sectio cesarea

66
CASE REPORT SMF OBSTETRI DAN GINEKOLOGI RSUD JENDERAL AHMAD YANI METRO A. IDENTITAS Istri Suami Nama Ny. N Tn. A Umur 38 thn 42 thn Suku / Bangsa Jawa Jawa Agama Islam Islam Pendidikan SMP SMP Pekerjaan IRT Buruh Alamat Batang hari, Lampung Timur Batang hari, Lampung Timur Masuk RSUD 19 November 2014 Pukul : 06.30 WIB - 1

Upload: wirda-elya-sari

Post on 03-Dec-2015

42 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

SC

TRANSCRIPT

Page 1: Sectio cesarea

CASE REPORT

SMF OBSTETRI DAN GINEKOLOGI

RSUD JENDERAL AHMAD YANI METRO

A. IDENTITAS

Istri Suami

Nama Ny. N Tn. A

Umur 38 thn 42 thn

Suku / Bangsa Jawa Jawa

Agama Islam Islam

Pendidikan SMP SMP

Pekerjaan IRT Buruh

Alamat Batang hari, Lampung Timur Batang hari, Lampung Timur

Masuk RSUD 19 November 2014

Pukul : 06.30 WIB

-

B. ANAMNESIS

Autoanamnesis dilakukan tanggal 19 November 2014 pukul 06.30 WIB

I. Keluhan Utama :

Mau melahirkan dengan bengkak pada jalan lahir

1

Page 2: Sectio cesarea

II. Keluhan tambahan :

Tidak ada

III. Riwayat Penyakit Sekarang :

Pasien datang ke RSAY Metro ± setengah jam yang lalu dengan

bengkak pada jalan lahir sejak 4 jam SMRS. Sebelumnya pasien ke

bidan dikatakan sudah pembukaan lengkap dan telah dipimpin

persalinan sejak 4 jam SMRS. Riwayat keluar air-air berwarna

bening dan tidak berbau sejak 4 jam yang lalu, serta darah yang

bercampur lendir dari liang kemaluannya. Pasien juga merasa

mules-mules seperti mau melahirkan sejak tadi malam (10 jam

SMRS), hilang timbul dan tidak teratur.

Sebelumnya pasien memeriksakan diri ke bidan dikatakan hamil

cukup bulan dan memiliki tekanan darah tinggi. Pasien mengaku

masih merasakan gerakan janin

Pasien tidak mengalami trauma dalam kehamilannya, pasien juga

tidak ada riwayat demam tinggi dan alergi selama hamil, riwayat

minum alkohol dan merokok, minum obat-obatan lama disangkal.

IV. Riwayat Penyakit Dahulu :

Riwayat darah tinggi sebelum kehamilan serta riwayat darah tinggi

pada kehamilan sebelumnya disangkal, kencing manis, alergi dan asma

disangkal oleh pasien

2

Page 3: Sectio cesarea

V. Riwayat Penyakit Keluarga :

Riwayat darah tinggi, kencing manis, alergi dan asma disangkal

oleh pasien

VI. Riwayat Menstruasi :

a. Menarche : 12 tahun

b. Siklus : 28 hari

c. Lama haid : 7 hari

d. Banyak : 3-4x ganti pembalut

e. Dismenorrhea : (-)

f. HPHT : 01 / 03 / 2014

g. TP : 08 / 12 / 2014

VII. Riwayat Perkawinan :

Menikah satu kali, usia perkawinan 20 tahun, status masih menikah

VIII. Riwayat obstetri (kehamilan, persalinan,nifas) :

Hamil

ke

Tanggal

lahir anak

Jenis

kelamin

Jenis

Persalinan

Penyulit Penolong BB.

Lahir

Keadaan

anak

Masa

Nifas

1 29 Agustus

1999

Laki- laki Aterm

Pervaginam

spontan

Tidak

ada

Bidan 3,6 kg Sehat Dbn

2 20 April Perempuan Aterm Tidak Bidan 3,4 kg Sehat Dbn

3

Page 4: Sectio cesarea

2004 Pervaginam

spontan

ada

3 Hamil saat ini

IX. Riwayat KB : KB suntik selama 8 tahun, sejak 2007-

2012

X. Riwayat Operasi : Pasien belum pernah operasi sebelumnya

XI. Riwayat ANC :

Kontrol ke puskesmas 2x selama kehamilan, tidak rutin: pada

bulan Oktober, November. Hamil saat ini mual (-), muntah (-),

perdarahan (-), riwayat trauma (-), riwayat infeksi (-)

4

Page 5: Sectio cesarea

XII. Riwayat Ginekologi :

Tidak ada.

XIII. Kebiasaan Hidup : Merokok (-), Alkohol (-), minum obat –

obatan & jamu (-)

C. PEMERIKSAAN FISIK

I. STATUS PRESENT

a. Keadaan Umum : Baik

Kesadaran : Compos mentis

b. Status Emosional : Stabil Labil

c. Tanda Vital

Tekanan Darah : 150/80 mmHg

Berat Badan : -

Tinggi Badan : -

Denyut Nadi : 84x/menit

Pernafasan : 18x/menit

Suhu : 36,5 oC

II. STATUS GENERALIS

Kepala : Normocephali, rambut hitam, tidak mudah rontok

Mata : Conjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik, edema

palpebra -/-5

Page 6: Sectio cesarea

THT : Sekret telinga -/-, sekret hidung -/-, tonsil tidakhiperemis,

T1 – T1

Leher : KGB tidak membesar, tiroid tidak teraba membesar.

