sastra anak

25
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Berpuluh-puluh tahun dari mulai berdirinya bangsa ini, pendidikan kita yang mengedepankan sains dan teknologi, cenderung mengabaikan dan menggeser aspek- aspek humaniora. Bidang-bidang seperti budaya dan seni (termasuk di dalamnya sastra) merupakan bidang-bidang yang cenderung dianak tirikan. Padahal, melalui bidang-bidang inilah kepribadian dan kemanusiaan kita: kepekaan sosial, religi, kehalusan rasa, pembangunan nilai, moral, budi pekerti, dan sejenisnya, terolah dan terasah. Bukti pengabaian ini misalnya bisa dilihat dari sedikitnya porsi pembelajaran sastra sejak jenjang Sekolah Dasar (SD). Sastra, seperti pada jenjang- jenjang pendidikan di atasnya, merupakan bagian dari mata pelajaran Bahasa Indonesia. Akan tetapi, kenyataan di lapangan memperlihatkan mata pelajaran ini lebih didominasi oleh pelajaran tata bahasa. Penelitian A. Chaedar Alwasilah, misalnya, membuktikan bahwa di sekolah- 1

Upload: boneeta-bfashion

Post on 21-Jan-2016

108 views

Category:

Documents


4 download

TRANSCRIPT

Page 1: sastra anak

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Berpuluh-puluh tahun dari mulai berdirinya bangsa ini, pendidikan kita yang

mengedepankan sains dan teknologi, cenderung mengabaikan dan menggeser

aspek-aspek humaniora. Bidang-bidang seperti budaya dan seni (termasuk di

dalamnya sastra) merupakan bidang-bidang yang cenderung dianak tirikan.

Padahal, melalui bidang-bidang inilah kepribadian dan kemanusiaan kita:

kepekaan sosial, religi, kehalusan rasa, pembangunan nilai, moral, budi pekerti,

dan sejenisnya, terolah dan terasah.

Bukti pengabaian ini misalnya bisa dilihat dari sedikitnya porsi pembelajaran

sastra sejak jenjang Sekolah Dasar (SD). Sastra, seperti pada jenjang-jenjang

pendidikan di atasnya, merupakan bagian dari mata pelajaran

Bahasa Indonesia. Akan tetapi, kenyataan di lapangan memperlihatkan mata

pelajaran ini lebih didominasi oleh pelajaran tata bahasa. Penelitian A. Chaedar

Alwasilah, misalnya, membuktikan bahwa di sekolah-sekolah, sastra hanya

diajarkan sebanyak rendah3,6% saja. Dan, dalam pembelajaran yang hanya

rendah3,6% tersebut, pembelajaran lebih ditekankan pada aspek pengetahuan

(kognitif), bukan afektif.

Titik berat pembelajaran sastra pada aspek pengetahuan (hafalan) tersebut

sudah dikeluhkan banyak pihak sejak tahun 1955-an. Dari mulai H.B Jassin dan

Wildan Yatim (Prisma, 1979), Ajip Rosidi (1970), hingga para pengamat dan ahli

sastra, serta para pengajar sastra hari ini. Dan, kondisinya belum banyak berubah

meski kurikulum telah berkali-kali berganti dengan perumusan tujuan

pembelajaran sastra yang lebih ideal.

Sastra pada dasarnya adalah ungkapan sastrawan hasil pengalaman dan

penghayatannya terhadap kehidupan. Oleh karena itu, dalam sastra terkandung

1

Page 2: sastra anak

pandangan, penilaian, dan penafsiran sastrawan tentang kehidupan. Kehidupan itu

sendiri sangat luas, meliputi persoalan-persoalan kemanusiaan, baik yang sifatnya

individual, maupun persoalan sosial, politik, dan budaya yang lebih luas dengan

berbagai dimensi dan berbagai nilainya.Sastra, meminjam ungkapan Mathew

Arnold, adalah criticsm of life, senantiasa kritis terhadap persoalan-persoalan

kehidupan dan selalu berupaya memancarkan pandangan-pandangan untuk

memperbaikinya.

Dengan karakteristik sastra tersebut, sudah sepatutnya pembelajaran sastra

diarahkan untuk mereguk manfaat-manfaat sastra, yakni untuk lebih memahami

dan memperkaya wawasan kehidupan, mempertajam watak dan kepribadian,

memperhalus budi pekerti, cipta, rasa, karsa, kepekaan sosial, budaya, religi, dan

kepekaan pada nilai-nilai kemanusiaan. Ini semua akan tumbuh jika pembelajaran

sastra diarahkan pada apresiasi sastra dengan lebih banyak menyentuh segi afeksi.

