sdfsdf

8
Obat obatan yang tidak boleh diberikan pada ibu menyusui beserta efeknya 1. Bromocriptine : Supresi laktasi 2. Lithium : Hemokonsentrasi pada bayi 3. Phenindione : Antikoagulan yang menyebabkan peningkatan Partial Thrombloplastine Time pada bayi 4. Phenobarbital : Spasme pada bayi, Methemoglobinemia dan Sedasi 5. Ergotamine : Muntah, Diare, Kejang dan Menurunkan Produksi ASI 6. Atenolol : Sianosis dan Bradikardi 7. Clemastine : Drowsiness dan menolak pemberian ASI 8. Acebutolol : Hipotensi, Bradikardi dan Takipneu 9. Aspirin : Perdarahan dan Reye's Sindrom pada bayi 10. Obat golongan anti kanker : menyebabkan diare dan penurunan sistem imun pada bayi 11. Chlorampenicol : Diare, Supresi Sumsum Tulang dan Gray Baby Sindrom 12. Estrogen : Menurunkan Produksi ASI dan menyebabkan pembesaran payudara pada bayi laki laki 13. Metformin : Gula darah yang rendah dan asidosis pada bayi (Schudder & Sachs, 2013). Obat Obatan lain yang dapat menurunkan produksi ASI (Donovan & Buchanan, 2012)

Upload: pulsewangmin

Post on 17-Dec-2015

5 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

sdfsdf

TRANSCRIPT

Obat obatan yang tidak boleh diberikan pada ibu menyusui beserta efeknya1. Bromocriptine : Supresi laktasi2. Lithium : Hemokonsentrasi pada bayi3. Phenindione : Antikoagulan yang menyebabkan peningkatan Partial Thrombloplastine Time pada bayi4. Phenobarbital : Spasme pada bayi, Methemoglobinemia dan Sedasi5. Ergotamine : Muntah, Diare, Kejang dan Menurunkan Produksi ASI6. Atenolol : Sianosis dan Bradikardi7. Clemastine : Drowsiness dan menolak pemberian ASI8. Acebutolol : Hipotensi, Bradikardi dan Takipneu9. Aspirin : Perdarahan dan Reye's Sindrom pada bayi10. Obat golongan anti kanker : menyebabkan diare dan penurunan sistem imun pada bayi11. Chlorampenicol : Diare, Supresi Sumsum Tulang dan Gray Baby Sindrom12. Estrogen : Menurunkan Produksi ASI dan menyebabkan pembesaran payudara pada bayi laki laki13. Metformin : Gula darah yang rendah dan asidosis pada bayi (Schudder & Sachs, 2013).

Obat Obatan lain yang dapat menurunkan produksi ASI (Donovan & Buchanan, 2012)1. Antihistamin2. Obat obatan dengan efek sedatif3. Diuretik4. Vitamin B6 dosis tinggiObat obatan yang dapat meningkatkan produksi ASI (Donovan & Buchanan, 2012)1. Domperidone2. Metoklopramid3. Sulpirid4. Chlorpromazin5. Oksitosin

Kontraindikasi pemberian ASI1. Bayi yang menderita galaktosemia. Pada keadaan ini, bayi tidakmemiliki enzim galaktase, sehingga galaktosa tidak dapat dipecah.Bayi juga tidak boleh minum susu formula.2. Ibu dengan HIV/AIDS yang dapat memberikan PASI (Pengganti ASI) yang memenuhi syarat AFASS (Acceptable,Feasable,Affordable,Sustainable, and Save)3. Ibu dengan penyakit jantung yang apabila menyusui dapat terjadi gagaljantung4. Ibu yang memerlukan terapi dengan obat-obat tertentu (antikanker)5. Ibu yang memerlukan pemeriksaan dengan obat-obat radioaktif perlumenghentikan pemberian ASI kepada bayinya selama 5x waktu paruhobat. Setelah itu, bayi boleh menyusu lagi. Sementara itu, ASI teteap diperah dan dibuang agar tidak mengurangi produksi (WHO, 2009)

Pemberian ASI pada Keadaan Khususa. Pemberian ASI pada Bayi Kurang Bulan (BKB)Bagi BKB, ASI adalah makanan terbaik. Komposisi ASI yang dihasilkan oleh ibu yang melahirkan prematur (ASI prematur) berbeda dengan komposisi ASI ibu yang melahirkan cukup bulan (ASI matur). Sayangnya, komposisi ASI prematur ini hanya berlangsung beberapa minggu dan akan berubah menjadi seperti ASI matur. Untuk bayi dengan masa gestasi > 34 minggu dapat disusukan langsung kepada ibunya karena refleks menghisap dan menelannya sudah cukup baik. Komposisi ASI yang prematur akan berubah menjadi ASI matur dalam waktu 3-4 minggu. Namun, pada saat itu masa gestasi bayi juga sudah cukup bulan sehingga komposis ASI sesuai dengan kebutuhannya.Untuk bayi yang pada usia kronologis 4 minggu dengan masa gestasi belum 37 minggu, selain ASI perlu ditambahkan Human Milk Fortifier atau susu formula untuk BKB. Untuk bayi dengan masa gestasi > 32-34 minggu, refleks menelan sudah cukup baik tetapi refleks hisapnya belum. ASI perlu diperah dan diberikan dengan sendok/cangkir/pipet. Untuk bayi dengan masa gestasi < 32 minggu, ASI perah diberikan dengan sonde lambung karena refleks hisap dan menelan belum baik (Kosim et al., 2008).