Thorax :

Mammae : Simetris, membesar, areola mammae

hiperpigmentasi

Pulmo : Suara nafas vesikuler, ronki - / -, wheezing - / -

Cor : S1-S2 reguler, murmur (-), gallop (-)

Abdomen : Lihat status obstetri

Ekstremitas : Akral hangat (+/+), edema (-/-)

III. STATUS OBSTETRIKUS

Inspeksi : Perut tampak buncit,striae gravidarum (+), linea nigra

(+), luka bekas SC (-)

Palpasi :

a. Leopold I : TFU 39 cm, teraba satu bagian besar, lunak,

bokong

b. Leopold II : Kanan : teraba bagian keras melebar seperti papan

Kiri : teraba bagian – bagian kecil janin

c. Leopold III : Teraba satu bagian besar,bulat, keras, kepala

6

Page 7: Sectio cesarea

d. Leopold IV : Bagian terbawah janin sudah masuk PAP,

penurunan 2/5

His : (+) 3x/10’/35”

Auskultasi : DJJ (+) 149x/menit

Kesan : TFU 39 cm sesuai dengan hamil 38 minggu, letak

memanjang, presentasi kepala, pu-ka, DJJ (+)149x/menit,

Janin intrauterine, tunggal, hidup,Taksiran Berat janin

4189 gram

Pemeriksaan Genitalia

Inspeksi : vulva : hematome (-), oedema (+), varises(-),

hiperemis (+)

Uretra : muara (+), hematome (+), oedema

(+),

Vaginal Tousche : Portio lunak, eff 80%, anterior, pembukaan 8 cm,

ketuban (-), terbawah kepala

IV. PEMERIKSAAN PENUNJANG

1. Laboratorium :

Hematologi

Hb 11,1 g/dL Eritrosit 4,38 jt/uL

Ht 35,1 % MCV 80 fL

7

Page 8: Sectio cesarea

Leukosit 14.200 /uL MCH 25,4 pg

Trombosit 247.000/ uL GDS 115 mg/dl

CT 2’30” BT 13”

D. DIAGNOSIS

G3P2A0, 38 tahun, gravid 38 minggu

Janin tunggal hidup, intrauterin, presentasi kepala, punggung kanan,

inpartu kala 1 fase aktif memanjang.

E. PROGNOSIS

Ibu : Dubia ad Bonam

Janin : Dubia ad Bonam

F. PENATALAKSANAAN

a. Observasi Tanda-tanda vital ibu/ 15 menit

b. Observasi His

c. Observasi Denyut Jantung janin/15 menit

d. Rencana Terminasi perabdomen

e. Merangsang kontaksi uterus dengan uterotonika

f. Pemberian antibiotik untuk mecegah infeksi

8

Page 9: Sectio cesarea

Follow up

Tanggal S O A P

19/11/201

4

06.30

Mules (+),

keluar darah

lendir (+) gerak

janin (+)

Ku / Kes : TTS /

CM

St. Generalis :

T : 150 /

80 mmHg

N : 84

x/mnt

S : 36,5

P : 18

x/mnt

St. Obstetri :

Perut

tampak

buncit,

TFU 39

cm, letak

memanjan

g.

DJJ : (+)

G3P2A0, 38

tahun, gravid 38

minggu.Janin

tunggal hidup,

intrauterin,

presentasi

kepala, letak

memanjang,

inpartu kala 1

fase aktif

dengan partus

macet.

- Observasi TTV

- Observasi TTI

- IVFD RL 20

gtt/mnt

- Ceftriaxon 1 gr/

12 jam

- Induksi 20 u :20

tts/menit

- Terminasi

dengan Sectio

Caesaria

9

Page 10: Sectio cesarea

149x/menit

His : (+)

3x/10’/35”

Bayi lahir melalui operasi Sectio caesaria pada tanggal 19 November 2014 pada

pukul 10.30 WIB

Janin tunggal, letak memanjang, dengan BBL 4000 gram, PBL 50 cm. A/S 8/9.

Plasenta lahir lengkap dengan kesan bersih.

Tanggal S O A P

20/11/2014

07.00

Habis

melahirkan

dengan operasi

karena

persalinan

macet

Ku / kes : TSS /

CM

St. Generalis :

T : 120 / 80

N : 78

x/mnt

S : 36,6 °C

P : 18

x/mnt

Post Sectio

Caesaria a.i

persalinan

macet H-1

- IVFD RL 20

gtt/mnt

- Cefotaxim 2x

1gr

- Ketoprofen 2x1

- Ketorolac 1x1

- Fe 2x1

10

Page 11: Sectio cesarea

St. Puerperalis :

Abdo:

Perut tampak datar,

TFU 2 JBP, NT

(-) Tympani, NK(-)

BU (+) 3x/menit

Genital:

PPV (+) 2x ganti

pembalut

Tanggal S O A P

21/11/2014

07.00

Habis

melahirkan

dengan operasi

karena

persalinan

macet

Ku / kes : Baik /

CM

St. Generalis :

T : 110/80

N : 80

x/mnt

S : 36,6 °C

Post Sectio

Caesaria a.i

persalinan

macet H-2

- IVFD RL 20

gtt/mnt

- Cefotaxim 2x

1gr

- Ketoprofen

2x1

- Ketorolac 1x1

11

Page 12: Sectio cesarea

P : 18

x/mnt

St. Puerperalis :

Abdo:

Perut tampak datar,

TFU 2 JBP, NT

(-) Tympani, NK(-)

BU (+) 3x/menit

Genital:

PPV (+) 2x ganti

pembalut

- Fe 2x1

- Pasien boleh

pulang

ANALISA KASUS12

Page 13: Sectio cesarea

Pada kasus ini wanita, 38 tahun dengan kala I fase aktif memanjang.

Dalam kasus ini, ditegakkan berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik.

Dari anamnesis didapatkan bahwa pasien dengan G3P2A0 dengan usia

kehamilan 38 minggu datang ke RSAY Metro karena persalinan yang macet sejak

4 jam SMRS. Ibu mengaku telah mengalami pembukaan sejak 8 jam SMRS dan

telah keluar air-air sejak 4 jam SMRS. Pasien juga merasakan keluar darah dan

lendir dari kemaluannya. Pemeriksaan kehamilan (antenatal care) tidak teratur 2x

selama kehamilan. Pemeriksaan USG tidak pernah dilakukan.

Pada pasien ini tidak ada riwayat trauma, infeksi, dan alergi dalam

kehamilannya ini. Pasien juga mengaku tidak punya kebiasaan minum alkohol,

merokok, dan minum obat- obatan lama. Pasien juga tidak memiliki binatang

peliharaan.

Pada pemeriksaan fisik yaitu pemeriksaan obstetri, didapatkan keadaan klinis ibu

gelisah, letih, suhu badan normal, nadi normal, pernapasan normal, serta his yang

melemah. Di daerah lokal dijumpai : edema vulva,edema serviks,cairan ketuban

yang mulai berbau, namun tidak terdapat mekonium. Pada palpasi, gerak janin

(+), dan pada auskultasi dengan pemeriksaan Doppler bunyi jantung janin normal

dan reguler, Pada pemeriksaan laboratorium, hanya didapatkan pemeriksaan

darah rutin dalam batas normal pada wanita dengan kehamilan.

