sanksi pelanggaran pasal 113 - s3.amazonaws.com · kalimantan barat. di dalamnya terkandung...

12

Upload: dokhanh

Post on 23-Mar-2019

218 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Sanksi Pelanggaran Pasal 113 - s3.amazonaws.com · Kalimantan Barat. Di dalamnya terkandung nilai-nilai dan ... (CU)—sebagai balai pertemuan, bukan tempat hunian seperti rumah betang
Page 2: Sanksi Pelanggaran Pasal 113 - s3.amazonaws.com · Kalimantan Barat. Di dalamnya terkandung nilai-nilai dan ... (CU)—sebagai balai pertemuan, bukan tempat hunian seperti rumah betang
Page 3: Sanksi Pelanggaran Pasal 113 - s3.amazonaws.com · Kalimantan Barat. Di dalamnya terkandung nilai-nilai dan ... (CU)—sebagai balai pertemuan, bukan tempat hunian seperti rumah betang

Sanksi Pelanggaran Pasal 113 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta

(1) Setiap Orang yang dengan tanpa hak melakukan pelang-garan hak eko nomi sebagai mana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf i untuk Penggunaan Secara Komersial di-pidana dengan pidana penjara paling lama 1 (satu) tahun dan/atau pidana denda paling ba nyak Rp100.000.000 (seratus juta rupiah).

(2) Setiap Orang yang dengan tanpa hak dan/atau tanpa izin Pencipta atau pemegang Hak Cipta melakukan pelang-garan hak ekonomi Pencipta sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf c, huruf d, huruf f, dan/atau huruf h untuk Peng gunaan Secara Komer sial dipidana dengan pidana penjara pa ling lama 3 (tiga) tahun dan/atau pidana denda paling banyak Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah).

(3) Setiap Orang yang dengan tanpa hak dan/atau tanpa izin Pencipta atau pemegang Hak Cipta melakukan pelang-garan hak ekonomi Pencipta sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf a, huruf b, huruf e, dan/atau huruf g untuk Peng gunaan Secara Komer sial di pidana dengan pidana penjara paling lama 4 (empat) tahun dan/atau pidana denda pa ling banyak Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah).

(4) Setiap Orang yang memenuhi unsur sebagaimana di-maksud pada ayat (3) yang dilakukan dalam bentuk pem-bajakan, di pidana de ngan pidana penjara paling lama 10 (sepuluh) tahun dan/atau pidana denda paling banyak Rp4.000.000.000,00 (empat miliar rupiah).

Page 4: Sanksi Pelanggaran Pasal 113 - s3.amazonaws.com · Kalimantan Barat. Di dalamnya terkandung nilai-nilai dan ... (CU)—sebagai balai pertemuan, bukan tempat hunian seperti rumah betang
Page 5: Sanksi Pelanggaran Pasal 113 - s3.amazonaws.com · Kalimantan Barat. Di dalamnya terkandung nilai-nilai dan ... (CU)—sebagai balai pertemuan, bukan tempat hunian seperti rumah betang

Kidung di Tampun JuahDitulis oleh Liu Ban Fo, Yuspita Karlena, Yohanes RJ

©2017 Liu Ban Fo, Yuspita Karlena, Yohanes RJ

Hak Cipta dilindungi Undang-Undang

Diterbitkan pertama kali oleh

Penerbit PT Elex Media Komputindo

Kelompok Gramedia—Jakarta

Anggota IKAPI, Jakarta

Editor: Riza Hardiani

717060913

ISBN: 978-602-04-2236-7

Dilarang mengutip, memperbanyak, dan menerjemahkan sebagian

atau seluruh isi buku ini tanpa izin tertulis dari penerbit

Dicetak oleh Percetakan PT Gramedia, Jakarta

Isi di luar tanggung jawab percetakan

Page 6: Sanksi Pelanggaran Pasal 113 - s3.amazonaws.com · Kalimantan Barat. Di dalamnya terkandung nilai-nilai dan ... (CU)—sebagai balai pertemuan, bukan tempat hunian seperti rumah betang

v

Endorsement

Sejauh yang saya kenal, penulis buku ini, Munaldus, ada-lah sosok yang selalu setia kepada cita-citanya. Mes-ki menge nyam pendidikan modern, Munaldus tidak mau me ninggal kan kearifan lokal serta adat istiadat dan seja-rah leluhurnya.

Pendiri Credit Union (CU) Keling Kumang ini adalah salah satu tokoh yang turut memulihkan kembali citra perkope-rasian di Indonesia. Meskipun, sebetulnya CU itu tidak sama persis dengan koperasi, baik dari sisi sejarah dan se-mangat kemandiriannya. CU yang didirikannya, sekarang telah mulai merambah di sektor-sektor produksi, konsumsi dan jasa.

