelihatan agak marginal. Injil ketiga telah keliru mengenai sebuah sensus lokal di
Yudaea dengan satu dekrit dari Augustus; Injil Lukas telah mencoba untuk mencatat tanggal cerita
Quirinius, dimanapun, seperti yang dimiliki Matius, ceritanya terjadi ketika Herodes Yang Agung. Pada
faktanya, akan menjadi sulit. Disini ada satu kontradiksi pada cerita Lukas: Jika Quirinius adalah gubernur,
sensus Romawi adalah kredibel tetapi Herodes adalah satu kesalahan. Ada juga satu kontradiksi dengan
cerita Matius: Jika Quirinius atau sensus Romawi adalah benar, Herodes adalah bukan raja dan cerita
Matius dari Orang Bijak, pembantaian anak kecil yang tidak berdosa dan pelarian ke Mesir maka
berdasarkan kronologis adalah tidak mungkin. Jika Herodes adalah raja, disana tak ada sensus menurut
Caesar Augustus. Meskipun jika disana telah ada sebuah sensus, pandangan Injil ketiga ini akan
menghadapi masalah-masalah berikutnya. (Robin Lane Fox, The Unauthorized Version: Truth and Fiction In
The Bible (Penguin Books Ltd, 1991), pp. 30-31)
Meskipun registrasi seluruh warga negara Romawi dibuktikan pada tahun 28 SM, 8 SM, dan 14 M dan
pendaftaran di provinsi-provinsi individual dari registrasi sensus untuk yang adalah bukan warga negara
Romawi adalah juga dibuktikan, nyatanya sebuah sensus di seluruh Romawi dibawah Caesar Augustus
adalah tidak diketahui berdasarkan sumber-sumber non-Perjanjian Baru. Dan lagi, ada permasalahan
historis terkenal terkait dengan penanggalan sensus versi Lukas ketika Quirinius adalah gubernur Syria,
dan berbagai upaya untuk memecahkan kesulitan ini telah terbukti tidak berhasil. P. Sulpicius Quirinius
menjadi wali dari provinsi Syria pada tahun 6-7 M ketika Yudea dianeksasi kedalam provinsi Syria. Pada
saat itu, sebuah sensus provinsi Yudea digelar. Jika Quirinius telah menjadi wali Syria sebelumnya, maka
itu harus terjadi sebelum tahun 10 SM karena banyak wali Syria dari tahun 10 SM hingga 4 SM (kematian
Herodes) yang telah diketahui, dan sebuah tanggal bagi sebuah sensus lebih awal dibawah Quirinius akan
menciptakan masalah tambahan bagi penanggalan awal dari ministry Yesus (Luke 3:1, 23). Satu legateship
sebelumnya yaitu setelah tahun 4 SM (dan sebelum tahun 6 SM) tidak akan cocok dengan penanggalan
kelahiran Yesus dizaman Herodes (Lukas 1:5; Matius 2:1). Lukas mungkin secara sederhana
mengkombinasikan kelahiran Yesus di Bethelehm dengan kesamaran dari sebuah sensus dibawah
Quirinius (lihat juga Acts 5:37) untuk menekankan signifikansi dari kelahiran ini bagi dunia Romawi secara
keseluruhan: melalui anak yang lahir di Bethlehem maka damai sejahtera dan penyelamatan datang ke
kekaisaran.(http://www.nccbuscc.org/nab/bible/luke/luke2.htm)
"...Lukas memberitahu bagaimana sebuah dekrit keluar dari Augustus bahwa "seluruh dunia akan
diregistrasi". Masalahnya adalah bahwa secara historis ini tidak bisa ditelusuri....Sederhananya Yusuf dan
Maria ke Bethelem demi alasan teologis. Mesias akan berasal dari keturunan Daud, dan jadi dari
Bethlehem. Lukas mengatakan kelahiran Yesus terjadi ketika Quirinius adalah gubernur Syria. Artinya
adalah bahwa ini tidak terjadi sebelum tahun 6 SM, tahun yangmana kita tahu tatkala ia mengambil kantor
[masuk kantor untuk pertama kalinya, ed]. Pada waktu yang sama, Matius mengatakan Yesus dipahami
ketika Herodes Yang Agung adalah penguasa di Yudea. Tetapi Herodes mati ditahun 4 SM! Pengarang
misteri Yesus ini menyatakan bahwa keajaiban rillnya Maria, jika kedua referensi diambil dengan sungguh-
sungguh, adalah "10 tahun kehamilan". Bagi Matius, kampung halaman Yesus adalah Bethlehem. Bagi
Lukas, kampung halaman Yesus adalah Nazareth. (Tom Harper, The Pagan Christ, pp. 125-126)
"Meskipun narasi kelahiran Yesus dalam Matius dan Lukas memberikan kesepakatan diam-diam untuk
yang tradisi Nazareth. Matius harus membangun satu alasan sehingga keluarga suci kembali ke Nazareth
