sarah, kebangkitan kekuatan korporasi

19
KEBANGKITAN KEKUATAN KORPORASI Sarah Anderson Sebagian besar yang kita minum, makan, kenakan, kendarai, dan lihat adalah produk perusahaan-perusahaan yang kini sudah global operasinya. Dulunya mengakar dalam komunitas-komunitas lokal, kebanyakan perusahaan itu kini bergerak di lusinan negara di seluruh benua kecuali Antartika. Makin banyak perusahaan-perusahaan yang dimiliki pemegang saham di negara- negara berbeda. Ukuran perusahaan raksasa milik swasta ini menyaingi ukuran banyak negara. Bagi konsumen yang mampu membeli produk mereka, perusahaan-perusahaan tersebut menawarkan aneka barang dan jasa memikat di seluruh dunia. Mereka juga menggerakkan triliunan dolar melintasi batas-batas negara dalam kecepatan cahaya. Kekuasaan mereka atas kehidupan kita, planet kita, dan lembaga-lembaga demokratis kita belum pernah sebesar sekarang dan pasti akan bertambah besar. Bahkan sebagian besar pemerintah di dunia sedang menjalankan kebijakan yang meningkatkan kemampuan korporasi untuk menggerakkan produk, uang dan pabrik mereka ke seluruh dunia lebih cepat dengan hambatan regulasi lebih kecil. Persetujuan investasi dan perdagangan regional dan global baru yang ditawarkan bertujuan menyingkirkan lebih jauh berbagai rintangan yang masih tersisa bagi arus investasi dan perdagangan lintas batas. Kebijakan-kebijakan demikian juga Direktur Proyek Ekonomi Global pada Institut untuk Studi-studi Kebijakan di Washington DC. Artikel ini didasarkan pada buku Field Guide to the Global Economy (edisi 2), New York: New Press, 2005. 1

Upload: sabarud

Post on 08-Jun-2015

454 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: SARAH, Kebangkitan Kekuatan Korporasi

KEBANGKITAN KEKUATAN KORPORASI

Sarah Anderson

Sebagian besar yang kita minum, makan, kenakan, kendarai, dan lihat adalah produk

perusahaan-perusahaan yang kini sudah global operasinya. Dulunya mengakar dalam

komunitas-komunitas lokal, kebanyakan perusahaan itu kini bergerak di lusinan negara di

seluruh benua kecuali Antartika. Makin banyak perusahaan-perusahaan yang dimiliki

pemegang saham di negara-negara berbeda. Ukuran perusahaan raksasa milik swasta ini

menyaingi ukuran banyak negara.

Bagi konsumen yang mampu membeli produk mereka, perusahaan-perusahaan

tersebut menawarkan aneka barang dan jasa memikat di seluruh dunia. Mereka juga

menggerakkan triliunan dolar melintasi batas-batas negara dalam kecepatan cahaya.

Kekuasaan mereka atas kehidupan kita, planet kita, dan lembaga-lembaga demokratis kita

belum pernah sebesar sekarang dan pasti akan bertambah besar.

Bahkan sebagian besar pemerintah di dunia sedang menjalankan kebijakan yang

meningkatkan kemampuan korporasi untuk menggerakkan produk, uang dan pabrik

mereka ke seluruh dunia lebih cepat dengan hambatan regulasi lebih kecil. Persetujuan

investasi dan perdagangan regional dan global baru yang ditawarkan bertujuan

menyingkirkan lebih jauh berbagai rintangan yang masih tersisa bagi arus investasi dan

perdagangan lintas batas. Kebijakan-kebijakan demikian juga didukung oleh lembaga-

lembaga keuangan internasional seperti Bank Dunia dan Dana Moneter Internasional.

Akan tetapi, reaksi keras juga mendapat kekuatan di lusinan negara. Perdebatan

memanas di seluruh dunia mengenai apakah globalisasi yang disetir korporasi itu

membantu atau menghalangi aspirasi mayoritas penduduk bumi. Yang jelas ini adalah

perkembangan yang sehat karena, selama beberapa dekade, kebijakan ekonomi global

dibentuk oleh segelintir orang, sebagian besar orang-orang kulit putih di negara-negara

kaya, yang benar-benar terasing dari khalayak.

