sebaiknya kita tahu siapa syekh al abani
TRANSCRIPT
7/26/2019 Sebaiknya Kita Tahu Siapa Syekh Al Abani
http://slidepdf.com/reader/full/sebaiknya-kita-tahu-siapa-syekh-al-abani 1/2
ULAMA ATAU BUKAN SEBAIKNYA KITA TAHU SIAPA SYEKHAL ABANI ? DULU TIDAK PERNAH KITA DENGAR,SEKARANG
BANYAK DISEBUT DAN JADI RUJUKAN SEBAGIAN UMATISLAM
Nashiruddin al-Albani adalah sosok yang kontroversial. Bagi para pengikutnya, al-Albani disebut sebagai
muhadits abad ini. Sementara sebagian besar muslimin mengatakan al-Albani bukanlah seorang
muhaddits, yang derajatnya sangat jauh untuk menyandang gelar sebagai ahli hadits.
Semasa hidupnya al-Albani lebih banyak menghabiskan waktunya untuk membaca hadits-hadits secara
otodidak di balik perpustakaan, tidak belajar hadits kepada guru ahli hadits
(http://id.wikipdi!."#$/wiki/M%h!&&!d'N!(hi#%ddi)'A*+A*!)i). Begitu tertariknya al-Albani
terhadap hadits, sampai-sampai toko reparasi jamnya pun memiliki dua fungsi, sebagai tempat mencarinafkah dan tempat belajar hadits, dikarenakan bagian belakang tokonya itu sudah diubahnya sedemikian
rupa menjadi perpustakaan pribadi. Bahkan waktunya mencari nafkah pun tak ada apa-apanya bila
dibandingkan dengan waktunya untuk belajar, yang pada saat-saat tertentu hingga (total) 18 jam dalam
sehari untuk belajar, di luar waktu-waktu shalat dan aktivitas lainnya (Asy Syariah Vol. VII/No.
77/1432/2011 hal. 12, Qomar Suaidi, Lc).
Nashiruddin al-Albani pun secara rutin mengunjungi perpustakaan azh-Zhahiriyyah di Damaskus untuk
membaca buku-buku yang tak biasanya didapatinya di toko buku. Dan perpustakaan pun menjadi
laboratorium umum baginya, waktu 6-8 jam bisa habis di perpustakaan itu, hanya keluar di waktu-waktu
shalat, bahkan untuk makan pun sudah disiapkannya dari rumah berupa makanan-makanan ringan untuk
dinikmatinya selama di perpustakaan.
Begitulah sekelumit kehidupan al-Albani yang sangat suka dengan hadits-hadits yang dipelajarinya
melalui buku-buku perpustakaan. Tak heran, pemikiran-pemikiran al-Albani seringkali berseberangan dan
tidak sesuai dengan pendapat para ulama ahli hadits ahlussunnah wal jama’ah. Dia al-Albani sering
melakukan kesalahan dalam menilai suatu hadits, terkadang al-Albani mengatakan suatu hadits itu
shahih tapi dalam bukunya yang lain mengatakan tidak shahih, begitupun sebaliknya. Silahkan baca
selengkapnya dalam tulisan “S-ikh M%h!&&!d N!(hi#%ddi) A* A*!)i Ad!*!h M%h!dit( A!dI)i?“Rasulullahshallallahu alaihi wasallam bersabda,“Barangsiapa menguraikan al-Qur’an dengan
akal pikirannya sendiri dan merasa benar, maka sesungguhnya dia telah berbuat kesalahan”.
(HR. Ahmad)
Syaikh Nashir al-Asad menjawab pertanyaan ini: “Orang yang hanya mengambil ilmu melalui kitab
saja tanpa memperlihatkannya kepada ulama dan tanpa berjumpa dalam majelis-majelis
ulama, maka ia telah mengarah pada distorsi. Para ulama tidak menganggapnya sebagai
ilmu, mereka menyebutnya shahaf atau otodidak, bukan orang alim. Para ulama menilai
orang semacam ini sebagai orang yang dlai !lemah". #a disebut shahaf yang diambil dari
kalimat tashhi, yang artinya adalah seseorang mempelajari ilmu dari kitab tetapi ia tidak
mendengar langsung dari para ulama, maka ia melenceng dari kebenaran. $engan
7/26/2019 Sebaiknya Kita Tahu Siapa Syekh Al Abani
http://slidepdf.com/reader/full/sebaiknya-kita-tahu-siapa-syekh-al-abani 2/2
demikian, sanad dalam riwayat menurut pandangan kami adalah untuk menghindari
kesalahan semacam ini” (Mashadir asy-Syi’ri al-Jahili 10)
Orang yang berguru tidak kepada guru tapi kepada buku saja maka ia tidak akan menemui kesalahannya
karena buku tidak bisa menegur, tapi kalau guru bisa menegur jika ia salah atau jika ia tak faham ia bisa
bertanya, tapi kalau buku jika ia tak faham ia hanya terikat dengan pemahaman dirinya sendiri menurut
akal pikirannya sendiri.
Nashiruddin al-Albani dalam kitabnya,%ilsilat al-&hadits as-%hahihah, hal. 6/77 menuliskan :
01 23456789;<=3>@ 27> 2C=>F>,145OFQV>,=WX=Z[@\;]<^_>!1`5
2a>>=8b>ce>fgg>,F1]7<=3j>a7>,;Z=l=a<]7<m=n>W>,8F
5Vc5^l%ebagian penulis 'aman ini telah mengingkari adanya il'a( !menempelkan mata kaki,dengkul, bahu" ini, hal ini bisa dikatakan menjauhkan dari menerapkan sunnah. $ia
menyangka bahwa yang dimaksud dengan )il'a(* adalah anjuran untuk merapatkan barisan
saja, bukan benar-benar menempel. +al tersebut merupakan ta’thil !pengingkaran"
terhadap hukum-hukum yang bersiat alamiyyah, persis sebagaimana ta’thil !pengingkaran"
dalam siat #lahiyyah. Bahkan lebih jelek dari it u.
Nashiruddin al-Albani secara tegas memandang bahwa yang dimaksudil'a( dalam hadits adalah benar-
benar menempel. Artinya, sesama mata kaki, sesama dengkul dan sesama bahu harus benar nempel
dengan orang di sampingnya. Dan itulah yang dia katakan sebagai sunnah Nabi.
Tak hanya berhenti sampai disitu, al-Albani dalam bukunya juga mengancam mereka yang tidak
sependapat dengan pendapatnya, sebagai orang yang ingkar kepada sifat Allah.
Maksudnya kalau orang berpendapat bahwail'a( itu hanya sekedar anjuran untuk merapatkan barisan,
dan bukan benar-benar saling menempelkan bahu dengan bahu, dengkul dengan dengkul , dan mata
kaki dengan mata kaki, sebagai orang yangmuatthil. Maksudnya orang itu dianggap telah ingkar
terhadap sifat Allah, bahkan keadaanya lebih jelek dari itu.
Untuk itu pendapat al-Albani ini didukung oleh murid-murid setianya. Dimana-mana mereka menegaskan
bahwail'a( ini disebut sebagai sunnah mahjurah, yaitu sunnah yang telah banyak ditinggalkan oleh
orang-orang. Oleh karena itu perlu untuk dihidup-hidupkan lagi di masa sekarang.