dari rumah Bethlehem dan tempat berkumpul orang Mesir, karena Matius tidak menyangkal asal usul Yesus
Nazareth (Matt. 2:21ff). Lukas, yang mengasumsikan kebenaran dari sebuah rumah Nazareth bagi Yesus
meskipun dalam kanak-kanaknya, harus mengembangkan sebuah narasi sehingga ibunya Yesus keluar
dari Nazareth sekurang-kurangnya pada momentum kelahirannya yang benar/ Jadi di Injil kita membaca
sebuah pajak atau pendaftaran terjadi ketika Quirinius adalah gubernur Syria. Sekarang tidak ada literal dari
sensus itu yang hampir secara universal ditolak karena berbagai alasan, tidak sekurang-kurangnya karena
Quirinius tidak menjadi gubernur Syria, menurut catatan sekuler, hingga tahun 6-7 M, yang mana Yesus
akan berusia sekitar 10 tahun. Kedua, tidak ada catatan yang berasal dari sumber sekuler yang akan
menunjukkan bahwa kembali ke tempat asal usul leluhur diwajibkan di setiap sensus atau untuk setiap
bentuk perpajakan. (John Shelby Spong, Resurrection: Myth of Reality hal. 172)
Ujian terhadap Yesus di puncak gunung oleh Iblis adalah cerita bohong
Cerita bahwa Iblis menguji Yesus dengan membawanya ke puncak gunung tertinggi sehingga ia dapat
melihat semua kerajaan dunia dari puncak gunung (lihat Matius 4:7-8), adalah sangat tidak logis. Omong
kosong! Karena bagaimana mungkin kita dapat melihat seluruh dunia dari puncak gunung, meskipun itu
adalah gunung tertinggi diseluruh dunia. Ingatlah bumi adalah bulat seperti telur, bukan datar. Jadi
meskipun kita pergi ke puncak gunung tertinggi dunia di Himalaya, kita tidak dapat melihat seluruh bentuk
permukaan bumi.
Tidak Ada Penyaliban Yesus
Orang-orang Yahudi berkata kepada Yesus (lihat Yoh 8:57, ed): "Umurmu belum sampai lima puluh tahun
dan engkau telah melihat Abraham" Seandainya Yesus masih berusia tiga belas tahun, orang-orang Yahudi
akan berkata: "Umurmu belum sampai empat belas tahun," dan tidak akan berkata: "Umurmu belum sampai
lima puluh tahun,"....; jadi, seandainya Yesus disalib ketika itu pastilah ia berusia sekitar lima puluh tahun,
tetapi, sebagaimana kita kemukakan ditempat lain... tidak ada bukti apapun, dalam buku, inskripsi, atau
monumen, bahwa Yesus dari Nazareth dicambuk atau disalib dizaman Pontius Pilatus. Josephus, Tacitus,
Pliny, Philo, tidak juga dari mereka, yang menyatakan fakta adanya penyaliban ini. (T.W. Doane, Bible
Myths and their Parallels in other Religions, hal. 516)
Pada abad ke sembilan belas seorang sarjana terkenal, Rabbi Wise, meneliti catatan-catatan dari
pengadilan Pilatus, masih terdapat, bagi bukti dari trial ini. Ia tak menemukan apapun. (Lloyd Graham,
Deceptions and Myths of the Bible, p. 343)
Tidak ada verifikasi dari tulisan-tulisan sejarawan menyangkut penyaliban Yesus seperti Philo, Tacitus,
Pliny, Suetonius, Epictectus, Cluvius Rufus, Quintus, Curtis Rufus, Josephus.
"Penyembahan dewa-dewa yang menderita ditemukan disemua sisi, dan kepercayaan pada penyiksaan
korban di ritus pengorbanan manusia untuk penebusan dosa adalah sangat umum. Dewa-dewa Osiris,
Attis, Adonis, Dionysos, Herakles, Prometheus, dan yang lainnya, telah menderita demi umat manusia;
dengan demikian Hamba Yahweh juga dipahami harus disakiti demi dosa-dosa manusia. Tetapi
sebagaimana Saya katakan, konsepsi ini telah menerobos kedalam background di hari-hari Yesus" (The
Paganism in Our Christianity, Arthur Weigall, 1928, hal. 106)
Tidak mungkin Yesus mati dihari jumat atau malam Sabtu
"Tidakkah aneh bahwa penyaliban seharusnya terjadi selama Paskah Diantara orang-orang Yahudi, ini
adalah peristiwa paling sakral. Bagi mereka untuk menyalibkan siapapun orangnya pada waktu ini, mereka
akan melanggar sekurang-kurangnya tujuh dari hukum agama mereka. Mengapa mereka kemudian
melanggar kesucian dengan menjadi pembunuh" (Lloyd Graham, Deceptions and Myths of the Bible, hal.