Dalam perdebatan ini mereka yang mendukung percepatan globalisasi menunjuk

pada maslahat bagi konsumen dan para pekerja yang mendapatkan pekerjaan di

perusahaan-perusahaan global. Mereka yang tergabung dalam kubu yang sering disebut

sebagai “reaksi makin kuat menentang globalisasi” menyebut-nyebut dampak buruk

Direktur Proyek Ekonomi Global pada Institut untuk Studi-studi Kebijakan di Washington DC. Artikel ini didasarkan pada buku Field Guide to the Global Economy (edisi 2), New York: New Press, 2005.

1

Page 2: SARAH, Kebangkitan Kekuatan Korporasi

terhadap kesetaraan, sumber daya alam, pekerjaan, makanan, komunitas, kebudayaan,

bahkan demokrasi.

Pertumbuhan Kekuatan Korporasi

Kekuatan perusahaan-perusahaan global tersebut tumbuh dalam sejumlah cara. Menurut

Perserikatan Bangsa-Bangsa, terdapat 7.000 korporasi transnasional pada 1970. Sekarang,

ada 64.000, dengan 870.000 afiliasi di seluruh dunia.1 Dari semua itu, 200 perusahaan

terbesar adalah mesin utama perekonomian global.

200 Korporasi Tumbuh Lebih Pesat daripada Perekonomian Dunia

Salah satu cara mengukur kekuatan korporasi global adalah dengan membandingkan rata-

rata pertumbuhan penjualan dan aset mereka dengan pertumbuhan perekonomian dunia

secara keseluruhan. Selain itu, ekspansi mereka jauh melampaui peningkatan tenaga kerja

mereka. Pada 2002, penjualan gabungan 200 Besar sebanding dengan 28,1% GDP dunia,

sementara jumlah karyawan mereka cuma 0,82% tenaga kerja dunia.2

Percent Growth (1983-2002)

179.5 215.0

655.9

22.10.0

200.0

400.0

600.0

800.0

World GDP Top 200sales

Top 200assets

Top 200employees

Kekuatan Korporasi vs. Kekuatan Perekonomian Negara

Cara lain mengukur kekuatan perusahaan global adalah dengan membandingkan nilai

penjualan mereka dengan GDP berbagai negara. Langkah membandingkan perusahaan dan

negara ini menghasilkan sebuah peringkat di mana 52 dari 100 besar adalah korporasi

sedangkan negara hanya 48 selebihnya.3 Indonesia menduduki peringkat 31, dengan lima

korporasi yang angka penjualannya pada 2002 mengungguli GDP negara (Wal-Mart,

General Motors, Exxon Mobile, Royal Dutch Shell, dan BP).

Karena GDP mengukur nilai tambah, sebaiknya GDP negara dibandingkan dengan

nilai tambah korporasi, bukan dengan penjualan korporasi. Sayangnya ini memerlukan data

yang tidak tersedia bagi publik. Sebuah studi di Belgia tahun 2002 mencoba

2

Page 3: SARAH, Kebangkitan Kekuatan Korporasi

memperkirakan nilai tambah dengan mengekstrapolasi data dari beberapa perusahaan

industri (mereka tidak bisa memperoleh informasi tentang perusahaan jasa, yang

pertumbuhannya paling pesat).4 Berdasarkan data yang tidak memadai itu, mereka

mendapati bahwa dari 100 besar, 37 di antaranya adalah korporasi—tetap saja ini adalah

cerminan mencengangkan kekuatan korporasi.

Sekadar contoh kekuatan korporasi versus kekuatan perekonomian negara:

Jumlah uang yang dibelanjakan untuk pakaian dalam murah dan barang rabat

lainnya di Wal-Mart pada 2003 lebih banyak daripada GDP 174 negara.

Walaupun berisiko terserang kanker, para perokok membantu Philip Morris (kini

Altria Group) menaikkan penjualan tahun 2003 lebih tinggi dari GDP 148 negara.

Raksasa perangkat keras Home Depot berkembang dari 200 toko menjadi 1.500

pada dekade lalu, dengan penjualan melibas GDP 147 negara.

Apakah Besar Selalu Buruk?

Sebagian pihak mengatakan bahwa korporasi-korporasi ‘mammoth’ (raksasa) lebih efisien

karena bisa memanfaatkan pengurangan biaya. Yang lainnya berpendapat bahwa

perkembangan obat-obatan dan teknologi baru menghendaki investasi besar-besaran dalam

riset yang hanya sanggup ditanggung perusahaan besar. Yang jelas, keprihatinan tentang

membesarnya kekuatan perekonomian korporasi memperoleh pembenaran ketika regulasi

lingkungan hidup dan kepentingan umum lainnya, juga tanggung jawab pemerintah dalam

mengontrol sepak terjang korporasi, sedang melemah di sebagian besar negara di dunia. Ini

memperbesar kemungkinan bagi korporasi raksasa untuk merongrong demokrasi melalui

pengaruh politik berlebihan dan menelikung kepentingan ekonomi masyarakat luas melalui

kekuatan monopoli.