Penyebab persalinan macet bisa karena adanya edema pada jalan lahir

yang didapatkan dari pemeriksaan dalam. Berdasarkan anamnesis, pasien ini

mengaku sudah mengedan sebelum adanya kontraksi yang kuat dari rahimnya

serta janin masih belum masuk PAP. Tidak ada riwayat trauma, infeksi, dan alergi

13

Page 14: Sectio cesarea

dalam kehamilannya ini. Pasien juga mengaku tidak punya kebiasaan minum

alkohol, merokok, dan minum obat- obatan lama. Namun melihat usia ibu 38

tahun, dapat merupakan faktor ibu yang terlalu tua saat kehamilan.

Faktor fetal dapat belum dapat disingkirkan mengingat pada pemeriksaan

Taksiran Berat Janin adalah 4189 gram, yang dapat dicurigai sebagai makrosomia.

Penatalaksanaan pada pasien ini sesuai dengan literatur, yaitu dilakukan

dengan penanganan aktif. Terminasi kehamilan segera pada pasien ini dipilih

melalui terminasi kehamilan perabdominal dengan mempertimbangkan persalinan

yang tidak maju akibat edema jalan lahir dan adanya kecurigaan kearah

makrosomia.

Penyebab lain dari persalinan macet pada kasus ini diduga tidak mengarah

ke adanya diproporsional kepala panggul, karena pada saat masuk kepala janin

sudah berada di Hodge III.

Edukasi pada pasien ini ialah mengenai program KB mantap, mengingat

sudah memiliki anak 2 dan usia ibu yang sudah tua (>35 tahun). Mengedukasi

kemungkinan-kemungkinan yang terjadi mengenai kehamilan pada usia ibu yang

tua. Memberikan dukungan psikologis agar pasien tidak terganggu akibat

kematian janin yang dialaminya saat ini, dan menyarankan kepada keluarga pasien

untuk memberikan dukungan yang besar untuk ibu.

TINJAUAN PUSTAKA

14

Page 15: Sectio cesarea

PERSALINAN MACET

A. Definisi

Persalinan adalah proses fisiologik dimana uterus mengeluarkan atau berupaya

mengeluarkan janin dan plasenta setelah masa kehamilan 20 minggu atau lebih

dapat hidup diluar kandungan melalui jalan lahir atau jalan lain dengan bantuan

atau tanpa bantuan.

B. Pembagian Persalinan

Menurut cara persalinan dibagi menjadi :

1. Persalinan biasa atau normal (eutosia) adalah proses kelahiran janin

pada kehamilan cukup bulan (aterm, 37-42 minggu), pada janin letak

memanjang, presentasi belakang kepala yang disusul dengan

pengeluaran plasenta dan seluruh proses kelahiran itu berakhir dalam

waktu kurang dari 24 jam tanpa tindakan/pertolongan buatan dan tanpa

komplikasi.

2. Persalinan abnormal adalah persalinan pervaginam dengan bantuan

alat-alat maupun melalui dinding perut dengan operasi caesarea.

C. Pembagian Persalinan

Menurut cara persalinan dibagi menjadi :

1. Persalinan biasa atau normal (eutosia) adalah proses kelahiran

janin pada kehamilan cukup bulan (aterm, 37-42 minggu), pada

janin letak memanjang, presentasi belakang kepala yang disusul

15

Page 16: Sectio cesarea

dengan pengeluaran plasenta dan seluruh proses kelahiran itu

berakhir dalam waktu kurang dari 24 jam tanpa

tindakan/pertolongan buatan dan tanpa komplikasi.

2. Persalinan abnormal adalah persalinan pervaginam dengan

bantuan alat-alat maupun melalui dinding perut dengan operasi

caesarea.

D. Faktor-Faktor Dalam Persalinan

Ada beberapa faktor yang berperan dalam persalinan yaitu :

1. Tenaga atau Kekuatan (power) ; his (kontraksi uterus), kontraksi

otot dinding perut, kontraksi diafragma pelvis, ketegangan,

kontraksi ligamentum rotundum, efektivitas kekuatan mendorong

dan lama persalinan.

2. Janin (passanger) ; letak janin, posisi janin, presentasi janin dan

letak plasenta.

3. Jalan Lintas (passage) ; ukuran dan tipe panggul, kemampuan

serviks untuk membuka, kemampuan kanalis vaginalis dan

introitus vagina untuk memanjang.

E. Tanda Persalinan

1. Tanda Permulaan Persalinan

16

Page 17: Sectio cesarea

Sebelum terjadi persalinan sebenarnya beberapa minggu sebelumnya

wanita memasuki bulannya atau minggunya atau harinya yang

disebut kala pendahuluan (preparatory stage of labor). Ini

memberikan tanda-tanda sebagai berikut :

a) Lightening atau settling atau dropping yaitu kepala turun

memasuki pintu atas panggul terutama pada primigravida.

Pada multipara tidak begitu terlihat, karena kepala janin baru

masuk pintu atas panggul menjelang persalinan.

b) Perut kelihatan lebih melebar dan fundus uteri menurun.

c) Perasaan sering-sering atau susah kencing (polakisuria)

karena kandung kemih tertekan oleh bagian terbawah janin.

d) Perasaan sakit di perut dan di pinggang oleh adanya

kontraksi-kontraksi lemah dari uterus (false labor pains).

e) Serviks menjadi lembek, mulai mendatar dan sekresinya

bertambah bisa bercampur darah (bloody show).

2. Tanda in-partu

a) Rasa sakit oleh adanya his yang datang lebih kuat, sering dan

teratur.

b) Keluar lendir bercampur darah yang lebih banyak karena

robekan-robekan kecil pada serviks.

c) Dapat disertai ketuban pecah dini.

d) Pada pemeriksaan dalam, serviks mendatar dan terjadi

pembukaan serviks.

17

Page 18: Sectio cesarea

F. Tahap Persalinan

Tahap persalinan meliputi 4 fase/kala :

Kala I : Dinamakan kala pembukaan, pada kala ini serviks

membuka sampai terjadi pembukaan 10 cm. Proses membukanya

serviks dibagi atas 2 fase :

a. Fase laten berlangsung selama 7-8 jam pembukaan

terjadi sangat lambat sampai mencapai ukuran diameter 3

cm.

b. Fase aktif dibagi dalam 3 fase yaitu fase akselerasi

dalam waktu 2 jam, pembukaan 3 cm tadi menjadi 4 cm

dan fase dilatasi maximal dalam waktu 2 jam pembukaan

berlangsung sangat cepat dari 4 menjadi 9 cm dan fase

deselerasi pembukaan menjadi lambat kembali dalam

waktu 2 jam pembukaan dari 9 cm menjadi lengkap 10

cm.

