pengaruh kearifan budaya lokal terhadap hunian …

13
| 118 | LOCAL WISDOM, 9 (1): 118-130, 2017 Local Wisdom Scientific Online Journal ISSN: 2086-3764 PENGARUH KEARIFAN BUDAYA LOKAL TERHADAP HUNIAN MASYARAKAT PENGRAJIN TEMPE DI KAMPUNG SANAN MALANG Rahadian Nugroho 166060500111008 [email protected] Abstrak Hunian masyarakat pengrajin tempe di Kampung Sanan Malang merupakan hunian yang terbentuk dari penyesuaian kearifan lokal yang lama tehadap globalisasi yang salah satunya berdampak ke ekonomi. Pada awalnya, hunian di kampung ini hanya digunakan untuk tempat tinggal, namun kemudian penduduk mulai menggunakan hunian mereka untuk memproduksi serta menjual tempe dan keripik tempe, dan saat ini Kampung Sanan telah menjadi sentra industri tempe. Kegiatan memproduksi tempe bagi masyarakat Kampung Sanan merupakan Kearifan Budaya Lokal turun-temurun yang memungkinkan terjadinya perubahan dan pengurangan pada ruang untuk tempat tinggal serta mempengaruhi kualitas fasad hunian. Studi ini bertujuan untuk mendeskripsikan konsep kearifan lokal dalam pola hunian masyarakat kampung Sanan Malang yang berpengaruh pada perubahan-perubahannya. Metode yang digunakan dalam studi ini adalah deskriptif, analitis dan interpretatif berdasar pada bukti empiris, strukturalisme, tipolmorfo dan relasi fungsi, bentuk dan makna yang digunakan untuk mengungkap konsep kearifan lokal dalam hunian masyarakat kampung Sanan Malang. Pengumpulan datanya dilakukan dengan pengambilan foto, video, wawancara mendalam dan observasi kemudian dianalisis untuk mendapatkan gambaran dan kesimpulan yang dapat menjawab permasalahan dan mencapai tujuan studi. Hasil dari studi ini menyebutkan bahwa kearifan budaya lokal Kampung Sanan secara langsung dan tak langsung memunculkan identitas dan tradisi baru yang berjalan beriringan dengan tradisi yang lama. Terbentuknya kearifan budaya lokal yang baru dari dampak globalisasi yaitu Home Industry karena untuk menaikkan taraf hidup warga Kampung Sanan Malang. Abstract Residential society of tempe craftsmen in Sanan Village Malang is formed from the long residen- tial local wisdom adjustment to globalization, one of them impact on the economy. Initially, residential in this village is only used for family living, but then people started using their residential to produce and sell tempe and tempe chips, and now Sanan Village has become a center of tempe industry. Tempe producing activities for the people of Sanan Village is the local culture Wisdom hereditary enabling change and a reduction in space for dwellings and affect the quality of the residential facade. This study aimed to describe the concept of local wisdom in residential patterns of Sanan villagers that effect on its changes. The method used in this study was descriptive, analytical and interpretive, based on empirical evidence, structuralism, and relations function, form and meaning are used to reveal the concept of local wisdom in Sanan village residential. Data collection is done by taking a photo, video, interview and observation and then analyzed to get an overview and conclusions that can answer problems and achieve the objectives of the study. The results of this study states that the local wisdom of Sanan village directly and indirectly reveal the identity of the new tradition that goes hand in hand with a long tradition. The formation of new local cultural wisdom of the impact of globalization, namely Home Industry as to raise the standard of living of residents of Sanan Village Malang. Kata Kunci: Kearifan Lokal, Ekonomi, Kerajinan Tempe, Tradisi Budaya, Sanan Malang Keywords: Local Wisdom, Residential Changes, Tempe Craftsmen, Cultural Tradition @ 2017 The Authors. Published by GKAK UNMER Malang *Corresponding Author:[email protected]

Upload: others

Post on 19-Oct-2021

13 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: PENGARUH KEARIFAN BUDAYA LOKAL TERHADAP HUNIAN …

| 118 |

LOCAL WISDOM, 9 (1): 118-130, 2017Local Wisdom Scientific Online Journal

ISSN: 2086-3764

PENGARUH KEARIFAN BUDAYA LOKALTERHADAP HUNIAN MASYARAKAT PENGRAJIN TEMPEDI KAMPUNG SANAN MALANG

Rahadian Nugroho

[email protected]