Tidak ada lembaga internasional untuk mengakhiri monopoli global. Di Amerika

Serikat, tempat tinggal bagi perusahaan-perusahaan terbesar dunia, pemerintah mengurangi

aktivitas antimonopolinya sejak periode pasca-Perang Dunia II ketika Amerika

membubarkan gabungan bisnis besar Jerman dan Jepang dengan alasan bisnis tersebut

tidak sesuai dengan demokrasi. Khususnya sejak 1980-an, umumnya pemerintah memilih

tidak ikut campur.

Selanjutnya tulisan ini memusatkan perhatian pada dampak menanjaknya kekuatan

korporasi dalam tiga sektor: Pertanian, Farmasi dan Penjualan Ritel.

3

Page 4: SARAH, Kebangkitan Kekuatan Korporasi

Agromonopoli

Salah satu contoh paling ekstrem adalah konsentrasi korporasi di sektor pangan, dari

produsen benih hingga toko bahan makanan.

Secara global, 10 besar perusahaan mengontrol :

sepertiga dari keseluruhan pasar benih;

lebih dari separuh bioteknologi; dan

80 persen pasar agrokimia.5

Dengan begitu sedikit perusahaan mengontrol begitu banyak industri pangan, yang rugi

adalah konsumen. Perusahaan-perusahaan raksasa juga bisa menekan pemasok yang

lemah, menekan agar persyaratan lingkungan hidup dan kondisi kerja diturunkan. Regulasi

dan penegakan hukum untuk menanggulangi konsentrasi korporasi boleh dikatakan tidak

ada. Beberapa kasus yang berakhir di meja hijau menggambarkan persoalannya.

1. Penetapan harga: ketika perusahaan berkolusi menetapkan harga secara curang.

Salah satu skandal penetapan harga paling terkenal melibatkan Archer Daniels

Midland yang berpusat di AS dan beberapa perusahaan Asia dalam sebuah skema

untuk menetapkan harga lysine, pakan tambahan ternak. Waktu itu, AS dan ADM

bersama tiga perusahaan Asia memproduksi 95 persen lysine dunia. Seorang

ekonom Universitas Purude memperkirakan bahwa kartel itu menjual terlalu mahal

kepada produsen dan pabrik pakan sebesar $65 juta - $140 juta antara 1992 dan

1995.6

2. Monopsoni: Ketika korporasi secara ilegal menurunkan harga untuk pemasok

mereka.

Pada 2004, sebuah dewan juri AS memenangkan gugatan senilai hampir $1,3 juta

sebuah kelompok produsen ternak dalam sebuah perkara melawan Tyson/IBP

karena memanipulasi pasar untuk menurunkan harga bagi pemasok. Saksi-saksi

ahli penggugat menyatakan bahwa perusahaan itu menekan harga hingga rata-rata

5,1 persen selama periode 8 tahun.7 Gugatan serupa sudah diajukan terhadap empat

perusahaan pengalengan daging terbesar.8

3. Monopoli: ketika korporasi dominan memanipulasi harga

4

Page 5: SARAH, Kebangkitan Kekuatan Korporasi

Sebuah kasus dalam industri bioteknologi melibatkan gugatan antitrust terhadap

perusahaan benih Seminis Vegetable Seeds Inc. dan LSL Biotechnologies yang

produksi tomat long-shelf-life yang diduga mengurangi kompetisi dalam

pengembangan dan penjualan benih sayuran.9

Fokus pada Bioteknologi

Selama 12.000 tahun petani bertahan dengan menyimpan, membibit, dan mempertukarkan

benih untuk panen tahun berikutnya. Kesehatan dan pangan miliaran orang miskin dunia

bergantung pada keanekaragaman hayati yang berkembang dari proses-proses tersebut.

