sedimen klastik aldo.doc

32
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Maksud Memahami tekstur dan struktur batuan sedimen klastik. Memahami bagaimana proses pembentukkan batuan sedimen klastik (petrogenesa). Menganalisa berbagai komposisi dalam batuan sedimen klastik. Memahami cara penamaan batuan sedimen dengan klasifikasi berdasarkan ukuran butir sesuai Wentworth 1.2 Tujuan Dapat mengidentifikasi tekstur dan struktur batuan sedimen klastik. Dapat memahani bagaimana proses pembentukkan batuan sedimen klastik (petrogenesa). Dapat menganalisa berbagai komposisi dalam batuan sedimen klastik Dapat memahami cara penamaan batuan dengan klasifikasi berdasarkan ukuran butir sesuai Wentworth 1.3 Waktu dan Tempat Pelaksanaan 1

Upload: donovan-pria-simpel

Post on 18-Dec-2015

278 views

Category:

Documents


17 download

DESCRIPTION

vdsf

TRANSCRIPT

BAB I

PENDAHULUAN XE "BAB I PENDAHULUAN" 1.1 Maksud

Memahami tekstur dan struktur batuan sedimen klastik.

Memahami bagaimana proses pembentukkan batuan sedimen klastik (petrogenesa).

Menganalisa berbagai komposisi dalam batuan sedimen klastik.

Memahami cara penamaan batuan sedimen dengan klasifikasi berdasarkan ukuran butir sesuai Wentworth

1.2 Tujuan

Dapat mengidentifikasi tekstur dan struktur batuan sedimen klastik.

Dapat memahani bagaimana proses pembentukkan batuan sedimen klastik (petrogenesa).

Dapat menganalisa berbagai komposisi dalam batuan sedimen klastik

Dapat memahami cara penamaan batuan dengan klasifikasi berdasarkan ukuran butir sesuai Wentworth

1.3 Waktu dan Tempat Pelaksanaanhari / tanggal: Senin, 20 dan 27 April 2013.

waktu

: 18.30 20.30 WIB

tempat:..Laboratorium Mineralogi, Petrologi, dan Petrografi Gedung Pertamina Sukowati UNDIP.

BAB III

HASIL DESKRIPSI3.1 Peraga No. H-1

No.Urut

: 1

Jenis Batuan

: Batuan sedimen klastikDimensi

: 13 x 8 x 3 cmDeskripsi Megaskopis: Warna: Coklat Struktur: Masif Tekstur: Ukuran Butir: Lempung ( < 1/256 mm) Fragmen

: Invisible

Matriks

: Lempung

Semen

: Non karbonatan

Bentuk butir: Invisible Kemas

: Invisible Sortasi

: Invisible

Deskripsi Komposisi: Fragmen: Invisible Matriks: Lempung Semen

: Non-KarbonatPetrogenesa: Batuan ini terbentuk oleh hasil transportasi yang membawa material-material dan batuan ini kesebuah tempat yang kemudian teendapkan dan mengalami diagenesa, dan terbentuklah batuan ini. Foto Batuan:

Nama Batuan: Batulempung (Wentworth, 1922)3.2 Peraga No. 12

No.Urut

: 2

Jenis Batuan

: Batuan sedimen klastikDimensi

: 16 x 5 x 4,5 cmDeskripsi Megaskopis: Warna: Hijau keabu-abuan Struktur: Masif Tekstur: Ukuran Butir: Lempung ( < 1/256 mm) Fragmen

: Invisible

Matriks

: Lempung

Semen

: Non karbonatan

Bentuk butir: Invisible Kemas

: Invisible Sortasi

: Invisible

Deskripsi Komposisi: Fragmen: Invisible Matriks: Lempung Semen

: Non-KarbonatPetrogenesa: Batuan ini terbentuk oleh hasil transportasi yang membawa material-material dan batuan ini kesebuah tempat yang kemudian teendapkan dan mengalami diagenesa, dan terbentuklah batuan ini. Foto Batuan:

Nama Batuan: Batulempung (Wentworth, 1922)