Abstrak

Hunian masyarakat pengrajin tempe di Kampung Sanan Malang merupakan hunian yangterbentuk dari penyesuaian kearifan lokal yang lama tehadap globalisasi yang salah satunyaberdampak ke ekonomi. Pada awalnya, hunian di kampung ini hanya digunakan untuk tempattinggal, namun kemudian penduduk mulai menggunakan hunian mereka untuk memproduksiserta menjual tempe dan keripik tempe, dan saat ini Kampung Sanan telah menjadi sentraindustri tempe. Kegiatan memproduksi tempe bagi masyarakat Kampung Sanan merupakanKearifan Budaya Lokal turun-temurun yang memungkinkan terjadinya perubahan danpengurangan pada ruang untuk tempat tinggal serta mempengaruhi kualitas fasad hunian.Studi ini bertujuan untuk mendeskripsikan konsep kearifan lokal dalam pola hunianmasyarakat kampung Sanan Malang yang berpengaruh pada perubahan-perubahannya.Metode yang digunakan dalam studi ini adalah deskriptif, analitis dan interpretatif berdasarpada bukti empiris, strukturalisme, tipolmorfo dan relasi fungsi, bentuk dan makna yangdigunakan untuk mengungkap konsep kearifan lokal dalam hunian masyarakat kampungSanan Malang. Pengumpulan datanya dilakukan dengan pengambilan foto, video, wawancaramendalam dan observasi kemudian dianalisis untuk mendapatkan gambaran dan kesimpulanyang dapat menjawab permasalahan dan mencapai tujuan studi. Hasil dari studi inimenyebutkan bahwa kearifan budaya lokal Kampung Sanan secara langsung dan tak langsungmemunculkan identitas dan tradisi baru yang berjalan beriringan dengan tradisi yang lama.Terbentuknya kearifan budaya lokal yang baru dari dampak globalisasi yaitu Home Industrykarena untuk menaikkan taraf hidup warga Kampung Sanan Malang.

Abstract

Residential society of tempe craftsmen in Sanan Village Malang is formed from the long residen-tial local wisdom adjustment to globalization, one of them impact on the economy. Initially,residential in this village is only used for family living, but then people started using theirresidential to produce and sell tempe and tempe chips, and now Sanan Village has become acenter of tempe industry. Tempe producing activities for the people of Sanan Village is the localculture Wisdom hereditary enabling change and a reduction in space for dwellings and affectthe quality of the residential facade. This study aimed to describe the concept of local wisdom inresidential patterns of Sanan villagers that effect on its changes. The method used in this studywas descriptive, analytical and interpretive, based on empirical evidence, structuralism, andrelations function, form and meaning are used to reveal the concept of local wisdom in Sananvillage residential. Data collection is done by taking a photo, video, interview and observationand then analyzed to get an overview and conclusions that can answer problems and achievethe objectives of the study. The results of this study states that the local wisdom of Sanan villagedirectly and indirectly reveal the identity of the new tradition that goes hand in hand with along tradition. The formation of new local cultural wisdom of the impact of globalization,namely Home Industry as to raise the standard of living of residents of Sanan Village Malang.

Kata Kunci:Kearifan Lokal,Ekonomi,Kerajinan Tempe,Tradisi Budaya,Sanan Malang

Keywords:Local Wisdom,Residential Changes,Tempe Craftsmen,Cultural Tradition

@ 2017 The Authors. Published by GKAK UNMER Malang*Corresponding Author:[email protected]

Page 2: PENGARUH KEARIFAN BUDAYA LOKAL TERHADAP HUNIAN …

LOCAL WISDOM, Vol. 9 No. 2 Juli 2017Local Wisdom Scientific Online Journal

| 119 |

1. Pendahuluan1.1 Latar Belakang

Hampir setiap bangunan dalam kurun waktutertentu akan mengalami perubahan baik langsungmaupun tidak langsung, berubah akibat adanyaproses adaptasi untuk menghadapi perubahankebutuhan di tiap-tiap generasi ataupun karenafaktor ekonomi. Perubahan ini terjadi karena ada-nya perubahan peradaban, perubahan spirit zamandan perubahan dari era lama ke era baru, misalnyadari era pertanian ke era industri, sehingga kema-panan secara ekonomis tentu berubah dan padaakhirnya berujung pada sebuah kebutuhan per-ubahan yang berimbas pada bangunan. Dalamhubungan ini 2 elemen Budaya perlu diidentifikasisecara cermat. Elemen pertama adalah Inti Budayayang menolak untuk berubah. Lainnya adalahelemen Budaya yang mampu berubah, tumbuhdengan cepat tetapi perlu didorong untuk mampumenghadapi tantangan dari luar tanpa kehilanganjiwa roh jati dirinya.

