sebagai suatu sistem
DESCRIPTION
dTRANSCRIPT
Sebagai suatu sistem, Bumi memiliki empat reservoir raksasa yang
menampung materi, dan setiap reservoir itu adalah suatu sistem terbuka
karena baik materi maupun energi dari setiap reservoir itu dapat masuk
dan keluar. Ke-empat reservoir Bumi itu yang merupakan sustu sub-sistem
Bumi adalah:
1) Atmosfer, yaitu campuran gas yang mengelilingi Bumi. Gas-gas yang
dominan adalah nitrogen, oksigen, argon, karbon dioksida, dan uap air.
2) Hidrosfer, yaitu seluruh air yang ada di Bumi, meliputi samudera, danau,
sungai, air bawah tanah, dan seluruh salju dan es, dengan pengecualian uap
air di dalam atmosfer.
3) Biosfer, yaitu seluruh organisme yang ada di Bumi, termasuk juga
berbagai material organik yang belum mengalami dekomposisi.
4) Geosfer, yaitu bagian Bumi yang padat, dan terutama tersusun oleh
batuan dan regolit (partikel-partikel batuan lepas yang menutupi bagian
Bumi yang padat).
Model dari Sistem Bumi dapat dilihat pada Gambar 2. Pada gambar
tersebut terlihat bahwa Bumi sebagai suatu benda langit yang merupakan
salah satu anggota dari Sistem Tata Surya merupakan suatu sistem
tertutup. Bumi menerima pancaran radiasi gelombang pendek dari
Matahari dan kembali memancarkan radiasi gelombang panjang ke ruang
angkasa. Sementara itu, sub-sistem Bumi merupakan sistem terbuka yang
diantara sesamanya dapat terjadi pertukaran energi dan materi.
Gambar 2. Model Sistem Bumi. Bumi sebagai benda angkasa merupakan
sistem tertutup, sedang sub-sistem Bumi yang terdiri dari atmosfer,
hidrosfer, biosfer dan geosfer merupakan sistem terbuka. Sumber: Skinner
dan Porter (2000), Gambar 1.19.
Komponen fisik dari Sistem Bumi terdiri dari sub-sistem Daratan (Geosfer),
Lautan/Air (Hidrosfer), dan Udara (Atmosfer). Setiap komponen tersebut
berinteraksi satu sama lain sehingga di dalam Sistem Bumi terdapat
interaksi Daratan-Lautan, Daratan-Udara, dan Lautan-Udara. Secara visual,
kondisi keberadaan dari ketiga komponen Sistem Bumi itu dan interaksinya
dapat digambarkan sebagai model seperti Gambar 3. Semuanya terintegrasi
dalam Ruang dan Waktu.
Gambar 3. Model Sistem Bumi yang memperlihatkan hubungan dan
interaksi di antara sub-sistem fisik. Sumber: Global Change News Letter no.
68, Feb. 2007.
Pergerakan material di Bumi terjadi dalam bentuk pergerakan bersiklus[1].
Hal ini berarti bahwa pergerakan terjadi secara kontinyu atau terus
menerus. Gambaran ini memberikan kerangka yang baik yang dapat
membantu kita mempelajari bagaimana materi dan energi tersimpan dan
bagaimana keduanya digerakkan dalam suatu siklus dari satu reservoir ke
reservoir yang lain oleh sistem Bumi. Ada dua aspek yang penting bagi
gerakan bersiklus, yaitu (1) reservoir tempat material berada, dan (2) aliran
atau fluks material-material dari reservoir yang satu ke reservoir yang lain.
Ada tiga siklus yang sangat penting yang menggerakkan material dan
energi di Bumi, yaitu:
1) Siklus hidrologi. Siklus ini menggerakkan air di dalam hidrosfer.
Keberadaan siklus ini ditunjukkan oleh adanya hujan, salju dan aliran air
sungai. Siklus ini terjadi dari hari ke hari dan jangka panjang.