3.3 Peraga No. 119

No.Urut

: 3

Jenis Batuan

: Batuan sedimen klastikDimensi

: 11,5 x 5 x 3,5 cmDeskripsi Megaskopis: Warna: Coklat Struktur: Laminasi Tekstur: Ukuran Butir: Pasir sangat halus ( 1/16 - 1/8 mm) Fragmen

: Pasir sangat halus ( 1/16 - 1/8 mm) Matriks

: Lanau Semen

: Karbonatan

Bentuk butir: Rounded Kemas

: Tetutup Sortasi

: Baik

Deskripsi Komposisi: Fragmen: Pasir sangat halus ( 1/16 - 1/8 mm) Matriks: Lanau Semen

: KarbonatanPetrogenesa: Batuan ini terbentuk dari butiran-butiran yang berukuran pasir yang mengalami transportasi oleh pergerakan air seperti sungai, kemudian terendapkan pada suatu tempat, selanjutnya mengalami diagenesa, dan terbentuklah batuan ini.\Foto Batuan:

Nama Batuan: Batupasir (Wentworth, 1922)

3.4 Peraga No. 102

No.Urut

: 4

Jenis Batuan

: Batuan sedimen klastikDimensi

: 6 x 6,5 x 1 cmDeskripsi Megaskopis: Warna: Coklat Struktur: Laminasi Tekstur: Ukuran Butir: Pasir sangat halus ( 1/16 - 1/8 mm) Fragmen

: Pasir sangat halus ( 1/16 - 1/8 mm) Matriks

: Lanau

Semen

: Karbonatan

Bentuk butir: Rounded Kemas

: Tetutup Sortasi

: Baik

Deskripsi Komposisi: Fragmen: Pasir sangat halus ( 1/16 - 1/8 mm) Matriks: Lanau Semen

: KarbonatanPetrogenesa: Batuan ini terbentuk dari butiran-butiran yang berukuran pasir yang mengalami transportasi oleh pergerakan air seperti sungai, kemudian terendapkan pada suatu tempat, selanjutnya mengalami diagenesa, dan terbentuklah batuan ini. Foto Batuan:

Nama Batuan: Batupasir (Wentworth, 1922)

3.5 Peraga No.AA

No.Urut

: 5

Jenis Batuan

: Batuan sedimen klastikDimensi

: 7 x 5 x 4 cmDeskripsi Megaskopis: Warna: Abu-abu Struktur: Masif Tekstur: Ukuran Butir: Lanau ( 1/256 - 1/16 mm) Fragmen

: Invisible Matriks

: Lanau Semen

: Karbonatan

Bentuk butir: Invisible Kemas

: Invisible Sortasi

: Invisible

Deskripsi Komposisi: Fragmen: Invisible Matriks: Lanau Semen

: KarbonatanPetrogenesa: Batuan ini terbentuk dari hasil transportasi sari material-material yang berukuran lanau, kemudian terendapkan pada suatu tempat, kemudian mengalami diagenesa, dan terbentuklah batuan ini. Foto Batuan:

Nama Batuan: Batulanau (Wentworth, 1922)

3.6 Peraga No. 106

No.Urut

: 6

Jenis Batuan

: Batuan sedimen klastikDimensi

: 11 x 6 x 2 cmDeskripsi Megaskopis: Warna: Coklat Struktur: Laminasi Tekstur: Ukuran Butir: Pasir sangat halus ( 1/16 - 1/8 mm) Fragmen

: Pasir sangat halus ( 1/16 - 1/8 mm) Matriks

: Lanau

Semen

: Karbonatan

Bentuk butir: Rounded Kemas

: Tetutup Sortasi

: Baik

Deskripsi Komposisi: Fragmen: Pasir sangat halus ( 1/16 - 1/8 mm) Matriks: Lanau Semen

: KarbonatanPetrogenesa: Batuan ini terbentuk dari butiran-butiran yang berukuran pasir yang mengalami transportasi oleh pergerakan air seperti sungai, kemudian terendapkan pada suatu tempat, selanjutnya mengalami diagenesa, dan terbentuklah batuan ini. Foto Batuan:

Nama Batuan: Batupasir (Wentworth, 1922)

BAB IV

PEMBAHASAN

Telah dilaksanakan paktikum Geomorfologi acara Batuan Sedimen Klastik yaitu pada hari senin tanggal 20 dan 27 April 2015. Pada praktikum ini praktikan melakukan pendeskripsian secara megaskopis mulai dari warna, struktur, tekstur, ukuran butir, kemas, sortasi, dan komposisi batuan. Adapun peraga yang dideskripsi antara lain batuan no peraga H-1, batuan no peraga 12, batuan no peraga 119, batuan no peraga 102, batuan no peraga AA, dan batuan no peraga 106. Adapun pembahasan dari batuan ini antara lain :4.1 Batuan No. Peraga H-1Batu peraga pada nomor H-1 memiliki warna coklat. Dilihat dari strukturnya, batuan ini membentuk struktur yang kompak dan pejal, struktur ini disebut dengan masif. Dilihat dari tekstur, batuan ini memiliki tekstur klastik karena terdiri dari pecahan-pecahan atau pelapukan batuan yang lain.

Batuan ini memiliki ukuran butir lempung < 1/256 mm, sehimgga permukaan dari batuan ini sangat halus. Pada batu ini dapat diamati warnaya coklat cerah. Pada batu ini dapat diamati butir sedimen sangat merata dengan ukuran yang sangat kecil, dan tidak terlihat adanya butir yang berbeda ukuran, sehingga batuan ini tidak memiliki sortasi. Pada batuan ini tidak dapat dilihat adanya hubungan antara butir yang sangat rapat, sehingga batuan ini tidak memiliki kemas. Komposisi mineral pada batu berikut ialah komposisi mineral klastik, dimana mineral klastik tersebut terbentuk dari batu-batuan yang sudah ada sebelumnya atau hasil pelapukanya, yang kemudian batu tersebut mengalami proses diagenesa dan sedimentasi sehingga membentuk batu sedimen ini. Pada batuan ini fragmenya tidak terlihat, yang terlihat adalah berupa lempung yang memiliki butiran yang sama dengan ukuran yang sangat kecil yaitu disebut sebagai matriksnya, sedangkan semenya berupa silika yang komposisnya sama dengan kuarsa atau mineral lempung, dimana saat diberikan HCL terhdap bagian permukaan dari batuan ini, terdapat buih atau pun gelembung-gelembung udara, maka semen ini berupa karbonatan. Semen silika ini dapat berasal dari pelapukan mineral silika yang melarutkan silika di air, sedangkan mineral lempung dapat berasal dari proses pelapukan mineral-mineral.

Petrogenesa dari batu ini adalah berasal dari pecahan batuan lain yang membentuk klastika. Klastika ini kemudian mengalami transportasi dan mengalami proses sedimentasi di lingkungan pengendapanya. Dilihat dari ukuran butir bentuk butirnya, dan sortasinya maka batu ini butir-butir sedimenya telah mengalami transportasi yang sudah sangat jauh dari sumber sedimen sehingga mengecil dan membundar. Transport yang sangat jauh ini menyebabkan sortasi pada batu ini sangat baik disebabkan oleh aksi arus air sehingga kemasnya tertutup. Dilihat dari kemas yang tertutup maka batu ini mengalami proses diagenesis seperti kompaksi sehingga air yang terkandung berkurang menyebabkan batu sedimen ini berkurang volumenya tetapi memadat. Dilihat dari ukuran butirnya maka sedimen ini terbentuk dari hasil transportasi dan deposisi material sedimen. Jadi berdasarkan deskripsi megaskopis yang tertera di atas, batu peraga H-1 merupakan Batulempung (Wenworth ,1922)4.2 Batuan No. Peraga 12Batu peraga pada nomor 12 memiliki warna hijau keabu-abuan. Dilihat dari strukturnya, batuan ini membentuk struktur yang kompak dan pejal, struktur ini disebut dengan masif. Dilihat dari tekstur, batuan ini memiliki tekstur klastik karena terdiri dari pecahan-pecahan atau pelapukan batuan yang lain.