Jati diri atau identitas merupakan “jejak”yang ditinggalkan oleh peradaban, bergerak se-jalan dengan sejarah dan merupakan sebuah“proses” yang tidak terjadi dengan sendirinya te-tapi bertolak dari logika yang dikuti oleh masya-rakatnya. Jati diri lahir dan tumbuh dari pengertianterhadap diri sendiri, dan masyarakat lingkungan-nya (Wiranto, 1999:17).

Secara konsepsual, kearifan lokal dan ke-unggulan lokal merupakan kebijaksanaan manusiayang bersandar pada filosofi nilai-nilai, etika, cara-cara dan perilaku yang melembaga secara tra-disional. Kearifan lokal adalah nilai yang dianggapbaik dan benar sehingga dapat bertahan dalamwaktu yang lama dan bahkan melembaga. Kearifan-kearifan lokal pada dasarnya dapat dipandangsebagai landasan dalam pembentukan jati diribangsa secara nasional. Kearifan-kearifan lokalitulah yang membuat suatu budaya bangsa me-miliki akar (Sartini, 2004:112). Untuk memahami

kearifan lokal pada suatu karya arsitektur perluditelusuri konsep konsep yang melatar belakangilahirnya karya tersebut.

Kearifan lokal di Indonesia saat ini menjaditopik bahasan menarik dibicarakan di tengah se-makin menipisnya sumber daya alam dan peliknyaupaya pemberdayaan masyarakat. Perubahankehidupan seseorang berdasarkan ide pemikirandan idealis yang berada disetiap orang karena ke-butuhan individual yang kuat. Pengaruh perubahantersebut berdampak juga pada gaya hidup yangmenjadi sebuah tradisi. Berawal dari pemikiranuntuk menaikan taraf hidup menjadikan sebuahtradisi lama mengalami perubahan secara per-lahan. Dampak globalisasi menyebabkan segalaaspek kehidupan terpengaruhi, misalnya sistemekonomi, budaya dan lingkungan hidup manusia.Hal tersebut menyebabkan kearifan lokal yangberlaku dalam masyarakat mulai terkikis.Masyarakat memiliki tradisi yang dikenal sebagaiada kedaerahan (kearifan lokal) yang merupakansymbol kebangsaan, akan tetapi hampir tidak lagimakna yang berarti di era globalisasi.

Dengan adanya kearifan lokal merupakanpandangan dan pengetahuan tradisional yang men-jadi acuan dalam berperilaku dan telah diaplikasi-kan secara turun-temurun untuk memenuhi kebu-tuhan dan menjawab permasalahan dalam kehi-dupan suatu masyarakat. Kearifan lokal memberi-kan identitas, fungsi dan makna dalam masyarakatmenyesuaikan keberadaan penduduk setempat,menjawab problema yang terjadi serta memberi-kan pengetahuan dan cara bertahan hidup untukmenanggapi lingkungan yang berkembang.

Bertambahnya jumlah keluarga tentu sajaakan menambah jumlah kebutuhan dalam meme-nuhi keperluan anggota keluarga itu sendiri sema-kin meningkat. Kebutuhan keluarga ini akan terasaringan terpenuhi jika ada usaha yang mendatang-kan income atau penghasilan keluarga untuk me-nutupi kebutuhan tersebut. Home Industri yangpada umumnya berawal dari usaha keluarga yang

Page 3: PENGARUH KEARIFAN BUDAYA LOKAL TERHADAP HUNIAN …

Pengaruh Kearifan Budaya Lokal terhadap Hunian Masyarakat Pengrajin Tempe Di Kampung Sanan MalangRahadian Nugroho

| 120 |

turun menurun dan pada akhirnya meluas ini se-cara otomatis dapat bermanfaat menjadi matapencaharian penduduk kampung di sekitarnya.Kegiatan ekonomi ini biasanya tidak begitumenyita waktu, sehingga memungkinkan pelakuusaha membagi waktunya untuk keluarga dan pe-kerjaan tetap yang ditekuni.

