sedimen klastik

47
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Maksud Mendeskripsikan struktur dan tekstur dari batuan sedimen klastik Mengertahui komposisi yang terdapat pada batuan sedimen klastik Mengidentifikasikan proses terbentuk nya batuan sedimen klastik Menggunakan Klasifikasi dengan baik dan benar 1.2. Tujuan Untuk mengetahui Proses Pembantukan batuan Untuk Mengetahui Provanance dari Batuan Sedimen Untuk mengetahui Nama dari batuan Sedimen Klastik 1.3. Waktu dan Tempat Pelaksanaan Pertemuan Pertama: Hari/ Tanggal : Senin, 20 April 2015 Waktu : 15.30 - 18.00 WIB Tempat : Pertemuan Kedua: Hari/ Tanggal : Senin, 27 April 2015 1 : Gedung Pertamina Sukowati,Teknik Geologi UNDIP Ruang 301

Upload: reza-afrizona

Post on 05-Nov-2015

47 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

sedimen klastik

TRANSCRIPT

BAB IPENDAHULUAN

1.1. Maksud Mendeskripsikan struktur dan tekstur dari batuan sedimen klastik Mengertahui komposisi yang terdapat pada batuan sedimen klastik Mengidentifikasikan proses terbentuk nya batuan sedimen klastik Menggunakan Klasifikasi dengan baik dan benar

1.2. Tujuan Untuk mengetahui Proses Pembantukan batuan Untuk Mengetahui Provanance dari Batuan Sedimen Untuk mengetahui Nama dari batuan Sedimen Klastik

1.3. Waktu dan Tempat PelaksanaanPertemuan Pertama:Hari/ Tanggal: Senin, 20 April 2015Waktu: 15.30 - 18.00 WIB: Gedung Pertamina Sukowati,Teknik Geologi UNDIP Ruang 301

Tempat:

Pertemuan Kedua:Hari/ Tanggal: Senin, 27 April 2015Waktu: Pukul 15.30- 18.00 WIB: Gedung Pertamina Sukowati,Teknik Geologi UNDIP Ruang 301

Tempat:

BAB IIIHASIL DESKRIPSI3.1 Batuan Nomor Peraga B-13No. Peraga:B-13

Jenis Batuan:Batuan Sedimen Klastik

Dimensi:(8 x 8 x 3) cm

Deskripsi Megaskopis

Warna:Coklat keabu-abuan

Struktur:Cross-lamination

Tekstur:

Ukuran Butir

Fragmen:1/16 1/8 mm

Matriks:-

Semen:Karbonatan

Kebundaran:Rounded

Kemas:Tertutup

Sortasi

:Baik

Deskripsi Komposisi

Fragmen:Pasir sangat halus (100%)

PETROGENESA :Dapat diinterpratasikan bahwa batuan ini berasal dari material-material sedimen yang tertransportasi cukup jauh dari provenancenya. Dari batuan asalnya, material ini tetransportasi oleh fluida yang ada, mengalami erosi dan terus terkikis karena terkena batuan-batuan samping saat transportasi tersebut sehingga menghasilkan ukuran butir yang sukup halus.

Foto Batuan:Nama Batuan: Batupasir (Wentworth, 1922)

3.2 Batuan Nomor Peraga 116No. Peraga:116

Jenis Batuan:Batuan Sedimen Klastik

Dimensi:(12x7x9) cm

Deskripsi Megaskopis

Warna:Hitam Keabu-abuan

Struktur:Nonstruktur

Tekstur:

Ukuran Butir

Fragmen:4-64 mm

Matriks:2-4 mm

Semen:Karbonatan

Kebundaran:Subrounded

Kemas:Terbuka

Sortasi

:Buruk

Deskripsi Komposisi

Fragmen:Kerakal (30%)

Matriks:Kerikil (30%)

Mineral:Kuarsa (15%)

Semen:25 %

PETROGENESA :Dapat diinterpratasikan bahwa batuan ini berasal dari material-material sedimen yang tertransportasi cukup jauh dari provenancenya. Dari batuan asalnya, material ini tetransportasi oleh fluida yang ada, mengalami erosi dan terus terkikis karena terkena batuan-batuan samping saat transportasi tersebut sehingga menghasilkan ukuran butir yang sukup halus.