Batuan ini memiliki ukuran butir lempung < 1/256 mm, sehimgga permukaan dari batuan ini sangat halus. Pada batu ini dapat diamati warnaya hijau keabu-abuan cerah. Pada batu ini dapat diamati butir sedimen sangat merata dengan ukuran yang sangat kecil, dan tidak terlihat adanya butir yang berbeda ukuran, sehingga batuan ini tidak memiliki sortasi. Pada batuan ini tidak dapat dilihat adanya hubungan antara butir yang sangat rapat, sehingga batuan ini tidak memiliki kemas. Komposisi mineral pada batu berikut ialah komposisi mineral klastik, dimana mineral klastik tersebut terbentuk dari batu-batuan yang sudah ada sebelumnya atau hasil pelapukanya, yang kemudian batu tersebut mengalami proses diagenesa dan sedimentasi sehingga membentuk batu sedimen ini. Pada batuan ini fragmenya tidak terlihat, yang terlihat adalah berupa lempung yang memiliki butiran yang sama dengan ukuran yang sangat kecil yaitu disebut sebagai matriksnya, sedangkan semenya berupa silika yang komposisnya sama dengan kuarsa atau mineral lempung, dimana saat diberikan HCL terhdap bagian permukaan dari batuan ini, tidak terdapat buih atau pun gelembung-gelembung udara, maka semen ini berupa nonkarbonatan. Semen silika ini dapat berasal dari pelapukan mineral silika yang melarutkan silika di air, sedangkan mineral lempung dapat berasal dari proses pelapukan mineral-mineral.

Petrogenesa dari batu ini adalah berasal dari pecahan batuan lain yang membentuk klastika. Klastika ini kemudian mengalami transportasi dan mengalami proses sedimentasi di lingkungan pengendapanya. Dilihat dari ukuran butir bentuk butirnya, dan sortasinya maka batu ini butir-butir sedimenya telah mengalami transportasi yang sudah sangat jauh dari sumber sedimen sehingga mengecil dan membundar. Transport yang sangat jauh ini menyebabkan sortasi pada batu ini sangat baik disebabkan oleh aksi arus air sehingga kemasnya tertutup. Dilihat dari kemas yang tertutup maka batu ini mengalami proses diagenesis seperti kompaksi sehingga air yang terkandung berkurang menyebabkan batu sedimen ini berkurang volumenya tetapi memadat. Dilihat dari ukuran butirnya maka sedimen ini terbentuk dari hasil transportasi dan deposisi material sedimen. Jadi berdasarkan deskripsi megaskopis yang tertera di atas, batu peraga 12 merupakan Batulempung (Wenworth ,1922)4.3 Batuan No. Peraga 119Batu peraga pada nomor 119 memiliki warna coklat. Batu ini membentuk struktur laminasi karena lapisanya berukuran < 1 cm. Batu ini memiliki tekstur klastik karena terdiri dari hancuran atau lapukan batuan yang lain.Tekstur pada batu ini yaitu ukuran butirnya pasir halus antara 1/16 - 1/8 mm. Bentuk butir dari batu ini diamati menggunakan lup termasuk ke dalam well-rounded (membundar baik). Pada batu ini dapat diamati bahwa sortasinya baik dimana butir sedimen merata distribusinya. Kemas pada batu ini tertutup karena hubungan antara butirnya rapat. Komposisi mineral pada batu berikut ialah komposisi mineral klastik, dimana mineral klastik tersebut terbentuk dari batu-batuan yang sudah ada sebelumnya, yang kemudian batu tersebut mengalami proses sedimentasi sehingga membentuk batu sedimen ini. Pada batu ini mineral penyusunya berupa butir kuarsa berukuran pasir. Batu ini berdasarkan definisi terdiri atas fragmen, matriks, dan semen. Pada batu ini fragmenya berupa pasir halus, matriksnya berupa lanau, sedangkan semenya berupa karbonatan yaitu dapat berupa silika yang komposisnya sama dengan kuarsa atau mineral lempung. Semen silika ini dapat berasal dari pelapukan mineral silika yang melarutkan silika di air, sedangkan mineral lempung dapat berasal dari proses pelapukan mineral-mineral mika pada saat pengendapan. Petrogenesa dari batu ini ialah batuan asal terkena weathering kemudian batuan ini terpecah-pecah membentuk klastika. Klastika ini kemudian mengalami transportasi dan mengalami proses sedimentasi di lingkungan pengendapanya. Dilihat dari ukuran butir bentuk butirnya, dan sortasinya maka batu ini butir-butir sedimenya telah mengalami transportasi yang sudah cukup jauh dari sumber sedimen sehingga mengecil dan membundar. Transport yang cukup jauh ini menyebabkan sortasi pada batu ini baik disebabkan oleh aksi arus air sehingga kemasnya tertutup. Dilihat dari kemas yang tertutup maka batu ini mengalami proses diagenesis seperti desikasi dan kompaksi sehingga air yang terkandung keluar atau berkurang menyebabkan batu sedimen ini berkurang volumenya tetapi memadat sehingga batu ini ringan. Dilihat dari ukuran butirnya maka sedimen ini terbentuk dari hasil transportasi dan deposisi material sedimen yang diangkut oleh arus dengan energi yang rendah. Jadi berdasarkan ciri-ciri dan keterangan yang tertera di atas dan setelah dimasukkan ke dalam klasifikasi Wenworth (1922) batu peraga 119 merupakan Batupasir 4.4 Batuan No. Peraga 102Batu peraga pada nomor 102 memiliki warna coklat. Batu ini membentuk struktur laminasi karena lapisanya berukuran < 1 cm. Batu ini memiliki tekstur klastik karena terdiri dari hancuran atapun lapukan batuan yang lain.