Banyaknya nilai dan budaya masyarakatyang mengalami perubahan dengan cara meniruatau menerapkannya modernisasi di segala bidangkehidupan, menyebabkan kearifan lokal yangtumbuh dan berkembang di dalam masyarakatmenjadi terkikis. Misalnya terjadi perubahan cirikehidupan masyarakat desa yang tadinya syaratdengan nilai-nilai gotong royong menjadi indi-vidual. Selain itu juga banyak yang mengikuti nilai-nilai budaya luar yang dapat terjadi dehumanisasiyaitu derajat manusia nantinya tidak dihargaikarena lebih banyak menggunakan mesin-mesinberteknologi tinggi.

Dengan hadirnya usaha atau pekerjaan barutidak hanya kearifan lokal yang berubah dari segiekonomi tetapi juga merubah lingkungannya danmenjadikan identitas warga setempat. KampungSanan kota Malang merupakan salah satu Kampungyang warganya bekerja sebagai pengrajin tempe

dan sebagian beralih profesi menjadi pengrajinkeripik tempe.

1.2 Tujuan

Studi ini difokuskan pada upayamendeskripsikan kearifan lokal MasyarakatKampung Sanan melalui aktivitas keseharianpenduduk setempat dan kegiatan Home Industry.Tujuan utama dari kajian ini adalah untukmengetahui kearifan budaya lokal pengrajin tempeyang berpengaruh pada perubahan-perubahanhuniannya.

2. Pembahasan2.1 Lokasi Penelitian

Berdirinya Kampung Sanan diperkirakansudah lama sekali, dimana keberadaan awalkampung ini (ditandai dengan adanya makam tua(yaitu Makam Buyut Kibah yang( diyakini sebagaipembuka lahan (pertama kali, dan sampai saat ini(masih dihormati oleh penduduk( Kampung Sanan.Pekerjaan utama (penduduk Sanan pada waktu itu(diyakini adalah bertani karena (sampai saat inimasih terdapat sisa-sisa lahan pertanian.

Makam Buyut Kibah pendiri Kampung Sanan(Sumber: Halomalang.com)

Page 4: PENGARUH KEARIFAN BUDAYA LOKAL TERHADAP HUNIAN …

LOCAL WISDOM, Vol. 9 No. 2 Juli 2017Local Wisdom Scientific Online Journal

| 121 |

Sebagai penghasil tempe, Kampung Sanantelah dikenal sejak tahun 1900- an (tanggal dantahun pastinya tidak jelas sama dengan awalberdirinya kampung ini karena tidak ada lagi narasumber yang bisa menginformasikannya). Sebelumtahun 1970-an warga Kampung Sanan hanyamemproduksi tempe saja, yang dipasarkan kesemua pasar di Kota Malang dan KabupatenMalang. Dalam perkembangannya hingga seka-rang, penduduk Kampung Sanan melakukanvariasi usaha dengan memproduksi keripik tempe.Ide pembuatan keripik tempe berawal dari banyak-nya tempe yang dijual terbuang karena tidak laku.Tempe-tempe sisa tersebut kemudian dicoba untukdibuat keripik yang ternyata laku dijual di pasaran.

Kampung Sanan yang memiliki luas ± 20 Haini, terletak di Kota Malang, Kelurahan Purwan-toro, Kecamatan Blimbing, yaitu meliputi RW 14(4 RT), RW 15 (9 RT) dan RW 16 (9 RT) denganjumlah kepala keluarga seluruhnya ± 660 keluarga,dan yang tergabung pada koperasi (PrimkoptiBangkit Usaha) berjumlah ± 300 kepala keluarga.

Pada awalnya, Kampung Sanan( baik RW 14,RW 15 dan RW 16 merupakan satu wilayah yangutuh namun sejak dibangunnya Jalan TumenggungSuryo (dibuat untuk memudahkan jalur transpor-tasi dari Surabaya sampai ke pusat Kota Malang)yang membelah kampung ini sehingga ketiga RWtersebut terpisah dimana RW 14 di sebelah baratdan RW 15 serta RW 16 berada di sebelah timurJalan Tumenggung Suryo.

Citra Satelit Kampung Sanan(Sumber: Google, 2016)

Gerbang masuk Kampung Sanan(Sumber: Google, 2016)

2.2 Karakteristik Masyarakat KampungSanan

Kekeluargaan dan gotong royong benar-benar terlihat di setiap aktivitas di dalam KampungSanan. Baik yang berhubungan dengan usahakripik tempe yang dijalani maupun kehidupan ke-luarga sehari-hari. Sebagaimana contohnya adalahtetangga yang saling membantu dan bersikap tole-ran satu sama lain, mereka tidak akan segan un-tuk mengulurkan tangan kepada usaha kripiktempe tetangganya walaupun jenis usaha yang di-lakukan sebenarnya adalah sama.