b. Ibu dengan TBC ParuKuman TBC tidak melalui ASI sehingga bayi boleh menyusu ke ibu. Ibu perlu diobati secara adekuat dan diajarkan pencegahan penularan ke bayi dengan menggunakan masker. Bayi tidak langsung diberi BCG karena efek proteksinya tidak langsung terbentuk. Walaupun sebagian obat anti TBC melalui ASI, kadarnya tidak cukup sehingga bayi tetap diberikan profilaksis dengan INH dosis penuh. Pengobatan TBC pada ibu memerlukan waktu paling krang 6 bulan. Setelah 3 bulan pengobatan secara adekuat, biasanya ibu sudah tidak menularkan lagi, dan pada bayi dilakukan Uj Mantoux. Bila hasilnya negatif, terapi INH dihentikan. Dua hari kemudian, bayi diberi vaksinasi BCG agar kadar INH di dalam darah sudah sangat rendah sehingga BCG dapat efektif (Kosim et al., 2008).

c. Ibu dengan Hepatitis BTransmisi virus Hepatitis B sekitar 50% apabila ibu tertular secara akut sebelum, selama, atau segera setelah kehamilan. Transmisi, kalau terjadi biasanya adalah selama masa persalinan. HbsAg ditemukan di dalam ASI, tetapi dokumentasi mengenai transmisi melalui ASI tidak banyak. Ibu dengan HbsAg (+) boleh menyusui asalkan bayinya telah diberikan vaksin Hepatitis B bersama dengan imunoglobulin spesifik HbIg (Kosim et al., 2008).

d. Ibu dengan HIVTransmisi HIV dari ibu ke bayi adalah 35%. Dua puluh persen saat antenatal dan intanatal dan 15% melalui ASI. Saat ini, setelah ditemukan obat antiretroviral dan persalinan melalui seksio sesarea, penularan saat antenatal dan intranatal dapat ditekan menjadi 4% tetapi transmisi melalui ASI tidak dapat diteka. Dengan demikian, pemberian ASI dari ibu dengan HIV dilarang dan bayi diberi susu formula. Pemberian susu formula ini harus memenuhi syarat AFASS (Acceptable, Feasable, Affordable, Sustainable, dan Save) (Lawrence & Lawrence,2005). Sayangnya, di daerah yang miskin, susu formula yang memenuhi syarat AFASS tadi belum tentu dapat disediakan. Untuk itu, ada kebijaksanaan bahwa ibu dapat memberikan ASI tetapi dengan syarat: ASI harus diperah, tidak boleh menyusu langsung, karean bial menyusu langsung ada saja luka pada puting yang menyebabkan penularan lebih besar ASI diberikan secara eksklusif, tidak boleh ditambah dengan susu formula, karena susu formula menyebabkan perdarahan kecil kecil pada usus bayi dan virus di dalam ASI akan lebih mudah diserap ASI perah kalau bisa dipasteurisasi, tetapi hal ini tentu sukar dilakukan, karena tidak tersedia alat untuk ini ASI eksklusif dianjurkan selama 3-6 bulan saja, kemudian pemberian ASI dihentikan (Kosim et al., 2008).

e. Ibu dengan CMVIbu dengan seropositif CMV boleh memberikan ASI pada bayi cukup bulan (BCB). Pada BKB kurang dari 1500 gram, perlu dipertimbangkan manfaat ASI dengan risiko terjadi transmisi CMV. Dengan cara membekukan dan atau pasteurisasi dapat menurunkan kandungan virus CMV dalam ASI (Kosim et al., 2008).

f. Ibu dengan Varisela/Herpes zosterKalau ibu terlihat lesi antara 5 hari sebelum dan 5 hari setelah lahir, pisahkan bayi dan ibunya sampai ibu tidak infeksius lagi. Bayi boleh diberi ASI perah apabila tidak ada lesi pada payudara. Setelah tidak ada infeksius, bayi dapat menetek langsung (Lawrence & Lawrence, 2005).

g. Ibu dengan toksoplasmosisTransmisi toksoplasmosis selama menyusui belum pernah dilaporkan. ASI mungkin mengandung antibiotik terhadap Toxoplasma gondii. Mengingat ringannya infeksi pascanatal dan adanya antibodi dalam ASI, tidak ada alasan untuk tidak memberikan ASI dari ibu yang terinfeksi toksoplasma (Lawrence & Lawrence , 2005).

h. Ibu dengan infeksi lainBila tidak ada kontraindikasi menyusui, ibu yang demam boleh memberikan ASI. Tidak ada alasan untuk ibu yang sakit infeksi untuk menghentikan pemberian ASI karena bayi sudah terpapar penyakit tersebut sejak masa inkubasi. Disamping itu, ibu membentuk antibodi terhadap penyakit yang dideritanya yang akan disalurkan melalui ASI kepada bayinya. Tentu ibu dianjurkan melaksanakan hal-hal untuk mencegah penularan, misalnya menggunakan masker atau memberikan ASI perah. Mungkin ibu memerlukan bantuan orang lain untuk merawat bayinya (Kosim et al., 2008).

DAFTAR PUSTAKAKosim, M Sholeh., Yunanto, Ari., Dewi, Rizalya., Sarosa, Gatot Irawan dan Ali Usman. 2008. Buku Ajar Neonatologi. Jakarta: Badan Penerbit IDAI.Lawrence RA., Larence RM. 2005. Breastfeeding, A Guide for the Medical Profession. Edisi ke-6. Philadelphia: Elsevier Mosby.World Health Organization. 2009. HIV and Infant Feeding: Infant Feeding Options and Guidelines for Decision Makers. Geneva: WHO. Schudder, L. & Sachs, CH. 2013. FDA. Drugs and the Breastfeeding Mother : A New Clinical Report.Donovan, TJ. & Buchanan, K. 2012. Cocrane Pregnancy and Childbirth Group. Medications for Increasing Milk Supply in Mothers Expressing Breastmilk for Their Preterm Hospitalised Infants.