desa adalah suatu sistem
TRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pada era demokratisasi sebagaimana tengah berjalan di negeri ini, masyarakat
memiliki peran cukup sentral untuk menentukan pilihan kebijakan yang sesuai dengan
kebutuhan dan aspirasinya. Masyarakat memiliki kedaulatan yang cukup luas untuk
menentukan orientasi dan arah kebijakan pembangunan yang dikehendaki. Nilai-nilai
kedaulatan selayaknya dibangun sebagai kebutuhan kolektif masyarakat dan bebas dari
kepentingan individu dan atau golongan.
Desa sebagai kesatuan masyarakat hukum terkecil yang memiliki batas-batas
wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakatnya
berdasarkan asal-usul dan adat istiadat setempat yang diakui dan dihormati oleh negara.
Pembangunan pedesaan selayaknya mengarah pada peningkatan kesejahteraan masyarakat
pedesaan. Pembangunan pedesaan dapat dilihat pula sebagai upaya mempercepat
pembangunan pedesaan melalui penyediaan sarana dan prasarana untuk memberdayakan
masyarakat, dan upaya mempercepat pembangunan ekonomi daerah yang efektif dan
kokoh. Pembangunan pedesaan bersifat multi-aspek, oleh karena itu perlu keterkaitan
dengan bidang sektor dan aspek di luar pedesaan sehingga dapat menjadi pondasi yang
kokoh bagi pembangunan nasional.
1
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, rumusan masalah yang kami ajukan adalah tata
kelola, perangkat pemerintahan desa, desa sebagai suatu kesatuan masyarakat, desa
sebagai salah satu entitas pemerintahan.
1.3 Tujuan Penulisan
Tujuan yang hendak dicapai melalui penulisan makalah ini adalah sebuah gambaran
sederhana untuk mengetahui apakah desa juga merupakan dan dapat kita kategorikan
sebagai suatu sistem.
1.4 Metode dan Teknik Pengumpulan Data
Metode
Metode yang digunakan adalah deskriptif analitis, karena makalah ini mencoba
untuk mendeskripsikan data yang kami peroleh dari berbagai rujukan, kami tarik
kesimpulan, dan kemudian kami sajikan dalam bentuk tulisan makalah ini.
Pengumpulan data
Teknik yang digunakan adalah studi kepustakaan, dimana sebagaian besar rujukan,
dan sumber data berasal dari internet.
2
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Pengertian dan Ciri Masyarakat Desa
Dalam UU Nomor 32 Tahun 2004 disebutkan pengertian desa sebagai kesatuan
masyarakat hukum yang memiliki batas wilayah, yang berwenang untuk mengatur dan
mengurus kepentingan masyarakat setempat, berdasarkan asal-usul dan adat istiadat
setempat yang diakui dan dihormati.
Desa bukanlah bawahan kecamatan, karena kecamatan merupakan bagian dari
perangkat daerah kabupaten/kota, dan desa bukan merupakan bagian dari perangkat
daerah. Berbeda dengan Kelurahan, Desa memiliki hak mengatur wilayahnya lebih luas.
Namun dalam perkembangannya, sebuah desa dapat ditingkatkan statusnya menjadi
kelurahan.
Menurut Prof.Drs.Bintarto, desa merupakan perwujudan atau kesatuan geografis,
sosial, ekonomi, politik dan kultural yang terdapat di suatu daerah dalam hubungan
dan pengaruhnya secara timbal balik dengan daerah lain.
Pola keruangan desa bersifat agraris yang sebagian atau seluruhnya terisolasi dari
kota. Tempat kediaman penduduk mencerminkan tingkat penyesuaian penduduk terhadap
lingkungan alam, seperti iklim, tanah, topografi, tata air, sumber alam, dan lain-lain.
Tingkat penyesuaian penduduk desa terjhadap lingkungan alam bergantung faktor
ekonomi, social, pendidikan dan kebudayaan.