Foto Batuan:

Nama Batuan: Konglomerat Polymic (Wentworth, 1922)

3.3 Batuan Nomor Peraga 12No. Peraga:12

Jenis Batuan:Batuan Sedimen Klastik

Dimensi:(14x8x5) cm

Deskripsi Megaskopis

Warna:Abu-abu

Struktur:Nonstruktur

Tekstur

Ukuran Butir

Fragmen:1/16 1/8 mm

Matriks:-

Semen:Karbonatan

Kebundaran:Rounded

Kemas:Tertutup

Sortasi

:Baik

Deskripsi Komposisi

Fragmen:Pasir sangat halus (100%)

PETROGENESA : Dapat diinterpratasikan bahwa batuan ini berasal dari material-material sedimen yang tertransportasi cukup jauh dari provenancenya. Dari batuan asalnya, material ini tetransportasi oleh fluida yang ada, mengalami erosi dan terus terkikis karena terkena batuan-batuan samping saat transportasi tersebut sehingga menghasilkan ukuran butir yang sukup halus.

Foto Batuan :

Nama Batuan : Batupasir (Wentworth, 1922)

3.4 Batuan Nomor Peraga XNo. Peraga:X

Jenis Batuan:Batuan Sedimen Klastik

Dimensi:(5x5x4) cm

Deskripsi Megaskopis

Warna:Abu-abu

Struktur:Nonstruktur

Tekstur:

Ukuran Butir

Fragmen:-

Matriks:< 1/256 mm

Semen:Karbonatan

Kebundaran:Rounded

Kemas:Tertutup

Sortasi

:Baik

Deskripsi Komposisi

Matriks:Lempung (100%)

Foto Batuan :

Nama Batuan : Batulempung (Wentworth, 1922)

3.5 Batuan Nomor Peraga 193No. Peraga:193

Jenis Batuan:Batuan Sedimen Klastik

Dimensi:(20x12x12) cm

Deskripsi Megaskopis

Warna:Abu-abu (segar) kuning kecoklatan (lapuk)

Struktur:Laminasi

Tekstur:

Ukuran Butir

Fragmen:1/4 mm

Matriks:1/256 1/16 mm

Semen:Karbonatan

Kebundaran:Rounded

Kemas:Tertutup

Sortasi

:Baik

Deskripsi Komposisi

Fragmen:Pasir sedang (75%)

Matriks:Lanau (25%)

Foto Batuan :

Nama Batuan : Batupasir (Wentworth, 1922)

3.6 Batuan Nomor Peraga 189No. Peraga:189

Jenis Batuan:Batuan Sedimen Klastik

Dimensi:(15x12x10) cm

Deskripsi Megaskopis

Warna:Kuning kabu-abuan

Struktur:Nonstruktur

Tekstur:

Ukuran Butir

Fragmen:64-256 mm

Matriks:-

Semen:Karbonatan

Kebundaran:Angular

Kemas:Terbuka

Sortasi

:Buruk

Deskripsi Komposisi

Fragmen:Berangkal (60%)

Semen:40%

Foto Batuan :

Nama Batuan : Breksi Monomic (Wentworth, 1922)