Dalam hal ini, siswa diajak untuk menikmati, memahami, dan menghayati karya

sastra. Dengan kata lain, siswa diajak mengalami langsung proses apresiasi sastra.

B. Perumusan Masalah

1. Apa engertian sastra anak?

2. Apa sifat sastra anak?

3. Bagaimana hakikat sastra anak?

C. Tujuan Penulisan

1. Dapat menjelaskan hakikat pembelajaran sastra anak

2. Untuk memenuhi tugas mata kuliah Bahasa Indonesia

2

Page 3: sastra anak

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Sastra Anak

Dalam bahasa indonesia,kata sastra berasal dari bahasa sanskerta yakni

berasal dari akar kata sas-, yang dalam kata kerja turunanya di artikan sebagai

“mengarahkan”.”mengajar” dan memberi petunjuk atau instruksi”. Akhiran –tra

menunjukkan alat berdasarkan asal kata dalam bahasa sanskerta,diartikan sebagai

alat untuk mengajar, buku petunjuk dan buku instruksi atau pengajaran.

Sedangkan Sastra anak adalah karya seni yang imajinatif dengan unsur

estetisnya dominan yang bermedium bahasa baik lisan maupun tertulis yang

secara khusus dapat di pahami oleh anak-anak dan berisi tentang dunia yang

akrab dengan anak-anak ( Santosa, 2003: 8.3 ) sementara itu menurut Sarumpaet (

Dalam Santosa,2003 : 8.3 ) Sasra anak didefinisikan sebagai karya sastra yang

dikonsumsi anak-anak dan diurus serta dikerjakan oleh orang tua. Dengan begitu

dapat disimpulkan Sastra anak adalah sastra yang di tulis oleh orang tua kepada

anak-anak, sedangkan proses produksinya dilakukan oleh orang tua, termasuk

dalam memberikan arahan dan bimbingan dalam menentukan buku yang cocok

untuk anak.

Berdasarkan uraian tersebut dapt dideskripsikan bahwa sastra anak adalah

sastra yang dapat disampaikan dalam bentuk lisan maupun tulisan, baik berupa

prosa, puisi, maupun drama, dan berisi pelajaran moral untuk anak-anak,serta di

tulis oleh orang tua. Oleh karena untuk konsumsi anak-anak, sastra anak tentu

harus memiliki unsur imajinasi yang dominan. Bahasa yang digunakan pun harus

bahasa yang sedehana dengan pola pengkalimatan yang pendek dan mudah di

cerna.

3

Page 4: sastra anak

Berdasarkan kutipan dari Solehan bahwa kata sastra berarti karya seni

imajinatif dengan unsur estetisnya dominan yang bermediumkan bahasa (Rene

Wellek, 1989). Karya seni imajinatif tersebutdapat dalam bentuk lisan ataupun

tertulis. Selanjutnya, kata anak dapat diartikan sebagai manusia kecil (KBBI,

2000:41). Kata anak yanng dimaksud disini bukanlah anka balita ataupun anak

remaja, tetapi anak usia SD yang berumur antara 6 sampai 13 tahun.

Menurut Santoso (2003, 8.3) sastra anak adalah karya seni yang imajinatif

dengan usur estetisnya dominan yang bermediumkan bahasa baik lisa maupun

tertulis yang secara khusus dapat dipahami oleh anak-anak dan eriidi tentang

dunia ayangg akrab dengan anak-anak. Sementara itu, menurut Sarumpaet (Dalam

Santoso, 2003, 8.3), sastra anak adalah karya satra yan dikonsumsi anak dan

diurus serta dikerjakan oleh orang tua. Artinya, sastra anak ditulis oleh orang tua

yang ditujukan kepada anak dan proses produksinya pun dikerjakan oleh orang

tua.

B. Ciri Sastra Anak

Menurut Sarumpaet ( Dalam Santosa, 2003: 8.4 ) ada tiga ciri sastra anak yaitu :

1. Adanya unsur pantangan

Yang dimaksud dengan unsur pantangan adalah bahwa dalam menentukan

tema dan amanat sasra anak harus menghindarkan tema atau amanat yang an-

tara lain menyangkut permasalahan seks, cinta yang erotis,dendam yang

meninbulkan kebencian, kekejaman, prasangka buruk, dan kematian.