Page 5: PENGARUH KEARIFAN BUDAYA LOKAL TERHADAP HUNIAN …

Pengaruh Kearifan Budaya Lokal terhadap Hunian Masyarakat Pengrajin Tempe Di Kampung Sanan MalangRahadian Nugroho

| 122 |

Karakteristik selanjutnya adalah rasa rendahhati dan terbuka, dengan serta merta, pendudukdi Kampung Sanan selalu terbuka menerima peng-unjung dengan kerendahan hati yang membuatkesan ramah juga terasa dalam interaksinya. Mung-kin dikarenakan pengunjung adalah berkah bagimereka yang dapat membantu berkembangnyausaha mereka. Dapat dikatakan masyarakat diSanan terbuka akan masukan dan mereka sadarbahwa perubahan akan memberikan efek bagikehidupan maupun bisnis mereka.

Tetapi pada kenyataannya, masyarakat me-miliki karakteristik yang akan membuat KampungSanana akan terus produktif. Kreatif dan Dinamisadalah karakteristik yang dimiliki oleh sebagianbesar masyarakatnya; walaupun tingkat pendi-dikan sebagian besar orang dewasa di KampungSanan adalah SMA/SMK dan sederajat, tetapi di-karenakan karakteristik mereka yang terbuka, se-hingga informasi dan perkembangan jaman yangdinamis membuat kreatifitas turut berkembang dimasyarakatnya. Hal tersebut dibuktikan denganbagaimana kripik tempe berawal dan berkembanghingga menjadi saat ini. Kampung Sanan yang men-jadi pusat pengolahan tempe kedelai sejak ber-tahun-tahun yang lalu turut berkembang dan ber-tahan mengikuti perubahan jaman yang dinamis.

Karakteristik lainnya adalah, sikap skeptisyang merupakan pencerminan dari masyarakat di

Kampung Sanan, yang tidak akan percaya akansesuatu hal jika tidak ada bukti nyata keberhasilan.Diungkapkan beberapa pengusaha kripik tempe,jika pada awal berkembangnya usaha kripik tempehanya dirintis satu-dua orang saja, tetapi setelahberhasil usaha tersebut mulai menyebar menjadiindustri yang dilakukan dalam satu Kampung.Selain itu sikap skeptis juga ditunjukkan kepadapemerintahan dan lembaga-lembaga yang berkait-an dengan pemerintah.

Dan karateristik yang terakhir adalahreligius. Religius adalah salah satu karakteristikmasyarakat di Kampung Sanan yang dapa mem-pengaruhi sebagian besar kehidupan di dalamnya.Dengan mayoritas penduduk adalah penganut Is-lam, nilai-nilai agama juga menjadi pengiringkehidupan dalam masyarakatnya. Menurutketerangan informan, sering diadakan pengajian,ceramah, atau selametan sebagai bentuk rasa syukurkepada Tuhan Yang Maha Esa, di lingkunganKampung Sanan sendiri. Karakteristik masyarakat-nya yang menjujung tinggi nilai-nilai agama dankekeluargaan juga mempengaruhi bisnis yang ada.Dengan kepercayaan,”Rezeki itu di tangan Tuhan,kalau mau berusaha pasti ada jalan.” Menjadi pen-dorong masyarakatnya untuk terus berproduksi.

Gotong Royong Mengemas Keripik Tempe(Sumber: Google, 2016)

Perayaan Maulid Nabi di Kampung Sanan(Sumber: Google, 2016)

Page 6: PENGARUH KEARIFAN BUDAYA LOKAL TERHADAP HUNIAN …

LOCAL WISDOM, Vol. 9 No. 2 Juli 2017Local Wisdom Scientific Online Journal

| 123 |

2.3 Aktifitas Pengrajin Tempe SebagaiWujud Kearifan Lokal

Industri rumah tangga di Kampung Sananawalnya sekitar tahun 1900an hanya mempunyaisatu jenis usaha yang yaitu pembuatan tempe di-mana hampir seluruh penduduk Kampung Sananmelakukan pekerjaan ini sehingga produk inimenjadi ciri khas bagi kampung ini. Pada per-kembangannya selanjutnya sekitar tahun 1980ansebagian penduduk tidak hanya membuat tempesaja tapi kemudian juga membuat keripik tempe.Produk ini kemudian menjadi salah satu produkunggulan Kota Malang, menjadi pilihan wisatawanuntuk dijadikan oleh-oleh.