BAB IVPEMBAHASAN

Praktikum Petrologi acara ketiga adalah batuan sedimen klastik yang dilaksanakan dengan dua kali pengamatan. Pengamatan pertama dilaksanakan di Ruang 301 Laboratorium Petrologi pada Senin 20 April 2015 dan pengamatan kedua dilaksanakan di Ruang 302 (Seminar) pada Senin, 27 April 2015. Batuan sedimen klastik adalah batuan sedimen yng terbentuk dari material-material hasil rombakan batuan yang telah ada sebelumnya. Pada praktikum kali ini, batuan sedimen klasti yang diamati oleh praktikan berjumlah enam batuan, yaitu batuan nomor peraga B-13, 116, 12, X, 193, dan 189.4.1Batuan Nomor Peraga B-13Batuan nomor peraga B-13 ini merupakan jenis batuan sedimen klastik yang berwarna coklat keabu-abuan dengan struktur cross-lamination. Ukuran butir batuan ini 1/16 1/8 mm sebagai fragmen dan matriksnya yang tidak terlihat secara megaskopis. Kemudian dari dapat dikatakan batuan ini memiliki fragmen dan matriks yang berukuran seragam dengan susunan yang rapi. Keseragaman ini menyatakan sortasinya yang baik dan susunanya menyatakan kemas yang tertutup.Komposisi yang menyusun batuan ini berupa pasir sangat halus dengan kelimpahan 100% karena matriksnya yang tidak terlihat. Selain itu terdapat semen yang mengandung karbonatan, karena setelah ditetesi HCl, terdapat buih-buih yang keluar. Dapat diinterpratasikan bahwa batuan ini berasal dari material-material sedimen yang tertransportasi cukup jauh dari provenancenya. Dari batuan asalnya, material ini tetransportasi oleh fluida yang ada, mengalami erosi dan terus terkikis karena terkena batuan-batuan samping saat transportasi tersebut sehingga menghasilkan ukuran butir yang sukup halus. Berdasarkan Diagram Hjulstrum,dari ukuran fragmen batuan ini, arus yang membawa material-material tersebut memiliki kecepatan 30 cm/s. Arus ini bergerak terus-menerus pada kecepatan sekitar 30 hingga 40 cm/s dengan tipe transortasi suspension. Arus ini yang menyebabkan material ini tererosi bahkan saat arusnya bekerja dengan kecepatan seminimal mungkin, material sedimen tersebut terus tererosi dan hampir terdeposisi. Saat pengendapan, membentuk ripple dan lin hingga terbentuk struktur cross lamination.

Gambar 4.1 Diagram HjulstrumBerdasarkan pembahasan di atas,dengan kenampakan megaskopis batuan yang berwarna coklat keabu-abuan, struktur cross-lamination dengan ukuran fragmen 1/16-1/8 mm yang berupa pasir sangat halus, semen yang berkarbonatan, batuan ini memiliki penamaan Batupasir (Wentworth, 1922)

4.2Batuan Nomor Peraga 116Batuan nomor peraga B-13 ini merupakan jenis batuan sedimen klastik yang berwarna coklat keabu-abuan dengan struktur cross-lamination. Ukuran butir batuan ini 1/16 1/8 mm sebagai fragmen dan matriksnya yang tidak terlihat secara megaskopis. Kemudian dari dapat dikatakan batuan ini memiliki fragmen dan matriks yang berukuran seragam dengan susunan yang rapi. Keseragaman ini menyatakan sortasinya yang baik dan susunanya menyatakan kemas yang tertutup.Komposisi yang menyusun batuan ini berupa pasir sangat halus dengan kelimpahan 100% karena matriksnya yang tidak terlihat. Selain itu terdapat semen yang mengandung karbonatan, karena setelah ditetesi HCl, terdapat buih-buih yang keluar. Dapat diinterpratasikan bahwa batuan ini berasal dari material-material sedimen yang tertransportasi cukup jauh dari provenancenya. Dari batuan asalnya, material ini tetransportasi oleh fluida yang ada, mengalami erosi dan terus terkikis karena terkena batuan-batuan samping saat transportasi tersebut sehingga menghasilkan ukuran butir yang sukup halus. Berdasarkan Diagram Hjulstrum,dari ukuran fragmen batuan ini, arus yang membawa material-material tersebut memiliki kecepatan 30 cm/s. Arus ini bergerak terus-menerus pada kecepatan sekitar 30 hingga 40 cm/s dengan tipe transortasi suspension. Arus ini yang menyebabkan material ini tererosi bahkan saat arusnya bekerja dengan kecepatan seminimal mungkin, material sedimen tersebut terus tererosi dan hampir terdeposisi. Saat pengendapan, membentuk ripple dan lin hingga terbentuk struktur cross lamination.