Kala I ini selesai apabila pembukaan serviks uteri telah lengkap.

primigravida kala I berlangsung kira-kira 12 jam sedang pada

multigravida 8 jam. Pembukaan primigravida 1 cm tiap jam dan

multigravida 2 cm tiap jam.

Kala II : Kala pengeluaran karena berkat kekuatan his dan kekuatan

mengedan janin didorong keluar sampai lahir. Kala ini berlangsung

1,5 jam pada primigravida dan 0,5 jam pada multipara.

18

Page 19: Sectio cesarea

Kala III : Kala uri/plasenta terlepas dari dinding uterus dan

dilahirkan. Prosesnya 6-15 menit setelah bayi lahir.

Kala IV : Observasi dilakukan mulai lahirnya plasenta selama 1 jam,

hal ini dilakukan untuk menghindari terjadinya perdarahan

postpartum. Observasi yang dilakukan melihat tingkat kesadaran

penderita, pemeriksaan tanda-tanda vital (tekanan darah, nadi dan

pernapasan), kontraksi uterus dan terjadinya pendarahan.

G. Bentuk Panggul Wanita

Panggul menurut morfologinya dibagi 4 yaitu :

Panggul ginekoid

Jenis panggul yang paling banyak pada wanita normal, mempunyai

diameter terbaik untuk lahirnya janin tanpa komplikasi.28 Pintu

atas panggul tampak berbentuk bulat atau agak lonjong/ellips.

Diameter transversal dari bidang pintu atas panggul (pap) lebih

panjang sedikit dari diameter antero-posterior dan hampir seluruh

daerah pap merupakan ruangan yang terpakai untuk kepala janin.

Dilihat dari bidang pintu atas panggul, panggul menyerupai silinder

tanpa penyempitan dari bidang pintu atas panggul sampai bidang

pintu bawah panggul. Bentuk panggul ini ditemukan pada 45%

wanita.

Panggul anthropoid

Panggul yang memiliki suatu bentuk agak lonjong seperti telur,

pada bidang pintu atas panggul dengan diameter terpanjang antero-

19

Page 20: Sectio cesarea

posterior. Oleh karena segmen posterior panjang dan sempit, kepala

janin tegak lurus terhadap diameter transversal dari pintu atas

panggul. Arkus pubis sempit dan lebarnya kurang dari 2 jari,

sehingga menyebabkan penyempitan pintu bawah panggul. Bentuk

panggul ini ditemukan pada 35% wanita.

Panggul android

Panggul mirip laki-laki, mempunyai reputasi jelek dan lebih jarang

dijumpai dibanding bentuk ginekoid. Panggul android ditandai oleh

daerah segmen posterior yang sempit dengan ujung sakrum

menonjol ke depan dan segmen anterior relatif panjang. Dilihat dari

pintu atas panggul tampak seperti bentuk segitiga, tulang-tulang

dari panggul android umumnya berat sehingga ruangan untuk

penurunan kepala juga terbatas. Spina iskiadika menonjol ke dalam

jalan lahir dan pintu bawah panggul menunjukan suatu arkus pubis

yang menyempit. Bentuk panggul ini ditemukan pada 15% wanita.

Panggul platipelloida

Panggul berbentuk datar dengan tulang-tulang yang lembut, jenis

panggul ini paling jarang dijumpai dan jumlahnya kurang dari 5%

ditemukan pada wanita. Pintu atas panggul lebih jelas terlihat

dimana menunjukan pemendekan dari diameter antero-posterior,

sebaliknya diameter transversal lebar. Penyempitan panggul tengah

bukanlah suatu masalah, karena arkus pubis sangat lebar dan

sakrum pendek mengarah kebelakang, maka distosia pada pintu

bawah panggul jarang terjadi.

20

Page 21: Sectio cesarea

Frekuensi dan ukuran jenis-jenis panggul berbeda diantara berbagai

bangsa, dipengaruhi faktor sosial dan ekonomi. Pada panggul ukuran

normal dan jenis apapun panggulnya, kelahiran pervaginam janin

dengan Berat Badan (BB) yang normal tidak akan mengalami

kesukaran. Akan tetapi karena pengaruh gizi, ukuran panggul dapat

menjadi lebih kecil dari pada standar normal sehingga bisa terjadi

kesulitan dalam persalinan pervaginam. Terutama kelahiran pada

panggul android dapat menimbulkan distosia yang sukar diatasi.

Saluran (kanal) pelvis yang menjadi jalan janin selama persalinan

terdiri dari pintu atas panggul, rongga panggul, dan pintu bawah

panggul.

- Pintu atas panggul atau inlet

Pintu atas panggul atau inlet, bagian belakangnya dibatasi oleh

promontorium dan ala ossis sacri, sedangkan bagian depan oleh

tulang-tulang pubis. Pada pelvis normal wanita, pintu atas panggul

berbentuk bulat kecuali pada promontorium sakrum yang

menonjol.

Ada 2 diameter terpenting pada pintu atas panggul yaitu :

a) Diameter antero-posterior dari promontorium sakrum ke

simfisis pubis, ukuran normal diameter antero-posterior adalah

11-12 cm. Diameter ini dapat diperkirakan dengan jari-jari

tangan ketika melakukan pemeriksaan vagina.

21

Page 22: Sectio cesarea

b) Diameter transversal adalah bagian terlebar dari pintu atas

panggul dengan ukuran 13 cm.

- Rongga panggul

Rongga panggul adalah kanal yang melengkung diantara pintu atas

dan pintu bawah panggul. Pada pelvis normal wanita rongga ini

berbentuk sirkuler, melengkung ke dalam dan seluruh diameternya

berukuran sekitar 12 cm.

- Pintu bawah panggul atau outlet

Pintu bawah panggul berbentuk seperti wajik (diamond) dan bagian

anterior dibatasi oleh arkus pubis dimana pelvis normal wanita

membentuk sudut 900. Pada bagian lateral dibatasi oleh spina

iskiadika dan dibagian posterior oleh koksigis dan ligament sakro-

tuberosa.