Proses pembuatan kripik tempe sendiri ada-lah manifestasi budaya dan kreatifitas yang dicip-takan oleh masyarakat yang bermukim di perkam-pungan Sanan. Telah lama dikenal sebagai pro-dusen tempe terbaik di Malang, maupun di JawaTimur, tidak serta merta membuat para pengusaatempe mendapatkan kemudahan dalam melakukanpenjualan tempe-tempenya. Sehingga merekaharus memutar otak bagaimana menanggulangikerugian atas tempe-tempe yang tidak laku ter-sebut. Seluruh proses pembuatan masih dilakukandengan cara yang masih manual. Dikarenakanusaha kripik tempe sendiri masih dalam skalaindustri rumahan, pekerjanya rata-rata tak lebihdari 10 orang, dengan pemilik usaha yang masihturun tangan dalam pembuatan proses produksi.Adapun proses pembuatan tempe adalah sebagaiberikut ini:1. Proses pembuatan tempe diawali dengan

menampi kedelai untuk memperoleh biji-bijikedelai yang tua yang kemudian dicuci bersih,lalu direbus sampai setengah matang. Perebus-an dilakukan di atas kompor minyak tanah,kayu bakar dan ada pula yang menggunakankompor gas. Proses ini menimbulkan uap airpanas dan asap dari kompor, asap berpotensimengganggu (polusi) terutama bagi yangmenggunakan kayu bakar.

2. Setelah perebusan dirasa cukup, kedelai diren-dam agar memudahkan pengelupasan seka-ligus untuk mencegah timbulnya bakteri pem-busuk selama fermentasi. Keesokan harinya,kedelai dikupas kulit arinya dengan meng-gunakan mesin pemecah/pengupas. Mesinpemecah/pengupas sendiri merupakan hasilkarya warga Kampung Sanan yang kemudiandi produksi masal dengan merk HAS dan di-jual melalui Primkopti, pengguna mesin inibukan hanya dari warga Kampung Sanan tapijuga dari luar Kota Malang. Setelah kedelai ter-kelupas dari kulit arinya, sekali lagi dicuci.Pada proses ini dihasilkan limbah padat yaitukulit ari hasil pengelupasan.

3. Proses ini kemudian dilanjutkan dengan pere-busan yang ke dua sampai matang. Hal ini di-lakukan untuk membunuh bakteri yang mung-kin tumbuh pada saat perendaman. Kedelaiyang telah direbus untuk keduakalinya itu ke-mudian ditiriskan dalam wadah yang terbuatdari anyaman bambu (ebor), proses ini sekaligusditujukan untuk pendinginan. Tahap perebus-an juga menimbulkan efek uap panas dan asapseperti pada tahap satu. Pada tahap ini jugamenimbulkan limbah yaitu limbah cair hasilperebusan.

4. Setelah tiris, biji-biji kedelai tersebut kemudiandiratakan dalam cetakan yang berupa rak-rakdari bambu ( leleran). Setelah itu ditaburkanragi. Proses ini adalah proses inti dalampembuatan tempe. Jumlah ragi yang dipakaitergantung cuaca, jika kondisi udara dinginmaka ragi yang diberikan lebih banyak dansebaliknya.

5. Proses terakhir adalah pemeraman. Biji kedelaiyang sudah diragikan dalam rak leleran tadikemudian ditutup plastik dan diperam se-malaman. Keesokkan harinya, tempe yangtelah masak kemudian dijual ke pasar-pasar.

Page 7: PENGARUH KEARIFAN BUDAYA LOKAL TERHADAP HUNIAN …

Pengaruh Kearifan Budaya Lokal terhadap Hunian Masyarakat Pengrajin Tempe Di Kampung Sanan MalangRahadian Nugroho

| 124 |

Proses Pembuatan Tempe(Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2016)

Jadi sejak proses awal hingga tempe dipasar-kan dalam bentuk jadi, memerlukan waktu kuranglebih tiga hari, namun ada beberapa pengrajin yangmenjual dalam bentuk setengah jadi dengan mema-sukkan kedelai yang telah diragikan ke dalam kan-tong-kantong plastik dan pembelinya yang akanmemeramnya sampai tempe tersebut jadi.