Tekstur pada batu ini yaitu ukuran butirnya pasir halus antara 1/16 - 1/8 mm. Bentuk butir dari batu ini diamati menggunakan lup termasuk ke dalam well-rounded (membundar baik). Pada batu ini dapat diamati bahwa sortasinya baik dimana butir sedimen merata distribusinya. Kemas pada batu ini tertutup karena hubungan antara butirnya rapat. Komposisi mineral pada batu berikut ialah komposisi mineral klastik, dimana mineral klastik tersebut terbentuk dari batu-batuan yang sudah ada sebelumnya, yang kemudian batu tersebut mengalami proses sedimentasi sehingga membentuk batu sedimen ini. Pada batu ini mineral penyusunya berupa butir kuarsa berukuran pasir. Batu ini berdasarkan definisi terdiri atas fragmen, matriks, dan semen. Pada batu ini fragmenya berupa pasir halus, matriksnya berupa lanau, sedangkan semenya berupa karbonatan yaitu dapat berupa silika yang komposisnya sama dengan kuarsa atau mineral lempung. Semen silika ini dapat berasal dari pelapukan mineral silika yang melarutkan silika di air, sedangkan mineral lempung dapat berasal dari proses pelapukan mineral-mineral mika pada saat pengendapan. Petrogenesa dari batu ini ialah batuan asal terkena weathering kemudian batuan ini terpecah-pecah membentuk klastika. Klastika ini kemudian mengalami transportasi dan mengalami proses sedimentasi di lingkungan pengendapanya. Dilihat dari ukuran butir bentuk butirnya, dan sortasinya maka batu ini butir-butir sedimenya telah mengalami transportasi yang sudah cukup jauh dari sumber sedimen sehingga mengecil dan membundar. Transport yang cukup jauh ini menyebabkan sortasi pada batu ini baik disebabkan oleh aksi arus air sehingga kemasnya tertutup. Dilihat dari kemas yang tertutup maka batu ini mengalami proses diagenesis seperti desikasi dan kompaksi sehingga air yang terkandung keluar atau berkurang menyebabkan batu sedimen ini berkurang volumenya tetapi memadat sehingga batu ini ringan. Dilihat dari ukuran butirnya maka sedimen ini terbentuk dari hasil transportasi dan deposisi material sedimen yang diangkut oleh arus dengan energi yang rendah. Jadi berdasarkan ciri-ciri dan keterangan yang tertera di atas dan setelah dimasukkan ke dalam klasifikasi Wenworth (1922) batu peraga 102 merupakan Batupasir 4.5 Batuan No. Peraga AABatu peraga pada nomor AA memiliki warna abu-abu. Batu ini membentuk struktur massif karena batu ini kompak dan pejal. Batu ini memiliki tekstur klastik karena terdiri dari debris-debris batuan yang lain.