2. Sajian yang dilakukan dengan gaya secara langsung.

Maksud dari penyajian dengan gaya secara langsung adalah dalam sajian-

nya, cerita dideskripsikan secara singkat dan langsung menuju pada

sasaran.artinya kalupun ada pemaparan ,sifatnya tetap dinamis dan dalam ru-

ang lingkup permasalahan yang tetap satu jalinan. Dengan demikian deskripsi

watak tokoh pun menjadi mudah untuk didentifikasi.

4

Page 5: sastra anak

3. Adanya fungsi terapan

Maksud dari fungsi terapan sebagai salah satu ciri sastra anak adalah bahwa

dalam satra anak sajian cerita yang ditampilkan harus bersifat informatif dan

mengandung unsur-unsur bermanfaat, baik sebagai pengetahuan

umum ,maupun keterampilan khusus

C. Gendre Dan Fungsi Sastra

Gendre sastra adalah istilah yang sama untuk merujuk pada pengertian sastra.

Dengan kata lain gendre sastra , termasuk sastra anak yang sekarang banyak ter-

dapat di masyarakat terdiri atas cerpen dan puisi. Kedua buah gendre sastra ini

berdasarkan kehdiran dua tokohnya dapat dikelompokan menjadi 3 jenis, yakni

gendre sastra anak yang mengetengahkan tokkoh utama berasal dari:

1. Alam benda mati, misalnya batu, sugai, air, sepatu dan sejenisnya.

2. Alam benda hidup yang bukan manusia, misalnya nama-nama binatang

dan tumbuhan

3. Alam manusia sendiri, misalnya bawang merah dan bawang putih.

Selain itu gendre sastra juga dapat juga ditinjau dari segi fungsi

pragmatiknya memiliki fungsi pendidikan dan hiburan. Dalam fungsi

pendidikan seperti halnya puisi berjudul “ menyesal”,fungsi unsur pendidikan

yang disampaikan sangat jelas bahwa selagi masih muda hendaknya kita dapat

mengisi kegiatan yang bermanfaat belajar yang rajin,patuh pada orang

tua,hormat pada guru,dan hal-hal lain yang berguna karena jika usia sudah tua

akan menyesal.

D. Cara Membaca Dan Menikmati Karya Sastra

5

Page 6: sastra anak

Cara membaca dan menikmati karya sastra yang dimaksud adalah kegiatan

yang lebih dekat pada pada apresiasi karya sastra.

Secara lebih sfesifik, Santosa ( 2003 : 8.4 ) memberikan 3 rumusan apresiasi

sastra anak yaitu:

1. Apresiasi sastra anak adalah penghargaan ( terhadap karya sastra anak)

yang didasarkan pada pemahaman

2. Apresiasi sastra anak adalah penghargaan atas karya sastra anak sebagai

hasil pengenalan, pemahaman, penafsiran, penghayatan, dan penikmatan

yang didukung oleh kepekaan batin terhadap nilai – nilai yang terkandung

dalam karya sastra anak.

3. Apresiasi satra anak adalah kegiatan menggauli cipta sastra anak dengan

sungguh – sungguh hingga tumbuh pengertian, penghargaan, serta

kepekaan pikiran kritis dan kepekaan perasaan yang baik terhadap cipta

sastra anak.

Kegiatan mengpresiasi karya sastra anak dapat dilakukan melalui :

1. Kegiatan apresiasi langsung

Kegiatan apresiasi langsung adalah kegiatan dilakukan secara sadar untuk

memperoleh nilai kenikmatan dan kehikmatan karya sastra yang diapresi-

asi.

2. Kegiatan apresiasi tidak langsung

Kegiatan apresiasi tidak langsung adalah kegiatan apresiasi yang menun-

jang pemahaman terhadap karya sastra.

3. Kengiatan pendokumentasian

Kegiatan pendokumentasian sebagai salah satu kegiatan apresiasi sastra

merupakan bentuk apresiasi sastra yang secara nyata ikut melestarikan ke-

beradaan karya sastra.

4. Kegiatan kreatif

6

Page 7: sastra anak

Maksud dari kegiatan kreatif dalam apresiasi sastra anak adalah segala

bentuk kegiatan yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kecintaan,

dan penghargaan terhadap sastra anak.