3
Ciri-ciri masyarakat desa antara lain sebagai berikut :
1. Sistem kehidupan umumnya bersifat kelompok dengan dasar kekelurgaan.
2. Masyarakat bersifat homogeny, seperti dalam hal mata pencahariaan, agama dan
adat istiadat.
3. Diantara warga desa mempunyai hubungan yang lebih mendalam dan erat bila
dibandingkan dengan masyarakat lain di luar batas wilayahnya.
4. Mata pencahariaan utama para penduduk biasanya bertani.
5. Faktor geografis sangat berpengaruh terhadapa corak kehidupan masyarakat.
6. Jarak antara tempat bekerja tidak terlalu jauh dari tempat tinggal.
2.2 Pemerintahan Desa
Desa sebagai salah satu entitas pemerintahan paling rendah menjadi arena paling
tepat bagi masyarakat untuk mengaktualisasikan kepentingannya guna menjawab
kebutuhan kolektif masyarakat. Mengacu pada UU No.32 Tahun 2004 tentang
Pemerintahan Daerah pasal 206 disebutkan bahwa kewenangan desa mencakup :
1. Urusan pemerintahan yang sudah ada berdasarkan hak asal usul desa;
2. Urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan kabupaten/kota yang diserahkan
pengaturannya kepada desa. Urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan
kabupaten/kota yang diserahkan pengaturannya kepada desa adalah urusan
pemerintahan yang secara langsung dapat meningkatkan pelayanan dan
pemberdayaan masyarakat.
3. Tugas pembantuan dari pemerintah, pemerintah provinsi, dan atau pemerintah
kabupaten/kota, tugas pembantuan dari pemerintah, pemerintah provinsi, dan atau
pemerintah, kabupaten/kota kepada desa disertai dengan pembiayaan, sarana dan
prasarana, serta sumber daya manusia.
4. Urusan pemerintahan lainnya yang oleh peraturan perundangan diserahkan kepada
desa.
4
Melihat urusan pemerintahan yang dapat dikelola oleh desa sebagaimana diuraikan
diatas, maka sesungguhnya desa memiliki kewenangan yang cukup luas. Kepala desa yang
menurut undang-undang dipilih secara langsung oleh rakyat memiliki kewenangan dan
legitimasi yang cukup kuat untuk membawa desa tersebut ke arah yang dikehendakinya.
Namun demikian, masih sedikit masyarakat desa yang sadar bahwa potensi kewenangan
ini harus diperjuangkan kejelasannya kepada pemerintah daerah untuk menjadi
kewenangan yang lebih terperinci dan dinaungi oleh kebijakan pemerintah daerah yang
cukup mengikat. Hal ini perlu dilakukan agar desa tidak hanya menjadi ’tong sampah’ dari
urusan-urusan yang tidak bisa diselesaikan oleh pemerintah daerah.
Menurut Sutardjo Kartohadikusumo, Desa adalah suatu kesatuan hukum tempat
tinggal suatu masyarakat yang berkuasa mengadakan pemerintahan sendiri.
Desa memiliki pemerintahan sendiri. Pemerintahan Desa terdiri atas Pemerintah
Desa (yang meliputi Kepala Desa dan Perangkat Desa) dan Badan Permusyawaratan Desa
(BPD).
1. Kepala Desa
Kepala Desa merupakan pimpinan penyelenggaraan pemerintahan desa berdasarkan
kebijakan yang ditetapkan bersama Badan Permusyawaratan Desa (BPD). Masa jabatan
Kepala Desa adalah 6 tahun, dan dapat diperpanjang lagi untuk satu kali masa jabatan.
Kepala Desa juga memiliki wewenang menetapkan Peraturan Desa yang telah mendapat
persetujuan bersama BPD.