Gambar 4.2 Diagram Hjulstrum

Setelah sampai pada titik di mana arus melemah dan akhrinya terdeposisi, material-material tersebut kemudian terendapkan dan terkompaksi di laut dangkal.Tempat pegendapan di laut dangkal inilah yang membuat batuan B-13 memiliki semen berupa karbonatan. Akibat lempeng-lempeng yang terus begerak, terjadilah pengangkatan dari laut dangkal yang akhirnya batuan ini berada di daratan. Berdasarkan pembahasan di atas,dengan kenampakan megaskopis batuan yang berwarna coklat keabu-abuan, struktur cross-lamination dengan ukuran fragmen 1/16-1/8 mm yang berupa pasir sangat halus, semen yang berkarbonatan, batuan ini memiliki penamaan Batupasir (Wentworth, 1922)

4.3Batuan Nomor Peraga 12Batuan nomor peraga 12 ini merupakan jenis batuan sedimen klastik yang berwarna coklat abu-abu nonstruktur. Ukuran butir batuan ini 1/16 1/8 mm sebagai fragmen dan matriksnya yang tidak terlihat secara megaskopis. Kemudian dari dapat dikatakan batuan ini memiliki fragmen dan matriks yang berukuran seragam dengan susunan yang rapi. Keseragaman ini menyatakan sortasinya yang baik dan susunanya menyatakan kemas yang tertutup.Komposisi yang menyusun batuan ini berupa pasir sangat halus dengan kelimpahan 100% karena matriksnya yang tidak terlihat. Selain itu terdapat semen yang mengandung karbonatan, karena setelah ditetesi HCl, terdapat buih-buih yang keluar. Dapat diinterpratasikan bahwa batuan ini berasal dari material-material sedimen yang tertransportasi cukup jauh dari provenancenya. Dari batuan asalnya, material ini tetransportasi oleh fluida yang ada, mengalami erosi dan terus terkikis karena terkena batuan-batuan samping saat transportasi tersebut sehingga menghasilkan ukuran butir yang sukup halus. Berdasarkan Diagram Hjulstrum,dari ukuran fragmen batuan ini, arus yang membawa material-material tersebut memiliki kecepatan 30 cm/s. Arus ini bergerak terus-menerus pada kecepatan sekitar 30 hingga 40 cm/s dengan tipe transortasi suspension. Arus ini yang menyebabkan material ini tererosi bahkan saat arusnya bekerja dengan kecepatan seminimal mungkin, material sedimen tersebut terus tererosi dan hampir terdeposisi.

Gambar 4.3 Diagram Hjulstrum

Berdasarkan pembahasan di atas,dengan kenampakan megaskopis batuan yang berwarna coklat keabu-abuan, nonstruktur dengan ukuran fragmen 1/16-1/8 mm yang berupa pasir sangat halus, semen yang berkarbonatan, batuan ini memiliki penamaan Batupasir (Wentworth, 1922)