2) Siklus batuan. Siklus ini menggambarkan berbagai proses yang
membentuk, memodifikasi, mendekomposisi, dan membentuk kembali
batuan oleh proses-proses internal dan eksternal Bumi.
3) Siklus tektonik. Siklus ini berkaitan dengan pergerakan dan interaksi
antar lempeng-lempeng litosfer, dan proses di bagian dalam Bimu yang
dalam yang mengendalikan pergerakan lempeng-lempeng litosfer.
Ketiga siklus tersebut berkaitan erat satu sama lain melalui proses-proses
fisika, kimia dan biologi. Pentingnya ketiga siklus itu akan terlihat bila
membicara siklus biogeokimia dari unsur-unsur kimia yang penting bagi
kehidupan seperti karbon, oksigen, nitrogen sulfur, hidrogen dan fosfor.
Siklus hidrologi adalah fenomena yang terutama terjadi di atmosfer dan
digerakkan oleh panas dari Matahari yang menguapkan air dari samudera
dan daratan (Gambar 4A). Uap air yang dihasilkan bergerak naik masuk ke
atmosfer dan kemudian bergerak bersama aliran udara. Dalam
perjalanannya bersama aliran udara, beberapa bagian uap air mengalami
kondensasi dan kemudian mengalami presipitasi dalam bentuk hujan atau
salju dan kembali ke samudera atau daratan Gambar 4B. Air hujan yang
jatuh ke daratan dapat mengalir masuk kedalam aliran sungai, meresap ke
dalam tanah, atau menguap kembali ke udara untuk bergerak kembali
dalam siklus. Sebagian air yang di dalam tanah diserap oleh tanaman, dan
kemudian mengembalikan air itu ke atmosfer melalui daun dengan proses
transpirasi. Salju dapat tetap berada di daratan selama satu atau dua
musim dan bisa lebih lama hingga mencair dan airnya mengalir
meninggalkan salju. Berbagai reservoir dan alur pergerakan air dalam
siklus hidrologi adalah seperti pada Gambar 4C.
Gambar 4A. Siklus hidrologi (panah abu-abu) dan energi Matahari (panah
putih). Sumber: Ingmanson dan Wallace (1985).
Gambar 4B. Siklus hidrologi dan transfer material tahunan. Sumber:
Duxbury et al. (2002).
Gambar 4C. Siklus hidrologi. Menggambarkan proses dan pergerakan air
dari reservoir satu ke reservoir yang lain. Sumber: Skinner dan Porter
(2000).
Siklus batuan menggambarkan seluruh proses yang dengannya batuan
dibentuk, dimodifikasi, ditransportasikan, mengalami dekomposisi, dan
dibentuk kembali sebagai hasil dari proses internal dan eksternal Bumi.
Siklus batuan ini berjalan secara kontinyu dan tidak pernah berakhir. Siklus
ini adalah fenomena yang terjadi di kerak benua (geosfer) yang berinteraksi
dengan atmosfer, hidrosfer, dan biosfer dan digerakkan oleh energi panas
internal Bumi dan energi panas yang datang dari Matahari.
Kerak bumi yang tersingkap ke udara akan mengalami pelapukan dan
mengalami transformasi menjadi regolit melalui proses yang melibatkan
atmosfer, hidrosfer dan biosfer. Selanjutnya, proses erosi
mentansportasikan regolit dan kemudian mengendapkannya sebagai
sedimen. Setelah mengalami deposisi, sedimen tertimbun dan mengalami
kompaksi dan kemudian menjadi batuan sedimen. Kemudian, proses-proses
tektonik yang menggerakkan lempeng dan pengangkatan kerak Bumi
menyebabkan batuan sedimen mengalami deformasi. Penimbunan yang
lebih dalam membuat batuan sedimen menjadi batuan metamorik, dan
penimbunan yang lebih dalam lagi membuat batuan metamorfik meleleh
membentuk magma yang dari magma ini kemudian terbentuk batuan beku
yang baru. Pada berbagai tahap siklus batuan ini, tektonik dapat
mengangkat kerak bumi dan menyingkapkan batuan sehingga batuan
tersebut mengalami pelapukan dan erosi. Dengan demikian, siklus batuan
ini akan terus berlanjut tanpa henti (Gambar 5).