Kepala Desa dipilih langsung melalui Pemilihan Kepala Desa (Pilkades) oleh
penduduk desa setempat. Syarat-syarat menjadi calon Kepala Desa sesuai Peraturan
Pemerintah No. 72 Tahun 2005 sebagai berikut :
5
1. Bertakwa kepada Tuhan YME
2. Setia kepada Pacasila sebagai dasar negara, UUD 1945 dan kepada NKRI, serta
Pemerintah
3. Berpendidikan paling rendah SLTP atau sederajat
4. Berusia paling rendah 25 tahun
5. Bersedia dicalonkan menjadi Kepala Desa
6. Penduduk desa setempat
7. Tidak pernah dihukum karena melakukan tindak pidana kejahatan dengan hukuman
paling singkat 5 tahun
8. Tidak dicabut hak pilihnya
9. Belum pernah menjabat Kepala Desa paling lama 10 tahun atau 2 kali masa jabatan
10. Memenuhi syarat lain yang diatur Perda Kab/Kota
2. Sekertaris Desa
Sekretaris Desa diisi dari Pegawai Negeri Sipil yang memenuhi persyaratan, yaitu :
1. Berpendidikan paling rendah lulusan SMU atau sederajat;
2. Mempunyai pengetahuan tentang teknis pemerintahan;
3. Mempunyai kemampuan di bidang administrasi perkantoran;
4. Mempunyai pengalaman di bidang administrasi keuangan dan di bidang
perencanaan;
5. Memahami sosial budaya masyarakat setempat; dan
6. Bersedia tinggal di desa yang bersangkutan.
Sekretaris Desa diangkat oleh Sekretaris Daerah Kabupaten/Kota atas nama
Bupati/Walikota.
6
2. Perangkat Desa
Perangkat Desa bertugas membantu Kepala Desa dalam melaksanakan tugas dan
wewenangnya. Salah satu perangkat desa adalah Sekretaris Desa, yang diisi dari Pegawai
Negeri Sipil. Sekretaris Desa diangkat oleh Sekretaris Daerah Kabupaten/Kota atas nama
Bupati/Walikota. Perangkat Desa lainnya diangkat oleh Kepala Desa dari penduduk desa,
yang ditetapkan dengan Keputusan Kepala Desa.
Badan Permusyawaratan Desa (BPD) merupakan lembaga perwujudan demokrasi
dalam penyelenggaraan pemerintahan desa. Anggota BPD adalah wakil dari penduduk
desa bersangkutan berdasarkan keterwakilan wilayah. Anggota BPD terdiri dari Ketua
Rukun Warga, pemangku adat, golongan profesi, pemuka agama dan tokoh atau pemuka
masyarakat lainnya. Masa jabatan anggota BPD adalah 6 tahun dan dapat
diangkat/diusulkan kembali untuk 1 kali masa jabatan berikutnya. Pimpinan dan Anggota
BPD tidak diperbolehkan merangkap jabatan sebagai Kepala Desa dan Perangkat Desa.
BPD berfungsi menetapkan Peraturan Desa bersama Kepala Desa, menampung dan
menyalurkan aspirasi masyarakat.
Badan Musyawarah Desa :
1. Bamusdes berkedudukan sebagai unsur penyelenggara pemerintahan desa.
2. Anggota adalah wakil dari penduduk desa bersangkutan berdasarkan keterwakilan
wilayah yang ditetapkan dengan cara musyawarah dan mufakat.
3. Anggota terdiri dari Ketua Rukun Warga, pemangku adat, golongan profesi,
pemuka agama dan tokoh atau pemuka masyarakat lainnya.
4. Masa jabatan anggota adalah 6 tahun dan dapat diangkat/diusulkan kembali untuk 1
(satu) kali masa jabatan berikutnya.
5. Jumlah anggota ditetapkan dengan jumlah ganjil, paling sedikit 5 (lima) orang dan
paling banyak 11 (sebelas) orang, dengan memperhatikan luas wilayah, jumlah
penduduk, dan kemampuan keuangan desa.