Kini kemunculan sebuah industri baru bernama “bioteknologi” hendak membunuh

keanekaragaman itu. Perusahaan kimia, agribisnis dan farmasi memanipulasi kode-kode

genetik untuk menciptakan penemuan yang mereka klaim menyempurnakan kinerja Ibu

Alam. Di bidang pertanian, berbagai korporasi dengan agresifnya memasarkan benih hasil

rekayasa genetis yang dirancang untuk memproduksi hasil lebih banyak namun

mendatangkan sejumlah keprihatinan:

monopoli: perusahaan-perusahaan bioteknologi menggunakan cara-cara tangan

besi untuk memperoleh makin banyak kontrol atas suplai pangan dunia dan

melenyapkan keanekaragaman hayati;

lingkungan hidup: tanaman pangan hasil rekayasa genetis kebanyakan tak teruji

dan bisa menyebarkan gen tahan pestisida pada rumput.

1 United Nations Conference on Trade and Development, World Investment Report 2003 (United Nations: New York and Geneva, 2003), h. 14.2 Dihitung penulis dari data dalam Fortune, 21 Juli 2003, International Labour Organization, World Bank, World Development Indicators Online. Catatan: Bank-bank AS tidak dimasukkan dalam aset untuk 2002, karena mereka tidak masuk dalam survei 1984.3 Dihitung penulis dari data dalam Fortune, 21 Juli 2003, International Labour Organization, World Bank, World Development Indicators Online. Catatan: Perusahaan-perusahaan yang 50% sahamnya dimiliki pemerintah tidak termasuk. GDP Arab Saudi berasal dari tahun 2001.4 Paul De Grauwe dan Filip Camerman, “How Big Are the Big Multinational Companies?” (http://www.degrauwe.org), Januari 2002. 5 ETC Group, “Oligopoly Inc,” 5 Desember 2003.6 Purdue News, July 1999.7 Organization for Competitive Markets, press release, February 17, 2004.8 John R. Wilke, “How Driving Prices Lower Can Violate Antitrust Statutes,” Wall Street Journal, Jan. 27, 2004.

9 Heykoop and Alejandro E. Segarra, “Merger and Antitrust Issues in Agriculture,” Congressional Research Service, Jan. 10, 2001.

5

Page 6: SARAH, Kebangkitan Kekuatan Korporasi

kesehatan: masih sedikit penelitian yang sudah dilakukan tentang efek

mengkonsumsi tanaman pangan hasil rekayasa genetis.

Monsanto yang berpusat di AS adalah jawara bioteknologi paling agresif di bidang

pertanian. Pada 2003, benih kedelai, jagung, kapas, canola yang dimodifikasi secara

genetis dari perusahaan ini menguasai 90 persen lahan dunia yang ditanami benih

bioteknologi.10

Perusahaan ini juga memproduksi Roundup, herbisida paling laris di dunia, yang

dirancang untuk digunakan bagi benih-benih hasil modifikasi genetis Monsanto.

Monsanto mengatakan perlu satu dekade dan $300 juta untuk mengembangkan

dengan sukses benih yang dimodifikasi secara genetis. Untuk menutup biaya ini

perusahaan menekan petani supaya membeli dalam jumlah besar setiap tahunnya dengan

membuat mereka setuju tidak menanam kembali benih-benih itu di musim berikutnya.

Walaupun tradisi menyimpan dan menanam kembali benih sudah berusia ribuan tahun,

kini Monsanto bisa menuntut petani yang mengikuti praktik kuno itu dengan tuduhan

“pembajakan benih”. Sebuah gugatan Monsanto menyeret seorang petani Kanada yang

menyatakan bahwa benih canola Roundup Ready Monsanto diterbangkan angin ke

ladangnya. Walaupun si petani sudah meyakinkan bahwa dia tidak sengaja menanam benih

itu, Mahkamah Agung Kanada memenangkan Monsanto pada Mei 2004.

Di seluruh dunia petani organik terancam problem serupa, karena tidak ada regulasi

yang menangani potensi polusi genetik. Di lain pihak, penolakan konsumen terhadap

makanan bioteknologi sedang meninggi. Para konsumen bahu membahu dengan aktivis

lingkungan hidup dan petani kecil memprotes makanan yang dimodifikasi secara genetis

(GM) di setiap benua, mencabuti tanaman di Inggris, aksi duduk di toko bahan makanan di

Brazil, dan membuang karung-karung jagung simbolis di anak tangga gedung parlemen

Afrika Selatan. Reaksi konsumen global menentang makanan GM membuahkan tindakan

legislatif signifikan:

Sedikitnya 35 negara memberlakukan pembatasan terhadap makanan yang

dimodifikasi secara genetis.11

India, negara berpenduduk terpadat kedua di dunia, melarang semua benih GM

kecuali kapas.