Diameter terpenting pada pintu bawah panggul yaitu :

a) Diameter transversal atau diameter inter-tuberosa berukuran 11

cm.

b) Diameter antero-posterior yang diukur dari aspek arkus pubis

ke koksigis selama kelahiran kepala janin, koksigis

melengkung ke belakang sehingga diameter membesar.

Diameter yang besar ini berukuran sekitar 13 cm.10

22

Page 23: Sectio cesarea

H. Fungsi Panggul Wanita

Fungsi umum panggul wanita yaitu :

a. Bagian keras panggul wanita

Panggul besar berfungsi menyangga isi abdomen (perut).

Panggul kecil berfungsi membentuk jalan lahir dan tempat alat

genitalia.

b. Bagian lunak panggul wanita

Membentuk lapisan dalam jalan lahir.

Menyangga alat genitalia agar tetap dalam posisi yang normal

saat hamil maupun saat kala nifas.

Saat persalinan berperan dalam proses kelahiran dan kala uri.

I. Partus Tak Maju

Partus tak maju yaitu persalinan yang ditandai tidak adanya pembukaan

serviks dalam 2 jam dan tidak adanya penurunan janin dalam 1 jam.

Partus tak maju (persalinan macet) berarti meskipun kontraksi uterus

kuat, janin tidak dapat turun karena faktor mekanis. Kemacetan

persalinan biasanya terjadi pada pintu atas panggul, tetapi dapat juga

terjadi pada ronga panggul atau pintu bawah panggul.

Partus tak maju yaitu suatu persalinan dengan his yang adekuat yang

tidak menunjukan kemajuan pada pembukaan serviks, turunnya kepala

dan putar paksi selama 2 jam terakhir.

23

Page 24: Sectio cesarea

a) Penyebab Partus Tak Maju

Penyebab partus tak maju yaitu :

- Disproporsi sefalopelvik (pelvis sempit atau janin besar)

Keadaan panggul merupakan faktor penting dalam

kelangsungan persalinan, tetapi yang penting ialah hubungan

antara kepala janin dengan panggul ibu. Besarnya kepala

janin dalam perbandingan luasnya panggul ibu menentukan

apakah ada disproporsi sefalopelvik atau tidak.

Disproporsi sefalopelvik adalah ketidakmampuan janin untuk

melewati panggul. Panggul yang sedikit sempit dapat diatasi

dengan kontraksi uterus yang efisien, letak, presentasi,

kedudukan janin yang menguntungkan dan kemampuan

kepala janin untuk mengadakan molase. Sebaliknya kontraksi

uterus yang jelek, kedudukan abnormal, ketidakmampuan

kepala untuk mengadakan molase dapat menyebabkan

persalinan normal tidak mungkin.28 Kehamilan pada ibu

dengan tinggi badan < 145 cm dapat terjadi disproporsi

sefalopelvik, kondisi luas panggul ibu tidak sebanding

dengan kepala bayi, sehingga pembukaannya berjalan lambat

dan akan menimbulkan komplikasi obstetri.

Disproporsi sefalopelvik terjadi jika kepala janin lebih besar

dari pelvis, hal ini akan menimbulkan kesulitan atau janin

tidak mungkin melewati pelvis dengan selamat. Bisa juga

24

Page 25: Sectio cesarea

terjadi akibat pelvis sempit dengan ukuran kepala janin

normal, atau pelvis normal dengan janin besar atau kombinasi

antara bayi besar dan pelvis sempit. Disproporsi sefalopelvik

tidak dapat didiagnosis sebelum usia kehamilan 37 minggu

karena sebelum usia kehamilan tersebut kepala belum

mencapai ukuran lahir normal.

Disproporsi sefalopelvik dapat terjadi :

Marginal (ini berarti bahwa masalah bisa diatasi

selama persalinan, relaksasi sendi-sendi pelvis dan

molase kranium kepala janin dapat memungkinkan

berlangsungnya kelahiran pervaginam).

Moderat (sekitar setengah dari pasien-pasien pada

kelompok lanjutan ini memerlukan kelahiran dengan

tindakan operasi).

Definit (ini berarti pelvis sempit, bentuk kepala

abnormal atau janin mempunyai ukuran besar yang

abnormal, misalnya hidrosefalus, operasi diperlukan

pada kelahiran ini).

Presentasi yang abnormal

Hal ini bisa terjadi pada dahi, bahu, muka dengan dagu

posterior dan kepala yang sulit lahir pada presentasi bokong.

25

Page 26: Sectio cesarea

Presentasi Dahi adalah keadaan dimana kepala janin

ditengah antara fleksi maksimal dan defleksi maksimal,

sehingga dahi merupakan bagian terendah. Presentasi

dahi terjadi karena ketidakseimbangan kepala dengan

panggul, saat persalinan kepala janin tidak dapat turun ke

dalam rongga panggul sehingga persalinan menjadi

lambat dan sulit.

Presentasi dahi tidak dapat dilahirkan dengan kondisi

normal kecuali bila bayi kecil atau pelvis luas, persalinan

dilakukan dengan tindakan caesarea. IR presentasi dahi

0,2% kelahiran pervaginam, lebih sering pada

primigravida.

Presentasi Bahu

Bahu merupakan bagian terbawah janin dan abdomen

cenderung melebar dari satu sisi kesisi yang lain

sehingga tidak teraba bagian terbawah anak pada pintu

atas panggul menjelang persalinan. Bila pasien berada

pada persalinan lanjut setelah ketuban pecah, bahu dapat

terjepit kuat di bagian atas pelvis dengan satu tangan atau

lengan keluar dari vagina.

Presentasi bahu terjadi bila poros yang panjang dari janin

tegak lurus atau pada sudut akut panjangnya poros ibu,

sebagaimana yang terjadi pada letak melintang.

Presentasi bahu disebabkan paritas tinggi dengan dinding

26

Page 27: Sectio cesarea

abdomen dan otot uterus kendur, prematuritas, obstruksi

panggul.

Presentasi Muka

Pada presentasi muka, kepala mengalami hiperekstensi

sehingga oksiput menempel pada punggung janin dan

dagu merupakan bagian terendah. Presentasi muka

terjadi karena ekstensi pada kepala, bila pelvis sempit

atau janin sangat besar. Pada wanita multipara, terjadinya

presentasi muka karena abdomen yang menggantung

yang menyebabkan punggung janin menggantung ke

depan atau ke lateral, seringkali mengarah kearah

oksiput. Presentasi muka tidak ada faktor penyebab yang

dapat dikenal, mungkin terkait dengan paritas tinggi

tetapi 34% presentasi muka terjadi pada primigravida.