Warga di Kampung Sanan selain membuattempe juga ada yang berusaha dibidang pembuatankeripik tempe. Keripik tempe merupakan produkyang banyak diminati pembeli tidak hanya dari

Kota Malang tapi juga dari luar Kota Malang bah-kan luar negeri sehingga semakin banyak wargayang awalnya hanya membuat tempe kemudianmengembangkan usahanya dengan juga membuatkeripik tempe. Tidak hanya memproduksi tapibeberapa hunian juga berfungsi sebagai tempat me-masarkannya.

Proses pembuatan keripik tempe adalahsebagai berikut:1. Tempe mentah dipotong-potong tipis dengan

bentuk dan ukuran yang bermacam-macam,ada yang persegi panjang, bujursangkar danlingkaran tergantung permintaan pasar/pemesan.

2. Tempe yang telah dipotong-potong tadi ke-mudian diberi adonan tepung yang telah di-campur dengan bumbu-bumbu penyedap.

3. Tempe kemudian digoreng dengan minyakpanas sampai kering.

4. Setelah digoreng, tempe kemudian ditiriskansampai minyak benar-benar habis, setelah tempekering dari minyak kemudian adanya yangdibumbui dengan ditaburi penyedap denganbermacam-macam rasa seperti balado, bar-bekyu, dan lain-lain. Pemberian bumbu ini se-suai dengan pesanan dan permintaan pasar,tapi ada juga tempe yang tidak dibumbui (origi-nal).

5. Keripik tempe kemudian dibungkus padabungkus plastik yang telah diberi label. Labelini ada yang milik pengrajin sendiri adapulalabel milik pemesan untuk dijual kembali ditempat lain.

6. Keripik tempe yang telah dibungkus kemudiandimasukkan dalam kotak/dus untuk kemu-dian siap untuk dipasarkan atau dikirim ke-pada pemesannya.

Page 8: PENGARUH KEARIFAN BUDAYA LOKAL TERHADAP HUNIAN …

LOCAL WISDOM, Vol. 9 No. 2 Juli 2017Local Wisdom Scientific Online Journal

| 125 |

Proses Pembuatan Keripik Tempe(Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2016)

2.4 Perubahan Ruang Hunian BerdasarkanKearifan Lokal

2.4.1 Hunian Pembuat Tempe

Pada hunian pembuat Tempe tidak banyakterjadi perubahan karena hunian ini dari awalsudah menyediakan ruang khusus untuk bekerjasehingga ruang kerja ini tidak mengganggu ruangdomestiknya. Perubahan hanya dilakukan untukperluasan ruang kerja ke halaman samping rumah,tanpa membangun atau menambahkan dinding.

Fasade dan ruang Kerja Hunian Pembuat Tempe(Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2016)

Page 9: PENGARUH KEARIFAN BUDAYA LOKAL TERHADAP HUNIAN …

Pengaruh Kearifan Budaya Lokal terhadap Hunian Masyarakat Pengrajin Tempe Di Kampung Sanan MalangRahadian Nugroho

| 126 |

= Ruang Domestik = Ruang Kerja = Ruang Domestik bercampur dengan ruang Kerja

2.4.2 Hunian Pembuat Keripik Tempe

Pada hunian pembuat Keripik Tempeperubahan yang terjadi adalah perubahan fungsiruang tidur sebagai ruang domestik menjadi dapur

yang merupakan ruang domestik juga kemudianjuga dimanfaatkan sebagai ruang kerja jadi adapenambahan ruang bersama yang dipakai bersamaantara ruang domestik dengan ruang kerja.

Page 10: PENGARUH KEARIFAN BUDAYA LOKAL TERHADAP HUNIAN …

LOCAL WISDOM, Vol. 9 No. 2 Juli 2017Local Wisdom Scientific Online Journal

| 127 |

Fasade dan ruang Kerja Hunian Pembuat Keripik Tempe(Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2016)

Denah Perubahan Ruang Hunian Pembuat Keripik Tempe(Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2016)

Page 11: PENGARUH KEARIFAN BUDAYA LOKAL TERHADAP HUNIAN …

Pengaruh Kearifan Budaya Lokal terhadap Hunian Masyarakat Pengrajin Tempe Di Kampung Sanan MalangRahadian Nugroho

| 128 |

2.4.3 Hunian Pembuat Tempe dan KeripikTempe

Pada hunian Pembuat Tempe dan KeripikTempe mengalami perubahan dengan penambahan

ruang ke samping untuk usaha dari yang awalnyamerupakan halaman.