Gambar 5. Siklus batuan. Menggambarkan proses yang menyebabkan
batuan berubah dari satu bentuk ke bentuk yang lain dan ditransportasikan.
Sumber: Skinner dan Porter (2000)
Berbeda dari sikus batuan yang terutama merupakan fenomena yang terjadi
di kerak benua, maka siklus tektonik terutama melibatkan kerak samudera,
dan prosesnya didominasi oleh proses-proses di bagian dalam Bumi yang
digerakkan oleh energi geotermal Bumi.
Gambaran siklus tektonik dapat dilihat pada Gambar 6A dan B. Ketika
magma yang datang dari mantle muncul di tempat pemekaran lantai
samudera, maka ditempat itu akan terbentuk kerak samudera baru. Kerak
samudera yang tua akan kembali ke dalam mantle di zona penunjaman.
Dengan demikian, masa hidup kerak samudera lebih pendek daripada masa
hidup kerak benua.
Gambar 6A. Siklus tektonik. Kontak antara magma dengan air laut di zona
pemekaran samudera menunjukkan interaksi antara geosfer dan hidrosfer
yang mempengaruhi komposisi air laut, sementara itu volkanisme
menunjukkan kontak antara geosfer dan atmosfer yang mempengaruhi
komposisi udara. Sumber: Skinner dan Porter (2000).
Gambar 6B. Siklus tektonik. Menggambarkan aliran proses dan pergerakan
material. Sumber: Skinner dan Porter (2000).
Fenomena volkanisme dapat terjadi berkaitan dengan mekanisme
penunjaman. Ketika kerak samudera masuk kembali ke dalam mantel dan
meleleh kembali, unsur-unsur volatil dari kerak samudera itu menyebabkan
kerak benua di atasnya meleleh. Magma yang terbentuk muncul ke
permukaan sebagai gunungapi. Dengan demikian terjadi penambahan
material baru ke kerak benua. Di pihak lain, aktifitas gunungapi yang
mengeluarkan debu dan gas dari dalam Bumi mempengaruhi komposisi
udara. Kondisi ini menunjukkan interaksi antara geosfer dan atmosfer.
Selain di zona penunjaman, magma dapat muncul di daerah pemekar lantai
samudera. Di daerah pemekaran lantai samudera, interaksi antara kerak
samudera dengan samudera di atasnya mempengaruhi komposisi air laut
disekitarnya. Magma yang muncul di zona pemekaran dan membentuk
kerak samudera baru membentuk batuan beku yang panas dan bereaksi
dengan air laut. Unsur-unsur dari dalam batuan yang panas bereaksi
dengan unsur-unsur yang ada di dalam air laut. Ini adalah salah satu cara
mantle mempengaruhi komposisi air laut, dan juga cara yang penting
bagaimana material dan proses dari siklus tektonik berinteraksi dengan
siklus hidrologi.
Keterkaitan antar Siklus
Gambaran hubungan antara siklus hidrologi, siklus batuan dan siklus
tektonik dapat dilihat pada Gambar 7. Interaksi semacam itu telah
berlangsung secara terus menerus sejak di Bumi terdapat air laut sekitar 4
milyar tahun yang lalu.
Gambar 7. Keterkaitan antara siklus hidrologi, siklus batuan dan siklus
tektonik. Sumber: Skinner dan Porter (2000).