E. Unsur – Unsur Pembangun Karya Sastra

1. Uunsur – unsur Intrinsik Prosa

Sebuah karya sastra berbentuk prosa dapat berupa novel, roman, cerpen,

dan beberapa istilah lainnya, yang pasti berisi sebuah cerita tentang kehidu-

pan, khusus untuk anak – anak biasa dikelompokan kedalam cerita anak –

anak.

Sebuah karya prosa dibangun oleh unsur – unsur yang saling mendukung,

yaitu :

1. Tokoh

Tokoh penokohan dan perwakilan merupakan salah satu hal yang kehadi-

rannya amat penting bahkan, sangat menentukan sebuah karya fiksi hadir

tanpa adanya tokoh cerita atau tanpa adanya tokoh yang bergerak dari

awal hingga akhir cerita.

2. Tema

Menentukan tema sebuah karya sastra harus dimulai dengan ditemukan-

nya kejelasan tentang tokoh dan perwatakannya seta situasi dan alur

cerita yang ada.

3. Alur

Aur merupakan salah satu unsur penting dalam sebuah cerita. Dalam ba-

hasa yang paling sederhana, rangkaian peristiwa yang terjadi dalam se-

buah cerita dan dialami oleh tokoh – tokohnya. Definisi yang lain juga

menyebutkan bahwa alur adalah struktur rangkaian kejadian dalam cerita

yang disusun sebagai sebuah inter – relasi fungsional yang sekaligus

menandai urutan bagian – bagian dalam keseluruhan fiksi.

7

Page 8: sastra anak

4. Latar atau Landas Tumpu

Latar atau landas tumpu adalah lingkungan tempat peristiwa terjadi yang

bentuknya dapat bermacam – macam, mungkin kampus, pedesaan, perko-

taan, nama kota, nama daerah, dan nama negara, serta segala tempat yang

dapatt diamati dengan penca indera kita.

5. Gaya Penceritaan

Gaya penceritaan adalah tingkah laku pengarang dalam menggunakan ba-

hasa agar menimbulkan efek – efek atau penekanan tertentu. Tingkah

laku berbahasa ini merupakan salah satu sarana sastra yang amat penting

karena tanpa bahasa, tanpa gaya bahasa sastra tidak ada. Dalam setiap

kali bertutur, khususnya tuturan tulis (bukan lisan), sipengarang selalu

berupaya untuk mempengaruhi pembacanya. Berbagai usaha dan tin-

dakan perlu dilakukan agar pembaca dapat tertarik sehingga dapat meny-

erap gagasan yang ini disampaikannya. Berbagai usaha dan tindakan

tersebut dapat dilakukan dengan:

a. Pemilihan materi bahasa

b. Pemakaian ulasan

c. Pemanfaatan gaya bertutur

6. PusatPengisahan

Pusat pengisahan adalah posisi dan penempatan diri pengarang dalam cer-

itanya atau dari mana seorang pengarang melihat peistiwa – peristiwa

yang terdapat dalam ceritanya itu. Dari titik pandang pengarang ini lah

pembaca menikuti jalannya cerita dan memahami temansnya.

Pusat pengisahan dapat dibedakan dari beberapa jenis :

a. Pengarang sebagai tokoh cerita

b. Pengarang sebagai tokoh sampingan

c. Pengarang sebagai orang ketiga

d. Pengarang sebagai pemain atau narator.

8

Page 9: sastra anak

2. Unsur Intrinsik Puisi

1. Unsur – unsur Estetik Bunyi

Unsur – unsur estetik bunyi terdiri atas persajakan, kiasan bunyi dan

orkestrasi. Unsur – unsur tersebut saling berjalinan untuk memperoleh ek-

spresifitas secara intensif. Bahkan, unsur – unsur keputusan bunyi berjalinan

erat dengan unsur – unsur satuan arti untuk mendapatkan nilai seni atau ek-

stetik sebanyak – banyaknya.

2. Unsur – unsur Estetik satuan arti

Unsur – unsur ini berupa kata, frase, dan kalimat yang dipilih dan disusun

untuk mendapatkan nilai estetik. Dalam proses penciptaan puisi, penyair ser-

ing kali mengganti kata - kata untuk mendapatkan pilihan yang tepat. Pilihan

yang tepat harus sesuai dengan unsur bunyi, unsur arti, suasana , tempat ter-

jadinya peristiwa, dn konsep keindahan.

F. Sifat Sastra Anak

Sifat sastra anak adalah imajinasi semata, bukan berdasarkan pada fakta.