10 Monsanto 2003 Annual Report. 11 Mike Toner, “Biotech Wheat Plan Halted,” Atlanta Journal and Constitution, May 11, 2004, and Friends of the Earth, “European Commission Warned Over GM Food Import,” (press release) May 14, 2004.

6

Page 7: SARAH, Kebangkitan Kekuatan Korporasi

Di Amerika Serikat, dewan pemerintahan di sedikitnya tujuh kota dan satu county

(setingkat kabupaten) juga sudah melarang pengembangan atau pemasaran

makanan GM atau mendesak diberlakukannya undang-undang pelabelan federal.

Tekanan konsumen juga memaksa Monsanto, produsen benih GM terbesar, untuk

mengumumkan bahwa pada Mei 2004 perusahaan itu meninggalkan (setidak-tidaknya

untuk sementara) rencana komersialisasi varietas gandum GM pertama di dunia. Meski

begitu, pertempuran sengit dengan perusahaan-perusahaan teknologi sudah menunggu

konsumen. Pada 2003, Monsanto dan berbagai produsen benih GM lainnya berhasil

mendesak pemerintah Amerika Serikat, Kanada dan Australia untuk menggugat melalui

WTO moratorium Uni Eropa 1998 terhadap impor GM. Pada 2004, UE mulai melunakkan

pendirian dengan menyetujui penggunaan sebuah varietas jagung manis GM. Di Amerika

Serikat, lobi bioteknologi berhasil mempengaruhi perundang-undangan negara bagian dan

daerah, termasuk sekurang-kurangnya 30 rancangan undang-undang untuk meningkatkan

hukuman bagi perusakan tanaman GM.

Farmasi Besar

Pada penghujung 1970-an, 20 besar perusahaan farmasi hanya menghasilkan 5 persen

penjualan obat global. Menyusul gelombang besar-besaran merger, 20 besar itu

mengontrol lebih dari 75 persen pada tahun 2002. 10 besar perusahaan saja sudah

mengontrol 57 persen dari $352 miliar pasar obat global.12

Raksasa-raksasa farmasi berpengaruh luar biasa terhadap kebijakan publik yang

mempengaruhi hidup kita. Walaupun sangat banyak diuntungkan oleh penelitian yang

dibiayai pemerintah, mereka berhasil mematahkan sebagian besar upaya untuk memastikan

agar kemajuan di bidang farmasi diperuntukkan bagi kebutuhan kesehatan masyarakat

yang paling mendesak. Perusahaan-perusahaan obat malah memusatkan upaya untuk

mengembangkan produk-produk paling menguntungkan, termasuk pengobatan untuk

kondisi-kondisi yang tidak mengancam nyawa seperti kebotakan dan impotensi. Penjualan

Viagra Pfizer naik 8 persen menjadi $1,9 miliar pada 2002, walaupun beberapa pesaing

bermunculan.

Kekuatan raksasa obat itu menyulitkan pemerintah dalam menekan biaya kesehatan

—entah di negara-negara miskin atau di Amerika Serikat. Misalnya, Novartis yang

berpusat di Swiss dan menduduki peringkat ke-6 perusahaan farmasi global, menghalangi

12 ETC Group, “Oligopoly, Inc.” December 5, 2003, p. 3, and Multinational Monitor, January/February 2000.

7

Page 8: SARAH, Kebangkitan Kekuatan Korporasi

upaya-upaya untuk menjadikan obat leukimia terbarunya, Glivec, lebih mudah didapat. Di

Korea, perusahaan itu menolak menjual Glivec menurut harga yang ditetapkan pemerintah.

Pada 2003, setelah melewati banyak perselisihan, pemerintah akhirnya menyetujui

kenaikan harga sebesar 20 persen, walaupun pasien marah-marah protes. Di India, Novartis

memanfaatkan Glivec untuk mempercepat proses negara itu mengizinkan obat generik

demi menjaga agar harga tetap rendah. Berharap mengokohkan diri di negara terbesar

kedua di dunia itu Novartis mula-mula menggratiskan sebagian obat tersebut, tetapi

menghentikan program itu ketika India mengizinkan versi generik.13

Top 10 Pharmaceutical Firms, % of global market

2. GlaxoSmithKline8%

1. Pfizer12%

other43%

10. Wyeth4%

9. Roche Group4% 8. Novartis

4%

7. Bristol-Myers Squibb

4%

3. Merck6% 4. AstraZeneca

5%

6. Aventis5%

5. Johnson & Johnson

5%

Ritel: Wal-Mart

Pada sebagian besar abad lalu, perusahaan mobil dan minyak tanah mendominasi papan

atas perusahaan besar dunia. Tetapi tahun-tahun belakangan ini sebuah perusahaan ritel

melibas mereka semua, tumbuh pesat seukuran planet ini. Penulis Barbara Ehrenreich

menyatakan bahwa upaya mengendalikan perusahaan itu “boleh jadi adalah pertempuran

inti abad ke-21.”14

Wal-Mart No. 1 dalam:

Penjualan Global ($246,5 miliar pada 2002)

Penyerapan tenaga Kerja Global (1.300.000)

Impor AS dari Cina ($15 miliar pada 2003)

Penjualan ritel di Meksiko (7% dari keseluruhan)

13 Stephanie Strom and Matt Fleischer-Black, “Drug Maker’s Vow to Donate Cancer Medicine Falls Short,” New York Times, June 5, 2003. 14 Barbara Ehrenreich, “Wal-Mars Invades Earth,” New York Times, July 25, 2004.

8

Page 9: SARAH, Kebangkitan Kekuatan Korporasi

Wal-Mart menyatakan menjadi nomor wahid di dunia dengan menawarkan harga

termurah untuk “aneka produk memikat”, dari busana dan peralatan elektronik hingga

bahan makanan. Para kritisi perusahaan tersebut mengatakan bahwa Wal-Mart memangkas

biaya dengan menghisap pekerja di seluruh dunia, memacu “balapan ke dasar jurang”

global dalam upah dan kondisi kerja.

Pekerja Wal-Mart di Amerika Serikat: Walaupun TV Amerika dipenuhi iklan yang

menayangkan karyawan Wal-Mart yang berbahagia, sebetulnya mereka menerima bayaran

menyedihkan menurut standar AS. Upah rata-rata 2004 sekitar $9 per jam untuk karyawan

full-time dan $8 per jam untuk 45 persen karyawan Wal-Mart yang bekerja kurang dari 45

minggu setahun. Imbalan yang begitu kecil, sampai-sampai banyak karyawan Wal-Mart

terpaksa mengandalkan bantuan kesehatan, pangan, perumahan dan bantuan pemerintah

lainnya. Sebuah studi yang dilakukan staf Congretional Democratic memperkirakan bahwa

karyawan Wal-Mart menerima bayaran rata-rata $2.103 per tahun dari subsidi federal

saja.15

Perusahaan ini juga tersohor sebagai pembasmi serikat buruh. Di Amerika Serikat,

satu-satunya kasus karyawan Wal-Mart yang berhasil memperoleh pengakuan hak untuk

berserikat adalah para pemotong daging di sebuah toko Texas. Segera saja perusahaan itu

mengumumkan penutupan operasi pemotongan dagingnya. Pada Agustus 2004, karyawan

al-Mart di Québec, Kanada, mendapatkan sertifikasi serikat buruh, tetapi pada Februari

2005, Wal-Mart mengumumkan sedang menutup toko itu.

Pemasok-pemasok Wal-Mart: Berkat dominasinya di pasar dunia, Wal-Mart mempunyai

kekuasaan luar biasa untuk menekan lebih dari 65.000 pemasoknya.16 Wal-Mart menuntut

agar produsen merk-merk terkenal seperti Vlasic Pickles dan Levi’s sekalipun mencukur

habis biaya, kadang-kadang itu saja masih dianggap kurang. Dalam kasus Levi’s,

memperoleh kontrak Wal-Mart memang melambungkan keuntungan tetapi juga memaksa

perusahaan itu menutup sisa-sisa pabriknya di AS dan Kanada untuk mencari tenaga kerja

lebih murah.17

15 David Moberg, “The Wal-Mart Effect,” In These Times, July 5, 2004.

16 Oxfam, “Trading Away our Rights,” February 2004. 17 Charles Fishman, “The Wal-Mart You Don’t Know,” Fast Company, December 2003, pp. 68-80.