345)
"Kesulitan terbesar dari sudut pandang dari prosedur Yahudi berkenaan dengan menghukum adalah hari
dan waktu eksekusi tsb. Menurut Injil-injil tsb, Yesus mati pada hari jumat, malam Sabbath. Namun pada
hari itu, dalam pandangan dari pendekatan Sabbath (atau hari libur), eksekusi-eksekusi terakhir hingga
paling akhir pada sore adalah hampir tidak mungkin (Sifre, ii. 221; Sanh. 35b; Mekilta to Wayaḳhel). (Jewish
Encyclopedia Online)
Apakah Yesus benar-benar mati disalib
Penyaliban adalah sebuah proses pembunuhan yang lamban. Kematian biasanya memakan waktu
beberapa hari. Kematian dimulai dari kehausan, ketidakmampuan untuk bernafas sebagai hasil dari posisi
tegak atau diserang oleh binatang liar. Mengapa Yesus, yang sedang fit dan sehat berjalan ke desa yang
berjarak jauh, kematian begitu cepat hanya menunggu beberapa jam saja
Pada tahun 297 M, atas perintah Kaisar Maximian, tujuh orang Kristen di Samosata disiksa dan kemudian
disalib. Menurut Alban Butler, (5) di
Hipparchus [satu dari mereka], seorang tua yang dihormati, mati disalib dalam waktu pendek. James,
Romanus, dan Lollianus, mati dihari berikutnya ditikam oleh tentara-tentara sambil digantung disalib-salib
mereka. Philotheus, Habibus dan Paragrus diambil dari salib-salib mereka ketika mereka masih hidup.
Kaisar diberi informasi bahwa mereka masih hidup, memerintahkan paku-paku besar untuk diarahkan
ketangan...
Ada sejumlah kasus yangmana orang disiksa secara kejam, kemudian disalib dengan posisi kepala
dibawah, namun survive selama 24 jam atau lebih. http://custance.org/old/incarnation/7ch2.html
Benarkah cuka membuat orang lekas mati
Cuka (vinegar) mempunyai sebuah efek stimulus, tetapi mengapa setelah Yesus makan cuka, justru
membuat ia lekas mati, padahal sebelum ia makan cuka, kondisi tubuhnya masih fit (Lihat Yohanes 19:29)
Rekayasa sosok Pilatus
Injil-injil menggambarkan Pontius Pilatus sebagai orang yang baik hati dan segan untuk penyaliban Yesus.
Tetapi sejarah menceritakan gambaran yang berbeda tentang dirinya. Ia adalah seorang dikuasakan atas
wilayah Yudea dari tahun 26-36 M, dan ia adalah orang yang kejam dan korup. Mengapa tidak ada kritik
baginya dalam Injil-injil
Sebaliknya, ditampilkan oleh Philo dan Josephus, Pilatus "adalah subyek dari tradisi negatif lebih daripada
kepala daerah lainnya dan procurator-procurator (orang-orang yang dikuasakan)," jadi pencipta-pencipta
dari narasi penderitaan [Yesus] orisinil tidak mempunyai alasan untuk tidak menyebut Pilatus melalui nama
dan untuk mencelanya. Situasi ini diubah pada periode setelah revolusi orang-orang Yahudi pertama dalam
tulisan-tulisan Matius dan Lukas, yangmana Pilatus dibebaskan dari tuduhan dan pendeta tertinggi dinamai
tanpa keragu-raguan. http://earlychristianwritings.com/passion.html
Jadi kita dapat ketahui bahwa Injil-injil kanonik telah memalsukan sejarah karena mereka menggambarkan
Pilatus sebagai seorang baik hati padahal sejarah menggambarkannya sebagai orang jahat. Namun Gereja
koptik di Ethiopia justru menyatakan Pilatus sebagai orang kudus.
Kebiasaan Romawi tidak mengenal pembebasan narapidana
Cerita mengenai Barabbas yang dibebaskan sebagai bentuk pertukaran bagi Yesus adalah diduga fiksi.
Injil-injil menggambarkan sebuah kebiasaan Romawi untuk membebaskan seorang narapidana selama
perayaan Paskah, tetapi sejarah Romawi tidak mencatat adanya kebijakan seperti ini.