Unsur imajinasi ini sangat menonjol dalam sastra anak. Hakikat sastra anak harus

sesuai dengan dunia dan alam kehidupan anak-anak yang khas milik mereka dan

bukan milik orang dewasa. Sastra anak bertumpu dan bermula pada penyajian

nilai dan imbauan tertentu yang dianggap sebagai pedoman tingkah laku dalam

kehidupan. (Wahidin, 2009)

Perkembangan anak akan berjalan wajar dan sesuai dengan periodenya bila

disugui bahan bacaan yang sesuai pula. Sastra yang akan dikonsumsikan bagi

anak harus mengandung tema yang mendidik, alurnya lurus dan tidak berbelit-

belit, menggunakan setting yang ada di sekitar mereka atau ada di dunia mereka,

9

Page 10: sastra anak

tokoh dan penokohan mengandung peneladanan yang baik, gaya bahasanya

mudah dipahami tapi mampu mengembangkan bahasa anak, sudut pandang orang

yang tepat, dan imajinasi masih dalam jangkauan anak. (Puryanto, 2008: 2)

Sarumpaet (dalam Puryanto, 2008: 3) mengatakan persoalan-persoalan yang

menyangkut masalah seks, cinta yang erotis, kebencian, kekerasan dan prasangka,

serta masalah hidup mati tidak didapati sebagai tema dalam bacaan anak. Begitu

pula pembicaraan mengenai perceraian, penggunaan obat terlarang, ataupun

perkosaan merupakan hal yang dihindari dalam bacaan anak. Artinya, tema-tema

yang disebut tidaklah perlu dikonsumsi oleh anak. Akan tetapi, seiring dengan

berjalannya waktu, tema-tema bacaan anak pun berkembang dan semakin

bervariasi. Jenis-jenis bacaan anak misalnya, pada sepuluh tahun yang lalu sangat

sedikit atau bahkan tidak ada, sangat mungkin telah hadir sebagai bacaan yang

populer tahun-tahun belakangan ini.

Jenis sastra anak meliputi prosa, puisi, dan drama. Jenis prosa dan puisi dalam

sastra anak sangat menonjol. Berdasarkan kehadiran tokoh utamanya, sastra anak

dapat dibedakan atas tiga hal, yaitu: (1) sastra anak yang mengetengahkan tokoh

utama benda mati, (2) sastra anak yang mengetengahkan tokoh utamanya

makhluk hidup selain manusia, dan (3) sastra anak yang menghadirkan tokoh

utama yang berasal dari manusia itu sendiri. (Wahidin, 2008)

Ditinjau dari sasaran pembacanya, sastra anak dapat dibedakan antara sastra

anak untuk sasaran pembaca kelas awal, menengah, dan kelas akhir atau kelas

tinggi. Sastra anak secara umum meliputi (1) buku bergambar, (2) cerita rakyat,

baik berupa cerita binatang, dongeng, legenda, maupun mite, (3) fiksi sejarah, (4)

fiksi realistik, (5) fiksi ilmiah, (6) cerita fantasi, dan (7) biografi. Selain berupa

cerita, sastra anak juga berupa puisi yang lebih banyak menggambarkan

keindahan paduan bunyi kebahasaan, pilihan kata dan ungkapan, sementara isinya

berupa ungkapan perasaan, gagasan, penggambaran obyek ataupun peristiwa yang

sesuai dengan tingkat perkembangan anak. (Saryono dalam Puryanto, 2008: 3)

10

Page 11: sastra anak

Menurut Puryanto (2008: 7) secara garis besar, ciri dan syarat sastra anak

adalah:

1. Cerita anak mengandung tema yang mendidik, alurnya lurus dan tidak

berbelit-belit, menggunakan setting yang ada di sekitar atau ada di dunia

anak, tokoh dan penokohan mengandung peneladanan yang baik, gaya

bahasanya mudah dipahami tapi mampu mengembangkan bahasa anak,

sudut pandang orang yang tepat, dan imajinasi masih dalam jangkauan

anak.

2. Puisi anak mengandung tema yang menyentuh, ritme yang meriangkan

anak, tidak terlalu panjang, ada rima dan bunyi yang serasi dan indah,

serta isinya bisa menambah wawasan pikiran anak.