- Abnormalitas pada janin

Hal ini sering terjadi bila ada kelainan pada janin misalnya :

Hidrosefalus, pertumbuhan janin lebih besar dari 4.000 gram,

bahu yang lebar dan kembar siam.

- Abnormalitas sistem reproduksi

Abnormalitas sistem reproduksi misalnya tumor pelvis,

stenosis vagina kongenital, perineum kaku dan tumor vagina.

27

Page 28: Sectio cesarea

b) Komplikasi Persalinan yang Terjadi Pada Partus Tak Maju

1. Ketuban pecah dini

Apabila pada panggul sempit, pintu atas panggul tidak

tertutup dengan sempurna oleh janin ketuban bisa pecah

pada pembukaan kecil.27 Bila kepala tertahan pada pintu

atas panggul, seluruh tenaga dari uterus diarahkan ke bagian

membran yang menyentuh os internal, akibatnya ketuban

pecah dini lebih mudah terjadi.

2. Pembukaan serviks yang abnormal

Pembukaan serviks terjadi perlahan-lahan atau tidak sama

sekali karena kepala janin tidak dapat turun dan menekan

serviks. Pada saat yang sama, dapat terjadi edema serviks

sehingga kala satu persalinan menjadi lama. Namun

demikian kala satu dapat juga normal atau singkat, jika

kemacetan persalinan terjadi hanya pada pintu bawah

panggul. Dalam kasus ini hanya kala dua yang menjadi

lama. Persalinan yang lama menyebabkan ibu mengalami

ketoasidosis dan dehidrasi.

Seksio caesarea perlu dilakukan jika serviks tidak

berdilatasi. Sebaliknya, jika serviks berdilatasi secara

memuaskan, maka ini biasanya menunjukan bahwa

kemacetan persalinan telah teratasi dan kelahiran

28

Page 29: Sectio cesarea

pervaginam mungkin bisa dilaksanakan (bila tidak ada

kemacetan pada pintu bawah panggul)

3. Bahaya ruptur uterus

Ruptur uterus, terjadinya disrupsi dinding uterus,

merupakan salah satu dari kedaruratan obstetrik yang

berbahaya dan hasil akhir dari partus tak maju yang tidak

dilakukan intervensi. Ruptur uterus menyebabkan angka

kematian ibu berkisar 3-15% dan angka kematian bayi

berkisar 50%.

Bila membran amnion pecah dan cairan amnion mengalir

keluar, janin akan didorong ke segmen bawah rahim melalui

kontraksi. Jika kontraksi berlanjut, segmen bawah rahim

akan merengang sehingga menjadi berbahaya menipis dan

mudah ruptur. Namun demikian kelelahan uterus dapat

terjadi sebelum segmen bawah rahim meregang, yang

menyebabkan kontraksi menjadi lemah atau berhenti

sehingga ruptur uterus berkurang.

Ruptur uterus lebih sering terjadi pada multipara jarang

terjadi, pada nulipara terutama jika uterus melemah karena

jaringan parut akibat riwayat seksio caesarea. Ruptur uterus

menyebabkan hemoragi dan syok, bila tidak dilakukan

penanganan dapat berakibat fatal.

29

Page 30: Sectio cesarea

4. Fistula

Jika kepala janin terhambat cukup lama dalam pelvis maka

sebagian kandung kemih, serviks, vagina, rektum

terperangkap diantara kepala janin dan tulang-tulang pelvis

mendapat tekanan yang berlebihan. Akibat kerusakan

sirkulasi, oksigenisasi pada jaringan-jaringan ini menjadi

tidak adekuat sehingga terjadi nekrosis, yang dalam

beberapa hari diikuti dengan pembentukan fistula. Fistula

dapat berubah vesiko-vaginal (diantara kandung kemih dan

vagina), vesiko-servikal (diantara kandung kemih dan

serviks) atau rekto-vaginal (berada diantara rektum dan

vagina). Fistula umumnya terbentuk setelah kala II

persalinan yang sangat lama dan biasanya terjadi pada

nulipara, terutama di negara-negara yang kehamilan para

wanitanya dimulai pada usia dini.

5. Sepsis puerferalis

Sepsis puerferalis adalah infeksi pada traktus genetalia yang

dapat terjadi setiap saat antara awitan pecah ketuban (ruptur

membran) atau persalinan dan 42 hari setelah persalinan

atau abortus dimana terdapat gejala-gejala : nyeri pelvis,

demam 38,50c atau lebih yang diukur melalui oral kapan

saja cairan vagina yang abnormal, berbau busuk dan

keterlambatan dalam kecepatan penurunan ukuran uterus.

30

Page 31: Sectio cesarea

Infeksi merupakan bagian serius lain bagi ibu dan janinya

pada kasus partus lama dan partu tak maju terutama karena

selaput ketuban pecah dini. Bahaya infeksi akan meningkat

karena pemeriksaan vagina yang berulang-ulang.

c) Pengaruh Partus tak maju Pada Bayi

- Perubahan-perubahan tulang-tulang kranium dan kulit kepala

Akibat tekanan dari tulang-tulang pelvis, kaput suksedaneum

yang besar atau pembengkakan kulit kepala sering kali

terbentuk pada bagian kepala yang paling dependen dan

molase (tumpang tindih tulang-tulang kranium) pada kranium

janin mengakibatkan perubahan pada bentuk kepala.10 Selain

itu dapat terjadi sefalhematoma atau penggumpalan darah di

bawah batas tulang kranium, terjadi setelah lahir dan dapat

membesar setelah lahir.

- Kematian Janin

Jika partus tak maju dibiarkan berlangsung lebih dari 24 jam

maka dapat mengakibatkan kematian janin yang disebabkan

oleh tekanan yang berlebihan pada plasenta dan korda

umbilikus. Janin yang mati, belum keluar dari rahim selama

4-5 minggu mengakibatkan pembusukan sehingga dapat

mencetuskan terjadinya koagulasi intravaskuler diseminata

(KID) keadaan ini dapat mengakibatkan hemoragi, syok dan

kematian pada maternal.