7
3. Lembaga Kemasyarakatan
Di desa dapat dibentuk lembaga kemasyarakatan, yakni lembaga yang dibentuk
oleh masyarakat sesuai dengan kebutuhan dan merupakan mitra pemerintah desa dalam
memberdayakan masyarakat. Lembaga kemasyarakatan ditetapkan dengan Peraturan
Desa. Salah satu fungsi lembaga kemasyarakatan adalah sebagai penampungan dan
penyaluran aspirasi masyarakat dalam pembangunan. Hubungan kerja antara lembaga
kemasyarakatan dengan Pemerintahan Desa bersifat kemitraan, konsultatif dan koordinatif
2.3 Tata Kelola Desa
Pada sisi pengelolaan anggaran, dengan adanya dana perimbangan maka
pemerintah desa memiliki keleluasaan untuk mengalokasikan anggaran penyelenggaraan
pemerintahan desa dan pemberdayaan masyarakat desa (pembangunan) sesuai dengan
kebutuhan di desa tersebut. Terlebih lagi saat ini, banyak sekali proyek-proyek
pembangunan baik itu dari pemerintah pusat, provinsi, kabupaten dan dari lembaga donor
yang memilih desa sebagai wilayah kerja proyeknya. Proyek-proyek berupa pembangunan
fisik sarana prasarana, bantuan sosial hingga bantuan ekonomi sepatutnya menjadi energi
pendorong tersendiri bagi desa untuk mengoptimalkan pemenuhan kebutuhan
pembangunan desa. Namun demikian, pengelolaan potensi anggaran ini belum dapat
dikoordinasikan dan dikelola dengan cukup baik oleh desa sehingga proyek-proyek
tersebut dilaksanakan tidak terencana sebagai bagian dari rencana pembangunan desa yang
lebih komprehensif.
Sebagaimana diuraikan dalam Penjelesan Peraturan Pemerintah Nomor 72 tahun
2005 tentang Desa bahwa landasan pemikiran pengaturan (tata kelola) mengenai desa
yaitu :
1. Keanekaragaman, yang memiliki makna bahwa istilah ’desa’ dapat disesuaikan
dengan asal usul dan kondisi sosial budaya masyarakat setempat. Hal ini berarti
pola penyelenggaraan pemerintahan serta pelaksanaan pembangunan di desa harus
8
menghormati sistem nilai yang berlaku pada masyarakat setempat namun harus
tetap mengindahkan sistem nilai bersama dalam kehidupan berbangsa dan
bernegara. Dalam kaitan ini Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945 menegaskan bahwa negara mengakui dan menghormati kesatuan-
kesatuan masyarakat hukum adat beserta hak tradisionalnya sepanjang masih hidup
dan sesuai dengan perkembangan masyarakat dan prinsip Negara Kesatuan
Republik Indonesia.
2. Partisipasi, memiliki makna bahwa penyelenggaraan pemerintahan dan
pembangunan desa harus mampu mewujudkan peran aktif masyarakat agar
masyarakat senantiasa memiliki dan turut serta bertanggungjawab terhadap
perkembangan kehidupan bersama sebagai sesama warga desa.
3. Otonomi asli, memiliki makna bahwa kewenangan pemerintahan desa dalam
mengatur dan mengurus masyarakat setempat didasarkan pada hak asal usul dan
nilai-nilai sosial budaya yang terdapat pada masyarakat setempat namun harus
diselenggarakan dalam perspektif adiminstrasi pemerintahan negara yang selalu
mengikuti perkembangan jaman.
4. Demokratisasi, memiliki makna bahwa penyelenggaraan pemerintahan dan
pelaksanaan pembangunan di desa harus mengakomodasi aspirasi masyarakat yang
diartikulasi dan diagregasi melalui Badan Permusyawaratan Desa (BPD) dan
lembaga kemasyarakatan sebagai mitra pemerintah desa.
5. Pemberdayaan masyarakat, memiliki makna bahwa penyelenggaraan pemerintahan
dan pelaksanaan pembangunan di desa ditujukan untuk meningkatkan taraf hidup
dan kesejahteraan masyarakat melalui penetapan kebijakan, program dan kegiatan
yang sesuai dengan esensi masalah dan prioritas kebutuhan masyarakat.