9

Page 10: SARAH, Kebangkitan Kekuatan Korporasi

Pekerja Wal-Mart di Luar Negeri: Para pekerja di negara yang sedang berkembang

menanggung akibat dari cengkeraman kokoh Wal-Mart terhadap para pemasok. Sebuah

studi yang dilakukan Komite Buruh Nasional yang berpusat di New York mengungkapkan

bahwa para pekerja di Provinsi Guangdong, Cina, yang membuat mainan untuk Wal-Mart

membanting tulang sampai 130 jam seminggu dengan upah berkisar 16,5 sen per jam (di

bawah upah minimum) tanpa asuransi kesehatan.18 Sebuah studi yang dilakukan Oxfam

mencatat bahwa penggunaan tenaga kerja yang diperas di Cina oleh Wal-Mart makin

menekan upah dan kondisi kerja di pabrik-pabrik pemasok mereka di semua negara sedang

berkembang.19 Tekad Wal-Mart untuk bebas dari serikat buruh menjamah toko-toko

ritelnya di Cina, di mana perusahaan itu melarang serikat buruh yang dikendalikan Partai

Komunias yang berkuasa, walaupun sudah ada jaminan bahwa serikat buruh itu “tidak

akan membantu perjuangan pekerja demi upah lebih baik.”20

Masyarakat: Ketika Wal-Mart merambah kota kecil, bisnis milik warga setempat harus

berjuang keras untuk menyaingi “harga murah setiap hari”. Studi Iowa State University

yang banyak dikutip menunjukkan bahwa masyarakat perdesaan AS (sasaran ekspansi

awal Wal-Mart) kehilangan hingga 47 persen perdagangan ritel mereka 10 tahun setelah

kedatangan raksasa diskon itu.21 Tidak banyak penelitian tentang dampak daerah rambahan

baru Wal-Mart: kawasan hunian perkotaan. Tetapi sebuah studi Universitas Illinois

menyimpulakn bahwa kedatangan Wal-Mart di kawasan hunian Chicago kemungkinan

besar akan mengakibatkan pengurangan pekerjaan seperti pelaku sektor ritel kehilangan

bisnis mereka. Meski begitu, pemerintah negara bagian dan pemerintah daerah di AS sudah

mengeluarkan subsidi lebih dari $1 miliar dalam rangka memikat Wal-Mart agar

mendatangi masyarakat mereka.22 Persoalan-persoalan tadi tidak hanya muncul di Amerika

Serikat tetapi juga di Meksiko, di mana Wal-Mart menjadi pelaku bisnis ritel terbesar

dengan membeli semua jaringan yang ada. Ketika berekspansi dengan membuka toko-toko

baru, perusahaan ini menghadapi tentangan keras dalam berbagai komunitas di mana

warga khawatir raksasa rabat ini akan menggilas pemilik toko setempat. Toko Wal-Mart

18 National Labor Committee, “Toys of Misery 2004,” February 2004. 19 Oxfam, “Trading Away our Rights,” February 200420 Peter S. Goodman and Philip P. Pan, “Chinese Workers Pay for Wal-Mart’s Low Prices,” Washington Post, February 8, 2004. 21 Kenneth E. Stone, “Impact of the Wal-Mart Phenomenon on Rural Communities,” Iowa State University, 1997, p. 2. 22 Philip Mattera and Anna Purinton, “Shopping for Subsidies,” Good Jobs First, May 2004.

10

Page 11: SARAH, Kebangkitan Kekuatan Korporasi

paling kontroversial adalah yang berada tak jauh dari reruntuhan Aztec di dekat Kota

Meksiko. Banyak orang Meksiko yang memandang toko itu sebagai simbol vulgar

konsumerisme Amerika. Sebuah koalisi kelompok-kelompok buruh, aktivitas lingkungan

hidup, dan lain-lain berusaha menghalangi pembangunan toko itu, tetapi gagal. Kini, toko

tersebut terlihat jelas dari puncak piramid-piramid terkenal itu.

Pengelakan Pajak

Di samping problem-problem berkenaan dengan konsentrasi kekuatan korporasi,

berkembangnya ukuran perusahaan tersebut juga meningkatkan kelihaian mereka

menghindar dari kewajiban membayar pajak. Karena liberalisasi investasi dan perdagangan

(ditambah canggihnya teknologi komunikasi dan transportasi), perusahaan-perusahaan

masa kini bisa membangun pabrik manufaktur di mana pun asal biaya berada di titik

terendah. Akibatnya, perdagangan internal perusahaan yang terkait dengan produksi-

produksi terfragmentasi secara internasional melonjak tajam. Antara 1982 dan 1999,

persentase ekspor yang dilakukan perusahaan-perusahaan global berbasis di AS untuk

afiliasi luar negeri mereka berupa “barang antara” (bagian-bagian untuk manufaktur lebih

lanjut) naik dari 15 menjadi 25 persen.23 Jenis perdagangan ini menawarkan peluang bagi

perusahaan-perusahaan tersebut untuk memaksimalkan kerugian anak perusahaan di

negara-negara berpajak tinggi dan memaksimalkan keuntungan di negara-negara berpajak