Fasade dan ruang Kerja Hunian Pembuat Tempe dan Keripik Tempe(Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2016)

Denah Perubahan Ruang Hunian Pembuat Tempe dan Keripik Tempe(Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2016)

Page 12: PENGARUH KEARIFAN BUDAYA LOKAL TERHADAP HUNIAN …

LOCAL WISDOM, Vol. 9 No. 2 Juli 2017Local Wisdom Scientific Online Journal

| 129 |

2.4.4 Hunian Pembuat Tempe, Keripik Tempe,dan Membuka Showroom

Pada hunian Pembuat Tempe, KeripikTempe, dan Membuka Showroom perubahan yang

terjadi pada perubahan fungsi ruang dari ruangdomestik menjadi ruang kerja yaitu teras yang di-kategorikan sebagai ruang domestik berfungsi se-bagai ruang kerja.

Fasade dan ruang Kerja Hunian Pembuat Tempe, Keripik Tempe dan Membuka Showroom(Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2016)

Denah Perubahan Ruang Hunian Pembuat Tempe, Keripik Tempe, dan Membuka Showroom(Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2016)

Page 13: PENGARUH KEARIFAN BUDAYA LOKAL TERHADAP HUNIAN …

Pengaruh Kearifan Budaya Lokal terhadap Hunian Masyarakat Pengrajin Tempe Di Kampung Sanan MalangRahadian Nugroho

| 130 |

3. Kesimpulan

Kearifan lokal dan perubahan hunian yangterbentuk di Kampung Sanan merupakan efek daripenyesuaian lingkungan hidup, aktivitas, ke-biasaan sehari-hari terhadap dampak pemikiranwarga untuk meningkatkan ekonomi dan tanpadisadari menjadi sebuah tradisi yang melekatmenjadi bagian keseharian warga. Kearifan lokalyang terdapat pada Kampung Sanan lebih terlihatsecara nyata (berwujud) dan tidak kasat mata.

Adanya pembagian kategori berdasarkanperubahan lebih memperjelas pola perubahan danpemanfaatan ruangnya. Usaha yang dilakukanpenghuni yaitu housing adjustment dapat dilihatsecara spasial dan secara fisik. Secara spasial su-sunan ruang didalam bangunan hunian di Kam-pung Sanan bertambah majemuk, ada kecende-rungan penambahan maupun perluasan ruang,terdapat perubahan fungsi pada ruang hunian, danpeningkatan kualitas ruangan. Secara fisik padatatanan ruang bangunan hunian telah terjadipenambahan dan pengurangan dinding ruangdalam hunian sebagai bagian untuk memperluasatau mengubah fungsi ruang.

Perubahan pada hunian bukan dilakukanuntuk mendapatkan kenyamanan bertempat ting-gal, bukan pula untuk mengembalikan fungsidomestik yang dimanfaatkan bersama untuk pro-duksi pada fungsi domestik yang sebenarnya tapiperubahan dilakukan untuk mengembangkan

usahanya industrinya. Pengembangan usahatersebut meliputi penambahan kapasitas produksi,perubahan jenis usaha dari membuat tempemenjadi keripik tempe dan penambahan jenisusaha dari yang awalnya membuat tempe menam-bah usaha juga membuat keripik tempe dan mem-buka toko/showroom. Apa yang telah penghuni diKampung Sanan lakukan terhadap huniannya saatini merupakan merupakan tindakan terbaik yangmereka lakukan untuk memenuhi keinginanmereka, sehingga mereka dapat merasakan bahwahunian mereka saat ini sudah tepat dan membe-rikan manfaat sesuai yang mereka inginkan.

ReferensiHabraken, N. J. (1998), The Structure of The Ordinary : Form

and Control in the Built Environment, The MIT Press,Massachusetts.

Turner, J. F. C. (1972), Freedom to Build, Dweller Control ofHousing Process, The Mac million Co, New York.

Shurtleff, W., and Aoyagi, A. 2007. History of fermentedsoymilk and its products. Soy Info Center Layafette,California.

Sartini, 2004. Menggali Kearifan Lokal NusantaraSebagai Kajian Filsafat. Jurnal Filsafat. Jilid 37,Nomor 2 hal. 111-120. http://dgi-indonesia.com/wp-content [Diakses 8 September 2001.

Wiranto. 1999. Arsitektur Vernakular Indonesia. DimensiTeknik Arsitektur. Volume 27, Nomor 2: 15-20.