9
1. Keuangan Desa
Penyelenggaraan urusan pemerintahan desa yang menjadi kewenangan desa didanai
dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa (APB Desa), bantuan pemerintah dan
bantuan pemerintah daerah. Penyelenggaraan urusan pemerintah daerah yang
diselenggarakan oleh pemerintah desa didanai dari APBD. Penyelenggaraan urusan
pemerintah yang diselenggarakan oleh pemerintah desa Sumber pendapatan desa terdiri
atas :
1. Pendapatan Asli Desa, antara lain terdiri dari hasil usaha desa, hasil kekayaan desa
(seperti tanah kas desa, pasar desa, bangunan desa), hasil swadaya dan partisipasi,
hasil gotong royong.
2. Bagi hasil Pajak Daerah Kabupaten/Kota.
3. Bagian dari Dana Perimbangan Keuangan Pusat dan Daerah.
4. Bantuan keuangan dari Pemerintah, Pemerintah Provinsi, dan Pemerintah
Kabupaten/Kota dalam rangka pelaksanaan urusan pemerintahan.
5. Hibah dan sumbangan dari pihak ketiga yang tidak mengikat.
10
BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Pembentukan Desa
Desa dibentuk atas prakarsa masyarakat dengan memperhatikan asal-usul desa dan
kondisi sosial budaya masyarakat setempat. Pembentukan desa dapat berupa
penggabungan beberapa desa, atau bagian desa yang bersandingan, atau pemekaran dari
satu desa menjadi dua desa atau lebih, atau pembentukan desa di luar desa yang telah ada.
Desa dapat diubah atau disesuaikan statusnya menjadi kelurahan berdasarkan
prakarsa Pemerintah Desa bersama BPD dengan memperhatikan saran dan pendapat
masyarakat setempat. Desa yang berubah menjadi Kelurahan, Lurah dan Perangkatnya
diisi dari pegawai negeri sipil.
Desa yang berubah statusnya menjadi Kelurahan, kekayaannya menjadi kekayaan
daerah dan dikelola oleh kelurahan yang bersangkutan untuk kepentingan masyarakat
setempat.
3.2 Membangun Desa, Membangun Indonesia
Desa hanya suatu unit kecil, namun unit kecil inilah yang menyusun Indonesia
menjadi sebuah Negara yang begini luas dan besar. Dan juga tidak bisa dipungkiri, desa
yang kita miliki lebih banyak dari kota, atas dasar inilah desa menjadi suatu hal yang tidak
dikesampingkan dalam perencanaan dan pengembangan regional sampai nasional.
Mendefinisikan pedesaan seperti yang telah disampaikan pada bab sebelumnya
merupakan langkah awal yang dapat mempengaruhi tindak perencanaan selanjutnya yang
tentunya akan mempengaruhi kehidupan masyarakat pedesaan itu sendiri. Desa dipuja
11
sebagai suatu tempat yang asri dan damai. Ada pula yang menganggap desa sebagai
tempat tinggal terpencil yang minim infrastruktur dan identik dengan hidup serba sulit.
Negara maju lebih memandang desa sebagai suatu aset lingkungan yang harus dilestarikan
dengan segala utopia dan tradisionalitasnya. Sedangkan Negara berkembang memandang
desa sebagai suatu bentuk daerah yang harus dieliminir karena adanya kesenjangan pola
pikir masyarakatnya yang masih tradisional serta persoalan yang melingkupi desa. Hal-hal
negatif tentang pedesaan semacam inilah yang seringkali dapat kita pahami sebagai
‘realitas sosiologi’.