4.4 Batuan Nomor Peraga B1Kenampakan secara megaskopis, batuan beku nomor B1 ini bewarna kuning kecokelatan. Struktur batuan ini bersifat masif yang berarti tidak dapat terlihat adanya lubang-lubang maupun rongga rongga pada permukaan batuan tesebut. Hal tersebut dapat diinterpretasikan bahwa material endapan hasil rombakan dari batuan induk yang saling terkompaksi satu sama lain, sangat rapat.Tekstur batuan ini yitu mrmemiliki ukuran butir antara -1/2 mm (Skala Wenworth,1922), adanya fragmen pada batuan ini yaitu pasir sedang dengan matriks yang berukuran lebih kecil dari fragmen yaitu komposisi pasir halus. Batuan ini memiliki semen karbonatan yang telah diuji dengan meneteskan HCL pada batu tersebut yang menimbulkan buih pada batuan. Kemas pada batuan ini dapat dilihat tertutup dan sortasi wellsorted yang diindikasikan bahwa ukuran butirnya seragam dan saling menyatu satu sama lain.Komposisi material sedimen yang terdapat didalam batuan ini adalah pasir sedang hingga pasir halus dengan warna kuning kecokelatan yang berstruktur massif dan memiliki ukuran -1/8 mm . dan terdapat mineral yang terbentuk didalam batuan tersebut, yaitu berupa mineral kalsit, dilihat dari proses pembentukan batuan dahulunya terbentuk dulu rekahan rekahan yang dimana rekahan tersebut dijadikan wadah untuk endapan mineral senya karbonat yaitu kalsit.gambar 4.1.2 diagram hjulstromDari diagram hjulstrom diatas maka dapat di interpretasikan jika dari tingkat erosinya, batuan ini memiliki resistensi yang paling rendah untuk tererosi dibanding ukuran yang lain, yakni pada kuat arus minimal untuk mengerosi batuan ini yakni 20 cm/ s. Dan juga dapat terlihat jika pada batuan ini memiliki energi maksimal untuk terdeposisi yakni kuat arus sebesar 1 hingga 2 cm/s, dimana saat kuat arus dibawahnya akan membuat dia terdeposisi dan kuat arus diatasnya akan membuat dia terus tertransport.Batuan ini terbentuk karena pengendapan material rombakan dari batuan induk yang tertransportasi cukup jauh dari Provenence nya dan dapat diinterpretasikan bahwa saat tertransportasi sangat jauh material mengalami erosi atau pengikisan bagian yang tajam dan membentuk bentuk yang rounded saat di tempat pengendapan. Material yang halus ini akan terdeposisi apabila energi arus transportasinya melemah daan mengalami energi pengendapan yang tinggi. Batuan ini karbonatan yang dapat mengindikasikan bahwa batuan induk atau provenence nya terbentuk pada daerah laut dangkal atau bisa diindikasikan bahwa batuan induk tumbuh di tempat banyaknya organisme karbonatSaat pengklasifikasian material yang diperhatikan adalah komposisi yang terkandung dalam batuan tersebut, jadi berdasarkan komposisi yang terkandung dalam batuan nomor praga B1 dinamakan dengan batupasir (Wentworth, 1922

4.5 Batuan Nomor Peraga 193Batuan nomor peraga 193 ini merupakan jenis batuan sedimen klastik yang berwarna coklat keabu-abuan dengan struktur cross-lamination. Ukuran butir batuan ini - mm sebagai fragmen dan matriksnya berukuran 1/256 1/16 mm. Kemudian dari dapat dikatakan batuan ini memiliki fragmen dan matriks yang berukuran seragam dengan susunan yang rapi. Keseragaman ini menyatakan sortasinya yang baik dan susunanya menyatakan kemas yang tertutup.Komposisi yang menyusun batuan ini berupa pasir sedang dengan kelimpahan 75% dan matriksnya yang terdiri dari pasir halus, pasir sangat halus dan lanau dengan kelimpahan 25%. Selain itu terdapat semen yang mengandung karbonatan, karena setelah ditetesi HCl, terdapat buih-buih yang keluar. Dapat diinterpratasikan bahwa batuan ini berasal dari material-material sedimen yang tertransportasi cukup jauh dari provenancenya. Dari batuan asalnya, material ini tetransportasi oleh fluida yang ada, mengalami erosi dan terus terkikis karena terkena batuan-batuan samping saat transportasi tersebut sehingga menghasilkan ukuran butir yang cukup halus. Berdasarkan Diagram Hjulstrum,dari ukuran fragmen batuan ini, arus yang membawa material-material tersebut memiliki kecepatan 50 cm/s. Arus ini bergerak terus-menerus pada kecepatan sekitar 50 hingga 60 cm/s dengan tipe transortasi suspension.