31

Page 32: Sectio cesarea

d) Tanda Partus tak maju

Pada kasus persalinan macet/tidak maju akan ditemukan tanda-

tanda kelelahan fisik dan mental yang dapat diobservasi dengan :

Dehidrasi dan Ketoasidosis (ketonuria, nadi cepat, mulut

kering)

Demam

Nyeri abdomen

Syok (nadi cepat, anuria, ekteremitas dingin, kulit pucat,

tekanan darah rendah) syok dapat disebabkan oleh ruptur

uterus atau sepsis.

e) Determinan dari Partus Tak Maju

Host

- Usia

Usia reproduksi yang optimal bagi seorang ibu untuk hamil

dan melahirkan adalah 20-35 tahun karena pada usia ini

secara fisik dan psikologi ibu sudah cukup matang dalam

menghadapi kehamilan dan persalinan.

1) Usia <20 tahun organ-organ reproduksi belum

sempurna secara keseluruhan dan perkembangan

kejiwaan belum matang sehingga belum siap menjadi

ibu dan menerima kehamilannya. Usia >35 tahun organ

32

Page 33: Sectio cesarea

reproduksi mengalami perubahan yang terjadi karena

proses menuanya organ kandungan dan jalan lahir kaku

atau tidak lentur lagi. Selain itu peningkatn umur

seseorang akan mempengaruhi organ yang vital seperti

sistim kardiovaskuler, ginjal dll (pada umur tersebut

mudah terjadi penyakit pada ibu yang akan

memperberat tugas organ-organ tersebut sehingga

berisiko mengalami komplikasi pada ibu dan janin).

2) Paritas

Paritas 1-3 merupakan paritas paling aman ditinjau dari

sudut kematian maternal. Paritas 0 dan paritas lebih

dari 3 mempunyai angka kematian maternal yang lebih

tinggi. Lebih tinggi paritas lebih tinggi kematian

maternal.

Ibu hamil yang memiliki paritas 4 kali atau lebih,

kemungkinan mengalami gangguan kesehatan,

kekendoran pada dinding perut dan kekendoran dinding

rahim sehingga berisiko mengalami kelainan letak pada

janin, persalinan letak lintang, robekan rahim,

persalinan macet dan perdarahan pasca persalinan.

3). Riwayat Persalinan

33

Page 34: Sectio cesarea

Persalinan yang pernah dialami oleh ibu dengan

persalinan prematur, seksio caesarea, bayi lahir mati,

persalinan lama, persalinan dengan induksi serta semua

persalinan tidak normal yang dialami ibu merupakan

risiko tinggi pada persalinan berikutnya.

4). Anatomi Tubuh Ibu Melahirkan

Ibu bertubuh pendek < 150 cm yang biasanya berkaitan

dengan malnutrisi dan terjadinya deformitas panggul

merupakan risiko tinggi dalam persalinan, tinggi badan

< 150 cm berkaitan dengan kemungkinan panggul

sempit. Tinggi badan Ibu < 145 cm terjadi

ketidakseimbangan antara luas panggul dan besar

kepala janin.

Sebagian besar kasus partus tak maju disebabkan oleh

tulang panggul ibu terlalu sempit sehingga tidak mudah

dilintasi kepala bayi waktu bersalin. Proporsi wanita

dengan rongga panggul yang sempit menurun dengan

meningkatnya tinggi badan, persalinan macet yang

disebabkan panggul sempit jarang terjadi pada wanita

tinggi. Penelitian di Nigeria Utara dari seluruh ibu yang

mengalami persalinan macet, proporsi wanita dengan

panggul sempit memiliki tinggi badan < 145 cm

34

Page 35: Sectio cesarea

sebesar 40%, tinggi badan 150 cm sebesar 14% dan

tinggi badan 160 cm sebesar 1%.

5). Agent

Partus tak maju disebabkan faktor mekanik pada

persalinan yaitu terhambatnya jalan lahir janin.

Terhambatnya jalan lahir disebabkan

ketidakseimbangan bentuk dan ukuran panggul

(passage), besarnya janin (passenger) dan kontraksi

uterus (power). Bentuk dan ukuran panggul yang

sempit menghambat jalan lahir janin, panggul yang

sempit dipengaruhi faktor nutrisi dalam pembentukan

tulang panggul, penyakit dan cedera pada tulang

panggul.

6). Enviroment

1. Keadaan Sosial ekonomi

Derajat sosial ekonomi masyarakat akan

menunjukan tingkat kesejahteraan dan

kesempatannya dalam menggunakan pelayanan

kesehatan. Jenis pekerjaan ibu maupun suaminya

akan mencerminkan keadaan sosial ekonomi

keluarga. Berdasarkan jenis pekerjaan tersebut

dapat dilihat kemampuan mereka terutama dalam

35

Page 36: Sectio cesarea

pemenuhan makanan bergizi, khususnya bagi ibu

hamil, pemenuhan kebutuhan makanan bergizi

sangat berpengaruh terhadap kehamilannya.

Kekurangan gizi dapat berakibat buruk pada ibu

dan anak, misalnya terjadi anemia, keguguran,

perdarahan saat hamil. sesudah hamil, infeksi dan

partus macet.

Perbedaan pemukiman antara daerah perkotaan dan

pedesaan ternyata mempengaruhi tinggi rendahnya

kematian maternal. Kemiskinan, ketidaktahuan,

kebodohan, transportasi yang sulit,

ketidakmampuan membayar pelayanan yang baik,

kurangnya fasilitas pelayanan kesehatan, jarak

rumah yang jauh untuk mendapatkan bantuan

tenaga ahli juga mempengaruhi persalinan,

kebiasaan kawin muda, kepercayaan masyarakat

dan praktik tradisional, pantangan makanan

tertentu pada wanita hamil merupakan faktor ikut

berperan.

2. Ketersediaan Tenaga Ahli dan Rujukan

Angka kematian maternal yang tinggi disuatu

negara sesungguhnya mencerminkan rendahnya

mutu pelayanan. Pelayanan kesehatan mempunyai

36

Page 37: Sectio cesarea

peran yang sangat besar dalam kematian materal.

Faktor tersebut meliputi : kurangnya kemudahan

untuk pelayanan kesehatan maternal, asuhan

medik yang kurang dan kurangnya tenaga yang

terlatih.23 Petugas kesehatan yang tidak terlatih

untuk mengenali persalinan macet (partograf tidak

digunakan). Kegagalan dalam bertindak terhadap

faktor risiko dan penundaan dalam merujuk ke

tingkat pelayanan yang lebih tinggi (misalnya

untuk seksio caesarea) merupakan fakor partus tak

maju.