Padahal desa atau pedesaan merupakan bagian penting dari perencanaan. Hampir
sebagian besar masyarakat Indonesia tinggal di pedesaan, namun ironisnya hal ini
berbanding lurus dengan kondisi kemiskinannya, kantong-kantong kemiskinan juga
berada di pedesaan. Masyarakat pedesaan yang sebagian besar bermatapencaharian
sebagai petani, sangat sulit untuk keluar dari jerat kemiskinan. Mereka seperti terampas
dari tanahnya sendiri, tidak bisa mengembangkan potensi daerahnya dan berhamburan
menyerbu kota-kota besar yang semakin menimbulkan masalah di kedua belah pihak baik
itu di perkotaan maupun di pedesaan yang ditinggalkan.
Desa semakin terlupakan dan tidak lagi identik dengan keindahan alam dan
kemeriahan aktivitas pertaniannya. Desa seolah dianggap tidak penting dan membebani.
Akan tetapi konsep seperti ini adalah konsep yang salah yang semakin membuat jurang
ketimpangan antara desa dan kota menganga lebar. Ketahanan suatu bangsa sebaiknya
dibangun dari daerah-daerah. Negara perlu memberikan perhatian kepada daerah agar
sanggup mengembangkan potensinya dan akhirnya dapat mandiri tanpa bantuan
terusmenerus. Konsep pembangunan saat ini, yang seakan bertumpu pada satu kaki yaitu
di Jakarta sesungguhnya amat berbahaya. Kondisi seperti itu sangat rentan dan akan
memicu masalah pembangunan yang semakin kronis.
12
Pada hakekatnya pembangunan pedesaan adalah suatu upaya untuk mengentaskan
kemiskinan dan keterbelakangan. Pembangunan pedesaan merupakan proses
pengembangan kemandirian. Pengembangan kemandirian akan dapat meningkatkan
pendapatan. Dan peningkatan pendapatan akan dapat menciptakan kesejahteraan keluarga
dalam upaya menghindari masyarakat pedesaan dari himpitan kemiskinan akan
terentaskan. Pembangunan pedesaan pada umumnya digunakan untuk menunjukkan
tindakan yang diambil dan inisiatif untuk meningkatkan taraf hidup di lingkungan
nonurban, pedesaan, dan desa-desa terpencil. Kegiatan pertanian mungkin akan menonjol
dalam hal ini, sedangkan kegiatan ekonomi akan berhubungan dengan sektor primer,
produksi makanan dan bahan baku.
Tantangan dalam pembangunan pedesaan berkaitan dengan kondisi eksternal,
seperti perkembangan internasional yang berhubungan dengan liberalisasi arus investasi
dan perdagangan global. Arus globalisasi yang semakin kuat perlu diimbangi dengan
kesadaran bahwa mekanisme pasar tidak selalu mampu memecahkan masalah
ketimpangan sumberdaya. Kebijakan pembangunan harus memberi perhatian untuk
perlunya menata kembali landasan sistem pengelolaan aset-aset di wilayah pedesaan.
Sedangkan tantangan internal, yaitu yang berkaitan dengan perubahan kondisi makro
maupun mikro dalam negeri. Tantangan internal disini dapat meliputi transformasi
struktur ekonomi, masalah migrasi spasial dan sektoral, ketahanan pangan, masalah
ketersediaan lahan pertanian, masalah investasi dan permodalan, masalah iptek, SDM,
lingkungan dan masih banyak lagi.
Desa-desa seharusnya diberi kepercayaan dan pembangunan pedesaan diberi
perhatian lebih. Pembangunan infrastruktur yang memadai merupakan salah satu langkah
strategis yang bisa dilakukan. Masyarakat perdesaan perlu diberikan berbagai akses
kemudahaan seperti jalan untuk pemasaran hasil pertanian, akses pendidikan, kesehatan,
dan sebagainya. Konsep pembangunan perdesaan bukanlah konsep pembangunan yang
instan melainkan harus berjenjang dan konsisten. Pengertian yang selama ini kurang tepat,
dapat kita balikan, pedesaan tidak lagi identik dengan wilayah miskin. Pedesaan dapat
13
menjadi wilayah yang mandiri yang bahkan mampu menggerakan ekonomi wilayah
disekitarnya. Salah satu contoh konsep pembangunan wilayah yang dapat dianggap
berhasil adalah pembangunan provinsi gorontalo yang maju dengan konsep
agropolitannya. Oleh karena itu pembangunan pedesaan merupakan hal yang sangat
penting di dalam perencanaan, dengan membangun pedesaan maka secara langsung kita
juga mengentaskan kemiskinan.