Hal yang penting dari interaksi ketiga siklus tersebut adalah gambaran
tentang bagaimana material bergerak dari satu reservoir ke reservoir yang
lain dan proses-proses yang menggerakkannya. Selain itu, ketiga siklus
tersebut juga memperlihatkan bagaimana peranan energi panas yang
berasal dari bagian dalam Bumi dan dari Matahari berperanan dalam
menggerakkan suatu proses dan memindahkan material dari satu reservoir
ke reservoir yang lain.
Ada dua hal utama yang membedakan antara Bumi dengan planet-planet
yang lain di dalam Sistem Tata Surya, yaitu:
1) Bumi memiliki air dalam jumlah besar dan membentuk sub-sistem
hidrosfer sedang planet-planet yang lain tidak memiliki air. Dengan kata
lain, hidrosfer hanya dijumpai di Bumi dan tidak dijumpai di planet-planet
yang lain.
2) Di Bumi terdapat fenomena tektonik lempeng sedang di planet-planet
yang lain tidak ada. Fenomena tektonik lempeng mengindikasikan bagian
internal Bumi yang cair dan memiliki energi panas yang tinggi.
Berlangsungnya siklus hidrologi, siklus batuan dan siklus tektonik di Bumi
berkaitan erat dengan keberadaan dua hal tersebut. Siklus hidrologi tidak
dapat berlangsung bila di Bumi tidak ada hidrosfer, sedang siklus batuan
dan tektonik tidak dapat berlangsung bila tidak ada tektonik lempeng.
Dengan demikian, bila keberadaan hidrosfer dan tektonik lempeng hanya
ada di Bumi, maka ketiga siklus tersebut hanya berlangsung di Bumi dan
tidak dapat berlangsung di planet-planet yang lain.
Bumi berbentuk oblate spheroid, yang berarti diameter ekuator lebih
panjang daripada diameter kutub. Bumi berrotasi pada sumbunya dari barat
ke timur, dan Bumi berrevolusi mengelilingi Matahari dengan orbit yang
berbentuk ellips. Pada titik terdekat – yang disebut perihelion, jarak Bumi
dan Matahari 147.000.000 km dan terjadi pada bulan Juli, sedang pada titik
terjauh – yang disebut aphelion, berjarak 150.000.000 km dan terjadi pada
bulan Januari. Fakta lain adalah bahwa sumbu rotasi Bumi membentuk
sudur 23,5o terhadap bidang orbit Bumi.
Bentuk bumi bulat menyebabkan penyerapan radiasi sinar Matahari oleh
Bumi berkurang sesuai dengan perubahan posisi lintang dari ekuator ke
kutub (Gambar 8). Selanjutnya, posisi sumbu rotasi Bumi yang menyudut
23,5o terhadap bidang orbit Bumi menyebabkan terjadinya variasi
penyinaran tahunan di permukaan Bumi (Gambar 9). Variasi pemanasan
Bumi ini mengendalikan sirkulasi samudera dan atmosfer, dan juga siklus
hidrologi.
Gambar 8. Variasi intersitas penyinaran Matahari terhadap permukaan
Bumi sebagai akibat dari perbedaan posisi lintang. Perbedaan intersitas
penyinaran itu menyebabkan perbedaan energi panas dari Matahari yang
diterima oleh Bumi sesuai dengan posisi lintang suatu tempat di permukaan
Bumi. Sumber: Berner dan Berner (1987).
Gambar 9. Gerak revolusi Bumi terhadap matahari dan posisi sumbu rotasi
Bumi yang membentuk sudut 23,5o terhadap bidang orbit Bumi
menyebabkan perubahan musim sepanjang tahun. Sumber: Berner dan
Berner (1987).
Sirkulasi atmosfer adalah konsekuensi dari ketidakseimbangan panas di
permukaan Bumi yang terjadi karena perbedaan intensitas penyinaran yang
telah dibicarakan di atas, dan gerak rotasi Bumi. Gambaran umum sirkulasi
atmosfer yang menunjukkan angin rata-rata tahunan disajikan dalam
Gambar 10.