F. Pencegahan

1. Pencegahan Primer

Pencegahan primer merupakan upaya untuk mempertahankan

orang yang sehat agar tetap sehat atau tidak sakit. Untuk

menghindari risiko partus tak maju dapat dilakukan dengan :

Memberikan informasi bagi ibu dan suaminya tentang

tanda bahaya selama kehamilan dan persalinan.

Pendidikan kesehatan reproduksi sedini mungkin kepada

wanita usia reproduksi pra-nikah.

Meningkatkan program keluarga berencana bagi ibu usia

reproduksi yang sudah berkeluarga.

Memperbaiki perilaku diet dan peningkatan gizi. 37

Page 38: Sectio cesarea

Antenatal Care dengan yang teratur untuk mendeteksi dini

kelainan pada ibu hamil terutama risiko tinggi

Mengukur tinggi badan dan melakukan pemeriksaan

panggul pada primigravida.

Mengajurkan untuk melakukan senam hamil.

Peningkatan pelayanan medik gawat darurat.

Menyediakan sarana transportasi dan komunikasi bagi ibu-

ibu yang melahirkan dirumah (Maternity Waiting Home)

apabila terjadi komplikasi, sehingga harus di rujuk ke

fasilitas yang lebih baik.

2.Pencegahan Sekunder

Pencegahan sekunder dapat dilakukan dengan diagnosis dini

dan pengobatan yang tepat untuk mencegah timbulnya

komplikasi, yaitu :

a. Diagnosis dini partus tak maju meliputi

- Pemeriksaan Abdomen

Tanda-tanda partus tak maju dapat diketahui melalui

pemeriksaan abdomen sebagai berikut :

Kepala janin dapat diraba diatas rongga pelviss

karena kepala tidak dapat turun

Kontraksi uterus sering dan kuat (tetapi jika

seorang ibu mengalami kontraksi yang lama dalam

38

Page 39: Sectio cesarea

persalinanya maka kontraksi dapat berhenti karena

kelelahan uterus)

Uterus dapat mengalami kontraksi tetanik dan

bermolase (kontraksi uterus bertumpang tindih)

ketat disekeliling janin.

Cincin Band/Bandles ring ; cincin ini ialah nama

yang diberikan pada daerah diantara segmen atas

dan segmen bawah uterus yang dapat dilihat dan

diraba selama persalinan. Dalam persalinan

normal, daerah ini disebut cincin retraksi. Secara

normal daerah ini seharusnya tidak terlihat atau

teraba pada pemeriksaan abdomen, cincin bandl

adalah tanda akhir dari persalinan tidak maju.

Bentuk uterus seperti kulit kacang dan palpasi akan

memastikan tanda-tanda yang terlihat pada waktu

observasi.

- Pemeriksaan Vagina

Tanda-tandanya sebagai berikut :

Bau busuk dari drainase mekonium

Cairan amniotik sudah keluar

Kateterisasi akan menghasilkan urine pekat

yang dapt mengandung mekonium atau darah

39

Page 40: Sectio cesarea

Pemeriksaan vagina : edema vulva (terutama

jika ibu telah lama mengedan), vagina panas

dan mengering karena dehidrasi, pembukaan

serviks tidak komplit. Kaput suksedaneum yang

besar dapat diraba dan penyebab persalinan

macet antara lain kepala sulit bermolase akibat

terhambat di pelvis, presentasi bahu dan lengan

prolaps.

Pencatatan Partograf

Persalinan macet dapat juga diketahui jika

pencatatan pada partograf menunjukan :

Kala I persalinan lama (fase aktif) disertai

kemacetan sekunder

Kala II yang lama

Gawat janin (frekuensi jantung janin < dari

120 permenit, bau busuk dari drainase

mekonium sedangkan frekuensi jantung janin

normal 120-160 permenit)

Pembukaan serviks yang buruk walaupun

kontraksi uterus yang kuat.

Melakukan penanganan secepat mungkin untuk

mencegah terjadinya komplikasi, partus tak maju

berisiko mengalami infeksi sampai ruptur uterus

dan biasanya ditangani dengan tindakan bedah,

40

Page 41: Sectio cesarea

seksio caesarea, ekstraksi cunam atau vacum oleh

sebab itu harus dirujuk kerumah sakit.

3. Pencegahan Tersier

Pencegahan tersier dilakukan dengan mencegah terjadinya

komplikasi yang lebih berat dan kematian, yaitu :

Rehidrasikan pasien untuk mempertahankan volume

plasma normal dan menangani dehidrasi, ketosis

dengan memberikan natrium laktat 1 liter dan

dekstrosa 5% 1-2 liter dalam 6 jam.

Pemberiaan antibiotik untuk mencegah sepsis

puerperalis dan perawatan intensif setelah melahirkan.

41

Page 42: Sectio cesarea

DAFTAR PUSTAKA

1. Sumampouw, H. Dkk. Partus Kasep. PEDOMAN DIAGNOSIS DAN

TERAPI LAB / UPF ILMU KEBIDANAN DAN PENYAKIT

KANDUNGAN RUMAH SAKIT UMUM DAERAH DOKTER

SOETOMO SURABAYA. 1994.

2. Mochtar, R. Partus Lama dan Partus Terlantar. SINOPSIS OBSTETRI

Jilid I. Edisi 2. Penerbit Buku Kedokteran. EGC. Jakarta. 1998.

3. Mansjoer, A. dkk. Distosia. KAPITA SELEKTA KEDOKTERAN

Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. J ilid I. Media Aesculapius

Jakarta. 2001.

4. Martohoesodo, S. dkk. Patologi Persalinan dan Penanganannya. ILMU

KEBIDANAN. Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawiroharjo. Jakarta.

2002.

5. Mochtar, R. Distosia karena kelainan jalan lahir. SINOPSIS OBSTETRI

Jilid I. Edisi 2. Penerbit Buku Kedokteran. EGC. Jakarta. 1998.

6. Sastrawinata,S.R. Dystocia. OBSTETRI PATOLOGI. Bagian Obstetri &

Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran Bandung.

ELSTAR OFFSET Bandung. 1981.

7. Mochtar, R. Distosia karena kelainan janin. SINOPSIS OBSTETRI Jilid I.

Edisi 2. Penerbit Buku Kedokteran. EGC. Jakarta. 1998.

42