Tekstur pada batu ini yaitu ukuran butirnya lempung < 1/256 mm. Permukaan batu ini sangat halus dan jika dilewatkan air, air yang lewat susah menembus. Pada batu ini dapat diamati warnaya keabuan cerah. Warna abu ini diakibatkan oleh kandungan karbon yang terdapat pada batu ini dimana semakin rendah kandungan karbon makin cerah warna abu-abunya sedangkan jika makin tinggi kandungan karbonya maka akan berubah warna menjadi abu-abu kelam sampai hitam. Pada batu ini dapat diamati bahwa sortasinya sangat baik dimana butir sedimen sangat merata distribusinya tanpa terlihat adanya butir yang berbeda ukuran atau berbeda jenis. Kemas pada batu ini tertutup karena hubungan antara butirnya sangat rapat. Komposisi mineral pada batu berikut ialah komposisi mineral klastik, dimana mineral klastik tersebut terbentuk dari batu-batuan yang sudah ada sebelumnya atau hasil pelapukanya, yang kemudian batu tersebut mengalami proses sedimentasi sehingga membentuk batu sedimen ini. Batu ini berdasarkan definisi terdiri atas fragmen, matriks, dan semen. Pada batu ini fragmenya tidak terlihat karena terlalu halus, matriksnya berupa lanau, sedangkan semenya berupa karbonatan yaitu dapat berupa silika yang komposisnya sama dengan kuarsa atau mineral lempung. Semen silika ini dapat berasal dari pelapukan mineral silika yang melarutkan silika di air, sedangkan mineral lempung dapat berasal dari proses pelapukan mineral-mineral mika pada saat pengendapan. Petrogenesa dari batu ini ialah batuan asal terkena weathering kemudian batuan ini terpecah-pecah membentuk klastika. Klastika ini kemudian mengalami transportasi dan mengalami proses sedimentasi di lingkungan pengendapanya. Dilihat dari ukuran butir bentuk butirnya, dan sortasinya maka batu ini butir-butir sedimenya telah mengalami transportasi yang sudah sangat jauh dari sumber sedimen sehingga mengecil dan membundar. Transport yang sangat jauh ini menyebabkan sortasi pada batu ini sangat baik disebabkan oleh aksi arus air sehingga kemasnya tertutup. Dilihat dari kemas yang tertutup maka batu ini mengalami proses diagenesis seperti desikasi dan kompaksi sehingga air yang terkandung keluar atau berkurang menyebabkan batu sedimen ini berkurang volumenya tetapi memadat sehingga batu ini ringan. Dilihat dari ukuran butirnya maka sedimen ini terbentuk dari hasil transportasi dan deposisi material sedimen yang diangkut oleh arus deras dengan energi yang besar. Jadi berdasarkan ciri-ciri dan keterangan yang tertera di atas dan setelah dimasukkan ke dalam klasifikasi Wenworth (1922) batu peraga AA merupakan Batulanau4.6 Batuan No. Peraga 106Batu peraga pada nomor 106 memiliki warna coklat. Batu ini membentuk struktur laminasi karena lapisanya berukuran < 1 cm. Batu ini memiliki tekstur klastik karena terdiri dari hancuran atapun lapukan batuan yang lain.