Buku anak-anak biasanya mencerminkan masalah-masalah masa kini. Hal-hal

yang dibaca oleh anak-anak dalam koran, yang ditontonnya dilayar televisi dan di

bioskop, cenderung pada masalah-masalah masa kini. Bahkan yang dialaminya di

rumah pun adalah situasi masa kini. (Tarigan, 1995: 5)

11

Page 12: sastra anak

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Sastra anak adalah karya imajinatif dalam bentuk bahasa yang berisi

pengalaman, perasaan, dan pikiran anak yang khusus ditujukan bagi anak-anak,

ditulis oleh pengarang anak-anak maupun pengarang dewasa..

Sastra anak memiliki karakteristik sebagai pembeda dengan sastra dewasa

yang dapat dilihat dari dua segi, yaitu

1. Segi kebahasaan, meliputi: struktur kalimat, pilihan kata, gaya bahasa/

majas

2. Segi kesastraan, dilihat dari unsur intrinsiknya

Sarumpaet mengidentifikasi tiga ciri pembeda antara sastra anak-anak dengan

sastra dewasa, tiga ciri pembeda itu adalah (1)Unsur Pantangan; (2)Penyajian

dengan Gaya Langsung; (3)Fungsi Terapan.

B. Saran

Sebagai seorang calon pendidik ada beberapa hal yang sapat kita lakukan

diantaranya:

1. Pendidik harus menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar ketika

memberikan pengajaran kepada anak didiknya.

12

Page 13: sastra anak

2. Pendidik harus memastikan bahwa anak-anak didiknya senang, suka, juga

nyaman diajar oleh kita, agar mereka dapat menerima materi dengan baik dan

tidak merasa terpaksa.

3. Belajarlah terus agar menjadi guru yang profesional.

DAFTAR PUSTAKA

Santoso Puji Dkk, 2008. Pembelajaran Bahasa Indonesia SD, JAkarta : Universitas Terbuka

Yusi Rosdiana Dkk, 2007. Bahasa Dan Sastra Indonesia Di SD. Jakarta : Unuversitas Terbuka.

Rusyana, Yus.1984. Bahasa dan sastra dalam gempitan pendidikan. Bandung: CV Dipenegoro

Tarigan, Henry Guntur. 1995. Dasar-dasar Psikosastra. Bandung: Angkasa.

Witakania. 2008. Aspek Psikopedagogik dalam Sastra Anak.

13

Page 14: sastra anak

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan atas rahmat yang diberikan Allah SWT sehingga

penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan Judul ” Sastra Anak”

Penulis mengucapkan terima kasih kepada dosen pembimbing yang telah

membantu penulis dalam membuat makalah ini dan teman-teman yang telah memberi

motivasi dan dorongan serta semua pihak yang berkaitan sehingga penulis dapat

menyelesaikan makalah dengan baik dan tepat pada waktunya.

Penulis menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini masih banyak

terdapat kesalahan dan kekurangan maka dari itu penulis mengharapkan kritik dan

saran dari semua pihak demi perbaikan makalah ini dimasa yang akan datang.

Bengkulu, Mey 2012

Penyusun

14

Page 15: sastra anak

MAKALAHMAKALAHPENDIDIKAN BAHASA INDONESIAPENDIDIKAN BAHASA INDONESIA

DAN SASTRA KELAS TINGGI DAN SASTRA KELAS TINGGI SASTRA ANAK

Oleh :Oleh :

Leni GustikaLeni GustikaEvi SasmitaEvi SasmitaNini SukaesiNini Sukaesi

SukrianiSukrianiGiarti Handayani Giarti Handayani

Yesi LiustikaYesi Liustika

Dosen :Dosen :Bustomi, M.PdBustomi, M.Pd

JURUSAN TARBIYAHJURUSAN TARBIYAHPENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAHPENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERISEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERISTAIN (BENGKULU)STAIN (BENGKULU)

20122012

15

Page 16: sastra anak

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .......................................................................................

KATA PENGANTAR...................................................................................... i

DAFATR ISI.................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang............................................................................................ 1

B. Rumusan Masalah....................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Sastra anak............................................................................. 3

B. Ciri Sastra Anak ...................................................................................... 4

C. Gendre Dan Fungsi Sastra....................................................................... 5

D. Cara Membaca Dan Menikmati Karya Sastra......................................... 5

E. Unsur – Unsur Pembangun Karya Sastra................................................ 7

F. Sifat Sastra Anak..................................................................................... 9

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan........................................................................................... 12

B. Kritik dan Saran ................................................................................... 12

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... iii

16

Page 17: sastra anak

ii

17