lunak. Model trik akuntansi ini, dikenal sebagai “transfer pricing”, menguras pendapatan

yang mestinya bisa dipakai pemerintah untuk mendukung prakarsa-prakarsa penghapusan

kemiskinan atau tujuan-tujuan sosial lainnya. Kecenderungan lain yang kemungkinan besar

akan menipiskan basis pajak pemerintah di seluruh dunia adalah pertumbuhan e-

commerce. Pemerintah AS mendorong pemerintah negara-negara lain untuk tidak

memungut pajak dari e-commerce dengan alasan e-commerce yang tidak diregulasi sangat

penting bagi masa depan perekonomian negara-negara sedang berkembang. Akan tetapi,

Konferensi Perserikatan Bangsa-Bangsa tentang Perdagangan dan Pembangunan

(UNTCAD) mengemukakan keprihatinan mendalam tentang dampak potensial langkah

bebas pajak di Selatan. Karena perusahaan-perusahaan AS mendominasi teknologi baru

ini, sebagian besar pesanan online di negara-negara sedang berkembang diterima sebagai

impor AS. Walaupun secara teknis pemerintah berhak memungut bea masuk (Customs

23 Maria Borga and William Zeile, “International Fragmentation of Production and the Intrafirm Trade of U.S. Multinational Companies,” U.S. Bureau of Economic Analysis, Jan. 22, 2004, p. 37.

11

Page 12: SARAH, Kebangkitan Kekuatan Korporasi

duties) atas impor tersebut jika dikirim melintasi perbatasan sebagai barang secara fisik,

sebagian besar negara sedang berkembang tidak punya kemampuan memeriksa tiap paket,

menghitung bea dan memungut pendapatan. Berkait dengan produk-produk digitalisasi

(misalnya, musik, gambar arsitektur, perangkat lunak yang bisa di-download), negara-

negara sedang berkembang lebih dirugikan lagi. WTO melarang pemungutan bea atas

transaksi-transaksi demikian dan negara-negara sedang berkembang adalah pengimpor

besar produk-produk tersebut.

Bea masuk umumnya merupakan sumber pendapatan yang jauh lebih penting bagi

negara-negara sedang berkembang ketimbang bagi negara-negara kaya. Menurut

UNCTAD, di beberapa negara kerugian tarif berkaitan dengan e-commerce bisa meningkat

hingga 20 persen dari pendapatan pajak impor. Sebuah laporan e-commerce utama yang

diterbitkan UNCTAD pada 2001 menyimpulkan bahwa “pengembangan sistem penarikan

pajak yang efisien untuk e-commerce harus menjadi prioritas semua negara sedang

berkembang.” Meski begitu, studi itu menyayangkan fakta bahwa negara-negara sedang

berkembang tidak banyak berperan serta dalam berbagai pembicaraan tentang pajak

internet, sedangkan negara-negara kaya umumnya tidak mempedulikan keprihatinan

mereka.

Kesimpulan

Walaupun kecenderungan meningkatnya kekuatan korporasi terus berlangsung,

muncul beberapa tanda bahwa reaksi menentang kekuasaan korporasi ada dampaknya.

Misalnya, di tingkat lokal dan nasional, tercatat banyak keberhasilan upaya mencegah

pemerintah menjual layanan publik, seperti air minum, kepada perusahaan swasta. Di

tingkat internasional, berbagai negosiasi untuk memperluas agenda liberalisasi

perdagangan, yang memfasilitasi kebangkitan kekuatan korporasi, menghadapi banyak

kendala. Pembicaraan-pembicaraan dalam Organisasi Perdagangan Dunia menabrak

banyak perintang jalan, sementara usulan Kawasan Perdagangan Bebas Amerika yang

meliputi 34 negara di belahan barat bumi tidak menunjukkan kemajuan selama setahun

lebih. Tetapi, walaupun terdapat sejumlah kemajuan penting dalam upaya mencegah

korporasi mendapatkan lebih banyak kekuasaan dan privilese, pada tahun-tahun mendatang

masyarakat sipil global harus meningkatkan upaya lebih efektif untuk mengekang kekuatan

berlebihan korporasi global dan memastikan agar aktivitas mereka mendukung tujuan-

tujuan mewujudkan kerja bermutu tinggi, komunitas yang stabil dan lingkungan yang

sehat.

12

Page 13: SARAH, Kebangkitan Kekuatan Korporasi

13