Tekstur pada batu ini yaitu ukuran butirnya pasir halus antara 1/16 - 1/8 mm. Bentuk butir dari batu ini diamati menggunakan lup termasuk ke dalam well-rounded (membundar baik). Pada batu ini dapat diamati bahwa sortasinya baik dimana butir sedimen merata distribusinya. Kemas pada batu ini tertutup karena hubungan antara butirnya rapat. Komposisi mineral pada batu berikut ialah komposisi mineral klastik, dimana mineral klastik tersebut terbentuk dari batu-batuan yang sudah ada sebelumnya, yang kemudian batu tersebut mengalami proses sedimentasi sehingga membentuk batu sedimen ini. Pada batu ini mineral penyusunya berupa butir kuarsa berukuran pasir. Batu ini berdasarkan definisi terdiri atas fragmen, matriks, dan semen. Pada batu ini fragmenya berupa pasir halus, matriksnya berupa lanau, sedangkan semenya berupa karbonatan yaitu dapat berupa silika yang komposisnya sama dengan kuarsa atau mineral lempung. Semen silika ini dapat berasal dari pelapukan mineral silika yang melarutkan silika di air, sedangkan mineral lempung dapat berasal dari proses pelapukan mineral-mineral mika pada saat pengendapan. Petrogenesa dari batu ini ialah batuan asal terkena weathering kemudian batuan ini terpecah-pecah membentuk klastika. Klastika ini kemudian mengalami transportasi dan mengalami proses sedimentasi di lingkungan pengendapanya. Dilihat dari ukuran butir bentuk butirnya, dan sortasinya maka batu ini butir-butir sedimenya telah mengalami transportasi yang sudah cukup jauh dari sumber sedimen sehingga mengecil dan membundar. Transport yang cukup jauh ini menyebabkan sortasi pada batu ini baik disebabkan oleh aksi arus air sehingga kemasnya tertutup. Dilihat dari kemas yang tertutup maka batu ini mengalami proses diagenesis seperti desikasi dan kompaksi sehingga air yang terkandung keluar atau berkurang menyebabkan batu sedimen ini berkurang volumenya tetapi memadat sehingga batu ini ringan. Dilihat dari ukuran butirnya maka sedimen ini terbentuk dari hasil transportasi dan deposisi material sedimen yang diangkut oleh arus dengan energi yang rendah. Jadi berdasarkan ciri-ciri dan keterangan yang tertera di atas dan setelah dimasukkan ke dalam klasifikasi Wenworth (1922) batu peraga 106 merupakan Batupasir

BAB V

PENUTUP

5.1 kesimpulan

Batuan nomor peraga H-1 memiliki warna coklat, struktur masif, ukuran butir lempung, matriks lempung, semen karbonatan memiliki nama batuan batulempung (Wentworth, 1922) Batuan nomor peraga 12 memiliki warna hijau keabu-abuan, struktur masif, ukuran butir lempung, matriks lempung, semen nonkarbonatan memiliki nama batuan batulempung (Wentworth, 1922) Batuan nomor peraga 119 memiliki warna coklat, struktur laminasi, ukuran butir pasir sangat halus, matriks lanau, semen karbonatan memiliki nama batuan batupasir (Wentworth, 1922) Batuan nomor peraga 102 memiliki warna coklat, struktur laminasi, ukuran butir pasir sangat halus, matriks lanau, semen karbonatan memiliki nama batuan batupasir (Wentworth, 1922) Batuan nomor peraga AA memiliki warna abu-abu, struktur masif, ukuran butir lanau, matriks lanau, semen karbonatan memiliki nama batuan batulanau (Wentworth, 1922) Batuan nomor peraga 106 memiliki warna coklat, struktur laminasi, ukuran butir pasir sangat halus, matriks lanau, semen karbonatan memiliki nama batuan batupasir (Wentworth, 1922)5.2 Saran

Jangan membuat sebuah bangunan diatas batuan yang memiliki litologi lanau ataupun lempung karena akan lebih berpeluang untuk terjadinya longsor, karena litologi ini sangat lembek atau memiliki resisten batuan lebih rendah.Foto 3.1 Batu Peraga H-1

Foto 3.2 Batu Peraga 12

Foto 3.3 Batu Peraga 119

Foto 3.4 Batu Peraga 102

Foto 3.5 Batu Peraga AA

Foto 3.6 Batu Peraga 106

5