Novel ini layak dibaca oleh para aktivis pemberdayaan masyarakat pedalaman, dan oleh siapa saja yang men-cintai kerja keras, kejujuran, dan kesetiakawanan.

—Kris Lucas, Jurnalis

Kidung di Tampun Juah bercerita tentang perjuangan se-orang srikandi koperasi/ CU yang meniti karier dari bawah sampai menjadi seorang CEO. Tidak mudah bisa sam-pai pada posisi tersebut karena banyak tantangan dan rintang an yang menghadang. Cerita perjuangan Veron

Page 7: Sanksi Pelanggaran Pasal 113 - s3.amazonaws.com · Kalimantan Barat. Di dalamnya terkandung nilai-nilai dan ... (CU)—sebagai balai pertemuan, bukan tempat hunian seperti rumah betang

vi

yang merupakan tokoh sentral dalam novel ini diwarnai konflik dan bumbu-bumbu cinta. Mengangkat latar bela-kang sejarah, budaya, dan religius masyarakat Dayak di Kalimantan Barat. Di dalamnya terkandung nilai-nilai dan pesan kepada generasi muda yang digambarkan dengan sangat detail.

—Primus, Staf Hubungan Internasional, PUSKHAT

Page 8: Sanksi Pelanggaran Pasal 113 - s3.amazonaws.com · Kalimantan Barat. Di dalamnya terkandung nilai-nilai dan ... (CU)—sebagai balai pertemuan, bukan tempat hunian seperti rumah betang

1

1 Ruang terbuka atau semacam balai pertemuan rumah adat suku Dayak

2 Rumah adat khas Kalimantan yang dihuni oleh masyarakat Dayak terutama di daerah hulu sungai yang biasanya menjadi pusat per-mukiman suku Dayak

3 Sebidang lahan yang dimiliki oleh suatu komunitas adat

Wat terbangun ketika bunyi gong bersahut- sahutan di ruai 1 rumah betang2. Rumah se-derhana berukuran 15 x 30 meter, atap serap,

dinding kelibak—kulit kayu, yang terletak di tengah tembawang3 tua. Rumah betang ini milik Credit Union (CU)—sebagai balai pertemuan, bukan tempat hunian seperti rumah betang pada umumnya.

Kurang lebih satu kilometer dari rumah betang ini, ada hutan primer sekitar 100 hektare luasnya, berlimpah flora, tetapi hanya segelintir fauna. Populasi monyet dan beruk semakin sedikit karena perburuan liar. Dulu

1

Page 9: Sanksi Pelanggaran Pasal 113 - s3.amazonaws.com · Kalimantan Barat. Di dalamnya terkandung nilai-nilai dan ... (CU)—sebagai balai pertemuan, bukan tempat hunian seperti rumah betang

2

di hutan ini banyak sekali kelempiau4 yang setiap pagi suaranya bersahut-sahutan.

Kau tahu ke mana mereka sekarang?

Sebagian habis diburu, yang lain mungkin melarikan diri, karena merasa sudah tidak aman dari manusia. Tak ada warga yang peduli melestarikan binatang liar ini. Dalam pikiran mereka, binatang liar seperti itu harus masuk ke dalam kuali atau dijadikan tabas— sebagai lauk ketika minum arak atau tuak. Seharus-nya, justru kebiasaan ini yang harus dihindari.

Dulu, pada tahun 1970-an, di Tembawang ini ada ru-mah betang panjang yang dihuni lebih dari 60 kepala keluarga. Coba kau bayangkan, betapa panjang ru-mah betang ini. Betang adalah simbol peradaban suku bangsa Dayak di tanah Borneo. Mereka hidup rukun dan bersahaja.

Wat bertanya-tanya dalam hati, apakah mungkin komunitas Dayak bisa kembali tinggal di rumah- rumah betang (long house) seperti tradisi para orang-tua mereka? Zaman benar-benar sudah berubah. Namun, di tempat lain, seperti kampung-kampung orang Dayak di Sarawak dan Kapuas Hulu, rumah be-tang masih berdiri tegak dan menjadi model tempat

4 Sejenis kera yang hanya hidup di pulau Kalimantan

Page 10: Sanksi Pelanggaran Pasal 113 - s3.amazonaws.com · Kalimantan Barat. Di dalamnya terkandung nilai-nilai dan ... (CU)—sebagai balai pertemuan, bukan tempat hunian seperti rumah betang

3

tinggal yang paling disukai. Intinya, di sana, rumah panjang masih tetap dilestarikan.

Wat tidur di sebuah bilik paling ujung—bilik no. 1. Bilik sederhana, lantai papan, sekat antar bilik mengguna-kan papan yang dipaku seadanya. Ia bisa mengintip dari celah-celah dinding ke bilik sebelah. Untunglah bilik sebelah itu adalah tempat tidur kaum laki-laki.