14
BAB IV
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Dari latar belakang, dari beberapa pengertian yang sudah dijelaskan dapat kita lihat
bahwa desa itu ternyata mengandung kompleksitas yang saling berkaitan satu sama lain
diantara unsur-unsurnya, yang sebenarnya desa masih dianggap sebagai standar dan
pemelihara sistem kehidupan bermasyarakat dan kebudayaan asli seperti :
Tolong menolong
Keguyuban
Persaudaraan
Gotong royong
Kepribadian dalam berpakaian
Adat istiadat
Kesenian
Kehidupan moral susila dan lain-lain.
Mengenai penyelenggaraan pemerintahan desa menurut undang-undang nomor 32
tahun 2004 tentang pemerintahan desa, pemerintah desa memiliki otonomi desa dalam
penyelenggaraan pemerintahan desa. Penyelenggaraan pemerintahan desa dijalankan
melalui peraturan desa, dengan adanya peraturan desa maka demokratisasi desa dapat
berjalan karena peraturan desa ditetapkan oleh kepala desa dan BPD. Pembentukan BPD
merupakan wujud dari demokratisasi desa selain pembentukan Lembaga Kemasyarakatan
dan pemilihan kepala desa secara langsung.
15
Dan dari itu juga dapat kita lihat bahwa, sebetulnya desa merupakan bagian yang
penting bagi keberadaan bangsa Indonesia. Penting karena desa merupakan satuan terkecil
dari bangsa ini yang menunjukkan keragaman Indonesia. Keragaman tersebut bisa
menjadi kekuatan bagi tegaknya bangsa. Dengan demikian penguatan desa menjadi hal
yang tak bisa ditawar dan tak bisa dipisahkan dari pembangunan bangsa ini secara
menyeluruh. Tidak hanya itu, apa yang kita lihat sebagai struktur-struktur dalam sebuah
pedesaan mulai besar sampai terkecil adalah suatu bagian yang membuat desa tersebut
berjalan sesuai dengan fungsinya, hal itu pastinya terkait antara satu dengan lainnya. Ini
yang merupakan bahwa desa adalah juga sebagai suatu sistem, dan sistem ini merupakan
bagian dari sub-sistem Negara/Bangsa Indonesia.
B. SARAN
Desa-desa seharusnya diberi kepercayaan dan pembangunan pedesaan diberi
perhatian lebih. Pembangunan infrastruktur yang memadai merupakan salah satu langkah
strategis yang bisa dilakukan. Masyarakat perdesaan perlu diberikan berbagai akses
kemudahaan seperti jalan untuk pemasaran hasil pertanian, akses pendidikan, kesehatan,
dan sebagainya. Selain itu sebaiknya Desa juga mempunyai sistem perencanaan sendiri,
yang lepas dari sistem perencanaan daerah (Kabupaten/Kota) yaitu sistem Perencanaan
desa yang berbasis pada kewenangan Desa.
16
DAFTAR PUSTAKA
http://desaku.blogdetik.com/2008/12/30/apa-itu-desa/
http://mandirinews.wordpress.com/2010/07/01/membangun-karakter-bangsa
melalui-penerapan-konsep-desa-merdesa-dalam-pelaksanaan-pendidikan-
masyarakat/
www.kompas.com/index.php/read/xml/2008/10/07/19321468/
pemerintah.pusat.harus.ikut.atasi.urbanisasi
http://www.kompas.com/index.php/read/xml/2008/04/27/01080093/asal.usul
http://id.wikipedia.org/wiki/desa
17