Di semua riwayat Perjanjian Baru, Pilatus ragu-ragu untuk menghukum Yesus hingga kerumunan Yahudi
menyatakan tegas. Beberapa kalangan telah menyarankan bahwa ini mungkin satu upaya oleh
percekcokan orang-orang Kristen awal untuk menjilat pantat dengan Roma melalui penempatan
menyalahkan bagi eksekusi Yesus pada Yahudi, dan bahwa itu adalah bagian dari proses oleh yangmana
Kristen Paulinistik marginalis masih memperhatikan Yahudi Kristen dari orang yang mengelak (orang-orang
Ebion) (http://www.answers.com/Pontius%20Pilate)
Cerita Barabbas mempunyai signifikansi sosial yang spesial, karena cerita ini telah sering digunakan untuk
menimpakan kesalahan Penyaliban pada orang-orang Yahudi dan membenarkan paham anti-Semit.
Sebanding, signifikansi sosial dari cerita ini untuk para pendengar awal adalah bahwa cerita ini
membersihkan kesalahan yang melekat pada kekaisaran Romawi, menghapus satu hambatan sehingga
agama Kristen secara resmi diterima. (http://en.wikipedia.org/wiki/Barabbas)
**Jadi, cerita mengenai Barabbas sengaja dibuat untuk membebaskan tuduhan yang melekat pada orang-
orang Romawi dan menyerahkan beban kesalahan hanya kepada orang-orang Yahudi.
**Problem yang dihadapi oleh Injil-injil kanonik tidak hanya mengenai masalah kepengarangan yang
anonim, Injil-injil ini nyatanya bukanlah disusun oleh para pengikut Yesus. Bahasa asli Injil-injil kanonik ini
adalah Yunani, bukan bahasa Ibrani dan Aramaik, dan diproduksi di kota-kota tempat kediaman bangsa
non-Yahudi seperti Roma dan Smyrna.
Tiga injil sinoptik menyatakan Yesus ditahan dan dijatuhi hukuman oleh Sanhedrin pada malam Paskah. Ini
bukanlah sejarah riil karena Sanhedrin, berdasarkan hukum Yahudi, dilarang untuk bertemu over paskah,
Injil-injil ini menyatakan bahwa penahanan dan trial terjadi pada malam, tetapi Sanhedrin "dilarang untuk
bertemu pada malam, di rumah-rumah pribadi, atau dimanapun diluar batas kuil." (Holy Blood, Holy Grail
349).
Ketidaklogisan historis lainnya dalam cerita penyaliban Yesus adalah memindahkan tubuh Yesus dari salib.
Menurut hukum Romawi pada waktu itu, seorang pria/wanita yang disalib tidak boleh dikubur. Orang tsb
ditinggalkan untuk burung-burung, dan binatang-binatang, sebagai bentuk penghinaan atas eksekusi ini.
Hukuman bagi pencuri adalah bukan disalib. Riwayat Perjanjian Baru mengenai penyaliban menyatakan
dua orang pencuri disalib dengan Yesus. Penyaliban tidak pernah dijatuhi kepada pencuri.
Sekarang mengapa Yesus harus dilahirkan di Bethlehem Apakah ini juga untuk menggenapi sebuah
ramalan sebelumnya, atau hanya karena untuk sebuah dekrit pajak kedua-duanya tidak; Yesus sedang lahir
di Bethelem untuk alasan sama [dimana] Yusuf dan Daud disana dilahirkan. Bethelehem adalah "rumah
roti" mistik, sumber dari planetary substance. Jadi tempat terjadinya peristiwa ini adalah tidak historis
melainkan dirancang. Dan sedemikian rupa adalah keseluruhan cerita. Ketika kita melihat dari sisi historis,
ini menjadi jelas. Menurut riwayat, Herodes adalah raja pada the alleged time, 1 Masehi, tetapi menurut
pengetahuan ilmiah sekarang, Herodes mati sekurang-kurangnya empat tahun sebelum [peristiwa] ini.
Menurut Lukas, Cyrenius adalah gubernur Syria selanjutnya, tetapi menurut catatan orang-orang Syria
bukan dia. Ada, tetapi, seorang Quirinius, yang memerintah dari tahun 13-11 SM. Jadi, kedua kalender atau
Injil-injil adalah salah, beberapa kalangan mengatakan sebanyak dua puluh tahun. Kekacauan mengenai
penanggalan mengimplikasikan ketidakpastian kepengarangan yang jauh sesudahnya, yang
mengkonfirmasi pernyataan kita bahwa Injil-injil ini tidak ditulis sampai dengan abad kedua atau ketiga.
(Lloyd Graham, Deceptions and Myths of the Bible, hal. 306)
"Penginjil tidak punyai andil bagi penelitian historis karena kita tahu itu" (Tom Harper, The Pagan Christ, hal.
153)