Ia meraba-raba ponsel BlackBerry yang diletakkan di atas kepala, dekat bantal. Ia kemudian menekan tom-bol ponsel dan ponsel menyala—pukul 04:30. “Sialan, tidur hanya satu jam,” pikirnya. Ia sudah diberi tahu panitia, bahwa upacara adat memanggil para leluhur tepat pukul 06:00. Selambat-lambatnya, pukul 06:30. Jarang sekali telat.

Sudah tahun yang ke-20 upacara adat seperti ini dilaksanakan. Mereka tidak ingin melupakan adat budaya dan peran para leluhur dalam membangun CU/koperasi. Ya... unsur budaya dalam membangun CU/Koperasi tak dapat diabaikan.

Di luar masih gelap. Matahari belum menampakkan diri. Ayam jantan berkokok bersahut-sahutan. Wat belum mau beranjak dari tempat tidurnya. Ia juga belum mau menghidupkan lampu. Ia masih ingin melanjutkan tidurnya, sekitar tiga puluh menit lagi. Tetapi, sudah menjadi kebiasaannya, kalau sudah terbangun perlu

Page 11: Sanksi Pelanggaran Pasal 113 - s3.amazonaws.com · Kalimantan Barat. Di dalamnya terkandung nilai-nilai dan ... (CU)—sebagai balai pertemuan, bukan tempat hunian seperti rumah betang

4

waktu untuk bisa terlelap. Apa lagi suara-suara orang yang berada di ruai semakin ramai.

Waktu terus berlalu, dan Wat membolak-balik badan-nya agar bisa terlelap lagi. Ternyata tidak juga bisa. Pikirannya terus berputar-putar pada kekecewaan terhadap supir taksi yang membawanya ke tempat ini tadi malam. Taksi jalannya merayap, sebentar- sebentar berhenti. Padahal, kalau hanya sekali saja berhenti, yaitu di Simpang Ampar untuk makan malam, maka paling lama pukul 01.30 dini hari sudah sampai di Rumah Betang Meridan ini. Itu artinya setidaknya ia masih bisa tidur sekitar empat jam.

Celaka betul, ketika jarak ke rumah betang hanya sekitar lima kilometer, supir taksi minta berhenti dan tidur. Supir mengatakan bahwa dia sangat ngantuk. Penumpang pun tak berdaya. Wat ingin jalan kaki saja agar cepat sampai di rumah betang ini, tetapi lima kilometer lumayan jauh. Malam gelap-gulita. Ia lalu mengurungkan niatnya.

Taksi diparkir di pinggir jalan yang sepi dari penduduk. Hanya saja tempat itu cukup terang, ada lampu jalan. Tempat itu memang menjadi tempat favorit bagi para supir taksi atau supir truk untuk beristirahat melepas rasa ngantuk. Mungkin, setiap kali lewat tempat ini, si supir taksi ini selalu tidur di sini, pikir Wat. Celaka, tak akan pernah dua kali naik taksi ini.

Page 12: Sanksi Pelanggaran Pasal 113 - s3.amazonaws.com · Kalimantan Barat. Di dalamnya terkandung nilai-nilai dan ... (CU)—sebagai balai pertemuan, bukan tempat hunian seperti rumah betang

5

Di tempat itu ada pondok kecil, dan di situlah si supir berbaring dan tidur pulas. Ia tampaknya sangat kelelah an. Menurut informasi, karena mengejar se-toran dan penumpangnya banyak, maka ia hari itu harus pulang-pergi Sintang – Pontianak. Benar- benar jagoan, tapi penuh risiko. Jika stamina sang supir drop, tapi masih juga dipaksakan, maka keadaan se perti itu justru akan membuat banyak terjadi kece lakaan taksi, dan korban yang meninggal pun jika bukan supir taksi, ya para penumpangnya.

Sudah sering terjadi.

Penumpang di dalam taksi sunyi senyap, tak ada yang mau mengobrol. Mungkin ada yang kecewa. Sepan-jang perjalanan tadi, ada dua anak muda mengobrol tak henti-hentinya. Mereka cerita banyak hal. Ten-tang perusahaan sawit yang mengambil tanah-tanah masyarakat dengan harga murah melalui peran ta-ra preman-preman kampung, demonstrasi menolak sa wit, isu sungai tercemar, sampai peran CU, mem-bangun masyarakat. Salah satu kalimat yang didengar Wat, mereka berdebat tentang peran CU yang kuat. “Tanpa CU, masyarakat kita tidak seperti ini,” kata salah seorang yang menggunakan baju kotak-kotak ala re lawan Capres. Mungkin mereka ini memang pendukung Capres itu dalam Pilpres yang lalu. Bukti-nya, ia dan wakilnya menang di provinsi ini—menang telak.