Gambar Diagram Hjulstrum

Berdasarkan pembahasan di atas,dengan kenampakan megaskopis batuan yang berwarna kuning kecoklatan, struktur laminasi dengan ukuran fragmen - mm yang berupa pasir sedang, semen yang berkarbonatan, batuan ini memiliki penamaan Batupasir (Wentworth, 1922)

4.6 Batuan Nomor Peraga 189Kenampakan secara megaskopis, batuan beku nomor 189 ini bewarna kuning keabuabuan. Struktur batuan ini bersifat masif yang berarti tidak dapat terlihat adanya lubang-lubang maupun rongga rongga pada permukaan batuan tesebut. Hal tersebut dapat diinterpretasikan bahwa material endapan hasil rombakan dari batuan induk yang saling terkompaksi satu sama lain, sangat rapat.Tekstur batuan ini yitu mrmemiliki ukuran butir antara 64-256 mm (Skala Wenworth,1922), adanya fragmen pada batuan ini yaitu berangkal dengan matriks yang berukuran lebih kecil dari fragmen yaitu komposisi pasir pasir sangat kasar hingga butiran. Batuan ini memiliki semen karbonatan yang telah diuji dengan meneteskan HCL pada batu tersebut yang menimbulkan buih pada batuan. Kemas pada batuan ini dapat dilihat terbuka dan sortasi poorsorted yang diindikasikan bahwa ukuran butirnya tidak seragam dan tidak saling menyatu satu sama lain.Komposisi material sedimen yang terdapat didalam batuan ini adalah kerakal yang dengan ukuran 4-64 mm, kerikil dengan ukuran 2-4 mm, pasir sangat kasar 1-2 mm.Batuan dengan nomor peraga 189 merupakan batuan dari hasil akumulasi batuan yang telah ada sebelumnya yang mengalami pelapukan secara intensif. Batuan ini tersusun atas komposisi berupa brangkal dan krakal yang memiliki tekstur holokristalin, euhedral, inequigranular porfiroafanitik dimana di dalam fragmen tersebut terdapat mineral yang memiliki warna hitam, cerat putih, kekerasan 3 skala mohs, kilapkaca, opaque. Berdasarkan ciri-cirinya maka diidentifikasi mineral tersebut bernama biotit sekitar 40%. Terdapat mineral warna hitam, cerat putih, kekerasan 5-6,5 skala mohs, kilapkaca, opaque. Berdasarkan ciri-cirinya maka diidentifikasi mineral tersebut bernama hornblende 30%. Terdapat mineral colourless, cerat putih, kekerasan 7 skala mohs, kilapkaca, transparant. Berdasarkan ciri-cirinya maka diidentifikasi mineral tersebut bernama kuarsa 30%. Berdasarkan klasifikasi Thorpe and Brown maka nama batuan tersebut adalah batuan andesit.

Gambar 4.6.6 diagram hjulstromDari diagram diatas maka dapat diinterpretasikan jika untuk mengerosi material material dibutuhkan energi arus sebesar energi minimal 200 hingga 500 cm /s tergantung pada ukuran dari brangkalnya sendiri. Apabila diatas dari energi arus tersebut maka akan dengan mudah tererosi, dan sebaliknya jika kurang dari 200 cm /s kuat arusnya, maka tidak akan tererosi materialnya. Dan dari transportasinya sendiri material ini tertransport secara bed load, kemudian untuk mendeposisikan batuan ini sendiri dibutuhkan energi arus maksimal yakni berkisar 40 hingga 150 cm /s tergantung dengan ukuran brangkal itu sendiri. Sehingga jika kuat arusnya diatas 150 cm / s maka akan sulit terdeposisi karena arusnya yang masih mampu untuk mentransportasikan, dan sebaliknya jika kuat arusnya dibawahnya maka akan dengan mudah terdeposisi.

Saat pengklasifikasian material yang diperhatikan adalah komposisi yang terkandung dalam batuan tersebut, jadi berdasarkan komposisi yang terkandung dalam batuan nomor 189 dinamakan dengan Breksi (Wentworth, 1922)

BAB V PENUTUP

LAMPIRAN34